PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN.

(1)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA

PADA MATERI PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 6 Cikidang Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Tia Eka Meilawati

1003475

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA

PADA MATERI PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 6 Cikidang Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

Oleh Tia Eka Meilawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Tia Eka Meilawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA

PADA MATERI PECAHAN

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 6 Cikidang Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan lembang Kabupaten Bandung Barat)

Tia Eka meilawati

(1003475)

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A SDN 6 Cikidang. Jumlah siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini 28 siswa, terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan respon siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem solving serta untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa pada materi pecahan dengan menggunakan metode problem solving model Polya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & McTaggart melalui tiga siklus. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk memperoleh data hasil penelitian, dibuat instrumen pengumpul data. Analisis data yang dipakai dengan cara analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran selama melaksanakan penelitian secara umum telah berlangsung dengan baik, respon siswa secara umum telah baik, serta terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika tersebut dibuktikan dengan indeks gain skor rata-rata kelas dari Siklus I ke Siklus II sebesar 0,40 dengan interpretasi sedang dan indeks gain skor rata-rata kelas dari Siklus II ke Siklus III sebesar 0,48 dengan interpretasi sedang. Penulis merekomendasikan kepada guru yang mengajar matematika dapat menerapkan metode problem solving model Polya dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik agar kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan dapat meningkat.

Kata Kunci : Metode Problem Solving Model Polya, Kemampuan Berpikir Kritis Matematika.


(5)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

IMPLEMENTATION PROBLEM SOLVING METHOD POLYA MODEL FOR IMPROVING CRITICAL THINKING SKILLS MATH IN

MATERIAL FRACTION

(Classroom Action Research in SDN 6 Cikidang Class IV Semester II Academic Year 2013/2014 District of West Bandung regency dent)

Tia Eka meilawati

(1003475)

This study was conducted in class IV A 6 Cikidang SDN. The number of students as subjects in this study 28 students, consisting of 14 male students and 14 female students. The purpose of this study was to determine how the implementation and student responses on the learning of mathematics by using methods of problem solving and critical thinking skills to determine students' mathematical fractions in the material using a problem solving method Polya model. The research method used in this study was Classroom Action Research Model Kemmis & McTaggart through three cycles. Learning tools developed in the form of Lesson Plan and the Student Worksheet. To obtain research data, data collection instruments were made. Analysis of the data used by means of quantitative and qualitative analysis. The results of this research is the implementation of learning for carrying out research in general has been going well, the student response has generally been good, and there is an increase in the critical thinking skills of mathematics is evidenced by the gain index scores average grade from Cycle I to Cycle II for 0,40 with the interpretation of the index gain medium and the average score of the class of Cycle II to Cycle III of 0.48 with the interpretation being. The author recommends to teachers who teach mathematics can apply the method of problem solving Polya model with good planning and implementation of critical thinking skills so that students can increase the fraction of matter.


(6)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN


(7)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA METERI PECAHAN ... 9

A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 9

B. Bilangan Pecahan ... 10


(8)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Operasi Hitung Pecahan ... 12

3. Pemecahan Masalah Pecahan ... 13

C. Metode Problem Solving ... 14

1. Definisi Metode Problem Solving ... 14

2. Klasifikasi masalah ... 15

3. Metode Problem Solving Model Polya ... 17

4. Langkah-langkah Metode Problem Solving ... 19

5. Keunggulan dan Kekurangan Metode Problem Solving ... 20

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 21

E. Respon Siswa ... 27

F. Penelitian yang Relevan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Model Penelitian ... 30

C. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian ... 31

D. Prosedur Penelitian ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Pengolahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

1. Siklus I ... 43

2. Siklus II ... 49

3. Siklus III ... 56


(9)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pelaksanaan ... 66

2. Respon Siswa ... 69

3. Peningkatan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pecahan ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Simpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 76 RIWAYAT HIDUP PENELITI


(10)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN


(11)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman. Dalam Undang-undang No.23 Tahun 2003 Pasal 3, dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas adalah Matematika. Pembelajaran Matematika dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bernalar yang digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan dalam keseharian dan sains.

Mata pelajaran Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dianggap pelajaran yang sulit. Salah satu alasannya karena Matematika merupakan pelajaran yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun perlu disadari bahwa Matematika sangat berperan aktif dalam berbagai disiplin ilmu. Mata pelajaran ini perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Pembelajaran Matematika di SD

menurut KTSP 2006 diharapkan dapat “Menumbuhkembangkan kemampuan

bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah. Dalam setiap kesempatan pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah”.


(12)

2

Ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan meliputi tiga aspek, yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data. Di antara ketiga aspek tersebut, terdapat salah satu pokok bahasan mengenai pecahan. Pokok bahasan ini termasuk ke dalam aspek bilangan. Pengenalan pembelajaran pecahan mulai diajarkan di kelas III semester 2. Begitu juga di kelas IV, terdapat Kompetensi Dasar bahwa siswa harus dapat “Menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan pecahan”.

Menurut Depdiknas (2011 : 34) bahwa pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang di anggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Pembelajaran pecahan di SD disajikan dalam dua bentuk yakni bentuk konsep pecahan dan bentuk soal cerita (pemecahan masalah).

Dalam pemecahan masalah diperlukan suatu kemampuan, dalam hal ini kemampuan berpikir kritis untuk membuat atau merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan. Kemampuan berpikir kritis tersebut meliputi memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar serta mengatur srategi dan teknik. Berpikir kritis sebagai salah satu bentuk kemampuan berpikir, harus dimiliki oleh setiap orang termasuk siswa. Lebih lanjut Spliter (Irpan, 2010 : 4) mengemukakan bahwa siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengkonstruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk memecahkan masalah.

Ada empat alasan yang dikemukakan oleh Wahab (Surilawati, 2011 : 5) mengenai pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu: (1) tuntunan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari, memilih dan menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara, (2) setiapa warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif, (3) kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam menyelesaikan masalah, dan (4) berpikir


(13)

3

kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa lain.

Pada kenyataannya di lapangan siswa masih takut dalam belajar Matematika. Selain itu, sebagian siswa malas untuk berpikir dalam menyelesaikan soal, mereka hanya menebak jawaban. Ketika penulis mengobservasi di SDN 6 Cikidang khususnya kelas IV A pada mata pelajaran Matematika, sub bab pecahan yang membahas mengenai soal cerita, siswa masih kesulitan dalam menerjemahkan maksud dari soal tersebut. Sehingga untuk menetapkan strategi penyelesaiannya siswa belum mampu. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya nilai Ujian Tengah Semester (UTS) pada mata pelajaran Matematika. Dari 28 siswa kelas IV A hanya 48,2 % siswa yang tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan minimum (KKM = 60). Sedangkan selebihnya 51,8 % mendapatkan nilai di bawah KKM. Penyebab kesulitan siswa dalam materi soal cerita pecahan disebabkan beberapa faktor sebagai berikut.

1. Siswa kesulitan memahami masalah dalam soal cerita, karena faktor kebahasaan mereka. Siswa dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa sunda, sehingga ketika dihadapkan pada soal yang menggunakan bahasa Indonesia siswa kesulitan dalam menerjemahkannya.

2. Siswa kesulitan merencanakan penghitungan dalam soal cerita. Dalam hal ini faktor yang pertama sangat mempengaruhi. Misalnya siswa masih bingung

dengan kata “diberikan” pada soal cerita yang maknanya menggunakan operasi

hitung pengurangan.

3. Siswa kesulitan menggunakan operasi hitung dalam soal cerita. Hal ini disebabkan karena siswa bingung merencanakan penghitungan untuk pecahan yang berpenyebut sama dan berbeda.

4. Siswa kesulitan mengecek kembali jawaban dari soal cerita. Hal ini disebabkan karena siswa ingin cepat mengumpulkan jawaban untuk cepat keluar dan istirahat. Sehingga terkadang jawaban siswa tidak sesuai dengan isi dari soal cerita.


(14)

4

Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, khususnya pendidikan Matematika, maka pengembangan kemampuan berpikir kritis sangat berperan. Berpikir kritis merupakan salah satu bentuk keterampilan berpikir. Setiap orang memiliki kemampuan berpikir kritis yang berbeda-beda, tergantung bagaimana orang tersebut mengasah kemampuan berpikir kritisnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menerapkan suatu metode pembelajaran. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika adalah menggunakan metode problem solving atau pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan secara bersama-sama. Langkah-langkah problem

solving menurut Polya yaitu mulai dari memahami masalah dengan menentukan

data apa yang diketahui dan yang ditanyakan, merencanakan strategi atau cara penyelesaian, menerapkan strategi penyelesaian yang telah direncanakan serta memberikan kesimpulan, langkah terakhir mengecek kembali jawaban.

Untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey (Hamdani. 2011: 85) mengemukakan sebagai berikut.

1. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada siswa.

2. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama siswa.

3. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam memecahkan persoalan.

4. Mencoba kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.

5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak.

Adapun keunggulan dari metode problem solving ini diantaranya : 1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan

2. Berpikir dan bertindak kreatif


(15)

5

4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan 5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

6. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Problem Solving Model Polya untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika pada Materi Pecahan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis kelas IV SD pada materi pecahan di SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan metode problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan di kelas IV SDN 6 Cikidang ?

2. Bagaimanakah respon siswa kelas IV SDN 6 Cikidang terhadap pembelajaran Matematika materi pecahan dengan menerapkan metode

problem solving?

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis Matematika setelah menerapkan metode problem solving pada materi pecahan di kelas IV SDN 6 Cikidang?


(16)

6

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian secara umum adalah untuk memperbaiki pembelajaran Matematika di SD, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan metode problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan di kelas IV SDN 6 Cikidang .

2. Untuk mengetahui mengenai respon siswa kelas IV SDN 6 Cikidang terhadap pembelajaran Matematika materi pecahan dengan menerapkan metode problem

solving.

3. Untuk mendeskripsikan mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa pada materi pecahan setelah menerapkan metode problem

solving di kelas IV SDN 6 Cikidang .

D. Manfaat Hasil Penelitian

Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan pada siswa kelas IV. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada guru dalam memilih dan mengembangkan metode pembelajaran di Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktis 1. Bagi siswa :

a. Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan .

b. Meningkatkan daya ingat memori jangka panjang siswa pada materi pecahan. 2. Bagi guru :

a. Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving.


(17)

7

b. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai manfaat penerapan metode

problem solving.

c. Sebagai bahan masukan untuk dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat digunakan dalam mata pelajaran Matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Bagi sekolah :

a. Memberi gambaran mengenai penerapan metode problem solving .

b. Sebagai bahan masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik, sehingga proses pembelajaran berhasil, sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan

c. Sebagai usaha untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

4. Bagi Penulis :

a. Sebagai realisasi dari pengetahuan, keilmuan yang telah didapatkan selama masa perkuliahan dalam bentuk nyata.

b. Menambah pengalaman untuk merancang metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di Sekolah Dasar.

E. Hipotesis Tindakan

Penerapan metode problem solving yang sistematis langkah-langkahnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika dalam mata pelajaran Matematika materi pecahan di kelas IV semester 2 SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

F. Definisi Operasional

1. Metode Problem Solving Model Polya

Metode problem solving model Polya pada penelitian ini adalah suatu metode yang dirancang untuk melatih siswa dalam mencari data dari suatu masalah (soal). Data tersebut dipilah pada apa yang diketahui dan yang ditanyakan. Kemudian siswa dilatih untuk merencanakan strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Setelah itu siswa menerapkan strategi tersebut


(18)

8

untuk menentukan jawaban atau hasilnya. Terakhir siswa memeriksa kembali jawaban yang telah dihasilkannya. Dalam penelitian ini. penulis menggunakan metode problem solving model Polya pada materi pecahan.

2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematika

Kemampuan berpikir kritis Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mendalami materi pecahan soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan, pengurangan dan operasi hitung campuran dengan indikator memfokuskan pertanyaan, mempertimbangkan kredibilitas (kriteria suatu sumber), memutuskan suatu tindakan, dan menyelesaikan masalah berdasarkan data yang ada untuk membuat solusi.


(19)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

Menurut (Arikunto, dkk 2012: 2) penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. PTK adalah penelitian yang dilakukan dengan maksud memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan, atau strategi yang biasanya. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak harus selalu berpikir dan mengejar hasil, tetapi mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan dari prosesnya. Selama tindakan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan perubahan perilaku siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan tindakan yang dilakukan tersebut sukses atau gagal. Apabila peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam PTK, jarang ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh sebab itu PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus tindakan.

Penelitian ini berbasis kolaboratif antara guru/kepala sekolah, peneliti dan siswa. Kegiatan yang bersifat kolaboratif mengandung pengertian bahwa masing- masing individu yang terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab dan kepentingan yang berbeda tetapi tujuannya sama yaitu memecahkan masalah


(20)

30

untuk peningkatan kualitas pembelajaran/manajemen sekolah sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru wali kelas IV SDN Cikidang 6 yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa dalam materi pecahan pada mata pelajaran Matematika. Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat.

B. Model Penelitian

Model penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart (1988), adapun bentuknya sebagai berikut :

Gambar 3.1


(21)

31

Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan –tindakan dan observasi –refleksi.

Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan kemampuan berpikir kritis sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.

Dalam penelitian tindakan kelas, siklus merupakan daur yang dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Jumlah siklus tidak ditentukan secara pasti dalam setiap penelitian tindakan kelas. Setiap siklusnya memiliki tujuan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran yang akan diteliti. Pada penelitian ini rencana siklus yang akan dilakukan sebanyak dua buah siklus, apabila pada saat pelaksanaannya indikator dari berpikir kritis yang diharapkan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus tiga.Namun apabila indikator telah tercapai maka siklus dihentikan.

C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Waktu yang peneliti gunakan mulai dari bulan Februari dimana peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui permasalahan apa saja yang ada pada sekolah tersebut. Setelah peneliti mendapatkan masalah selanjutnya peneliti mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan membaca berbagai sumber mengenai metode pembelajaran. Selanjutnya pada bulan Maret peneliti mengajukan proposal penelitian. Setelah pengajuan proposal disetujui, peneliti melakukan bimbingan dan mempersiapkan instrumen untuk pengumpulan data. Penelitian untuk siklus pertama peneliti lakukan pada awal bulan Mei. Subjek penelitian siswa kelas IV A


(22)

32

dengan jumlah siswa 28 orang. Terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian a. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal ini, peneliti melakukan persiapan awal untuk observasi yang bertujuan untuk mendapatkan masalah yang terjadi di lapangan, adapun rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

- Pembuatan surat izin observasi untuk sekolah yang bersangkutan - Observasi langsung ke tempat

- Pembuatan proposal - Pembuatan SK penelitian - Pembuatan instrumen

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian terdiri tiga siklus, yaitu sebagai berikut, 1) Siklus I

a) Perencanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah : (1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan.

(2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP untuk dua tindakan dan LKS). (3) Menyusun instrumen penelitian.

(4) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer. b) Pelaksanaan tindakan

(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan instrumen penelitian).

(2) Melaksanakan pembelajaran materi soal cerita mengenai penjumlahan pecahan dengan menggunakan metode problem solving.

(3) Meminta rekan guru mengobservasi pembelajaran.

(4) Menyebarkan angket kepada siswa, terhadap penerapan metode problem


(23)

33

(5) Melakukan diskusi dengan mitra berdasarkan hasil pengamatannya dan evaluasi berkaitan dengan penerapan metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar.

(6) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang di temukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.

(7) Melaksanakan pengolahan data yang di peroleh setelah penelitian selesai di laksanakan.

c) Pengamatan

(1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian.

(2) Mengamati kesesuaian penerapan metode problem solving dengan pokok bahasan pecahan.

(3) Mengamati keterhubungan antara penerapan metode problem solving dengan proses dan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi pecahan.

d) Refleksi

(1) Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra setelah tindakan di lakukan. (2) Melakukan perbaikan tindakan, berdasarkan hasil diskusi balikan bersama

guru mitra.

(3) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai tindakan selanjutnya.

2) Siklus II

a) Perencanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah :

(1) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP untuk dua tindakan dan LKS). (2) Menyusun instrumen penelitian.

(3) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer.


(24)

34

(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan instrumen penelitian).

(2) Melaksanakan pembelajaran materi soal cerita mengenai pengurangan pecahan dengan menggunakan metode problem solving.

(3) Meminta rekan guru mengobservasi pembelajaran.

(4) Menyebarkan angket kepada siswa, terhadap penerapan metode problem

solving untuk melihat respon siswa.

(5) Melakukan diskusi dengan mitra berdasarkan hasil pengamatannya dan evaluasi berkaitan dengan penerapan metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar.

(6) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang di temukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.

(7) Melaksanakan pengolahan data yang di peroleh setelah penelitian selesai di laksanakan.

c) Pengamatan

(1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian.

(2) Mengamati kesesuaian penerapan metode problem solving dengan pokok bahasan pecahan.

(3) Mengamati keterhubungan antara penerapan metode problem solving dengan proses dan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi pecahan.

d) Refleksi

(1) Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra setelah tindakan di lakukan. (2) Melakukan perbaikan tindakan, berdasarkan hasil diskusi balikan bersama

guru mitra.

(3) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai tindakan selanjutnya.


(25)

35

a) Perencanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah :

(1) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP untuk dua tindakan dan LKS). (2) Menyusun instrumen penelitian.

(3) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer. b) Pelaksanaan tindakan

(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan instrumen penelitian).

(2) Melaksanakan pembelajaran materi soal cerita mengenai operasi hitung campuran pecahan dengan menggunakan metode problem solving.

(3) Meminta rekan guru mengobservasi pembelajaran.

(4) Menyebarkan angket kepada siswa, terhadap penerapan metode problem

solving untuk melihat respon siswa.

(5) Melakukan diskusi dengan mitra berdasarkan hasil pengamatannya dan evaluasi berkaitan dengan penerapan metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar.

(6) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang di temukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.

(7) Melaksanakan pengolahan data yang di peroleh setelah penelitian selesai di laksanakan.

c) Pengamatan

(1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas penelitian.

(2) Mengamati kesesuaian penerapan metode problem solving dengan pokok bahasan pecahan.

(3) Mengamati keterhubungan antara penerapan metode problem solving dengan proses dan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi pecahan.

d) Refleksi


(26)

36

c. Penutup

1) Mengumpulkan data

2) Mengolah dan menganalisis data 3) Membuat Laporan penelitian

E.Instrumen Penelitian a. Instrumen Pembelajaran

(1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Jadi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP adalah penjabaran silabus yang menggambarkan rencana prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat persiklus yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, metode pembelajaran, skenario pembelajaran yang mengacu pada penerapan metode problem solving dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.


(27)

37

Pembuatan RPP dilakukan untuk setiap siklus. Pada penelitian ini rencana siklus yang akan dilakukan sebanyak tiga buah siklus, Setiap siklus direncanakan untuk dua tindakan.

(2) Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching

material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini memuat materi-materi yang harus disampaikan pada proses penelitian, yaitu soal cerita pecahan.

b. Instrumen Pengumpulan Data (1)Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Tes, digunakan untuk memperoleh data peningkatan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa yang dilakukan setelah tindakan dengan penerapan

metode problem solving. Tes diberikan pada akhir siklus untuk mengukur

kemampuan siswa sesudah pembelajaran. (2) Observasi

Observasi, digunakan untuk memperoleh data peningkatan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa lembar observasi yang merupakan lembar yang digunakan dalam proses observasi ketika dalam pembelajaran yang mencakup pengamatan aktivitas siswa dan guru dalam penerapan metode problem solving dalam pembelajaran. Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP yang telah dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya.


(28)

38

(3)Angket

Untuk mengetahui respon siswa dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode problem solving, penulis menggunakan instrumen pengumpul data berupa angket. Menurut (Riduan. 2011:71) angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Jenis angket yang digunakan angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden untuk memilih jawaban yang sesuai karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist ().

F. Pengolahan Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang didapatkan dari lembar observasi dan angket siswa. Data ini diperoleh dari deskripsi observer mengenai kelebihan dan kekurangan aktivitas guru dan siswa yang tergambar dalam lembar observasi. Hasil dari deskripsi observer direfleksikan dan didiskusikan dengan observer untuk merencanakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Data yang diperoleh dari siswa melalui angket yang diberikan peneliti dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran yang berlangsung pada setiap siklus.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan, hasil lembar observasi guru maupun siswa, serta hasil angket respon siswa.


(29)

39

a. Penyekoran hasil tes

Tabel 3.1

Pedoman Penilaian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa No.

Soal

Skor Deskripsi

1.

0 Siswa tidak menuliskan jawaban 10 Siswa menuliskan sebagian data 20 Siswa menuliskan data lengkap

2.

0 Siswa tidak menuliskan jawaban

10 Siswa hanya menuliskan yang diketahui 10 Siswa hanya menuliskan yang ditanyakan

20 Siswa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan

3.

0 Siswa tidak menuliskan jawaban

10 Siswa hanya menuliskan yang diketahui 10 Siswa hanya menuliskan yang ditanyakan

10 Siswa menulis cara penyelesaian tanpa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan 30 Siswa menulis cara penyelesaian lengkap dengan

data-datanya serta jawabannya benar

4.

0 Siswa tidak menuliskan jawaban

10 Siswa hanya menuliskan yang diketahui 10 Siswa hanya menuliskan yang ditanyakan

10 Siswa menulis cara penyelesaian tanpa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan 30 Siswa menulis cara penyelesaian lengkap dengan

data-datanya serta jawabannya benar

b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus : X = ∑N

n Keterangan :

∑N = total nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa


(30)

40

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus :

TB = ∑�≥6 x 100 % Keterangan :

∑S ≥ 60 = jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih besar dari atau sama dengan 60

n = banyak siswa TB = ketuntasan belajar

d. Menghitung peningkatan kemampuan siswa tiap siklus

Dari data hasil tes kemampuan berpikir kritis pada materi pecahan di setiap siklus pembelajaran, ditentukan besarnya gain dengan perhitungan sebagai berikut (Permatasari, 2011).

g = (skor tes siklus ke-i + 1) – (Skor tes siklus ke-i)

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada materi pecahan dari setiap siklusnya yang telah dilakukan dengan mengetahui rata-rata yang telah dinormalisasi berdasarkan efektivits pembelajaran dengan rumus sebagai berikut (Permatasari, 2011).

<g> =

� −�+ − � −�

� � − � −�

Adapun kriteria efektivitas pembelajaran adalah sebagai berikut: Tabel 3.2

Interpretasi Gain yang Ternomalisasi

Nilai <g> Interpretasi

0,00 – 0,30 Rendah

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Tinggi

e. Menghitung persentase aktivitas guru

Pada pelaksanaan setiap Siklus penulis melakukan dua tindakan. Pada tindakan pertama dan kedua jumlah seluru aspek sama. Berdasarkan lembar observasi yang dinilai oleh observer, diperoleh persentase aktivitas guru selama pelaksanaan pembelajaran dengan rumus :


(31)

41

% = ∑�

6 x 100%

Keterangan :

∑N = Jumlah aspek yang terlaksana selama pembelajaran

16 merupakan aspek secara keseluruhan, apabila aspek yang terlaksana adalah 16 aspek, maka persentase aktivitas guru selama pembelajaran adalah 100 %.

Untuk melihat persentase aktivitas guru tiap siklus, penulis menghitung rata-rata pada setiap tindakan.

f. Menghitung persentase aktivitas siswa

Pada penelitian ini persentase aktivitas siswa dihitung dengan menggunakan dua rumus. Hal ini dikarenakan setiap siklus penulis melakukan dua tindakan.

Untuk tindakan pertama persentase aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:

% = ∑�

6 x 100%

Keterangan :

∑N = Jumlah aspek yang terlaksana selama pembelajaran

16 merupakan aspek secara keseluruhan, apabila aspek yang terlaksana adalah 16 aspek, maka persentase aktivitas guru selama pembelajaran adalah 100 %.

Untuk tindakan kedua persentase aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan rumus:

% = ∑�

4 x 100%

Keterangan :

∑N = Jumlah aspek yang terlaksana selama pembelajaran

14 merupakan aspek secara keseluruhan, apabila aspek yang terlaksana adalah 16 aspek, maka persentase aktivitas guru selama pembelajaran adalah 100 %.

Untuk melihat persentase aktivitas siswa tiap siklus, penulis menghitung rata-rata pada setiap tindakan.


(32)

42

Persentase respon siswa dihitung berdasarkan hasil penyebaran angket. Angket respon siswa terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Persentase respon siswa positif mencapai 100% apabila siswa menanggapi “Ya” untuk seluruh pernyataan positif dan “Tidak” untuk seluruh pertanyaan negatif. Selanjutnya, persentase respon siswa dirata-ratakan sehingga didapat persentase rata-rata respon positif siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang.

Menghitung rata-rata persentase jawaban dari responden sebagai berikut: P = x 100%

Ket:

P = Persentase

f = frekuensi dari setiap jawaban angket n = jumlah responden


(33)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode

problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Matematika pada materi pecahan telah berlangsung berlangsung sangat baik sesuai dengan langkah-langkah problem solving model Polya. Pada langkah pertama memahami masalah, siswa sudah dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Langkah kedua, merencanakan strategi penyelesaian, siswa sudah dapat menentukan operasi hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Langkah ketiga menerapkan strategi, siswa menyelesaikan soal dengan prosedur yang ada yaitu mencari Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) untuk pecahan yang berpenyebut berbeda dan menyimpulkan jawaban yang diperoleh. Langkah terakhir mengecek kembali jawaban, siswa memeriksa kembali jawaban yang diperolehnya. Selain dari langkah-langkah problem solving model Polya yang diterapkan sistematis oleh siswa berdasarkan hasil analisis kuantitatif persentase aktivitas guru dan siswa yang mengalami peningkatan dari Siklus I sampai Siklus III .

2. Respon siswa terhadap pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang menunjukkan respon positif. Dari sepuluh petanyaan dalam angket siswa menunjukkan respon positif, siswa menyukai pembelajaran Matematika, siswa tertantang dengan soal-soal yang diberikan, pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving ini lebih menarik daripada


(34)

72

pembelajaran yang diberikan, pembelajaran dengan menggunakan metode

problem solving ini mengingat lebih lama konsep, siswa selalu siap jika

diminta ke depan untuk menyelesaikan soal dan siswa merasa senang dengan suasana yang baru saja berlangsung. Berdasarkan analisis kuantitatif respon siswa menunjukkan respon positif yang meningkat dari Siklus I sampai Siklus III.

3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang setelah pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode problem solving model Polya sudah baik. Hal tersebut terbukti dari indeks gain skor rata-rata dari Siklus I ke Siklus II dan indeks gain skor rata-rata dari Siklus II ke Siklus III menunjukkan interpretasi sedang. Namun rata-rata skor gain menunjukkan peningkatan dari 0,40 menjadi 0,48.

B. Saran

Melalui penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Guru perlu mengubah pembelajaran konvensional dengan menerapkan metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Salah satunya dengan menggunakan metode problem solving. Metode ini terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan. Selain itu, perencanaan pembelajaran perlu dipersiapkan dengan matang agar pembelajaran berlangsung dengan efektif. Kompetensi guru pun harus lebih ditingkatkan agar kualitas pembelajaran meningkat.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian Tindakan Kelas mengenai penerapan metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang perlu dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya untuk dapat memperoleh hasil yang benar-benar optimal.


(35)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adji, Nahrini dan Rostika, R. Deti. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung : UPI PRESS

Alexander, Jesi Alim. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Thesis Pascasarjana Pendidikan Dasar

UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Ardi. (2013). Penerapan Metode Improving Learning Melalui Teknik Inkuiri

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Matematika Materi Bilangan Pecahan. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Ardimoviz. (2012). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method). [online]. Tersedia : http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-pemecahan-masalah-problem. html . [10 Maret 2014]

Arikunto,S. dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.

BintuNahel. (2012). Respon Siswa. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253012-respon-siswa/ [18 Juni 2014]

BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan 02 Pendidikan & Pelatihan

KTSP Sekolah Dasar . Tidak diterbitkan.

Eagle. (2013). Konsep dan Definisi Respon. [online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2185068-konsep-dan-definisi-respon/ [18 Juni 2014]


(36)

74

Ernawati, Rena. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri . Skripsi Sarjana

Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Faizi, Mastur. (2013). Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta : DIVA Press.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. I hlm. 76-89.

Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Husni, Jumrida. (2013). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). [Online]. Tersedia : http://jumridahusni.blogspot.com/2013/06/metode-problem-solving.html?m=1. [25 Mei 2014].

Irpan, Ujang. (2010) Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem

Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.

Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Karso, dkk. (2008). Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka.

Kurniawan, Deni. (2011). Pembelajaran Terpadu : Teori, Praktik, dan

Penilaian. Bandung: CV PUSTAKA CENDIKIA UTAMA.

Mufliva, Rosiana. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan Melalui Pendekatan Problem Solving. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah

Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Muhsetyo, Gatot. (2011). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.


(37)

75

Mulyasa, E. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Napitululu, S. (2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Questions

Students Have pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Bandung: CV PUSTAKA

CENDIKIA UTAMA.

Oktaviandy, Navel. (2012). Hakikat berpikir Kritis dan Implementasinya

dalam Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia:

http://navelmangelep.wordpress.com/2011/11/08/hakikat-berpikir-kritis-dan-implementasinysa-dalam-pembelajaran-Matematika/ [10 Maret 2014].

Permatasari, Hana R. (2013). Penerapan Pendekatan Problem Solving untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung :

Tidak diterbitkan.

Remaja,Kenakalan.(2013). Kemampuan Berpikir Kritis . [online]. Tersedia : http://lib.unnes.ac.id/17311/ . [11 Maret 2014].

Riduan. (2011). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Santoso, F.G.I. (2012). Keterampilan Berpikir Kreatif Matematis dalam

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada Siswa SMP. I hlm.

453-459

Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman Pembelajaran Matematika. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional.

_________. (2010). Problem Solving. [Online]. Tersedia: http://bismillah36.wordpress.com/2010/05/30problem-solving/ [19 Juni 2014]


(1)

42

Persentase respon siswa dihitung berdasarkan hasil penyebaran angket. Angket respon siswa terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Persentase respon siswa positif mencapai 100% apabila siswa menanggapi “Ya” untuk seluruh pernyataan positif dan “Tidak” untuk seluruh pertanyaan negatif. Selanjutnya, persentase respon siswa dirata-ratakan sehingga didapat persentase rata-rata respon positif siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang.

Menghitung rata-rata persentase jawaban dari responden sebagai berikut: P = x 100%

Ket:

P = Persentase

f = frekuensi dari setiap jawaban angket n = jumlah responden


(2)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan telah berlangsung berlangsung sangat baik sesuai dengan langkah-langkah problem solving model Polya. Pada langkah pertama memahami masalah, siswa sudah dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Langkah kedua, merencanakan strategi penyelesaian, siswa sudah dapat menentukan operasi hitung yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Langkah ketiga menerapkan strategi, siswa menyelesaikan soal dengan prosedur yang ada yaitu mencari Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) untuk pecahan yang berpenyebut berbeda dan menyimpulkan jawaban yang diperoleh. Langkah terakhir mengecek kembali jawaban, siswa memeriksa kembali jawaban yang diperolehnya. Selain dari langkah-langkah problem solving model Polya yang diterapkan sistematis oleh siswa berdasarkan hasil analisis kuantitatif persentase aktivitas guru dan siswa yang mengalami peningkatan dari Siklus I sampai Siklus III .

2. Respon siswa terhadap pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang menunjukkan respon positif. Dari sepuluh petanyaan dalam angket siswa menunjukkan respon positif, siswa menyukai pembelajaran Matematika, siswa tertantang dengan soal-soal yang diberikan, pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving ini lebih menarik daripada


(3)

72

pembelajaran yang diberikan, pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving ini mengingat lebih lama konsep, siswa selalu siap jika diminta ke depan untuk menyelesaikan soal dan siswa merasa senang dengan suasana yang baru saja berlangsung. Berdasarkan analisis kuantitatif respon siswa menunjukkan respon positif yang meningkat dari Siklus I sampai Siklus III.

3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang setelah pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode problem solving model Polya sudah baik. Hal tersebut terbukti dari indeks gain skor rata-rata dari Siklus I ke Siklus II dan indeks gain skor rata-rata dari Siklus II ke Siklus III menunjukkan interpretasi sedang. Namun rata-rata skor gain menunjukkan peningkatan dari 0,40 menjadi 0,48.

B. Saran

Melalui penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Guru perlu mengubah pembelajaran konvensional dengan menerapkan metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Salah satunya dengan menggunakan metode problem solving. Metode ini terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan. Selain itu, perencanaan pembelajaran perlu dipersiapkan dengan matang agar pembelajaran berlangsung dengan efektif. Kompetensi guru pun harus lebih ditingkatkan agar kualitas pembelajaran meningkat.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian Tindakan Kelas mengenai penerapan metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang perlu dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya untuk dapat memperoleh hasil yang benar-benar optimal.


(4)

Meilawati, Tia E. 2014

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Nahrini dan Rostika, R. Deti. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung : UPI PRESS

Alexander, Jesi Alim. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Thesis Pascasarjana Pendidikan Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Ardi. (2013). Penerapan Metode Improving Learning Melalui Teknik Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bilangan Pecahan. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Ardimoviz. (2012). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method). [online]. Tersedia : http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-pemecahan-masalah-problem. html . [10 Maret 2014]

Arikunto,S. dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.

BintuNahel. (2012). Respon Siswa. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253012-respon-siswa/ [18 Juni 2014]

BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan 02 Pendidikan & Pelatihan KTSP Sekolah Dasar . Tidak diterbitkan.

Eagle. (2013). Konsep dan Definisi Respon. [online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2185068-konsep-dan-definisi-respon/ [18 Juni 2014]


(5)

74

Ernawati, Rena. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri . Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Faizi, Mastur. (2013). Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta : DIVA Press.

Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. I hlm. 76-89.

Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Husni, Jumrida. (2013). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). [Online]. Tersedia : http://jumridahusni.blogspot.com/2013/06/metode-problem-solving.html?m=1. [25 Mei 2014].

Irpan, Ujang. (2010) Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Karso, dkk. (2008). Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka.

Kurniawan, Deni. (2011). Pembelajaran Terpadu : Teori, Praktik, dan Penilaian. Bandung: CV PUSTAKA CENDIKIA UTAMA.

Mufliva, Rosiana. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan Melalui Pendekatan Problem Solving. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Muhsetyo, Gatot. (2011). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.


(6)

Mulyasa, E. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Napitululu, S. (2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Questions Students Have pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Bandung: CV PUSTAKA CENDIKIA UTAMA.

Oktaviandy, Navel. (2012). Hakikat berpikir Kritis dan Implementasinya

dalam Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia:

http://navelmangelep.wordpress.com/2011/11/08/hakikat-berpikir-kritis-dan-implementasinysa-dalam-pembelajaran-Matematika/ [10 Maret 2014].

Permatasari, Hana R. (2013). Penerapan Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Remaja,Kenakalan.(2013). Kemampuan Berpikir Kritis . [online]. Tersedia : http://lib.unnes.ac.id/17311/ . [11 Maret 2014].

Riduan. (2011). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Santoso, F.G.I. (2012). Keterampilan Berpikir Kreatif Matematis dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada Siswa SMP. I hlm. 453-459

Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman Pembelajaran Matematika. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional.

_________. (2010). Problem Solving. [Online]. Tersedia:

http://bismillah36.wordpress.com/2010/05/30problem-solving/ [19 Juni 2014]


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

3 14 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LAJU REAKSI

0 5 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI LAJU REAKSI

2 13 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 7 214

PENERAPAN STRATEGI PROBLEM SOLVING BERBASIS SUPERITEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR Penerapan Strategi Problem Solving Berbasis Superitem Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pokok Bahasan Lingkaran ( PTK Pada Siswa Kelas VIII E Seme

0 1 16

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 16

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI)Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Matematika (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Nege

0 5 13

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 3 36