PENDAHULUAN Peran PAD Dan DAU Terhadap Hubungan Antara Belanja Daerah Dan Capaian Kinerja Pemerintah (Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah).

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reformasi sektor publik yang disertai adanya demokratisasi menjadi
fenomena global termasuk di Indonesia. Saat ini Negara Indonesia sedang memasuki masa transisi pemerintahan dari sistem pemerintahan yang bersifat
sentralistik menuju sistem pemerintahan yang bersifat desentralistik sebagai
perwujudan dari prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan serta memperhatikan potensi dan keaneragaman daerah. Perubahan tersebut diimplementasikan dengan memberikan otonomi kepada daerah
(Ekawarna & Iskandar, 2009: 49).
Pemerintah daerah menjalankan keuangan Negara menganut asas
desentralisasi yang bisa disebut juga sistem otonomi daerah (Puspitasari &
Idhar, 2009). Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di UU otonomi daerah
no 12 tahun 2008 (revisi atas UU no 32 tahun 2004) tentang pemerintah
daerah memisahkan dengan tegas antara fungsi Pemerintah Daerah (eksekutif)
dengan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Berdasarkan
perbedaan fungsi tersebut, menunjukkan bahwa antara legislatif dan eksekutif
terjadi hubungan keagenan (halim, 2001; halim & Abdullah, 2006; dalam
Darwanto 2007). Hubungan keagenan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif


1

2

adalah agen yaitu pihak yang menerima pendelegasian otoritas dari prinsipal,
dan legislatif adalah prinsipal yang merupakan pihak yang memiliki otoritas
untuk melakukan tindakan-tindakan (Halim & Abdullah, 2006; Fozzard, 2001;
Moe, 1984; strom, 2000; dalam Darwanto, 2007). Pada pemerintahan, peraturan perundang-undangan secara implisit merupakan bentuk kontrak antara
eksekutif, legislatif, dan publik (Darwanto, 2007). Dimana otonomi daerah
banyak menuntut pada pemerintah daerah untuk lebih memberikan pelayanan
yang didasarkan asas-asas pelayanan publik yang meliputi transparansi,
akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak, dan kewajiban demi tercapainya “good govermen” (Puspitasari & Idhar, 2009).
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar
dalam pelaksanaan dalam pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran
daerah disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
baik untuk provinsi atau kabupaten dan kota. APBD terkandung unsur
pendapatan dan belanja, dimana pendapatan yang dimaksud adalah sumbersumber penerimaan untuk daerah, yang dikenal dengan Pendapatan Asli
Daerah (PAD), sedangkan belanja adalah pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Sesuai
dengan undang-undang nomor 12 tahun 2008 (revisi atas UU no 32 tahun
2004) tentang pemerintah daerah, pemerintah daerah berhak untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi daerah. Di
dalam UU no 33 tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan

3

yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),
dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil (DBH) yang terdiri dari pajak dan
sumber daya alam. Tujuan transfer dana dari pusat ke daerah adalah untuk
mengatasi ketidakseimbangan struktur keuangan antar daerah. Disamping
dana perimbangan itu, Pemda mempunyai sumber pendanaan sendiri yang
berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan dana dan lain-lain
pendapatan daerah yang sah. Kebijakan penggunaan dana-dana tersebut diserahkan kepada Pemda. Ketiga jenis dana tersebut bersama dengan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber dana daerah yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan di tingkat daerah. Sumbersumber pendapatan daerah yang diperoleh digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah. Dalam rangka memudahkan penilaian kewajaran biaya dari suatu kegiatan, belanja merurut kelompok belanja
terdiri atas dua kelompok yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Mahmudi 2009 menyatakan bahwa jika dilihat dari hubungan biaya dengan
suatu aktivitas, maka biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Biaya
langsung merupakan biaya yang terkait dengan kegiatan, yang meliputi; biaya
tenaga kerja langsung, biaya barang dan jasa, belanja modal, yang kedua
adalah belanja tidak langsung yaitu biaya yang tidak terkait secara langsung

dengan suatu kegiatan yang dilaksanakan, yang termasuk dalam belanja ini
adalah: belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, belanja
modal, belanja tidak tersangka, belanja bantuan keuangan.

4

Selain sebagai dasar pelaksanaan dalam pelayanan publik anggaran
merupakan bagian penting dari sistem pengendalian manajemen yang disusun
organisasi dalam mencapai tujuan. Anggaran tidak hanya sekedar angka mati
yang akan dilaksanakan pada periode berikutnya, tapi lebih dari itu merupakan
representasi komitmen dari masing-masing pihak dalam organisasi untuk bekerja bersama mewujudkan rencana-rencana jangka panjang (Ekawarna &
Iskandar, 2009: 49).
Anggaran pemerintah terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi
dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan dana milik masyarakat. Hal inilah yang menjadi perbedaan dengan
anggaran sektor swasta. Pada sektor pemerintah pendanaan organisasi berasal
dari pajak dan retribusi, laba perusahaan atau badan usaha milik daerah atau
Negara. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang
tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun.
Lingkup APBD menjadi penting dilingkungan pemerintah daerah. Hal
ini terkait dengan dampak APBD terhadap kinerja pemerintah, sehubungan

dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Selanjutnya, DPRD akan mengawasi kinerja pemerintah melalui APBD,
sehingga APBD sangat penting karena merupakan suatu metode atau alat yang
digunakan untuk mencatat dan menilai pencapain pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan
organisasi serta tingkat efektivitas dan efisiensi anggaran (Ekawarna &

5

Iskandar, 2009: 50). Maka pemerintah daerah harus pandai dalam menselanggarakan pemerintahannya sehingga tercipta tata kelola pemerintahan
yang baik serta adanya evaluasi yang berkala atas capaian pemerintah daerah
dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran kinerja merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan pemerintah daerah dalam mencapai pemerintahan yang
baik. Pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting karena akan
memberikan umpan balik atas rencana yang telah diimplementasikan (Chow,
Ganulin, Haddad, dan Wiliamson, dalam Sumarjo, 2010).
Penelitian sebelumnya Mutiara Maemunah (2006) yang meneliti di
Sumatra, Noni Puspitasari (2009) di Riau memperoleh hasil bahwa DAU
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap belanja langsung. Sedangkan
PAD menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap Belanja
Langsung, bahwa PAD secara individual tidak mempengaruhi belanja

langsung. Munawar 2006 yang meneliti tentang pengaruh karakteristik tujuan
anggaran terhadap perilaku, sikap, kinerja aparat pemerintah daerah di
Kabupaten Kupang hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa karakteristik
tujuan anggaran secara keseluruhan mengasilkan pengaruh terhadap kinerja
aparat pemerintah daerah. Shita Unjaswati Ekawarna, Iskandar Sam, Sri
Rahayu tahun 2009 mengenai Pengukuran kinerja Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) pemerintah daerah Kabupaten Muaro Jambi memperoleh hasil bahwa dana APBD masih banyak digunakan untuk kegiatan
operasional yang bersifat rutin, sedangkan untuk belanja pembangunan masih
relatif kecil. Namun demikian, kinerja pemerintah dalam memungut PAD

6

(dalam hal pajak daerah) sudah efisien meskipun pengalokasian dalam pembangunan masih rendah, sehingga dalam penelitian Ekawarna menyatakan
bahwa kinerja APBD belum baik.
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang: “Peran PAD dan DAU Terhadap Hubungan antara
Belanja Daerah dan Capaian Kinerja Pemerintah pada Kabupaten/Kota
se-Jawa Tengah”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada pemda Kabupaten/Kota provinsi Jawa
Tengah yang dibatasi periode tahun 2008-2010 dan pengaruh belanja daeraah
hanya diukur dengan PAD dan DAU.

C. Rumusan Masalah
Berdasar uraian pada latar belakang di atas, maka masalah penelitian
ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah PAD mempengaruhi Belanja Langsung?
2. Apakah DAU mempengaruhi Belanja Langsung?
3. Apakah PAD mempengaruhi Belanja Tidak Langsung?
4. Apakah DAU mempengaruhi Belanja Tidak Langsung?
5. Apakah Belanja Langsung mempengaruhi kinerja pemerintah?
6. Apakah Belanja Tidak Langsung mempengaruhi kinerja pemerintah?

7

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris peran
PAD dan DAU terhadap hubungan antara belanja daerah dan capaian kinerja
pemerintah pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dari tahun 2008 hingga

2010.

E. Manfaat Penelitian
Beberapa kegunaan penelitian ini berupa kontribusi empiris, teori dan
kebijakan, yaitu:
1. Kontribusi empiris pada pengaruh DAU dan PAD terhadap alokasi
Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah;
2. Kontribusi kebijakan untuk memberikan masukan pada Pemerintah Pusat
maupun Daerah dalam hal menyusun kebijakan di masa yang akan datang;
3. Kontribusi teori sebagai referensi dan data tambahan bagi peneliti-peneliti
berikutnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

F. Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

8


BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tinjauan pustaka yang memuat landasan
teori, kerangka konseptual, pengembangan hipotesis serta
penelitian terdahulu.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini memuat uraian tentang desain penelitian, populasi,
sampel, jenis dan sumber data, variabel penelitian dan
definisi opearsional, serta metode analisis data.

BAB IV

: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan pengolahan data dengan alat analisis
yang diperlukan pengujian hipotesis dan pembahasan hasil

analisis.

BAB V

: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti
dan hasil analisis data, saran-saran yang diberikan dari
hasil

penelitian

selanjutnya.

dan

rekomendasi

bagi

penelitian


Dokumen yang terkait

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

10 82 122

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Nanggroe Aceh Darussalam

10 90 104

Studi Komperatif Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum Dan Setelah Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

0 34 88

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

8 99 92

Tinjauan Atas Perbandingan Anggaran Dan Realisasi Belanja Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Barat

0 10 51

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Daerah (Studi Pada Pemerintah Kota Bandung)

0 8 1

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 1 29

Pengaruh kebijakan Penyusunan Anggaran, Penerapan Anggaran dan Belanja Daerah Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Asahan)

0 5 12

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

1 2 12