Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Nanggroe Aceh Darussalam

(1)

PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DAN BELANJA MODAL

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

TESIS

Oleh

EVA MAIHARYANTI

087017094/Akt

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DAN BELANJA MODAL

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA

PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

EVA MAIHARYANTI

087017094/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Nama Mahasiswa : Eva Maiharyanti Nomor Pokok : 087017094 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B,MSc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Desember 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si,Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, M.Si,Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 4. Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec,Ac


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

PENGARUH PENDAPATAN DAERAH TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DAN BELANJA MODAL SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING PADA PEMERINTAH KABUPATEN/

KOTA DI NAGGROE ACEH DARUSSALAM

”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 16 Desember 2010

Yang membuat pernyataan:


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus(DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Belanja Modal (BM) sebagai variabel Intervening.

Populasi penelitian ini sejumlah 23 (dua puluh tiga) pemerintah daerah kabupaten dan kota di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan yang memenuhi kriteria disertakan sebagai anggota sampel sejumlah 21 (dua puluh satu) pemerintah daerah kabupaten/kota. Penelitian dilakukan selama 2(dua) tahun pengamatan, yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 untuk Realisasi DAU, DAK, PAD dan BM sedangkan untuk IPM dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 sehingga menjadi 42 (empat puluh dua) unit analisis amatan (21 x 2). Data kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini diperoleh dari Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah (Laporan Tahunan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur dan uji asumsi klasik terhadap data sampel.

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan anlisis jalur menunjukkan bahwa dana alokasi khusus berkontribusi signifikan terhadap indeks pembangunan manusia melalui belanja modal, pendapatan asli daerah berkontribusi signifikan terhadap indeks pembangunan manusia melalui belanja modal.

Kata Kunci: Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Modal


(7)

ABSTRACT

The research purpose to get empirical evidence and analysis of block grant, specific grant, regional income, which is having an affected on human development index and capital expenditure for intervening variable.

Scope of research are 23 local governments in Nanggroe Aceh Darussalam province, comply with criteria for sampling source it 21 local government and cities. Research which have been made by 2 years observation from 2006 until 2007 for realization of general allocation found, special allocation found, local government original receipt and capital expenditure, whereas for human development index staring from 2007 until 2008. With the result that to be 42 unit observation analysis (21x2). Quantitative data has been use for this research sources from local government financial statistic report (annual report of a realization of budgeting the local government receipt and expenditure). Hypothesis testing made by path analysis and classic assumption test for data sampling.

Result from data processing witch path analysis indicate special alocation found having significant contribution to human development index by capital expenditure, regional income make significant contribution to human development index by capital expenditure.

Keywords : Block Grant, Specific Grant, Regional Income, Human Development Index, Capital Expenditure.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah azza wa jalla rabb semesta alam, serta shalwat dan salam semoga senantiasa tercurah ke haribaan Rasulullah S.A.W, keluarga dan para sahabatnya. Berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia dan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Nanggroe Aceh Darussalam”. Penyusunan tesis ini merupakan tugas akhir untuk mencapai derajat Strata Dua (S2) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini penulis mengalami berbagai macam kesulitan dan kendala, namun penulis menyadari tugas ini dapat diselesaikan atas bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

5. Ibu Prof. Dr. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.


(9)

6. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun tesis ini.

7. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec,.Ac, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

8. Pimpinan dan Staf Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera, yang telah menyediakan dan memberikan data maupun informasi yang diperlukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Bapak dan Ibu para dosen serta seluruh pegawai pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas ilmu dan bantuan yang diberikan.

10.Rekan-rekan Staf Sekretariat Program Studi Akuntansi SPS-USU, Bang Ari, Mbak Yusna, Mbak Dori dkk yang telah banyak membantu administrasi penelitian ini.

11.Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Drs. Soewarno dan Ibunda Sukarti, yang telah memberikan dukungan, doa, cinta dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini. 12.Yang tercinta suamiku Eddy Syahfutra, ST dan anakku Farel dam Mishal yang

banyak memberikan dorongan dan inspirasi semoga anugerah ini membangkitkan dan berjuang pada kehidupan yang lebih baik.

13.Yang tersayang abang, kakak ipar, adikku serta keponakan, yang telah memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.

14.Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran yang berarti bagi penulis serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan saran maupun perhatiannya sehingga penulisan tesis ini terselesaikan.

Jasa mereka semua tidak dapat dinilai, penulis tidak dapat membalasnya, dan dengan ketulusan serta keikhlasan do’a yang penulis panjatkan semoga Allah


(10)

Subhanahu Wa Ta’ala memberikan balasan pahala yang berlipat ganda atas segala perhatian dan bantuan yang telah diberikan. Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang memerlukannya.

Medan, Desember 2010

Peneliti,


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Eva Maiharyanti

2. Tempat/Tanggal Lahir : Takengon , 29 Mei 1978

3. Alamat : Jalan Asrama Merah No 197 Takengon

4. Agama : Islam

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Pekerjaan : PNS

7. Status : Menikah

8. No.Hp : 0813 7733 7993

9. Nama Suami : Eddy Syahfutra, ST

10.Nama Anak

Anak Ke-1 : Arif Farel Asshidiq Anak Ke-2 : Mishal Sherezad

11.Pendidikan :

a. Lulus SD Negeri No. 1 Takengon Tahun 1990 b. Lulus SMP Negeri No. 1 Takengon Tahun 1993 c. Lulus SMA Negeri No. 1 Takengon Tahun 1996

d. Lulus Sarjana (S1) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2002. 12.Riwayat Pekerjaan :


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Originalitas Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Landasan Teori... 12

2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia... 12

2.1.2. Pendapatan Asli Daerah ... 14

2.1.3. Dana Alokasi Umum... 17

2.1.4. Dana Alokasi Khusus... 20

2.1.5. Belanja Modal ... 22

2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 25

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28

3.1. Kerangka Konseptual ... 28


(13)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 31

4.1. Jenis Penelitian... 31

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.3. Populasi dan Sampel ... 32

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 34

4.6. Metode Teknik Analisis Data ... 36

4.6.1. Teknik Analisis Data... 36

4.6.2. Analisis Deskriptif ... 37

4.6.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 37

4.6.1.1. Uji normalitas... 37

4.6.1.2. Uji multikolinearitas ... 38

4.6.1.3. Uji autokorelasi ... 38

4.6.1.4. Uji heteroskedastisitas... 40

4.6.4. Pengujian Hipotesis Penelitian... 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1. Hasil Penelitian ... 41

5.1.1. Deskriptif Sampel Penelitian ... 41

5.1.2. Deskriptif Statistik Data Penelitian... 41

5.2. Uji Asumsi Klasik ... 43

5.2.1. Pengujian Asumsi Klasik Model 1 Sub-Struktur 1 ... 44

5.2.1.1. Normalitas data ... 44

5.2.1.2. Uji multikolinearitas ... 45

5.2.1.3. Uji heteroskedastisitas... 46

5.2.1.4. Uji autokorelasi ... 46

5.2.2. Pengujian Asumsi Klasik Sub-Struktur 2 ... 47

5.3. Pengujian Hipotesis Penelitian... 48


(14)

5.3.1.1. Pengaruh dana alokasi umum terhadap

belanja modal ... 49 5.3.1.2. Pengaruh dana alokasi khusus terhadap

belanja modal ... 50 5.3.1.3. Pengaruh pendapatan asli daerah terhadap

belanja modal ... 50 5.3.2. Pengujian Hipotesis Sub-Struktur 2 ... 52

5.3.2.1. Dana alokasi umum berkontribusi secara signifikan terhadap indeks pembangunan

manusia ... 53 5.3.2.2. Pendapatan asli daerah berkontribusi secara signifikan terhadap indeks pembangunan

manusia ... 53 5.3.2.3 Belanja modal berkontribusi secara

signifikan terhadap indeks pembangunan

manusia ... 54 5.4. Pembahasan... 56

5.4.1. Dana Alokasi Umum Berpengaruh terhadap Belanja Modal ... 56

5.4.2. Dana Alokasi Umum Berpengaruh Signifikan

terhadap Belanja Modal ... 57 5.4.3. Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Signifikan

terhadap Belanja Modal ... 58 5.4.4. Pembahasan Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal Berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia ... 59

5.4.5. Pengaruh Tidak Langsung, Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui

Belanja Modal ... 60 5.4.6. Pengaruh Tidak Langsung, Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui


(15)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Keterbatasan Penelitian... 63

6.3. Saran... 63


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu... 28

4.1 Distribusi Pengambilan Sampel ... 33

4.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 35

5.1 Deskriptif Statistik ... 42

5.2 One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test... 44

5.3 Collinearity Statistics... 45

5.4 Hasil Uji Autokorelasi... 47

5.5 Anova Model 1-Sub-Struktur 1... 48

5.6 Coefficient Model 1-Sub-Struktur 1... 49

5.7 Anova Sub-Struktur 2 ... 52


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 3.1 Kerangka Konsep ... 28 5.1 ScatterplotModel ... 46 5.2 Hubungan Kausal Empiris Sub-Srtuktur 1 Variabel X2 dan X3

terhadap Z... 51 5.3. Hubungan Kauzal Empiris antara X2 dan X3 terhadap Z, dan Z


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Realisasi Dana Alokasi Umum ... 67

2. Realisasi Dana Alokasi Khusus ... 68

3. Realisasi Pendapatan Asli Daerah... 69

4. Indeks Pembangunan Manusia... 70

5. Deskriptif Statistik ... 71

6. Hasil Regresi Model Sub-Struktur 1... 72

7. Hasil Regresi Sub Struktur 1 melalui Metode Trimming ... 76

8. Hasil Regresi Model Sub-Struktur 2 ... 77

9. Hasil Regresi Sub-Struktur 2 melalui metode Trimming ... 81

10. Hasil Uji Korelasi... 83


(19)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus(DAK), Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Belanja Modal (BM) sebagai variabel Intervening.

Populasi penelitian ini sejumlah 23 (dua puluh tiga) pemerintah daerah kabupaten dan kota di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan yang memenuhi kriteria disertakan sebagai anggota sampel sejumlah 21 (dua puluh satu) pemerintah daerah kabupaten/kota. Penelitian dilakukan selama 2(dua) tahun pengamatan, yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007 untuk Realisasi DAU, DAK, PAD dan BM sedangkan untuk IPM dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 sehingga menjadi 42 (empat puluh dua) unit analisis amatan (21 x 2). Data kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini diperoleh dari Laporan Statistik Keuangan Pemerintah Daerah (Laporan Tahunan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur dan uji asumsi klasik terhadap data sampel.

Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan anlisis jalur menunjukkan bahwa dana alokasi khusus berkontribusi signifikan terhadap indeks pembangunan manusia melalui belanja modal, pendapatan asli daerah berkontribusi signifikan terhadap indeks pembangunan manusia melalui belanja modal.

Kata Kunci: Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Modal


(20)

ABSTRACT

The research purpose to get empirical evidence and analysis of block grant, specific grant, regional income, which is having an affected on human development index and capital expenditure for intervening variable.

Scope of research are 23 local governments in Nanggroe Aceh Darussalam province, comply with criteria for sampling source it 21 local government and cities. Research which have been made by 2 years observation from 2006 until 2007 for realization of general allocation found, special allocation found, local government original receipt and capital expenditure, whereas for human development index staring from 2007 until 2008. With the result that to be 42 unit observation analysis (21x2). Quantitative data has been use for this research sources from local government financial statistic report (annual report of a realization of budgeting the local government receipt and expenditure). Hypothesis testing made by path analysis and classic assumption test for data sampling.

Result from data processing witch path analysis indicate special alocation found having significant contribution to human development index by capital expenditure, regional income make significant contribution to human development index by capital expenditure.

Keywords : Block Grant, Specific Grant, Regional Income, Human Development Index, Capital Expenditure.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar

dimasyarakat tersebut dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan tersebut

diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan. Namun

persoalannya adalah capaian pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi

dimana beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek

pembangunan lainnya gagal. Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembagunan

manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran

pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai

ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau antar Negara. Oleh

karena itu Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran

standar pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau

Human Development Index (HDI).

Seperti diketahui beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat

efektif bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Dua faktor

penting ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki agar mampu

meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki


(22)

itu. Ditengah eskalasi persaingan global, tuntutan terhadap kapabilitas dasar itu

dirasakan semakin tinggi. Jika tidak demikian maka bangsa tersebut akan kalah

bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

Perkembangan IPM menunjukkan peningkatan capaian IPM seiring dengan

membaiknya perekonomian Negara. Secara umum pembangunan manusia di

Indonesia selama periode 1996-2008 mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas

dari kinerja pemerintah yang terus menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu.

Perkecualian terjadi pada periode 1996-1999 dimana terjadi penurunan capaian

pembangunan manusia. Hal ini tidak terlepas dengan situasi perekonomian Negara

yang memburuk saat itu sebagai dampak dari krisis ekonomi di Indonesia. Pada tahun

1996, IPM di Indonasia mencapai angka 67.7 angka ini lebih tinggi di bandingkan

IPM di beberapa Negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Camboja dam Myanmar.

Namun sejak krisis ekonomi pertengahan tahun 1997, IPM di Indonesia bergerak

turun menjadi 64,3 pada tahun 1999. Hal ini menyebabkan posisi Indonesia turun

keperingkat ke 110 dari 177 negara dimana posisi sebelumnya Indonesia berada pada

tingkat 99 dari 177 negara (UNDP, 2004). Berdsarkan laporan United Nation

Development Programs (UNDP) peringkat IPM Indonesia pada tahun 2004

meningkat lagi menjadi urutan ke 108 dari 177 negara.

Secara bertahap berbagai permasalahan di kabupaten/kota Nanggroe Aceh

Darussalam berangsur telah teratasi mulai dari permasalahan konflik sampai

terjadinya musibah gempa bumi dan tsunami tepatnya 26 desember 2004 yang telah


(23)

luar negeri yang dialokasikan keseluruh kabupaten/kota provinsi NAD yang berperan

dalam pembangunan kembali pembangunan infrastruktur melalui rehabilitasi dan

rekonstruksi di berbagai bidang. Bantuan luar negeri tersebut berupa hibah sesuai

dengan pengertian dalam Qanun Provinsi NAD No. 8 tahun 2002 tentang bantuan

luar negeri dan pinjaman provinsi menyatakan bahwa bantuan luar negeri adalah

hibah yang diberi oleh pemerintah luar negeri atau lembanga keuangan internasional

atau lembaga lainnya diluar negeri kepada pemerintah provinsi NAD. Sementara

Belanja modal kabupaten/kota NAD memperlihatkan suatu peningkatan selama

periode 2006-2007 upaya peningkatan belanja modal di beberapa kabupaten/kota.

Pembangunan manusia di semua kabupaten/kota NAD mengalami kemajuan namun

sangat bervariasi. Kemajuan ini sangat tergantung kepada komitmen penyelenggara

pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas dasar penduduk yang berdampak

pada kualitas hidup. Meskipun belanja modal mengalami peningkatan tapi pada

kenyataannya masih ada di beberapa kabupaten/kota NAD bahwa IPM masih

dibawah rata-rata karena rendahnya kemampuan daya beli dan rendahnya kesadaran

masyarakat akan pangan gizi yang layak yang merupakan persoalan utama bagi

masyarakat miskin di aceh dan terbatasnya akses kebutuhan dasar terutama

pendidikan, kesehatan. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa dalam era otonomi,

pemerintah daerah harus semakin mendekatkan diri pada berbagai pelayanan dasar

masyarakat. Oleh karena itu alokasi modal memegang peranan penting guna

peningkatan pelayanan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembangunan


(24)

manusia, sehingga perlu diprioritaskan alokasi belanja untuk keperluan ini dalam

penyusunan anggaran (Suyanto, 2009).

Berdasarkan pengalaman pembangunan di berbagai Negara diperoleh

pembelajaran bahwa untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan

antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi

belanja yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. Korea selatan sebagai contoh

sukses, tetap konsisten melakukan dua hal tersebut. Sebaliknya brazil mengalami

kegagalan karena memiliki distribusi pendapatan yang timpang dan alokasi belanja

yang kurang memadai untuk pendidikan dan kesehatan (UNDP, BPS, Beppenas,

2004).

Saat ini tampak pemerintah sangat perhatian pada pembangunan manusia

sehingga data IPM menjadi sangat penting dan bernilai strategis serta dibutuhkan

sebagai rujukan dalam penentuan berbagai kebijakan pemerintah. Salah satu

kebijakan pemerintah adalah penentuan Dana Perimbangan wilayah melalui Dana

Alokasi Umum yang menggunakan data IPM, selain itu IPM digunakan untuk

menilai keberhasilan kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah. Pembangunan

manusia yang dimaksud dalam IPM tidak sama dengan pengembangan sumber daya

manusia yang biasanya dimaksud dalam teori ekonomi. Sumber daya manusia

sebagai salah satu faktor produksi yaitu sebagai tenaga kerja. Sedangkan manusia

dalam IPM lebih diartikan sebagai tujuan pembangunan manusia yang berorientasi

pada peningkatan kesejahteraan manusia (Gevisioner, 2004). Perbaikan prioritas ini


(25)

pembangunan manusia nya rendah maka akan menetukan tingkat kesejahteraan

individu yang pada akhirnya juga menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat

secara umum.

Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal Dana perimbangan merupakan

pendanaan daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil

(DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK). Pada penelitian

ini peneliti hanya fokus pada Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dana

perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai

kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pendanaan

pernerintah daerah. Dalam penelitiannya Holtz-Eakin et al (1994) menunjukkan

adanya keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja

modal.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan bahwa Dana Alokasi Khusus untuk mendanai kegiatan khusus yang

menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang

merupakan perwujudan tugas ke pemerintahan dibidang tertentu khususnya dalam

upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Dan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 tahun 2006 tentang

Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) bahwa pada

penggunaan dana perimbangan Dana Alokasi Umum agar diprioritaskan

penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan, kesejahteraan pegawai, kegiatan


(26)

rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan

masyarakat.

Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) pada dasarnya untuk mendanai pembangunan fisik sarana dan

prasarana dengan arah kebijakan peningkatan, perluasan dan pemerataan pendidikan

untuk belanja modal dilaksanakan melalui antara lain penyediaan fasilitas layanan

pendidikan berupa pembangunan unit sekolah baru, penambahan ruang kelas dan

penyediaan fasilitas kemajuan pendidikan, sarana dan prasarana yang memadai untuk

kenyamanan bersekolah.

Sedangkan dalam peningkatan pelayanan dasar kesehatan pemerataan

pembangunan dibidang kesehatan fokus pada (i) peningkatan akses, pemerataan,

keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin;

(ii) peningkatan ketersediaan tenaga medis dan paramedik terutama pelayanan dasar

daerah terpencil dan tertinggal; (iii) pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular;(iv) penanganan gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, bayi dan

balita;(v) peningkatan obat generic esensial, pengawasan obat serta (vi) revitalitas

program KB (BPS, 2004).

Berbagai pemaparan ini menunjukkan tingginya pendapatan daerah akan

meningkatkan belanja modal memberikan dampak yang berarti bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari meningkatnya Indek Pembangunan


(27)

Studi Abdullah (2004) menemukan adanya perbedaan preferensi antara

eksekutif dan legislatif dalam pengalokasian PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi

untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk pendidikan

dan kesehatan justru mengalami penurunan yang menyebabkan diskresi atau

penggunaan PAD tidak sesuai dengan preferensi publik. Akibat penyebab

penggunaan PAD tidak sesuai dengan preferensi publik maka tidak terwujud tingkat

kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya menyangkut kepada kualitas

pembangunan manusia.

Darwanto dan sari pernah melakukan pengujian adanya pengaruh

Pertumbuhan ekonomi, PAD dan DAU terhadap pengalokasian anggaran belanja

modal pada Kabupaten/Kota se Jawa-Bali baik Kabupaten dan kota dari tahun

2004-2005. Dari penelitian tersebut di peroleh kesimpulan bahwa terdapat keterbatasan

tahun pada periode 2004-2005 karena data untuk variabel dependen merupakan

variabel baru sehingga dimungkinkan kurang untuk melakukan generalisasi atas

penelitian ini. Karena menurut Halim (2002) Pemerintah kabupaten/ kota di

Jawa-Bali memiliki kemampuan keuangan berbeda dengan Pemerintah kabupaten/ kota di

luar Jawa-Bali. Menanggapi hal tersebut, Mutiara Maimunah melakukan penelitian

yang sama pada Pemda kabupaten/ kota di pulau Sumatra pada tahun 2003 dan 2004.

Christy yaitu Hubungan DAU, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan

Manusia dari pengujian hasil menunjukkan DAU berpengaruh secara positif terhadap

belanja modal, pengujian ini konsisten temuan prakoso (2004) serta Harianto dan Adi


(28)

terhadap belanja modal. Nilai signifikan yang sangat kecil mengindikasikan

ketergantungan pemerintah daerah yang sangat tinggi terhadap DAU untuk kebutuhan

pembelanjaan daerah. Dan belanja modal ber pengaruh terhadap kualitas

pembangunan manusia, hasil penelitian ini sejalan dengan argumentasi Mardiasmo

(2002).

Melihat dua penelitian sebelumnya yang hanya terbatas pada wilayah bagian

Barat Indonesia, peneliti tertarik untuk melengkapi kedua penelitian tersebut dengan

menambah variabel dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah dan Belanja Modal

sebagai variabel Intervening serta tahun penelitian dari tahun 2006-2007 untuk prosi

dana aloksai umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah dan belanja modal.

Untuk indeks pembangunan manusia tahun amatan 2007-2008 dengan wilayah yang

berbeda yaitu keseluruhan kabupaten/kota di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membuat

penelitian dengan judul "Pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Indeks

Pembangunan Manusia dan Belanja Modal sebagai variabel intervening pada pemerintahan Kabupaten/kota se Nanggroe Aceh Darussalam".

1.2 Perumusan Masalah

Sumber-sumber Pendapatan Daerah yaitu Pendapatan Asli daerah, Dana

Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang syah, penelitian ini hanya di

fokuskan pada Pendapatan Asli Daerah, untuk Dana Perimbangan hanya di fokuskan


(29)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah

1. Apakah Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah

berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja

Modal?

2. Apakah Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal

berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dengan rumusan masalah, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris dan menganalisis

1. Dana Alokasi Umum, dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia melalui Belanja Modal.

2. Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal berpengaruh

signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia?

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat bagi:

1. Untuk memberikan pengetahuan dan wawasan peneliti dan untuk tambahan


(30)

Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal, Indeks Pembangunan

Manusia.

2. Bagi Pemerintah adalah sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan

agar penggunaan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Khususnya Dana

Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus di perioritaskan pada capaian

pembangunan manusia melalui kebutuhan fisik sarana dan prasarana

pembangunan program dan kegiatan kesehatan, pendidikan, ekonomi di Nanggroe

Aceh Darussalam.

3. Dapat bermanfaat untuk memberikan bahan referensi dan perbandingan dalam

kegiatan penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan replikasi variabel

pada penelitian Fhino Andrean Christie pada penelitian hubungan antara Dana

Alokasi Umum, Belanja Modal dan Indeks Pembangunan Manusia. Perbedaan

penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah,

1. Penelitian terdahulu peneliti meneliti Kabupaten dan Kota se-Jawa Tengah. Tahun

data yang digunakan pada penelitian tersebut dari tahun 2004 s/d 2006. Alat uji

statistik menggunakan Analisis Regresi Sederhana.

2. Sedangkan pada penelitian ini peneliti menambah variabel Dana Alokasi Khusus

dan Pendapatan Asli Daerah, judul pengaruh Pendapatan Daerah terhadap Indeks


(31)

Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal tahun amatan

2006-2007, sedangkan untuk Indeks Pembangunan Manusia tahun amatan 2007-2008,

dengan meneliti wilayah yang berbeda yaitu pada Kabupaten/Kota se- Nanggroe


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Dalam Bab ini akan dibahas lebih jauh mengenai Pendapatan Daerah yaitu

Pendapatan Asli Daerah. Dana perimbangan akan dibahas Dana Alokasi Umum,

Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal, Kualitas Pembangunan Manusia Serta

menjabarkan teori-teori yang melandasi penelitian ini dengan referensi atau

keterangan tambahan yang dikumpulkan selama penelitian.

2.1.1. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) secara khusus mengukur capaian

pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM

dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan ketiga komponen; yaitu

capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf,

partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur kinerja pembangunan

bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah

kabutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai

pendekatan pendapatan. Pembangunan harus memberikan dampak terhadap

peningkatan kualitas hidup manusia secara menyeluruh, baik menyangkut pemenuhan

kebutuhan fisik maupun non fisik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau disebut


(33)

mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang

atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan

ekonomi terhadap kualitas hidup (UNDP, 1996).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat 3 indikator utama, yaitu

indikator kesehatan, indikator pendidikan dan indikator ekonomi. Pengukuran ini

menggunakan tiga dimensi dasar, yaitu: lamanya hidup, pengetahuan, dan standar

hidup yang layak. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling

mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Selain juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada gilirannya ditentukan oleh

banyak faktor, terutama pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan

pemerintah

IPM mulai digunakan oleh UNDP sejak tahun 1990 untuk mengukur upaya

pencapaian pembangunan manusia suatu negara. IPM merupakan indikator komposit

tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang

telah dilakukan di suatu wilayah (UNDP, 2004). Walaupun tidak dapat mengukur

semua dimensi dari pembangunan, namun mampu mengukur dimensi pokok

pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic

capabilities) penduduk.

Pembangunan manusia yang dimaksudkan dalam IPM tidak sama dengan

pengembangan sumber daya manusia yang biasanya dimaksudkan dalam teori

ekonomi. Sumber daya manusia menunjuk pada manusia sebagai salah satu faktor


(34)

hal ini manusia hanya sebagai alat (input) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan

output barang dan jasa. Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diartikan sebagai

tujuan pembangunan yang berorientasi akhirnya pada peningkatan kesejahteraan

manusia (Gevisioner,2004).

Salah satu ukuran IPM adalah besarnya pendapatan nasional yang digunakan

untuk belanja pendidikan (Kuncoro, 2004). Untuk meningkatkan IPM khususnya

dalam bidang pendidikan, caranya dengan memberantas buta aksara. Hal ini akan

menjadikan masyarakat menjadi melek aksara. Untuk menjamin tercapainya tujuan

pembangunan manusia terdapat empat hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu

produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan (UNDP, 1995:12).

2.1.2. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah Penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut

berdasarkan peraturan Daerah. Terdapat dua unsur penting dalam pengertian/konsep

PAD; potensi asli daerah dan pengelolaannya sepenuhnya oleh daerah. Dalam kontek

pembiayaan pembangunan daerah, yang dimaksud dengan potensi asli daerah adalah

seluruh sumber daya daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sehingga

memberi nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan

pembangunan daerah. Sedangkan pengelolaan sepenuhnya oleh daerah, berarti

penyerahan seluruh besar hasil suatu pengelolaan suatu sumber daya tersebut kepada


(35)

Tahun 2004 Pasal1, ayat 18). Sumber Pendapatan Asli Daerah, diperoleh dari: a)

Pajak Daerah; b) Retribusi Daerah; c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan; dan d) Lain-lain PAD yang sah.

a. Pajak Daerah

Menurut UU No 34 Tahun 2000 yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah

iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Sementara itu ada

beberapa hal yang dianggap sebagai kriteria yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat

dianggap sebagai pajak yaitu ; 1)Bersifat pajak dan bukan retribusi; 2) Objek pajak

terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan dan

mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di

wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan; 3) Objek dan dasar pengenaan

pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum; 4) Objek pajak bukan

merupakan Objek pajak Propinsi dan atau Objek pajak Pusat; 5) Potensinya

memadai serta tidak memberikan dampak ekonomi yang negative;

6) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat serta menjaga


(36)

b. Retribusi daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU No 34 Tahun

2000 , pasal 1 ayat 26. jenis retribusi dapat dibedakan menjadi;

1. Retribusi Jasa Umum yang merupakan pungutan yang dikenakan kepada

masyarakat atas pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang digolongkan sebagai

jasa usaha tersebut tergolong quasy goods dan pelayanan yang memerlukan

pengendalian dalam konsumsinya dan biaya penyediaan layanan tersebut cukup

besar sehingga layak dibebankan kepada masyarakat misalnya: retribusi pelayanan

kesehatan, persampahan, akta catatan sipil dan KTP.

2. Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan yang dikenakan oleh Daerah berkaitan

dengan penyediaan layanan yang belum memadai disediakan ole swasta dan atau

penyewaan asset/kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan misalnya retribusi

pasar grosir, terminal, rumah potong.

3. Retribusi Perijinan Tertentu yang merupakan pungutan yang dikenakan sebagai

pembayaran atas pemberian ijin untuk melakukan kegiatan tertentu yang perlu

dikendalikan oleh Daerah misalnya IMB, Ijin Pengambilan Hasil Hutan Ikutan.

c. Hasil perusahaan dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan: Yaitu

penerimaan dari laba badan usaha milik pemerintah daerah dimana pemerintah

tersebut bertindak sebagai pemiliknya. Jenis pendapatan ini meliputi:a) Bagian


(37)

Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank; d) Bagian Laba atas Penyertaan

Modal / Investasi;

d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan ini merupakan pendapatan daerah yang berasal bukan dari pajak

daerah dan retribusi daerah. Jenis-jenisnya yaitu meliputi: a)Hasil Penjualan Asset

Daerah yang Tidak Dipisahkan; b) Penerimaan Jasa Giro; c) Penerimaan Bunga

Deposito; d) Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan; e) Penerimaan Ganti

Rugi Atas Kerugian / Kehilangan Kekayaan Daerah (TP-TGR)

PAD merupakan pendapatan murni yang dikelola dari daerah itu sendiri, potensi

yang dimiliki berada didaerah yang digali oleh prioritas daerah dalam

menjalankan kegiatan pembangunan dan belanja daerah atau usaha daerah yang

memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah pusat

(mangkusubroto, 1994). Semakin tinggin PAD dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) merupakan cermin keberhasilan usaha atau tingkat

kemampuan daerah dalam membiayai penyelengaraan pemerintah dan

pembangunan.

2.1.3. Dana Alokasi Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 tahun 2006 tentang

Pedoman Penyususnan APBD bahwa penggunaan dana perimbangan Dana Alokasi

Umum agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan,


(38)

sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan

umum yang dibutuhkan masyarakat.

Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan bertujuan untuk Pemerataan Kemampuan keuangan antar daerah

melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan Belanja Pegawai,

Kebutuhan Fiskal dan Potensi Daerah. Komponen variabel kebutuhan fiskal (fiscal

needs) yang digunakan untuk pendekatan perhitungan DAU untuk kebutuhan daerah

terdiri dari: Indeks Jumlah Penduduk, Indeks Luas wilayah, Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Indeks Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) per kapita. Sedangkan Kapasitas Fiskal dicerminkan dari

Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam (Fhino &

Priyo, 2009).

Pemerintah pusat dalam undang-undang Nomor. 33 tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,

mengalokasikan sejumlah dana dari APBN sebagai dana perimbangan. Dana

perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum , Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi

Hasil. Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana

Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan untuk daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan


(39)

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan

daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Alokasi Umum sebagai salah satu bagian dari dana perimbangan

ditujukan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah. Selain itu,

Dana Alokasi Umum juga berfungsi sebagai equalization grant yaitu menetralisir

ketimpargan keuangan karena adanya dana bagi hasil yang diperoleh daerah.

Mengacu pada PP No. 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan (Mardiasmo, 2002)

Tujuan Dana Alokasi Umum adalah untuk: horizontal equity dan suffieney. Tujuan

horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan

distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar

antar daerah. Sementara itu, yang menjadi kepentingan daerah adalah kecukupan

terutama adalah untuk menutup fiscal gap. suffiency dipengaruhi oleh bebaapa faktor

yaitu: kewenangan, beban dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

Menurut Henley at al (Mardiasmo, 2002) mengidentitikasi beberapa tujuan

pemerintah pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk grant kepada pemerintah

daerah yaitu: a) Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah (geographical.

equity); b) Untuk meningkatkan akuntabilitas (promote accountability); c) Untuk

meningkatkan sistem pajak yang progresif. Pajak daerah cenderug kurang progresif,

membebani tarif pajak yang tinggi kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah;


(40)

mensubsidi beberapa pengeluaran pemerintah daerah untuk mengurangi jumlah pajak

daerah;

2.1.4. Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana

perimbangan bahwa Dana Alokasi Khusus untuk mendanai kegiatan khusus yang

menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang

merupakan perwujudan tugas ke pemerintahan dibidang tertentu khususnya dalam

upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2007

Penggunaan Dana perimbangan Khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK)

dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kebutuhan fisik, sarana dan

prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan

pendidikan, kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan

oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan.

Pada awalnya DAK yang disediakan bagi daerah seluruhnya bersumber dari

dana reboisasi yang dialokasi sebesar 40% dari penerimaannya. Namun dari tahun

2003 selain untuk membiayai kegiatan rebiosasi disaerah penghasil, DAK diberikan

juga dalam DAK non DR yang disediakan bagi daerah tertentu untuk mendanai

kebutuhan khusus seperti; (a) Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum


(41)

komitmen atau prioritas nasional. Dalam perkembangannya, realisasi DAK senantiasa

menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ke tahun.

DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus

yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi

prioritas daerah. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. Kegiatan

khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan,

pengadaan peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar

masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik

penunjang.

Daerah tertentu sebagaimana dimaksud adalah daerah yang dapat memperoleh

alokasi DAK berdasarkan : a) Kriteria umum dirumuskan berdasarkan kemampuan

keuangan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi

belanja pegawai negeri sipil daerah (PNSD); b) Kriteria Khusus dirumuskan

berdasarkan (i) peraturan perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraaan

otonomi khusus , misalnya UU nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus papua

dan UU nomor 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam dan (ii) Karateristik daerah; c) Kriteria Teknis disusun berdasarkan

indicator-indikator kegiatan khusus yang akan didanai DAK. Ktiteria teknis

dirumuskan melalui indek teknis oleh menteri teknis terkait. Menteri teknis


(42)

2.1.5. Belanja Modal

Belanja Modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 huruf c Permendagri

No 59 Tahun 2007 tentang perubahan Permendagri Nomor 13/2006 Tentang

pengelolaan Keuangan Daerah digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam

rangka pengadaan asset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12

(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Sedangkan menurut

PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset

tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007

ditentukan bahwa nilai asset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal

sebesar harga beli/bangun asset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan

pengadaan/ pembangunan asset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada

pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah

menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal

selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang

tersebut harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin.

Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan khususnya PSAP no 7, yang mengatur tentang akuntansi asset tetap.

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam

rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberikan

manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi


(43)

Menurut Halim (2004:73), belanja modal merupakan belanja Pemerintah

Daerah yang manfaatnya melebih satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau

kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti

biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal dapat

juga disimpulkan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan

modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat

lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk

biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

rneningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Belanja Modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan

modal, antara lain untuk pembangunan, peningkatan dan pengadaan serta kegiatan

non fisik yang mendukung pembentukan modal. Dalam belanja ini termasuk untuk

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan maupun dalam bentuk

fisik lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya yang berpedoman dan lain

sebagainya dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan.

1. Belanja Modal Tanah yaitu semua biaya yang diperlukan untuk

pengadaan/pernbelian/ pembebasan/ penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,

pengosongan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah dan

pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan

perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasan/pembayaran ganti


(44)

2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin yaitu jumlah biaya untuk pengadaan alat-alat

dan mesin yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan sampai siap untuk

digunakan. Dalam jumlah belanja ini termasuk biaya untuk penambahan,

penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin dan diharapkan dapat

meningkatkan nilai aktiva, serta seluruh biaya pendukung yang diperlukan.

3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan yang termasuk dalam belanja ini adalah

jumlah biaya yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan

kegiatan pembangunan gedung yang prosentasenya mengikuti Keputusan

Direktur Jenderal Cipta Karya untuk pembangunan gedung dan bangunan.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan yaitu biaya untuk pengembalian

penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan prasejarah dan sarana yang

berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan pengairan (termasuk jaringan air

bersih), jaringan instalasil distribusi listrik dan jaringan telekomunikasi serta

jaringan lain yang berfungsi sebagai prasarana dan sarana fisik distribusi instalasi.

5. Belanja Modal fisik lainnya adalah jumlah biaya yang digunakan untuk perolehan

melalui pengadaan/pembangunan belanja fisik lainnya yang tidak dapat

diklasifikasikan dalam perkiraan belanja modal tanah, peralatan dan mesin,

gedung dan bangunan, jaringan (jalan, irigasi) dan belanja modal non fisik, yang

termasuk dalam belanja modal ini antara lain: kontrak sewa beli (leasehold),

pengadaan/pembelian barang-baraug kesenian (art pieces), barang-barang

purbakala dan barang-barang museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal


(45)

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis pengaruh Dana

Alokasi Umum terhadap Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah pada

Pendapatan Per kapita. Hasil penelitian tersebut ada yang mendukung teori dan ada

yang menolak teori. Beberapa hasil penelitian terdahulu.

Maimunah (2006) dalam penelitian di 90 Kabupaten/Kota di Pulau Sumatcra

menemukan besarnya nilai Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Ash Daerah

(PAD) mempengaruhi besarnya nilai Belanja Daerah (pengaruh positii). Flypaper

effect berpengaruh dalam mempredikisi Belanja Daerah periode kedepan. Berikutnya

ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan terjadinya.flypaper effect pada daerah

yang PAD nya rendah maupun daerah PAD-nya tinggi di Kabupaten/Kota pulau

Sumatera. Temuan lainnya adalah tidak terjadi flypaper effiect pada belanja daerah

bidang Pendidikan sedangkan belanja daerah bidang kesehatan dan Belanja Daerah

bidang Pekerjaan Umum-pun terjadi Flypaper Effect.

Harianto dan Adi (2007) menemukan bahwa Dana Alokasi Umum sangat

berpengaruh terhadap Belanja Modal. Sayangnya kontribusi dari DAU terhadap

Belanja Modal masih kurang efektif akibatnya pembangunan yang terjadi di daerah

kurang merata (masih banyak desa terbelakang di daerah Jawa dan Bali). Belanja

Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap Pendapatan per

Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif

dalam hubungan tidak langsung melalui Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli


(46)

yang terjadi masih kurang merata sehingga banyak ketimpangan/jarak ekonomi antara

daerah Dana Alokasi Umum mempunyai dampak yang signifikan terhadap

Pendapatan Asli Daerah melalui Belanja Modal (efek tidak langsung).

Darwanto & Yustikasari (2007) yang meneliti diseluruh Kabupaten/Kota Se

Jawa dan Bali menemukan secara simultan variabel perturrmbuhan ekonomi,

Pendapatan Ash Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap variabel Belanja Modal. Hasil pengujian terhadap

hipotesis-hipotesis menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F dengan hasil nilai signifikan

sebesar 0,01 berada di bawah 0,05 yang berarti secara sumultan seluruh variabel

independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel belanja modal.

Pengujian secara parsial yariabel dependen yang digunakan dalam model

menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum berpengaruh

positif terhadap belanja modal dalam APBD.

Christy (2009) Hubungan Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan Kualitas

Pembangunan Manusia, dalam penelitian menunjukkan Nilai adjusted R adalah

sebesar 0,083 dalam hal ini dapat diartikan 8,3% belanja modal dapat dijelaskan

dalan DAU dan selebihnya dapat dijelaskan dalam variabel lain. dalan bahwa dana

alokasi umum mempunyai pengaruh positif terhadap belanja modal. Dan pada

hipotesis nya menyatakan bahawa belanja modal berpengaruh terhadap kualitas

pembangunan manusia dapat diterima, dengan nilai adjusted R square model regresi

ini cukup besar yaitu 43,6 % hal ini berarti IPM dapat dijelaskan oleh belanja modal


(47)

Tabel. 2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

No. Nama Peneliti/Tahun

Topik Penelitian Variabel yang digunakan

Hasil Penelitian 1 Mutiara

Maimunah (2007)

Flypaper pada Dana Alokasi Umum dan pendapatan Asli daerah terhadap Belanja Daerah pulau sumatera

Dependen veriabel pendapatan asli daerah dan belanja daerah pada Kabupaten/Kota Independen variabel DAU

Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah. PAD berpengaruh signufikan dan positif terhadap belanja daerah.

2 Harianto dan Adi, (2007)

Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan perKapita

Dependen variabel Pendapatan per Kapita Independen variabel DAU. Belanja Modal, PAD

Dana Alokasi Umum sangat berpengaruh terhadap belanja Modal. PAD sangat berpengaruh terhadap pendapatan per kapita

3 Darwanto dan Yulia Ustikasari

(2007)

Pengaruh pertumbuhan ekonomi,pendapatan asli daerah dan Dana Alokasi

Umum terhadap pengalokasian anggaran belanja Modal

Independen variabel PAD, DAU, PDRB. Dependen variabel Belanja Modal

Secara parsial variabel PAD dan DAU signifikan terhadap belanja modal sedangkan PDRB tidak

signifikan

mempengaruhi belanja modal.

Secara simultan seluruh variabel independen mempengarui belanja modal.

4 Walidi (2009)

Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan per Kapita, Belanja Modal sebagai variabel Intervening

Independen variabel Dana Alokasi Umum dependen veriabel Pendapatan per Kapita variabel Intervening Belanja Modal

DAU berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per Kapita. Belanja Modal berpengaruh signifikan terhdp pendapatan perkapita.DAU

berpengaruh signifikan terhadap belanja Modal. DAU dan Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan per Kapita.

Belanja modal berfungsi sbg var. intervening 5 Fhino Andrea

Christie (2009)

Hubungan antara Dana alokasi umum, Belanja Modal dan Kualitas Pembangunan Manusia Dependen variabel Kualitas Pembangunan Manusia Independen variabel DAU dan Belanja Modal

DAU berpengaruh positif terhadap belanja modal.

Belanja Modal berpengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia


(48)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Berdasar kan latar belakang masalah dan landasan teori sebelumnya maka

model kerangka konsep dari penelitinan ini adalah:

ε

ε1 ε2

Gambar 3.1. Kerangka Konsep DANA ALOKASI UMUM (X1) DANA ALOKASI KHUSUS (X2) BELANJA MODAL (Z) PENDAPATAN ASLI DAERAH (X3) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (Y1)

Sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang syah. Penelitian ini difokuskan pada

Pendapatan Asli Daerah, dan untuk Dana Perimbangan difokuskan hanya pada Dana

Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. Semakin tinggi Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah akan meningkatkan Belanja Modal dengan


(49)

sehingga tersedianya pelayanan masyarakat akan berpengaruh terhadap indeks

pembangunan Manusia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 tahun 2006 tentang

Pedoman Penyususnan APBD bahwa penggunaan dana perimbangan Dana Alokasi

Umum agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan,

kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik

sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan

umum yang dibutuhkan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana

perimbangan bahwa Dana Alokasi Khusus untuk mendanai kegiatan khusus yang

menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional, sesuai dengan fungsi yang

merupakan perwujudan tugas ke pemerintahan dibidang tertentu khususnya dalam

upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.

Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah mengutamakan kegiatan

pembangunan, pengadaan, peningkatan, perbaikan sarana dan prasarana fisik

pelayanan dasar masyarakat.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 Tahun 2006 tentang

Dana Alokasi Umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana

Alokasi Khusus, bahwa besarnyanya Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus

yang ditransfer pemerintah pusat yang dialokasikan melalui belanja modal untuk

mendanai kebutuhan mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan,


(50)

umum yang dibutuhkan masyarakat khususnya pelayanan kesehatan, pendidkan dan

ekonomi. Peningkatan pelayanan ini diharapkan dapat meningkatkan capaian

pembangunan manusia.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan diatas maka jawaban

sementara dari masalah penelitian ini adalah:

1. Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah berpengaruh

signifikan terhadap indeks pembangunan manusia melalui belanja modal.

2. Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal berpengaruh


(51)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan hubungan kausal (causal effect), dimana penelitian

yang dilakukan terhadap fakta-fakta untuk membuktikan secara empiris pengaruh.

Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, terhadap

Belanja Modal dampaknya terhadap indeks Pembangunan manusia di Pemerintah

Kabupaten/Kota Nanggroe Aceh Darussalam tahun amatan 2006- 2007 untuk dana

alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah dan belanja modal. Untuk

indeks pembangunan manusia tahun amatan 2007-2008.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam

penyelesaian penelitian ini diperoleh berupa dokumentasi dengan pengumpulan

bahan-bahan dan data yang berhubungan dengan pokok bahasan yang peneliti kutip

dari buku, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip, untuk data

dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan pendapatan asli daerah diambil pada

laporan statistik keuangan pemerintah kabupaten/kota yaitu laporan realisasi

anggaran kabupaten/kota dan data indeks pembangunan manusia kabupaten/kota

Aceh dalam angka . Sumber data dari Perpustakaan Badan Pusat Statistik Nanggroe


(52)

Waktu penelitian direncanakan lebih kurang 20 minggu dalam tahun 2010. Rincian

rencana waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 15.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang

ingin diselidiki oleh peneliti (Sularso, 2003:30). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 23 Kabupaten/Kota yang terdapat di Nanggroe Aceh Darussalam

Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi yang

ingin diteliti (Sularso, 2003:67). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan

Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan

pertimbangan (judgement sampling) (Sularso,2003:69). Mengingat sebagian

pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi populasi dalam penelitian merupakan

Kabupaten/Kota pemekaran yang belum menyajikan data sesuai dengan kebutuhan

penelitian. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini berjumlah 21

kabupaten/kota, penelitian mempunyai dimensi waktu 2 tahun sehingga berjumlah

unit analisis amatan (21 kab/kota x 2 tahun) = 42 sampel yang memiliki laporan

statistik keuangan kabupaten/kota yaitu laporan realisasi anggaran kabupaten/kota

mengenai dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah, belanja

modal tahun amtan 2006-2007. Dan aceh dalam angka untuk melihat data indeks


(53)

Tabel 4.1. Distribusi Pengambilan Sampel

Kriteria / Pertimbangan

No Kabupaten/Kota Tidak Daerah

Pemekaran

Data Penelitian Tersedia dengan Lengkap

Sampel

1. Simeuleu

2. Aceh Singkil

3. Aceh Selatan

4. Pidie

5. Aceh Tenggara

6. Aceh Timur

7. Aceh tengah

8. Aceh barat

9. Aceh Besar

10. Bireun

11. Aceh Utara

12. Aceh Barat Daya

13. Gayo Lues

14. Aceh Tamiang

15. Nagan Raya

16. Aceh Jaya

17. Bener Meriah

18. Pidie Jaya X X X

19. Kota Banda Aceh

20. Kota Sabang

21. Kota Langsa

22. Lhokseumawe

23. Subussalam X X X

Sumber : Badan Pusat Statistik NAD (2010) Keterangan:

√ = memenuhi kriteria X = tidak memenuhi kriteria

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, dalam pengumpulan

data peneliti menggunakan data sekunder yaitu berupa dokumentasi dengan

pengumpulan bahan-bahan dan data yang berhubungan dengan pokok bahasan yang

peneliti kutip dari buku, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip


(54)

keuangan kabupaten/kota yaitu laporan realisasi anggaran kabupaten/kota mengenai

dana alokasi umum, dana alokasi khusus , pendapatan asli daerah dan belanja modal

tahun amatan 2006-2007. Aceh dalam angka untuk melihat data indeks pembangunan

manusia mulai tahun 2007 - 2008.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah memberikan pengertian terhadap suatu variabel

dengan menspesifikasi kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk

mengukur memanipulasinya. (Sularso, 2003:50). Variabel penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independen) adalah Dana Alokasi

Umum, Dana Alokasi husus, Pendapatan Asli Daerah. Dana Alokasi Umum yaitu

Transfer yang bersifat umum dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah untuk

mengatasi kepentingan horizontal dalam pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran pemerintah. Dana Alokasi Khusus

yaitu Transfer yang bersifat khusus dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah

untuk mengatasi kepentingan horizontal dalam pemerataan kemampuan keuangan

antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran pemerintah. Pendapatan Asli

Daerah Yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah

sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. Variabel terikat (Dependen)

Indek Pembangunan Manusia yaitu capaian pembangunan manusia atas layanan dasar


(55)

Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka Kegiatan Pengadaan, sarana prasarana

fisik pembangunan, peningkatan atas indikator kesehatan, pendidikan dan ekonomi

Pada bagian ini, diuraikan mengenai definisi operasional dan pengukuran

variabel yang digunakan, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel No. Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Parameter Skala

Varibel Dependen

1 Indek Pembangunan Manusia

Capaian Pembangunan manusia Atas layanan dasar, pendidikan, kesehatan dan ekonomi

Diukur berdasarkan angka sebenarnya tercantum pada dokumen IPM Aceh dalam angka 2007-2008.

Rasio

Variabel Independen

2 Pendapatan Asli Daerah

Penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan Daerah

Diukur berdasarkan angka sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi penerimaan PAD Pemerintah Kab/Kot NAD 2006-2007.

Rasio

3 Dana Alokasi Umum

Transfer yang bersifat

umum dari pemerintah pusat ke pemerintah Daerah untuk mengatasi Kepentingan horizontal dalam Pemerataan kemampuan Keuangan antar daerah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Diukur berdasarkan angka sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi penerimaan DAU Pemerintah Kab/Kot NAD 2006-2007. Rasio

4 Dana Alokasi Khusus

Transfer yang bersifat

khusus dari pemerintah pusat ke pemerintah Daerah untuk mengatasi Kepentingan horizontal dalam Pemerataan kemampuan Keuangan antar daerah untuk membiayai pengeluaran pemerintah Diukur berdasarkan angka sebenarnya tercantum dalam dokumen realisasi penerimaan DAK Pemerintah Kab/Kot NAD 2006-2007. Rasio


(56)

Lanjutan Tabel 4.2

Variabel Intervening

5 Belanja Modal Pengeluaran yang dilakukan Dalam rangka Kegiatan, Pengadaan, sarana dan prasarana fisik.

Diukur berdasarkan angka yang sebenarnya tercantum

dalam dokumen realisasi pengeluaran Belanja Modal Pemerintah Kab/Kot di NAD tahun 2006-2007.

Rasio

4.6. Metode Teknik Analisis Data 4.6.1. Teknik Analisis Data

Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis path analisis,

model Trimming. Path Analisis digunakan untuk menganalisis pola hubungan

variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun pengaruh tidak

langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model

struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang

koefisien jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969: 59; Al-Rasyid & Sitepu, 1994:

Kusnendi, 2005:12). Jadi model trimming terjadi ketika koefisien jalur diuji

secara keseluruhan ternyata ada varaibel yang tidak signifikan. Pengolahan

data menggunakan software SPSS. Pola hubungan yang sesuai adalah pola

model struktural. Secara matematik analisis jalur mengikuti pola model


(57)

1. Z = PZX1 X1 + P ZX2 X2 + P ZX3 X3 2

2. Y = PYX1 X1 + PYX3 X3+ PYZ Z + Py ε

Keterangan :

Variabel endogen/ terikat Variabel eksogen/ bebas

Z = Belanja Modal X1 = DAU

Y= IPM X2 = DAK

X3 = PAD

4.6.2. Analisis Deskriptif

Analisis ini menggunakan seperti rata-rata, nilai maksimum, minimum dan

standar deviasi. Analisis ditujukan untuk memberi gambaran awal tentang dana

alokasi umum, dana Alokasi khusus, pendapatan asli daerah, belanja modal dan

indeks pembangunan manusia.

4.6.3. Pengujian Asumsi Klasik

Oleh karena itu pengujian asumsi klasik perlu dilakukan. Uji asumsi klasik

yang digunakan adalah uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas dan

uji multikolinearitas.

4.6.3.1. Uji normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan data dan dideteksi

dengan melihat penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat juga

dengan melihat histogram dari residualnya. Pengujian normalitas data dilakukan


(58)

1. Jika nilai signifikansi atau probabilitasnya > dari 0,05 maka distribusi data adalah

normal.

2. Jika nilai signifikansi atau probabilitasnya < dari 0,05 maka distribusi data adalah

tidak normal.

4.6.3.2 Uji multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan

antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka

varabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen

yang nilai korelasi antar sesama varabel independen sama dengan nol. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonearitas didalam model regresi adalah sebagai

berikut: (a) nilai R2 tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen

banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen; (b) menganalisis

matriks korelasi jika variabel independen ada korelasi cukup tinggi diatas 0.90 maka

ada indikasi terjadi multikolonearitas; dan (c) jika nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 menunjukkan multikolonearitas.

4.6.3.3. Uji autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode

t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.


(59)

sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Meskipun ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi, tetapi penelitian ini akan memakai uji Durbin Watson. Uji

Durbin waston hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan masyarakat adanya konstanta (intercept) dalam model regresi

dan tidak ada variabel lagi antara variabel bebas. Menurut Erlina (2008: hal 107)

pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai Durbin-Waston (DW) terletak antara batas atas atau Upper Bound (DU)

dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi positif.

2. Bila Nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound (DL), maka

koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti nol ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari pada ( 4 – DL), maka koefisien autokorelasi lebih

kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (DU) dan batas bawah (DL) atau DW

terletak antara (4 – DU) dan ( 4 – DL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan

(Ghozali, 2001).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi menurut santoso (2002:

218) dengan cara melihat besaran Durbin Watson (DW) sebagai berikut: (a) Angka

(DW) -2, berarti autokorelasi Positif; (b) Angka DW diantara -2 sampai +2 berarti


(60)

4.6.3.4. Uji heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Pengujian dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu (bergelombang,

melebar kemudian menyempit) pada grafik plot (scatter-plot) antara nilai prediksi

variabel terkait (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) mengindikasikan adanya

terjadi heteroskedastisitas. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadinya

heteroskedastisitas. Secara statistic uji heteroskedastisitas dapat di lakukan dengan uji

park yaitu dengan melakukan transformasi logaritma terhadap residual

4.6.4. Pengujian Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis yang dilakukan pada dasarnya merupakan jawaban atas berbagai

hubungan yang kemungkinan dalam model penelitian. Pengujian hipotesis ini

dilakukan dengan menggunakan Path Analisis Metode Trimming yaitu model

yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis jalur

dengan cara mengeluarkan dari model variabel Independen yang koefisiennya

tidak signifikan (Heise, 1969: 59; Al-Rasyid & Sitepu, 1994: Kusnendi, 2005:

12). Jadi model trimming terjadi ketika koefisien jalur diuji secara


(61)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskriptif Sampel Penelitian

Data Kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Laporan

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yaitu laporan realisasi

anggaran tahun 2006-2007, untuk 2 tahun pengamatan. Dari laporan tahunan tersebut

yang menjadi objek penelitian adalah Realisasi Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi

Khusus, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal. Serta data Indeks Pembangunan

Manusia Kabupaten/Kota Aceh tahun amatan 2007-2008. Data diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Nanggroe Aceh Darussalam.

5.1.2. Deskriptif Statistik Data Penelitian

Berdasarkan data Cross Section sebanyak 21 daerah kabupaten/kota dengan

time series sebanyak 2 tahun pengamatan maka diperoleh deskriptif statistic data


(62)

Tabel 5.1. Deskriptif Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DAU 42 149.309 431.940 231.756 65.743

DAK 42 18.890 77.746 34.423 11.307

PAD 42 1.768 72.510 14.636 14.459

BM 42 45.339 611.666 125.032 94.710

IPM 42 67 76 70 2.5

Valid N (listwise) 42 Sumber:Lampiran 6

Dari tabel deskriptif statistic diatas dengan 42 (empat puluh dua) sampel yang

disertakan pada penelitian, diperoleh rata-rata penerimaan DAU sebesar

Rp.231.756.320.000,- standar deviasi sebesar 65.743.000.000 Realisasi penerimaan

DAU yang terendah Rp. 149,109,000,000 di peroleh kabupaten Simelue pada tahun

2006, dan penerimaan DAU tertinggi sebesar Rp.431.940.000.000,- diperoleh

kabupaten Aceh Pidie pada tahun 2007.

Rata rata DAK dari 42 (empat puluh dua) sampel yang disertakan penelitian,

diperoleh rata-rata penerimaan DAK sebesar Rp.344.236.429.000,- standar deviasi

sebesar 11.307.000.000 Realisasi penerimaan DAK yang terendah adalah

Rp.18.890.000.000,- berada di kota Lhokseumawe, sedangkan DAK yang paling

tinggi berada di kota Banda Aceh sebesar Rp.77.746.000.000,-

Rata-rata PAD dari 42 (empat puluh dua) sampel yang disertakan penelitian,

diperoleh rata-rata penerimaan PAD sebesar Rp.146.368.333.000,- standar deviasi


(63)

berada di kabupaten Gayo Lues, sedangkan PAD yang paling tinggi berada di kota

Banda Aceh sebesar Rp.72.510..000.000,- berada di kabupaten Aceh Utara.

Rata-rata Belanja Modal dari 42 (empat puluh dua) sampel yang disertakan

penelitian, diperoleh rata-rata penerimaan Belanja Modal sebesar

Rp.146.368.333.000,- standar deviasi 125.032.000.000 Realisasi penerimaan Belanja

Modal yang terendah adalah Rp.45.339.000.000,-. berada di kabupaten Aceh Jaya,

sedangkan Belanja Modal yang paling tinggi berada di kota Banda Aceh sebesar

Rp.611.666..000.000,- berada di kabupaten Aceh Utara.

Rata-rata Indeks Pembangunan Manusia dari 42 (empat puluh dua) sampel

yang disertakan penelitian, diperoleh rata-rata Indeks Pembangunan Manusia sebesar

70% standar deviasi 2,5% Indeks Pembangunan Manusia yang terendah adalah 68%.

berada di kabupaten Gayo Lues, sedangkan Indeks Pembangunan Manusia yang

paling tinggi berada di kota Banda Aceh sebesar 76% berada di kota Banda Aceh.

5.2. Uji Asumsi Klasik

Oleh karena hipotesis akan diuji dengan memakai analisis jalur, maka harus

dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik yang terdiri dari; uji normalitas data, uji


(64)

5.2.1. Pengujian Asumsi Klasik Model 1 Sub-Struktur 1 5.2.1.1 Normalitas data

Uji statistik untuk menguji normalitas residual pada penelitian ini dengan

menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnof (1-sample K-S test)

Hipotesis:

Ho : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Kriteria:

1. Ho diterima apabila nilai signifikan (asymp. Sig) > 0,05

2. Ha diterima apabila nilai signifikan (asymp. Sig) < 0,05

Tabel 5.2. One-Sampel Kolmogrov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 42

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation .38565860

Absolute .136

Positive .130

Most Extreme Differences

Negative -.136

Kolmogorov-Smirnov Z .880

Asymp. Sig. (2-tailed) .420

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Lampiran 7

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,880 dan


(65)

diterima, yang mengatakan data residual berdistribusi normal. Dengan demikian

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

5.2.1.2. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas pada penelitian ini bertujuan untuk untuk menguji

apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen) pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar

variabel independen. Nilai cut off umumnya digunakan untuk menunjukkan tidak

adanya multikolonearitas apabila nilai Tolerance ≥ 0,01 atau sama dengan nilai VIF≤10

Tabel 5.3. Collinearity Statistics

Coefficienta

a. Dependent Variabel : BM_Y

Collineariti Statistics Model

Tolerance VIF

1 DAU_ XI .6,41 1,559

DAK_X2 .615 1,576

PAD_X3 .932 1,073

Sumber: Lampiran 7

Hasil uji statistik nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen

yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10, dan demikian juga hasil perhitungan


(1)

(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 42

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation .03055453

Absolute .125

Positive .125

Most Extreme Differences

Negative -.088

Kolmogorov-Smirnov Z .811

Asymp. Sig. (2-tailed) `21`


(3)

Lampiran 9 Hasil regresi Sub-Struktur 2 melalui metode Trimming

[DataSet1] C:\Documents and Settings\Richard\My Documents\TESIS_EVA

MAIHARYANTHI (087017094)\SPSS analisis jalur.sav

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 LN_BMa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LN_IPM

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .445a .199 .179 .03262 1.102

a. Predictors: (Constant), LN_BM b. Dependent Variable: LN_IPM

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression .010 1 .010 9.789 .003a

Residual .042 40 .001

1

Total .052 41

a. Predictors: (Constant), LN_BM b. Dependent Variable: LN_IPM


(4)

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

(Constant) 3.772 .156 24.231 .000

1

LN_BM .021 .007 .443 3.129 .003 1.000 1.000


(5)

Lampiran 10 Hasil uji Korelasi

Correlations

LN_DAU LN_DAK LN_PAD LN_BM LN_IPM

Pearson Correlation 1 .594** .220 .276 .286

Sig. (2-tailed) .000 .161 .077 .066

LN_DAU

N 42 42 42 42 42

Pearson Correlation .594** 1 .242 .481** .098

Sig. (2-tailed) .000 .122 .001 .539

LN_DAK

N 42 42 42 42 42

Pearson Correlation .220 .242 1 .475** .445**

Sig. (2-tailed) .161 .122 .001 .402

LN_PAD

N 42 42 42 42 42

Pearson Correlation .276 .481** .475** 1 .119

Sig. (2-tailed) .077 .001 .001 .001

LN_BM

N 42 42 42 42 42

Pearson Correlation .286 .098 .445** .119 1

Sig. (2-tailed) .066 .539 .402 .001

LN_IPM

N 42 42 42 42 42


(6)

102

Lampiran 11

Rencana Waktu Penelitian

Agustus September

Oktober Nopember

No.

Uraian

Kegiatan

1

Penyusunan

proposal

2

Kolokium

3

Pengumpulan Data

4

Pengolahan Data

5

Penyusunan

Laporan Penelitian

6

Seminar Hasil

7

Perbaikan Seminar

Hasil

8

Ujian Tesis


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Aceh

4 114 97

Analisis Pengaruh Tingkat Kemandirian Fiskal, Pendapatan Asli Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Melalui Belanja Modal Di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

1 30 114

Pengaruh Pendapatan Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Nanggroe Aceh Darussalam

10 90 104

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

5 66 78

Pengaruh Kemampuan Keuangan Daerah Terhadap Pendapatan Per Kapita Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara

3 100 101

Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Empiris Di Kabupaten/ Kota Provinsi Aceh

1 53 124

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

1 2 12

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Aceh

0 0 14