Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengenalan Tanda Komunikasi dalam Ruang Virtual Seks T1 362011021 BAB II

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Kajian Teori

2.1.1. Komunikasi

Agus M. Hardjana dalam bukunya yang berjudul Komunikasi
Interpersonal Dan Intrapersonal menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari
kata latin cum yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan , dan
unus yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata tersebut terbentuk
kata benda communio yang berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan,
gabungan, pergaulan, hubungan. Untuk ber-communio diperlukan usaha dan
kerja, dari kata itu terbentuk kata kerja communicare yang berarti membagi
sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian kepada seseorang, tukarmenukar, membicarakan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar
pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja communicare tersebut akhirnya
dijadikan kata kerja benda

commmunicatio, atau dalam bahasa Inggris

communication yang dalam bahasa Indonesia artinya komunikasi.
Menurut Carl I. Hovland dalam buku dalam buku Ilmu Komunikasi

Suatu Pengantar (Deddy Mulyana: 2007: 68), komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya
lambang - lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).
Menurut Evertt M. Rogers dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar (Deddy Mulyana: 2007: 69), Komunikasi adalah proses dimana suatu
ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka.
Menurut Raymond S. Ross dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar (Deddy Mulyana: 2007: 69), komunikasi (intensional) adalah suatu
proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa
sehingga membantu pendengar membangkitkan makana atau respons dari
pikiranya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.

Menurut Harold Laswelll dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar (Deddy Mulyana: 2007: 69), Komunikasi merupakan suatu proses
yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran media apa, kepada
siapa pesan tersebut disampaikan, dan akibat atau hasil apa yang terjadi. (Who?
Says what? In which channel? To whom? With what effect?)
Berdasarkan uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa
komunikasi adalah hubungan timbal balik (komunikator - komunikan) yang

menghasilkan aksi dan reaksi (effect).
2.1.2. New Media

Dennis McQuail dalam bukunya Mass Communication Theory mengartikan
new media sebagai sebuah set berbeda dari teknologi komunikasi yang memiliki
fitur tertentu yang terbaaru, dibuat dengan cara digital dan banak tersedia untuk
digunakan oleh personal sebagai alat komunikasi. Media yang digunakan dalam
new media sendiri adalah internet. Penggunaan internet sendiri adalah untuk
memberikan informasi dan hiburan yang telah menyebar ke seluruh dunia
dengan dapat menghubungkan orang-orang belahan dunia untuk dapat
berkomunikasi dan berinteraksi sosial tanpa batasan waktu dan tempat. (The
London School of Public Relations.2010 : 243)
Menurut Winston (1986), Teknologi terbaru memiliki potensi untuk inovasi,
tetapi implementasi aktualnya selalu bergantung kepada dua faktor, yaitu: The
operation of ‘supervening social necessity’ dan The ‘law of the suppression of
radical pontential.1

1

http://komunikasi.us/index.php/course/perkembangan-teknologi-komunikasi/1577-definisi-new-media

(diunduh pada 2/06/2015 pukul 07:48)

2

1.1.3. Teori Semiotika
Semiotika secara harafiah berarti "ilmu tentang tanda". Semiotika
diturunkan dari karya Ferdinand de Saussure yang meneyelidiki propertiproperti

bahasa dalam Course in General Linguistics dan karya Charles

Sanders Peirce yang melihat tanda, acuan dan penggunaanya sebagai unsur
komunikasi (Stokes, Jane, 2003 : 76). Semiotik menjadi salah satu kajian yang
bahkan menjadi tradisi dalam teori komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas
sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda,
ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
(Littlejohn, 2009 : 53). Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna
yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut
sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konstruksi
makna yang terbentuk inilah yang kemudian menjadi dasar terbentuknya
ideologi dalam sebuah tanda. 2Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturanaturan,


konvensi-konvensi

yang

memungkinkan

tanda-tanda

tersebut

mempunyai arti. (Kriyantono, 2007 : 261).

1.1.4. Semiotika Menurut Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce seorang ahli semiotika dari Amerika yang
menjalaskan bahwa kita hanya berpikir dalam tanda. Bagi Peirce melihat tanda
sebagai unsur dalam komunikasi. Sumber dari semiotik Peirce adalah dari
teori Immanuel Kant dan John Locke. Locke melihat Ide disampaikan melalui
sejumlah pengalaman atau refleksi dan mereka terhubung terhadap suatu
obyek sebagai akibat dari sebab dan kemiripan terhadap sumber sebab

tersebut. Pierce mengembangkan doktrin Kant dalam cara kontemporer,
dengan mengidentifikasi pemikiran sebagai wacana diinternalisasi: kita
berpikir dalam kata-kata dari bahasa yang telah kita pelajari. Teori Segitiga
Makna Pierce menjelaskan mengenai bagian tanda yang dipresepsi secar fisik
atau mental yang merujuk pada sesuatu yang diwakili olehnya dalam hal ini
tanda, kemudian penafsir adalah bagian dari proses yang menafsirkan
hubungan antara tanda dan obyek.

2

http://arifbudi.lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna/ (19/8/15 // 16.53)

3

Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut :

Representamen (x)
(=Tanda)

Obyek (Y)

Konsep, Benda, Gagasan, dll

Intepretan (X=Y)
(Makna -> ground)

Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan antara tiga
titik yaitu representamen (R)-Object (O)-Interpretant (I). R adalah bagian
tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada
sesuatu yang diwakili olehnya (O). Kemudian I adalah bagian dari proses yang
menafsirkan hubungan antara R dan O.
Tahapan pemaknaan pierce dibagi menjadi tiga tahapan :
1. Firstness tanda dikenali pada tahap awal secara prinsip saja.
2. Secondness tanda dimaknai secara individual
3. Thirdness tanda dimaknai secara tetap sebagai kovensi.
Konsep tiga tahap ini penting untuk memahami bahwa dalam suatu
kebudayaan kadar pemahaman tanda tidak sama pada semua anggota

prinsip saja.
1.1.5. Pelacuran / Prostitusi
Prostitusi berasal dari Bahasa latin pro-stituere atau pro-stauree, yang

berarti membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, percabulan, dan
pergendakan. Sedang prostitute adalah pelacur atau sundal, Dikenal pula
dengan istilah WTS atau wanita tunassusila. Tunasusila atau tidak susila itu
diartikan sebagai kurang beradab karena keroyalan relasi seksualnya dalam
bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual dan
mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayananya. Tunasusila juga dapat
4

diartikan sebagai salah tingkah, tidak susila atau gagal menyesuaikan diri
terhadap norma-norma susila. Maka pelacur dapat diartikan sebagai wanita
yang tidak pantas kelakuanya dan bisa mendatangkan mala/celaka dan
penyakit, baik kepada orang lain yang bergaul dengan dirinya, maupun kepada
dirinya sendiri (Dr. Kartini Kartono: 2013: 207).
Profesor W.a Bonger dalam tulisanya Maatschappelijke Oorzaken der
Prostitutie mendefinisikan prostitusi sebagai gejala kemasyarakatan di mana
wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata
pencarian (Dr. Kartini Kartono: 2013: 213-214)3
Sarjana P.J. de Bruine van Amstel mendefinisikan prostitusi sebagai
penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran. (Dr.
Kartini Kartono: 2013: 214).

G. May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science mengartikan
prostitusi sebagai, Defined as sexual intercourse characterized by barter,
promiscuity and emotional indifference yang juga dekat dengan batasan yang
dinyatakan : Prosa’tua’on, often defined as promiscuous unchastity for hire
(prostitusi, sering didefinisikan sebagai dukna/kecabulan, promiskuos yang
disewakan) (Dr. Kartini Kartono: 2013:215).

1.1.6. Patologi Sosial
Menurut asal katanya Patologi (pathos= penderitaan, penyakit): ilmu
tentang penyakit. Sehingga patologi sosial adalah suatu ilmu tentang gejalagejala sosial yang dianggap “sakit” dan disebabkan oleh factor-faktor sosial.
Jadi patologi sama dengan artinya sebagai ilmu tentang “penyakit
masyarakat”. Maka “penyakit masyarakat atau sosial” itu adalah segenap
tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma
umum dan adat sitiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum.
(Dr. Kartini Kartono: 2013:01).
Patologi Sosial tergolong sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
empiric-deskriptif, karena dalam metode kerjanya patologi sosial mendasarkan
Prof. W.A. Bonger. 1950. De Maatschappelijke Oorzaken der Prostitutie, Verspreide Geschriften, dell II”.
Amsterdam,. (Terjemahan B. Simanjuntak, Mimbar Demokarasi, Bandung, April 1967)


3

5

diri atas empiri, dan dalam memandang obyeknya patologi sosial melukiskan
sebagaimana adanya atau tidak menilai. Sebagai contoh dalam memandang
masalah prostitusi atau pelacuran patologi sosial tidak akan menilai prostitusi
dari sudut baik atau jahat dalam arti etik, melainkan akan menyandra prostitusi
itu sebagaimana adanya, patologi sosial akan melukiskan : Apakah prostitusi
itu, bagaimanakah manifestasinya, apakah factor-faktor penyebabnya,
bagaimanakah reaksi masyarakat terhadap prostitusi itu, dan mungkin pula
membicarakan bagaimana treatmentnya. Beberapa fase dalam perkembangan
patologi sosial adalah :
1. Fase masalah sosial (social problems). Pada fase ini obyek
penyelidikan patologi meliputi masalah – masalah sosial seperti
masalah pengangguran, masalah pelacuran, masalah kejahatan,
,masalah kemelaratan, ,masalah penduduk dan sebagainya.
2. Fase disorganisasi sosial (social disorganization). Pada fase ini
obyek penyeldidikan patologi adalah disorganisasi sosial. Fase
disorganisasi sosial merupakan koreksi dan perkembangan

daripada fase masalah sosial.
3. Fase sistematik. Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut
dari pada kedua dase yang mendahuluinya. Pada fase ini
patologi telah berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang
memiliki system yang bulat. Ada bermacam-macam teori
dalam patologi sosial fase sistematik, diantaranya teori
partisipasi sosial, teori interaksi sosial, dan teori sociopathic
behavior (tingkah laku sosiopathik). 4

4

Vembriarto, St.1

4.”Pathologi Sosial .Yogyakarta: PARAMITA

6

2.2. Kerangka Pikir

PENGGUNA

AWAM

PENGENALAN SYMBOLS OLEH PENGGUNA PROSTITUSI
ONLINE (PELANGGAN)

1.MENEGENALI
SYMBOL

RUANG VIRTUAL
SEX

2.MEMAHAMI
SYMBOL

BOOKING – DOWN
PAYMENT

3.REALISASI
SEKS

LAYANAN SEKS

MEDIA SOSIAL (PROSTITUSI ONLINE) : “PATOLOGI SOSIAL”

Keterangan garis:
Menunjukkan hubungan yang tegas antar 2 hal yang dikaitkan
Menunjukkan rasa ketidakpastian yang lebih sedikit dibandingkan dengan
garis tegas

7