Post 917a4bbe499b529e

(1)

di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang

Tahun Ajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

ABDUL ROHMAN

NIM : 114 08 036

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) SALATIGA

2010


(2)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi saudara Abdul Rohman dengan Nomor Induk Mahasiswa 114 08 036

yang berjudul PEMBINAAN KEBERAGAMAAN DAN MORALITAS SISWA ( Studi Kasus Pada Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah

Tempuran Kabupaten Magelang Tahun 2010 )

Telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah,

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga pada Sabtu, 28 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I )

Salatiga, 28 Agustus 2010 18 Romadlon 1431 Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Imam Sutomo,M.Ag Dr.Rahmat Hariyadi,M.Pd NIP.195808311983031002 NIP.196701121992031005 Penguji I Penguji II

Benny Ridwan,M.Hum Dr.H.M.Zulfa,M.Ag NIP.197305201999031006 NIP. 195204301977031001

Pembimbing

Dr.Rahmat Hariyadi,M.Pd NIP.196701121992031005


(3)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Abdul Rohman

NIM : 11408036

Jurusan : Tarbiyah

Progran Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.

Magelang, 13 Agustus 2010 Penulis

Abdul Rohman NIM.11408036


(4)

MOTTO

BISMILLAHIRROHMANISSOHIM

Berusahalah sekuat tenaga untuk meraih sukses !

Karena sesungguhnya apapun yang ada di dunia ini tidak ada yang

sukit kecuali kamu malas

Layukallifulloha nafsan illa wus’aha

Dan Alloh tidak akan memberikan cobaan kepada hambanya


(5)

HALAMAN DEKLARASI ……… ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi

HALAMAN ABSTRAK ……… vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Fokus Penelitian ……….. 3

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Kegunaan Penelitian ……… 5

E. Penegasan Istilah ……….. 5

F. Metode Penelitian ………. 7

G. Sistematika Penelitian ……… 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembinaan Keberagamaan Anak 1. Pengertian pembinaan keberagamaan ……… 22


(6)

B. Moralitas siswa

1. Pengertian Moralitas ………. ………. . 34

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi moralitas ……… 36

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Tempuran 1. Identitas Sekolah ……….………….. 48

2. Sejarah SMP Muhammadiyah Tempuran …... 49

3. Visi dan Misi ………. 51

4. Program sekolah ………...……. 52

5. Guru dan Tenaga Kependidikan ……… 61

6. Sarana dan prasarana ………. 62

7. Keadaan siswa ……… 63

8. Kegiatan siswa ……… 64

B. Data Tentang Pembinaan Keberagamaan SMP Muhammadiyah Tempuran Kab. Magelang ………. ………… 65

C. Data Tentang Moralitas SMP Muhammadiyah Tempuran Kab. Magelang ………. ………… 68 BAB IV ANALISIS DATA


(7)

B. Saran ………. 79 DAFTAR PUSTAKA


(8)

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan Guru Pendidikan Agama islam pada lembaga pendidikan memegang peranan yang cukup signifikan, apalagi peran Guru Pendidikan Agama Islam pada sekolah. Selain sebaagai pembentukan watak dan kepribadian (charakter building), Guru mampu menjadi konseling dalam

kehidupan di madrasah (sekolah). Melalui pendidikan agama islam, guru mampu menamkan nilai sosial (kepekaan sosial) yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan. Hal ini karena subtansinya peran guru agama islam syarat dengan pengajaran dan penanaman moralitas kehidupan.

Perkembangan informasi dan teknologi sering kali berdampak pada perubahan tingkah laku siswa di sekolah. Maraknya komunikasi serta fulgarnya informasi yan ditawarkan, seakan perlu adanya kontroling berkelanjutan bagi peserta didik. Kompetensi Guru agama memang sering dihadapkan pada realitas yang nyata, fenomena kenakalan remaja berupa tawuran masa, bolos sekolah, sikap arogan kepada Guru, pergaulan bebas terhadap lain jenis, premanisme bertutur kata kotor menjadi peluang bagi guru untuk menekan sekecil mungkin. Hal ini dikarenakan merosotnya moral dan pembinanaan penanaman keagamaan bagi peserta didik.


(9)

Ramayulis (2008:198) beranggapan bahwa praktik pendidikan agama islam pada sekolah perlu mendapatkan porsi yang cukup, bahkan tugas guru bukan hanya saat dikelas namun memperhatikan situasi diluarnya. Peran serta masyarakat sangat membantu dalam proses penanaman sikap dan perilaku siswa disekolah, untuk mencapai masyarakat yang bertakwa dan bermoral baik.

Guru agama perlu mengembangkan perlunya penanaman budi pekerti (uswatun hasanah) bagi peserta didik, melaui kegiatan sosial kemasyarakat dan agama. Oleh karena itu, guru agama perlu memiliki kemampuan untuk dapat bekerja sama dengan guru-guru lain dan seluruh masyarakat sekolah dalam mengemban misi penanaman nilai kepada peserta didik secara efektif.

Pemahaman terhadap nilai moralitas yang berkesan kontras diatas seakan-akan memojokan keberadaan guru agama islam ditinjau dari aspek mutu, kompetensi, peran dan performancenya dalam mengemban misi pendidikan nilai kepada anak didik. Idealitas penyelenggara pendidikan agama sebagai pendidik moral disekolah mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Hal ini berarti kompetensi yang melekat pada diri guru agama benar-benar dilandasi oleh potensi dasar yang dimilikinya. Oleh karenanya, setiap guru memilik tingkat kompetensi dan memiliki kemampuan profesional.

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Keberagamaan dan


(10)

Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010”).

B. Fokus Penelitian

Penetapan Fokus Penelitian dimaksudkan untuk : ( 1 ) membatasi studi, dan ( 2 ) memenuhi kreteria memasukkan atau mengeluarkan suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan ( Moleong, 2007). Dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang harus dikumpulkan dan data mana yang harus dibuang, meskipun menarik tetapi tidak relevan. Penelitian ini difokuskan pada kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam.

Fokus penelitian ini, Pembinaan Keberagamaan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Ada 2 sub fokus yang perlu dibahas dalam penelitian ini.

1. Bagaimana pola pembinaan keberagamaan siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. a. Bagaimana pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama

Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

b. Bagaimana pembinaan oleh sekolah dan Guru selain Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

2. Bagaimana pengaruh pembinaan keagamaan terhadap moralitas siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.


(11)

a. Di lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

b. Di luar lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola pembinaan keberagamaan siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010?

a. Untuk mengetahui pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

b. Untuk mengetahui pembinaan oleh sekolah dan Guru selain Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

2. Bagaimana pengaruh pembinaan keagamaan terhadap moralitas siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.

a. Di lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

b. Di luar lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 ?

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis


(12)

Secara teoritis diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan. 2. Secara praktis

a. Bagi guru dapat memperoleh pemahaman tentang pentingnya kompetensi guru yang bersinggungan langsung dengan anak didik, guru dan pihak terkait terhadap kualitas Pembelajaran.

b. Bagi siswa diharapkan dapat menerima pelajaran serta memahami dan menerapkan dengan baik, materi pelajaran agama islam yang disampaikan oleh guru pendidikan agam islam.

c. Bagi Lembaga Pendidikan (SMP Muhammadiyah) membuka wawasan baru dalam proses pembelajaran dan pembekalan kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Serta membantu Guru Bimbingan Konseling dalam memerankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kontrol siswa mewujudkan Masyarakat Sekolah yang nyaman dan dinamis.

E. Penegasan Istilah

Untuk memberi gambaran yang jelas dan terarah tentang istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi, berikut ini akan disampaikan istilah-istilah yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dijadikan topik kajian. Adapun istilah-istilah tersebut sebagai berikut:


(13)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:578) Pembinaan Keberagamaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan membentuk budi pekerti yang luhur, akhlak dalam hal ini berarti kelakuan-kelakuan yang juga berarti watak, kesusilaan (kesadaran etika dan moral).

Dalam penelitian ini, pembinaan keberagamaan di kaitkan dengan penerapan strategi pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran agama islam. Misalnya Guru menerapkan quantum teaching, yang berpegang pada asas utama bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dua mereka.

2. Moralitas siswa

Moralitas menurut Zakiyah Darajat (Darajat :1995:23), memandang moralitas sebagai sesuatu fenomena atau fakta sosial yang inhern dan terdiri dari rangkaian-rangkaian aturan atau aktivitas sosial yang diciptakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

Moralitas berarti sesuatu yang dianut, diyakini, dan dijunjung tinggi oleh seseorang, masyarakat dan memaksa orang lain untuk terlibat didalamnya untuk menganut, meyakini dan melaksanakanya sebagai suatu kewajiban atau keharusan. Moralitas yang dimaksudkan dalam penelitian adalah perilaku peserta didik dalam kehidupan di sekolah.

Adapun indikator Pembinaan keberagamaan dan moralitas siswa dalam penelitian diantaranya :


(14)

2. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode dan teknik) pendidikan.

3. Mempunyai kemampuan menganalisis materi pelajaran yang diajarkan dan menghubungkan dengan realitas sosial.

4. Mengamalkan terlebih dahulu informasi yang telah diperoleh sebelum disajikan kepada anak didik

5. Memotivasi siswa untuk melaksanakan perbuatan yang baik. 6. Evaluasi proses hasil pendidikan

7. Memberkan uswatun hasanah dan meningkatkan profesionalnya kepada anak didik dan masyarakat sekolah.

F. Metode Penelitian

Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan menganalisis data, maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan dan jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan ( field research ), dimaksudkan untuk mengetahui dataresponden secara langsung di lapangan, yakni

suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai unit sosial tersebut


(15)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Pendekatan kkwalitatif menurut Rusdi Pohan ( Pohan 2007 : 7 ) Yaitu penelitian terhadap suatu proses, peristiwa atau perkembangan dimana bahan-bahan atau data dikumpulkan adalah berupa keterangan-keterangan kwalitatif.

Metode kwalitatif dipandang sebagaiprosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati terhadap fakta-fakta yang ada saat sekarang dan melaporkannya seperti apa yang akan terjadi. Pendekatan kwalitatif ini berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri, terlebih obyek penelitiannya adalah guru Pendidikan Agama Islam.Menurut Rusdi Pohan ( Pohan, 2007 : 45 ) data kwalitatif yaitu semua bahan, keterangan data fakta-fakta yang tak dapat diukur dan dihitung secara eksak matematis,tetapi hanya berwujud keterangan naratif belaka.(sedangakn data kwantitatif adalah keterangan atau fakta yang dapat digolongkan secara matematis). Data kwalitatif hanya dapat digolongkan dalam wujud kategori-kategori. Misalnya dapat kita beri contoh pernyataan

orang tentang suatu keadaan bagus, buruk, mencekam, menarik, membosankan, sangat istimewa dan sebagainya. Hakikatnya adalah manusia sebagai makluk sosial, psikis, dan budaya yang mengaitkan


(16)

makna dan interpretasi dalam bersikap dan bertingkah laku. Makna interpretasi itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan sekitar.

Dalam proses penelitian ini, ada beberapa karakteristik yang dapat dirangkum kedalam beberapa hal berikut ini :

Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek memakai bahasa Indonesia yang memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan terjalin baik antara peneliti dengan responden.

Data atau informasi dari satu pihak dicek kebenaranya dengan cara menguji keakuratan data tersebut dengan yang lainya, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya mengunakan metode yang berbeda. Tujuannya membandingkan informasi tentang hal yang sama yan diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tingkat kepercayaan terhadap data yang diajukan. Pengunaan metode ini memungkinkan terhindarnya aspek subjektivitas.

Peneliti mementingkan pandangan responden, bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya. Peneliti tidak memaksakan pandanganya sendiri. Dengan kata lain, peneliti memasuki wilayah penelitian tanpa generalisasi, seakan akan tidak mengetahui sedikit pun, sehingga dapat menaruh perhatian penuh pada konsep-konsep yang dianut partisipan.

Peneliti mengadakan verifikasi, terutama jika peneliti berhadapan dengan kasus-kasus yang dipandang bertentangan atau negatif. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dilihat dari validitas dan tingkat


(17)

akurasinya, peneliti mencari kasus-kasus yang bebeda atau bertentangan dengan yang telah ditemukan. Maksudnya, untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi tingkat kepercayaanya yang mencangkup situasi yang lebih luas, sehingga apa yang semula tampak berlawanan akhirnya dapat meliputi dan tidak lagi mengandung aspek-aspek yang tidak sesuai.

Pendekatan kualitatif dipilih dimaksudkan untuk mengidentifikasi pembinaan keberagamaan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Hal ini dimaksudkan untuk mempertegas peran peniliti sebagai pengamat penuh. Kehadiran peniliti di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang, berperan sebagai subjek atau informan. Dimaksudkan untuk mempermudah dan mengawal jalannya proses penelitian lapangan.

3. Lokasi dan waktu penelitian a. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang pada semester I tahun pelajaran 2009-2010.

Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian diantaranya :


(18)

2) Mudah dijangkau dengan alat transportasi, baik transportasi umum maupun pribadi.

3) Sekolah swasta yang berlatar belakang islam di kecamatan tempuran Kab. Magelang. Sehingga peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Bimbingan Konseling Islam, memang dapat terwujud.

b. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah Tempuran, Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan Juli 2010.

4. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber lapangan. Sumber informasi lapangan ialah kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kurikulum, wali kelas, Ketua Osis, Ketua Kerohanian Islam, serta guru pendidikan agama islam. Sedangkan sumber sekunder yaitu dokumen-dokumen yang merupakan hasil laporan, hasil penelitian, serta buku-buku yang ditulis orang lain tentang kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dan Penerapan nilai moralitas siswa.

5. Prosedur Pengumpulan data

Untuk memperoleh data akurat serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data menggunakan beberapa teknik yaitu:


(19)

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode penelitian ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sember-sumber dokumen (Surakhmad, 1985:132). Metode ini dimaksudkan untuk mencari data berupa foto-foto, gambar, dokumen, notulen rapat, catatan harian, agenda, dan sebagainya. Data yang akan dikumpulkan melalui metode ini adalah keadaan secara global SMP Muhammadiyah Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang, diantaranya keadaan gedung, guru dan siswa.

b. Pengamatan (Observasi)

Sebagai metode ilmiah Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dan sistematik fenomene-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1995:136). Metode ini digunakan peneliti secara pengamatan langsung untuk mengukur Pembinaan Keberagamaan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.

c. Wawancara

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dan pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi berkenaan dengan pandangan , latar belakang pendidikan .


(20)

Wawancara mendalam. Untuk mengali informasi lebih dalam mengenai pikiran serta perasaan responden, dan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana responden memandang dunia berdasarkan perspektifnya, pencarian informasi secara emic. Informasi emic ini

diolah, ditafsirkan dan dianalisis oelh peneliti sehingga melahirkan

etic pandangan peneliti tentang data.

Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan menggunakan lembaran berisi garis besar tentang apa-apa yang akan ditanyakan, yaitu :

1. Bagaimana menerapkan Pengelolaan kelas agar pembelajaran PAI lebih efektif diterapkan di dalam kelas

2. Bagaimana strategi yang dikembangkan Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya pembinaan nilai moralitas siswa. 3. Bagaimana cara memperlakukan peserta didik dalam proses

kegiatan belajar mengajar di kelas.

4. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam

memberikan “Uswatun Khasanah/contoh perilaku dan tindakan” dalam kehidupan di sekolah

5. Bagaimana dengan keterlibatan Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengkontrol siswa baik pada saat istirahat di kelas serta diluar kelas

6. Adakah kegiatan ekstra kulikuler yang bergerak dalam pembinaan Akhlak atau budi pekerti perserta didik di SMP Muhammadiyah Tempuran


(21)

7. Bagaimana dampak peserta didik yang mengikuti kegiatan dengan yang tidak mengikuti ekstra kulikuler

8. Apakah dengan pencapaian Nilai Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam akan berdampak pada penilaian perilaku peserta didik.

9. Bagaimana usaha Bapak/Ibu guru dalam mengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang berbasis pada moralitas.

10. Bagaimana Alokasi kegiatan keagamaan di luar jam belajar 11. Bagimana dengan pembinaan peserta didik yang enggan

melaksanakan kegiatan rutinitas yang dicanangkan sekolah, dan bagaimana dengan memberikan pembinaanya.

6. Analisis Data

Dalam menganalisis data Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan nilai moralitas peserta didik menggunakan analisis kualitatif. Data dalam penelitian kuantitatif menggunakan wawancara, gambar maupun foto.

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. menyusun data berarti menggolongkan kedalam pola, tema, atau ketegori tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau ketegori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Analisis data yang dilakukan di SMP Muhammadiyah Tempuran akan dilakukan melalui cara, yaitu :


(22)

Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang sangat lengkap. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan kepada hal-hal-hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah, sehingga memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil wawancara. Reduksi dapat membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek yang dibutuhkan. Misalnya mempermudah dalam mencari berkenaan dengan pembinaan keberagamaan dan moralitas siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran Tahun 2009-2010.

7. Pengecekan Keabsahan Temuan

Teknik pemerikasaan data dalam penelitian dilaksanakan berdasarkan beberapa kriteria tertentu, yang dibagi menjadi empat kriteria yang digunakan untuk melakukan pemerikasaan keabsahan data kualitatif, yaitu :

a. Derajat kepercayaan (credibility)

Kredibilitas ini merupakan konsep pengganti dari konsep validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Kriteria kredibilitas ini berfungsi untuk melakukan penelahaan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun teknik dalam menentukan kredibilitas ini adalah memperpanjang masa observasi, manganalisis kasus negatif, manggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain serta mangadakan member check.


(23)

wawancara masih ada materi yang belum terjawab, maka akan dilakukan perpanjangan wawancara sampai peneliti merasa cukup diinformasikanya.

b. Kebergantungan (dependability)

Konsep ini merupakan pengganti dari konsep reability

dalam penelitian kuantitatif. Reability tercapai bila alat ukur yang

digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam penelitian kualitatif, alat ukur bukan benda melainkan manusia atau peneliti itu sendiri. Lain dari pada itu, rancangan penelitian terus berkembang. Yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data sebanyak mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemerikasaan

data yang sudah dipolakan. Respondeng dengan pertanyaan yang sama, dan akan menghasilkan jawaban yang sejenis juga. Maka peneliti mengumpulkan data yang berkenaan dengan hasil responden tentang pembinaan keberagamaan dan moralitas siswa SMP Muhammadiyah Tempuran kemudian dikelompokan (dipolakan) sesuai dengan kebutuhan.

c. Kepastian (confirmability)

Konsep ini merupakan pengganti dari konsep “objektivitas”

pada penelitian kuantatif. Bila pada kuantitatif, objektifitas itu diukur melalui orangnya atau penelitianya. Diakui bahwa peneliti memiliki pengalaman subjektif. Namun, bila pengamatan tersebut dapat


(24)

disepakati oleh beberapa orang, maka pengalaman peneliti itu bisa dipandang objektif. Jadi persoalan objektivitas dan subjektifitas dalam penelitian kualitatif sangat ditentukan oleh seseorang. Dalam penelitian pembinaan keberagamaan dan moralitas siswa pada SMP Muhammadiyah Tempuran ini, peniliti bersikap objektif responden mempunyai hak penuh, tugas peneliti hanya memberikan rambu-rambu tentang permasalahan yang dihadapinya.

8. Tahap-tahap penelitian

Penelitian ini membagi tahap-tahap secara garis besarnya kedalam tiga fase, yaitu :

a. Tahap orientasi

Pada tahap ini peneliti mengadakan pengumpulan data secara umum, mengadakan pengamatan dan wawancara secara mendalam dan terbuka sehingga memperoleh informasi yang luas mengenai hal-hal yang umum tentang pembinaan keberagamaan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Informasi dari sejumlah responden dianalisis untuk menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna. Itulah yang selanjutnya dipakai sebagai fokus penelitian.


(25)

b. Tahap Eksplorasi

Dalam tahap ini fokus telah lebih jelas sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan lebih spesefik. Observasi dapat ditujukan kepada hal-hal yang dianggap ada hubunganya dengan fokus. Wawancara dilakukan dengan lebih terstruktur dan mendalam sehingga informasi yang mendalam dan bermakna diperoleh tentang Pembinaan keberagamaan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.

c. Member check

Hasil wawancara dan observasi yang telah terkumpul, awal dianalisis, dituangkan dalam bentuk laporan, hasilnya kemukakan kepada responden atau informan untuk dicek kebenaranya agar hasil penelitian dapat dipercaya. Member check akan dilakukan setelah

setiap wawancara penulis merangkum hasil pembicaraan dan meminta responden mengadakan perbaikan bila perlu dan mengkonfirmasikan kesesuaianya dengan informasi yang diberikan.

Didalam menguraikan proses pelaksanaan penelitian dilapangan, maka sistematika tahap penelitian di diantaranya sebagai berikut :

1) Kegiatan Administratif yang meliputi: pengajuan ijin operasional untuk penelitian dari ketua STAIN Salatiga kepada pihak sekolah


(26)

yaitu SMP muhammadiyah Tempuran Kab. Magelang , menyusun pedoman wawancara, lembar observasi dan administrasi lainnya. 2) Kegiatan lapangan yang meliputi:

a) Survey awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian b) Memilih sejumlah guru sebagai informen yang dilajutkan

dengan responden penelitian.

c) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai sejumlah responden maupun informen sebagai langkah pengumpulan data.

d) Menyaji data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan memudahkan untuk melakukan pemaknaan

e) Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau menyimpang, setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai akibat proses reduksi

f) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian

g) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan. G. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran awal dari skripsi ini perlu penulis paparkan mengenai sistematika penulisan :

Dalam bab satu membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian serta sistematika penulisan.


(27)

Bab dua membahas tentang Pembinaan Keberagamaan meliputi pengertian kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, indikator kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Moralitas Melalui pendidikan Agama, yang meliputi pengertian Nilai Moral, Peran Pendidikan Agama dalam penanaman nilai moralitas peserta didik, Model dan Pendekatan dalam penanaman Nilai Moral peserta didik. Pembinaan Keberagaman dan dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.

Dalam bab tiga menyajikan data yang peneliti peroleh dari penelitian yang meliputi Gambaran umum SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang diantaranya: sejarah berdiri dan perkembanganya, visi, misi dan tujuanya, program madrasah, tujuan penyelenggaraan pendidikan, hasil yang diharapkan dari pembelajaran, sarana gedung, guru dan keadaan siswa, tenaga kependidikan, data keadaan guru, kegiatan siswa, dan struktur organisasinya. Pembinaan keberagamaan dan Moralitas Siswa.

Bab empat ini membahas tentang : Pembinaan Keberagamaan Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Penanaman Nilai Moralitas Siswa Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Pembinaan keberagamaan Guru Pendidikan Agama Islam dan Moralitas Siswa (Studi Kasus pada Guru


(28)

Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010


(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembinaan Keberagamaan Anak 1. Pengertian Pembinaan Keberagamaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga bahwa Pembinaan adalah usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang baik.Pembinaan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan pihak sekolah (khususnya guru atau siswa SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang) dalam upaya membina kepribadian siswa menjadi kepribadian yang baik.

Menurut etimologi kata agama berarti percaya atau kepercayaan

sedangkan menurut terminologi pendapat Zakiyah Darajat (Darajat, 1995: 56) bahwa . agama adalah sebagai hubungan antara mahkluk dengan khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak pada ibadahnya yang dilakukannya, dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya. Secara istilahagama berarti peraturan Allah yangditurunkanNya kepada manusia dengan perantara Rasul Nya untuk jadi pedoman bagi manusia dalam melaksankaan kehidupan dan penghidupan mereka di dalam segala aspeknya agar mereka mencapai kejayaan hidup secara lahir dan bathin serta dunia dan akhirat. Agama mengandung unsur-unsur peraturan Allah yang diberikan- Nya kepada manusia, yang berisi pedoman pelaksanaan kehidupan dan


(30)

penghidupan manusia di dalam segal aspeknya, yang bertujuan agar manusia mencapai kejayaan hidup secara lahir dan bathin serta dunia dan akhirat.

Dalam konteks kata beragama menurut Zakiyah Darajat (Darajat, 1995: 57) adalah sebagai upaya manusia untuk mencontoh sifat-sifat yang suci, Sedangkan mengenai kata beragama dan keagamaan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah menganut atau memeluk agama, beribadah atau taat kepada agama atau lebih kongkretnya kata beragama dan keagamaan diartikan sebagai memeluk atau taat menjalankan ajaran agama yang dianut (KBBI,1999:753).

Jadi dapat diketahui bahwa keagamaan merupakan suatu sikapyang kuat dalam memeluk dan menjalankan ajaran agama serta sebagai cerminan dirinya atas ketaatannya terhadap ajaran agama yang dianutnya. Menurut Jalaluddin Rahmad (Rahmad, 2002:72) tentang sikap keberagamaan , yaitu merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, sikap keberagamaan tersebut boleh adanya konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan sikap keberagamaan adalah suatu keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan atas aktivitasnya selalu bertautan dengan agamanya.Dalam hal ini pula dirinya sebagai hamba yang mempercayai Tuhannya berusaha agar dapat


(31)

merealisasikan atau mempraktekan setiap ajaran agamanya atas dasar iman yang ada dalam batinnya.

2. Metode-metode keberagamaan

Pembiasaan-pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan nasehat merupakan hal yang senantiasa harus dilakukan oleh Guru, orang tua agar perilaku anak didik yang menyimpang dapat dikendalikan.

Pola pendidikan dapat diupayakan melalui proses interaksi dan internalisasi dalam kehidupan keluarga dengan menggunakan metode yang tepat seperti yang dikemukakan AD. Marimba (Marimba, 1980: 9) bahwa metode pendidikan dan pembinaan akhlak yang perlu diterapkan oleh Guru, orang tua dalam kehidupan sekolah dan masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Metode hiwar (percakapan)

2. Metode kisah

3. Metode mendidik dengan amtsal (perumpamaan) 4. Metode mendidik dengan teladan.

5. Metode mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.

6. Metode mendidik dengan mengambil ibroh (pelajaran) dan mau’idhoh (peringatan)

7. Metode mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat takut)


(32)

Menurut Al-Ghazali (Asyari, 2007:32) menjelaskan bahwa perubahan dan peningkatan akhlak dapat dicapai sepanjang melalui usaha dan latihan moral yang sesuai, untuk itu maka dalam mewujudkan akhlak yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode akhlak sebagai berikut : (1) pengalaman (Al-Tajribah) dan (2) latihan diri (Riyadhah).

Materi yang diberikan pada para remaja dalam pendidikan akhlak sebaiknya tidak terlepas dari ruang lingkup akhlak Islami yang mencakup berbagai aspek seperti yang dikemukakan oleh Marzuki (Marzuki, 2009:22) diantaranya : akhlak terhadap Allah (Ha blumMinallah), akhlak

terhadap manusia (Hablum Minannas), akhlak terhadap alam semesta

(Hablum Minal A’lam) dan akhlak terhadap diri sendiri (Hablum Minnafsi).

3. Manfaat keberagamaan a. Aspek Akidah

Manfaat sikap keberagamaan dalam aspek akidah merupakan hal yang krusial, yaitu menambah kuatnya akidah atau sebuah pemahaman. Dengan adanya sikap keberagamaan yang merupakan realisasi dari sebuah pemahaman maka akan terjadi keseimbangan yang baik antara ranah teotiris dengan ranah empiris. Menurut Imam Al Ghazali (Ghazali, 2008:41) ada tiga cara untuk memantapkan aqidah yaitu :

a. Membaca Al Quran dengan mempelajari arti dan tafsirnya.


(33)

c. Konsekuensi menegakkan segala tugas ibadah

Menurut Imam Al Ghazali bahwa dengan tekun mengerjakan tiga macam ibadah tersebut aqidah akan semakin bertambah mantap. Dan ini memang bisa kita rasakan sendiri , asal kita melakukannya

dengan hati yang ikhlas, bukan karena ingin dipuji. Ciri aqidah yang benar berdasarkan keterangan dalam Al- Quran dan hadits bahwa diantara ciri-ciri aqidah yang benar terhadap Allah itu adalah sebagai berikut :

1) Yakin akan keeasaan Allah, Tuhan yang sebenarnya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Allah memerintahkan Ummat manusia menyembah Nya dan melarang manusia mempersekutukannnya dengan sesuatu. Kita harus yakin bahwa Allah itu Esa ( satu ), tidak ada dua Nya. Penegasan semacam itu sudah ada sejak Nabi Adam hingga Nabi-nabi sesudahnya, sampai Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW.

2) Tidak ada rasa takut kepada selain Allah, karena patuh kepada perintah dan larangan Allah. Dalam surat Ali Imran ayat 175:

























Artinya: Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.


(34)

3). Berani menegakkan kebenaran dan keadilan seusai dengan ajaran Agama Islam, karena yakin bahwa barang siapa yang membela kebenaran dan keadilan sesuai dengan agama Allah itu pasti akan ditolong oleh Allah SWT, sebagaimana firman Nya dalam surat Muhammad ayat 7:









Artinya : Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

4) Orang yang betul - betul beriman kepada Allah pasti tidak akan tunduk begitu saja kepada kehendak orang .orang kafir dan munafik maupun sesama Islamnya bila bertentangan dengan aqidahnya. Mereka lebih mengutamakan kepatuhannya kepada Allah dan Rasulnya dari pada kepada manusia. Memang Allah SWT melarang orang-orang yang beriman tunduk kepada mereka, sebagaimana firmaNya dalam surat Al Ahzab ayat 48.











Artinya : Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka


(35)

dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.

5) Orang yang beriman kepada Allah itu tidak akan berani angkuh dan sombong di kala ia kuat , baik kuat dalam arti fisik maupuan kuat dalam arti mempunyai kekuasaan. Adanya larangan untuk bersikap angkuh dan sombong itu adalah demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia itu sendiri, sehingga seandainya masih juga tidak mau memperhatikan larangan itu, maka berarti orang itu sudah nekat untuk masuk neraka jahanam.

6) Orang yang benar dan baik imannya kepada Allah tidak akan berani bersikap pura -pura baik di hadapan orang , karena yakin bahwa niat hatinya pasti diketahui oleh Allah. Allah mengingat kan hal itu dengan firman Nya dalam surat Al An’am ayat 3:







Artinya: Dan dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.

b. Aspek diri Pribadi

Menurut Zakiyah Daradjat (Daradjat, 1970: 22) Manfaat sikap keberagamaan dalam kehidupan seseorang berpengaruh biasanya pada saat ia sudah mengerti atau dewasa. Dalam hal ini secara pribadi atau


(36)

individual diri paham akan kesehatan sebagai anugrah dari Tuhan dan harus dijaga, dengan adanya sikap keberagamaan ia akan berpikir untuk tidak merusak kesehatan atau tubuhnya dengan melakukan hal-hal yang buruk sehingga mengakibatkan kerusakan atas tubuhnya, meningkatkan kualitas psikologi subtansi psikologis ( kejiwaan/Rohaniah). Kualitas jasmaniah berhubungan dengan bidang kesehatan dipengaruhi oleh jenis dan kualitas makanan sejak dilahirklan, pada masa kanak .kanak , remaja dan bahkan setelah dewasa. Kualitas jasmaniah ini sejak masa konsepsi dalam kandungan, lahir dan hingga dewasa sangat ditentukan oleh orang tua, yang pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas diri /individu secara keseluruhan setelah dewasa.

Kualitas psikologi subtansi psikologis (kejiwaan/Rohaniah) bersifat abstrak yang hanya berfungsi dalam kesatuan nya dengan jasmani ( tubuh ). Perwujudan fungsinya itu dikongkritkan dalam perkataan yang mengambarkan sikap, hasil berpikir dan berupa perilaku dalam merespon perangsang (stimulus) dari dalam dan luar diri manusia. Kualitas psikologis diukur dari tingkat pengembangan dan pendayagunaan potensi-potensi yang terdapat didalamnya seperti kemampuan berpikir, pengendalian emosi, kepedulian sosial, dan lain-lain. Dengan adanya sikap keberagamaan dalam jiwanya potensi-potensi yang ada akan dapat lebih meningkatkan kualitas kehidupan psikologisnya.


(37)

c. Aspek rasa tanggung jawab sosial

Jalaludin Rahmad dalam buku Psikologi Agama (Rahmad, 2002: 34) mengatakan bahwa agama suatu unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang tertinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan - kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula , yang menambah dan melestarikan nilai. nilai ini, dan sejumlah ugkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara-upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan – perbutan yang lain yang bersifat perseorangan , serta yang bersifat kemasyarakatan.

Di dalam Al-Quran dan Sunnah sudah terdapat prinsip-prinsip umum tentang pembinaan masyarakat yang harus kita jadikan landasan. Ada beberpa kaidah sosial atau prinsip-prinsip kemasyarakatan yang perlu diperhatikan oleh manusia dalam menyusun konsepsi bagi masyarakat , bangsa dan Negara. Prinsip -prinsip sosial itu adalah sebagi berikut:

Baik dan buruknya masyarakat tergantung kepada baik dan buruknya akhlaq individu masyarakat itu. Dalam surat Al Anfal ayat 53:














(38)

Artinya: (Siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Anfal ayat 53)

Maksud ayat tersebut menurut keterangan Tafsir Al Maraghi ialah bahwa nikamat Allah yang telah di karuniakanNya kepada Ummat manusia dan individu masyarakat tergantung kepada akhlaq serta sifat-sifat dan amal pebuatan ummat dan orang itu. Selama akhlak dan sifat serta perbuatannya baik, maka nikmat tersebut akan tetap juga Allah tidak akan menarik kembali nikmat itu dari mereka tanpa kezholiman mereka sendiri . Apabila mereka merubah aqidah dan akhlaq serta amal baiknya menjadi jelek, maka Allah akan merubah pula keadaan mereka dari merampas kembali nikamt yang telah Dia berikan, sehingga orang kaya bisa menjadi miskin, yang mulia dan berpangkat menjadi orang yang hina dina dan yang kuat akan menjadi lemah.

Rusaknya masyarakat banyak disebabkan oleh rusaknya rusaknya moral para pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat itu. Kaedah sosial kedua ini menegaskan bahwa penyebab utama kerusakan moral masyarakat adalah karena meniru pemmpin dan tokohnya yang sudah rusak itu. Dengan kata lain bahwa rusaknya


(39)

moral masyarakat adalah cermin rusaknya moral para pemimpin dan tokoh masyarakat itu. Kebejatan moral rakyat kecil adalah merupakan kebejatan moral orang-orang besar itu. Kenakalan para remaja, muda dan mudi sebenarnya sebgai korban kenakalan orang tua dan orang-orang yang dituakan dalam suatu bangsa atau masyarakat .

Hanya kepada orang-orang yang shaleh yang bisa dipercayakan untuk memperbaiki keadaan dunia ini . Dalam surat Al Anbiya ayat 105:













Artinya :Dan sungguh Telah kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi Ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.

Kaidah sosial yang ketiga ini penting sekali diperhatikan dan direnungkan oleh generasi sekarang untuk dijadikan landasan dalam usaha pembinaan kualitas generasi muda yang nantinya akan memegang estafet kepemimpinan bangsa dan negara. Pembinaan kualitas manusia tidak hanya dinilai dari segi intelektualnya, keterampilannya dan kesehatan jasmaninya, akan tetapi yang paling penting adalah kualitas rohaninya, kualitas akhlaqnya. Atau dengan kata lain kita harus mengusahakan generasi penerus ini menjadi manusia.manusia yang shaleh bukan manusia tang bangga dengan amal perbuatan salah. Dalam pemeliharaan lingkungan hidup, alam


(40)

lingkungan disekitar kita adalah ciptaan Allah untuk menjadi sumber kebahagiaan hidup manusia di dunia. Dia akan dapat dijadikan alat untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat bilamana kita dapat memanfaatkannya sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul Nya. Oleh karena kita harus memelihara lingkungan hidup ini dengan penuh rasa tanggung jawab,demi kebahagiaan hidup kita sendiri. .Untuk memelihara lingkungan hidup kita harus memelihara keseimbangannya dan memperbaiki yang sudah rusak.

B. Moralitas Siswa

1. Pengertian Moralitas

Ada beberapa istilah yang sering digunakan secara bergantian untuk menunjukkan maksud yang sama, istilah moral, akhlak, karakter, etika, budi pekerti dan susila. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1994:876),

“moral” diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti sebagai ajaran Kesusilaan (Rahmad, 2002:75). Kata moral

sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam

kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.

Dengan demikian pengertian moral dapat dipahami dengan mengklasifikasikannya sebagai berikut :


(41)

a) Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan tuntutan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan meningalkan perbuatan jelekyang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam suatu masyarakat.

b) Moral sebagai aturan, berarti ketentuan yang digunakan oleh masyarakat untuk menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baik atau sebaliknya buruk.

c) Moral sebagai gejala kejiwaan yang timbul dalam bentuk perbuatan, seperti berani, jujur, sabar, gairah dan sebagainya.

Dalam terminology Islam, pengertian moral dapat disamakan

dengan pengertian “akhlak” dan dalam bahasa Indonesia moral dan akhlak

maksudnya sama dengan budi pekerti atau kesusilaan (KBBI :1994).

Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (bahasa Arab) yang berarti

perangai, tabi’at dan adat istiadat. Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai

suatu perangai (watak/tabi’at) yang menetap dalam jiwa seseorang dan

merupakan sumber timbulnya perbuatan-perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa dipikirkan atau direncanakan sebelumnya (Al Ghazali : 1994).

Pengertian akhlak seperti ini hampir sama dengan yang dikatakan oleh Ibn Maskawih. Akhlak menurutnya adalah suatu keadaan jiwa yang menyebabkan timbulnya perbuatan tanpa melalui pertimbangan dan dipikirkan secara mendalam (Miskawaih :1994). Apabila dari perangai tersebut timbul perbuatan baik, maka perbuatan demikian disebut akhlak


(42)

baik.Demikian sebaliknya, jika perbuatan yang ditimbulkannya perbuatan buruk, maka disebut akhlak jelek.

Pendapat lain yang menguatkan persamaan arti moral dan akhlak adalah pendapat Muslim Nurdin yang mengatakan bahwa akhlak adalah seperangkat nilai yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau suatu sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia (Nurdin : 1993).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar antara akhlak dan moral. Keduanya bisa dikatakan sama, kendatipun tidak dipungkiri ada sebagian pemikir yang tidak sependapat dengan mempersamakan kedua istilah tersebut.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi moralitas siswa

Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami perubahan atau perkembangan, baik perubahan yang bersifat nyata atau yang menyangkut perubahan fisik, maupun perubahan yang bersifat abstrak atau perubahan yang berhubungan dengan aspek psikologis.Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam manusia (internal) atau yang berasal dari luar (eksternal). Faktor-faktor itulah yang akan menentukan apakah proses perubahan manusia mengarah pada hal-hal yang bersifat positif atau sebaliknya mengarah pada perubahan yang bersifat negative.

Kaitannya dengan pembentukan moral, maka membicarakan proses pembentukan moral, tidak lain membicarakan salah satu aspek dari aspek perubahan atau perkembangan manusia. Tentu dalam pembentukan moral ada


(43)

faktor-faktor yang mempengaruhi seperti halnya perubahan manusia pada umumnya.

Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan manusia atau yang lebih spesifik mengenai pembentukan moral dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Namun, mereka berbeda pendapat dalam hal faktor mana yang paling dominant mempengaruhi proses perubahan tersebut. Perbedaan tersebut diakibatkan karena berbedanya sudut pandang atau pendekatan yang digunakan oleh masing-masing tokoh.

Dalam beberapa literature pendidikan terdapat aliran-aliran yang biasa digunakan oleh beberapa ahli pendidikan sebagai suatu pendekatan dalam menilai faktor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan atau perkembangan manusia. Aliran-aliran tersebut adalah :

a. Aliran Nativisme

Nativisme adalah suatu doktrin filosofis yang berpengaruh besar dalam pemikiran psikologis. Tokoh utamanya Arthur Schopenhaur (1788-1860) seorang filosuf berkebangsaan Jerman (Rahmad, 2002 : 92). Aliran ini berpandangan bahwa yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah faktor keturunan dan pembawaan atau sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir.Pendidikan dan pengalaman hidup lainnya tidak dapat mengubah sifat-sifat keturunan/pembawaaan manusia.


(44)

Usaha-usaha mendidik dalam pandangan aliran ini merupakan usaha yang sia-sia.Karena pandangan pesimis ini, maka aliran ini dalam

dunia pendidikan disebut “Pesimesme pedagogis.”

Secara singkat keturunan diartikan semua sifat-sifat atau cirri-ciri yang melekat pada seorang anak yang merupakan regenerasi dari orang tuanya.Sedangkan pembawaan adalah seluruh kemungkinan atau potensi-potensi yang terdapat pada seseorang yang selama perkembangannya bisa direalisasikan atau pengertian ini bisa disamakan dengan bakat (anleg).

Perbedaan pengertian antara keturunan dan pembawaan sebenarnya bukan masalah substansial, karena banyak pemikir cenderung tidak membedakan arti keduanya.

Al-Syaibani menyebutkan keturunan/pembawaan sebagai cirri dan sifat-sifat yang diwarisi dari orang tuanya.Sifat-sifat tersebut dibagi tiga macam.

1) Sifat-sifat tubuh (Jasmani), seperti warna kulit, warna mata, ukuran tubuh, bentuk kepala, wajah, rambat dan lain-lain.

2) Sifat-sifat akal, seperti cerdas, pandai, bebal, bodoh dan lain-lain. 3) Sifat-sifat akhlak atau moral, seperti prilaku baik, prilaku jahat,

pemberani, pemarah, pemaaf, penyabar, penolong, beriman dan bertaqwa, dan lain-lain.

Pengaruh faktor keturunan terhadap pembentukan manusia sampai saat menjadi polemik. Ada yang setuju ada yang tidak setuju dan ada pula yang netral. Mereka mengakui tentang pengaruh faktor keturunan


(45)

terhadap aspek jasmani (tubuh/badan) manusia dan akalnya. Tetapi mereka tidak menerima faktor keturunan dapat mempengaruhi sifat akhlak (moral) dan kebiasaan sosial (Khalid, 2002:76).

Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa keturunan banyak mempengaruhi pertumbuhan manusia dalam aspek jasmani dan kualitas akal.Namun, terhadap akhlak dan prilaku sosial manusia, kemungkinannyaa sangat kecil.

Tidak adanya ruang bagi pendidikan untuk mempengaruhi perubahan manusia karena aliran ini berkeyakinan bahwa satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi hanya faktor pembawaan atau faktor keturunan.

Hampir sama dengan aliran nativsime adalah aliran naturalisme. Nature artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pada dasarnya semua anak (manusia) adalah baik.Meskipun aliran ini percaya dengan kebaikan awal manusia, aliran ini tidak menafikan peranan dan pengaruh lingkungan atau pendidikan. Pendidikkan yang baik akan mengantarkan terciptanya manusia yang baik. Sebaliknya pendidikan dan lingkungan yang jelek akan berakibat manusia menadi jelek juga.

J. Rooseau sebagai tokoh aliran ini mengatakan, “semua anak adalah baik pada dilahirkan, tetapi menjadi rusak di tangan manusia”. Oleh

karena itu dia mengajukan pendapat agar pendidikan anak menggunakan


(46)

berkembang menurut alamnya.Manusia dan masyarakat jangan terlalu ikut mencampurinya.

Dalam konteks pembentukan moral siswa, maka menurut aliran nativisme, moral seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri sesuai dengan sifat-sifat pembawaan yang ada sejak manusia lahir, dan pendidikan tidak mempunyai peran dalam membentuk moral siswa.

b. Aliran Emperisme

Aliran emperisme berlawanan dengan aliran nativisme.Kalau dalam nativisme pembawaan atau keturunan menjadi faktor penentu yang mempengaruhi perkembangan manusia, maka dalam emperisme yang mempengaruhi perkembangan manusia adalah lingkungan dan pengalaman pendidikannya.

Lingkungan menurut Zakiyah Daradjat (Daradjat, 1970: 38) dalam arti yang luas mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia atau benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan manusia. Sejauh manakah manusia berinteraksi dengan lingkungan, sejauh itulah terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya (Syah:1995).


(47)

Sartain (Seorang ahli psikologi Amerika) menyebutkan bahwa yang dimaksud lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kemudian dia membagi lingkungan menjadi tiga bagian; lingkungan alam/luar (External environment), lingkungan dalam

(Internal environment) dan lingkungan sosial (Social Environment)

(Daradjat : 1970: 79).

1) Lingkungan luar adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini dan bukan manusia seperti, tumbuh-tumbuhan, hewan, iklim, air dan sebagainya.

2) Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang ada dalam diri manusia dan mempengaruhi pertumbuhan fisiknya.

3) Lingkungan sosial adalah semua orang atau orang lain yang mempengaruhi manusia baik secara langsung atau tidak langsung.

Dari ketiga pembagian lingkungan di atas, maka lingkungan sosiallah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan moral seseorang.

Aliran ini juga mendapat dukungan dari kaum behavioris, salah

satu tokoh tulen behavioris Waston berkata : “Berilah saya sejumlah anak

yang baik keadaan badannya dan situasi yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang mana dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang dikehendaki, menjadi


(48)

Secara eksplisit aliran emperisme menekankan betapa peran lingkungan dan pengalaman pendidikan sangat besar dalam mengubah atau mengembangkan manusia dan setiap anak bisa dibentuk sesuai dengan kepentingan dan arahan lingkungan.Pendapat kaum emperis yang optimis ini, di dalam dunia pendidikan dikenal dengan “optimisme pedagogis”.

Doktrin mendasar yang masyhur dalam aliran emperisme adalah

teori “tabula rasa”, sebuah istilah latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Dalam arti perkembangan manusia tergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya (Daradjat:1970: 32).

Dalam hal ini, para penganut emperisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa anak kelak tergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

“Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci, ibu dan bapaknya

yang akan menentukan apakah anak tersebut akan menjadi Yahudi,

Nashrani atau Majusi” (HR. Bukhari).

Sukar untuk tidak menyakini bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses pembentukan manusia. Lingkungan akan menentukan prilaku dan moral manusia. Seorang anak


(49)

yang tinggal dalam kondisi sosial masyarakat yang tidak teratur, kemampuan ekonomi di bawah rata-rata, lingkungan alam yang kumuh tanpa fasilitas-fasilitas umum yang memadai seperti sarana ibadah, sarana olah raga dan lain-lain, kondisi seperti itu akan menyuburkan pertumbuhan anak-anak nakal dan kurang bermoral. Untuk anak yang hidup dalam lingkungan ini, maka tidak cukup alasan untuk tidak menjadi brutal, apalagi jika orang tuanya kurang peduli dengan perkembangan anaknya.

Bagi aliran ini, pembentukan moral dan prilaku manusia akan sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Lingkungan yang baik (bermoral) tempat di mana anak-anak melakukan interaksi akan terpengaruh pada terciptana anak-anak yang berprilaku dan bermoral baik. Demikian pula lingkungan yang tidak baik akan menciptakan anak-anak yang bermoral tidak baik.

c. Aliran Konvergensi

Munculnya aliran konvergensi merupakan respon terhadap pertentangan antara dua aliran ekstrim nativisme dan emperisme. Konvergensi berusaha untuk mengkompromikan arti penting aspek keturunan pada satu sisi dan aspek lingkungan di sisi yang lain sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Tokoh aliran ini, Louis William Sterm, seorang psikolog Jerman (1871-1938).

Dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi manusia, aliran ini tidak hanya berpegang pada lingkungan, pengalaman/pendidikan saja,


(50)

tetapi juga mempercayai faktor keturunan.Konvergensi memposisikan pembawaan dan lingkungan dalam posisi yang sama-sama penting.Pembawaan tidak mempunyai arti apa-apa terhadap perkembangan manusia jika tidak didukung oleh kondisi lingkungan yang memadai. Demikian pula lingkungan dan pengalaman tanpa adanya bakat pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan harapan. Bagi aliran konvengensi, keturunan dan lingkungan sama-sama mempunyai peran dan andil dalam perkembangan manusia.

Tentang pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap perkembangan manusia, al-Syabany menegaskan kita menyakini bahwa manusia (insan) dengan seluruh perwatakannya (karakter) dan

pertumbuhannya adalah pencapaian dan faktor; yaitu warisan dan lingkungan. Dan faktor ini mempengaruhi manusia dan berinteraksi dengannya sejak hari pertama ia menjdi embrio hingga hayat. Oleh karena kuat dan bercampur aduknya peranan kedua faktor ini, maka sukar sekali untuk menunjukkan perkembangan tubuh atau tingkah laku (moralitas) secara pasti kepada salah satu dari dua factor (Marimba, 1980: 65).

Keterkaitan peran antara keturunan dan lingkungan dapat diumpamakan dengan menyemai benih tanaman yang bagus, jika ingin menghasilkan tanaman yang bagus, maka harus disemai di lahan yang subur. Seandainya benih tersebut disemai di tanah yang tidak cocok atau tandus, maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Demikian pula sebaliknya


(51)

sesubur apapun tanahnya, jika benih yang ditanam tidak bagus maka hasilnya pun tentu kurang bagus.

Dalam hal ini yang berbeda mungkin tingkat dominasi tingkat pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap pertumbuhan manusia.Pengaruh kedua faktor ini juga berbeda melihat umur dan fase pertumbuhan yang dilalui.Faktor keturunan umumnya lebih kuat pengaruhnya pada tingkat bayi.Faktor keturunan berkembang sebelum terjadinya interaksi sosial serta adanya pengalaman-pengalaman baru.Sebaliknya faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya apabila manusia meningkat dewasa.Karena waktu itu ruang gerak untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sosial dan pengalaman-pengalaman hidup semakin luas terbuka.

Dengan adanya berbagai pandangan tentang perubahan moralitas, penulis cenderung sepakat dengan pandangan yang terakhir (aliran konvergensi), karena dalam keyakinan penulis antara faktor pembawaan dan faktor lingkungan (pendidikan) sama-sama mempunyai peran dalam membentuk moralitas seseorang.

Al-Ghazali mengatakan, dalam diri manusia memang ada potensi-potensi yang mengarahkan manusia untuk berbuat jahat, seperti sifat syahwah (ambisi) dan ghadlob (emosi). Tetapi potensi jahat itu bisa

diredam dengan cara melakukan perlawanan terhadapnya (Mujahadah) dan

melalui proses latihan yang diterima secara terus menerus (Riyadlah)


(52)

Secara alami manusia dalam dirinya mempunyai potensi karakter yang berkecenderungan baik dan buruk, tetapi dengan pendidikan atau melalui nasehat-nasehat yang mulia cepat atau lambat karakter tersebut pasti mengalami perubahan.Manusia yang secara alami buruk bisa berubah menjadi baik melalui pendidikan atau pergaulan dengan orang-orang yang baik dan shaleh. Ibnu maskawih kemudian mengutip perkataan Aristoteles

dalam Book on ethie dan book on categories, bahwa orang yang buruk


(53)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah Tempuran, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.

1. IdentitasSekolah

a. Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah

b. AlamatSekolah : Desa Tempurejo

Kecamatan : Tempuran

Kabupaten : Magelang

c. Nama dan alamat Yayasan /Penyelenggara Sekolah : YayasanMuhammadiyah

d. NSS : 204030811053

e. Jenjang Akreditasi : B f. Tahun didirikan : 1976 g. Tahun Beroperasi : 1976

h. Status Tanah : Wakaf

i. Surat Kepemilikan Tanah : Surat Keterangan Kepala Desa tentang Perwakafan Tanah Milik (dalam proses Sertifikasi)

j. Status Banguanan : Milik Sendiri


(54)

2. Sejarah Singkat SMP Muhammadiyah Tempuran

SMP Muhammadiyah Tempuran berdiri pada Tahun 1976 di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, sejak tahun 1977 melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah pagi ini. SMP Muhammadiyah Tempuran dirintis oleh KH. Zen Fanani yang juga pengurus Muhammadiyah kecamatan Tempuran ini berinsiatif untuk mengembangkan pendidikan dasar dan menengah di bawah lembaga Muhammadiyah.

Diatas tanah seluas 2000m SMP Muhammadiyah baru menerima siswa baru yang terdiri dari tigas kelas, sehingga dengan insiatif pengurus Muhammadiyah dan Komite, beserta yayasan pada saat itu pada Tahun 1995 Gedung SMP Muhammadiyah Tempuran Kabupeten Magelang pindah tempat dilokasi yang sangat strategis dan lebih luas yaitu di jalan raya Magelang-Purworejo km 10. Tepatnya di Dusun Punduh sari Desa Tempurejo Kecamatan Magelang.

Didirikanya SMP Muhammadiyah Tempuran ini dengan latar belakang antara lain mewujudkan program Organisasi di bidang kependidikan, gerakan warga Muhammadiyah untuk kaderisasi, membantu pemerintah indonesia dalam usaha mencerdaskan bangsa.

Sebagai lembaga pendidikan formal berbasis Islam yang mempunyai dasar tujuan yaitu untuk meningkatkan pengajaran keislaman berdasarkan Quran dan Hadist, untuk mengakomodasi siswa yang lulus dari MI atau SD yang tidak diterima di sekolah Negeri, Untuk mempertebal Iman dan


(55)

Taqwa generasi penerus, di samping memperluas wawasan pengetahuan umum dan untuk meringankan beban warga Muhammadiyah kecamatan Tempuran, yang mempunyai anak usia sekolah.

Adapun tokoh-tokoh yayasan pendiri SMP Muhammadiyah Tempuran ini adalah :

a. KH. Zen Fanani (Penanggungjawab) b. Drs. Maksum (Ketua I)

c. KH. Ahmad Mujahid, S.PdI (Ketua II) d. Safari, S.PdI (Sekretaris I) e. Syafari, S.Pd (Sekretaris II) f. Muhzen, S.Pd.I (Bendahara I) g. Syaeri, S.Pd (Bendahara II) Majelis Dikdasmen

Ketua : Nawawi

Wakil ketua : Ahmad Husen Sekretaris : Nur Hamid, S.PdI

Majlis PKU

Ketua : Pahrur

Majlis Ekonomi

Ketua : Suprayitno, S.Pd Anggota : Abdul Haris Majlis Tabligh Khusus

Ketua : Mufid Budiyanto, S.Ag Sekretaris : Pahrur, S.Pd


(56)

Ketua : Dwi Basuki. S.Ag Ketua II : H. NiadaanHasanah Majlis wakaf

Ketua I : Sutikno, SH

Ketua II : EkoBudiyanto, S.Ag

Sejak tahun 1977 sampai dengan penelitian ini (2010) Kepala SMP Muhammadiyah Tempuran telah berganti empat (4) kali yaitu sebagai berikut:

1. Pada periode tahun 1997 s/d 1989 dipimpin oleh Bapak Sumardi 2. Pada periode tahun 1990 s/d 1999 dipimpin oleh Bapak Zaenudin 3. Pada periode tahun 2000 s/d 2003 dipimpin oleh Drs. As’ad 4. Pada periode tahun 2004 s/d 2010 dipimpin oleh Pahrur, S.Pd

3. Visi dan Misi

a. VISI

SMP Muhammadiyah Tempuran mempunyai visi :

Beriman, berilmu dan beramal menuju manusia berakhlak mulia yang

mandiri”

b. MISI

a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama islam dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.


(57)

b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara intensif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya

c. Menumbuhkan semangat keuntungan secara intensif kepada warga sekolah.

d. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

e. Menerapkan manajemen partisipasif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan stakeholder sekolah

f. Menumbuhkan jiwa kemandirian kepada warga sekolah.

g. Semua guru melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan berbagai tehnik dan model pembelajaran

h. Semua civitas melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh madrasah.

4. Program SMP Muhammadiyah Tempuran

a. Prioritas Pengembangan

1) Pengembangan Akademik

Indikator mutu pendidikan SMP Muhammadiyah Tempuran dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana, KBM, Guru, Siswa serta mutu lulusan. Untuk itu SMP Muhammadiyah Tempuran berupaya untuk memprioritaskan


(58)

program dalam peningkatan kualitas pendidikan tahun 2009/2010 sebagai berikut :

a) Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar

(1) Intensifikasi pelaksanan, pendekatan keterampilan, proses ulangan harian, analisis hasil evaluasi, perbaikan dan pengayaan ketuntasan belajar.

(2) Melengkapi buku

(a) Pelajaran wajib/paket untuk siswa (b) Resume untuk Mapel Agama

(c) Referensi/pegangan guru dan latihansiswa (LKS) (d) Alat-alat peraga mata pelajaran

(3) Peningkatan efektifitas dan efisiensi KegiatanBelajar (4) Peningkatan frekuensi supervisi, pembinaan guru dan

karyawan.

(a) Jadwal Supervisi (b) Jadwal Pembinaan (c) Rapat rutin bulanan

b) Indikator Keberhasilan Pelaksanan Program

(1) Adanya peningkatan rata-rata Nilai Ujian Nasional maupun Nilai Raport

(2) Jumlah lulusan yang diterima di jenjang yang lebih tinggi bertambah banyak


(59)

(a) Akademis (b) Olah raga (c) Seni

(4) Adanya siswa yang mendapatkan beasiswa c) Peningkatan Kesejahteraan Guru

(1) Menggiatkan infak

(2) Berupaya menggalang Donatur Tetap/Tidak tetap dan insidentil.

(3) Meningkatkan koperasi sekolah

(4) Berupaya mencari dana lain yang halal

2) Pengembangan Fisik

Dalam Tahun Pelajaran 2009/2010 ini pengembangan fisik diprioritaskan pada penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang KBM, di antaranya :

a) Rehab ruang kelas

b) Rehab Ruang Perpustakaan, Multumedia, Koperasi, Musolla c) Rehab parkir

3) Program Peningkatan Mutu

a) Program Jangka Pendek (1 tahun pelajaran)


(60)

(2) Meningkatnya jumlah siswa yang diterima di SMU/SMK/MA terkemuka minimal 80 %.

(3) Meningkatnya sarana komputer

(4) Meningkatnya prestasi siswa dalam bidang non akademis. (5) Menurunkan jumlah siswa dan seluruhwarga sekolah yang

melanggar tata krama dan tata tertib menjadi 0,25 %. (6) Terbentuknya sikap, perilaku dan budi pekerti siswa. (7) Tercapainya prestasi siswa dibidang olah raga (volley ball,

sepak bola, lari) untuk dapat meraih juara I di tingkat Propinsi.

(8) Tercapainya prestasi bidang musabaqoh pelajar untuk dapat meraih Juara I di tingkat kabupaten.

(9) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris. (10)Mempunyai kelompok seni Islam (rebana dan tari) yang handal dan kreatif serta dapat dipertunjukkan di hadapan masyarakat umum.

(11)Mempunyai Pramuka yang handal b) Program Jangka Menengah (2-4 tahun)

(1) Perolehan NEM naik rata-rata 1,5 %.

(2) Meningkatnya jumlah siswa yang diterima di SMU/SMK/MA minimal 85%


(61)

(4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat komputer.

(5) Meningkatkan jumlah siswa yang mendapatkan prestasi non akademis.

(6) Mempunyai team olah raga yang handal.

(7) Terbentuknya sikap prilaku warga masyarakat yang berbudi pekerti yang luhur, toleran dan insklusif.

(8) Meningkatnya sumber daya manusia sehingga dapat mendukung Kegiatan Belajar Mengajar dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk melanjutkan studinya.

(9) Meningkatkan kwantitas dan kualitas berbahasa Inggris dan bahasa Arab bagi seluruh warga sekolah.

(10)Mengadakan kegiatan kesenian Islam (Rebana dan tari) yang mampu berkiprah dalam kegiatan-kegiatan di sekitar (11)Mengadakan kegiatan peningkatan IMTAQ dengan

menyelenggarakan kegiatan pengajian secara rutin dan berkala

c) Program Jangka Panjang (5 – 10 tahun)

(1) Perolehan Indeks Prestasi tinggi dalam Ujian Nasional (2) Jumlah siswa yang diterima di SMU/SMK/MA naik


(62)

(3) Meningkatkan kemampuan warga sekolah dalam menggunakan alat komunikasi modern (komputer, internet) (4) Memiliki Laboratorium Komputer untuk siswa.

(5) Mengadakan bulan berbahasa Inggris dan bahasa Arab bagi seluruh warga sekolah.

(6) Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia (guru dan karyawan) dalam bidang pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasai dan diminati.

(7) Meningkatkan kuantitas dan kualitas tim olah raga dan kesenian yang sudah terbentuk.

(8) Meningkatkan sarana dan prasarana sekolah yang memadai (9) Menjadikan SMP MuhammadiyahTempuran menjadi idola

bagi masyarakat luas. 4) Program Pengajaran

a) Program Pengajaran Umum

Program pengajaran umum merupakan program yang wajib diikuti oleh semua siswa kelas VII,VIII dan III, yang antara lain :

(1) Qur’an dan tafsir (2) Aqidah Akhlaq (3) Fiqh

(4) Bahasa Arab (5) Tarekh


(63)

(6) Pendidikan Kewarganegaraan (7) Bahasa Indonesia

(8) Bahasa Inggris

(9) Ilmu Pengetahuan Alam (10)Ilmu Pengetahuan Sosial (11)Matematika

(12)Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (13)Seni Budaya

(14)Teknologi Informasi dan Komputer/Ketrampilan (15)Pengembangan Diri

(16)Muatan Lokal :

(a) Baca Tulis Alquran (BTA) (b) Bahasa Jawa

(c) Kemuhammadiyahan b) Program Pengajaran Muatan Lokal

Program pengajaran Muatan Lokal adalah merupakan program pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan sekolah yaitu Bahasa Daerah (Bahasa Jawa).

c) Program Pengajaran Khusus

Program pengajaran Khusus adalah pengajaran yang menjadi program Majelis Muhammadiyah, yaitu pelajaran kemuhammadiyahan. Hal ini dimaksudkan agar setelah siswa


(64)

selasai dari SMP dapat menerapkan syariat Islam yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits, serta bermadzhab 4 seperti

diajarkan oleh para kyai dan Ulama’ Muhammadiyah. 5) Struktur Organisasi

Stuktur organisasi akan berhasil dengan baik apabila komponen-komponen yang terlibat didalamnya memiliki suatu struktur tugas yang tegas serta terpadu dalam rangka merealisir sebagai program yang telah dirancang.

STRUKTUR ORGANISASI SMP MUHAMMADIYAH TEMPURAN TAHUN AJARAN 2009/2010

MUHAMMADIYAH MAJLIS DIKDASMEN

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010

MUHAMMADIYAH MAJLIS DIKDASMEN

KEPALA SEKOLAH Pahrur

Ka. Tata Usaha Wismono Sari H, S.Pd

Tata Usaha Abdurrauf Atik Suprihati, SE BENDAHARA

Wiwik Zulaikah, A.Md

WK. BENDAHARA Sri Wulan I


(65)

5. Guru dan Tenaga Kependidikan

Jumlah guru dan karyawan SMP Muhammadiyah Tempuran Kab.Magelang pada Tahun Ajaran 2009/ 2010 berjumlah 37 orang yang terdiri dari guru laki-laki 13 dan17 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table ini:

Seksi Kurikulum Marsudi

Seksi Kesiswaan Chaerul A, SE

Seksi Sarpras Sri Suharni, S.Pd

Seksi Humas Sri Suharni, S.Pd

Seksi Agama Sri Suharni,

S.Pd

Koord. BP Riva Asri B, S.Pd

Koord. Lab Chabib Efendi Koord.Perpus Siti Fitriana, S.Pd Koord. Koperasi Atik Suprihati, SE

Wali Kelas VIIA Riva Asri B, S.Pd

Wali Kelas VIIB Murtami, S.Pd.I

Wali Kelas VIIC Galuh S, S.Pd

Wali Kelas VIID Tatik W, S.Pd

W.Kelas VIIIA Anik P, S.Pd

W.Kelas VIIIB Nunung S, S.Pd

W.Kelas VIIIC Isni Nur L, S.Pd

W.Kelas VIIID Apriyanti PP, S.Pd

Wali Kelas IXA Wiwik Z, S.Pd

Wali Kelas IXB Sri Suharni, S.Pd

Wali Kelas IXA

Wali Kelas IXA C. Anwar, S.Pd

Wali Kelas IXA Ika A B, S.Pd


(1)

(2)

91

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisa data pada Bab IV diperoleh kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pola pembinaan keberagamaan siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang, Kabupaten Magelang

a. Pembinaan yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran mempunyai pengaruh positif terhadap keefektifan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diantaranya Guru harus menjadi uswatun hasanah bagi pribadinya dan siswanya terlepas dari sifat amoral.

b. Pembinaan keberagamaan oleh sekolahdan Guru selain Pendidikan Agama Islam SMP Muhammadiyah Tempuran Magelang mempunyai pengaruh yang signifikan, adanya system islamisasi ilmu pengetahuan dalam pendekatan disiplin ilmu, seluruh mata pelajaran di SMP Muhammadiyah bersandarkan Alqur’an dan Hadits.

2. Pembinaan keagamaan terhadap moralitas siswa di SMP Muhammadiyah Tempuran, Kabupaten Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.

a. Pembinaan moralitas yang dilakukan di SMP Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang signifikan, akhlak siswa terbentuk dengan


(3)

baik dibuktikan dengan diajarkanya Mata pelajaran Agama Islam berdasarkan cabangdan disiplin ilmunya : AqidahAklak, Al-Quran Hadits, Fiqih, Tarekh yang terakomodir berdasarkan dasar perjuangan Kemuhammadiyah dengan praktik ibadah.

b. Di luar lingkungan SMP Muhammadiyah Tempuran mempunyai pengaruh yang signifikan, adanya sistem mentoring teman sebaya atau Dakwah Sistem Langsung (DSL) efektif dalam mengurangi kenakalan siswa.

Saran

a. Guru mampu menjadi teladan bagi dirinya sendiri dan juga masyarakat sekolah.

b. Guru harus mampu menyusun materi ajar DSL (Dakwah Sistem Langsung) sendiri dengan cara memadukan beberapa materi dari buku-buku sumber yang sesuai dengan KTSP.

c. Manfaatkan secara optimal forum MGMP PAI SMP/MTs untuk menyusun materi pembelajaran DSL (Dakwah Sistem Langsung) sendiri. d. Setiap ruang kelas perlu dilengkapi dengan LCD, sehingga akan

menambah daya tarik tersendiri bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

e. Jaringan internet perlu segera dipasang sehingga akan membuka dan memperluas cakrawala bagi guru dan peserta didik.


(4)

91

Penutup

Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini dapat kami susun dengan baik dan semoga bermanfaat serta menunjang profesionalisme pendidik kedepan. Kritikdan saran kami harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.Atas perhatian dan kerjasamnya kami ucapkan terima kasih.


(5)

Ahmad Amin, 1975.Etika (Ilmu Akhlak)¸BulanBintang, Jakarta. Al-Ghazali. 2008. Mutiara Ihya’ Ulumuddin. Bandung:Mizan

Arcaro, Jerome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-dasarEvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Asy’ari, Hasyim. 2007. Etika pendidikan islam. Jogyakarta: Titian wacana. Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Belajar. Jakarta: Bulan Bintang

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, Syaiful B. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Given, Barbara K. Brain-Based Teaching. Bandung: Kaifa.

Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research. Yogyakarta: UGM Press.

Hamalik, Oemar. 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung:Maju

Hamzah . B. Uno. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Jalaludin Rahmad, Psikologi beragama. Bandung : Mizan. 2002. Khalid, Amru. 2002. Semulia Akhlak Nabi. Solo: Aqwam

Marimba, AD,1989.PengantarFilsafatPendidikan Islam, Al Ma'arif:Bandung,

Marzuki. 2009. Prinsip Dasar Akhlak Mulia. Yogyakarta: Debut Wahana Press. Miskawaih Ibn, 1994.Menuju Kesempurnaan Akhlak, Bandung : Mizan Cet Ke-2.


(6)

Muchtar, Heri J. 2005, Fikih Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, S. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pohan, Rusdin. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: LnarkaPubliser.

Syah, Darwyn. 2007. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Gaung Persada Press.

Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994). Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) (http// www. hupelita. com/ baca. Php ?id =19767). (http://www.blogpendidikanunggul.com)