5.BAB II pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian MenuaMenua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup , tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 11)
2.2 Pengertian Lanjut Usia (merawat 2)
Ada beberapa definisi tentang lanjut usia dan tergantung dari cara berpikir seseorang. Seorang ayah berusia tiga puluh tahun dapat dianggap tua bagi anaknya dan muda bagi orang tuanya. Bagi orang yang sehat dan aktif , usia 65 tahun belum dianggap tua dan menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut usia. Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas. Sedangkan menurut dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosia dalam rangka
(2)
pencanangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh presiden RI, batas lanjut usia adalah usia 65 tahun atau lebih. (Fatimah, 2010: 2)
2.3 Pengertian Asuhan Keperawatan Lanjut Usia (Lansia) Asuhan10 asuhan keperawatan lanjut usia (lansia) adalah suatu rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditunjukkan kepada usia lanjut. Kegiatan tersebut meliputi pengkajian dengan memerhatiakan kebutuhan biologis atau fisik, psikologis, kultur, dan spiritual, menganalisa suatu masalah kesehatan atau keperawatan dan membuat diagnosis keperawatan, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan dan terakhir melakukan evaluasi.
Adapun pendapat lain, Asuhan keperawatan lanjut usia merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan atau bimbingan serta pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu, kelompok, seperti di rumah atau lingkungan keluarga, Panti Werdha atau Puskesmas yang diberikan oleh perawat (R. Siti Maryam, 2010: 10 ).
2.4 Tujuan Pemberian Asuhan Pada Perawatan Lanjut Usia (Lansia) Gerontik 71
Mempertahankan kesehatan serta kemampuan melalui jalan perawat dan pencegahan.
Membantu mempertahankan serta memperbesar semangat hidup klien lanjut usia.
Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit atau gangguan baik kronis maupun akut.
(3)
Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses keperawatan, dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini.
Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya promotiv, preventin, dan rehabilitatif.
Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit dapat merasakan kebebasan yang maksimal. (Wahjudi Nugroho, 2008: 71)
2.5 Sasaran Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia (Asuhan 11)
Sasaran asuhan keperawatan pada lanjut usia adalah klien usia lanjut yang berada dikeluarga, panti (sebagai individu atau kelompok), maupun kelompok masyarakat (Posyandu Lansia atau Posbindu atau Karang Werdha). (R. Siti Maryam, 2010: 11 ).
2.6 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia (Gerontik hal96) Pendekatan fisik
Perawatan dengan pendekatan fisik memperhatikan kesehatan, kebutuhan, kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik pada klien lanjut usia dibagi menjadi dua bagian, yakni:
(4)
1. Klien lanjut usia yang masih aktif memiliki keadaan fisik yang masih mampu bergerak tanpa bantuan oarang lian sehingga untuk kebutuhan sehari-hari, ia masih mampu melakukannya sendiri.
Klien lajut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)
Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peran penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi, dan sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan agar klien merasa puas. Perawat harus sabar mendengarkan cerita masa lampau klien yang membosankan. Jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia yang lupa atau melakukan kesalahan. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)
Pada dasarnya, klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang memberi perawatan. Oleh karena itu, perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman tidak gaduh,
(5)
membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilinya. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)
Pendekatan sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain. Pelaksanaanya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara lanjut usia dengan sesamanya maupun lanjut usia dengan perawat. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96)
Pendekatan spiritual
Perawat harus memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lanjut usia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Dalam kaitannya dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian. Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberi reaksi yang berbeda, bergantung pada kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup. Oleh karena itu perawat harus meneliti dengan cermat, apa kelemahan dan kekuatan klien, agar perawat selanjutnya lebih terarah. (H. Wahjudi Nugroho, 2008: 96).
(6)
2.7 Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Memberi Asuhan Keperawatan Lansia (Asuhan 11)
Asuhan keperawatan pada lansia merupakan proses yang kompleks dan menantang. Oleh karena itu, ada faktor-faktor yamg harus dipertimbangkan:
a. Hubungan timbal balik antara aspek fisik dan psikososial dari lansia. Aspek dan psikososial saling berhubungan dan saling mempengaruhi. b. Efek dari penyakit dan disability (ketidakmampuan atau keterbatasan)
pada status fungsional.
c. Menurunnya efisiensi dari mekanisme homeostatis.
d. Kurang atau belum adanya standar keadaan sehat atau sakit dari klien. e. Perubahan respon terhadap penyakit dimana tanda dan gejalanya tidak
spesifik.
f. Kerusakan fungsi kognitif. (R. Siti Maryam, 2010:11)
2.8 Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam menjalin hubungan dengan Lansia (asuhan 12)
lingkungan (fisik dan psikologis)
- siapkan space (area) yang adekuat. Contoh: klien di kursi roda.
- Suasana tenang, tidak ribut atau bising.
- Nyaman, tidak panas.
- Gunakan cahaya agak redup, hindari cahaya langsung.
- Tempatkan pada posisi nyaman bila berganti posisi atau apakah ingin di tempat tidur.
- Sediakan waktu yang cukup dan air minum.
- Privasi harus dijaga.
- Perhitungkan tingkat energi dan kemampuan klien.
- Sabar, rileks dan tidak terburu-buru. Beri klien waktu untuk menjawab pertanyaan.
- Perhatikan tanda-tanda kelelahan pada klien.
- Rencanakan apa yang akan dikaji.
(7)
Interviewer (Sikap Perawat: perasaan, nilai, kepercayaan)
- Mitos-mitos seputar lansia harus disadari.
- Menjelaskan tujuan wawancara.
- Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi kebutuhan pengumpulan data dengan kepentingan klien
- Mencatat data harus seizin klien.
- Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama klien cara yang paling efektif dan nyaman.
- Menggunakan sentuhan.
- Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara.
Klien
Beberapa kultur yang mempengaruhi kemampuan klien untuk berpartisipasi sangat berarti dalam wawancara. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan:
o Hereditas. o Nutrisi.
o Status kesehatan. o Pengalaman hidup. o Lingkungan. o Stress.
2.9 Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Membuat Strategi Merawat Lansia. (merawat 25)
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat strategi merawat lansia adalah dengan mengidentifikasi siapa klien dan keluarganya. Selanjutnya baru dilakukan pengkajian keluarga seperti hubungan masa lalu, dinamika
(8)
keluarga, peran anggota keluarga, kesetiaan lansia, kemandirian dan stressor pemberi layanan.
Selanjutnya kita melihat dorongan keluarga untuk merencanakan kebutuhan yang akan datang seperti melihat kesempatan untuk berbicara, bicara tentang “seandainya”, membicarakan tentang rencana alternatif jika keluarga yang merawat lansia sakit atau meninggal, cara mengekspresikan intervensi dan keinginan yang baik.
Strategi lain adalah dengan membantu anggota keluarga untuk mengkomunikasiakn hal-hal yang menjadi perhatiannya terhadap lansia secara jujur dan positif, mengikutsertakan lansia dalam pengambilan keputusan, validasi perasaan,mencatat perasaan bersalah, dan menekankan keuntungan diadakannya tindakan.
Strategi terakhir adalah mengenalkan peran anda sebagai pemberi perawatan dengan menjaga diri sendiri, mempertahankan kontak dengan teman dan aktivitas luar, menanamkan pengertian bahwa merawat orang dewasa lebih stres dari pada merawat anak-anak, tidak harus sayang atau cinta pada lansia yang dirawat, mencari pertolongan bukan berarti kelemahan, mempunyai hak untuk mengatakan tidak, mulailah mengambil istirahat merawat.
2.10 Proses Keperawatan Pada Lansia (kep lanjut 36)/ mengenal 78 Proses keperawatan pada lansia meliputi hal-hal di bawah ini:
(9)
Pengkajian berfokus keperawatan klien dewasa terjadi dilingkungan tradisional rumah, rumah sakit, atau institusi perawatan jangka panjang, serta situasi non-tradisional seperti pusat-pusat senior, gedung-gedung, apartemen, atau kelompok praktik keperawatan (Luecknotte, 2008, h.1).
Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk memebuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (CGA: comperhensive geriatric assesment).
Pengkajian pada lansia yang ada dikeluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di panti ataupun dimasyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta petugas kesehatan.
Diagnosis keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia, ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.
- Diagnosis Fisik atau Biologis
a. Gangguan nutrisi: kurang atau berlebihan dari kebutuhan tubuh sampai dengan pemasukan yang tidak adekuat.
(10)
b. Gangguan presepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sampai dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat perawatan diri.
d. Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fugsi tubuh. e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri.
f. Perubahan pola eleminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas.
g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi.
- Diagnosis Psikososial
a. Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.
b. Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu.
c. Depresi sampai dengan isolasi sosial. d. Harga diri rendah sampai perasaan ditolak.
e. Koping tidak adekuat sampai dengan ketidak mampuan mengemukakan perasaan secara tepat.
f. Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas. g. Spiritual.
h. Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan. i. Penolakan terhadap proses penuaan sampai engan ketidak siapan
menghadapi kematian.
j. Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami. k. Perasaan tidak senang sampai dengan ketidak mampuan
melakukan ibadah secara tepat. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada tingkat yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga halnya untuk menjaga kesehatan secara damai. Rencana dibuat
(11)
untuk keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien.
Rencana keperawatan meliputi:
a. Melibatkan klien dan keluarganyan dalam perencanaan. b. Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Menentukan prioritas.
d. Klien mungkin puas dengan situasi demikian. e. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
f. Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
g. Mencegah timbulnya masalah-masalah.
h. Menyediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input atau pemasukan.
i. Menulis semua rencana dan jadwal.
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:
a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil nama klien.
b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan cahaya yang silau.
c. Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat.
d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto.
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengubah posisi, dukungan melakukan aktifitas.
f. Memberi perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latian nafas dalam.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering, sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan.
(12)
h. Memberikan perawatan kulit: mandi dengan menggunakan sabun yang baik, hindari menggosok kulit dengan keras.
i. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah Osteoporosis dengan latian. j. Memberi perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitas pembicaraan, serta bersikap empati.
k. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur tetap dipasang, posisi tempat tidur rendah, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.
(1)
Interviewer (Sikap Perawat: perasaan, nilai, kepercayaan) - Mitos-mitos seputar lansia harus disadari.
- Menjelaskan tujuan wawancara.
- Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi kebutuhan pengumpulan data dengan kepentingan klien
- Mencatat data harus seizin klien.
- Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama klien cara yang paling efektif dan nyaman.
- Menggunakan sentuhan.
- Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara.
Klien
Beberapa kultur yang mempengaruhi kemampuan klien untuk berpartisipasi sangat berarti dalam wawancara. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan:
o Hereditas. o Nutrisi.
o Status kesehatan. o Pengalaman hidup. o Lingkungan. o Stress.
2.9 Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Membuat Strategi Merawat Lansia. (merawat 25)
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat strategi merawat lansia adalah dengan mengidentifikasi siapa klien dan keluarganya. Selanjutnya baru dilakukan pengkajian keluarga seperti hubungan masa lalu, dinamika
(2)
keluarga, peran anggota keluarga, kesetiaan lansia, kemandirian dan stressor pemberi layanan.
Selanjutnya kita melihat dorongan keluarga untuk merencanakan kebutuhan yang akan datang seperti melihat kesempatan untuk berbicara, bicara tentang “seandainya”, membicarakan tentang rencana alternatif jika keluarga yang merawat lansia sakit atau meninggal, cara mengekspresikan intervensi dan keinginan yang baik.
Strategi lain adalah dengan membantu anggota keluarga untuk mengkomunikasiakn hal-hal yang menjadi perhatiannya terhadap lansia secara jujur dan positif, mengikutsertakan lansia dalam pengambilan keputusan, validasi perasaan,mencatat perasaan bersalah, dan menekankan keuntungan diadakannya tindakan.
Strategi terakhir adalah mengenalkan peran anda sebagai pemberi perawatan dengan menjaga diri sendiri, mempertahankan kontak dengan teman dan aktivitas luar, menanamkan pengertian bahwa merawat orang dewasa lebih stres dari pada merawat anak-anak, tidak harus sayang atau cinta pada lansia yang dirawat, mencari pertolongan bukan berarti kelemahan, mempunyai hak untuk mengatakan tidak, mulailah mengambil istirahat merawat.
2.10 Proses Keperawatan Pada Lansia (kep lanjut 36)/ mengenal 78
Proses keperawatan pada lansia meliputi hal-hal di bawah ini: Pengkajian keperawatan
(3)
Pengkajian berfokus keperawatan klien dewasa terjadi dilingkungan tradisional rumah, rumah sakit, atau institusi perawatan jangka panjang, serta situasi non-tradisional seperti pusat-pusat senior, gedung-gedung, apartemen, atau kelompok praktik keperawatan (Luecknotte, 2008, h.1).
Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk memebuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (CGA: comperhensive geriatric assesment).
Pengkajian pada lansia yang ada dikeluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di panti ataupun dimasyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta petugas kesehatan.
Diagnosis keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia, ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.
- Diagnosis Fisik atau Biologis
a. Gangguan nutrisi: kurang atau berlebihan dari kebutuhan tubuh sampai dengan pemasukan yang tidak adekuat.
(4)
b. Gangguan presepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sampai dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.
c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat perawatan diri.
d. Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fugsi tubuh. e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri.
f. Perubahan pola eleminasi berhubungan dengan penyempitan jalan nafas.
g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi.
- Diagnosis Psikososial
a. Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.
b. Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak mampu.
c. Depresi sampai dengan isolasi sosial. d. Harga diri rendah sampai perasaan ditolak.
e. Koping tidak adekuat sampai dengan ketidak mampuan mengemukakan perasaan secara tepat.
f. Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas. g. Spiritual.
h. Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal pasangan. i. Penolakan terhadap proses penuaan sampai engan ketidak siapan
menghadapi kematian.
j. Marah terhadap Tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami. k. Perasaan tidak senang sampai dengan ketidak mampuan
melakukan ibadah secara tepat. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada tingkat yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga halnya untuk menjaga kesehatan secara damai. Rencana dibuat
(5)
untuk keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien.
Rencana keperawatan meliputi:
a. Melibatkan klien dan keluarganyan dalam perencanaan. b. Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya.
c. Menentukan prioritas.
d. Klien mungkin puas dengan situasi demikian. e. Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.
f. Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan.
g. Mencegah timbulnya masalah-masalah.
h. Menyediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input atau pemasukan.
i. Menulis semua rencana dan jadwal.
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:
a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil nama klien.
b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan cahaya yang silau.
c. Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat.
d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto.
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengubah posisi, dukungan melakukan aktifitas.
f. Memberi perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latian nafas dalam.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering, sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan.
(6)
h. Memberikan perawatan kulit: mandi dengan menggunakan sabun yang baik, hindari menggosok kulit dengan keras.
i. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah Osteoporosis dengan latian. j. Memberi perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitas pembicaraan, serta bersikap empati.
k. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur tetap dipasang, posisi tempat tidur rendah, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.