Dampak Kegiatan Masyarakat Terhadap Kualitas Air Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara Chapter III V

16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni
2017 sebanyak 3 kali dengan interval 1 kali dalam dua mimggu di Sungai
Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Deskripsi Area
Stasiun 1
Stasiun 1 terletak di desa Kutalimbaru Kecamatan Kutalimbaru
Kabupaten Deli Serdang. Titik koordinat stasiun 1 adalah 3°26'16.95"LU dan
98°33'3.75"BT. Dareah ini merupakan daerah yang masih sedikit aktivitas
masyarakat. Lokasi stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

17


Gambar 3. Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 2 terletak pada desa Kutalimbaru Kecamatan Kutalimbaru
Kabupaten Deli Serdang. Titik koordinat stasiun 2 adalah 3°26'18.58"LU dan
98°33'3.96"BT. Lokasi stasiun ini terdapat aktivitas masyarakat seperti MCK
(mandi, cuci dan kakus) dan aktivitas wisata. Lokasi stasiun 2 dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Stasiun 2.
Stasiun 3
Stasiun 3 terletak di desa Kutalimbaru Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten
Deli Serdang. Titik koordinat stasiun 3 adalah 3°26'485"LU dan 98°33'140"BT.
Pada daerah ini aktivitas masyarakat ialah pertanian, peternakan dan tambak.
Lokasi stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 5.

Universitas Sumatera Utara

18


Gambar 5. Stasiun 3.

Stasiun 4
Stasiun 4 terletak di Tuntungan Kabupaten Deli Serdang. Titik koordinat
stasiun 4 adalah 3°29'649"LU dan

98°35'586"BT. Pada daerah ini aktivitas

masyarakat ialah pengerukan dan MCK. Lokasi stasiun 4 dapat dilihat pada
Gambar 6

.
Gambar 6. Stasiun 4.

Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah kamera digital, GPS (Global
Positioning System), botol sampel, ember 5 liter, botol winkler, jarum suntik,
pipet tetes, erlenmeyer, plastik, alat tulis, gunting, kalkulator, cool box dan
peralatan analisa kualitas air seperti bola duga, termometer dan pH meter.


Universitas Sumatera Utara

19

Bahan yang digunakan adalah bahan kimia dalam proses kerja metode
winkler yaitu, MnSO4, KOH-KI, H2SO4, amilum, Na2S2O3, data

kuisioner,

akuades dan es untuk sampel air sungai.

Prosedur Penelitian
Pengukuran Faktor Fisika, Kimia dan Biologi Perairan
Pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dilakukan dengan dua
cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (ex situ). Parameter
yang diukur langsung dilapangan yaitu kekeruhan, suhu, kecepatan arus, pH dan
DO. Sedangkan analisis kandungan Total Coliform dalam air dilakukan di Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Parameter kualitas air dan metode
analisis pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 2.


Tabel 2. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan yang Diukur
Parameter
Satuan
Alat/ Metode

Tempat
Analisis

Fisika
o

C

Thermometer

In Situ

Kecerahan

m


Sechi disk

In Situ

Kecepatan Arus

m/s

Bola duga

In Situ

DO

mg/l

Alat titrasi/Winkler

In Situ


pH

-

pH meter

In Situ

BOD5

mg/l

Alat titrasi/Winkler

Ex Situ

Nitrat (NO3-N)

mg/l


Spektrofotometer

Ex Situ

Phosphate (PO4-P)

mg/l

Spektrofotometer

Ex Situ

Ind/ml

JPT

Ex Situ

Suhu


Kimia

Biologi
Total Coliform

Universitas Sumatera Utara

20

Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di dalam penelitian ini ialah dengan cara
wawancara dengan kuisioner dengan penentuan populasi dengan rumus Slovin.
Data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, dimana data
primer adalah data yang diperoleh dari lapangan berupa hasil wawancara
kuisioner. Data sekunder adalah data yang yang diperoleh dari buku, jurnal dan
sebagainya.

Teknik Pemilihan Sampel
Teknik yang digunakan dalam memilih sampel adalah dengan teknik

Purposive sampling. Teknik ini merupakan teknik pemilihan sampel sesuai tujuan
penelitian. Teknik pemilihan sampel ini merupakan teknik pengambilan sampel
dengan cara acak dan menganggap bahwa sampel yang dipilih sudah mewakili
keseluruhan populasi yang ada.
Dalam penentuan sampel pada penelitian digunakan rumus sebagai
berikut :

Keterangan

�=


1 + �� 2

n
: Ukuran Sampel
N
: Ukuran Populasi
e
: Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (10%)

Sumber : Umar (2003).

Analisis Presepsi Masyarakat
Analisis mengenai persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui
tingkatkeindahan dan kenyamanan objek wisata Sungai Babarsari. Tingkat

Universitas Sumatera Utara

21

keindahan dankenyamanan dibagi atas keindahan dan kenyamanan alam lokasi
wisata. Penilaianterhadap keindahan kawasan dilakukan dengan membuat daftar
pertanyaan (kuisioner)yang ditujukan kepada wisatawan. Keindahan yang dinilai
adalah keindahan alami, tidaktermasuk buatan manusia. Secara kuantitatif dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut(Yulianda, 2004) :
�� =

���
�100%
���


Keterangan :
ERs

: Jumlah responden yang mengatakan indah

ERo

: Jumlah seluruh responden

Ka

: Nilai keindahan alam (%)

Kriteria/nilai keindahan alam :
Ka ≥ 75%

: Indah (3)

40% ≤ Ka ≤ 75%

: Cukup indah (2)

Ka < 40%

: Tidak indah (1)

Kenyamanan kawasan merupakan nilai yang diberikan oleh wisatawan
terhadaprasa kelapangan, ketentraman dan keamanan. Nilai kenyamanan
dilakukan denganmembuat daftar pertanyaan yang ditujukan kepada wisatawan.
Perhitungan dilakukandengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yulianda,
2004) :
�� =

���
�100%
���

Keterangan :
Ers
: Jumlah responden yang mengatakan nyaman

Universitas Sumatera Utara

22

Ero

: Jumlah seluruh responden

Na

: Nilai kenyamanan alam (%)

Kriteria/nilai kenyamanan alam :
Ka ≥ 75%

: Nyaman (3)

40% ≤ Ka ≤ 75%

: Cukup nyaman (2)

Ka < 40%
: Tidak nyaman (1)
Sumber : Yulianda (2004).

Metode Storet
Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan statusmutu
air yang umum digunakan. Dengan metode Storet dapat diketahui parameterparameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip,
metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu
air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.
Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai
dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Skor 0

= memenuhi baku mutu

2. Skor -1 s/d -10

= tercemar ringan

3. Skor -11 s/d -30

= tercemar sedang

4. Skor ≤ -31

= tercemar berat

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode Storet dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara periodik sehingga membentuk
data dari waktu ke waktu (time series data).

Universitas Sumatera Utara

23

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran≤
baku mutu) maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
baku mutu) maka diberi skor yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air
Parameter
Jumlah Contoh
Nilai
Fisika
Kimia
Biologi

< 10

≥ 10

Maksimum

-1

-2

-3

Minimum

-1

-2

-3

Rata-rata

-3

-6

-9

Maksimum

-2

-4

-6

Minimum

-2

-4

-6

Rata-rata

-6

-12

-18

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.

Universitas Sumatera Utara

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Analisis Kualitas Air
Analisis kualitas air di Sungai Babarsari dilakukan sebanyak tiga kali
dengan interval dua minggu. Hasil analisis sungai Babarsari setiap stasiun dan
pengambilan dapat dilihat pada Lampiran 5. Koordinat untuk masing – masing
titik pengambilan sampel air dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Titik Koordinat Lokasi Penelitian
No
Lokasi
Koordinat
Lintang Utara
Bujur Timur
1
Stasiun 1 (kontrol)
3°26’16,95”
98°33’3,75”
2
Stasiun 2 (aktivitas wisata dan 3°26’18,58”
98°33’060”
MCK)
3
Stasiun 3 (aktivitas pertanian, 3°26’485”
98°33’140”
peternakan dan tambak)
4
Stasiun 4 (aktivitas pengerukan 3°29’649”
98°35’585”
pasir dan MCK)
Hasil analisis air sungai Babarsari menurut PP No 82 Tahun 2001 dan
sistem penilaian STORET dapat di lihat pada Lampiran 6. Parameter yang
digunakan dalam penentuan kualitas air adalah Suhu, kecerahan, kecepatan arus,
pH, DO, BOD5, N, P, serta Total coliform. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel
5.

Universitas Sumatera Utara

25

Tabel 5. Hasil Analisis Kualitas Air
Parameter
Satuan
Baku Mutu
Kelas II

Stasiun
I

Suhu
°C
Deviasi 3
Kecerahan
M
Arus
m/dtk
pH
6-9
DO
mg/L
4
BOD5
mg/L
3
N
mg/L
10
P
mg/L
0,2
Total Coliform Jml/100 ml
5000
Skor metode STORET

II

26,3
0,62
1,5
7,7
8,1
0,4
0,5
0,113
1596,67
0

28
1,30
1,8
8,4
7,5
0,75
1,31
0,17
3500
0

III
IV
27,7
28,3
0,64
0,55
1,8
1,7
7,9
7,2
7,4
7,9
1,1
2,2
2,73
1,36
0,39
0,20
6846,67 5415
-25
-17

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa suhu ratarata di sungai Babarsari pada stasiun 1 adalah 26,3 °C, pada stasiun 2 adalah
28°C, pada stasiun 3 adalah 27,7°C dan pada stasiun 4 adalah 28,3°C. Nilai pada
keempat stasiun penelitian tidak jauh berbeda dan masih memenuhi baku mutu
kualitas air sesuai dengan PP No. 82 Tahun 2001. Grafik rata-rata suhu di perairan
sungai Babarsari dapat dilihat pada Gambar 7.

Nilai Suhu Rata-Rata °C

Suhu
30
25
20
15
10
5
0

26,3

28

27,7

28,3

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun Pengamatan
Gambar 7. Nilai rata-rata Suhu.

Universitas Sumatera Utara

26

Kecerahan air sungai Babarsari adalah sebagai berikut, pada stasiun 1
adalah 0,6 m, pada stasiun 2 adalah 1,3 m, pada stasiun 3 adalah 0,64 m dan pada
stasiun 4 adalah 0,55 m. Kecerahan perairan menunjukkan tingkat kebersihan
suatu perairan dan juga tergantung substrat perairan tersebut. Grafik nilai rata-rata
kecerahan perairan pada sungai Babarsari dapat dilihat pada Gambar 8.

Nilai Kecerahan Rata-Rata
(m)

Kecerahan
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

1,3

0,64

0,62

Stasiun 1

Stasiun 2

0,55

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun Pengamatan
Gambar 8. Nilai rata-rata Kecerahan

Kecepatan Arus rata-rata sungai Babarsari adalah sebagai berikut stasiun 1
adalah 1,5 m/s, stasiun 2 adalah 1,8 m/s, stasiun 3 adalah 1,8 m/s dan stasiun 4
adalah 1,7 m/s. Grafik nilai rata-rata kecepatan arus dapat dilihat pada Gambar 9.

Nilai Arus Rata-Rata (m/s)

Kecepatan Arus
2

1,8

1,8

1,7

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

1,5
1,5
1
0,5
0
Stasiun 1

Stasiun Pengamatan
Gambar 9. Nilai rata-rata Kecepatan Arus.

Universitas Sumatera Utara

27

Pengukuran pH air di sungai Babarsari memperoleh nilai rata-rata pH pada
stasiun 1 adalah 7,7 pada stasiun 2 adalah 8,4 pada stasiun 3 adalah 7,9 dan pada
stasiun 4 adalah 7,2. Nilai pH yang paling tinggi terdapat pada stasiun 2 dan yang
paling rendah terdapat pada stasiun 4. Grafik nilai rata-rata pH pada sungai
Babarsari dapat dilihat pada Gambar 10.

Nilai pH Rata-Rata

pH
10
8

8,4

7,7

7,9

7,2

6
4
2
0
Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun Pengamatan
Gambar 10. Nilai rata-rata pH.
Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata DO yang paling tinggi terdapat
pada stasiun 1 yaitu sebesar 8,1 mg/L dan yang paling rendah terdapat pada
stasiun 3 sebesar 7,4 mg/L, dan kadar DO pada stasiun 2 sebesar 7,5 mg/L dan
stasiun 4 sebesar 7,9 mg/L. Kadar DO yang diperoleh dari keempat stasiun jika
dibandingkan dengan PP No 82 Tahun 2001 masih memenuhi baku mutu kualitas
air. Grafik nilai rata-rata DO pada sungai Babarsari dapat dilihat pada Gambar 11.

Universitas Sumatera Utara

28

Nilai DO Rata-Rata mg/L

DO (Disolved Oxygen)
10
8
6
4
2
0

8,1

7,5

7,4

7,9

Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasaiun Pengamatan
Gambar 11. Nilai rata-rata DO (Disolved Oxygen).

Nilai rata-rata BOD5 sungai Babarsari adalah sebagai berkut, pada stasiun
1 adalah 0,4mg/L pada stasiun 2 adalah 0,75mg/L pada stasiun 3 adalah 1,1mg/L
dan pada stasiun 4 adalah 2,2mg/L. Niali rata-rata BOD pada stasiun 4 merupakan
yang tertinggi dan yang paling rendah terdapat pada stasiun 1. Grafik nilai ratarata BOD5 dapat dilihat pada Gambar 12.

Nilai BOD5 Rata-Rata (mg/L)

BOD5
2,5

2,2

2
1,5

1,1
0,75

1
0,5

0,4

0
Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun Pengamatan
Gambar 12. Nilai rata-rata BOD5.

Nilai rata-rata kadar Nitrat yang diperoleh di sungai Babarsari adalah
sebagai berikut, pada stasiun 1 adalah 0,5 mg/L, pada stasiun 2 adalah 1,31 mg/L,

Universitas Sumatera Utara

29

pada stasiun 3 adalah 2,73 mg/L dan pada stasiun 4 adalah 1,36. Grafik nilai ratarata N pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 13.

Nilai N Rata-Rata Nitrat
(mg/L)

N (Nitrat)
2,73

3
2

1,36

1,31

1

0,5

0
Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun Pengamatan
Gambar 13. Nilai rata-rata N (Nitrat).

Nilai rata-rata Fosfat yang di teliti pada sungai Babarsari adalah sebagai
berikut, pada stasiun 1 sebesar 0,113mg/L, pada stasiun 2 adalah 0,17mg/L, pada
stasiun 3 sebesar 0,39mg/L, dan pada stasiun 4 sebesar 0,2mg/L. Berdasarkan
hasil tersebut diketahui bahwa pada stasiun 3 telah melampaui baku mutu kualitas
air menurut PP No 82 Tahun 2001. Grafik nilai rata-rata Fosfat dapat dilihat pada
Gambar 14.

Nilai P Rata-Rata Fosfat
(mg/L)

Fosfat (P)
0,5

0,39

0,4
0,3
0,2

0,2

0,17
0,113

0,1
0
Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun Pengamatan
Gambar 14. Nilai rata-rata Fosfat (P).

Universitas Sumatera Utara

30

Nilai rata-rata Total coliform pada stasiun 1 adalah 1596,67 jml/100ml,
pada stasiun 2 adalah 3500 jml/100ml, pada stasiun 3 adalah 6846,67 jml/100ml
dan pada stasiun 4 adalah 5415 jml/100ml. Berdasarkan hasil yang diproleh
nialinya bervariasi dan pada stasiun 3 dan stasiun 4 sudah melampau baku mutu
kualitas air. Grafik nilai rata-rata Total coliform dapat dilihat pada Gambar 15.

Nilai Total coliform RataRata (Jml/100 ml)

Total coliform
8000

6846,67
5415

6000
3500

4000
2000

1596,67

0
Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Stasiun 4

Stasiun Pengamatan
Gambar 15. Nilai rata-rata Total coliform.

Kualitas Air Sungai Babarsari
Hasil analisis kualitas air sungai Babarsari yang telah dibandingkan
dengan Kriteria Mutu Kualitas Air berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 kelas II dan
menurut Sistem Nilai STORET yang tercantum pada Tabel menunjukkan bahwa,
skor kualitas air untuk stasiun I adalah 0. Hal ini menandakan bahwa kualitas air
sungai pada stasiun I dalam keadaan Baik Sekali dengan kategori memenuhi Baku
Mutu. Skor kualitas air untuk stasiun II adalah 0. Nilai tersebut masuk dalam
kategori Baik Sekali atau memenuhi Baku Mutu. Skor kualitas air untuk satsiun
III adalah -25. Hal ini menandakan bahwa kualitas air sungai stasiun III Tercemar
Sedang/Tidak Memenuhi Baku Mutu. Skor kualitas air sungai pada stasiun IV

Universitas Sumatera Utara

31

adalah -17. Nilai tersebut menandakan bahwa kualitas air sugai stasiun IV
Tercemar Sedang/Tidak Memenuhi Baku Mutu.

Persepsi Pengunjung Terhadap Objek Wisata Babarsari
Hasil kuisioner menujukkan nilai tingkat kenyamanan pengunjung
terhadap objek wisata sungai Babarsari sebesar 75,6% atau sebanyak 65 orang
dari jumlah keselurahan responden 86 orang, dan sebanyak 24,4% atau sebanyak
21 orang responden mengatakan tidak nyaman. Perhitungan sampel pengunjung
dapat dilihat pada Lampiran dan untuk perhitungan tingkat kenyamanan terhadap
objek wisata Babarsari dapat dilihat pada Lampiran 10. Grafik tingkat
kenyamanan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 16.

Persentase Kenyamanan

24%
N= 21
Nyaman
Tidak nyaman
N= 68
65
76%

Gambar 16. Persentase Kenyamanan Pengunjung.
Persepsi masyarakat tentang keindahan sungai Babarsari berdasarkan
kuisioner menunjukkan sebesar 79,1% atau sebanyak 68 orang mengatakan objek
wisata Sungai Babarsari tersebut indah dan sebesar 20,9% atau sebanyak 18 orang
mengatakan wisata Babarsari tidak indah. Perhitungan nilai keindahan objek

Universitas Sumatera Utara

32

wisata Babarsari dapat dilihat pada Lampiran 9. Grafik persentase keindahan
objek wisata Babarsari dapat dilihat pada Gambar 17.

Persentase Keindahan

21%
N= 18
Indah
79%

Tidak indah

N= 68

Gambar 17. Persentase Keindahan Sungai Babarsari.
Nilai kepuasan pengunjung saat melaksanakan aktivitas wisata di sungai
Babarsari sebesar 50% atau sebanyak 43 orang menyatakan puas berwisata di
sungai Babarsari. Sedangkan sebanyak 11,6% atau sebanyak 10 orang
menyatakan cukup puas dan 38,4% atau sebanyak 33 orang menyatakan tidak
puas. Tabulasi kuisioner pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 8 . Grafik
tingkat kepuasan pengunjung dapat dilihat pada Gambar 18.

Persentase Kepuasan Pengunjung

38%

Puas

N=33

50%

Cukup puas

N=43

Tidak puas

12%
N=10

Universitas Sumatera Utara

33

Gambar 18. Persentase Kepuasan Pengunjung.

Persepsi Pengelola Terhadap Wilayah yang Dikelolanya
Cara penanganan sampah yang dilakukan oleh pengelola sebanyak 5 orang
atau sebesar 100% di Sungai Babarsari pengelola menangani sampah dari hasil
aktivitas wisata dengan cara ditumpuk lalu dibakar dantidak terdapat pengelola
yang menangani sampah hasil aktivitas wisata dengan caradibawa ke TPA dan
dibuang ke dalam sungai. Grafik penanganan sampah hasil aktivitaswisata oleh
pengelola dapat dilihat pada Gambar 19.

Penanganan Sampah Pengunjung
0%

dikumpul lalu dibakar
dibuang ke TPA dan
dibuang kesungai

100%

Gambar 19. Persentase Penangan Sampah Pengunjung.
Sebesar 60% atau sebanyak 3 pengelolamengatakan tidak tahu ada atau
tidak wisatawan merasakan gatal-gatal setelah melakukanaktivitas mandi-mandi
di sungai dan sebanyak 40% atau sebanyak 2 pengelolamengatakan tidak ada
wisatawan yang mengelami gatal-gatal saat selesai melakukanaktivitas mandimandi di Sungai Babarsari tersebut.
Terdapat 20% atau sebanyak 1 pengelolamengatakan terdapat perubahan
kualitas air akibat aktivitas wisata secara signifikan dansebanyak 20% atau

Universitas Sumatera Utara

34

sebanyak 1 pengelola mengatakan tidak terjadi perubahan kualitas airakibat
aktivitas wisata serta sebanyak 60% atau sebanyak 3 pengelola mengatakan
tidaktahu ada atau tidak ada perubahan kualitas air akibat dari aktivitas wisata.
Tabulasikuisioner pengelola dapat dilihat pada Lampiran 10.

Pembahasan
Kualitas Air
Suhu
Suhu rata-rata yang diperoleh menunjukkan bahwa suhu pada stasiun 1
merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan stasiun 2, 3 dan juga 4,
hal tersebut dikarenakan pada stasiun 1 masih rindang dan dipenuhi dengan
pepohonan dipinggir sungai. Hal ini sesuai dengan Barus (2004) yang menyatakan
bahwa pola temperatur ekosistem perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti intensitas matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya
dan juga faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di
tepi perairan.
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan biota yang terdapat dalam perairan tersebut, dimana peningkatan suhu
dapat mengakibatkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme
dan perubahan suhu tersebut juga akan berpengaruh terhadap proses fisika, kimia
dan biologi perairan. Sesuai dengan Effendi (2003), yang menyatakan bahwa
perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air
dan juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Selain itu,
peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan

Universitas Sumatera Utara

35

respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi
oksigen.

Kecerahan
Kecerahan perairan tergantung pada penetrasi cahaya dan juga warna dari
perairan. Kecerahan sungai Babarsari masih tergolong tinggi, karena pada saat
pengukuran kecerahannya pada stasiun 1,2 dan 3 masih nampak hingga dasar
sedangkan pada stasiun 4 kecerahannya hanya 0,55 m dikarenakan pengerukan
pasir dari badan sungai. Sesuai dengan Effendi (2003), mengatakan kecerahan air
tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi
perairan yang ditentukan secara visual mengguanakan Secchi disk. Nilai sangat di
pengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan
tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan penelitian.

Kecepatan Arus
Nilai rata-rata kecepatan arus pada stasiun 1 sebesar 1,5 m/s, pada stasiun
2 sebesar 1,8 m/s, pada stasiun 3 sebesar 1,8, dan pada stasiun 4 sebesar 1,7.
Kecepatan Arus sungai dipengaruhi oleh substrat dasar dari sungai, dimana
substart sungai Babarsari adalah bebatuan sehingga arusnya tinggi. Menurut Barus
(2004), arus air adalah faktor yang mempunyai peranan sangat penting baik pada
perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan dengan penyebaran
organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam air. Kecepatan
aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan lotik
umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah, sehigga
air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

36

pH
pH yang ideal bagi kehidupan biota airtawar adalah antara 6,8 - 8,5. pH
yang sangatrendah, menyebabkan kelarutan logam-logamdalam air makin
besar,yang bersifat toksikbagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggidapat
meningkatkan konsentrasi amoniakdalam air yang juga bersifat toksik
bagiorganisme air (Tatangindatu, dkk 2013). Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa nilai pH pada sungai Babarsari masih sesuai dengan baku mutu kualitas air
yang tercantum dalam PP No. 82 Tahun 2001, yaitu kisaran pH untuk badan air
kelas II adalah 6-9.

DO (Disolved Oxygen)
Nilai rata-rata terendah di peroleh pada stasiun 2 dan juga stasiun 3 yaitu
7,5 mg/L dan 7,4 mg/L. Rendahnya kadar DO pada kedua stasiun ini ialah
disebabkan oleh banyaknya aktivitas pada daerah tersebut, dimana pada stasiun 2
merupakan daerah wisata. Aktivitas masyarakat dan para wisatawan sangat
berpengaruh terhadap kualitas sungai sehingga menyebabkan turunnya kadar DO
pada perairan tersebut.
Rendahnya kadar DO pada stasiun 3 dikarenakan pada sekitar sungai
terdapat daerah pertanian dan juga peternakan yang dimana masyarakat sekitar
memanfaatkan sungai untuk kepentingan lahan dan juga pada ternak mereka.
Sisa-sisa air pertanian masyarakat tersebut dialirkan kembali ke badan sungai
sehingga menyebabkan penurunan kadar DO dikarenakan bahan organik sisa-sisa
dari lahan pertanian.Hal ini sesuai dengan Connel dan Miller (1995) dalam Barus
(2004), yang menyatakan bahwa penyebab utama berkurangya kadar oksigen

Universitas Sumatera Utara

37

terlarut dalam air disebabkan karena adanya zat pencemar yang dapat
mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terutama terdiri dari bahan organik
dan anorganik yang dapat bersasal dari berbagi sumber.

BOD5
Nilai rata-rata BOD5 sungai Babarsari adalah sebagai berkut, pada stasiun
1 adalah 0,4 pada stasiun 2 adalah 0,75 pada stasiun 3 adalah 1,1 dan pada stasiun
4 adalah 2,2. Niali rata-rata BOD pada stasiun 4 merupakan yang tertinggi dan
yang paling rendah terdapat pada stasiun 1. Hasil pengukuran yang diperoleh jika
dibandingkan dengan PP NO 82 Tahun 2001 masih memenuhi baku mutu kualitas
air.
Nilai BOD5 yang diperoleh pada keempat stasiun masi tergolong rendah
dan belum melampaui baku mutu kualitas air sehingga menandakan beban limbah
pada sungai Babarsari masih tidak begitu besar. Hal ini sesuai Simanjuntak
(2009), yang menyatakan Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untukmenguraikan (mengoksidasi) hampir semua zat organik yang
terlarut dan sebagian zat-zatorganik yang tersuspensi dalam air.

N (Nitrat)
Kadar Nitrat rata-rata tertinggi terdapat pada stasiun 3, dimana pada
sekitar stasiun 3 terdapat daerah pertanian. Masyarakat sekitar memanfaatkan air
sungai untuk pertanian dan limbah dari pertanian tersebut masuk keperairan
terutama sisa pupuk sehingga menyebabkan meningkatnya kadar Nitrat pada
perairan. Hal ini sesuai Safitri, dkk (2014), menyatkan bahwa nitrat dapat masuk
kedalam air secara langsung sebagai akibat darilimpasan pupuk yang mengandung

Universitas Sumatera Utara

38

nitrat. Nitrat jugadapat dibentuk dalam badan air melalui oksidasibentuk lain dari
nitrogen, termasuk nitrit, amonia,dan senyawa nitrogen organik seperti asam
amino.
Kadar nitrat pada sungai Babarsari yang bervariasi meskipun pada stasiun
2 memiliki kadar nitrat yang paling tinggi, namun perbedaan kadar nitrat pada
keempat stasiun tidak terlalu signifikan dan masih belum melampaui baku mutu
kualitas air menurut PP No 82 tahun 2001. Perbedaan nilai nitrat pada stasiun 2
dan stasiun 4 tidak terlalu jauh berbeda karena aktivitas masyarakat seperti pada
stasiun 2 yaitu merupakan daerah wisata dimana banyak orang yang mandi dan
membuang sampah ke badan sungai dan juga pada stasiun 4 yang pada daerah ini
banyak penduduk tinggal dan banyaak juga membuang sampah pada badan
sungai. Hal ini sesuai Effendi (2003), yang menyatakan kadar nitrat meningkat
menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia dan tinja hewan.

Fosfat (P)
Fosfat pada stasiun 3 yang sudah melampaui batas baku mutu kualitas air
di karenakan stasiun 3 merupakan daerah pertanian, dimana limbah pertanian
dapat meningkatkan kadar phospat alami yang terdapat pada perairan. Pada
stasiun 3 kadar fosfat tepat pada batas baku mutu kualitas air dikarenakan pada
daerah ini terdapat pengerukan dan juga buangan limbah masyarakat. Sesuai
dengan Effendi (2003), yang menyatakan fosfat berasal dari dekomposisi bahan
organik dan juga bersal dari limbah industri dan domestik dan fosfat yang besrasal
dari detergen. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga
memberikan kontribusi besar bagi keberadaan fosfat.

Universitas Sumatera Utara

39

Total coliform
Keberadaan Coliform pada perairan pasti akan mengganggu pengguna air
karena dianggap telah terkontaminasi oleh kotoran manusia, dalam hal ini pada
stasiun 3 dan stasiun 4 kadar Total coliform sudah melampaui batas baku mutu
kualitas air dikarenakan banyaknya aktivitasn masyarakat setempat yang
membuang sampah ke badan perairan baik pertanian maupun rumah tangga.
Sesuai dengan Khotimah (2013), yang menyatakan pengaruh limbah seperti feses
atau sisa makanan lainnya masih mendominasi sebagai faktor penyebab
pencemaran lingkungan air. Lokasi pemukiman padat pendudukdengan kerapatan
penduduk yang tinggi, jarak antarasatu rumah dengan rumah yang lain
sangatdekat, jarak antara pembuangan limbah danseptic tank sumber air
cenderung berdekatan serta kebiasaan penduduk ditepian sungai membuang
limbah secara langsung ke sungai menyebabkan pencemaran bakteri coliform.

Persepsi Pengunjung Terhadap Tempat Wisata
Persepsi masyarakat berdasarkan kuisioner diperoleh tingkat kepuasan
pengunjung terhadap wisata Babarsari sebesar 50% atau sebanyak 43 orang
merasa puas, sebesar 11,6% atau sebanyak 10 merasa cukup puas, dan sebesar
38,4% atau sebanyak merasa tidak puas.
Dari hasil kuisioner yang diperoleh alasan pengunjung merasa puas
dengan objek wisata Babarsari karena tempatnya yang aman dan nyaman, dan
juga tersedianya pondok-pondok untuk tempat bersantai menikmati pemandangan
yang sejuk. Selain itu pengunjung juga merasa puas dikarenakan pengelola
menyediakan pemantau terhadap hal-hal yang tidak diinginkan pengunjung.

Universitas Sumatera Utara

40

Tersedianya fasilitas juga seperti warung, musholla juga menambah tingkat
kepuasan pengunjung berwisata di sungai Babarsari.
Pengunjung yang berwisata ke sungai Babarsari tidak semuanya merasa
puas, ada juga yang merasa cukup puas dan tidak puas. Alasan masyarakat merasa
tidak puas berwisata di sungai Babarsari ialah karena akses jalan yang kurang
bagus saat menuju sungai Babarsari. Pendapat pengunjung yang lainnya adalah
minimnya toilet yang disediakan karena pengelola ada hanya menyediakan kamar
ganti.
Persepsi pengunjung terhadap kenyamanan berwisata di sungai Babarsari
diperoleh sebesar 75,6% atau sebanyak 65 orang responden dari total responden
sebanyak 86 mengatakan nyaman. Nilai tersebut masuk dalam kisaran ≥ 75%
yang menunjukkan objek wisata Babarsari merupakan tempat yang nyaman
dikarenakan tempat yang rindang, dan juga fasilitas yang disediakan pengelola
saat pengunjung berenang maupun bersantai dipondok.Menurut Sudewi (2000)
sesuai dengan kriteria dari Ditjen PHPA bahwa suatu obyek wisata dapat
dikatakan nyaman apabila nilai tingkat kenyamanan berada pada kisaran 60% –
79%.
Persepsi pengunjung terhadap keindahan objek wisata sungai Babarsari
sebanyak 68 orang responden dari total responden sebanyak 86 orang mengatakan
indah. Hasil dari 68 responden tersebut diperoleh nilai keindahan kawasan wisata
Babarsari 79,1%.
Nilai keindahan kawasan sungai Babarsari termasuk dalam kategori nilai ≥
75% yang menunjukkan bahwa kawasan wisata sungai Babarsari adalah indah.
Keindahan alam tersebut dijadikan sebagai salah satu daya tarik masyarakat atau

Universitas Sumatera Utara

41

pengunjung untuk berwisata ke sungai Babarsari. Daya tarik kawasan Babarsari
yang penuh dengan bebatuan yang tersusun dapat dikembangkan untuk lebih baik
lagi dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungannya.

Persepsi Pengelola Terhadap Wilayah yang Dikelolanya
Objek wisata sungai Babarsari pertama kali dibuka pada tahun 2010.
Pengelola objek wisata sekarang sudah mengelola selama 6 tahun dan juga ada
yang masih 4 tahun. Sebanyak 1 orang atau sebesar 20% pengelola menyediakan
10
pondok.
Pendapat pengelola kawasan wisata Babarsari dari total responen 5 orang
sebanyak 3 orang atau sebesar 60 % yang menyediakan toilet dengan dilengkapai
Septic tank sebagai wadah penampung hasil limbah toilet. Hasil kuisioner juga
menunjukkan bahwa sebesar 100% pengelola membakar sampah yang dihasilkan
oleh pengunjung. Responden dari pengelola dan masyarakat sekitar tentang objek
wisata Babarsari juga positif, dan juga mereka berharap bahwa pengelolaan objek
wisata Babarsari ini lebih ditingkatkan karena melalui wisata tersebut tingkat
pendapatan masyarakat juga bertambah.
Persepsi pengelola mengatakan bahwa adanya larangan terhadap
pengunjung untuk tidak membuang sampah ke sungai berupa himbauan dari
pengelola, dan juga disediakannya tempat sampah meskipun jumlahnya belum
memenuhi. Meskipun terdapat larangan untuk membuang sampah ke sungai
masih dijumpai pengunjung yang membuang sampah ke sungai, selain itu juga
jarak pondok ke sungai yang sangat dekat bahkan bisa dikatakan tidak ada jarak
menyebabkan pengunjung langsung membuang sampah langsung ke sungai.

Universitas Sumatera Utara

42

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Aktivitas masyarakat yang berada disekitar sungai Babarsi menyebabkan
menurunnya kualitas air, terutama pada stasiun 3 dan 4 tercemar sedang
menurut baku mutu kualitas air PP No 82 Tahun 2001 dengan sistem
penilaian STORET.
2. Tingkat kenyaman pengunjung terhadap wisata Babarsari sebesar 75,6% dan
79,1% menyatakan objek wisata Babarsari indah. Namun kesadaran
pengunjung untuk tidak membuang sampah ke sungai masih kurang.

Saran
Penelitian tentang dampak aktivitas masyarakat terhadap kualitas air
sungai Babarsari perlu dilakukan secara berkesinambungan agar dapat memantau
kualitas air demi keberlanjutan, dan juga perlu adanya penyuluhan kepada
masyarakat tentang pentingnya pemahaman pengolahan limbah dari aktivitas
manusia maupun hewan ternak.

Universitas Sumatera Utara