PENGARUH CURRENT RATIO INVENTORY TURNOVE

PENGARUH CURRENT RATIO, INVENTORY TURNOVER, DAN DEBT
TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSETS
(Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2009)
Fitri Linda Rahmawati
Universitas Negeri Malang
The Influence of Current Ratio, Inventory Turnover, and Debt to
Equity Ratio toward the Return on Assets (A Case Study of Listed
Food and Beverage Company on the Indonesia Stock Exchange
Years of 2007-2009). Profitability is the ratio that focuses on a
company profit. It measures the ability of the company to generate
revenue exceeding the costs incurred in generating that revenue.
This research used the Return on Assets (ROA) to measure the
profitability on a company, because ROA shows the level of
returning of whole company assets, not only the equity investment.
The data used in this study is quantitative data obtained from the
secondary data of financial report. Sampling technique used was
purposive sampling with the criteria of listed food and beverage
companies on the Indonesia Stock Exchange during the period of
this study (years of 2007-2009), and also generating a positive ROA
respectively during the period of this study. From the analysis

results, it indicated that the variabel of the current ratio affeceted
negatively and significantly toward the ROA. The inventory
turnover variable affected positively and significantly toward the
ROA. While the debt to equity ratio variable, affected negatively
and significantly toward the ROA.
Keywords: current ratio, inventory turnover, debt to equity ratio,
profitability, return on asset.

Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang
pada hasil-hasil operasi (Brigham dan Houston, 2009:107). Rasio profitabilitas
terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya
dengan penjualan (profitabilitas penjualan) dan rasio yang menunjukkan
profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi (profitabilitas investasi).
Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi dalam penelitian ini menggunakan
rasio Return on Assets (ROA). ROA sering disebut juga dengan ROI (Return on
Investment). ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan


total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena return semakin besar.
Rasio lancar (current ratio) dihitung dengan membagi aktiva lancar
dengan kewajiban lancar. Current ratio merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek,
oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur
jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam
periode yang sama dengan jatuh tempo hutang (Brigham dan Houston, 2010:134135). Current ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar modal kerja yang
dialokasikan oleh operasi perusahaan (Afriyanti, 2011).
Menurut Sartono (2001:206), semakin tinggi current ratio berarti
semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar
yang menganggur. Jadi hal tersebut tidak baik bagi profitabilitas perusahaan
karena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan
aktiva tetap (Hanafi dan Halim, 2003:54). Current ratio yang tinggi belum tentu
baik ditinjau dari segi profitabilitas.
Rasio aktivitas antara lain rasio perputaran persediaan (inventory
turnover). Rasio perputaran merupakan rasio dimana penjualan dibagi dengan


aset. Sesuai namanya, rasio ini menunjukkan berapa kali pos tersebut “berputar”
sepanjang tahun. Rasio perputaran persediaan dinyatakan sebagai penjualan
dibagi dengan persediaan (Brigham dan Houston, 2010:136). Inventory turnover
merupakan rasio efisiensi yang dihitung dengan membagi harga pokok barang
yang terjual (cost of good sold) dengan inventory (Ang, 1997:130). Inventory
turnover ratio menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur persediaannya,

yaitu dengan menunjukkan berapa kali turnover inventory dalam satu tahun. Rasio
ini sangat tergantung pada jenis industri dimana perusahaan berada. Contohnya
toko penjual makanan akan mempunyai tingkat turnover yang jauh lebih tinggi
daripada pabrik pembuat pesawat terbang. Sama seperti rasio-rasio lainnya, adalah
penting untuk membandingkan rasio ini dengan rasio dari perusahaan-perusahaan
yang lain dalam industri yang sama (Ang, 1997:131).

Rasio solvabilitas berkaitan dengan pendanaan eksternal yaitu sejauh
mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang atau pengungkit
keuangan (financial leverage). Leverage keuangan dapat menjadi pisau bermata
dua. Dalam keadaan normal, perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang
didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan,
maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau leverage. Pada masa

resesi, penjualan menjadi lebih rendah dan biaya-biaya lebih tinggi dari yang
diharapkan, maka tingkat pengembalian ekuitas perusahaan yang leveraged akan
turun sangat tajam, dan terjadi kerugian. Sementara itu, perusahaan yang bebas
utang akan masih mendapatkan keuntungan.
Menurut Brealey, et.all (2008:75), rasio solvabilitas yang aman
digunakan adalah rasio hutang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER).
Hubungan antara hutang dengan ekuitas sering digunakan untuk meneliti masalah
pembiayaan (rasio hutang) (Keown, et.all, 2008:121). Semakin tinggi DER maka
semakin besar risiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi
modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva (Sartono, 2001:121).
DER akan berbeda tergantung pada sifat bisnis dan variabilitas arus kas.
Perbandingan DER untuk suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang hampir
sama memberi kita indikasi umum tentang nilai kredit dan risiko keuangan dari
perusahaan itu sendiri (Brigham dan Houston, 2009:209).
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on
Assets (ROA). ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan

untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara

laba sesudah pajak atau net income after tax (NIAT) terhadap total aset.
Menurut Subalno, (2009:42), ROA digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan perusahaan-perusahaan multinasional, khususnya jika dilihat dari sudut
pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. ROA sering dipakai manajemen
untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional
dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu
mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA

yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena
setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain, semakin tinggi
nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. ROA yang
negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal ini
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan
belum mampu untuk menghasilkan laba.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang
listing di BEI tahun 2007-2009. Perusahaan food and beverage merupakan salah

satu jenis perusahaan yang tidak terpengaruh secara signifikan oleh dampak krisis
global, selain itu tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang yang dihasilkan
dalam industri tersebut sudah menjadi kebutuhan dan relatif tidak berubah, baik

kondisi perekonomian membaik maupun memburuk.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh current ratio terhadap ROA perusahaan
food and beverage?

2. Bagaimanakah pengaruh inventory turnover terhadap ROA
perusahaan food and beverage?
3. Bagaimanakah pengaruh debt to equity ratio terhadap ROA
perusahaan food and beverage?
Berdasarkan landasan teoritis di atas, hipotesis penelitian dapat
dinyatakan sebagai berikut:
H1 : Current ratio mempunyai pengaruh terhadap ROA
H2 : Inventory turnover mempunyai pengaruh terhadap ROA
H3 : Debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap ROA

METODE PENELITIAN
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indoneia periode tahun 2007

sampai dengan tahun 2009 sejumlah 18 perusahaan. Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Terdaftar di BEI periode tahun 2007 sampai dengan 2009.

2. Perusahaan food and beverage yang menghasilkan ROA positif
secara berturut-turut selama kurun waktu penelitian (periode 20072009).
Berdasarkan kriteria sampel yang disebutkan di atas, maka jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 perusahaan food and
beverage.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi berganda. Dalam penggunaan analisis regresi perlu diuji asumsi
yang melandasi analisis regresi. Pengujian asumsi dalam regresi berganda akan
menghasilkan nilai-nilai yang tidak bias. Sejumlah asumsi regresi yang perlu diuji
antara lain berkenaan dengan kenormalan data (normalitas), tidak terdapat adanya
multikolinearitas, pola hubungan autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
Adapun rancangan penelitian disajikan dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 1. Rancangan Penelitian

X1


X2

Y

X3

Keterangan:
X1
: Current Ratio
X2
: Inventory turnover
X3
: Debt to equity ratio
Y
: ROA
: Hubungan secara parsial variabel X terhadap variabel Y

HASIL PENELITIAN
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian ini

merupakan jenis distribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan
Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa Sig. = 0,200 (>0,05), sehingga dapat

dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal dan asumsi normalitas telah
terpenuhi.

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, didapatkan hasil sebagai berikut:
a.

Current Ratio (CR) : Tolerance = 0,967 > 0,1 atau VIF = 1,034 < 10, tidak

terjadi problem multikolinearitas.
b.

Inventory Turnover (IT) : Tolerance = 0,972 > 0,1 atau VIF = 1,029 < 10,

tidak terjadi problem multikolinearitas.
c.

Debt to Equity Ratio (DER) : Tolerance = 0,993 > 0,1 atau VIF = 1,007 < 10,


tidak terjadi problem multikolinearitas.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, dapat diketahui bahwa
semua variabel bebas telah lolos dari masalah multikolinearitas yang berarti
bahwa semua variabel bebas tidak saling berkorelasi, dengan ditunjukkan nilai
VIF < 10 atau mempunyai angka Tolerance > 0,1.
Uji heteroskedastisitas antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan
grafik Scatterplot. Dari grafik Scatterplot, titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak
membentuk pola tertentu. Hal ini menggambarkan bahwa data penelitian dengan
variabel dependen ROA tidak terjadi gejala heteroskedastisitas yang berarti bahwa
tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (D-W). Berdasarkan hasil
uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai D-W sebesar 1,717. Nilai ini terletak di
antara -2 sampai +2. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini bebas dari autokorelasi. Dengan demikian, data yang diteliti


mencerminkan data yang baik karena terbebas dari masalah autokorelasi yang
berarti bahwa tidak terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Hasil pengujian regresi terhadap penelitian ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Regresi
Coeffi ci entsa

Model
1

(Constant)
CR
IT
DER

Unstandardized
Coef f icients
B
St d. Error
9.314
1.463
-1.111
.511
.225
.078
-.185
.090

St andardized
Coef f icients
Beta
-.306
.407
-.276

t
6.367
-2.176
2.898
-2.046

Sig.
.000
.035
.006
.047

a. Dependent Variable: ROA

Dari tabel pengujian regresi linier berganda di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.

Pengaruh Current Ratio terhadap ROA
Nilai sig. t = 0,035, nilai ini lebih kecil dari nilai alpha () sebesar
0,05 sehingga H01 ditolak.

2.

Pengaruh Inventory Turnover terhadap ROA
Nilai sig. t = 0,006, nilai ini lebih kecil dari nilai alpha () sebesar
0,05 sehingga H02 ditolak.

3.

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap ROA
Nilai sig. t = 0,047, nilai ini lebih kecil dari nilai alpha () sebesar
0,05 sehingga H03 ditolak.
Persamaan regresi untuk ROA adalah:
Y = 9,314 – 1,111X1 + 0,225X2 - 0,185X3 + e

Nilai koefisien pada persamaan regresi di atas dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
a.

Konstanta sebesar 9,314 menunjukkan bahwa jika variabel independen
dianggap konstan, maka ROA yang dimiliki perusahaan sampel sebesar
9,314.

b.

Variabel CR (b1 = -1,111)
Nilai koefisien regresi b1 ini menunjukkan bahwa setiap ada peningkatan
variabel CR sebesar 1, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar
1,111.

c.

Variabel IT (b2 = 0,225)
Nilai koefisien regresi b2 ini menunjukkan bahwa setiap ada peningkatan
variabel IT sebesar 1, maka ROA akan mengalami peningkatan sebesar
0,225.

d.

Variabel DER (b3 = -0,185)
Nilai koefisien regresi b3 ini menunjukkan bahwa setiap ada peningkatan
variabel DER sebesar 1, maka ROA akan mengalami penurunan sebesar
0,185.

PEMBAHASAN
A.

Pengaruh Variabel Current Ratio terhadap ROA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel current ratio

berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa apabila current ratio
mengalami kenaikan maka akan menurunkan nilai ROA, sebaliknya apabila
current ratio mengalami penurunan maka akan menaikkan nilai ROA.

Semakin besar rasio lancar, maka menunjukkan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini
menunjukkan perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva
lancar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva memiliki dua efek
yang sangat berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan semakin baik. Namun di
sisi lain, perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan laba,
karena dana yang seharusnya digunakan untuk investasi yang menguntungkan
perusahaan, dicadangkan untuk memenuhi likuiditas. Pada penelitian ini,
perusahaan food and beverage memiliki current ratio yang rendah yang berarti
bahwa semakin produktifnya aset yang dimiliki perusahaan sehingga
efektivitasnya meningkat ditandai dengan meningkatnya return.
Pengaruh yang negatif current ratio terhadap ROA, sesuai dengan teori
yang disampaikan oleh Horne dan Wachowicz (2009) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berbanding terbalik dengan likuiditas. Semakin besar dana yang
ditempatkan untuk memenuhi likuiditas perusahaan, maka perusahaan dapat
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan tambahan dana karena dana yang
dimiliki tidak menghasilkan keuntungan.

B. Pengaruh Variabel Inventory Turnover terhadap ROA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inventory turnover
berpengaruh positif terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa apabila inventory
turnover mengalami kenaikan maka akan disertai pula dengan kenaikan jumlah

ROA.

Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika suatu perusahaan memiliki inventory
turnover yang tinggi dalam perusahaannya yang berarti perusahaan tersebut

mampu mengelola aktivanya dengan efisien, maka perusahaan akan dapat
meningkatkan ROA perusahaan tersebut, begitu juga sebaliknya. Karena
inventory turnover yang tinggi dalam perusahaan mencerminkan suatu investasi

dengan tingkat pengembalian yang tinggi.
Pengaruh yang positif inventory turnover terhadap ROA karena rata-rata
perputaran persediaan pada perusahaan food and beverage cukup tinggi, yang
menunjukkan bahwa semakin pendek waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
menghabiskan persediaan, maka semakin kecil biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk biaya pemeliharaan. Dengan semakin kecilnya biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan, maka laba perusahaan akan naik.

C. Pengaruh Variabel Debt to Equity Ratio terhadap ROA
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio
berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa apabila debt to equity
ratio mengalami kenaikan maka akan menurunkan jumlah ROA, sebaliknya

apabila debt to equity ratio mengalami penurunan maka akan menaikkan jumlah
ROA.
Hal ini mengindikasikan bahwa hutang berbanding terbalik dengan ROA.
Pada saat debt to equity ratio rendah, hutang rendah maka meningkatkan profit
karena perusahaan tidak harus menanggung beban bunga dan mengurangi resiko
financial distress.

KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini

maka dapat disimpulkan bahwa:
Current ratio berpengaruh terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan

bahwa perusahaan food and beverage yang listing di BEI pada periode 2007-2009
memiliki current ratio yang rendah yang berarti bahwa semakin produktifnya aset
yang dimiliki perusahaan sehingga efektivitasnya meningkat ditandai dengan
meningkatnya return.
Inventory turnover berpengaruh terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan

bahwa perusahaan food and beverage yang listing di BEI pada periode 2007-2009
mampu mengelola persediannya dengan efisien dan tingkat pengembalian yang
didapat cukup tinggi, sehingga mampu meningkatkan ROA.
Debt to equity ratio berpengaruh terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan

bahwa perusahaan food and beverage yang listing di BEI pada periode 2007-2009
memiliki rasio hutang yang rendah sehingga memiliki kecukupan dana berasal
dari modal sendiri.

B.

Saran
Berdasarkan keterbatasan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan

saran sebagai berikut:
1.

Bagi Manajemen
Dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan, pihak manajemen

harus memperhitungkan komposisi-komposisi current ratio, inventory turnover,

dan debt to equity ratio. Karena apabila ketiga rasio tersebut dalam kondisi
optimal, maka kinerja operasional dan profitabilitas akan meningkat. Perusahaan
harus menjaga porsi ketiga rasio tersebut dalam penentuan profitabilitas.
2.

Bagi Para Investor
Perusahaan yang bagus adalah yang mampu menghasilkan profit besar,

meskipun dengan current ratio yang rendah. Artinya perusahaan tersebut efisien
dan efektif dalam pengelolaan sumber daya. Kemudian dengan debt to equity
ratio yang rendah, perusahaan tersebut mampu menutup semua kebutuhan

modalnya dengan modal sendiri. Sehingga investor sebaiknya juga melihat
perusahaan dari rasio-rasio tersebut, karena mengindikasikan kinerja perusahaan.
3.

Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengembangan lebih

lanjut dari penelitian ini dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak.
Selain itu sebaiknya menambahkan variabel independen lain yang diduga
mempengaruhi profitabilitas, antara lain: sales dan size (Priharyanto, 2009 dan
Afriyanti, 2011), total asset turnover (Afriyanti, 2011 dan Fachrudin, 2011).

DAFTAR RUJUKAN
Afriyanti, Meilinda. 2011. Analisis Pengaruh Current Ratio, Total Asset
Turnover, Debt To Equity Ratio, Sales dan Size terhadap ROA (Return
on Asset). Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Diponegoro.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesia Capital Market). Mediasoft Indonesia, First Edition.
Brealey, Richard A., Stewart C. Myers, Alan J. Marcus. 2008. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan . Jilid 2. Terjemahan oleh Bob
Sabran. 2008. Jakarta: Erlangga.
Brigham, F. Eugene dan Joel F. Houston. 2009. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan. Edisi Kesepuluh, Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.

______________________________________. 2010. Dasar-dasar Manajemen
Keuangan: Essentials of Financial Management. Jakarta: Salemba
Empat.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, JR. 2009. Prinsip-prinsip
Manajemen Keuangan. Edisi 12. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Keown, Arthur J., John D. Martin, J. William Petty, David F. Scott Jr. 2005.
Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Edisi Kesepuluh. Jilid
1. Terjemahan oleh Marcus Prihminto Widodo. 2008. PT Indeks.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Subalno. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Kondisi Ekonomi
terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Otomotif dan
Komponen yang Listed di BEI 2003-2007). Tesis Program Studi
Magister Manajemen: PPS Universitas Diponegoro.