FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PE (3)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Dini (IMD) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN
INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
LUBUK MUDA KECAMATAN SIAK KECIL KABUPATEN BENGKALIS
TAHUN 2015

Nislawaty
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRACT
Early Initiation of Breastfeeding (IMD), which provides an opportunity newborn
to suckle themselves in the mother within the first hour of life. In Indonesia, only
4% of mothers who carry IMD, while in Riau approximately 51.2% and in
Bengkalis in Puskesmas Lubuk Muda only about 47.2% Young mothers who
carry IMD. IMD is defined as the process of letting the baby suckle their own
after birth. Put her baby and the baby's chest with all his efforts searching for the
nipple to suckle immediately. The time period immediately after delivery. This
research method is quantitative analytic with cross sectional design. Research
conducted at the sub-district Puskesmas Young Siak Kecil Lubuk Bengkalis.

Population and research subjects are all mothers with babies 0-12 months from
June 2014 - May 2015 as many as 311 people. Data is collected using primary
data, then processed using the chi-square statistic test with significance level α =
5% (0.05). The results showed that there is a relationship between knowledge (pvalue 0.001 α (0.05) hal
ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga/suami
dengan
pelaksanaan
Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Muda
Kecamatan Siak Kecil Kabupaten
Bengkalis Tahun 2015.
Menurut
Sarwono
(2003),
dukungan adalah suatu upaya yang
diberikan kepada orang lain, baik
moriil maupun materiil untuk

memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Sudiharto
(2007), menyatakan bahwa keluarga
adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Dukungan
keluarga merupakan suatu proses
yang terjadi
sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan
berbeda-beda pada setiap tahap
siklus kehidupan.
Hasil penelitian ini sama dengan
Nastiti (2013) yang berjudul faktorfaktor yang berhubungan praktek
inisiasi menyusu dini di Wilayah
Kerja
Puskesmas
Pangkah
Kabupaten Tegal. Pada penelitian
tersebut menunjukan adanya tidak

ada hubungan yang bermakna dari
variabel dukungan keluarga/suami
terhadap pelaksanaan IMD dengan P
value = 0,391.

Berdasarkan hasil penelitian,
peran
orang
terdekat
tidak
berhubungan dengan praktik inisiasi
menyusu dini, hal ini disebabkan
orang terdekat (suami, ibu, saudara
perempuan, teman perempuan) tidak
memiliki
pengetahuan
tentang
inisiasi menyusu dini. Mereka
sepenuhnya menyerahkan proses
persalinan pada bidan. Pemberian

pengetahuan
tentang
inisiasi
menyusu dini baru diberikan pada
bumil dan pendidikan bumil baru
berlangsung 3 bulan sebelum
penelitian
dilakukan,
sehingga
inisiasi
menyusu
dini
masih
tergolong pengetahuan baru bagi ibuibu dan keluarga responden.
Menurut
Sudiharto
(2007),
menyatakan bahwa keluarga adalah
dua atau lebih individu yang
bergabung karena hubungan darah,

perkawinan atau adopsi. Dukungan
keluarga merupakan suatu proses
yang terjadi
sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan
berbeda-beda pada setiap tahap
siklus kehidupan.
Menurut asumsi peneliti, bahwa
dukungan dari keluarga dekat
terutama wanita seperti ibu, ibu
mertua, kakak wanita dan teman
wanita yang telah berpengalaman
dan berhasil menyusui serta mengerti
bahwa ASI baik bagi bayi.
Berdasarkan hasil penelitian setelah
di sebarkan kuesioner bahwa
semakin besar peran suami mengenai
penggunaan IMD pada istri, maka
semakin besar pula keinginan istri
untuk melaksanakan IMD. Hal ini

menunjukkan
bahwa
suami
merupakan bagian yang vital dalam
keberhasilan IMD, karena dukungan
suami akan meningkatkan rasa
percaya diri ibu, dan akan
menunjukkan
bahwa
dalam
tatalaksana inisiasi menyusu dini
secara umum, sangat dianjurkan
untuk suami mendampingi ibu saat

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 16

Nislawaty


persalinan dan mengambil peran saat
inisiasi menyusu dini.
4.

Hubungan Peran Petugas
Kesehatan
Ibu
Tentang
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Muda Kecamatan Siak
Kecil Kabupaten Bengkalis
Tahun 2015
Berdasarkan Hasil uji statistik
didapatkan nilai P value
untuk
hubungan peran petugas kesehatan
dengan pelaksanaan IMD adalah
0,004 dengan P Value < α (0.05) hal
ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara
peran petugas kesehatan dengan
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil
Kabupaten Bengkalis Tahun 2015.
Peran adalah serangkaian perilaku
yang diartikan sesuai dengan posisi
sosial yang diharapkan. Peran tenaga
kesehatan dalam pelaksanaan inisiasi
menyusu dini yang termuat dalam
buku JNPK-KR (2007) adalah
melatih ketrampilan, mendukung,
membantu, dan menerapkan IMDASI eksklusif, member informasi
manfaat IMD dan ASI eksklusif pada
ibu hamil, embiarkan kontak kulit
ibu-bayi setidaknya 1 jam sampai
menyusu
awal
selesai,

menghindarkan memburu-buru bayi
atau memaksa memasukkan putting
susu ibu ke mulut bayi, membanyu
ayah menunjukkan perilaku bayi
yang positif saat bayi mencari
payudara, membantu meningkatkan
rasa percaya diri ibu, menyediakan
waktu dan suasana tenang diperlukan
kesabaran.
Hasil penelitian ini sama dengan
Astika (2012) yang berjudul faktorfaktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan IMD pada ibu bersalin
di RSUD Puri Husada Tembilahan.
Pada penelitian tersebut menunjukan

adanya hubungan yang bermakna
dari variabel pengetahuan terhadap
pelaksanaan IMD dengan P value =
0,005.
Peran petugas kesehatan adalah

seseorang yang telah mengikuti
program pendidikan bidan yang
diakui di negaranya, telah lulus dari
pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk di daftar (register)
atau memiliki izin yang sah (lisensi)
untuk melakukan praktik kebidanan.
Bidan
diakui
sebagai
tenaga
profesional yang bertanggung jawab,
yang
bekerja
sebagai
mitra
perempuan
untuk
memberi
dukungan, asuhan dan nasehat

selama masa hamil, masa persalinan
dan
masa
nifas,
memimpin
persalinan atas tanggung jawab
sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir dan bayi.
Asuhan
mencakup
upaya
pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu
dan anak dan akses bantuan medis
atau bantuan lain yang sesuai serta
melaksanakan tindakan kegawat
dauratan. Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan
pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga
kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orangtua serta dapat meluas
pada
kesehatan
perempuan,
kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak (Depkes
RI, 2004).
Menurut Utami R (2007), bahwa
faktor utama yang menyebabkan
kurang tercapainya pelaksanaan
inisiasi menyusu dini yang benar
adalah
kurang
sampainya
pengetahuan yang benar tentang
inisiasi menyusu dini pada para ibu.
Seorang ibu harus mempunyai
pengetahuan baik dalam menyusui.
Kehilangan pengetahuan tentang

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 17

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Inisiasi Dini (IMD) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015

menyusui berarti kehilangan sumber
makanan yang paling penting dan
cara perawatan yang optimal.
Pengetahuan yang kurang mengenai
inisiasi menyusu dini dan pemberian
ASI terlihat dari pemanfaatan susu
formula secara dini di perkotaan dan
pemberian nasi sebagai makanan
tambahan di pedesaan.
Petugas kesehatan atau bidan di
kamar bersalin harus memahami
tatalaksana inisiasi menyusu dini dan
laktasi yang baik dan benar, bidan
tersebut
diharapkan
selalu
mempunyai sikap yang positif
terhadap inisiasi menyusu dini dan
ASI eksklusif. Para bidan diharapkan
dapat memahami, menghayati dan
mau melaksanakannya. Betapa pun
sempitnya waktu yang dipunyai oleh
petugas
kesehatan
tersebut,
diharapkan masih dapat meluangkan
waktu untuk memotivasi dan
membantu ibu untuk melaksanakan
inisiasi menyusu dini (Utami R,
2008).
Menurut
asumsi
peneliti,
berdasarkan hasil penelitian peran
petugas kesehatan bahwa berhasil
atau tidaknya praktek inisiasi
menyusu dini di tergantung pada
petugas kesehatan baik perawat,
bidan atau dokter karena mereka
yang pertama akan membanti ibu
bersalin
melakukan
IMD.
Berdasarkan hasil penelitian setelah
di sebarkan kuesioner IMD semakin
besar dorongan motivasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan,
maka semakin besar ibu mau
melaksanakan IMD. Hal ini motivasi
peran tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan IMD dan konseling ASI
eksklusif sangat diperlukan, motivasi
yang mendukung
peran tenaga
kesehatan untuk bersikap positif
terhadap IMD adalah harapan
terhadap pelaksanaan keberhasilan
program ASI eksklusif, karena IMD

adalah awal keberhasilan dari ASI
eksklusif.
KESIMPULAN
1. Adanya
hubungan
antara
pengetahuan
ibu
terhadap
pelaksanaan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)
2. Adanya hubungan antara sikap
ibu terhadap pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
3. Tidak Adanya hubungan antara
dukungan keluarga/suami ibu
terhadap pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD)
4. Adanya hubungan antara peran
petugas kesehatan ibu terhadap
terhadap pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD.
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz,

A, H. (2012). Riset
Keperawatan
dan
Teknik
Penulisan
Ilmiah.
Salemba
Medika: Edisi 2.
Anwar, D. (2002). Kamus Lengkap
Bahasa
Indonesia .
Surabaya:
Pustaka
Amelia
Astika,K,D.
(2012).Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan pelaksanaan
IMD pada ibu bersalin
di RSUD Puri Husada
Tembilahan. Program
studi IKM Stikes Hang
Tuah Pekanbaru.
Budi, P, N. (2013). Faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan praktek IMD di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Pangkah
Kabupaten Tegal.
Depkes
RI. (2005). Manajemen
laktasi (buku panduan
bagi bidan dan tenaga
kesehatan
di
puskesmas). Jakarta.

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 18

Nislawaty

___________(2007).
Pedoman
penyelenggaraan
pelatihan
konseling
menyusui
dan
pelatihan
fasilitator
konseling
menyusui.
Jakarta.
___________(2008). Pakert Modul
Kegiatan
Inisiasi
Menyusu Dini dan ASI
Eksklusif 6 bulan.
Jakarta.
___________(2011).
Profil
Kesehatan Indonesia
2010.
Jakarta:
Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Dinkes RI, (2014). Data Cakupan
BBL dan Cakupan
Persentase IMD. Riau
Judhiastuty, F.(2009). ASI dari ayah
untuk ibu dan bayi.
Jakarta: semesta media
Manuaba, I. (2005). Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan
dan
keluarga
berencana
untuk
pendidikan
bidan.
Jakarta: EGC
Mitayani. (2010). Mengenal bayi
baru
lahir
dan
penatalaksanaannya .
Baduose Media
Musrifah, A. (2011). Gambaran
pemberian
inisiasi
menyusu dini pada
bayi baru lahir di
ruang bersalin RSUD
Ratu
Zalecha
Martapura . Program
studi bidan pendidik
Stikes Husada Borneo
Banjar baru. Diakses
tanggal 23 Mei 2015
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan
dan
Perilaku
Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
___________(2005).
Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
___________(2007).
Promosi
Kesehatan
&
Ilmu
Perilaku. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
___________(2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jkartan :
PT. Rineka Cipta.
Nurheti, Y. (2010). Keajaiban ASI.
Yogyakarta: Andi
Profil Dinkes Pekanbaru. (2014).
Cakupan
Inisiasi
Menyusu Dini. Riau
Proverawati, A. dkk (2009). Buku
ajar
gizi
untuk
kebidanan. Yogyakarta:
Numed
___________(2010). Kapita selekta
asi
dan
menyusui.
Yogyakarta: Numed
Purwanto.
(2007).
Metodologi
Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
Riskesdes, (2013). Cakupan IMD
berdasarkan Propinsi
Saleha, S. (2009). Asuhan kebidanan
pada
masa
nifas.
Jakarta:
Salemba
Medika
Sarwono, W.S. (2003). Psikologi
Remaja .
Jakarta:
Grafindo Persada.
Soetjiningsih. (2002).ASI petunjuk
untuk tenaga kesehatan.
Jakarta:EGC
Sudiharto.
(2007).
Asuhan
Keperawatan Keluarga .
Jakarta: EGC
Sumarah, dkk. (2008). Perawatan
ibu bersalin (asuhan
kebidanan pada ibu
bersalin). Fitramaya
Utami, R. (2007). Inisiasi Menyusui
Dini Plus ASI Eklusif
(Cetakan I) Jakarta
:Pustaka Bunda

Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau

Page 19