FIQIH MUAMALAH RUKUN DAN SYARAT JUAL BEL (4)

1

FIQIH MUAMALAH
RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI SALAM

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Fiqih Muamalah
Dosen Pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I.

DisusunOleh :
May Leni Soraya ( 1502100083 )

Kelas A
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO
2016

2

A. PENDAHULUAN

Sebelum membahas lebih dalam tentang jual beli salam serta rukun
dan syarat nya maka kita ketahui dulu apa sih jual beli salam itu. Maka
dari itu penulis akan memberikan penjelasan tentang jual beli salam. Jual
beli salam adalah suatu kegiatan antara penjual dan pembeli tetapi
pembeli barang tersebut diserahkan pada kemudian hari dan sipenjual
sudah menerima uang nya tersebut. Maka Jual beli ini dilakukan dengan
cara memesanbarang lebih dahulu dengan memberikan uang muka.
Pelunasannya dilakukan oleh pembeli setelah barang pesanan diterima
secara penuh sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Di dalam makalah ini akan mengkaji tentang Rukun dan Syarat
Jual beli salam yang akan disajikan penulis untuk agar audiensi
mengetahui apa saja yang terdapat pada buku,jurnal ataupun artikel yang
akan membantu penulis bisa memahami jual beli salam serta rukun dan
syaratnya.

3

B. PEMBAHASAN
a. Rukun dan Syarat Jual Beli Salam
Jumhur ulama berpandangan sebagaimana telah dikutip oleh Imam

Mustafa bahwa rukun salam ada tiga,yaitu yang pertama,sighah yang
mencakup ijab dan kabul,kedua pihak yang berakad,orang yang memesan
dan yang menerima pesanan, ketiga, barang dan uang pengganti uang
barang.
Sighah harus menggunakan lafazh yang menunjukkan kata memesan
barang, karena salam pada dasarnya jual beli dimana barang yang
menjadi objeknya belum ada. Hanya saja diperbolehkan dengan syarat
harus menggunakan kata “memesan” atau salam.Kabul juga harus
menggunakan kalimat yang menunjukkan kata menerima atau rela
terhadap harga. Para pihak harus cakap hukum (baligh atau mumayyiz
dan berakal) serta dapat melakukan akad atau transaksi. Sementara
barang yang menjadi objek jual beli salam adalah barang harus milik
penuh

si

penjual,

barang


yang

bermanfaat,serta

dapat

diserah

terimakan.Sementara modal harus diketahui,modal atau uang harus
diserahkan terlebih dahulu dilokasi akad.1
Rukun salam
1. Ada si penjual dan si pembeli
2. Ada barang dan uang
3. Ada sigat ( lafad akad)2

Syarat-syarat salam
1. Uangya hendaklah dibayar di tempat akad,berarti pembayaran
dilakukan lebih dulu.
1


Anonim,al–fiqihiyah sebagaimana dikutip oleh Imam Mustafa,Fiqih Muamalah
kontemporer(Jakarta :Rajawali Pers,2016) h.88
2
Sulaiman Rasjid ,Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2012),cet,58, h.295

4

2. Barangnya menjadi utang bagi si penjual3
3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan berarti pada
waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada.
4. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, baik takaran, timbangan,
ukuran, ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang
semacam itu.
5. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifa itu, berarti
harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat berbeda. Sifatsifat ini hendaknya jelas sehingga tidak ada keraguan yang akan
mengakibatkan perselisihan nantiantarapembeli kedua belah pihak
(sipenjual dan sipembeli),begitu macamnya harus pula disebut,seperti
daging sapi atau kerbau umpamanya.4
6. Disebutkan tempat menerimanya kalau tempat akad tidak layak buat
menerima barang tersebut. Akad salam mesti terus ,berarti tidak ada

khiyar syarat.5

Menurut Syafi‟i, Hanafi, dan Maliki sebagaimana dikutip oleh Biuty
Wulan Octavia dibolehkan barang yang dijualsecara salam diberikan
segera

atau

ditangguhkan.

Sedangkan

pendapat

Hambali

tidak

dibolehkan penyerahan barang dengan segera, dan tentu saja harus ada
penangguhan, meskipun beberapa hari. Dalam transaksi salam ini

diperlukan adanya keterangan mengenai pihak-pihak yang terlibat, yaitu
orang yang melakukan transaksi secara langsung, juga syarat-syarat ijab
qabul, yaitu :
a. Pihak – pihak yang terlibat
Adapun pihak-pihak yang terlibat langsung adalah al-muslim dimana
posisinya sebagai pembeli atau pemesan, dan juga muslim ilaihi, dimana
3

Ibid. h.295-296
Moh. Rifai ,Mutiara Fiqih ,(Semarang:CV. Wicaksana Semarang,1998),Cet .2,h.740
5
Ibrahim bin Sumaith sebagaimana dikutip oleh Biuty Wulan Octavia, “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Jual Beli Akad As-salam Dengan Sistem On Line di Pand’s
Collection”,Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo(2011). h.22
4

5

posisinya sebagai orang yang di amanatkan untuk memesan barang dan
jugabarang yang dimaksudkan. Sedangkan syarat dari penjual dan

pemesan,penulis hanya bisa menyimpulkan sedikit, yaitu mereka belum
termasuk

sebagai

golongan-golongan

orang-orang

bertindak sendiri,seperti anak-anak kecil,

gila,

yang

dilarang

pemboros, banyak

hutangnya, atau yang lainnya.6

b. Syarat-syarat ijab qobul Pernyataan dalam ijab qabul ini bisa
disampaikan secara lisan, tulisan(surat menyurat, isyarat yang dapat
memberi pengertian yang jelas), hingga perbuatan atau kebiasaan
dalam melakukan ijab qabul.7
Adapun syarat-syaratnya adalah:
1. Dilakukan dalam satu tempo
2. Antara ijab dan qobul sejalan
3. Menggunakan kata as- salam atau as-salaf
4. Tidak ada khiyar syarat (hak bagi pemesan untuk menerima
pesanan).8
Adapun rukun salamadalah;
a. Pembeli (muslam);
b. Penjual (muslam ilahi);
c. Modal uang (annuqud);
d. Barang (muslam fihi);
e. Serah terima barang ( Ijab qabul)9
Syarat-syarat Jual Beli Salam adalah sebagai berikut :
Pihak yang berakad :
a. ada kerelaan di antara dua belah pihak dan tidak ingkar janji


6

Ibid.
Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk Dan Aspek-Aspek
Hukumnya (Jakarta:PT.Adhitya Andhrebina Agung,2014), h. 185
8
Ibid ...
9
Muhammad Syafii Antonio,Bank Syariah dari teori praktik,(Jakarta:Gema Insani
Press,2001), cet,1,h.109.
7

6

b. Cakap dalam bertindak
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Jual beli Salam
sebagai berikut :
Pertama : Ketentuan tentang pembayaran :
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang atau manfaat.

b. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Ke dua : Ketentuan tentang barang
a. Harus jelas cirri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang harus dapat
dijelaskan spesifikasinya
b. Penyerahan dilakukan kemudian Waktu dan tempat penyerahan
barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
c. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
d. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
Ke tiga : Ketentuan tentang salam paralel.
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat:
a. Akad kedua terpisah dari akad pertama.
b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sarih atau jelas
Ke empat : Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya Penjual
harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan Jika
penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi penjual
tidak boleh meminta tambahan harga.
a. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah
dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut

pengurangan harga (diskon)

7

b. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan
kesepakatan, dan iatidak boleh menuntut tambahan harga
c. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu
penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak
menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan. Pertama, Membatalkan
kontrak dan meninta kembali uangnya. Kedua, Menunggu sampai
barang tersedia.
Kelima : Pembatalan kontrak
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak
merugikan kedua belah pihak. 10
Ulama telah bersepakat bahwa salam diperbolehkan dengan syarat
sebagai berikut :
a. Jenis objek jual beli salam harus jelas
b. Sifat objek jual beli salam harus jelas
c. Kadar atau ukuran objek jual beli salam harus jelas
d. Janka waktu pemesanan objek jual beli salam harus jelas
e. Asumsi modal yang dikeluarkan harus diketahui masing-masin pihak.11
Ibnu Mundzir dan lainya meriwayatkan adanya ijma’ ulama atas
kebolehan transaksi jual beli salam. Dan kebutuhan manusia untuk
bertransaksi itulah yang mendorong hal itu. Karena satu pihak yang
bertransaksi ingin mendapatkan pembayaran yang dipercepat, sementara
pihak yang lain ingin mendapatkan barang yang jelas/pasti.
Disyaratkan bagi sahnya transaksi model salam ini beberapa syarat
tersendiri disamping syarat –syarat yang ditetapkan dalam jual beli biasa .

10

Siti Mujiatun,” Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istis’na,”Jurnal Riset
Akuntansi dan Bisnis,(Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,
Vol.13, No . 2 / September 2013),h.209-210
11
Wahbah al-zuhaili sebagaimana di kutip oleh Imam Mustofa, Fiqih Muamalah...,h.89

8

Syarat

pertama

:

adanya

kepastian

sifat–sifat

barang

yang

ditaransaksikan. Karena jika sifat-sifatnya tidak dapat dipastikan,tentu
akan berbeda-beda sekali,sehingga hal itu dapat mengantarkan kepada
perselisihan diantara dua pihak. Oleh karena itu tidak sah melakukan
trabsaksi atas barang-barang yang sifatnya

berbeda

satu sama

lain,seperti kol,kulit,macam bejana dan perhiasan .
Syarat kedua : menyebut jenis daan macam barang yang ditransaksikan
dengan akad salam. Jenisnya itu adalah seperti beras,sementara
macamnya adalah seperti beras Cianjur, yang meruapakan satu macam
dari beras.12
Syarat ketiga : disebutkanya volume barang yang ditransaksikan dengan
akad salam itu, seperti tajaranya, atau timbanganya, atau meteranya. Hal
itu sesuai dengan sabda rosululloh yang artinya “siapa yang melakukan
jual beli dengan cara as-salaf,maka hendaknya dia melakukanya dalam
takaran yang jelas,timbangan yang jelas dan untuk jangka waktu yang
ditentukan.”(Muttafaq Alaih)13
Syarat

keempat

:disebutkan

waktu

penyerahan

barang.

Hal

itu

berdasarkan sabda Rasulullah ,”untuk jangka waktu yang ditentukan .”
dan firman Allah “ Apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan,hendaklah kamu menuliskanya.”(Al-baqarah :282).
Ayat Al-quran ini mensyaratkan dalam transaksi salam itu adanya
penentuan waktu penyerahan barang yang ditransaksikan sehingga kdeua
pihak mengetahui dengan pasti.
Syarat kelima : agar barang yang ditransaksikan itu biasanya tersedia
pada waktu penyerahan barang seperti yang ditetapkan ,sehingga dapat
diserahkan paa waktunya.

12

Saleh Al-Fauzan ,Fiqih Sehari-hari ,(Jakarta :Gema Insani Press,2005),cet .1,h.407
Ahmad Fadlan Lubis, “Analisis Perilaku Masyarakat Muslim Terhadap Transaksi Jual
Salam”, Dalam Junal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, Desember 2012, h.210

13

9

Syarat keenam :agar

harga pembeliannya sudah diterima secara

sempurna dan diketahui jumlahnya pada saat akad /transaksi .
Syarat ketujuh : agar barang yang ditransaksikan itu bukan sesuatu yang
tertentu ,tapi hendaknya ia berbentuk semacam utang yang tertanggung.14
Menurut KHES pasal 103 ayat 1-3 sebagaimana dikutip oleh Imam
Mustafa syarat salam sebagai berikut :
1. Jual beli salam dapat dilakukan dengan syarat kuantitas dan kualitas
barabg sudah jelas.
2. Kuantitas barang dapat diukur dengan takaran atau timbangan dan
atau meteran .
3. Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna
oleh para pihak.15

14

Ibid ...h.408
Ibid ...h.89

15

10

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jumhur ulama berpandangan sebagaimana telah dikutip oleh Imam
Mustafa bahwa rukun salam ada tiga,yaitu yang pertama,sighah yang
mencakup ijab dan kabul,kedua pihak yang berakad,orang yang memesan
dan yang menerima pesanan, ketiga, barang dan uang pengganti uang
barang.
Syarat-syarat salam
1. Uangya hendaklah dibayar di tempat akad,berarti pembayaran
dilakukan lebih dulu.
2. Barangnya menjadi utang bagi si penjual
3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan berarti
pada waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada
4. Barang

tersebut

hendaklah

jelas

ukurannya,

baik

takaran,

timbangan, ukuran, ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara
menjual barang semacam itu.
5. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifat itu,
berarti harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat
berbeda. Sifat-sifat ini hendaknya jelas sehingga tidak ada
keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan nanti antara
pembeli kedua belah pihak (sipenjual dan sipembeli),begitu
macamnya harus pula disebut,seperti daging sapi atau kerbau
umpamanya Disebutkan tempat menerimanya kalau tempat akad
tidak layak buat menerima barang tersebut. Akad salam mesti
terus,berarti tidak ada khiyar syarat.

11

DAFTAR PUSTAKA
Imam

Mustafa,Fiqih Muamalah

Kontemporer,Jakarta

:

Rajawali

Pers,2016.
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung :Sinar Baru Algensindo,2013.
Moh.Rifai Mutiara Fiqih ,Semarang: CV. Wicaksana Semarang,1998.
Ibrahim Bin Sumaith “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Akad
As-salam Dengan Sistem On Line di Pand’s Collection”,Skripsi
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo 2011.
Muhammad

Syafii

Antonio,Bank

Syariah

dari

teori

praktik,Jakarta:Gema Insani Press,2001.
Siti Mujiatun,” Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istis’na,”
Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis ,Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, Vol.13, No . 2 September 2013.
Saleh Al-Fauzan ,Fiqih Sehari-hari ,Jakarta :Gema Insani Pers,2005.
Sultan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-Produk Dan
Aspek-Aspek Hukumnya,Jakarta:PT.Adhitya Andhrebina Agung,2014
Ahmad Fadlan Lubis, “Analisis Perilaku Masyarakat Muslim Terhadap
Transaksi Jual Salam”, Dalam Junal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1,
No.1, Desember 2012