REKAM MEDIS DAN INFORM CONSENT

Aspek Hukum
Rekam Medis dan
Informed Consent
Hartotok S.Kep.MH.Kes

1

Definisi rekam medis

Penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU no 29 tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran,

berkas yang berisi catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien

Permenkes no 269 tahun 2008 tentang Rekam


Medis

berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien

2

Definisi rekam medis
Menurut Huffman EK, 1992

Rekaman atau catatan mengenai siapa, apa,

mengapa, bilamana, dan bagaimana
pelayanan yang diberikan kepada pasien selama
masa perawatan yang memuat pengetahuan
mengenai pasien dan pelayanan yang
diperolehnya serta memuat informasi yang

cukup untuk menemukenali (mengidentifikasi)
pasien, membenarkan diagnosis &
pengobatan serta merekam hasilnya

3

Definisi

(Ketentuan umum Permenkes 269 tahun 2008)

Dokter dan dokter gigi adalah

 dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter

gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi baik dalam maupun di luar negeri
yng diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sarana pelayanan kesehatan adalah


 tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik
kedokteran atau kedokteran gigi.

Tenaga kesehatan tertentu adalah

 tenaga kesehatan yang ikut memberikan

pelayanan kesehatan secara langsung kepada
pasien selain dokter dan dokter gigi.
4

Pasien adalah
 setiap orang yang melakukan konsultasi masalah

kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter

gigi.

Catatan adalah
 tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi

tentang tindakan yang dilakukan kepada pasien
dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.

Dokumen adalah
 catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga

kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan
penunjang, catatan obsevasi dan pengobatan
harian dan semua rekaman, baik berupa foto
radiologi, gambar pencintraan (imaging) dan
rekaman elektro diagnostic
5

Perspektif hukum rekam
medis

SUBYEK HKUM

SU

B

YE
K

HK

UM

HCR
(PASIEN )

A
W
I
ST M

I
R
U
PE HUK

TRANSAKSI
TERAPETIK
SU

MANAJEMEN
SARANA
KES

K
E
Y
B

U
H


M
U
K

HCP
(NAKES)
REKAM
MEDIS
6

Arti dan fungsi rekam
medis
Riwayat
Formal
(bentuk)
Pasien

Arti


Permenkes
Himpunan penyakit
585/1989
catatan
dan
UU No. 29/2004
menganai Riwayat
Praktik Kedokteran
pengobatan


Hasil
komu
nikasi

Dokter

Material
(isi)


Rekam
medis

Fungsi

Permenkes
No 269/2008
UU No. 29/2004
Praktik Kedokteran

Diagnosis
Id Pasien
• Tindakan
Produk
Informed
Catatan
hubungan Consent medis;
penyakit
• Tujuan tind
dokter –

Hasil-hasil
medis
pasien
• Alternatif
pemeriksaan
tindakan lain
penunjang

•Administration
•Legal
Sebagai
•Financial
alat
•Research
bukti
•Education
sah
•Documentation

• Risiko dan

komplikasi
• Prognosis

KUHAP
pasal 184
ayat (1) a
7

Hubungan dokter – pasien
PASIEN

DOKTER

KEWAJIBAN
DOKTER
•Menghormati
hak pasien
•Menyimpan
rahasia
•Memberikan
Informasi
•Meminta per
setujuan
•Membuat
Rekam medis

HAK DOKTER
•Mendignosis
•Mengobati
•Merawat
•Menerima
pembayaran
•Memimpin
sarana
pelayanan
kesehatan

SALING
KOMU
NIKASI
MENG
HASIL
KAN

HAKPASIEN
•Atas informasi
•Rahasia kedokteran
•Second opinion
•Menolak tindakan
medis
KEWAJIBAN
•Menghentikan PASIEN
•Memberikan
terapi
•Memilih
informasi jujur
•Mematuhi
dokter
•Melihat
nasihat
Rekam medis •Mematuhi
1.Rekam medis
cara terapi
2.Informed consent
•Mematuhi
syarat2 terapi
3.Resep

4.Laporan2 medis

8

Kedudukan hukum rekam
medis

Bahan bukti hukum
Bukti proses
 Pelayanan kesehatan
 Pelayanan medis

REKAM
MEDIS

 Pelayanan

keperawatan
 Pelayanan kebidanan
 Pelayanan farmasi

Sebagai dasar

penghitungan
 Statistik

 Jasa (finansial)
9



Kewajiban membuat rekam
medis
UU 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
(UUPK) Pasal 46:

1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam

menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien
selesai menerima pelayanan kesehatan.
3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi
nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.

10

Kewajiban membuat rekam
medis

SK Dirjen Yanmed no 78/1991

Tenaga yang berhak membuat rekam medis di

rumah sakit adalah
a)
b)
c)
d)

e)

Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter
gigi spesialis yang bekerja di rumah sakit tersebut.
Dokter tamu pada rumah sakit tersebut.
Residens yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.
Tenaga paramedis perawatan dan paramedis non
keperawatan yang langsung terlibat di dalam pelayananpelayanan kepada pasien di rumah sakit meliputi antara
lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium
klinik, gizi, anastesia, penata rontgen, rehabilitasi medik
dan sebagainya.
Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi
kedokteran yang berupa tindakan/konsultasi kepada
pasien, yang membuat rekam medis adalah dokter yang
ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit.
11

Sanksi

UUPK Pasal 79

Dipidana dengan denda paling banyak Rp

50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah),
setiap dokter atau dokter gigi yang :
 dengan

sengaja tidak memasang papan
nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
ayat (1);
 dengan sengaja tidak membuat rekam
medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 ayat (1); atau
 dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.
12

Rekam medis sebagai alat bukti
hukum

Pasal 48 UUPK :
Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan
perundangundangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran
diatur dengan Peraturan Menteri.

13

Rekam medis sebagai alat bukti
hukum
Pasal 13 Permenkes 269 : Pemanfatan rekam

medis dapat dipakai sebagai :
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
alat bukti dalam proses penegakan hukum,

disiplin kedokteran gigi dan penegakkan etika
kedokteran dan etika kedokteran gigi;
keperluan pendidikan dan penelitian
dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan;
dan
data statistic kesehatan.

14

Permenkes 269 tahun 2008 pasal 12
 Berkas rekam medis milik sarana pelayanan

keehatan.
 Isi rekam medis merupakan milik pasien.
 Isi rekam medis tersebut dalam bentuk
ringkasan rekam medis
 Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat,
atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi
kuasa atau persetujuan tertulis pasien atau
keluarga pasien yang berhak untuk itu.

15

Wajib simpan rahasia
kedokteran
KUHP Pasal 322 :
Barang siapa dengan sengaja
membuka rahasia yang ia wajib
menyimpan oleh karena jabatan
atau pekerjaannya baik yang
sekarang maupun yang dahulu,
dihukum dengan penjara selamalamanya sembilan bulan atau
denda sebanyak-banyaknya
enam ratus rupiah
16

Wajib simpan rahasia
kedokteran
KUHP Pasal 170
 Ayat 1 :
 Mereka

yang karena pekerjaan, harkat,
martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta
dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang
hal yang dipercayakan kepada mereka.

 Ayat 2 :
 Hakim

menentukan sah atau tidaknya
segala alasan untuk permintaan tersebut .
17

 Permenkes 269/2008 Pasal 13:
1) Pemanfatan rekam medis dapat dipakai sebagai :
a)
b)

c)
d)
e)

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin
kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran
dan etika kedokteran gigi;
keperluan pendidikan dan penelitian
dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan
data statistic kesehatan.

2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c yang menyebutkan indentitas
pasien pasien harus mendapat persetujuan secara
tertulis dari psien atau ahli warisnya dan harus dijaga
kerahasiaannya.
3) Pemanfatan rekam medis untuk keperluan pendidikan
dan penelitian tidak diperlukan persetujuan pasien bila
dilakukan untuk kepentingan Negara.
18

Kepemilikan dan pemanfaatan
rekam medis
SK Dirjen Yanmed no 78/1991
 Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit.
 Direktur rumah sakit bertanggung jawab atas :
 Hilangnya, rusaknya atau pemalsuan rekam medis.
 Penggunaan oleh Badan/orang yang tidak berhak.

 Isi rekam medis adalah milik pasien yang wajib

dijaga kerahasiaannya.
 Untuk melindungi kerahasiaan tersebut dibuat
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
 Hanya petugas rekam medis yang diizinkan masuk ruang

penyimpanan berkas rekam medis.
 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi rekam medis
untuk badan-badan atau perorangan, kecuali yang telah
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Selama penderita dirawat, rekam medis menjadi tanggung
jawab perawat ruangan dan menjaga kerahasiaannya.
19

Kepemilikan dan
pemanfaatan rekam
medis
SK Dirjen Yanmed no 78/1991
Rekam medis dapat dipakai sebagai :
 Sumber informasi medis dari pasien yang berobat ke rumah

sakit yang berguna untuk keperluan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan pasien.
 Alat komunikasi antara dokter dengan dokter lainnya, antara
dokter dengan paramedis dalam usaha memberikan
pelayanan, pengobatan dan perawatan.
 Bukti tertulis (documentary evidence) tentang pelayanan yang
telah diberikan oleh rumah sakit dan keperluan lain.
 Alat untuk analisa dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit.
 Alat untuk melindungi kepentingan hukum bagi pasien, dokter
tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit.
 Untuk penelitian dan pendidikan.
 Untuk perencanaan dan pemanfaatan sumber daya.
 Untuk keperluan lain yang ada kaitannya dengan rekam medis.
20

Kepemilikan dan
pemanfaatan rekam
medis
SK Dirjen Yanmed no 78/1991
Peminjaman rekam medis :
 Peminjaman rekam medis untuk keperluan

pembuatan makalah, riset, dan lain-lain oleh
seorang dokter/tenaga kesehatan lainnya
sebaiknya dikerjakan di kantor rekam medis.
 Mahasiswa kedokteran dapat meminjam rekam
medis jika dapat menunjukkan surat pengantar
dari dokter ruangan.
 Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan di
rumah sakit/institusi lain, berkas rekam medis
tidak boleh dikirimkan, akan tetapi cukup
diberikan resume akhir pelayanan.
21

Pelepasan informasi kesehatan
pasien
Pelepasan informasi kesehatan pasien adalah

memaparkan isi rekam medis kepada pihak
selain pasien:
Untuk pelayanan pasien oleh dokter, dokter

gigi atau tenaga kesehatan tertentu
Penegakan hukum
Asuransi
Penelitian oleh Komite Medik
Penelitian oleh peneliti

22

Untuk pelayanan pasien
Tidak perlu ijin tertulis dari pasien yang

bersangkutan
Isi rekam medis akan dibaca oleh

Dokter atau dokter gigi yang merawat pasien

yang bersangkutan
Tenaga kesehatan tertentu yang melayani
langsung pasien yang bersangkutan

Dokumen rekam medis tidak boleh

diberikan pasien
Bila pasien meminta rekam medis  yang
diberikan adalah resume pelayanannya
23

Penegak hukum
Untuk pengadilan  permintaan hakim
Tidak perlu ijin tertulis pasien
Ada surat permintaan hakim ditujukan kepada

Direktur Rumah Sakit dan disetujui Komite Medik
Data/informasi yang dilepaskan tergantung
permintaan hakim

Untuk penyidikan atau penyelidikan
Harus ada ijin tertulis pasien
Ada surat permintaan yang dtujukan kepada

Direktur Rumah Sakit dan disetujui Komite Medik
24

Asuransi
Ada surat pemintaan tertulis dari Asuransi

kepada Direktur Rumah Sakit dan dilampiri ijin
tertulis pasien
Diketahui oleh Komite Rekam Medis
Formulir rekam medis yang diminta difofocopy
 diserahkan ke pemohon dengan
menandatangani bukti penerimaan fotocopy
rekam medis
Perekam medis mencatat formulir-formulir
rekam medis yang digunakan untuk
kepentingan asuransi berikut identitas
pasiennya
25

Penelitian oleh Komite
Medik
Tidak perlu ijin pasien tetapi identitas pasien

harus disamarkan
Penelitian dilakukan di kantor Unit Rekam
Medis (URM)
Ada permintaan yang ditujukan Kepala URM
untuk disediakan dokumen rekam medis yang
sesuai dengan permintaan
Mencatat penggunaannya pada buku
peminjaman dokumen rekam medis

26

Penelitian oleh peneliti
Tidak perlu ijin pasien tetapi identitas pasien

harus disamarkan
Penelitian dilakukan di kantor Unit Rekam
Medis (URM)
Ada permintaan yang ditujukan Direktur
Rumah Sakit  Kepala URM untuk disediakan
dokumen rekam medis yang sesuai dengan
permintaan
Mencatat penggunaannya pada buku
peminjaman dokumen rekam medis
27

28

UU No. 29/2004 (Pasal 45)
 Persetujuan Tindakan Kedokteran atau

Kedokteran Gigi

1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan setelah pasien mendapat penjelasan
secara lengkap.
3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
sekurang-kurangnya mencakup :
a)
b)
c)
d)
e)

diagnosis dan tata cara tindakan medis;
tujuan tindakan medis yang dilakukan;
alternatif tindakan lain dan risikonya;
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

29

UU No. 29/2004 (Pasal 45)
 Persetujuan Tindakan Kedokteran atau

Kedokteran Gigi

Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun
lisan.
 Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang mengandung risiko tinggi harus diberikan
dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani
oleh yang berhak memberikan persetujuan.
 Ketentuan mengenai tata cara persetujuan
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan
Peraturan Menteri.


30

Penjelasan Ayat 1
Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan

atau penolakan tindakan medis adalah pasien yang
bersangkutan. Namun, apabila pasien yang
bersangkutan berada di bawah pengampuan (under
curatele) persetujuan atau penolakan tindakan medis
dapat diberikan oleh keluarga terdekat antara lain
suami/istri, ayah/ibu kandung, anak-anak kandung
atau saudarasaudara kandung.
Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan
jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun,
setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah
memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan
dibuat persetujuan.
Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang
tidak sadar, maka penjelasan diberikan kepada
keluarganya atau yang mengantar. Apabila tidak ada
yang mengantar dan tidak ada keluarganya
sedangkan tindakan medis harus dilakukan maka
penjelasan diberikan kepada anak yang bersangkutan
atau pada kesempatan pertama pasien sudah sadar31

Penjelasan Ayat (2)
Penjelasan hendaknya diberikan dalam bahasa yang

mudah dimengerti karena penjelasan merupakan
landasan untuk memberikan persetujuan. Aspek lain
yang juga sebaiknya diberikan penjelasan yaitu
yang berkaitan dengan pembiayaan.

Penjelasan Ayat (4)
Persetujuan lisan dalam ayat ini adalah persetujuan

yang diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau
bentuk gerakan menganggukkan kepala yang
diartikan sebagai ucapan setuju.

Penjelasan Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “tindakan medis berisiko

tinggi” adalah seperti tindakan bedah atau tindakan
invasif lainnya.
32

Definisi PTM (KKI)
Persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya

atas rencana tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau
dokter gigi, setelah menerima informasi yang
cukup untuk dapat membuat persetujuan
Pernyataan sepihak dari pasien dan bukan
perjanjian antara pasien dengan dokter atau
dokter gigi, sehingga dapat ditarik kembali
setiap saat
Merupakan proses sekaligus hasil dari suatu
komunikasi yang efektif antara pasien dengan
dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar
penandatanganan formulir persetujuan
33

Definisi Infomed consent
Permenkes no 585 tahun 1989 tentang

Persetujuan Tindakan Medis (pasal 1)

Persetujuan tindakan medik/informed consent

adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
Tindakan medik adalah suatu tindakan yang
dilakukan terhadap pasien berupa diagnostik atau
terapeutik.
Tindakan invatif adalah tindakan medik yang
langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan
tubuh.
Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan
dokter gigi/dokter gigi spesialis yang bekerja di
rumah sakit, puskesmas, klinik atau praktik
perorangan/bersama.
34

Definisi yang berkaitan dengan PTM
Persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya

atas rencana tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau
dokter gigi, setelah menerima informasi yang
cukup untuk dapat membuat persetujuan
Pernyataan sepihak dari pasien dan bukan
perjanjian antara pasien dengan dokter atau
dokter gigi, sehingga dapat ditarik kembali
setiap saat
Merupakan proses sekaligus hasil dari suatu
komunikasi yang efektif antara pasien dengan
dokter atau dokter gigi, dan bukan sekedar
penandatanganan formulir persetujuan
35

Suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

yang dilakukan terhadap pasien untuk tujuan
preventif, diagnostik, terapeutik, atau
rehabilitatif
Yang mengandung risiko tinggi adalah
Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi, yang

dengan probabilitas tertentu dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan (kehilangan anggota badan
atau kerusakan fungsi organ tubuh tertentu), misalnya
tindakan bedah dan tindakan invasif tertentu

Tindakan invasif adalah tindakan kedokteran

atau kedokteran gigi yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
Tindakan invasif tidak selalu beresiko tinggi
36

Latar belakang perlunya infomed
consent
1.Tindakan medik penuh ketidak pastian (uncertainty) dan

hasilnyapun tidak dapat diperhitungkan secara
matematik.
2.Hampir semua tindakan medik memiliki risiko.
3.Tindakan medik tertentu bahkan punya akibat ikutan yang
tak menyenangkan pasien.
4.Semua risiko (jika benar-benar terjadi) atau semua akibat
ikutan (yang tak menyenangkan itu) akan dirasakan
sendiri oleh pasien, bukan oleh orang lain.
5.Risiko maupun akibat ikutan tersebut biasanya sulit atau
bahkan mustahil untuk dapat dipulihkan kembali.
6.Munculnya pola hidup konsumerisme yang mengandalkan
pada prinsip “He who pays the piper calls the tune” (siapa
membayar pengamen suling, dialah yang menentukan
lagunya).
37

resultante positif
(akan sembuh)
tindakan medis
yang benar

BUKAN TANGGUNGJAWAB DOKTER / RS
daya tahan

kualitas obat

k o n d i s i

tindakan medis
yang salah
TANGGUNGJAWAB
DOKTER / RS

stadium
penyakit

virulensi

-

s a k i t

respon individual
terhadap obat

kepatuhan
pasien

resultante negatif
(akan mati)

Medicine is a science of uncertainty, an art of
probabilities.

38

Filosofi informed consent
Penghormatan terhadap hak pasien

terhadap (Hak Azasi Manusia)

Hak informasi
 Berhak memperoleh informasi tentang penyakit dan
tindakan yang akan diperolehnya
Hak menentukan nasib sendiri


Berhak menyetujui atau menolak pengobatan atau
tindakan yang akan diterimanya

Hak memperoleh pelayanan kesehatan
 Berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu sesuai dg standar pelayanan

39

Proses persetujuan tindakan
kedokteran
Merupakan manifestasi dari terpeliharanya

hubungan saling menghormati dan
komunikatif antara dokter dengan pasien,
yang bersama-sama menentukan pilihan
tindakan yang terbaik bagi pasien demi
mencapai tujuan pelayanan kedokteran yang
disepakati

40

Sahnya PTM (IC)
Suatu persetujuan dianggap sah apabila :
 Pasien telah diberi penjelasan / informasi.
 Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap

(kompeten) untuk memberikan keputusan/persetujuan.
 Persetujuan harus diberikan secara sukarela

Meskipun formulir PTM penting dan sangat

menolong (dan kadang-kadang diperlukan secara
hukum), tetapi penandatangan formulir itu sendiri
tidak mencukupi.
Yang lebih penting adalah mengadakan diskusi
yang rinci dengan pasien, dan didokumentasikan
di dalam rekam medis pasien.
41

SIAPA “PEMBERI INFORMASI DAN
PENERIMA PERSETUJUAN”?
Tanggung jawab dokter pemberi perawatan

atau pelaku pemeriksaan/tindakan untuk
memastikan bahwa persetujuan tersebut
diperoleh secara benar dan layak.
Dokter memang dapat mendelegasikan
proses pemberian informasi dan penerimaan
persetujuan, namun tanggung jawab tetap
berada pada dokter pemberi delegasi untuk
memastikan bahwa persetujuan diperoleh
secara benar dan layak

42

SIAPA YANG DAPAT MEMBERI
PERSETUJUAN?
Persetujuan diberikan oleh individu yang

kompeten.
Dianggap kompeten apabila telah berusia 18
tahun atau lebih atau telah pernah menikah.
Sedangkan anak-anak tang telah berusia 16
tahun atau lebih tetapi belum berusia 18
tahun dapat membuat persetujuan tindakan
kedokteran tertentu yang tidak berisiko
tinggi apabila mereka dapat menunjukkan
kompetensinya dalam membuat keputusan

43

Alasan hukum

KUHPerdata

 Seseorang yang berusia 21 tahun atau lebih atau

telah menikah dianggap sebagai orang dewasa dan
oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.

UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak

 Setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih

dianggap sebagai orang yang sudah bukan anakanak.
 Dengan dermikian mereka dapat diberlakukan
sebagaimana orang dewasa yang berkompeten, dan
oleh karenanya dapat memberikan persetujuan.
44

APAKAH YANG DIMAKSUD
DENGAN KOMPETEN?
Mampu memahami informasi yang telah

diberikan kepadanya dengan cara yang jelas,
menggunakan bahasa yang sederhana dan
tanpa istilah yang terlalu teknis.
Mampu mempercayai informasi yang telah
diberikan.
Mampu mempertahankan pemahaman
informasi tersebut untuk waktu yang cukup
lama dan mampu menganalisisnya dan
menggunakannya untuk membuat keputusan
secara bebas.
45

PERSETUJUAN PADA INDIVIDU
YANG TIDAK KOMPETEN
Keluarga terdekat atau pengampu umumnya dianggap

dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran bagi
orang dewasa lain yang tidak kompeten.
Keluarga terdekat adalah suami atau istrinya, orang tua
yang sah atau anaknya yang kompeten, dan saudara
kandungnya.
Sedangkan hubungan kekeluargaan yang lain seperti
paman, bibi, kakek, mertua, ipar, menantu, keponakan
dan lain-lain tidak dianggap sebagai keluarga terdekat,
meskipun mereka pada keadaan tertentu dapat diikut
sertakan ke dalam proses pemberian informasi dan
pembuatan keputusan.
Dalam hal terdapat ketidaksepakatan di dalam keluarga,
maka dianjurkan agar dokter mempersilakan mereka
untuk bermufakat dan hanya menerima persetujuan atau
penolakan yang sudak disepakati bersama.
46

ANAK-ANAK
Anak-anak dianggap tak mampu memberikan

Anak-anak dianggap tak mampu memberikan
keputusan karena sejumlah alasan, seperti
ketidakdewasaan mereka, kesulitan untuk
memahami tindakan kedokteran, atau dampak dari
kondisi mereka.
Pada umumnya, seseorang dengan tanggung jawab
orang tua (orang tua atau wali) atau pengadilan
dapat memberikan keputusan bagi mereka.
Jika keputusan penting harus dibuat yang
menyangkut tindakan kedokteran yang dapat
mempunyai akibat yang permanen, sedangkan
terdapat dua orang dengan tanggung jawab orang
tua (misalnya ayah dan ibu), maka keduanya harus
dimintai pendapatnya.
Anak harus selalu dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan, misalnya keputusan
tentang siapa yang akan tinggal bersamanya pada
saat suatu tindakan kedokteran tertentu
dilaksanakan.
47

Orang yang dianggap memiliki
tanggung jawab orang tua
Orang tua si anak, yaitu

 Bila si anak lahir sebagai anak pasangan suami

istri yang sah.

Ibu si anak, yaitu

 Bila si anak lahir dari pasangan yang tidak sah

sehingga si anak hanya memiliki hubungan
perdata dengan si ibu.

Wali, orang tua angkat, atau Lembaga

Pengasuh yang sah berdasarkan UU Nomor
23 tahun 2004 tentang Perlindungan Anak.
Orang yang secara adat/budaya dianggap
sebagai wali si anak, dalam hal tidak
terdapat yang memenuhi di atas.
48

12 kunci informasi yang sebaiknya
diberikan kepada pasien
1. Diagnosia dan prognosis secara rinci dan juga
2.
3.
4.

prognosis apabila tidak diobati
Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan
diagnosis banding) termasuk pilihan pemeriksaan
lanjutan sebelum dilakukan pengobatan.
Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap
kondisi kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak
diobati.
Tujuan dari rencana pemeriksaan dan pengobatan;
rincian dari prosedur atau pengobatan yang
dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti
penanganan nyeri, bagaimana seharusnya pasien
mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami
pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek
samping yang biasa terjadi dan yang serius
49

5. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan

keterangan tentang kelebihan/keuntungan dan
tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan
diskusikan tentang kemungkinan risiko yang
serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya
hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
6. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut
adalah upaya yang masih eksperimental.
7. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan
akibat sampingannya akan dimonitor atau
dinilai kembali.
8. Nama dokter yang bertanggung jawab secara
keseluruhan untuk pengobatan tersebut, serta
bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya
50

9. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti

pelatihan atau pendidikan, maka sebaiknya
dijelaskan peranannya di dalam rangkaian
tindakan yang akan dilakukan.
10. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat
mengubah pendapaynta setiap waktu. Bila hal
itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab
penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.
11. Mengingatkan bahwa pasien berhak
memperoleh pendapat kedua dari dokter lain
12. Bila dimungkinkan, juga diberitahu tentang
perincian biaya.

51

KAPAN DIBUTUHKAN
PERSETUJUAN TERTULIS?
Bila tindakan terapeutik bersifat kompleks atau

menyangkut resiko atau efek samping bermakna
Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam
rangka terapi
Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki
dampak yang bermakna bagi kedudukan
kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial
pasien
Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari
suatu penelitian

52

PENOLAKAN PEMERIKSAAN
TINDAKAN
Pasien yang kompeten (dia memahami

informasi, menahannya, mempercayainya dan
mampu membuat keputusan) berhak untuk
menolak suatu pemeriksaan atau tindakan
kedokteran, meskipun keputusan pasien
tersebut terkesan tidak logis.
Kalau hal seperti ini terjadi dan bila
konsekuensi penolakan tersebut berakibat
serius maka keputusan tersebut harus
didiskusikan dengan pasien, tidak dengan
maksud untuk mengubah pendapatnya tetapi
untuk mengklarifikasi situasinya.
Untuk itu perlu dicek kembali apakah pasien
telah mengerti informasi tentang keadaan
pasien, tindakan atau pengobatan, serta
semua kemungkinan efek sampingnya.

53

Akibat hukum bila tak ada
 Hukum Pidana
IC

 Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa

persetujuan dapat dikategorikan sebagai “penyerangan” ( assault).
 Hal tersebut dapat menjadi alasan pasien untuk mengadukan dokter
ke penyidik polisi, meskipun kasus semacam ini sangat jarang
terjadi.

 Hukum Perdata
 Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap dokter,
maka pasien harus dapat menunjukkan bahwa dia tidak
diperingatkan sebelumnya mengenai hasil akhir tertentu dari
tindakan dimaksud, padahal apabila dia telah diperingatkan
sebelumnya maka dia tentu tidak akan mau menjalaninya, atau
menunjukkan bahwa dokter telah melakukan tindakan tanpa
persetujuan (perbuatan melawan hukum).
 Pendisiplinan oleh MKDKI
 Bila MKDKI menerima pengaduan tentang seorang dokter atau
dokter gigi yang melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan
menyidangkan dan dapat memberikan sanksi disiplin kedokteran,
yang dapat berupa teguran hingga rekomendasi pencabutan Surat
Tanda Registrasi.
54