NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PROFITABILITAS pdf

NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015
Yuniandar7@gmail.com

Oleh:
Nama
: Yuni Andarwati
NIM
: 13.05.51.0230
Program Studi : S.1 Manajemen

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS STIKUBANK
SEMARANG
2017

PENGARUH PROFTABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2013-2015
Oleh:
Yuni Andarwati
yuniandar7@gmail.com
Moch Irsad
mochirsad@yahoo.com
Program Studi S.1 Manajemen
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Stikubank Semarang
ABSTRACK

This research aimed to analyze the effect of profitability to firm value with dividend
policy as intervening variable. The object of this research is manufacturing companies listed
on Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2013-2015.
These companies become the population in this study then only a few who qualify to
be sampled. Sampling method used is purposive sampling. Data analysis technique used is
mediation regression analysis supported by path analysis.
The result of research shows that profitability have positive and significant effect to
company value. Dividend policy has a positive and significant effect on company value.
Profitability has a positive and significant effect on dividend policy. The ability of each of

those independent variables to influence the change of company value is only 57,2%, the rest
is contribution of variables outside of this research model. The dividend policy does not
mediate effect of profitability on firm value.
Keywords: Firm Value, Profitability, Dividend policy.

I. PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi di Indonesia
memicu suatu persaingan yang ketat antar
perusahaan.
Persaingan
membuat
perusahaan
berupaya
meningkatkan
kreatifitas dan kinerja secara terus menerus
serta memiliki keunggulan kompetitif agar
dapat mencapai tujuan. Tujuan adalah
target kinerja yang menjadi indikator
keberhasilan atau kegagalan kinerja yang
telah direncanakan dan harapkan. Pada

umumnya perusahaan mempunyai tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan
jangka pendek perusahaan merupakan
memaksimalkan
profit
dengan
mengefisienkan segala sumber daya yang
dimiliki, sedangkan tujuan jangka panjang
perusahaan yaitu memaksimalkan nilai

perusahaan. Pentingnya nilai perusahaan
sangat dirasakan oleh perusahaan karena
dapat mencerminkan kinerja perusahaan
yang dapat mempengaruhi pandangan
investor, sebab tingginya nilai perusahaan
akan meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham.
Nilai perusahaan merupakan harga
yang ditentukan dan dibayar oleh investor
untuk suatu perusahan (Ika dan Shidiq,

2013) dalam Wijaya dan Sedana (2015).
Tingginya
nilai
perusahaan
akan
menciptakan kepercayaan pasar, bukan
hanya merupakan kinerja perusahaan saat
ini namun pada prospek perusahaan
dimasa mendatang. Harga saham biasanya
sering dikaitkan dengan nilai perusahaan,
1

dimana harga saham yang semakin tinggi
akan menunjukan nilai perusahaan dan
kemakmuran pemegang saham yang
semakin meningkat.
Berikut adalah grafik nilai perusahaan
sektor manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2015 :
Gambar 1.1 Grafik Nilai Perusahaan

Sektor Manufaktur di BEI Tahun 20132015
Rata-rata Price to book value
Perusahaan Manufaktur Periode
2013-2015
4
2,87
3

2,42

2,25
Price to
book
value

2
1
0
2013 2014 2015


Sumber : data IDX 2013-2015 yang
telah diproses
Berdasarkan grafik diatas menunjukan
bahwa nilai perusahaan sektor manufaktur
mengalami penurunan, tahun 2013 sebesar
2,87 ke 2,25 di tahun 2015. Kondisi
ekonomi global ditambah kinerja industri
yang
tumbuh
melambat
membuat
optimisme pasar untuk saham sektor
manufaktur menipis.
Dari artikel yang ditulis Achmad Dwi
Afriyadi tanggal 09 juni 2015 di
Liputan6.com, pada sekitar pertengahan
tahun 2015, dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI) performa saham di beberapa sektor
industri
menunjukan

Penurunan.
Perdagangan saham sektor manufaktur
turun sebesar 2,65 persen. Penurunan
kinerjaperusahaan-perusahaan disebabkan
oleh penurunan laba bersih, karena
penjualan
perusahaan
mengalami
kemerosotan
serta
daya
konsumsi
domestik juga melemah.
Berbagai aspek keuangan di dalam
perusahaan dapat berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, salah satunya yaitu rasio
profitabilitas
atau
kemampulabaan


perusahaan. Perusahaan yang memiliki
kinerja dan prospek yang bagus atau
tidaknya dimasa mendatang digambarkan
dengan profitabilitas. Menurut penelitian
Ayuningtias dan Kurnia (2013) bahwa
profitabilitas yang tinggi akan melahirkan
sentimen positif yang kuat pada para
investor, sehingga nilai perusahaan juga
akan meningkat.
Profitabilitas disamping mempengaruhi
nilai
perusahaan,
juga
dapat
mempengaruhi
kebijakan
dividen.
Kemampuan perusahaan dalam membayar
dividen berhubungan dengan kemampuan
perusahaan memperoleh laba (Nofrita,

2013).
Pembagian dividen yang
meningkat tiap periodenya akan sulit
dicapai
oleh
perusahaan
karena
keuntungan yang didapatkan perusahaan
tidak selalu mengalami peningkatan
melainkan adanya fluktuasi. Pembagian
dividen juga dapat dikatakan sebuah
permasalahan
yang
cukup
rumit
dikarenakan
adanya
perbedaan
kepentingan antara manajemen dan
pemegang saham. Pemilik perusahaan

(pemegang
saham)
menginginkan
pembayaran dividen yang besar sedangkan
pihak
manajemen
atau
pengelola
perusahaan menginginkan laba perusahaan
ditahan utuk melakukan investasi kembali
(Sari dan Sudjarni, 2015). Perbedaan
kepentingan ini sering disebut dengan
konflik keagenan. Perusahaan dapat
meminimalkan masalah keagenan adalah
dengan
menggunakan
mekanisme
kebijakan dividen (Septia 2015).
Selain itu kebijakan dividen merupakan
faktor

yang
dapat
membantu
meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan
pembayaran dividen adalah hal yang
penting karena menyangkut apakah laba
yang
diperoleh
perusahaan
akan
dibayarkan kepada investor atau akan
ditahan untuk di investasikan kembali
(Brigham dan Houston, 2011). Menurut
Myron Gordon dan John Lintner (1959)
dalam Brigham dan Houston (2011) bahwa
investor lebih meyukai keuntungan dalam
bentuk dividen dari pada keuntungan yang
2

diharapkan dari nilai modal. Apabila
perusahaan memiliki rasio pembagian
dividen yang stabil atau terus meningkat,
maka akan dapat menciptakan persepsi
positif pada para investor yang akan
meningkatkan harga saham dan nilai
perusahaan (Nofrita, 2013)
Dalam penelitian yang dilakukan masih
terdapat hasil yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Terkait dengan variabel
profitabilitas, beberapa riset menghasilkan
pengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan yang dihasilkan pada
penelitian Septia (2015) dan Chen and
Chen (2011), sedangkan penilitian
Munawaroh (2014) menunjukan hasil yang
berbeda yaitu profitabilitas berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan. Hasil Penelitian Kustini
(2013) menunjukan bahwa kebijakan
dividen berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, sedangkan
penelitian Abidin, Yusniar dan Ziyad
(2014) menyatakan bahwa kebijakan
dividen berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian mengenai profitabilitas yang
dilakukan oleh Ayuningtias dan Kurnia
(2013) dan Sari (2015) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap
kebijakan dividen, sedangkan penelitian
Nofrita (2013) menyatakan profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap kebijakan
dividen.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori keagenan
Agency theory atau teori keagenan
merupakan teori yang menjelaskan bahwa
pada umumnya pemegang saham dan
manajemen
perusahaan
memiliki
kepentingan yang berbeda. Agent atau
manajemen merupakan pihak yang
mengambil keputusan keuangan yang
berguna untuk kepentingan pemegang
saham, yaitu memakmurkan pemegang
saham, akan tetapi tidak selalu memenuhi
keinginan pemegang saham (Husnan dan
Pudjiastuti, 2015).

Terjadinya agency problem maka akan
muncul agency cost. Agency cost
merupakan biaya yang muncul karena
pengunaaan hutang perusahaan. Apabila
perusahaan mengalami agency problem
dapat diartikan bahwa pengunaan hutang
perusahaan akan merugikan kreditur,
sebab ada kemungkinan dana hutang
tersebut digunakan untuk investasi dengan
tingkat resiko yang tinggi, sedangkan
resiko tinggi menyebabkan penurunan
keuntungan kreditur (keuntungan yang
diterima merupakan keuntungan tetap).
Solusinya kreditur membuat perjanjian
yang berisi batasan tertentu seperti batasan
pembagian dividen guna meminimalkan
resiko tersebut (Sjahrial, 2007 dalam
Sudarsono,2015). Jadi, dengan adanya
pembatasan pembagian dividen akibat
agency problems, maka investor akan
cenderung memilih perusahaan yang
memiliki tingkat hutang yang lebih rendah,
sebab resiko terjadinya agency problem
semakin rendah dan pembagian laba dalam
bentuk dividen akan lebih stabil. Dividen
yang stabil akan menjadi tolok ukur bagi
investor untuk berinvestasi dan dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
2.2 Dividend Irrelevance Theory (Teori
Erelevansi Dividen)
Menurut Miller dan Modigliani
(1961) dalam Brigham dan Houston 2011
bahwa jika kebijakan dividen sebuah
perusahaan tidak memiliki pengaruh
terhadap nilai perusahaan dan modalnya,
maka kebijakan tersebut akan irrelevan.
Nilai perusahaan hanya dipengaruhi oleh
kemampuan dasar untuk mendapatkan laba
dan risiko bisnisnya, maka dengan kata
lain MM menyatakan bahwa nilai dari
sebuah perusahaan akan bergantung pada
laba yang diproduksi oleh aktivaaktivanya, bukan bagaimana laba tersebut
akan dibagi menjadi dividen dan saldo
ditahan.
2.3 Bird in the hand theory (Teori
Burung Ditangan)
Teori ini mengemukakan bahwa
dividen lebih baik dari pada saldo laba.
Karena pada akhirnya saldo laba mungkin
3

tidak akan pernah terwujud sebagai
dividen dimasa depan. Menurut Myron
Gordon dan John Lintner dalam (Brigham
dan Houston, 2011) biaya ekuitas akan
naik apabila dividen dikurangi, karena
pemegang saham akan membayarkan
keuntungan yang lebih tinggi. sebaliknya,
biaya ekuitas mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan pembayaran
dividen karena investor kurang yakin dapat
menerima keuntungan dari modal yang
seharusnya berasal dari saldo ditahan
dibandingkan dengan penerimaan dividen.
2.4 Teori sinyal (Signalling Theory)
Menurut Brigham dan Houston (2011)
signal merupakan suatu tindakan yang
diambil oleh manajemen perusahaan untuk
memberikan pentunjuk kepada investor
mengenai bagaimana manajemen menilai
prospek perusahaan. Modigliani dan Miller
(MM) dalam Brigham dan Houston (2011)
mengasumsikan bahwa investor maupun
manajemen mempunyai informasi yang
sama mengenai prospek suatu perusahaan.
Pada kenyataannya, manajemen seringkali
mempunyai informasi yang lebih baik
dibandinga
investor
(asymmetric
information).
Informasi
perusahaan
merupakan hal yang penting, karena dapat
mempengaruhi investor dan para pelaku
bisnis sebab informasi menyajikan
keterangan, gambaran atau catatan, baik
berupa keadaan masalalu maupun masa
yang akan datang.
Teori sinyal
memaparkan tentang
bagaimana manajemen memberikan sinyal
kepada investor guna meminimalkan
asimetri informasi melalui laporan
keuangan, hal ini akan dapat meningkatkan
nilai perusahaan. Peningkatan hutang juga
bisa
diartikan
investor
tentang
kemamapuan perusahaan untuk membayar
kewajibanya dimasa mendatang atau risiko
bisnis yang rendah, sehingga penambahan
hutang juga memberikan sinyal positif.
Dapat diartikan bahwa perusahaan yang
meningkatkan hutang dapat dilihat sebagai
perusahaan yang yakin dengan prospek
perusahaan dimasa mendatang (Brigham
dan Houston, 2011).

Teori sinyal menurut MM dalam
Brigham dan Houston (2011) berbuhungan
dengan kebijakan dividen perusahaan.
Kenaikan dividen diatas jumlah yang
diharapkan adalah suatu sinyal bagi
investor, hal ini diartikan bahwa
manajemen
perusahaan
mampu
meramalkan laba yang baik di masa depan.
Manajemen yang melalukan pembagian
dividen akan dapat meningkatkan nilai
perusahaan serta kemakmuran pemagang
saham.
Teori sinyal dapat disimpulkan sebagai
teori yang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, sebab terori ini mengurangi
perbedaan informasi dan memberikan
informasi yang bersangkutan dengan
kondisi perusahaan melalui laporan
keuangan.
2.5 Nilai perusahaan
Nilai suatu perusahaan merupakan
sebuah harga yang bersedia dibayarkan
oleh investor apabila suatu perusahaan
dijual. Menurut (Susanti, 2011) dalam
Sudarsono (2015) nilai suatu perusahaan
dapat tercermin melalui harga saham,
maka nilai suatu perusahaan merupakan
harga dari suatu perusahaan menurut
investor yang biasanya dapat dicerminkan
melalui harga sahamnya. Harga saham
mencerminkan kinerja dan prospek
perusahaan yang dapat meningkatkan
ekspektasi investor, sehingga investor
dapat bersedia melakukan investasi di
perusahaan tersebut. Ekspektasi investor
yang positif akan dapat memicu
peningkatan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan sangat penting karena apabila
nilai perusahaan meningkat maka akan
diikuti oleh tingginya kemakmuran
pemegang saham dan return yang diterima
juga
semakin
besar.
Besarnya
pengembalian atas
investasi dapat
mencerminkan tingkat investasi di suatu
perusahan, sebab investor lebih tertarik
dengan perusahaan yang mempunyai
prospek dan kinerja yang bagus.
2.6 Profitabilitas
Kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba disebut sebagai
4

profitabilitas. Menurut Brigham dan
Houston
(2010 ) menyatakan bahwa
profitabilitas merupakan hasil bersih dari
serangkaian kebijakan dan keputusan
dalam perusahan. Sebuah perusahaan
mempunyai orientasi untuk mendapatkan
laba
dengan
tidak
mengorbankan
kepentingan
pelanggan
untuk
mendapatkan kepuasan (Ayuningtias dan
Kurnia
2013).
Profitabilitas
suatu
perusahaan dapat berpengaruh terhadap
kebijakan para investor untuk berinvestasi.
Kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh laba dapat menarik para
investor untuk menginvestasikan dananya
guna memperluas usahanya, sebaliknya
tingkat profitabilitas yang rendah akan
menimbulkan penarikan dana oleh
investor. Bagi perusahaan, profitabilitas
dapat digunakan sebagai evaluasi kinerja
dan prospek perushaan (Hermuningsih,
2012).
Perusahaan
wajib
untuk
meningkatkan
laba
perusahaan.
Peningkatan laba dapat dicapai dengan
bekerja secara efektif dan efisien (Peppard
dan Rowland, 2004; dalam Ayungingtias
dan Kurnia 2013).
2.7 Kebijakan Dividen
Dividen
merupakan
proporsi
pembagian keuntungan yang diperoleh
perusahaan dan dibagikan kepada para
pemegang saham perusahaan. Apabila
perusahaan
mampu
menghasilkan
keuntungan
yang
tinggi
maka
kemungkinan besar para pemegang saham
dapat menikmati keuntungan tinggi dalam
bentuk dividen. Pembagian keuntungan
kepada pemegang saham perusahaan
diharapkan sebanding dengan jumlah
saham yang dipegang oleh masing-masing
pemilik.
Kebijakan dividen adalah keputusan
yang berkaitan dengan penggunaan laba,
dimana laba tersebut merupakan hak para
pemegang saham yang dapat dibagi dalam
bentuk dividen maupun laba yang ditahan
untuk diinvestasikan kembali. Kebijakan
dividen didalamnya terdapat pilihan yang
sulit antara pembagian keuntungan
sebagai dividen atau diinvestasikan

kembali. Hal ini dapat diartikan apabila
perusahaan membagikan laba sebagai
dividen maka akan terjadi pengurangan
tingkat pertumbuhan dan berpengaruh
negatif
terhadap
saham.
Apabila
perusahaan tidak membagikan dividen
maka prospek perusahaan akan diberikan
sinyal negatif oleh pasar (Septia 2015).
Peningkatan dividen memberikan sinyal
yang menguntungkan pada harapan
manager, namum penurunan dividen dapat
menunjukan persepsi negatif terhadap
prospek perushaan dimasa mendatang.
2.8 Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh profitabilitas terhadap
nilai perusahaan
Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan pemberoleh laba. Laba
diperoleh perusahaan kegiatan penjualan
maupun investasi. Profitabilitas juga
merupakan gambaran kinerja manajemen
dalam
pengelolaan
perusahaan.
Profitabilitas perusahaan dapat dihitung
dengan Return On Asset (ROA), dengan
membagi laba bersih setelah pajak dengan
total aset.
Semakin tinggi Return On Asset
(ROA)
mencerminkan
tingginya
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan keuntungan dan membuat
profitabilitas
perusahaan
tinggi.
Profitabilitas yang tinggi akan memberikan
sinyal positif untuk investor, hal ini akan
menjadi daya tarik investor untuk memiliki
saham perusahaan. Tingginya permintaan
saham akan membuat investor menghargai
nilai saham lebih besar dari pada nilai
yang tercatat pada neraca perusahaan,
sehingga price to book value (PBV)
perusahaan tinggi yang dapat diartikan
nilai perusahaan mengalami kenaikan.
Maka dapar diartikan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian Septia (2015)
dan Chen and Chen (2011) menunjukan
bahwa profitabiltas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
5

: Profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.

Pengaruh profitabilitas terhadap
kebijakan dividen

Para investor mempunyai tujuan
menanam modal pada saham perusahaanperusahaan terbuka untuk memperoleh
dividen. kebijakan dividen merupakan
kebijakan manajemen yang berkaitan
dengann pembayaran dividen kepada
pemegang saham, yang besar kecilnya
perolehan
dividen
tergantung
dari
perolehan laba perusahan (Riyanto, 2001).
Apabila perusahaan dapat memperoleh
keuntungan yang tinggi maka kesempatan
perusahan untuk membayar dividen juga
semakin
tinggi.
Hasil
penelitian
Ayuningtias dan Kurnia (2013) dan Sari
(2015)
menemukan
bukti
bahwa
profitabilitas mempunyai pengaruh positif
terhadap kebijakan dividen.
: Profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen
3.

Pengaruh
kebijakan
terhadap nilai perusahaan

dividen

Kebijakan dividen terhubung dengan
kebijakan perusahaan mengenai seberapa
besar dividen yang akan dibagikan kepada
para pemegang saham dari laba yang
dihasilkan. Besar kecilnya penerimaan
dividen akan mempengaruhi harga saham
sebuah perusahaan. Perusahaan yang
memberikan dividen tinggi juga akan
mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari
para investor, hal ini karena investor
menyukai kepastian mengenai return dari
investasi yang telah dilakukan dan
mengantisipasi
risiko
ketidakpastian
tentang
kebangkrutan
perusahaan.
Tingginya dividen akan membuat investor
tertarik untuk menginvestasikan dana
kepada perusahaan sehingga permintaan
saham akan meningkat. Permintaan saham
yang tinggi akan membuat price to book
value (PBV) perusahaan meningkat dan
nilai perusahaan pun tinggi. sehingga

kebijakan dividen memiliki pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian Kustini (2013) dan Nofrita
(2013) menunjukan bahwa kebijakan
dividen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
: Kebijakan dividen berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan
2.9 Model Empirik Penelitian
Model empiric penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Empirik Penelitian
KEBIJAKAN
DIVIDEN
H2

H3

NILAI
PERUSAHAAN

PROFITABILITAS
H1

Keterangan :
=

Pengaruh

Langsung

(Direct Effect)
=
Pengaruh
Langsung (Indirect Effect)

Tidak

III. METODE PENELITIAN.
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi
merupakan
jumlah
keseluruhan objek penelitian. Populasi
dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
dari
profitabilitas,
nilai
perusahaan, kebijakan dividen, dalam
periode 2013-2015.
3.3 Teknik Sampling
Metode pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode purposive sampling.
Metode sampling tersebut membatasi
pemilihan sampel berdasarkan kriteria
tertentu. Berikut kriteria perusahaan yang
6

akan dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian :
1. Perusahaan manufaktur yang sudah dan
masih terdaftar di BEI selama periode
tahun 2013 sampai akhir tahun 2015.
2. Perusahaan
manufaktur
yang
menerbitkan laporan keuangan selama
periode 2013-2015.
3. Perusahaan
manufaktur
yang
mempunyai laba bersih positif selama
periode 2013-2015.
4. Perusahaan
manufaktur
yang
membagikan dividen tiga tahun berturut
– turut selama periode penelitian.
5. Perusahaan
manufaktur
yang
mempunyai
data
lengkap
yang
dibutuhkan dalam penelitian.
3.3 Definisi
Operasional
dan
Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian
ini adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan merupakan sebuah harga yang
bersedia dibayarkan oleh investor apabila
suatu perusahaan dijual. Nilai Perusahaan
diproksikan Price to Book Value (PBV)
(Brigham dan Houston, 2011) yang
merupakan perbandingan harga saham
dengan nilai buku perlembar saham.
Variabel ini dihitung dengan rumuskan
sebagai berikut:
PBV =
2.

Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian
ini adalah profitabilitas. Profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Return on Asset
(ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang merupakah hasil
pembagian antara laba bersih dengan total
aset. Return on Asset (ROA) menunjukan
seberapa banyak keuntungan yang dapat
diperoleh dari total kekayaan yang dimiliki
perusahaan. Return on Asset (ROA)
dirumuskan sebagai berikut :

ROA =

3.

x 100

Variabel Intervening

Variabel intervening dalam penelitian
ini adalah kebijakan dividen. Kebijakan
dividen adalah keputusan yang berkaitan
dengan penggunaan laba, dimana laba
tersebut merupakan hak para pemegang
saham yang dapat dibagi dalam bentuk
dividen maupun laba yang ditahan untuk
diinvestasikan kembali. Kebijakan dividen
diproksikan melalui Dividend Payout
Ratio (DPR). Dividend Payout ratio
merupakan [erbandingan dividen yang
dibayarkan dengan laba yang tersedia bagi
pemegang saham. variabel ini diukur
dengan persen (%) yang dirumuskan
sebagai berikut (Riyanto, 2001):
DPR =

IV. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
4.1
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari periode 20132015. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling
yaitu metode yang membatasi pemilihan
sampel berdasarkan kriteria tertentu.
populasi yang diperoleh dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2013 hingga tahun
2015 berjumlah 149 perusahaan. setelah
dikurangi dengan perusahaan yang tidak
memenuhi kriteria penelitian yang
didapatkan sebanyak 31 perusahaan,
dengan periode penelitian 3 tahun, yang
kemudian
dikalkulasi
menjadi
93
observasi (31 x 3).
4.2 Uji Normalitas
Dari uji normalitas model 1 diperoleh
nilai Zskewness adalah 1,219 sedangkan
nilai Zkurtosis adalah -0,342. Hasil ini
menunjukan bahwa nilai Zskewness dan
Zkurtosis lebih kecil dari taraf signifikansi
7

5% = 1,96. Hal ini menunjukan bahwa
variabel residual terdistribusi normal.
Uji normalitas model 2 diperoleh nilai
Zskewness adalah 0,248 sedangkan nilai
Zkurtosis
adalah -0,268. Hasil ini
menunjukan bahwa nilai Zskewness dan
Zkurtosis lebih kecil dari taraf signifikansi
5% = 1,96. Hal ini menunjukan bahwa
variabel residual terdistribusi normal.
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.4.1 Uji Multikolonieritas
Dari uji multikolonieritas diperoleh
nilai tolerance dari semua variabel
independen lebih dari 0,1 dan hasil nilai
VIF kurang dari 10 hal ini menunjukan
bahwa tidak ada multikolonieritas antara
variabel dalam model regresi ini.
4.4.2 Uji Autokorelasi
Berdasarkan uji autokorelasi model 1
dengan jumlah variabel independen (k =
2) dan banyaknya data (n = 64) dengan
level signifikansi 0,05 (5%) DW tabel
adalah :

disimpulkan DW test terletak pada daerah
tidak autokorelasi.
4.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan uji heteroskedastisitas
yang telah dilakukan mendapatkan hasil
uji yang menunjukan bahwa tidak satupun
variabel independen yang signifikan secara
satistik mempengaruhi variabel Absolut
(abs). Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan
5% (0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa
data tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.5.Uji Model Penelitian
4.5.1 Analisis Regresi
4.5.1.1
Analisis
Regresi
Berganda
Model 1
Tabel 4.13
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Model

1

dI = 1,531

4-di = 2,469

du =1,660

4-du = 2,340

1,660