Efektivitas Penggunaan E-Faktur Dalam Upaya Meningkatkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dikantor Pelayanan Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Chapter III V
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK
A. Pengertian Pajak
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus
dan
berkesinambungan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan
tujuan tersebut perlubanyak memperhatikan masalah pembiyaan pembangunan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam
negeri berupapajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna bagi kepentingan bersama.
Apabila membahas pengertian pajak, menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Banyak para ahli
memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang
dikemukakan oleh P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso
Brotodihardjo (1991:2) : “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
32
Universitas Sumatera Utara
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Dalam definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak,
sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur. Apabila
memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian pajak dapat
dibedakan dari berbagai macam ragamnya, yaitu dari segi ekonomi, segi hukum,
segi sosiologi, dan lain sebagainya. Hal ini segi daya beli, namun kebanyakan
lebih bercorak pada ekonomi.
Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya
adalah sebagai berikut :
1.
Pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam
disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong
Royong” menyatakan : “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau
barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Dari definisi di
atas tidak tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada
istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan dengan
kontraprestasi menekankan pada mewujudkan konraprestasi itu
diperlukan pajak.
2.
Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan
Pajak Pendapatan (Suandy, 2011) menyatakan : “Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat
dipakasakan)
dengan
tidak
mendapat
jasa
timbal
33
Universitas Sumatera Utara
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut :
1.
Pajak
dipungut
berdasarkan
Undang-Undang
serta
aturan
ditunjukkan
adanya
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2.
Dalam
pembayarn
pajak
tidak
dapat
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3.
Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4.
Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yang
bila
dari
pemasukkannya
masih
terdapat
surplus,
dipergunakan untuk membiayaipublic investment.
5.
Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu
mengatur.
B. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak
dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebgaai berikut :
1.
Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh :
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam
negeri.
34
Universitas Sumatera Utara
2.
Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksnakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonmi. Sebagai contoh :
dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras,
dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.
C. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat dan Pemungutannya
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, adalah sebagai
berikut :
1.
Menurut Golongan atau Pembebanan
1.1. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban
langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak
Penghasilan
1.2. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai.
2.
Menurut Sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian
nya berdasarkan ciri-ciri prinsip adalah sebagai berikut :
35
Universitas Sumatera Utara
2.1. Pajak Subjektif
Pajak
subjektif
adalah
pajak
yang
berpangkal
atau
berdasarkan padasubjeknya yang selanjutnya dicari syarat
objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib
Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2.2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
3.
Menurut Pemungut dan Pengelolanya
3.1. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunkan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Materai.
3.2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungutoleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah.
Contoh:
Pajak
Reklame,Pajak
Hiburan,
Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak
Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan pedesaan.
36
Universitas Sumatera Utara
D. Cara Pemungutan Pajak
Cara pemungutan pajak adalah sebagai berikut:
1.
StelselPajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 (tiga)stelsel, yaitu :
1.1. Stelselnyata (rill stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang
nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir
tahun pajak, yakni setelah penghasilan sesungguhnya telah dapat
diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan
lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan
pada akhir periode (setelah penghasilan rill diketahui).
1.2. Stelselanggapan (fictive stelsel)
Penganaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh Undang-Undang, sebagai contoh: penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal
tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang
untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak
yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu
akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
1.3.Stelsel campuran
Stelselini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan.
Pada
awal
tahun,
besarnya
pajak
dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
37
Universitas Sumatera Utara
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada
pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah
kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil,
maka kelebihannya dapat diminta kembali.
2.
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
2.1. SistemOfficial Assessment
System ini merupakan sisem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciriofficial assessment system adalah sebagai berikut :
2.1.1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang berada pada fiskus.
2.1.2. Wajib Pajak bersifat pasif
2.1.3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat
ketetapan pajak oleh fiskus.
2.2. Sistem Self Assessment
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
38
Universitas Sumatera Utara
2.3. SistemWithholding
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
E. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau
Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung,
maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan
penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir)
tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.Mekanisme pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga
muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan
PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak
masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual
produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP
membeli, memperoleh, atau membuat produknya.Indonesia menganut sistem tarif
tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan
untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut
revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000.
39
Universitas Sumatera Utara
F. Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM)
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian, mekanisme pengenaan
PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undangundang PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :
c. penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang
dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena
Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya.
d. impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.Dengan
demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP
Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada
saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi pada
rantai penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut
PPNBM tentu saja pabrikan BKP Mewah pada saat melakukan
penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM
atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir berbarengan
dengan pembayaran PPN impor dan PPh Pasal 22 Impor.
G. Faktur Pajak Manual Dan e-Faktur Pajak
Faktur pajak manual adalah faktur pajak yang dibuat secara tertulis oleh
wajib pajak badan yang PKP. Dalam hal pembuatan faktur pajak secara manual
sering terjadi penyalahgunaan pengusaha kena pajak dalam pembuatan faktur
pajak manual dan beban administrasi faktur pajak. Dalam hal penyalahgunaan
40
Universitas Sumatera Utara
pengusaha kena pajak dalam pembuatan faktur pajak manual sering terjadi hal-hal
seperti non PKP menerbitkan faktur pajak, faktur pajak tidak/terlambat terbit,
faktur pajak fiktif, faktur pajak ganda sehingga membuat kepatuhan PKP menurun
dan penerimaan PPN kurang optimal dan beban administrasi faktur pajak
membuat PKP aktif 500 ribu, faktur pajak per tahun 200 juta, SPT per tahun 2
juta, pelaporan sebagian manual sehingga membuat biaya kepatuhan dan beban
pengawasan. Maka pada tahun 2011 pihak Direktorat Jendral Pajak melakukan
evaluasi eSPT dan peraturan eSPT sehingga pada tahun 2012 terjadi kebijakan
pengukuhan PKP, peningkatan penggunaan eSPT, registrasi ulang PKP, dan tim
kajian komprehensif. Pada tahun 2013 pihak Direktorat Jendral Pajak memperluas
basis eSPT, validasi faktur pajak, eTax Invoice : Pilot Project, dan segmentasi
PKP. Maka pada tahun 2014 lahirlah peraturan baru dari Direktur Jendral Pajak
tentang aplikasi e-Faktur untuk PKP. Agar mempermudah para wajib pajak badan
yang PKP membuat faktur pajak sehingga tidak akan ada lagi penyalahgunaan
pengusaha kena pajak dalam pembuatan faktur pajak.
e-Faktur Pajak adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan dan atau disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak.
Pemberlakuan e-Faktur
dimaksudkan
untuk
memberikan
kemudahan,
kenyamanan, dan keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan khususnya pembuatan Faktur Pajak. Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang diwajibkan membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Pemberlakuan e-Faktur
dilakukan secara bertahap sejak 1 Juli 2014 kepada PKP tertentu. PKP yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa dan Bali wajib menggunakan e-
41
Universitas Sumatera Utara
Faktur per 1 Juli 2015. Sedangkan pemberlakukan e-Faktur secara nasional akan
secara serentak dimulai pada 1 Juli 2016. PKP yang telah wajib e-Faktur namun
tidak menggunakannya, secara hukum dianggap tidak membuat faktur pajak
sehingga akan dikenakan sanksi pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP),
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa
Kena Pajak (JKP). Artinya, ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena
pajak, ia harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti dirinya telah
memungut pajak dari orang yang telah membeli barang/jasa kena pajak tersebut.
Perlu diingat bahwa barang/jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai
biaya pajak selain harga pokoknya.PKP adalah bisnis/perusahaan/pengusaha yang
melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau JKP yang dikenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).Faktur Pajak harus dibuat oleh PKP untuk setiap
penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP.
Adapun perbedaan antara faktur pajak manual dan faktur pajak berbentuk
elektronik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Perbedaan Faktur Pajak Manual & Faktur Pajak Elektronik
No Keterangan
1.
Format/Lay Out
Faktur Pajak Manual Faktur Pajak Elektronik
Bebas tidak ditentukan
Ditentukan oleh
dan dapat mengikuti
aplikasi/sistem yang
contoh di lampiran per- ditentukan dan atau
24
disediakan oleh DJP
42
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
Tanda Tangan
Bentuk & lembar
Tanda tangan basah
Tanda tangan elektronik
diatas faktur pajak
berbentuk QR code
manual
(terlampir)
Diwajibkan berbentuk
Tidak diwajibkan untuk
kertas dan jumlah
dicetak dalam bentuk kertas
lembar diatur
4.
PKP yang
Seluruh PKP
PKP yang ditetapkan oleh
membuat
Direktorat Jendral Pajak
5.
Jenis Transaksi
seluruh
Penyerahan BKP/JKP saja
6.
Prosedur
-
e-Faktur dilaporkan ke DJP
lapor/upload &
dengan cara upload dan
persetujuan DJP
mendapat persetujuan DJP
7.
Mata uang
Rupiah & Dollar
Rupiah
8.
Pelaporan SPT
Menggunakan aplikasi
Menggunakan aplikasi yang
PPN
tersendiri
sama dengan aplikasi
pembuatan e-Faktur
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas diketahui bahwa pada dasarnya
ada beberapa jenis-jenis faktur pajak yang cukup penting diketahui, diantaranya
yaitu :
43
Universitas Sumatera Utara
1. Faktur pajak standart adalah faktur pajak yang di buat sesuai dengan
aturan yang berlaku. Faktur jenis ini harus memenuhi syarat formal
maupun material. Dalam faktur pajak ini minimal harus memuat:
a. Nama, Alamat, dan NPWP yang melakukan penyerahan atau
pembelian BKP atau JKP.
b. Jenis Barang atau Jasa, Jumlah harga jual atau penggantian, dan
potongan harga.
c. PPN yang dipungut.
d. PPnBM yang dipungut.
e. Kode, Nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak, dan
f. Nama, Jabatan, dan tanda tangan yang berhak.
2. Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa
kena pajak, dan atau barang kena pajak yang tergolong dalam barang
mewah.
3. Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP
ketika melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena
pajak dari PKP lainnya.
4. Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah
terbit sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan
pengisian NPWP. Sehingga harus dilakukan pembetulan agar sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
44
Universitas Sumatera Utara
5. Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang
meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena
pajak atau jasa kena pajak yang sama selama satu bulan kalender.
6. Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan
identitas pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat
oleh PKP Pedagang Eceran.
7. Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap,
jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam
pengisian kode dan nomor seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan
dengan membuat faktur pjak pengganti.
8. Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan
adanya pembatalan transaksi. Pembatalan faktur pajak juga harus
dilakukan ketika ada kesalahan pengisian NPWP dalam faktur pajak.
Ada pula dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
faktur pajak. Yaitu dokumen yang tidak memiliki format sebagaimana faktur
pajak pada umumnya, tetapi tetap dipersamakan kedudukannya dengan faktur
pajak. Contohnya adalah tagihan listrik, tagihan pemakaian air, tagihan telepon
selular, dan lain sebagainya.
45
Universitas Sumatera Utara
H. Dasar Hukum e-Faktur Pajak
Adapun dasar hukum e-faktur pajak adalah :
1. Aplikasi e-Faktur ditetapkan sesuai PER-16/PJ/2014 dan KEP136/PJ/2014
2. UU Nomor 42 TAHUN 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU
Nomor 8 TAHUN 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM.
3. PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata
Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.
4. PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua atas PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka
Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau
Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak.
5. PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur
Pajak berbentuk Elektronik.
I.
Mekanisme Pembuatan e-Faktur Melalui Client Application
Adapun beberapa mekanisme pembuatan e-Faktur pajak melalui Client
Application, yaitu :
1. PKP meminta nomor seri faktur pajak ke Direktorat Jenderal Pajak
melalui website secara online.
2. Direktorat Jenderal Pajak akan memberikan nomor seri faktur dan
mencatat dalam database.
46
Universitas Sumatera Utara
3. PKP membuat faktur pajak menggunakan nomor seri faktur tersebut
dan mengirimkan data tersebut ke Direktorat Jenderal Pajak untuk
memperoleh Approval.
4. Direktorat Jenderal Pajak memberikan approval setelah memvalidasi
identitas PKP pembuat faktur pajak dan nomor seri faktur yang
digunakan.
5. PKP pembeli melakukan pengkreditan pajak masukan melalui aplikasi
e-Faktur (matching PM-PK otomatis).
6. Direktorat Jenderal Pajak melakukan approval pengkreditan pajak
masukan.
Gambar 3.1 : Mekanisme Pembuatan e-Faktur Melalui Client Application
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
47
Universitas Sumatera Utara
J.
Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang
Telah Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Adapun wajib pajak badan yang telah terdaftar di KPP Pratama Medan
Polonia pada tahun 2016 dan jumlah PKP yang telah melaporkan SPT Masa PPN
masa januari s/d desember 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang Telah
Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Jumlah WP Badan 2016
14.814
Jumlah PKP Total
2.949
Januari
1.864
Februari
1.882
Maret
1.866
April
1.894
Mei
1.891
Juni
1.874
Juli
1.542
Agustus
1.578
September
1.629
Oktober
1.648
November
1.665
Desember
1.602
Jumlah PKP Lapor SPT
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
48
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah wajib pajak
badan di KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2016 berjumlah 14.814 wajib
pajak dengan jumlah PKP total 2.949.
K. Permasalahan Yang Sering Terjadi Oleh PKP Dalam Peggunaan eFaktur
Sebelum mengetahui keefektivitasan penggunaan e-Faktur oleh wajib
pajak badan, ada beberapa penyebab permasalahan yang sering terjadi atau yang
sering dialami oleh wajib pajak dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 3.3
Permasalahan Yang Sering Terjadi Dalam Penggunaan Applikasi e-Faktur
Oleh Wajib Pajak Badan
No
1.
Permasalahan
Error Database
Penyebab
- File didalam folder database ada yang
corrupt atau hilang (misal : corrupt karena
mengcopydatabase saat aplikasi menyala)
- Didalam folder database tidak terdapat
folder EtaxInvoice atau terdapat folder
selain
folder
EtaxInvoiceyang
bukan
tercreate dari proses tambah database
- Versi aplikasi tidak sama dengan versi
database
- Komputer server PKP mati / database
belum distart sebagai server (dalam hal
menggunakan
konfigurasi
networkdatabase)
49
Universitas Sumatera Utara
2.
Input ke database tidak Koneksi antara server dan client terputus
berhasil, periksa kembali (Network Database)
data yang akan diinput
3.
Format NPWP tidak sesuai Isian data NPWP tidak sesuai dengan format
dan/atau tidak sesuai dengan cek digit
4.
Lawan
transaksi
tidak
lengkap
- Kolom pertama baris lawan transaksi (LT)
pada CSV tidak memakai diisi LT
- Kolom isian pada baris LT kurang atau
format isi datanya tidak sesuai dengan
skema impor
5.
Range nomor faktur sudah Menginputkan referensi range nomor faktur
terdaftar
yang sama atau beririsan dengan salah satu
range nomor faktur yang sudah direkam
6.
7.
Nomor
faktur
tidak Merekam atau mengimpor faktur keluaran
termasuk
dalam
range dengan nomor yang tidak ada dalam range
referensi nomor faktur
direferensi nomor faktur
Range
- Belum menginputkan range nomor faktur
faktur
tersedia,
tidak
daftarkan
referensi
nomor
faktur
- Nomor faktur yang terpakai sudah sampai
ke range nomor terakhir yang ada
terlebih dahulu
8.
Masa faktur lebih besar Merekam retur manual untuk faktur pajak
dari tanggal EtaxReady, keluaran yang seharusnya sudah mengguna
faktur
harus
direkam kan e-Faktur
dengan EtaxInvoice
9.
Tanggal retur tidak boleh Menginput tanggal retur lebih kecil dari
lebih kecil dari tanggal tanggal faktur yang diretur
faktur
10.
Masa retur tidak boleh Menginput masa retur lebih kecil dari
lebih kecil dari tanggal tanggal retur
retur
11.
Tanggal faktur sebelum Merekam / mengimpor data faktur pajak
Etax Ready
keluar dengan tanggal faktur sebelum PKP
50
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan sebagai pengguna e-Faktur
12.
Tidak dapat menghubungi Tidak terhubung dengan internet
Etax Invoice server
13.
Tanggal faktur pajak lebih Tanggal faktur pajak lebih muda dari
kecil dari tanggal nomor tanggal surat pemberitahuan nomor seri
seri faktur, tanggal faktur faktur pajak
tidak dapat
14.
File tidak ditemukan
File csv yang akan diimpor tidak ada
15.
Nomor faktur tidak benar
- Nomor faktur yang diinput tidak sesuai
dengan tanggal faktur
- Merekam/impor dokumen lain pengganti
untuk dokumen lain yang belum direkam
diaplikasi
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Dari beberapa permasalahan diatas, ini sering terjadinya apabila wajib
pajak tidak melakukan penginputan data sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Untuk itu kepada pihak fiskus harus siap melayani dan membantu wajib pajak
dalam menggunakan aplikasi terbaru dari DJP yaitu aplikasi e-Faktur.
51
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI DATA
A. Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan
Pengertian wajib pajak atau yang sering disebut WP merupakan individu
atau orang atau suatu badan usaha yang merupakan subyek pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan dalam hal perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan termasuk di dalamnya pemotong pajak atau pemungut
pajak tertentu. Wajib pajak ini adalah kewajiban setiap orang khususnya orang di
Indonesia yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.
Setiap orang di Indonesia wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan
nomor pokok wajib pajak atau biasa disebut NPWP kecuali ditentukan di dalam
undang-undang. Pengertian wajib pajak pribadi merupakan setiap orang sendiri
atau pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak.
Wajib pajak tersebut terdiri dari:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak orang pribadi dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi yang
memiliki penghasilan dari usaha, wajib pajak orang pribadi yang memiliki
penghasilan dari pekerjaan bebas serta wajib pajak orang pribadi yang
memiliki penghasilan dari pekerjaan.
2. Wajib Pajak Badan
Wajib pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
52
Universitas Sumatera Utara
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk
hukum lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
3. Wajib Pajak Bendahara sebagai pemungut dan pemotong pajak
Wajib pajak bendahara sebagai pemungut dan pemotong pajak ini
dilakukan oleh Bendahara Pemerintah Pusat dan juga Bendahara
Pemerintah Daerah.Pengertian Wajib Pajak ini juga memiliki jenis lain.
Wajib pajak ini dibedakan berdasarkan tempat terdaftarnya seseorang atau
badan yang melakukan wajib pajak. Selain wajib pajak orang pribadi
tertentu, pendaftaran wajib pajak juga dilakukan di wajib pajak domisili
atau secara tunggal. Selain itu, dapat dilakukan oleh wajib pajak pusat.
Selanjutnya dilakukan oleh wajib pajak cabang. Pengertian wajib pajak
secara teori memang diwajibkan untuk seluruh warga Indonesia. Dengan
melakukan pembayaran pajak tentunya pemasukan negara agar dapat
memperbaiki infrastruktur maupun yang lainnya juga akan membantu
orang lain. Namun sekarang ini pembayaran pajak ini sering kali tersendat
karena adanya rasa tidak percaya pada oknum-oknum yang sering
melakukan korupsi. Pengertian wajib pajak yang berdasarkan teori ini
memang membuat warga Indonesia dapat didata lebih lanjut. Terutama
dalam hal penghasilan mereka. Kesejahteraan mereka juga dapat dilihat
dari mereka yang memiliki nomor pokok wajib pajak atau NPWP. Dengan
memiliki NPWP ini tentu saja akan dapat mendata masyarakat Indonesia
53
Universitas Sumatera Utara
yang sudah memiliki penghasilan yang cukup. Itu sebabnya untuk
mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak diperlukan penghasilan yang
berbeda untuk setiap daerah. Karena di setiap daerah di Indonesia
memiliki UMK yang berbeda satu sama lain dan pendaftaran wajib pajak
juga akan berbeda untuk setiap daerah di Indonesia.
B. Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang
Telah Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Adapun wajib pajak badan yang telah terdaftar di KPP Pratama Medan
Polonia pada tahun 2016 dan jumlah PKP yang telah melaporkan SPT Masa PPN
Masa Januari s/d Desember 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang Telah
Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Jumlah WP Badan 2016
14.814
Jumlah PKP Total
2.949
Jumlah PKP Lapor SPT
Januari
1.864
Februari
1.882
Maret
1.866
April
1.894
Mei
1.891
54
Universitas Sumatera Utara
Juni
1.874
Juli
1.542
Agustus
1.578
September
1.629
Oktober
1.648
November
1.665
Desember
1.602
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah wajib pajak
badan di KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2016 berjumlah 14.814 wajib
pajak dengan jumlah PKP total 2.949 dan jumlah PKP yang telah melaporkan
SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016 adalah sekitar 65.57%.
Maka dapat dianalisis bahwasannya wajib pajak badan di KPP Pratama
Medan Polonia tahun 2016 sebanyak 14.814 dan dari seluruh jumlah wajib pajak
badan di KPP Pratama Medan Polonia hanya sekitar 19.90% yang telah terdaftar
sebagai PKP yaitu sebanyak 2.949 PKP dan selebih nya Non PKP artinya masih
banyak wajib pajak badan yang belum dikukuhkan menjadi PKP untuk bisa
menggunakan aplikasi e-Faktur sedangkan jumlah PKP yang melaporkan SPT
Masa PPN dapat kita lihat dalam tabel diatas setiap bulan nya masih bersifat
dinamis atau sering berubah-ubah jumlah nya, maka pegawai DJP harus
mengeluarkan surat himbauan kepada setiap PKP yang belum melaporkan SPT
Masa PPN dengan tegas dan terus membimbing para PKP yang masih kurang
paham tentang aplikasi terbaru dari DJP yaitu e-Faktur.
55
Universitas Sumatera Utara
C. Penyebab Permasalahan Yang Sering Terjadi Oleh PKP Dalam
Peggunaan e-Faktur
Ada beberapa penyebab permasalahan yang sering terjadi atau yang sering
dialami oleh wajib pajak adalah sebagai berikut.
1. Error Databasedikarenakan :
- File didalam folder database ada yang corrupt atau hilang (misal :
corrupt karena mengcopydatabase saat aplikasi menyala)
- Didalam folder database tidak terdapat folder EtaxInvoice atau
terdapat folder selain folder EtaxInvoiceyang bukan tercreate dari
proses tambah database
- Versi aplikasi tidak sama dengan versi databaseKomputer server
PKP mati / database belum distart sebagai server (dalam hal
menggunakan konfigurasi networkdatabase).
2. Input ke database tidak berhasil, periksa kembali data yang akan
diinput dikarenakan koneksi antara server dan client terputus
(Network database).
3. Format Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak sesuai dikarenakan
isian data NPWP tidak sesuai dengan format dan/atau tidak sesuai
dengan cek digit.
4. Lawan transaksasi tidak lengkap dikarenakan :
- Kolom pertama baris lawan transaksi (LT) pada CSV tidak
memakai diisi LT
- Kolom isian pada baris LT kurang atau format isi datanya tidak
sesuai dengan skema impor.
5. Range nomor faktur sudah terdaftar dikarenakan menginputkan
referensi faktur yang sama atau beririsan dengan salah satu range
nomor faktur yang sudah direkam.
6. Nomor faktur tidak termasuk dalam range referensi nomor faktur
dikarenakan merekam atau mengimpor faktur keluaran dengan
nomor yang tidak ada dalam range direferensi nomor faktur.
56
Universitas Sumatera Utara
7. Range faktur tidak tersedia, daftarkan referensi nomor faktur terlebih
dahulu dikarenakan :
- Belum menginput range nomor faktur
- Nomor faktur yang terpakai sudah sampai ke range nomor
terakhir yang ada
8. Masa faktur lebih besar dari tanggal eTax Ready, faktur harus
direkam dengan eTax Invoice dikarenakan merekam retur manual
untuk faktur pajak keluaran yang seharusnya sudah menggunakan eFaktur.
9. Tanggal retur tidak boleh lebih kecil dari tenggal faktur dikarenkan
menginput tanggal retur lebih kecil dari tanggal yang diretur.
10. Masa retur tidak boleh lebih kecil dari tanggal retur dikarenakan
menginput masa retur lebih kecil dari tanggal retur
11. Tanggal faktur sebelum eTax Ready dikarenakan merekam atau
mengimpor data faktur pajak keluar dengan tanggal faktur sebelum
PKP ditetapkan sebagai pengguna e-Faktur.
12. Tidak dapat menghubungi eTax Invoice server dikarenakan tidak
terhubung internet.
13. Tanggal faktur pajak lebih kecil dari tanggal nomor seri faktur,
tanggal faktur tidak dapat dikarenkan tanggal faktur pajak lebih
muda dari tanggal surat pemberitahuan nomor seri faktur pajak.
14. File tidak ditemukan dikarenakan file csv yang akan diimpor tidak
ada.
15. Nomor faktur tidak benar dikarenakan :
-
Nomor faktur yang diinput tidak sesuai dengan tanggal faktur
-
Merekam/impor dokumen lain pengganti untuk dokumen lain
yang belum direkam di aplikasi.
57
Universitas Sumatera Utara
D. Cara Penyelesaian Setiap Permasalahan Yang Sering Terjadi Oleh
PKP Dalam Penggunaan e-Faktur
Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan e-Faktur
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, penulis mencoba
meberikan beberapa alternatif penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Dalam permasalahan yang pertama ada beberapa hal yang harus
diketahui yaitu :
a. Pastikan
dalam
folder
log,seg0
folder
dan
database(DB)>EtaxInvoiceterdapat
tmp
serta
file
db.
lck,
README_DO_NOT_TOUCH_FILE, dan service.properties.
b. Pastikan folder db berisi folder EtaxInvoicedengan isi folder
sesuai pada nomor
(a) dan tidak ada folder selain
EtaxInvoiceyang ditambahkan sendiri.
c. Jalankan aplikasi saat terhubung dengan internet untuk dapat
melakukan update database aplikasi.
2. Pastikan komputer server dan client terkoneksi dengan baik
kemudian ulangi proses.
3. Isikan NPWP dengan angka 15 digit dan benar.
4. Periksa file CSV, cek kolom dan isian data pada baris lawan
transaksi. Pastikan sesuai dengan skema impor dari DJP.
5. Periksa kembali range nomor faktur. Pastikan range yang akan
direkam belum ada didaftar referensi range nomor faktur.
6. Periksa kembali nomor faktur yang digunakan dan dipastikan nomor
faktur tersebut berada dalam range di referensi nomor faktur.
7. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Inputkan range nomor faktur yang diperoleh dari kantor
pelayanan pajak
-
Dalam hal nomor merekam faktur dengan nomor yang terlewat
dan masih didalam range, klik OK pada error dan lanjutkan
rekam faktur dengan mengisi 8 digit nomor seri secara manual
atau bisa dengan melakukan impor.
8. Rekam pajak keluarannya terlebih dahulu dan lakukan upload.
58
Universitas Sumatera Utara
9. Isikan tanggal retur lebih besar sama dengan tanggal faktur pajak
yang diretur.
10. Isikan masa retur sama dengan bulan retur.
11. Cek tanggal faktur pajak. Faktur pajak dengan tanggal transaksi
sebelum ditetapkan sebagai pengguna eTax tidak bisa dibuat melalui
aplikasi e-Faktur.
12. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Cek koneksi internet, pastikan komputer terhubung dengan
internet.
-
Apabila koneksi internet dengan proxy, pastikan sudah
melakukan setting proxy aplikasi dengan benar di menu
Referensi > Setting Aplikasi.
13. Pastikan kembali nomor seri faktur pajak digunakan setelah tanggal
pemberitahuan.
14. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Periksa kembali lokasi tempat file CSV yang akan diimpor
telah sesuai dengan lokasi fileCSV yang ada diform impor.
-
Ulangi kembali proses impor dengan mengklik tombol opendan
arahkan ke folder file CSV yang sebenarnya.
15. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Cek nomor faktur dan tanggal faktur. Faktur dengan nomor
xxx-yy.xxxxxxxx hanya bisa dipakai untuk penyerahan ditahun
yy.
-
Rekam/impor terlebih dahulu dokumen lain yang akan diganti.
Setelah itu rekam/impor dokumen lain penggantinya.
59
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. KPP Pratama Medan Polonia telah menerapkan aplikasi e-Faktur
sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER16/PJ/2014tentang tata cara pembuatan dan pelaporan faktur pajak
berbentuk elektronik dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-136/PJ/2014tentang penerapan pengusaha kena pajak yang
diwajibkan membuat faktur pajak berbentuk elektronik. Hal ini
terlihat pada wajib pajak badan dan PKP yang setiap melakukan
transaksi jual beli menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik dan
ada juga sebagian dari wajib pajak badan dan PKP belum
menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik jadi dapat kita ketahui
penggunaan aplikasi e-Faktur di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia ini masih belum efektif sepenuhnya digunakan oleh
wajib pajak badan dan PKP.
2. Selama peraturan baru yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak,
banyak wajib pajak badan yang terdaftar sebagai PKP mendapatkan
beberapa masalah dalam menggunakan aplikasi e-Faktur itu
dikarenakan mereka kurang mendapatkan sosialisasi dari pihak DJP
bagaimana cara penggunaan aplikasi e-Faktur dan ada sebagian dari
60
Universitas Sumatera Utara
mereka yang belum sadar betapa mudahnya menggunakan aplikasi eFaktur tanpa harus melakukan pembuatan faktur pajak secara manual.
Setiap permasalahan-permasalahan yang timbul pada penggunaan eFaktur memiliki solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
sehingga aplikasi e-Faktur bisa digunakan secara efektif oleh wajib
pajak badan dan PKP.
B. Saran
Pada bagian ini terdapat beberapa saran yang mungkin dapat
dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut :
a. Untuk KPP Pratama Medan Polonia perlu meningkatkan kembali
peninjauan terhadap wajib pajak badan dan PKP yang belum
menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik dan menghimbau
untuk segera menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik karena
faktur pajak berbentuk elektronik ini sangat baik digunakan untuk
wajib pajak badan dan PKP.
b. KPP Pratama Medan Polonia dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut, antara lain : melakukan penyuluhan dan sosialisasi terhadap
wajib pajak badan dan PKP mengenai aplikasi e-Faktur baik melalui
seminar maupun media massa, mendengarkan semua keluhan dan
masalah dari wajib pajak badan dan PKP, membantu dalam mengatasi
masalah yang dihadapi oleh wajib pajak badan dan PKP sehingga
aplikasi e-Faktur dapat digunakan dengan baik dan mendapatkan hasil
yang efektif.
61
Universitas Sumatera Utara
c. KPP Pratama Medan Polonia diharapkan memberi sanksi yang tegas
terhadap wajib pajak badan dan PKP yang seharusnya menggunakan
aplikasi e-Faktur dalam setiap transaksi jual beli agar wajib pajak
badan dan PKP lebih sadar pajak dan patuh terhadap peraturan
perpajakan.
62
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN DATA PAJAK
A. Pengertian Pajak
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus
dan
berkesinambungan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan
tujuan tersebut perlubanyak memperhatikan masalah pembiyaan pembangunan.
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam
negeri berupapajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang
berguna bagi kepentingan bersama.
Apabila membahas pengertian pajak, menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 28 tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Banyak para ahli
memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang
dikemukakan oleh P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso
Brotodihardjo (1991:2) : “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
32
Universitas Sumatera Utara
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Dalam definisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak,
sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur. Apabila
memperhatikan coraknya, dalam memberikan batasan pengertian pajak dapat
dibedakan dari berbagai macam ragamnya, yaitu dari segi ekonomi, segi hukum,
segi sosiologi, dan lain sebagainya. Hal ini segi daya beli, namun kebanyakan
lebih bercorak pada ekonomi.
Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya
adalah sebagai berikut :
1.
Pengertian pajak menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam
disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong
Royong” menyatakan : “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau
barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Dari definisi di
atas tidak tampak istilah “dipaksakan” karena bertitik tolak pada
istilah “iuran wajib”. Sisi lainnya yang berhubungan dengan
kontraprestasi menekankan pada mewujudkan konraprestasi itu
diperlukan pajak.
2.
Rochmat Soemitro dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan
Pajak Pendapatan (Suandy, 2011) menyatakan : “Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat
dipakasakan)
dengan
tidak
mendapat
jasa
timbal
33
Universitas Sumatera Utara
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut :
1.
Pajak
dipungut
berdasarkan
Undang-Undang
serta
aturan
ditunjukkan
adanya
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2.
Dalam
pembayarn
pajak
tidak
dapat
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3.
Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4.
Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yang
bila
dari
pemasukkannya
masih
terdapat
surplus,
dipergunakan untuk membiayaipublic investment.
5.
Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu
mengatur.
B. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak
dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebgaai berikut :
1.
Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh :
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam
negeri.
34
Universitas Sumatera Utara
2.
Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksnakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonmi. Sebagai contoh :
dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras,
dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.
C. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat dan Pemungutannya
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, adalah sebagai
berikut :
1.
Menurut Golongan atau Pembebanan
1.1. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban
langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak
Penghasilan
1.2. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai.
2.
Menurut Sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian
nya berdasarkan ciri-ciri prinsip adalah sebagai berikut :
35
Universitas Sumatera Utara
2.1. Pajak Subjektif
Pajak
subjektif
adalah
pajak
yang
berpangkal
atau
berdasarkan padasubjeknya yang selanjutnya dicari syarat
objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib
Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2.2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
3.
Menurut Pemungut dan Pengelolanya
3.1. Pajak Pusat
Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunkan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan Bea Materai.
3.2. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungutoleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah.
Contoh:
Pajak
Reklame,Pajak
Hiburan,
Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak
Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dan pedesaan.
36
Universitas Sumatera Utara
D. Cara Pemungutan Pajak
Cara pemungutan pajak adalah sebagai berikut:
1.
StelselPajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3 (tiga)stelsel, yaitu :
1.1. Stelselnyata (rill stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan) yang
nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir
tahun pajak, yakni setelah penghasilan sesungguhnya telah dapat
diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan
lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan
pada akhir periode (setelah penghasilan rill diketahui).
1.2. Stelselanggapan (fictive stelsel)
Penganaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur
oleh Undang-Undang, sebagai contoh: penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal
tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang
untuk tahun pajak berjalan. Kelebihan stelsel ini adalah pajak
yang dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu
akhir tahun. Kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
1.3.Stelsel campuran
Stelselini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan.
Pada
awal
tahun,
besarnya
pajak
dihitung
berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
37
Universitas Sumatera Utara
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada
pajak menurut anggapan, maka Wajib Pajak harus menambah
kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil,
maka kelebihannya dapat diminta kembali.
2.
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
2.1. SistemOfficial Assessment
System ini merupakan sisem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciriofficial assessment system adalah sebagai berikut :
2.1.1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang berada pada fiskus.
2.1.2. Wajib Pajak bersifat pasif
2.1.3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat
ketetapan pajak oleh fiskus.
2.2. Sistem Self Assessment
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
38
Universitas Sumatera Utara
2.3. SistemWithholding
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
E. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap
pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke
konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau
Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung,
maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan
penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir)
tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.Mekanisme pemungutan,
penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga
muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan
PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak
masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual
produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP
membeli, memperoleh, atau membuat produknya.Indonesia menganut sistem tarif
tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum utama yang digunakan
untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No. 8/1983 berikut
revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No. 18/2000.
39
Universitas Sumatera Utara
F. Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM)
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam UndangUndang Pajak Pertambahan Nilai. Namun demikian, mekanisme pengenaan
PPnBM ini sedikit berbeda dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undangundang PPN, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan terhadap :
c. penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang
dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena
Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya.
d. impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.Dengan
demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP
Mewah oleh pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada
saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak dikenakan lagi pada
rantai penjualan setelah itu. Adapun pihak yang memungut
PPNBM tentu saja pabrikan BKP Mewah pada saat melakukan
penyerahan atau penjualan BKP Mewah. Sementara itu, PPnBM
atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir berbarengan
dengan pembayaran PPN impor dan PPh Pasal 22 Impor.
G. Faktur Pajak Manual Dan e-Faktur Pajak
Faktur pajak manual adalah faktur pajak yang dibuat secara tertulis oleh
wajib pajak badan yang PKP. Dalam hal pembuatan faktur pajak secara manual
sering terjadi penyalahgunaan pengusaha kena pajak dalam pembuatan faktur
pajak manual dan beban administrasi faktur pajak. Dalam hal penyalahgunaan
40
Universitas Sumatera Utara
pengusaha kena pajak dalam pembuatan faktur pajak manual sering terjadi hal-hal
seperti non PKP menerbitkan faktur pajak, faktur pajak tidak/terlambat terbit,
faktur pajak fiktif, faktur pajak ganda sehingga membuat kepatuhan PKP menurun
dan penerimaan PPN kurang optimal dan beban administrasi faktur pajak
membuat PKP aktif 500 ribu, faktur pajak per tahun 200 juta, SPT per tahun 2
juta, pelaporan sebagian manual sehingga membuat biaya kepatuhan dan beban
pengawasan. Maka pada tahun 2011 pihak Direktorat Jendral Pajak melakukan
evaluasi eSPT dan peraturan eSPT sehingga pada tahun 2012 terjadi kebijakan
pengukuhan PKP, peningkatan penggunaan eSPT, registrasi ulang PKP, dan tim
kajian komprehensif. Pada tahun 2013 pihak Direktorat Jendral Pajak memperluas
basis eSPT, validasi faktur pajak, eTax Invoice : Pilot Project, dan segmentasi
PKP. Maka pada tahun 2014 lahirlah peraturan baru dari Direktur Jendral Pajak
tentang aplikasi e-Faktur untuk PKP. Agar mempermudah para wajib pajak badan
yang PKP membuat faktur pajak sehingga tidak akan ada lagi penyalahgunaan
pengusaha kena pajak dalam pembuatan faktur pajak.
e-Faktur Pajak adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan dan atau disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak.
Pemberlakuan e-Faktur
dimaksudkan
untuk
memberikan
kemudahan,
kenyamanan, dan keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan khususnya pembuatan Faktur Pajak. Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang diwajibkan membuat Faktur Pajak berbentuk elektronik
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Pemberlakuan e-Faktur
dilakukan secara bertahap sejak 1 Juli 2014 kepada PKP tertentu. PKP yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jawa dan Bali wajib menggunakan e-
41
Universitas Sumatera Utara
Faktur per 1 Juli 2015. Sedangkan pemberlakukan e-Faktur secara nasional akan
secara serentak dimulai pada 1 Juli 2016. PKP yang telah wajib e-Faktur namun
tidak menggunakannya, secara hukum dianggap tidak membuat faktur pajak
sehingga akan dikenakan sanksi pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP),
yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa
Kena Pajak (JKP). Artinya, ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena
pajak, ia harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti dirinya telah
memungut pajak dari orang yang telah membeli barang/jasa kena pajak tersebut.
Perlu diingat bahwa barang/jasa kena pajak yang diperjualbelikan, telah dikenai
biaya pajak selain harga pokoknya.PKP adalah bisnis/perusahaan/pengusaha yang
melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau JKP yang dikenai Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).Faktur Pajak harus dibuat oleh PKP untuk setiap
penyerahan BKP dan/atau JKP, ekspor BKP tidak berwujud, dan ekspor JKP.
Adapun perbedaan antara faktur pajak manual dan faktur pajak berbentuk
elektronik dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Perbedaan Faktur Pajak Manual & Faktur Pajak Elektronik
No Keterangan
1.
Format/Lay Out
Faktur Pajak Manual Faktur Pajak Elektronik
Bebas tidak ditentukan
Ditentukan oleh
dan dapat mengikuti
aplikasi/sistem yang
contoh di lampiran per- ditentukan dan atau
24
disediakan oleh DJP
42
Universitas Sumatera Utara
2.
3.
Tanda Tangan
Bentuk & lembar
Tanda tangan basah
Tanda tangan elektronik
diatas faktur pajak
berbentuk QR code
manual
(terlampir)
Diwajibkan berbentuk
Tidak diwajibkan untuk
kertas dan jumlah
dicetak dalam bentuk kertas
lembar diatur
4.
PKP yang
Seluruh PKP
PKP yang ditetapkan oleh
membuat
Direktorat Jendral Pajak
5.
Jenis Transaksi
seluruh
Penyerahan BKP/JKP saja
6.
Prosedur
-
e-Faktur dilaporkan ke DJP
lapor/upload &
dengan cara upload dan
persetujuan DJP
mendapat persetujuan DJP
7.
Mata uang
Rupiah & Dollar
Rupiah
8.
Pelaporan SPT
Menggunakan aplikasi
Menggunakan aplikasi yang
PPN
tersendiri
sama dengan aplikasi
pembuatan e-Faktur
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas diketahui bahwa pada dasarnya
ada beberapa jenis-jenis faktur pajak yang cukup penting diketahui, diantaranya
yaitu :
43
Universitas Sumatera Utara
1. Faktur pajak standart adalah faktur pajak yang di buat sesuai dengan
aturan yang berlaku. Faktur jenis ini harus memenuhi syarat formal
maupun material. Dalam faktur pajak ini minimal harus memuat:
a. Nama, Alamat, dan NPWP yang melakukan penyerahan atau
pembelian BKP atau JKP.
b. Jenis Barang atau Jasa, Jumlah harga jual atau penggantian, dan
potongan harga.
c. PPN yang dipungut.
d. PPnBM yang dipungut.
e. Kode, Nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak, dan
f. Nama, Jabatan, dan tanda tangan yang berhak.
2. Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa
kena pajak, dan atau barang kena pajak yang tergolong dalam barang
mewah.
3. Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP
ketika melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena
pajak dari PKP lainnya.
4. Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah
terbit sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan
pengisian NPWP. Sehingga harus dilakukan pembetulan agar sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
44
Universitas Sumatera Utara
5. Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang
meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena
pajak atau jasa kena pajak yang sama selama satu bulan kalender.
6. Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan
identitas pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat
oleh PKP Pedagang Eceran.
7. Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap,
jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam
pengisian kode dan nomor seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan
dengan membuat faktur pjak pengganti.
8. Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan
adanya pembatalan transaksi. Pembatalan faktur pajak juga harus
dilakukan ketika ada kesalahan pengisian NPWP dalam faktur pajak.
Ada pula dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan
faktur pajak. Yaitu dokumen yang tidak memiliki format sebagaimana faktur
pajak pada umumnya, tetapi tetap dipersamakan kedudukannya dengan faktur
pajak. Contohnya adalah tagihan listrik, tagihan pemakaian air, tagihan telepon
selular, dan lain sebagainya.
45
Universitas Sumatera Utara
H. Dasar Hukum e-Faktur Pajak
Adapun dasar hukum e-faktur pajak adalah :
1. Aplikasi e-Faktur ditetapkan sesuai PER-16/PJ/2014 dan KEP136/PJ/2014
2. UU Nomor 42 TAHUN 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU
Nomor 8 TAHUN 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM.
3. PMK-151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pembuatan dan Tata
Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajak.
4. PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua atas PER-24/PJ/2012
tentang Bentuk, Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka
Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Pembetulan atau
Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak.
5. PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur
Pajak berbentuk Elektronik.
I.
Mekanisme Pembuatan e-Faktur Melalui Client Application
Adapun beberapa mekanisme pembuatan e-Faktur pajak melalui Client
Application, yaitu :
1. PKP meminta nomor seri faktur pajak ke Direktorat Jenderal Pajak
melalui website secara online.
2. Direktorat Jenderal Pajak akan memberikan nomor seri faktur dan
mencatat dalam database.
46
Universitas Sumatera Utara
3. PKP membuat faktur pajak menggunakan nomor seri faktur tersebut
dan mengirimkan data tersebut ke Direktorat Jenderal Pajak untuk
memperoleh Approval.
4. Direktorat Jenderal Pajak memberikan approval setelah memvalidasi
identitas PKP pembuat faktur pajak dan nomor seri faktur yang
digunakan.
5. PKP pembeli melakukan pengkreditan pajak masukan melalui aplikasi
e-Faktur (matching PM-PK otomatis).
6. Direktorat Jenderal Pajak melakukan approval pengkreditan pajak
masukan.
Gambar 3.1 : Mekanisme Pembuatan e-Faktur Melalui Client Application
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
47
Universitas Sumatera Utara
J.
Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang
Telah Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Adapun wajib pajak badan yang telah terdaftar di KPP Pratama Medan
Polonia pada tahun 2016 dan jumlah PKP yang telah melaporkan SPT Masa PPN
masa januari s/d desember 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang Telah
Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Jumlah WP Badan 2016
14.814
Jumlah PKP Total
2.949
Januari
1.864
Februari
1.882
Maret
1.866
April
1.894
Mei
1.891
Juni
1.874
Juli
1.542
Agustus
1.578
September
1.629
Oktober
1.648
November
1.665
Desember
1.602
Jumlah PKP Lapor SPT
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
48
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah wajib pajak
badan di KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2016 berjumlah 14.814 wajib
pajak dengan jumlah PKP total 2.949.
K. Permasalahan Yang Sering Terjadi Oleh PKP Dalam Peggunaan eFaktur
Sebelum mengetahui keefektivitasan penggunaan e-Faktur oleh wajib
pajak badan, ada beberapa penyebab permasalahan yang sering terjadi atau yang
sering dialami oleh wajib pajak dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 3.3
Permasalahan Yang Sering Terjadi Dalam Penggunaan Applikasi e-Faktur
Oleh Wajib Pajak Badan
No
1.
Permasalahan
Error Database
Penyebab
- File didalam folder database ada yang
corrupt atau hilang (misal : corrupt karena
mengcopydatabase saat aplikasi menyala)
- Didalam folder database tidak terdapat
folder EtaxInvoice atau terdapat folder
selain
folder
EtaxInvoiceyang
bukan
tercreate dari proses tambah database
- Versi aplikasi tidak sama dengan versi
database
- Komputer server PKP mati / database
belum distart sebagai server (dalam hal
menggunakan
konfigurasi
networkdatabase)
49
Universitas Sumatera Utara
2.
Input ke database tidak Koneksi antara server dan client terputus
berhasil, periksa kembali (Network Database)
data yang akan diinput
3.
Format NPWP tidak sesuai Isian data NPWP tidak sesuai dengan format
dan/atau tidak sesuai dengan cek digit
4.
Lawan
transaksi
tidak
lengkap
- Kolom pertama baris lawan transaksi (LT)
pada CSV tidak memakai diisi LT
- Kolom isian pada baris LT kurang atau
format isi datanya tidak sesuai dengan
skema impor
5.
Range nomor faktur sudah Menginputkan referensi range nomor faktur
terdaftar
yang sama atau beririsan dengan salah satu
range nomor faktur yang sudah direkam
6.
7.
Nomor
faktur
tidak Merekam atau mengimpor faktur keluaran
termasuk
dalam
range dengan nomor yang tidak ada dalam range
referensi nomor faktur
direferensi nomor faktur
Range
- Belum menginputkan range nomor faktur
faktur
tersedia,
tidak
daftarkan
referensi
nomor
faktur
- Nomor faktur yang terpakai sudah sampai
ke range nomor terakhir yang ada
terlebih dahulu
8.
Masa faktur lebih besar Merekam retur manual untuk faktur pajak
dari tanggal EtaxReady, keluaran yang seharusnya sudah mengguna
faktur
harus
direkam kan e-Faktur
dengan EtaxInvoice
9.
Tanggal retur tidak boleh Menginput tanggal retur lebih kecil dari
lebih kecil dari tanggal tanggal faktur yang diretur
faktur
10.
Masa retur tidak boleh Menginput masa retur lebih kecil dari
lebih kecil dari tanggal tanggal retur
retur
11.
Tanggal faktur sebelum Merekam / mengimpor data faktur pajak
Etax Ready
keluar dengan tanggal faktur sebelum PKP
50
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan sebagai pengguna e-Faktur
12.
Tidak dapat menghubungi Tidak terhubung dengan internet
Etax Invoice server
13.
Tanggal faktur pajak lebih Tanggal faktur pajak lebih muda dari
kecil dari tanggal nomor tanggal surat pemberitahuan nomor seri
seri faktur, tanggal faktur faktur pajak
tidak dapat
14.
File tidak ditemukan
File csv yang akan diimpor tidak ada
15.
Nomor faktur tidak benar
- Nomor faktur yang diinput tidak sesuai
dengan tanggal faktur
- Merekam/impor dokumen lain pengganti
untuk dokumen lain yang belum direkam
diaplikasi
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Dari beberapa permasalahan diatas, ini sering terjadinya apabila wajib
pajak tidak melakukan penginputan data sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Untuk itu kepada pihak fiskus harus siap melayani dan membantu wajib pajak
dalam menggunakan aplikasi terbaru dari DJP yaitu aplikasi e-Faktur.
51
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI DATA
A. Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan
Pengertian wajib pajak atau yang sering disebut WP merupakan individu
atau orang atau suatu badan usaha yang merupakan subyek pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan dalam hal perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan termasuk di dalamnya pemotong pajak atau pemungut
pajak tertentu. Wajib pajak ini adalah kewajiban setiap orang khususnya orang di
Indonesia yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan sendiri.
Setiap orang di Indonesia wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan
nomor pokok wajib pajak atau biasa disebut NPWP kecuali ditentukan di dalam
undang-undang. Pengertian wajib pajak pribadi merupakan setiap orang sendiri
atau pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak.
Wajib pajak tersebut terdiri dari:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak orang pribadi dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi yang
memiliki penghasilan dari usaha, wajib pajak orang pribadi yang memiliki
penghasilan dari pekerjaan bebas serta wajib pajak orang pribadi yang
memiliki penghasilan dari pekerjaan.
2. Wajib Pajak Badan
Wajib pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
52
Universitas Sumatera Utara
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk
hukum lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
3. Wajib Pajak Bendahara sebagai pemungut dan pemotong pajak
Wajib pajak bendahara sebagai pemungut dan pemotong pajak ini
dilakukan oleh Bendahara Pemerintah Pusat dan juga Bendahara
Pemerintah Daerah.Pengertian Wajib Pajak ini juga memiliki jenis lain.
Wajib pajak ini dibedakan berdasarkan tempat terdaftarnya seseorang atau
badan yang melakukan wajib pajak. Selain wajib pajak orang pribadi
tertentu, pendaftaran wajib pajak juga dilakukan di wajib pajak domisili
atau secara tunggal. Selain itu, dapat dilakukan oleh wajib pajak pusat.
Selanjutnya dilakukan oleh wajib pajak cabang. Pengertian wajib pajak
secara teori memang diwajibkan untuk seluruh warga Indonesia. Dengan
melakukan pembayaran pajak tentunya pemasukan negara agar dapat
memperbaiki infrastruktur maupun yang lainnya juga akan membantu
orang lain. Namun sekarang ini pembayaran pajak ini sering kali tersendat
karena adanya rasa tidak percaya pada oknum-oknum yang sering
melakukan korupsi. Pengertian wajib pajak yang berdasarkan teori ini
memang membuat warga Indonesia dapat didata lebih lanjut. Terutama
dalam hal penghasilan mereka. Kesejahteraan mereka juga dapat dilihat
dari mereka yang memiliki nomor pokok wajib pajak atau NPWP. Dengan
memiliki NPWP ini tentu saja akan dapat mendata masyarakat Indonesia
53
Universitas Sumatera Utara
yang sudah memiliki penghasilan yang cukup. Itu sebabnya untuk
mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak diperlukan penghasilan yang
berbeda untuk setiap daerah. Karena di setiap daerah di Indonesia
memiliki UMK yang berbeda satu sama lain dan pendaftaran wajib pajak
juga akan berbeda untuk setiap daerah di Indonesia.
B. Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang
Telah Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Adapun wajib pajak badan yang telah terdaftar di KPP Pratama Medan
Polonia pada tahun 2016 dan jumlah PKP yang telah melaporkan SPT Masa PPN
Masa Januari s/d Desember 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak Badan Tahun 2016 Dan Jumlah PKP Yang Telah
Melaporkan SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016
Jumlah WP Badan 2016
14.814
Jumlah PKP Total
2.949
Jumlah PKP Lapor SPT
Januari
1.864
Februari
1.882
Maret
1.866
April
1.894
Mei
1.891
54
Universitas Sumatera Utara
Juni
1.874
Juli
1.542
Agustus
1.578
September
1.629
Oktober
1.648
November
1.665
Desember
1.602
Sumber : KPP Pratama Medan Polonia
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah wajib pajak
badan di KPP Pratama Medan Polonia pada tahun 2016 berjumlah 14.814 wajib
pajak dengan jumlah PKP total 2.949 dan jumlah PKP yang telah melaporkan
SPT Masa PPN Masa Januari s/d Desember 2016 adalah sekitar 65.57%.
Maka dapat dianalisis bahwasannya wajib pajak badan di KPP Pratama
Medan Polonia tahun 2016 sebanyak 14.814 dan dari seluruh jumlah wajib pajak
badan di KPP Pratama Medan Polonia hanya sekitar 19.90% yang telah terdaftar
sebagai PKP yaitu sebanyak 2.949 PKP dan selebih nya Non PKP artinya masih
banyak wajib pajak badan yang belum dikukuhkan menjadi PKP untuk bisa
menggunakan aplikasi e-Faktur sedangkan jumlah PKP yang melaporkan SPT
Masa PPN dapat kita lihat dalam tabel diatas setiap bulan nya masih bersifat
dinamis atau sering berubah-ubah jumlah nya, maka pegawai DJP harus
mengeluarkan surat himbauan kepada setiap PKP yang belum melaporkan SPT
Masa PPN dengan tegas dan terus membimbing para PKP yang masih kurang
paham tentang aplikasi terbaru dari DJP yaitu e-Faktur.
55
Universitas Sumatera Utara
C. Penyebab Permasalahan Yang Sering Terjadi Oleh PKP Dalam
Peggunaan e-Faktur
Ada beberapa penyebab permasalahan yang sering terjadi atau yang sering
dialami oleh wajib pajak adalah sebagai berikut.
1. Error Databasedikarenakan :
- File didalam folder database ada yang corrupt atau hilang (misal :
corrupt karena mengcopydatabase saat aplikasi menyala)
- Didalam folder database tidak terdapat folder EtaxInvoice atau
terdapat folder selain folder EtaxInvoiceyang bukan tercreate dari
proses tambah database
- Versi aplikasi tidak sama dengan versi databaseKomputer server
PKP mati / database belum distart sebagai server (dalam hal
menggunakan konfigurasi networkdatabase).
2. Input ke database tidak berhasil, periksa kembali data yang akan
diinput dikarenakan koneksi antara server dan client terputus
(Network database).
3. Format Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tidak sesuai dikarenakan
isian data NPWP tidak sesuai dengan format dan/atau tidak sesuai
dengan cek digit.
4. Lawan transaksasi tidak lengkap dikarenakan :
- Kolom pertama baris lawan transaksi (LT) pada CSV tidak
memakai diisi LT
- Kolom isian pada baris LT kurang atau format isi datanya tidak
sesuai dengan skema impor.
5. Range nomor faktur sudah terdaftar dikarenakan menginputkan
referensi faktur yang sama atau beririsan dengan salah satu range
nomor faktur yang sudah direkam.
6. Nomor faktur tidak termasuk dalam range referensi nomor faktur
dikarenakan merekam atau mengimpor faktur keluaran dengan
nomor yang tidak ada dalam range direferensi nomor faktur.
56
Universitas Sumatera Utara
7. Range faktur tidak tersedia, daftarkan referensi nomor faktur terlebih
dahulu dikarenakan :
- Belum menginput range nomor faktur
- Nomor faktur yang terpakai sudah sampai ke range nomor
terakhir yang ada
8. Masa faktur lebih besar dari tanggal eTax Ready, faktur harus
direkam dengan eTax Invoice dikarenakan merekam retur manual
untuk faktur pajak keluaran yang seharusnya sudah menggunakan eFaktur.
9. Tanggal retur tidak boleh lebih kecil dari tenggal faktur dikarenkan
menginput tanggal retur lebih kecil dari tanggal yang diretur.
10. Masa retur tidak boleh lebih kecil dari tanggal retur dikarenakan
menginput masa retur lebih kecil dari tanggal retur
11. Tanggal faktur sebelum eTax Ready dikarenakan merekam atau
mengimpor data faktur pajak keluar dengan tanggal faktur sebelum
PKP ditetapkan sebagai pengguna e-Faktur.
12. Tidak dapat menghubungi eTax Invoice server dikarenakan tidak
terhubung internet.
13. Tanggal faktur pajak lebih kecil dari tanggal nomor seri faktur,
tanggal faktur tidak dapat dikarenkan tanggal faktur pajak lebih
muda dari tanggal surat pemberitahuan nomor seri faktur pajak.
14. File tidak ditemukan dikarenakan file csv yang akan diimpor tidak
ada.
15. Nomor faktur tidak benar dikarenakan :
-
Nomor faktur yang diinput tidak sesuai dengan tanggal faktur
-
Merekam/impor dokumen lain pengganti untuk dokumen lain
yang belum direkam di aplikasi.
57
Universitas Sumatera Utara
D. Cara Penyelesaian Setiap Permasalahan Yang Sering Terjadi Oleh
PKP Dalam Penggunaan e-Faktur
Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan e-Faktur
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, penulis mencoba
meberikan beberapa alternatif penyelesaian masalah sebagai berikut :
1. Dalam permasalahan yang pertama ada beberapa hal yang harus
diketahui yaitu :
a. Pastikan
dalam
folder
log,seg0
folder
dan
database(DB)>EtaxInvoiceterdapat
tmp
serta
file
db.
lck,
README_DO_NOT_TOUCH_FILE, dan service.properties.
b. Pastikan folder db berisi folder EtaxInvoicedengan isi folder
sesuai pada nomor
(a) dan tidak ada folder selain
EtaxInvoiceyang ditambahkan sendiri.
c. Jalankan aplikasi saat terhubung dengan internet untuk dapat
melakukan update database aplikasi.
2. Pastikan komputer server dan client terkoneksi dengan baik
kemudian ulangi proses.
3. Isikan NPWP dengan angka 15 digit dan benar.
4. Periksa file CSV, cek kolom dan isian data pada baris lawan
transaksi. Pastikan sesuai dengan skema impor dari DJP.
5. Periksa kembali range nomor faktur. Pastikan range yang akan
direkam belum ada didaftar referensi range nomor faktur.
6. Periksa kembali nomor faktur yang digunakan dan dipastikan nomor
faktur tersebut berada dalam range di referensi nomor faktur.
7. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Inputkan range nomor faktur yang diperoleh dari kantor
pelayanan pajak
-
Dalam hal nomor merekam faktur dengan nomor yang terlewat
dan masih didalam range, klik OK pada error dan lanjutkan
rekam faktur dengan mengisi 8 digit nomor seri secara manual
atau bisa dengan melakukan impor.
8. Rekam pajak keluarannya terlebih dahulu dan lakukan upload.
58
Universitas Sumatera Utara
9. Isikan tanggal retur lebih besar sama dengan tanggal faktur pajak
yang diretur.
10. Isikan masa retur sama dengan bulan retur.
11. Cek tanggal faktur pajak. Faktur pajak dengan tanggal transaksi
sebelum ditetapkan sebagai pengguna eTax tidak bisa dibuat melalui
aplikasi e-Faktur.
12. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Cek koneksi internet, pastikan komputer terhubung dengan
internet.
-
Apabila koneksi internet dengan proxy, pastikan sudah
melakukan setting proxy aplikasi dengan benar di menu
Referensi > Setting Aplikasi.
13. Pastikan kembali nomor seri faktur pajak digunakan setelah tanggal
pemberitahuan.
14. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Periksa kembali lokasi tempat file CSV yang akan diimpor
telah sesuai dengan lokasi fileCSV yang ada diform impor.
-
Ulangi kembali proses impor dengan mengklik tombol opendan
arahkan ke folder file CSV yang sebenarnya.
15. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
-
Cek nomor faktur dan tanggal faktur. Faktur dengan nomor
xxx-yy.xxxxxxxx hanya bisa dipakai untuk penyerahan ditahun
yy.
-
Rekam/impor terlebih dahulu dokumen lain yang akan diganti.
Setelah itu rekam/impor dokumen lain penggantinya.
59
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. KPP Pratama Medan Polonia telah menerapkan aplikasi e-Faktur
sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER16/PJ/2014tentang tata cara pembuatan dan pelaporan faktur pajak
berbentuk elektronik dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-136/PJ/2014tentang penerapan pengusaha kena pajak yang
diwajibkan membuat faktur pajak berbentuk elektronik. Hal ini
terlihat pada wajib pajak badan dan PKP yang setiap melakukan
transaksi jual beli menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik dan
ada juga sebagian dari wajib pajak badan dan PKP belum
menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik jadi dapat kita ketahui
penggunaan aplikasi e-Faktur di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia ini masih belum efektif sepenuhnya digunakan oleh
wajib pajak badan dan PKP.
2. Selama peraturan baru yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak,
banyak wajib pajak badan yang terdaftar sebagai PKP mendapatkan
beberapa masalah dalam menggunakan aplikasi e-Faktur itu
dikarenakan mereka kurang mendapatkan sosialisasi dari pihak DJP
bagaimana cara penggunaan aplikasi e-Faktur dan ada sebagian dari
60
Universitas Sumatera Utara
mereka yang belum sadar betapa mudahnya menggunakan aplikasi eFaktur tanpa harus melakukan pembuatan faktur pajak secara manual.
Setiap permasalahan-permasalahan yang timbul pada penggunaan eFaktur memiliki solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
sehingga aplikasi e-Faktur bisa digunakan secara efektif oleh wajib
pajak badan dan PKP.
B. Saran
Pada bagian ini terdapat beberapa saran yang mungkin dapat
dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut :
a. Untuk KPP Pratama Medan Polonia perlu meningkatkan kembali
peninjauan terhadap wajib pajak badan dan PKP yang belum
menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik dan menghimbau
untuk segera menggunakan faktur pajak berbentuk elektronik karena
faktur pajak berbentuk elektronik ini sangat baik digunakan untuk
wajib pajak badan dan PKP.
b. KPP Pratama Medan Polonia dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut, antara lain : melakukan penyuluhan dan sosialisasi terhadap
wajib pajak badan dan PKP mengenai aplikasi e-Faktur baik melalui
seminar maupun media massa, mendengarkan semua keluhan dan
masalah dari wajib pajak badan dan PKP, membantu dalam mengatasi
masalah yang dihadapi oleh wajib pajak badan dan PKP sehingga
aplikasi e-Faktur dapat digunakan dengan baik dan mendapatkan hasil
yang efektif.
61
Universitas Sumatera Utara
c. KPP Pratama Medan Polonia diharapkan memberi sanksi yang tegas
terhadap wajib pajak badan dan PKP yang seharusnya menggunakan
aplikasi e-Faktur dalam setiap transaksi jual beli agar wajib pajak
badan dan PKP lebih sadar pajak dan patuh terhadap peraturan
perpajakan.
62
Universitas Sumatera Utara