Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam
bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar
sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan bertujuan mengoptimalisasi
kemampuan individu yang mandiri, terampil dan berkarakter. Pendidikan
memiliki posisi strategis dalam segala segi pembangunan sumber daya manusia.
Guru merupakan sumber daya manusia yang memegang posisi paling
strategis karena gurulah yang melakukan interaksi dengan peserta didik, oleh
karena itu perlu peningkatan mutu guru agar menjadi tenaga yang profesional dan
menjadikan guru sebagai tenaga yang perlu diperhatikan, dihargai dan diakui
keprofesionalannya. Dengan demikian pekerjaan guru bukan hanya pekerjaan
pengabdian, namun guru adalah pekerjaan profesional seperti pekerjaan yang lain.
Untuk membuat guru menjadi tenaga profesional, maka perlu peningkatan
kompetensinya baik melalui pelatihan maupun memberi kesempatan untuk belajar
lagi. Selain itu juga harus diperhatikan segi lainnya misalnya pemberian
bimbingan melalui supervisi, pemberian motivasi, peningkatan disiplin,
pemberian insentif dan gaji yang layak dengan keprofesionalannya sehingga guru
akan merasa puas dalam bekerja sebagai pendidik.

Kepuasan

kerja

merupakan

refleksi

perasaan

seseorang

yang

menyenangkan tentang pekerjaannya berdasarkan atas harapan seseorang dengan
imbalan yang diberikan oleh organisasi atau sekolah tempat bekerja. Kepuasan
kerja (job satisfaction) menunjukkan sikap individu terhadap pekerjaannya.
1

Universitas Sumatera Utara


2

Seorang dengan sikap kepuasan tinggi menunjukkan sikap positif kerja, seseorang
yang tidak puas terhadap pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif terhadap
pekerjaannya tersebut (Robins, 2003). Kepuasan kerja yang tinggi menandakan
bahwa sebuah organisasi telah dikelola dengan baik dengan manajemen yang
efektif. Kepuasan kerja berhubungan dengan kesesuaian antara harapan seseorang
dengan imbalan yang disediakan. Kepuasan kerja guru berdampak pada prestasi
kerja, disiplin dan kualitas kerja guru. Guru yang merasa puas dengan
pekerjaannya akan memacu untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik – baiknya.
Sebaliknya kemangkiran, hasil kerja yang buruk, mengajar kurang bergairah,
prestasi yang rendah merupakan akibat dari ketidakpuasan guru atas perlakuan
organisasi terhadap dirinya.
Kepuasan kerja guru merupakan sasaran penting dalam manajemen
sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi kinerja. Suatu gejala yang membuat kurang bermutunya kondisi
organisasi sekolah adalah rendahnya kepuasan kerja guru. Gejala tersebut yang
timbul seperti adanya kemangkiran, kemalasan bekerja, rendahnya kualitas
mengajar, rendahnya prestasi kerja, banyaknya keluhan guru, menurunnya tingkat

disiplin guru dan gejala negatif lainnya. Kepuasan kerja yang tinggi menandakan
bahwa sebuah organisasi sekolah telah dikelola dengan baik dengan manajemen
yang efektif. Tingkat kepuasan kerja yang tinggi menunjukkan adanya kesesuaian
antara harapan guru dengan imbalan yang disediakan oleh organisasi.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kepuasan kerja guru
penting karena pada akhirnya akan berakibat pada kesungguhan dalam
melaksanakan tugas, tidak merasa dipaksakan, ikut bertanggung jawab dalam

Universitas Sumatera Utara

3

mencapai tujuan sekolah. Dengan demikian kepuasan kerja akan menghasilkan
peningkatan kinerja untuk mencapai sekolah yang efektif.
Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman di SMA Negeri 1 Barumun
Tengah, masih banyak guru yang kepuasan bekerjanya rendah. Tingkat absensi
yang tinggi menunjukkan indikasi rendahnya kepuasan kerja guru. Selain itu, ada
guru yang sudah mengabdi sekitar sepuluh tahun tidak pernah mendapat promosi
jabatan dan hanya menjadi guru biasa. Hal ini menyebabkan guru yang
bersangkutan kurang merasa puas dalam pekerjaannya. Ada juga guru yang

kurang merasa puas karena sarana dan prasarana pembelajaran yang ada tetapi
kurang lengkap, misalnya ruang lab yang kurang memadai, ruang kelas yang tidak
sesuai dengan jumlah muridnya. Rendahnya kepuasan kerja guru nampak dari
kurangnya keinginan para guru untuk berprestasi, guru bekerja hanya sebatas
melaksanakan kewajibannya sebagai guru mengajar di kelas.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Guru merupakan salah satu komponen penting
yang dapat menentukan keberhasilan pendidikan. Rendahnya kualitas pendidikan
suatu bangsa mencerminkan rendahnya kinerja guru dan buruknya sistem
pengelolaan pendidikan pada suatu bangsa.
Kinerja menurut Wirawan (2009) adalah keluaran yang dihasilkan oleh
fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam
waktu tertentu. Kinerja guru adalah perilaku nyata guru yang dapat diamati dalam
tugasnya sebagai guru bidang studi. Perilaku guru bidang studi sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

4


dimaksud berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengelolaan pengajaran dan
pengembangan profesi meliputi kegiatan-kegiatan: (1) mampu menyusun program
atau praktek, (2) mampu menyajikan program pengajaran, (3) mampu
melaksanakan evaluasi belajar, (4) mampu melaksanakan analisis hasil evaluasi
belajar atau praktek, (5) mampu menyusun dan melaksanakan program perbaikan
dan pengayaan, (6) mampu membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang
pendidikan, (7) mampu mengembangkan kurikulum.
Guru yang memiliki tingkat kinerja yang baik akan memiliki kualitas
mengajar yang tinggi. Kualitas mengajar yang tinggi ini menurut Sahertian (1990)
ditunjukkan dengan lima variabel yakni: (1) bekerja dengan siswa secara
individual, (2) persiapan dan perencanaan mengajar, (3) pendayagunaan alat
pelajaran,

(4) menilai siswa dalam berbagai pengalaman belajar, (5)

kepemimpinan aktif dari guru.
Guru juga memiliki tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah.
Begitu besarnya peran dan tanggung jawab guru, maka dalam melaksanakan
tugasnya seorang guru diharapkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta kinerja yang berkualitas.
Dalam pandangan Barnawi dan Arifin (2012) kinerja yang berkualitas
menggambarkan kualitas profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang dibawah
standar kerja menggambarkan ketidakberhasilannya menghormati profesinya
sendiri.
Ada beberapa cara untuk dapat meningkatkan kinerja guru dengan maksud
dapat terlaksananya tujuan pendidikan nasional secara maksimal. Salah satunya
adalah pelaksanaan sertifikasi guru yang bertujuan untuk menjadikan guru lebih

Universitas Sumatera Utara

5

profesional atau dengan kata lain agar guru dapat lebih meningkatkan
kompetensinya dibidang masing – masing. Namun pada kenyataannya terdapat
berbagai permasalahan dilapangan yang masih ditemukan dan menjadi alasan
rendahnya kualitas kinerja guru.
Kenyataan menunjukkan bahwa kinerja guru belum memenuhi harapan
sebagaimana di amanatkan dalam peraturan perundangan-undangan sebagai
akibat belum berkualitasnya proses pembelajaran guru. Upaya pemerintah untuk

mewujudkan kinerja guru yang berkualitas dan profesional sesungguhnya sudah
dilaksanakan melalui kebijakan sertifikasi guru. Namun kebijakan yang digulirkan
oleh pemerintah sejak tahun 2007 itu belum sepenuhnya dapat meningkatkan
kompetensi, profesionalisme dan kinerja guru.
Kondisi nyata menunjukkan masih banyak guru yang tidak sesuai dengan
harapan. Fasli Jalal menyatakan bahwa hampir separuh dari 2,6 juta guru yang ada
di tanah air ini dianggap belum layak mengajar. Kualifikasi kompetensinya tidak
mencukupi untuk mengajar di sekolah. Adapun guru yang tidak layak mengajar
sekitar 912.505 yang terdiri atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684
guru SMA dan 63.961 guru SMK. Kondisi ini lebih diperparah lagi dengan
adanya temuan di lapangan adanya guru mengajar bukan pada bidangnya, sarana
dan prasarana sekolah yang tidak memadai, dan praktek guru mengajar dikelas
yang mengandalkan metode ceramah melulu (Triatna, 2009).
Berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Brotosedjati (2012)
terhadap 1.540 guru yang telah lulus sertifikasi guru dalam jabatan dari 20 jenis
sekolah TK/RA sampai SMA/SMK negeri maupun swasta di Jawa Tengah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) sertifikasi tidak banyak mengubah kinerja

Universitas Sumatera Utara


6

seorang guru, khususnya yang baru terima SK, belum turun tunjangannya dan
yang memasuki masa pensiun, (2) sertifikasi telah dapat meningkatkan
kesejahteraan, martabat guru, kedisiplinan dan kompetensi pedagogis.
Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Khodijah (2010) terhadap guruguru di Sumatera Selatan memperkuat temuan di atas. Hasilnya bahwa kinerja
guru pasca sertifikasi, baik secara keseluruhan, maupun dilihat dari aspek
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran,
dan pengembangan profesi, semuanya menunjukkan kinerja yang masih di bawah
standar. Hasil penelitian oleh Gusti (2012) terhadap Guru SMKN 1 Purworejo
pasca sertifikasi juga tidak jauh berbeda, yaitu tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara disiplin kerja guru dengan kinerja guru pasca sertifikasi.
Kebijakan Uji Kompetensi Awal (UKA) guru tahun 2012 yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menunjukkan
hasil rendah. Dari jumlah guru yang ikut UKA sebanyak 381.019 orang, dengan
passing grade sebesar 30,0 yang lulus sebanyak 248.733 (88,5%) orang dan tidak
lulus sebanyak 32.286 (11,5%) orang. Kemudian diperoleh nilai tertinggi sebesar
97,0, nilai terendah 1,0 dan nilai rata-rata 42,25. Kondisi yang sama juga terjadi
pada guru tersertifikasi yang telah mengikuti uji kompetensi guru (UKG).
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan rata-rata nilai uji

kompetensi guru adalah 44,55 (Akuntono, www.edukasi.kompas.com, diakses 14
Januari 2014).
Kinerja guru yang rendah juga dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar.
Kelayakan mengajar itu berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standard Nasional

Universitas Sumatera Utara

7

Pendidikan, seorang guru harus memiliki 4 kompetensi agar dapat melaksanakan
tugasnya dengan maksimal, yakni : Pertama, kompetensi pedagogik, meliputi: (a)
menguasai karakteristik peserta didik, (b) menguasai teori belajar dan prinsip –
prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) pengembangan kurikulum, (d) kegiatan
pembelajaran yang mendidik, (e) mengembangkan potensi peserta didik, (f)
komunikasi dengan peserta didik, dan (g) penilaian dan evaluasi. Kedua,
kompetensi kepribadian, artinya bahwa menjadi seorang guru memiliki sikap
kepribadian yang dapat memiliki panutan dan disenangi oleh peserta didik.
Kompetensi kepribadian meliputi: (a) bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan kebudayaan nasional, (b) menunjukkan kepribadian yang

dewasa dan teladan, dan (c) etos kerja, rasa bangga yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru. Ketiga, kompetensi sosial, merupakan kemampuan seorang guru
yang sama seperti manusia lainnya yaitu sama – sama makhluk sosial yang hidup
berdampingan dengan manusia lainnya. Hal yang dinilai dari kompetensi sosial
yaitu: (a) bersifat inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif dan (b)
komunikasi dengan sesama guru, tenanga kependidikan, orang tua, peserta didik
dan masyarakat. Dan keempat, kompetensi profesional, merupakan kemampuan
seorang guru mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik. Adapun kompetensi
profesional memiliki aspek nilai berupa: (a) penguasaan materi, struktur, konsep,
dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, dan (b)
mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
Munculnya UU nomor 14 tahun 2005 tentang Guru-Dosen dan Peraturan
Mendiknas nomor 11 tahun 2005 serta SNP (Standart Nasional Pendidikan)
merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme dan

Universitas Sumatera Utara

8

memprofesikan guru. Dengan asumsi bahwa guru sebagai profesi yang

profesional dengan segala kompetensi yang harus dimiliki, akan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran, output, maupun outcome. Hal ini akan
menjadi kenyataan apabila kita menjalankan amanah dalam perundangan tersebut
yang mengatakan bahwa ”Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi (pedagogik, kepribadian, profesional, sosial)
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memilik kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Paulina, 2006).
Pengertian kompetensi menurut Undang-Undang Guru dan Dosen (2005)
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasahi oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru yang profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya akan
berupaya mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik sesuai amanat
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 dalam Bab
II

Pasal

2

yang

menegaskan

bahwa

Pendidikan

Nasional

bertujuan

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, sehat, beriman, cakap,

Universitas Sumatera Utara

9

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pada suatu bangsa, dalam menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas guru berada pada baris terdepan, Karena guru langsung berhadapan
dengan peserta didik dalam penyampaian proses pembelajaran. Menurut Sardiman
(2005) guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial dalam bidang pembangunan. Oleh karena itu guru merupakan
salah satu unsur dalam bidang pendidikan harus berperan secara aktif dan
menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang.
Guru yang berkualitas menguasai substansi bidang akademik dan
pengelolaan pembelajaran serta mengembangkan potensinya. Peran guru yang
strategis dalam pembelajaran membawa konsekuensi dalam melakasanakan
tugasnya secara profesional. Menurut Ditjen Dikdasmen (2003), guru yang
profesional, mempunyai kompetensi tinggi terhadap (1) kompetensi pengelolaan
pembelajaran (2) kompetensi penguasaan akademik (3) dan kompetensi
pengembangan potensi. Guru adalah pekerjaan profesi. Sebagai pekerjaan profesi
harus tahu benar tugas-tugas profesinya.
Kompetensi profesional para pendidik, khususnya bagi guru bidang studi
juga sangatlah diperlukan. Hal ini disebabkan bahwa semenjak awal tenaga
profesional telah dididik untuk menjalankan tugas-tugas yang kompleks secara
independen dan memecahkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan
tugas-tugas dengan menggunakan keahlian dan dedikasinya secara profesional.

Universitas Sumatera Utara

10

Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang guru untuk memangku jabatan
guru sebagai profesi (Depdiknas, 2006). Kompetensi guru dapat meliputi
kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial yang dijabarkan dalam indikator masing – masing.
Fenomena yang ditemukan pada tingkat satuan pendidikan berdasarkan
penilaian kinerja sekolah di kecamatan Barumun Tengah yang belum memenuhi
harapan untuk meningktakan kualitas pendidikan dari sisi kepala sekolah adalah
pengangkatan kepala sekolah tanpa melalui proses seleksi dan diklat calon kepala
sekolah, penguasaan kepala sekolah terhadap tugas dan tanggung jawab,
pemberdayaan terhadap guru dan tenaga kependidikan, dukungan pengembangan
terhadap peningkatan professional guru masih rendah, pelaksanaan supervisi
kepala sekolah tidak teratur, dan penilaian kinerja guru tidak jelas. Selain itu dari
sisi kompetensi guru, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) belum
sepenuhnya dipahami, kemampuan penyusunan silabus dan RPP (Rancangan
Pelaksanaa Pembelajaran) masih perlu peningkatan, kehadiran guru terutama pada
jam pertama, kehadiran guru dalam kegiatan upacara, penerapan model atau
metode pembelajaran, variasi mengajar, perangkat penilaian, menganalisis hasil
evaluasi, pelaksanaan remedial atau pengayaan.
Dalam rangka meningkatkan kinerja guru maka faktor yang perlu
diperhatikan adalah kepuasan kerja. Adanya perhatian terhadap kepuasan kerja
guru akan mendukung pelaksanaan tugas dengan penuh tanggung jawab. Untuk
itu, kepala sekolah berkewajiban membimbing dan membina guru sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

11

tugas dan tanggungjawabnya. Pembinaan dan pembimbingan guru dapat
dilakukan melalui supervisi kepala sekolah. Hal ini jelas tertuang dalam salah satu
standar kompetensi kepala sekolah yaitu kompetensi supervisi. Dalam
menjalankan tugas kepala sekolah sebagai supervisor harus bertindak atas dasar
kaidah – kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Supervisor
membina peningkatan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang
lebih baik dalam lingkungan fisik maupun non fisik.
Menurut Permendiknas No. 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah yang harus dimiliki ada 5 kompetensi yaitu: (1) kompetensi
kepribadian; (2) kompetensi manajerial; (3) kompetensi kewirausahaan; (4)
kompetensi supervisi dan (5) kompetensi sosial. Kompetensi supervisi menurut
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 adalah: (1) merencanakan program supervisi
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi
terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
dan (3) menindaklanjuti hasil supervisi terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
Supervisi merupakan bantuan yang diberikan oleh kepala sekolah terhadap
permasalahan guru khususnya dalam hal akademik atau pengajaran. Supervisi
kepala sekolah merupakan salah satu tugas kepala sekolah dalam membina guru
melalui fungsi pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada
intinya adalah melaksanakan pembinaan terhadap guru dengan memberikan
bimbingan dan advis bukan mencari kesalahan guru. Bimbingan yang dilakukan
oleh kepala sekolah untuk memecahkan masalah pendidikan yang dihadapi oleh
guru secara bersama – sama.

Universitas Sumatera Utara

12

Supervisi kunjungan kelas adalah bantuan yang diberikan oleh supervisor
dalam hal ini kepala sekolah kepada guru untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik (Sahertian, 2008). Bantuan yang diberikan kepada guru
untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran antara lain,
masalah siswa, pemilihan berbagai strategi pembelajaran, analisis kurikulum,
pemilihan sumber belajar, penggunaan media belajar, pemilihan bahan ajar,
ataupun sumber belajar lainnya.
Kompetensi profesionalisme, supervisi kepala sekolah, kepuasan kerja dan
kinerja merupakan masalah penting yang sifatnya berubah dari waktu ke waktu
sehingga perlu mendapat perhatian yang serius demi pengembangan sekolah dan
karir guru yang akhirnya juga berpengaruh terhadap peningkatan mutu
pendidikan. Dari sinilah dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki guru
dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan, sehingga dapat
berpengaruh terhadap kepuasan kerja bagi para guru. Jika kompetensi yang
dimiliki kurang mendukung akan mengakibatkan kurang nyamannya para guru
dalam bekerja yang berakibat menurunnya gairah kerja sehingga mengakibatkan
menurunnya kinerja. Setiap guru akan berbeda persepsinya terhadap kompetensi
profesionalisme dan persepsinya terhadap supervisi kepala sekolah begitu pula
akan berbeda tingkat kepuasan kerja dan kinerjanya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap beberapa kepala
sekolah dan guru SMA negeri di kecamatan Barumun Tengah menemukan bahwa
kepala sekolah telah melakukan 10% supervisi kunjungan kelas secara
terprogram. Namun belum dapat secara maksimal memperbaiki perilaku mengajar
guru sesuai standar yang ditetapkan sehingga berdampak pada pencapaian hasil

Universitas Sumatera Utara

13

belajar siswa yang tidak optimal. Supervisi dilakukan hanya 1 tahun sekali, dan
pada saat melakukan supervisi kepala sekolah tidak menggunakan alat seperti
angket.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMA Negeri 1 Barumun
Tengah kinerja guru relatif rendah. Masih ada guru yang terlambat sekitar 2 dan 3
orang, begitu juga yang absen setiap hari masih ada paling sedikit 1 orang.
Menurut data dari pembantu kepala sekolah bidang kurikulum, hanya 51% guru
yang mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan baik,
15% guru melakukan inovasi untuk pengembangan bahan ajar, 80% guru
mengajar dengan cara yang masih monoton, dan sekitar 40% kemauan guru untuk
mengembangkan potensi dan kualitas diri, sehingga masih minimnya prestasi
siswa maupun kinerja guru.
Kinerja guru dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya. Kinerja guru
dapat ditingkatkan dengan mengadakan supervisi oleh kepala sekolah,
mengadakan kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), memberikan
kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir, meningkatkan kompetensi
pedagogik terutama dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) karena masih ada guru yang belum mampu menyusun RPP sendiri,
kompetensi kepribadian dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa menjaga kewibawaan dihadapan siswa,
kompetensi sosial dengan membina hubungan baik dengan sesama rekan kerja
maupun pimpinan karena di lingkungan sekolah masih sering terjadi konflik antar
guru, dan kompetensi profesionalisme dengan lebih menguasai pengetuhuan
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau seni dan budaya yang diampunya

Universitas Sumatera Utara

14

karena masih ada guru yang belum menguasai teknologi yang mendukung proses
pembelajaran. Peran kepala sekolah yang baik dapat memberikan kepuasan kerja
bagi guru.
Berbagai masalah mutu pendidikan dilihat dari upaya peningkatan
supervisi kepala sekolah agar meningkatkan kinerja guru. Rendahnya kualitas
kinerja guru dimungkinkan oleh beberapa variabel seperti kompetensi guru,
supervisi kepala sekolah dan tingkat kepuasan yang masih rendah. Maka dari itu
untuk meningkatkan kinerja seorang guru haruslah terlebih dahulu ditingkatkan
kompetensi guru terutama kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesioanal, pelaksanaan supervisi dan tingkat kepuasan guru.
Kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah juga perlu mendapatkan
perhatian serius. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, profesional, dan supervisi
kepala sekolah terhadap kepuasan dan kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun
Tengah di Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas.

1.2. Identifikasi Masalah
Kinerja guru dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Kelayakan
mengajar berhubungan dengan tingkat pendidikan guru. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standard Nasional Pendidikan, seorang
guru harus memiliki 4 kompetensi agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
maksimal, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesionalisme.
Ada beberapa cara untuk dapat meningkatkan kinerja guru dengan maksud
dapat terlaksananya tujuan pendidikan nasional secara maksimal. Salah satunya

Universitas Sumatera Utara

15

adalah pelaksanaan sertifikasi guru yang bertujuan untuk menjadikan guru lebih
profesional meningkatkan kompetensinya dibidang masing-masing. Kinerja guru
juga dapat ditingkatkan dengan mengadakan supervisi oleh kepala sekolah,
mengadakan kelompok musyawarah guru mata pelajaran, dan memberikan
kesempatan yang baik untuk berkembang dalam karir. Namun pada kenyataannya
terdapat berbagai permasalahan dilapangan yang masih ditemukan dan menjadi
alasan rendahnya kualitas kinerja guru.

1.3. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kepuasan kerja guru
di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?
2. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kepuasan kerja
guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?
3. Bagaimana pengaruh kompetensi sosial terhadap kepuasan kerja guru di
SMA Negeri 1 Barumun Tengah?
4. Bagaimana pengaruh kompetensi profesionalisme terhadap kepuasan kerja
guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?
5. Bagaimana pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan kerja
guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah?
6. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru di SMA
Negeri 1 Barumun Tengah ?
7. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru di SMA
Negeri 1 Barumun Tengah?

Universitas Sumatera Utara

16

8. Bagaimana pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Barumun Tengah?
9. Bagaimana pengaruh kompetensi sosial terhadap kinerja guru di SMA
Negeri 1 Barumun Tengah?
10. Bagaimana pengaruh kompetensi profesionalisme terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Barumun Tengah?
11. Bagaimana pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Barumun Tengah?

1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kepuasan
kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
2. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kepuasan
kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
3. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi sosial terhadap kepuasan kerja
guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
4. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi profesional terhadap kepuasan
kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
5. Untuk menganalisis pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan
kerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
6. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja guru terhadap kinerja guru
di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
7. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru
di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

Universitas Sumatera Utara

17

8. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi kepribadian terhadap kinerja
guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
9. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi sosial terhadap kinerja guru di
SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
10. Untuk menganalisis pengaruh kompetensi profesionalisme terhadap
kinerja guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.
11. Untuk menganalisis pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja
guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah.

1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi para pengambil kebijakan di bidang pendidikan dan yang terkait,
penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan pijakan bagi
pemilihan strategi untuk meningkatkan kinerja guru di jenjang pendidikan
SMA
2. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
dalam mengambil kebijakan terkait dengan upaya – upaya untuk
meningktakan kinerja guru dan mutu pendidikan.
3. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan referensi
untuk selalu meningkatkan kinerjanya dalam melaksanakan tugas – tugas
disekolah.
4. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai bahan banding dalam
melakukan penelitian lanjutan dibidang kajian sejenis.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 0 17

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 0 14

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI KEC. KERSANA KAB. BREBES.

1 1 117

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI KEC. KERSANA KAB. BREBES.

0 0 117

Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah

0 0 14

Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah

0 0 2

Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah

0 0 41

Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah Chapter III V

0 0 94

Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah

0 0 4

Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, Profesionalisme dan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kepuasaan Kerja dan Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Barumun Tengah

0 0 48