Hubungan Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ganja
Ganja merupakan salah satu narkotika yang sering digunakan di dunia.15 Hal
ini disebabkan oleh efek dari Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) yang tergolong
cepat, sehingga dapat memengaruhi perasaan, penglihatan, dan pendengaran. Ganja
dapat menyebabkan adiksi (ketagihan), dimana semakin lama dosis penggunaannya
semakin meningkat. Hal tersebut dapat mengakibatkan efek halusinasi dan perasaan
euforia.1,7

2.1.1 Definisi
Ganja adalah tanaman yang terdiri dari biji, bunga, daun, batang dari cannabis
sativa yang dikeringkan (Gambar 1). Ganja juga diistilahkan dengan aunt mary, bc
bud, blunts, boom, chronic, dope, gangster, grass, hash, herb, hydro, indo, joint, kif,
mary jane, mota, pot, reefer, sinsemilla, skunk, smoke, weed, dan yerba.4
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, ganja merupakan jenis
narkotika yang dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Ganja
hanya digunakan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.2

Gambar 1. Cannabis sativa21


Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Sejarah
Tanaman ganja telah dikenal manusia sekitar 8000 tahun yang lalu. Tanaman
ganja secara botani diklasifikasikan oleh Linaeus pada tahun 1735 (Cit.
Bartholomew) sebagai cannabis sativa yang digunakan untuk keperluan industri,
hiburan, dan pengobatan. Ganja dikenal sebagai tanaman yang dapat menghasilkan
serat untuk membuat benang, tali, dan tekstil. Ganja mulai digunakan dalam dunia
pengobatan di Tiongkok pada tahun 2737 SM. Kaisar Shen Neng yang menganjurkan
penggunaan ganja untuk mengobati berbagai macam penyakit.21,22,23
Ganja juga digunakan untuk upacara keagamaan oleh Suku Nomaden di Asia
timur laut selama periode Neolitik. Ganja mulai dikenal di Amerika Serikat pada awal
1900-an. Pada akhir tahun 1920-an dilaporkan bahwa ganja digunakan dalam tindak
kejahatan. Pada periode 1930-an dan 1940-an, dunia kedokteran menolak penggunaan
ganja sebagai obat.22,23 Namun demikian, saat ini beberapa negara telah melegalkan
penggunaan ganja untuk keperluan medis. Salah satunya adalah negara Kanada.
Berdasarkan Health Canada menyatakan bahwa Individu harus menerima dokumen
medis (resep) dari seorang praktisi medis untuk memberi wewenang kepada
pengguna ganja. Semua ganja harus diperoleh dari produsen lisensi oleh Health

Canada, dari seorang praktisi kesehatan atau dari rumah sakit.5 Akan tetapi, di
Indonesia, ganja termasuk narkotika golongan halusinogen yang tidak digunakan
dalam terapi medis sampai sekarang.3

2.1.3 Jenis Sediaan dan Cara Penggunaan
Cannabinoid yang terdapat pada tanaman Cannabis sativa antara lain Delta9-tetrahydrocannabinol, Delta-8-tetrahydrocannabinol, cannabinol, dan cannabidiol.
Delta-9-tetrahydrocannabinol

(THC)

merupakan

cannabinoid

yang

paling

24,25


berpengaruh pada sistem tubuh dan agen psikoaktif utama.
Jenis sediaan dan cara penggunaan ganja yaitu:
1. Ganja herbal (Marijuana)

Ganja herbal terdiri dari bunga dan daun dari tanaman cannabis sativa yang
dikeringkan.(Gambar 2).26 Ganja herbal mengandung kadar THC yang rendah yaitu

Universitas Sumatera Utara

0.5-5%.11 Cara penggunaan ganja herbal adalah dihisap melalui lintingan ganja
seperti rokok tembakau. Lintingan ganja dikenal dengan sebutan joint atau spliff.
Lintingan ganja biasanya berisi 0,5–1 gram ganja. Ganja herbal juga dapat dihirup
menggunakan berbagai jenis pipa. Pipa yang paling sering digunakan adalah pipa air
(bong).26,27

Gambar 2. Ganja Herbal27
2. Ganja resin (hashish)
Ganja resin dibuat dari bahan resin tanaman ganja yang dikeringkan dan
dipadatkan menjadi bola, blok atau lembaran (Gambar 3). Ganja resin berwarna dari
coklat muda ke hijau tua sampai hitam.26 Ganja resin mengandung kadar THC yang

medium yaitu 2-20%.11 Cara penggunaan ganja resin adalah dilinting menjadi rokok
dengan daun ganja atau tembakau. Ganja resin juga dapat digunakan dengan cara
dibuat sebagai minuman teh dan dicampur dengan makanan.26,27

Gambar 3. Ganja resin27

Universitas Sumatera Utara

3. Minyak ganja (Hash oil)
Minyak ganja adalah minyak kental yang diperoleh dari ekstraksi ganja resin.
Minyak ganja diekstraksi menggunakan larutan seperti aseton, isopropanol atau
methanol. Minyak ganja berwarna dari kuning ke coklat gelap (Gambar 4).26 Minyak
ganja mengandung kadar THC yang tinggi yaitu 15-50%.11 Minyak ganja digunakan
dengan meneteskan 1-2 tetes pada rokok tembakau atau diusapkan pada kertas
pembungkus rokoknya dan dihisap seperti rokok. Minyak ganja juga dapat diteteskan
pada logam panas dan dihirup uapnya.26,27

Gambar 4. Minyak ganja27
2.1.4 Efek Penggunaan Ganja terhadap Kesehatan
2.1.4.1 Efek terhadap Kesehatan Umum

THC yang bersifat psikoaktif dapat memengaruhi hampir seluruh sistem
dalam tubuh dengan cara berikatan dengan reseptor cannabinoid.11 Reseptor
cannabinoid berdasarkan afinitasnya dibagi menjadi reseptor CB1 dan reseptor CB2.
Reseptor CB1 dapat ditemukan di hipokampus, ganglia basal, serebelum, sistem saraf
pusat dan kelenjar saliva. Reseptor CB2 ditemukan di sel-sel imun.28 Ketika ganja
diisap, THC akan masuk melalui paru-paru sebanyak 50% kemudian diabsorbsi ke
aliran darah dan mencapai otak dalam beberapa menit.11 Aktivasi reseptor
cannabinoid pada otak berada di bagian hipokampus, ganglia basal dan serebelum
yang memengaruhi perasaan senang, ingatan, pikiran, konsentrasi, pergerakan,
koordinasi dan persepsi waktu serta sensoris. THC yang masuk ke dalam otak dapat
menstimulasi sel-sel otak di nucleus accumbens dan prefrontal cortex untuk

Universitas Sumatera Utara

mengeluarkan neurotransmiter dopamin yang berperan dalam pengaturan emosi dan
sikap, sehingga dapat menyebabkan munculnya rasa senang dan santai pada
seseorang.24,25,29 Dosis tinggi THC dapat menyebabkan terjadinya halusinasi.12
Merokok ganja juga memiliki potensi besar terhadap terjadinya kanker paruparu dibandingkan dengan merokok tembakau. Ganja mengandung konsentrasi zat
karsinogenik polycylic aromatic hydrocarbon dua kali lipat lebih besar bila
dibandingkan rokok tembakau. Ganja cenderung dihisap tanpa menggunakan filter,

biasanya dihisap dengan hisapan dalam dan menahan nafas lebih lama, sehingga
menyebabkan penumpukan zat karsinogenik pada saluran nafas.30
Ketika pengguna mengalami ketergantungan pada ganja dan menggunakan
ganja terus-menerus dengan dosis yang berlebihan dalam jangka panjang maka hal ini
dapat mengganggu kesehatan pada pecandu.24 Efek jangka panjang dari penggunaan
ganja dapat bertahan berkisar 3 minggu hingga lebih dari satu tahun setelah pengguna
berhenti menggunakan ganja.12,21
Merokok ganja dapat memengaruhi janin dalam kandungan. Keterlambatan
pertumbuhan janin sering terjadi pada ibu yang menggunakan ganja.31 Penggunaan
ganja juga dapat menyebabkan bayi dilahirkan dalam keadaan cacat. Selain itu, bila
ganja dikonsumsi setiap hari dalam jumlah yang besar, dapat menyebabkan kerusakan
sistem reproduksi.32

2.1.4.1 Efek terhadap Kesehatan Rongga Mulut
Ganja dapat memengaruhi kesehatan rongga mulut pengguna ganja. Hal ini
disebabkan oleh sifat iritatif ganja. Reseptor CB1 dalam kelenjar saliva

juga

menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan rongga mulut pada pengguna

ganja.1,14,33,34 Efek dari merokok ganja terhadap rongga mulut antara lain xerostomia,
leukoplakia, dan kandidiasis.14
Asap pembakaran dari ganja dapat mereduksi oksigen dalam rongga mulut
dan meningkatkan koloni bakteri anaerob sehingga membuat pH saliva semakin
turun. Penurunan pH saliva maka akan memicu terjadinya demineralisasi gigi
sehingga meningkatkan kejadian karies pada pengguna ganja.29,35 Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

penelitian Ditmyer, dkk. menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi dan
keparahan karies pada pengguna ganja. Pengguna ganja memiliki jumlah DMFT
(decay, missing, filling teeth) dua kali lebih tinggi dibanding perokok biasa.33
Ganja

dapat

menyebabkan

laju


aliran

saliva

menurun,

sehingga

mengakibatkan berkurangnya fungsi imun dari saliva dalam menjaga kesehatan
rongga mulut. Hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan jumlah bakteri dan
jamur pada rongga mulut, termasuk bakteri anaerob dan Candida albicans.
Pembentukan plak dan koloni bakteri anaerob dapat meningkatkan terjadinya
gingivitis pada pengguna ganja.15,35 Kurangnya kesadaran pengguna ganja dalam
menjaga kebersihan rongga mulut menyebabkan gingivitis tersebut berkembang
menjadi periodontitis.15,29,34 Densitas dari Candida albicans semakin meningkat
disebabkan oleh kandungan hidrokarbon pada ganja, yang menjadi sumber energi
bagi Candida albicans. Hal ini mengakibatkan terjadinya kandidiasis pada pengguna
ganja.11,15
Ketika ganja diisap, rongga mulut akan terpapar oleh asap pembakaran yang
panas. Paparan yang terjadi secara kronis menyebabkan terbentuknya zat karsinogen

polycylic aromatic hydrocarbon sehingga memengaruhi epitel rongga mulut. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada sel epitel rongga mulut
yang disebut dengan cannabis stomatitis termasuk leukodema.11,12,24 Cannabis
stomatitis mirip dengan nikotin stomatitis.30,36 Apabila cannabis stomatitis tidak
segera ditangani maka epitel rongga mulut akan semakin berdiferensiasi dan menjadi
lesi premalignan seperti leukoplakia.15
Penggunaan ganja berat telah dikaitkan dalam insiden kanker mulut. Kanker
rongga mulut yang sering ditemukan pada pengguna ganja adalah tipe squamous cell
carcinoma.29 Hubungan antara kanker rongga mulut dan pemakaian ganja lebih
signifikan pada pasien usia di bawah 50 tahun.15

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5. Karies pada pengguna ganja18
2.2 Xerostomia
Xerostomia merupakan keluhan yang dapat disebabkan oleh aliran saliva
berkurang dan berubah komposisi saliva. Komplikasi dari xerostomia yaitu karies
gigi, kandidiasis, dan halitosis.37

2.2.1 Definisi

Xerostomia berasal dari bahasa Yunani yaitu xeros (kering) dan stoma (mulut)
yang artinya mulut kering (Gambar 6). Xerostomia merupakan keluhan subjektif
(gejala) pada rongga mulut yang tidak selalu berhubungan dengan hipofungsi kelenjar
saliva.38,39 Xerostomia bukanlah suatu penyakit, melainkan sebuah gejala dari
berbagai kondisi, seperti efek samping obat-obatan, kondisi fisiologis, dan disfungsi
kelenjar saliva.39

Gambar 6. Xerostomia40

Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Etiologi
Xerostomia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia dengan memengaruhi aliran
saliva dengan beberapa cara seperti mengganggu transmisi sinyal di persimpangan
efektor saraf parasimpatis, mengganggu aksi di persimpangan efektor saraf
adrenergik, atau menyebabkan penurunan koneksi dari sistem saraf otonom.41 Obatobatan yang sering menimbulkan xerostomia adalah antihipertensi, antidepresan dan
antihistamin.42
2. Penyakit kelenjar saliva

Ada beberapa penyakit kelenjar saliva dapat menyebabkan hiposalivasi dan
xerostomia. Penyakit kelenjar saliva yang menyebabkan hiposalivasi atau xerostomia
diantaranya seperti Sialadenitis, tumor kelenjar saliva, mukokel, dan ranula.43
Sialadenitis kronis lebih umum mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis.
Penyakit ini menyebabkan degenerasi sel asini dan penyumbatan duktus. Tumor
kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada
struktur duktus kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva.44
3. Penyakit sistemik
Beberapa penyakit sistemik yang dapat menyebabkan xerostomia yaitu
Sjogren’s syndrome, diabetes melitus, systemic lupus erythematous (SLE), infeksi
HIV,

Graft-versus-host-disease,

dan

sarkoidosis.38,41,43

Sjogren’s

syndrome

merupakan penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan adanya inflamasi dari
kelenjar eksokrin yang dapat menyebabkan terjadinya xerostomia.41
Selain Sjogren’s syndrome, diabetes melitus juga berhubungan dengan
terjadinya xerostomia. Hal ini tergantung pada penyakit diabetes mellitus yang
terkontrol atau tidak terkontrol. Aliran saliva pada pasien yang tidak terkontrol akan
lebih rendah daripada yang terkontrol.41
Selain diabetes militus, penyakit autoimun yaitu Graft-versus-host-disease
(GVHD) juga menimbulkan manifestasi oral dan xerostomia merupakan keluhan
yang paling sering ditemukan. Penyakit GVHD menyebabkan fibrosis kelenjar saliva

Universitas Sumatera Utara

dan perubahan komposisi saliva (berkurangnya konsentrasi Na+ dan meningkatnya
konsentrasi K+) sehingga terjadi penurunan aliran saliva. Pada tahap lanjut, penyakit
GVHD akan merusak fungsi kelenjar saliva mayor dengan menyerang reseptor
muskarinik, transporter air dan ion kalsium.41,42
4. Usia
Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun
sehingga menimbulkan berbagai keluhan. Salah satunya adalah xerostomia.
Xerostomia terjadi karena perubahan atropi pada kelenjar saliva terkait dengan
degenerasi akibat proses aging. Kemunduran fungsi kelenjar saliva terjadi akibat
hilangnya kelenjar parenkim yang digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan
ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.42,45
5. Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher
Radioterapi (terapi umum untuk kanker kepala dan leher) telah terbukti
menjadi faktor risiko untuk terjadinya xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva.
Pada ambang batas dosis 25 Gy atau lebih dapat terjadi kerusakan permanen jaringan
kelenjar saliva.43,46 Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva
tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran.47
Kelenjar saliva yang paling radiosensitif yaitu kelenjar parotid, diikuti
kelenjar submandibula, dan sublingual. Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah
radiasi ada beberapa tahap, yaitu terjadi inflamasi kelenjar saliva, khususnya pada selsel asini serous setelah beberapa hari terapi radiasi. Beberapa bulan setelah
radioterapi dilakukan, inflamasi akan semakin kronik dan glandula akan menjadi
fibrosis, adiposis, kehilangan pembuluh darah, dan degenerasi jaringan parenkim.47
Selain berkurangnya volume saliva, juga terjadi perubahan lainnya pada
saliva, yaitu viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menurun dan sekresi IgA
berkurang. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva
menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah
diterima.47

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Gambaran Klinis
Pasien yang mengalami xerostomia sering mengeluh kesulitan mengunyah
dan menelan makanan. Pada saat memakan makanan yang kering, biasanya harus
dibantu dengan air agar dapat mengunyah dan menelan makanan. Mukosa mulut juga
menjadi sensitif terhadap makanan yang pedas.39
Pasien dengan xerostomia sering ditandai dengan bibir pecah-pecah,
terkelupas, dan atropi. Bagian dorsal lidah sering berfisur dengan atrofi papila
filiformis. Pasien juga dapat mengalami peningkatan kandidiasis mulut karena
berkurangnya aktifitas pembersihan dan antimikroba yang secara normal diberikan
oleh saliva. Selain itu, pasien xerostomia juga lebih cenderung mengalami kerusakan
gigi, terutama karies servikal dan akar.39

2.2.4 Diagnosis
Xerostomia dapat ditentukan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Selain dari riwayat dan pemeriksaan, sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan fungsi
kelenjar saliva yang terdiri dari pengukuran laju aliran saliva (sialometri) maupun
sialografi.
1. Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis dengan pasien dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan untuk menegakkan diagnosis xerostomia. Hal ini dapat
dilakukan secara lisan atau melalui kuesioner.39 Berdasarkan kuesioner, xerostomia
dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu Mild, Moderate, dan Severe dryness (Tabel
1).

48

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Kuesioner untuk mendiagnosis xerostomia48
1
Apakah anda merasa mulut anda kering?
Apakah anda sering menyisipkan cairan/minuman
2
apabila ingin menelan makanan kering?
3
Apakah anda sangat sering merasa haus?
Apakah anda merasa kesulitan untuk menelan
4
makanan?
5
Apakah mulut anda terasa kering sepanjang hari?
Apakah anda mengunyah permen Karet atau
6
permen yang keras setiap hari untuk meredakan
mulut kering?

Mild dryness

Moderate dryness

Severe dryness

2. Pemeriksaan klinis
Tanda-tanda kekeringan di mulut untuk xerostomia diperiksa dan dibedakan
menggunakan sistem skor atau yang disebut Clinical Oral Dryness Score (CODS)
(Tabel 2).49

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Tanda-tanda kekeringan mulut berdasarkan CODS49
Skor
Gambaran klinis
Keterangan
1

Kaca mulut menempel pada mukosa bukal

2

Kaca mulut menempel pada lidah

3

Saliva berbuih

4

Tidak ada saliva yang menggenang di dasar
mulut

5

Lidah menunjukkan kehilangan papilla

6

Perubahan gambaran klinis gingiva/licin
(terutama bagian anterior)

7

Gambaran mukosa mulut menjadi berkilat
(terutama langit-langit)

8

Lidah berlobus / terdapat fisur yang dalam

9

Karies servikal (lebih dari dua gigi)

10

Debris mukosa pada palatum (kecuali
dibawah gigi palsu)

Keterangan tabel: Skor 1-3 mild dryness; Skor 4-6 moderate dryness; Skor 7-10
severe dryness

Universitas Sumatera Utara

3. Pengumpulan saliva
Laju aliran saliva dapat memberi informasi yang penting untuk tujuan
diagnosis xerostomia. Pengukuran laju aliran saliva dapat dihitung dari saliva yang
berasal dari kelenjar saliva mayor ataupun dari sampel campuran dari cairan mulut
yang disebut dengan saliva total (whole saliva). Metode utama untuk mengumpulkan
saliva total terdiri dari metode draining, spitting, suction, dan swab.39,46
Metode draining disebut juga metode drooling.50 Metode draining bersifat
pasif. Dengan metode ini, pasien diminta untuk mengalirkan saliva dari mulut ke
dalam tabung dalam satu waktu tertentu. Metode spitting hampir sama dengan
metode draining. Metode spitting dilakukan dengan membiarkan saliva untuk
tergenang di dalam mulut dan selanjutnya meludahkan ke dalam suatu tabung setiap
60 detik selama 5 menit (Gambar 7). Metode suction menggunakan sebuah aspirator
atau saliva ejector untuk mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada
periode waktu yang telah ditentukan. Metode swab caranya menggunakan cotton
roll/sponge yang sebelumnya diukur beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam mulut
dan dibiarkan saliva mengalir membasahinya. Cotton roll/sponge tersebut kemudian
diukur kembali beratnya dan dicari hasil selisihnya. Metode swab merupakan teknik
yang efektif untuk memperkirakan derajat salivasi pasien dengan keadaan xerostomia
yang parah.39,46
Pengumpulan saliva total dapat dilakukan pada saat istirahat (unstimulated)
dan pada saat melakukan aktivitas (stimulated). Laju aliran saliva tanpa stimulasi dan
stimulasi diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu normal, low dan very low
(hiposalivasi). Pada saat stimulasi, laju aliran saliva normal sekitar 1-3 ml/menit, low
sekitar 0.7-1.0 ml/menit, dan very low kurang dari 0.7 ml/ menit, sedangkan tanpa
stimulasi laju aliran saliva normal sekitar 0.25-0.35 ml/menit, low sekitar 0.1-0.25
dan very low kurang dari 0.1 ml/menit.51

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7. Pengumpulan saliva total
tanpa stimulasi dengan
metode spitting 46
2.2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan xerostomia tergantung pada derajat kerusakan kelenjar saliva
dan penyebab yang mendasari xerostomia. Beberapa perawatan xerostomia dibagi
menjadi 5 kategori utama yaitu:39,42
1. Terapi preventif
Pasien diinstruksikan untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi untuk
menjaga kesehatan gigi yang optimal. Pasien juga perlu melakukan konsultasi diet,
menghindari makanan kariogenik, mengurangi meminum minuman beralkohol, dan
yang mengandung kafein karena dapat meningkatkan mulut kering
2. Perawatan simtomatik
Perawatan simtomatik yang dapat dilakukan antara lain penggunaan air dan
obat kumur. Pasien disarankan untuk mengkonsumsi air yang cukup. Hal ini dapat
membantu

menjaga

kelembaban

rongga

mulut,

membasahi

mukosa,

dan

membersihkan debris. Penggunaan obat kumur juga tersedia untuk pasien xerostomia
tetapi harus menghindari produk yang mengandung alkohol, gula serta bahan yang
dapat mengiritasi.
3. Stimulasi lokal atau topikal
Stimulasi lokal dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet bebas gula.
Mengunyah dapat menstimulasi aliran saliva secara efektif.

Universitas Sumatera Utara

4. Stimulasi saliva sistemik
Pengobatan sistemik untuk merangsang aliran saliva telah dinilai dalam
sejumlah uji klinis. Pilocarpine merupakan obat yang telah diuji paling efektif dalam
stimulasi saliva. Obat-obatan lain yang juga dapat merangsang aliran saliva adalah
bromheksine, anetholetrithione, dan cevimeline.

2.3 Hubungan Penggunaan Ganja Terhadap Terjadinya Xerostomia
Secara fisiologis, kelenjar saliva dipersarafi oleh saraf otonom yaitu saraf
simpatis dan parasimpatis yang bekerja bersamaan. Asetilkolin merupakan
postganglionic transmitter saraf parasimpatis dan noradrenalin adalah postganglionic
transmitter saraf simpatis yang bekerja pada kelenjar saliva. Noradrenalin bekerja
pada α1-adrenoceptors dan β1-adrenoceptors, sedangkan asetilkolin bekerja pada
reseptor muskarinik M1 dan M3. Baik saraf parasimpatis maupun simpatis, keduanya
meningkatkan sekresi dari saliva. Rangsangan saraf simpatis mensekresi saliva
dengan volume yang lebih sedikit, kental dan mengandung lebih banyak musin.
Sementara itu, rangsangan saraf parasimpatis menyebabkan vasodilatasi dan berperan
dominan dalam sekresi saliva yang cair dan kaya enzim. Saraf parasimpatis
menyebabkan vasodilatasi sehingga aliran darah untuk kelenjar saliva meningkat dan
mengakibatkan peningkatan volume saliva.52,53
Merokok ganja dapat mengurangi aliran saliva sehingga terjadi xerostomia
yang diikuti dengan peningkatkan buih, volume yang rendah dan kental pada saliva.54
Mantan pengguna ganja dapat mengalami xerostomia akibat dari kandaungan THC
dalam

ganja

yang

memiliki

efek

residu.19

Ganja

juga

memiliki

sifat

parasimpatolitik.18 Reseptor CB1 secara umum berpasangan dengan protein G yang
berada pada membran sel saraf parasimpatik. Hal ini dapat menyebabkan THC yang
masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan protein G dan reseptor CB1,
menginhibisi saluran ion kalsium dan mengaktivasi saluran potasium. Masuknya ion
kalsium ke dalam sel di ujung sinaps diperlukan untuk proses eksositosis
neurotransmitter dan aktivasi saluran potasium menyebabkan hiperpolarisasi sel

Universitas Sumatera Utara

sehingga sel-sel pada saraf parasimpatik akan mengalami hambatan pada proses
eksositosis.55
Dengan demikian, fungsi saraf parasimpatis terinhibisi dan saraf parasimpatis
tidak dapat merangsang kelenjar saliva untuk mensekresikan saliva. Sekresi saliva
hanya didapat melalui sistem saraf simpatis yang menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi dan menurunkan aliran darah ke kelenjar saliva, sehingga sel-sel asini
mengalami atropi dan menghasilkan saliva dengan volume yang lebih sedikit, kental
dan mengandung lebih banyak musin.53,56

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Teori

Penggunaan ganja

Ganja herbal

Ganja resin

Minyak ganja

Delta-9-Tetrahydrocannabinol
(THC)

Saraf otonom

Efek terhadap kesehatan umum

Efek terhadap kesehatan mulut

Kelenjar saliva

Xerostomia

Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep

Lama berhenti

Xerostomia

menggunakan ganja

Universitas Sumatera Utara