Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

(1)

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA PADA KLIEN PENGGUNANAPZA DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA INSYAF SUMATERA UTARA

SKRIPSI

NOVA ERPI ISKA SITUMORANG 091101068

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanyakepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien pengguna NAPZA Di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S. Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih kepada pihak Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti dalam proses uji Reliabilitas.

4. Terima kasih kepada Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan membantu dalam proses pengambilan data pada saat penelitian.


(4)

5. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan dan bimbingan serta kritik yang bermanfaat selama penyusunan proposal skripsi ini.

6. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns selaku penguji I dan Ismayadi, S.Kep, Ns, CWCCA, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan masukan dan saran pada skripsi penulis.

7. Roxana Devi Tumanggor M. Nurs ( Mental Health) selaku penguji validitas isi instrumen penulis.

8. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademis penulis yang telah membimbing penulis selama di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

10.Teristimewa buat Ayahanda R. Situmorang dan Ibunda P. Munthe tercinta yang selalu mendoakan, menyayangiku, dan memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta senantiasa memberikan yang terbaik untukku. Terimakasih juga kuucapkan untuk seluruh keluarga tersayang yang telah memotivasiku dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Rekan-rekan seperjuangan S1 angkatan 2009 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, terkhusus buat kelompok D yang telah membantu dan memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini.


(5)

12.Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juli 2013 Penulis


(6)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Prakata ... ... i

Daftar Isi ... iv

Daftar Skema ... vi

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2Pertanyaan Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dukungan Keluarga ... 8

2.2.NAPZA ... 14

2.3 Rehabilitasi ... 21

2.4 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pengguna NAPZA ... 22

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka konseptual ... 25

3.2 Defenisi Operasional ... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 28

2. Populasi dan Sampel ... 28

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 30

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 30

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Reabilitas dan Validitas 31 6. Pengumpulan Data ... 34


(7)

7. Analisa Data ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 36

2. Pembahasan ... 41

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 46

2. Saran ... 46

3. Keterbatasan Penelitian ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 Lampiran-lampiran

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Kalender Penelitian 4. Taksasi Dana 5. Riwayat Hidup

6. Surat Survey Awal 7. Surat Izin Penelitian 8. Hasil Penelitian


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2.1 Defenisi Variabel Penelitian...26 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden pengguna NAPZA di PSPP Insyaf ... ……38 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Presentase Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna NAPZA di PSPP Insyaf ... 39 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Presentase Dukungan Emosional pada Klien Pengguna NAPZA di PSPP Insyaf ... 39 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Presentase Dukungan Informasi pada Klien Pengguna NAPZA di PSPP Insyaf ... 40 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Presentase Dukungan Material pada Klien Pengguna NAPZA di PSPP Insyaf ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Presentase Dukungan Pengharapan pada Klien Pengguna NAPZA di PSPP Insyaf ... 41


(10)

(11)

Judul : Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

Peneliti : Nova Erpi Iska Situmorang NIM : 091101068

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2013

Abstrak

NAPZA adalah bahan, zat, obat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial karena lama-kelamaan akan terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (depedensi) terhadap NAPZA.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi besarnya dukungan keluarga (emosional, informasi, material, pengharapan) pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Desain penelitian deskriptif, dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang dengan menggunakan teknikPurposive sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA yaitu dukungan keluarga maksimal (92,9 %).Dukungan maksimal juga didapatkan dari dukungan emosional (85,7 %), dukungan informasi (78,6%), dukungan material (89,3%), dukungan pengharapan (85,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi klien untuk sembuh di panti rehabilitasi. Disarankan kepada staf pelaksana program Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara perlu menyusun program-program kegiatan yang melibatkan anggota keluarga khususnya orang tua, bekerja lebih aktif memberikan dukungan serta memberikan penyuluhan kepada pasien rehabilitasi.


(12)

(13)

Judul : Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

Peneliti : Nova Erpi Iska Situmorang NIM : 091101068

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2013

Abstrak

NAPZA adalah bahan, zat, obat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial karena lama-kelamaan akan terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (depedensi) terhadap NAPZA.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi besarnya dukungan keluarga (emosional, informasi, material, pengharapan) pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Desain penelitian deskriptif, dengan jumlah sampel sebanyak 28 orang dengan menggunakan teknikPurposive sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA yaitu dukungan keluarga maksimal (92,9 %).Dukungan maksimal juga didapatkan dari dukungan emosional (85,7 %), dukungan informasi (78,6%), dukungan material (89,3%), dukungan pengharapan (85,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi klien untuk sembuh di panti rehabilitasi. Disarankan kepada staf pelaksana program Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara perlu menyusun program-program kegiatan yang melibatkan anggota keluarga khususnya orang tua, bekerja lebih aktif memberikan dukungan serta memberikan penyuluhan kepada pasien rehabilitasi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NAPZA adalah singkatan untuk Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan berbahaya lainnya). Tri Cahyono (2010), istilah NAPZA umumnya digunakan di sektor pelayanan kesehatan, yang menitikberatkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik. NAPZA adalah bahan, zat, obat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh, terutama otak atau susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosial karena lama-kelamaan akan terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.

Beberapa tahun terakhir masalah penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat aditif lainnya (selanjutnya disebut NAPZA), menunjukkan adanya peningkatan kuantitas, kualitas maupun tingkat persebarannya, baik ditinjau dari jumlah korban maupun jenis NAPZA yang disalahgunakannya. Penyalahgunaan NAPZA ini bukan hanya menjadi masalah internasional melainkan juga telah menjadi masalah nasional, seperti pada Indonesia penyalahgunaan NAPZA telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, dimana Indonesia bukan hanya menjadi “daerah transit” tetapi telah menjadi “daerah pemasaran”, bahkan telah menjadi “daerah produsen” bahan narkotika ini.


(15)

Badan Perserikatan Bangsa- Bangsa United Nations (PBB UN), International Drug Control Program, menyatakan pada tahun 2009 jumlah pemakai NAPZA di seluruh dunia telah mencapai 180 juta orang dan setidaknya 100.000 diantara mereka meninggal setiap tahun. Oleh karena itu penyalahgunaan NAPZA ini sudah menjadi masalah yang mengkhawatirkan bagi internasional (Supriono, 2006). Sedangkan data dari BNN (Badan Narkotika Nasional, 2009) prevalensi jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia telah mencapai 3,2 juta jiwa, dengan rincian 1,5% sebagai pengedar dan 98,5% sebagai pengguna NAPZA. Dari 3,2 juta jiwa pengkonsumsi NAPZA tersebut, 15 ribu orang meninggal setiap tahunnya atau 40 orang meninggal setiap harinya. Indonesia merupakan peringkat keenam dalam pengedar NAPZA terbesar di dunia. Fenomena NAPZA bagaikan fenomena gunung es (ice berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan dengan yang tidak tampak.

Sementara prevalensi penyalahgunaan NAPZA di Sumatera Utara, pada tahun 2010 jumlah mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Ancaman narkoba di Sumut kian membahayakan. Hal itu terungkap dari data jumlah tersangka dan banyaknya kasus narkoba yang terjadi di Sumut yang dicatat Polisi Daerah Sumatera Utara (Poldasu). Setidaknya, sampai April 2012 telah tertangkap 1.094 tersangka dari 829 kasus narkoba (Waspada, 8 juni 2012).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Medan, jumlah korban pengguna NAPZA yang dirawat dari tahun 2010 ada sebanyak 983 tahun dan tahun 2011 sebanyak 1071 (RSJ 2012) dan di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara (PSPP) terdapat 142 orang pengguna NAPZA pada tahun


(16)

2013. Masalah penyalahgunaan NAPZA menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan. Selain mencakup masalah medis, penyalahgunaan NAPZA seringkali mengalami perlakuan diskriminasi dari keluarga maupun lingkungannya. Oleh karena itu, pelayanan sosial dalam bentuk perlindungan khusus perlu dilakukan agar mereka tetap dapat memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya sebagai individu, anggota keluarga dan masyarakat sesuai harkat dan martabatnya (Depsos, 2002).

Salah satu upaya yang umumnya dilakukan adalah memasukkan individu yang mengalami ketergantungan narkoba ke pusat rehabilitasi. Ketika masuk ke pusat rehabilitasi, individu dihadapkan dengan berbagai macam program untuk membantu individu sembuh dari ketergantungan. Upaya ini tidak dapat diandalkan sepenuhnya, mengingat kenyataan bahwa tidak semua orang yang mengikuti program tersebut akan sembuh dalam waktu yang sama. Kesembuhan adalah suatu proses yang membutuhan waktu dan usaha berkelanjutan dari pihak individu yang mengalami ketergantungan narkoba (Somar, 2001).

Banyak sikap atau perlakuan dari orang sekitar akan sangat berpengaruh terhadap kesembuhannya. Pengaruhnya sangat besar terhadap keberhasilan individu untuk sembuh. Di satu sisi individu ingin diterima dan didukung usahanya untuk sembuh dari ketergantungan terhadap napza. Di sisi yang lain orang sekitar masih memberikan penilaian negatif terhadap mereka, tetap mencurigai, terjadinya penolakan terhadap mereka dan tidak menghargai usaha yang dilakukannya (Somar, 2001).


(17)

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Papalia & Olds (1995, dalam Sukoco, 2011) yang menyatakan bahwa pemberian dukungan sosial dari orang yang berarti di seputar kehidupan individu memberi kontribusi yang terbesar dalam meningkatkan harga diri seseorang dan dengan harga diri yang tinggi dapat mempercepat proses penyembuhan individu yang mengalami ketergantungan narkoba.

Kurangnya dukungan dari keluarga untuk proses kesembuhannya atau lingkungan yang justru merendahkan bahkan tidak menghargai usaha-usaha untuk sembuh yang dilakukan penderita ketregantungan napza akan menambah stres dan sulit untuk mengendalikan perasaan sehingga membuat individu rentan untuk menggunakan napza kembali.

Menurut Orford (1992, dalam Sukoco, 2011) dukungan sosial atau keluarga bekerja dengan tujuan untuk memperkecil tekanan-tekanan atau stres yang dialami individu. Dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stres maka dukungan keluarga tidak berpengaruh. Sesuai dengan Wills (dalam Orford,1992) yang menyatakan bahwa bentuk dukungan sosial atau keluarga yang diperlukan oleh individu dengan penerimaan diri yang rendah, membutuhkan dukungan keluarga yang bersifat emosional dan kelompok sosial. Mengingat hal tersebut, maka dukungan keluarga sangat berperan penting dalam kehidupan individu yang mengalami ketergantungan napza.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah (2008) di Panti Sosial Pamardi Putra “Sehat Mandiri” Yogyakarta ditunjukkan adanya pendekatan Family Support Group, keluarga dapat menjadi teman recovery live yaitu keluarga mengawal


(18)

perjalanan hidup anaknya untuk kembali menjalani hidup sehat tanpa menggunakan NAPZA lagi dan membantu anak untuk bersosialisasi di masyarakat. Selanjutnya keluarga dapat menjadi teman recovery addiction yaitu keluarga dapat menjaga anak supaya tidak kambuh (mengkonsumsi NAPZA lagi).

Secara sederhana DiMatteo(1991 dalam Yurliani, 2007) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan yang berasal dari orang lain seperti keluarga, teman, tetangga, teman sekerja. Dukungan keluarga itu sendiri memiliki beberapa komponen, yaitu dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan nyata dan dukungan pengharapan.

Dari berbagai fenomena yang sudah dijelaskan di atas, menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai gambaran dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.


(19)

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut. “Bagaimana dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara”.

1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran dukungankeluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dukungan emosional pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

b. Mengetahui dukungan informasi pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

c. Mengetahui dukungan nyata pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

d. Mengetahui dukungan pengharapanpada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.


(20)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Praktik Keperawatan

Sebagai informasi tentang pentingnya dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utaradan untuk meningkatkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien NAPZA.

2. Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi tambahan terkait dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga penyalahgunaan NAPZA agar dapat memberikan dukungan keluarga kepada anggota keluarganya yang menggunakan NAPZA untuk meningkatkan keinginan klien untuk berhenti menggunakan NAPZA.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Dukungan Keluarga

2.1.1 Defenisi Keluarga

Menurut WHO (1996) Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Menurut Departemen Kesehatan (1998), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Adapun pendapat oleh Sayekti (1994) mengatakan bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seseorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Setiadi, 2008).

2.1.2 Konsep Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 1998). Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996 dalam Setiadi, 2008). Anggota keluarga sangat membutuhkan dukungan dari keluarganya karena hal ini akan membuat individu


(22)

tersebut merasa dihargai dan anggota keluarga siap memberikan dukungan untuk menyediakan bantuan dan tujuan hidup yang ingin dicapai individu (Friedman, 1988).

Menurut Cohen dan Mc Kay (1984 dalam Niven, 2000) bahwa komponen-komponen dukungan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Dukungan Emosional

Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman, merasa dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada pasien yang dirawat di rumah atau di panti. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi atau ekspresi.

Jika stres mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai maka dukungan dapat menggantikannya sehingga akan dapat menguatkan kembali perasaan dicintai tersebut. Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak terkontrol maka akan berakibat hilangnya harga diri.

2. Dukungan Informasi

Dukungan ini meliputi komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah yang dihadapi pasien baik di rumah atau rumah sakit jiwa, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tempat, dokter, dan terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan


(23)

stressor. Pada dukungan informasi, keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi

3. Dukungan Nyata

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (Instrumental Support/ Material Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat membantu menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis. Meskipun sebenarnya, setiap orang dengan sumber-sumber yang tercukupi dapat memberi dukungan dalam bentuk uang atau perhatian yang bertujuan untuk proses pengobatan. Akan tetapi, dukungan nyata akan lebih efektif bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pemberian dukungan nyata yang berakibat pada perasaan ketidakadekuatan dan perasaan berhutang, malah akan menambah stress individu.

4. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang


(24)

masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif keluarga kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif. Dalam dukungan pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi persepsi pasien akan ancaman. Dukungan keluarga dapat membantu pasien mengatasi masalah dan mendefinisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman kecil dan keluarga bertindak sebagai pembimbing dengan memberikan umpan balik dan mampu membangun harga diri pasien.

2.1.3 Manfaat Dukungan Keluarga

Smet (1994 dalam Sukoco, 2011) mengemukakan bahwa ada dua model peranan dukungan keluarga dalam kehidupan, yaitu model efek langsung (direct effect) dan model efek penyangga (buffer effect). Dalam efek langsung tetap berpendapat bahwa dukungan sosial atau keluarga itu bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan tidak perduli banyaknya stres yang dialami seseorang. Menurut efek dukungan sosial yang positif sebanding di bawah intensitas-intensitas stres tinggi dan rendah. Contohnya, orang-orang dengan dukungan keluarga yang tinggi dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres. Sedangkan efek penyangga, dukungan keluarga mempengaruhi kesehatan dengan melindungi orang tersebut terhadap efek negatif dari stres berat. Fungsi yang bersifat melindungi ini hanya atau terutama efektif jika orang tersebut


(25)

menjumpai stres yang kuat. Efek penyangga bekerja paling sedikit dengan dua cara. Orang-orang dengan dukungan sosial atau keluarga yang tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stres (mereka tahu bahwa mungkin akan ada seorang yang dapat membantu mereka). Orang-orang dengan dukungan sosial atau keluarga akan mengubah respon mereka terhadap sumber stres (contohnya seorang teman pergi ke sahabatnya untuk membicarakan masalah tersebut). Wills (1985) dalam Friedman (1998) menambahkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Akhmadi, 2010).Kedua sudut pandang ini mempengaruhi dampak sumber stres.

2.1.4 Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Akhmadi, 2010).


(26)

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984 dalam Friedman 1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian daripada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia (Akhmadi, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial rendah (Akhmadi, 2010).

2.2 NAPZA

2.2.1 Pengertian NAPZA

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain. Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan


(27)

ketergantungan. Penyalahgunaan zat adalah penggunaan secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit (Stuart & Sundeen, 1998, dikutip dari Purba, dkk. 2010)

2.2.2 Jenis-Jenis NAPZA

NAPZA dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu:

a. Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009).

b. Psikotropika, Menurut Kepmenkes RI No. 996/MENKES/SK/VIII/2002, psikotropika adalah zat atau obat, baik sintesis maupun semisintesis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang tergolong dalam psikotropika (Hawari, 2006) adalah stimulansia yang membuat pusat syaraf menjadi sangat aktif karena merangsang syaraf simpatis (Purba, dkk. 2010).

c. Zat Adiktif Lainnya, merupakan zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Bahan-bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam narkotika dan psikotropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 1999). Adapun yang termasuk zat adiktif ini antara lain: minuman keras (minuman


(28)

beralkohol) yang meliputi minuman keras golongan A (kadar ethanol 1 % sampai 5 %) seperti bir, green sand; minuman keras golongan B (kadar ethanol lebih dari 5% sampai 20%) seperti anggur malaga; dan minuman keras golongan C (kadar ethanol lebih dari 20% sampai 55%) seperti brandy, wine, whisky. Zat dalam alkohol dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bila kadarnya dalam darah mencapai 0,5% dan hampir semua akan mengalami gangguan koordinasi bila kadarnya dalam darah 0,10 % (Marviana dkk. 2000). Zat adiktif lainnya adalah nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia. (Purba, dkk. 2010)

2.2.3 Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Harboenangin (dikutip dari Purba, dkk. 2010) mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

a. Faktor Internal

1) Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam prilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri.


(29)

2) Intelegensia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intelegensia pecandu yang datang untuk konseling di klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya.

3) Usia

Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Usia pertama kali menggunakan NAPZA rata-rata 19 tahun. Menurut Rahmah (2008) bahwa usia remaja merupakan periode yang paling rawan terhadap penyalahgunaan NAPZA, karena masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, saat di mana remaja mulai muncul rasa penasaran, ingin tahu, serta ingin mencoba berbagai hal yang baru berisiko tinggi. Alasan remaja menggunakan narkoba karena kondisi sosial, psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang. Oleh karena itu, sangat mungkin jika semakin hari akan semakin bertambah jumlah pengedar dan pengguna NAPZA di kalangan anak-anak dan remaja.

4) Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu

Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.


(30)

5) Pemecahan Masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada. b. Faktor Eksternal

1) Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi pengguna narkoba. Rahmah (2008) mengemukakan bahwa gambaran pola asuh orang pada remaja pengguna NAPZA adalah kurangnya upaya kedua orang tua dalam menerapkan disiplin pada remaja sesuai dengan standar tingkah laku yang sudah dibuat sebelumnya, kurangnya kejelasan komunikasi antara orang tua dan remaja, tidak adanya dukungan dalam remaja anak.

2) Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seusia untuk mempengaruhi seseorang agar berprilaku seperti kelompok itu. Sinaga (2007) melaporkan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah teman sebaya (78,1 %). Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh teman kelompoknya sehingga remaja menggunakan narkoba.


(31)

3) Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu seseorang menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan obat-obatan ini mudah diperoleh. Pengalaman feel good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan akhirnya menjadi pecandu.

4) Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah turut mendorong terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Sekolah yang kurang disiplin dan tidak tertib, sering tidak ada pelajaran pada waktu jam sekolah, pelajaran yang diberikan secara membosankan, guru yang kurang pandai mengajar dan kurang mampu berkomunikasi dengan siswa, serta sekolah tidak mempunyai fasilitas untuk menyalurkan kreatifitas siswa, merupakan ciri-ciri sekolah yang berisiko tinggi terhadap adanya penyalahgunaan NAPZA pada murid-muridnya. 2.2.4 Dampak Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA mempunyai dampak yang sangat luas baik bagi pemakainya (diri sendiri), keluarga, pihak sekolah (pendidikan), serta masyarakat, bangsa dan negara (Martono, 2006).

Bagi diri sendiri; Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis


(32)

pendarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum.

Bagi keluarga; Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Di mana orang tua akan merasa malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stress keluarga meningkat, merasa putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian narkoba atau melihat anak yang harus berulang kali dirawat bahkan mendekam di penjara.

Bagi pendidikkan atau sekolah; NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses belajar. Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang mengganggu suasana tertib dan aman, rusaknya barang-barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.

Bagi masyarakat, bangsa dan negara; Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan terciptanya hubungan pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar gelap perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan kesinambungan pembangunan terancam. Akibatnya negara mengalami kerugian karena masyarakatnya tidak produktif, kejahatan meningkat serta sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk mengatasi masalah tersebut.


(33)

2.2.5 Tingkat Pemakaian Zat NAPZA

Terdapat beberapa tingkat-tingkat pemakaian zat NAPZA terbagi menjadi 5 bagian, yaitu:

a) Pemakaian coba-coba (experimental use) yang bertujuan hanya ingin mencoba memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai erhenti menggunakannya dann sebagian lagi meneruskannya.

b) Pemakaian sosial (social use) yang bertujuan hanya untuk bersenang-senang (saat rekreasi atau santai). Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi meningkat ke tahap selanjutnya.

c) Pemakaian situasional (situasional use), pemakaian pada saat mengalami keadaan tertentu (ketegangan, kesedihan, kekecewaan).

d) Penyalahgunaan (abuse), pemakaian ini sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologis/klinis (menyimpang), minimal satu bulan lamanya, dan telah terjadi gangguan fungsi sosial atau pekerjaannya.

e) Ketergantungan (dependence), telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi atau tidak ditambah dosisnya (Depkes, 2000).


(34)

2.3 Rehabilitasi

Menurut Depkes (2001), rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan (Purba,dkk. 2010).

Menurut Hawari (2004) bahwa sesudah klien penyalahgunaan/ ketergantungan NAPZA menjalani program terapi (detoksifikasi) dan konsultasi medik selama satu minggu dan dilanjutkan dengan program pemantapan (pascadetoksifikasi) selama dua minggu maka yang bersangkutan dapat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi. Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena tergantung pada jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia di rumah sakit (Purba, dkk. 2010).

Depkes (2001) menyatakan bahwa kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagai besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving) terhadap NAPZA yang selalu terjadi. Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi, mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA, pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya, mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik, dapat


(35)

berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja dan dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan dengan lingkungannya (Purba, dkk. 2010).

2.4 Gambaran Dukungan Keluarga pada Pengguna NAPZA

Pengguna NAPZA atau penyalahguna NAPZA adalah individu yang menggunakan narkotika atau psikotropika tanpa indikasi medis dan tidak dalam pengawasan dokter (BNN, 2003). Korban penyalahguna NAPZA atau pengguna NAPZA adalah orang yang menderita ketergantungan terhadap NAPZA yang disebabkan oleh penyalahgunaan NAPZA, baik atas kemauan sendiri maupun paksaan dari orang lain.

Berdasarkan penelitian Adisukarto (dalam Poerwandari, 2001) menunjukkan bahwa 47,7 % korban penyalahgunaan narkoba adalah remaja dan yang tidak bisa berkomunikasi dengan orang tua, memiliki kepercayaan dan harga diri yang rendah, suka mencari sensasi, control diri yang rendah serta sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bergaul di lingkungan yang menyalahgunakan narkoba.

Alasan pertama individu menggunakan narkoba karena ingin mencoba, tergiur dengan tawaran teman dan lain sebagainya. Penyalahgunaan narkoba pada individu erat kaitanya dengan perasaan diterima sebagai anggota suatu kelompok, untuk mendapatkan pengalaman baru, untuk memelihara hubungan dengan kelompok, untuk menenangkan diri dari kecemasan dan untuk melarikan diri dari kegagalan. Akibat adanya perubahan psikologis tersebut, maka terjadi goncangan emosional dan individu tersebut mudah kecewa, mudah putus asa dan mudah tersinggung.


(36)

Pada saat individu mengalami problem kehidupan yang mengakibatkan dirinya mengalami stres karena tidak menemukan jalan keluar dan tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan masalah mereka. Maka, individu sering “melarikan diri” dengan cara menggunakan narkoba. Individu beranggapan bahwa dengan melarikan diri ke narkoba akan menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Dengan keadaan diri individu yang lemah dan rentan terhadap stres maka diperlukan suatu cara yang dapat membantu mereka agar tidak terjerumus dalam penggunaan narkoba. Apabila mereka telah terjerumus maka diperlukan suatu tindakan yang dapat mengarahkan mereka keluar dari masalah. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan pengarahan yaitu dengan dukungan keluarga. Oleh sebab itu, dukungan keluarga pada individu yang mengalami stres akan efektif karena pada saat ini individu tersebut sangat membutuhkan dukungan (seperti dukungan emosional) dan sangat berperan dalam kehidupan individu yang mengalami ketergantungan (Rahma Yurliani, 2008).


(37)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable (baik bariabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka penelitian akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2008). Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

Secara skematis, kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut :

Skema 3.1. Skema yang Menggambarkan Dukungan Keluarga pada klien pengguna NAPZA

Keterangan :

: Variabel yang diteliti Dukungan Keluarga pada klien

pengguna NAPZA:

1. Dukungan Emosional 2. Dukungan Informasi 3. Dukungan Nyata 4. Dukungan Pengharapan

Maksimal

Cukup


(38)

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1 Defenisi Variabel Penelitian

Tabel 3.2.1 Defenisi Variabel Penelitian Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Dukungan Keluarga Dukungan keluarga merupakan perhatian, kepedulian atau kasih sayang yang diberikan keluarga kepada klien NAPZA di PSPP InsyafSumatera Utara sehingga dapat membantu pasien untuk berhenti menggunakan NAPZA. Adapun dukungan yang diberikan adalah pertama dukungan emosional yaitu memberikan rasa nyaman kepada klien, kedua dukungan informasi yaitu memberikan Kuisioner sebanyak 20 pertanyaan dengan dichotomy question

1. 0-6 =

Dukungan minimal

2. 7-13 = Dukungan Cukup

3. 14-20 = Dukungan Maksimal


(39)

solusi dari masalah yang dialami klien, ketiga dukungan nyata yaitu bantuan

berupa biaya pengobatan dan yang terakhir adalah dukungan

pengharapan yaitu meningkatkan

motivasi klien.


(40)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desaindeskriptif murni. Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah survey yaitu untuk mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra InsyafSumatera Utara.

2. Populasi dan Sampel 2.1Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah klien pengguna NAPZA yang tidak ketergantungan (klien konvensional), dan telah mengikuti program rehabilitasi pada jadwal yang sama selama 12 bulan di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara yaitu sebanyak 68 orang.

2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Alimul, 2009). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebagian pasien pengguna NAPZA yang di rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki


(41)

peneliti (Setiadi, 2007).Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan besar kecilnya sampel (Notoatmodjo, 2005), yaitu jika populasi kurang dari 10.000 subjek penelitian, maka rumus yang digunakan adalah:

n =N

1 + N (d2) Keterangan: n = jumlah sampel

d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan yaitu 0,05 atau 5%

N = besarnya populasi yang akan teliti

Jumlah sampel yang diteliti dalam lima bulan terakhir adalah sebanyak 30 orang. Setelah dilakukan penarikan rumus, maka jumlah sampel adalah sebesar 28 orang.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Masih mempunyai keluarga inti

2. Klien pengguna NAPZA yang Rehabilitasi Sosial Konvensional 3. Mengikuti program rehabilitasi minimal selama 3 bulan


(42)

3. Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara. Pemilihan di Panti Sosial Pamardi Putra InsyafSumatera Utara sebagai tempat penelitian karena merupakan pusat rehabilitasi yang melakukan pola pelayanan sosial yang standar bagi korban penyalahgunaan NAPZA untuk membantu para korban dalam mencapai taraf hidup yang lebih baik sehingga pada akhirnya mereka dapat melakukan fungsi sosialnya dalam keluarga dan masyarakat.

3.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 17 Juni 2013 sampai dengan 22 Juni 2013. 4. Pertimbangan etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan DirekturPanti Sosial Pamardi Putra InsyafSumatera Utara. Kemudian peneliti mendekati calon responden yang memenuhi kriteria, memberikan penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuesioner, meminta kesediaan calon responden untuk menjadi responden dalam penelitian. Apabila calon responden bersedia, responden dipersilahkan menandatangani persetujuan atau informed consent

tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak menolak selama proses pengumpulan data berlangsung. Ada beberapa prinsip etik keperawatan


(43)

yang digunakan oleh peneliti yaitu Autonomy (kebebasan responden untuk menjawab kuesioner), Nonmaleficience (penelitian ini tidak merugikan responden), Veracity (kejujuran responden untuk menjawab kuesioner),

Confidentiality (kerahasiaan data responden).

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Peneliti harus meyakinkan subjek bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan subjek dalam bentuk apapun. Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian ini tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia sebagai responden.

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Reliabilitas dan Validitas 5.1 Instrument Penelitian

Instrumen pada penelitian ini akan menggunakan angket atau kuesioner yang terdiri dari dua bagian, dimana pada bagian pertama instrumen berupa data demografi responden yaitu: inisial, usia, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, tingkat pendidikan klien dan orang tua, pekerjaan klien dan orang tua, tingkat penghasilan orang tua per bulan dan lama tinggal di rehabilitasi, serta bagian kedua kuesioner dukungan keluarga.

1. Kuesioner Dukungan Keluarga

Peneliti menyusun kuesioner dukungan keluarga berdasarkan tinjauan pustaka tentang konsep dukungan keluarga untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga


(44)

terhadap pasien dengan menggunakan kuesioner.Kuesioner dukungan keluarga berisi tentang pernyataan-pernyataan yang meliputi 4 komponen dukungan keluarga berisi 20 pernyataan yaitu dukungan emosional yang terdiri dari 5 pernyataan yaitu nomor 1-5, dukungan informasi terdiri 5 pernyataan yaitu nomor 6-10, dukungan nyata terdiri dari 5 pernyataan yaitu nomor 11-15 dan dukungan pengharapan 5 pernyataan yaitu nomor 16-20.

Penilaian menggunakan Skala Guttman dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item yaitu skor pernyataan YA (skor 1), TIDAK (skor 0). Total skor diperoleh terendah 0 dan yang tertinggi 20. Semakin tinggi skor dukungan keluarga maka semakin tinggi motivasi untuk berhenti menggunakan NAPZA.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2002) :

Rentang kelas

Panjang kelas (p) =

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 20 dan 3 kategori kelas untuk menilai dukungan keluarga yang maksimal, cukup, dan minimal, maka didapatkan panjang kelas 7. Menggunakan P = 7 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka dukungan keluarga dikategorikan interval sebagai berikut : 0-6 adalah minimal, 7-13 adalah cukup, 14-20 adalah maksimal.


(45)

5.2 Validitas Instrumen

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada 2 hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran, yaitu instrument harus relevansi isi instrument dan relevan cara dan sasaran (Nursalam, 2003). Untuk mengetahui keakuratan isi dari instrumen, maka peneliti melakukan uji validitas isi yang telah dilakukan dengan melakukan konsultasi isi dukungan keluarga kepada dosen yang dianggap kompeten. Setelah melakukan konsultasi, ada beberapa pernyataan yang harus diperbaiki agar sesuai dengan tinjauan pustaka. Validitas isi adalah suatu alat yang mengukur sejauh mana kuesioner atau alat ukur mewakili semua aspek kerangka konsep(Riwidikdo, 2008).

5.3 Reliabilitas Instrumen

Kuesioner dukungan keluarga terhadap pasien NAPZA dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan dengan tinjauan pustaka. Uji reliabilitas penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk dapat digunakan atau tidak. Uji reliabilitas instrumen dilakukan terhadap 10 orang pasien NAPZA di Poliklinik Narkoba Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara – Medan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan denganmenggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-21) dengan hasil 0,81 dan telah dinyatakan valid dan reliable.


(46)

6. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data secara mandiri dengan membagikan kuesioner secara langsung kepada responden. Sebelum membagikan kuesioner kepada responden, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Kemudian mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara). Setelah mendapat izin dari Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian, menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani

informed consent (surat persetujuan menjadi responden). Selanjutnya peneliti bertanya kepada responden sesuai pernyataan yang tertulis di instrumen dukungan keluarga. Apabila responden belum paham maka responden diberikan kesempatan untuk bertanya. Kuesioner diisi sesuai dengan yang dialami dan dirasakan oleh responden, selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisis.

Selama pengumpulan data, peneliti menggunakan asisten peneliti untuk membantu peneliti menyebarkan kuesioner dan mengumpulkan data. Sebelum asisten peneliti membantu, peneliti terlebih dahulu menjelaskan konsep dukungan keluarga dan tujuan penelitian kepada asisten peneliti. Setelah asisten peneliti sudah paham dan memiliki persepsi yang sama dengan peneliti maka asisten peneliti sudah bisa membantu peneliti menyebarkan kuesioner.


(47)

7. Analisis Data

Setelah data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap. Pertama memeriksa kelengkapan identitas dan juga apakah semua kuesioner telah terjawab atau diisi. Kemudian analisis data dengan menggunakan sistem komputerisasi yaitu dengan menganalisis data sesuai dengan jawaban responden.Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat untuk menampilkan data demografi dan dukungan psikososial keluarga. Hasil analisis data pada penelitian ini dalam bentuk statistik deskriptif yang terdiri dari tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara, pada tanggal 17 juni 2013. Responden yang menjadi dalam penelitian ini sebanyak 28 orang yang memenuhi kriteria sampel yaitu klien pengguna NAPZA yang rehabilitasi sosial terpadu dan mampu berkomunikasi.

1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan orang tua per bulan dan lama tinggal di rehabilitasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengguna NAPZA paling banyak berusia 15-20 tahun sebanyak 12 orang (42,9%). Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa seluruh responden adalah laki-laki sebanyak 28 orang (100%), mayoritas agama responden adalah Islam sebanyak 21 orang (75%). Responden berdasarkan suku sebagian besar adalah suku Batak yaitu sebanyak 17 orang (60,7%). Berdasarkan status perkawinan diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 19 orang (67,9 %) tidak kawin.

Berdasarkan tingkat pendidikan klien, mayoritas SMA sebanyak 15 orang (53,6%) dan tingkat pendidikan dari orang tua adalah D III dengan jumlah sebanyak 11 orang (39,3%), selanjutnya berdasarkan dari pekerjaan klien menunjukkan bahwa klien mayoritas belum bekerja yaitu sebesar 57,1% atau 16 orang, hal ini dikarenakan usia dari klien yang mayoritas diantara usis 15-20 tahun dan pekerjaan mayoritas dari


(49)

orang tua adalah wiraswasta sebanyak 15 orang (53,6%). Dari hasil penelitian juga menunjukkan tingkat penghasilan per bulan dari keluarga ataupun orangtua mayoritas diatas Rp.1.500.000 dengan presentasi 85,7% atau sebanyak 24 orang, serta pengguna NAPZA yang lama tinggal di rehabilitasi sebagian besar adalah 3-6 bulan berjumlah 16 orang (57,1%).


(50)

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf (n=28)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Presentasi (%)

Umur : 15 - 20 tahun 21 – 30 tahun 31 – 48 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Protestan Katolik Suku Bangsa: Batak Jawa Melayu Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Pendidikan Klien SD SMP SMA DIII Sarjana Pendidikan Orangtua SD SMP SMA DIII Sarjana Pekerjaan Klien Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Tidak Bekerja Pekerjaan Orangtua PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Tingkat Penghasilan Rp. 800.000 – 1.500.000 >Rp. 1.500.000

Lama Tinggal di Rehabilitasi :

1 - 3 bulan 4 – 9 bulan

12 8 8 28 21 6 1 17 10 1 9 19 1 8 15 3 1 1 4 5 11 7 5 6 1 16 4 5 15 4 4 24 12 16 43 28,5 28,5 100 75 21,4 3,6 60,7 35.7 3,6 32,1 67,9 3,6 28,6 53,6 10,6 3,6 4 14 18 39 25 17,9 21,4 3,6 57,1 14,3 17,8 53,6 14,3 14,3 85,7 42,9 57,1


(51)

1.2 Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Rehabilitasi adalah dukungan maksimal sebesar 92,9 % dengan jumlah responden 26 orang dan dukungan cukup adalah sebesar 7,1 % dengan jumlah responden 2 orang.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga pada Klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf (n = 28)

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Dukungan Keluarga Maksimal Cukup Minimal 26 2 0 92,9 7,1 0

1.2.1 Dukungan Emosional pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional pada klien pengguna NAPZA di Panti Rehabilitasi adalah dukungan maksimal sebesar 85,7 % dengan jumlah responden 24 orang.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional pada Klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Dukungan Emosional Maksimal Cukup Minimal 24 4 0 85,7 14,3 0


(52)

1.2.2 Dukungan Informasi pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan informasi pada klien pengguna NAPZA di Panti Rehabilitasi adalah dukungan maksimal sebesar 78,6 % dengan jumlah responden 22 orang.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi pada Klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Dukungan Informasi Maksimal Cukup Minimal 22 6 0 78,6 21,4 0

1.2.3 Dukungan Material pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan material pada klien pengguna NAPZA di Panti Rehabilitasi adalah dukungan maksimal sebesar 89,3 % dengan jumlah responden 25 orang.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Material pada Klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Dukungan Material Maksimal Cukup Minimal 25 3 0 89,3 10,7 0


(53)

1.2.4 Dukungan Pengharapan pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan pengharapan pada klien pengguna NAPZA di Panti Rehabilitasi adalah dukungan maksimal sebesar 85,7 % dengan jumlah responden 24 orang.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Pengharapan pada Klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Dukungan Pengharapan Maksimal Cukup Minimal

24 4 0

85,7 14,3 0

2. Pembahasan

Dalam penelitian ini dapat digambarkan dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA dalam menjalani program rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf medan, meliputi empat aspek, yaitu : dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan material dan dukungan pengharapan.

Dari hasil penelitian diketahui dukungan keluarga pada klien yang menggunakan NAPZA adalah sebanyak 26 orang memberikan dukungan keluarga yang maksimal (92,9%), 2 orang memberikan dukungan keluarga cukup (7,1 %) dan tidak ada responden keluarga yang memberikan dukungan keluarga yang kurang atau minimal. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa dukungan keluarga pada klien yang


(54)

menggunakan NAPZA di panti rehabilitasi terdapat dukungan dengan kategori maksimal yaitu klien selama menjalani masa rehabilitasi di panti sebagian besar mendapatkan dukungan dari keluarganya. Sesuai dengan hasil penelitian Elisa (2012) yang menyatakan bahwa dukungan psikososial keluarga dalam penyembuhan pasian NAPZA di Poliklinik Narkoba RSJ Medan sudah maksimal yaitu sebesar 70% dengan jumlah 21 orang dari 30 responden. Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Hidayatna (2011) yang menyatakan bahwa dukungan dari orang tua dengan persentase tertinggi yaitu baik perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika sebanyak 90,6%.

Sesuai dengan teori Friedman (1998) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga yang diberikan kepada klien pengguna NAPZA dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kelas sosial ekonomi keluarga yang meliputi tingkat pendapatan, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Hal ini sesuai dengan data demografi hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dari orang tua mayoritas adalah D III (39,3%), dan tingkat penghasilannya per bulan adalah rata-rata > Rp. 1.500.000. Hal ini dapat membantu klien pengguna NAPZA yang berada di panti rehabilitasi dalam mengatasi masalah membutuhkan banyak biaya. Menurut Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan maka hidup akan semakin berkualitas, dimana seseorang akan berpikir logis dan memahami informasi yang diperoleh.


(55)

2.1 Dukungan Keluarga pada Aspek Dukungan Emosional

Dari hasil penelitian diketahui dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di panti rehabilitasi dari aspek dukungan emosional dengan hasil maksimal. Dukungan emosional terdiri dari 5 pernyataan, dimana hasil penelitian menunjukkan dukungan maksimal sebesar 85,7 % atau sebanyak 24 orang. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan emosional adalah perhatian, rasa empati dan kedekatan dari orang tua. Sesuai dengan penelitian Widianingsih (2009), bahwa sebagai orang terdekat, orang tua sangat mempunyai peranan penting dalam perkembangan anaknya, apalagi jika berkaitan dengan kondisi pasca pemakaian NAPZA dan memiliki relevansi dengan adaptasi dan kehidupan anaknya dalam bermasyarakat.

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Budi & Indah (2003), yang menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat kecemasan dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada konflik.

2.2 Dukungan Keluarga pada Aspek Dukungan Informasi

Berdasarkan dari dukungan informasi pada klien pengguna NAPZA dipanti rehabilitasi diperoleh hasil dukungan yang maksimal sebesar 78,6 %. Dalam hal ini berarti dukungan yang diberikan keluarga kepada klien pengguna NAPZA sudah berperan sebagai pemberi informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Caplan (1986) dalam Akhmadi (2009), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Hal ini diperkuat oleh Barbarin


(56)

dalam penelitian Pane (2007) bahwa salah satu upaya keluarga untuk mencari dan memberikan informasi adalah salah satu koping keluarga dalam menyelesaikan masalah.

Hal ini juga sesuai dengan data demografi pada orang tua responden, menunjukkan hasil sebagian besar orang tua responden memiliki pendidikan Akademi/ DIII sebesar (39,3%) dan SMA sebesar (17,9%). Hal ini sesuai dengan asumsi saifuddin (2002) dalam Widya (2008), bahwa jenjang pendidikan sangat mempengaruhi terhadap hal untuk memperoleh informasi, dan hak menolak atau menerima penjelasan yang diberikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan orang tua maka akan lebih banyak mencari informasi dalam berbagai media misalnya, internet, televisi maupun media elektronik lain. Demikian pula yang didapat dari hasil penelitian di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara, responden menyatakan keluarga mencari informasi tentang masalah yang kesehatan yang dialami klien sebesar (78,6%).

2.3 Dukungan Keluarga pada Aspek Dukungan Material

Dukungan material atau instrumental adalah dukungan berupa finansial dalam pemenuhan kebutuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga. Pada dukungan material diperoleh hasil dukungan maksimal yaitu sebesar 89,3 %. Hal ini dapat dilihat dari data demografi menunjukkan bahwa penghasilan dari keluarga responden adalah mayoritas diatas dari Rp. 1.500.000 (85,7%), oleh karena itu dukungan yang diberikan keluarga terhadap klien pengguna NAPZA dapat maksimal juga dapat dipengaruhi oleh pekerjaan dari orang tua responden yang mayoritas adalah


(57)

wiraswasta yang berusaha sendiri sebesar 53,6 %, sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan dana selama di panti rehabilitasi tercukupi.

2.4 Dukungan Keluarga pada Aspek Dukungan Pengharapan

Pada dukungan ini menunjukkan hasil data yang diperoleh dalam penelitian terdapat 85,7 % keluarga memberikan dukungan maksimal terhadap klien yang menggunakan NAPZA. Akhmadi (2009) , menyatakan bahwa keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan mengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, pengharagaan dan pujian.

Hal ini ini juga diperkuat oleh Friedman (1998), bahwa pemberian dukungan penilaian yang maksimal berarti bahwa keluarga sudah berperan sebagai pembimbing dan penilai terhadap masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga dan bertujuan membantu anggota keluarga sehingga anggota keluarga mendapatkan perhatian, arahan, santunan, sebagai bentuk penghargaan.

Keluarga jangan hanya melihat hal yang negatif dalam diri mereka, namun juga perhatikan hal yang positif dan berikan penghargaan untuk hal yang positif tersebut. Dengan mencurigai anggota keluarga yang menjadi korban narkoba, keluarga memberi beban yang tidak perlu kepadanya dan membuat mereka menjadi rendah diri (Martono, 2006).


(58)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra InsyafSumatera Utara. Klien pengguna NAPZA mayoritas mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori maksimal. Dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA meliputi bebeerapa aspek yaitu dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan material dan dukungan pengharapan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa klien pengguna NAPZA memperoleh dukungan keluarga secara maksimal dari semua aspek dukungan keluarga.

Dari hasil yang diperoleh maka peneliti menyimpulkan bahwa dukungan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara telah memiliki dukungan yang maksimal dalam memotivasi atau upaya meningkatkan perkembangan pemulihan penyalahgunaan NAPZA.

2. Saran

2.1Bagi Pelayanan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat seharusnya tidak hanya berfokus kepada pelayanan yang bersifat kuratif, tetapi juga harus memperhatikanpelayanan kesehatan yang bersifat preventif yaitu dengan memberikan informasi pentingnya dukungan keluarga bagi setiap anggota keluarga, tidak terkecuali pada klien pengguna NAPZA.


(59)

2.2Saran bagi Penelitian Keperawatan Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun tambahan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat lebih memahami dukungan keluarga yang diberikan keluarga pada klien pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra InsyafSumatera Utara dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan NAPZA selain keluarga.

2.3 Saran bagi Pasien dan Keluarga

Hasil penelitian ini dapat menjadi bantuan untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada pasien agar selalu semangat untuk menjalani proses rehabilitasi. Sebagai masukan bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga penyalahgunaan NAPZA agar dapat memberikan dukungan keluargadalam masa rehabilitasi agar klien selalu merasa ada yang peduli dan sayang kepadanya.

3. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Jumlah sampel tidak terpenuhi untuk generalisasi sehingga hasilnya kurang representatif.

2) Instrumen dirancang oleh peneliti sendiri sehingga bahasa yang digunakan belum operasional.

3) Pada penelitian ini, peneliti memiliki keterbatasan dalam mengumpulkan data dalam hal jarak antara tempat penelitian dengan tempat peneliti.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

A., Supriono. (2006). Mengenal Jenis dan Faktor Penyebab dan Penyalahgunaan

NAPZA. Diakses tanggal 19 Oktober 2012 dari

jenis dan faktor penyebab penyalahgunaannapza.pdf

Cahyono, Sunit Agus Tri. (2010). Melacak Jejak Jalan Kelam Pengguna Napza di Indonesia. Jurnal PKS,volume IX No.31. Maret 2010, 73-87

Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik(Edisi 3). Jakarta: EGC.

Hawari, D. (2003). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Aktif). Jakarta: FK UI.

Joewana, S. (2004). GangguanMental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Junaiedi. (2009). Makna Hidup Pada Mantan Pengguna NAPZA.

Niven, N. (2000). Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat dan Professional Kesehatan lain. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Purba, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan : USU Press.

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu Sumiati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan


(61)

Riwidikdo, Handoko. (2008). Statistik Kesehatan (pp. 152). Jogjakarta : Mitra Cendekia.

Widianingsih. (2009). Dukungan Orang Tua dan Penyesuaian Diri Remaja Mantan Pengguna Narkoba. Jurnal Psikologi, Volume 3 No.1 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Widyastuti, Indra. (2012, Juni 8). 2015, pengguna narkoba 5,6 juta. Diperoleh tanggal

20 Desember 2012, dari


(62)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Nova Erpi Iska Situmorang adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna NAPZA”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia dapat menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.

Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Saya mengucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/ Saudari dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2013

Peneliti Responden


(63)

KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

No. Responden : Hari/ Tanggal : I. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk Pengisian :

Bapak/ Ibu/ Saudara/I diharapkan :

a. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang tersedia.

b. Semua pernyataan harus dijawab

c. Tiap pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.

d. Bila ada pernyataan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Inisial :

2. Usia : Tahun

3. Jenis Kelamin :

( ) Laki-laki ( ) Perempuan

4. Agama :

( ) Islam ( ) Budha ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Katolik

5. Suku :

( ) Batak ( ) Minang ( ) Jawa ( ) Aceh


(64)

6. Status Perkawinan

( ) Kawin ( ) Tidak Kawin 7. Pendidikan Klien

( ) SD ( )SMA ( ) Sarjana

( )SMP ( )D III 8. Pendidikan Orang Tua

( ) SD ( )SMA ( ) Sarjana

( )SMP ( )D III 9. Pekerjaan Klien

( ) Pegawai Swasta/ Karyawan ( ) Petani

( ) Wiraswasta ( ) Belum Bekerja

10. Pekerjaan Orang Tua

( ) Pegawai Swasta/ Karyawan ( ) Petani

( ) Wiraswasta ( ) Belum Bekerja

11. Tingkat Penghasilan per Bulan

( ) < Rp. 800.000 ( ) > Rp. 1.500.000 ( ) Rp. 800.000 – 1.500.000

12. Lama Tinggal di Rehabilitasi :

( ) 1-3 bulan ( ) > 1 tahun ( ) 4- 9 bulan


(65)

II. Kuesioner Dukungan Keluarga Petunjuk Pengisian :

a. Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang Bapak/ Ibu/ Saudara/I alami. b. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan sejujurnya dan peneliti

menjamin kerahasiaan atas jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara/I berikan. c. Tiap pernyataan diisi dengan satu jawaban.

PERNYATAAN YA TIDAK

Dukungan Emosional :

1. Perhatian dan dukungan dari keluarga membuat saya lebih bersemangat menjalani proses penyembuhan. 2. Kedekatan dan kehangatan dalam keluarga membuat

saya merasa dicintai dan disayangi sehingga saya merasa tenang dan termotivasi untuk sembuh.

3. Nasehat dan peringatan dari keluarga selalu memotivasi saya untuk sembuh.

4. Keluarga menciptakan suasana yang aman dan nyaman di rumah sehingga saya merasa senang berada di rumah.

5. Keluarga percaya pada kemauan saya untuk berhenti. Dukungan Informasi :

6. Keluarga saya memberikan informasi tempat pengobatan yang terbaik sehingga meningkatkan


(66)

motivasi saya untuk sembuh.

7. Keluarga saya mencari tahu informasi kesehatan saya kepada dokter atau perawat.

8. Keluarga memberikan saran kepada saya untuk tidak mengurung diri karena sudah terjerat obat-obatan terlarang.

9. Saat saya berada dalam masalah, keluarga siap memberikan solusi berupa informasi kepada saya tentang permasalahan yang saya dihadapi.

10.Keluarga memberikan informasi tentang bahaya obat-obatan terlarang terhadap kesehatan saya. Dukungan Nyata (Materi dan instrumental) : 11.Keluarga saya mengusahakan biaya selama di panti

rehabilitasi.

12.Keluarga mempunyai cukup waktu untuk menjaga dan merawat saya saat sakit.

13.Keluarga dengan senang hati membeli obat yang akan saya konsumsi selama masa penyembuhan.

14.Keluarga membantu saya untuk mengasah kemampuan yang saya miliki dengan menyediakan sarana yang diperlukan.

15.Saya berespon positif terhadap setiap dukungan yang diberikan keluarga.

Dukungan Pengharapan :

16.Keluarga mempunyai waktu luang untuk mendengar keluh kesah saya.

17.Keluarga selalu mengingatkan saya agar tidak kembali menyalahgunakan NAPZA.


(67)

keputusan dalam pengobatan yang sedang saya alami.

19.Keluarga memberikan pujian ketika saya berobat dengan teratur dan berusaha untuk sembuh.

20.Keluarga memberikan dorongan kepada saya untuk tetap berserah kepada Tuhan.


(68)

(69)

(70)

(71)

Lampiran 4

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp. 150.000,- b. Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp. 150.000,- c. Perbanyak proposal : Rp. 100.000,- d. Biaya internet : Rp. 100.000,- e. Sidang proposal : Rp. 100.000,- 2. Pengumpulan Data

a. Penggandaan Kuisioner : Rp. 100.000,-

b. Suvenir : Rp. 150.000,-

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Penelitian

a. Biaya kertas dan tinta printer : Rp. 150.000,-

b. Penjilidan : Rp. 100.000,-

c. Penggandaan laporan penelitian : Rp. 150.000,- 4. Biaya Tak Terduga : Rp. 100.000,- Rp. 1.250.000,-


(72)

Lampiran 5

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Nova Erpi Iska Situmorang Tempat Tanggal Lahir : Tele, 5 April 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Karya Bhakti No. 88 Helvetia-Medan

Riwayat Pendidikan :

1. 1997-2003 : SD Neg. No. 173772 Baneara 2. 2003-2006 : SMP Negeri 18 Medan


(73)

(74)

(75)

(76)

Frequencies

[DataSet1] G:\output demo.sav

DATA DEMOGRAFI

USIA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <20 12 42.9 42.9 42.9

21-30 8 28.6 28.6 71.4

>31

8 28.6 28.6 100.

0

Total 28 100.0 100.0

JENISKELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 28 100.0 100.0 100.0

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 21 75.0 75.0 75.0

Katolik 1 3.6 3.6 78.6

Protestan 6 21.4 21.4 100.0


(77)

SUKU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 17 60.7 60.7 60.7

Jawa 10 35.7 35.7 96.4

Melayu 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

STATUSPERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kawin 9 32.1 32.1 32.1

Tidakkawin 19 67.9 67.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

PENDIDIKANKLIEN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 3.6 3.6 3.6

SMP 8 28.6 28.6 32.1


(78)

D III 3 10.7 10.7 96.4

SARJANA 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

PENDIDIKANORANGTUA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 3.6 3.6 3.6

SMP 4 14.3 14.3 17.9

SMA 5 17.9 17.9 35.7

D III 11 39.3 39.3 75.0

SARJANA 7 25.0 25.0 100.0

Total 28 100.0 100.0

PEKERJAANKLIEN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PEGAWAI SWASTA 5 17.9 17.9 17.9

WIRASWASTA 6 21.4 21.4 39.3


(79)

Dll 16 57.1 57.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

PEKERJAANORANGTUA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 4 14.3 14.3 14.3

PEGAWAI SWASTA 5 17.9 17.9 32.1

WIRASWASTA 15 53.6 53.6 85.7

PETANI 4 14.3 14.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

TINGKATPENGHASILAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rp. 800.000- 1.500.000 4 14.3 14.3 14.3

> Rp. 1.500.000 24 85.7 85.7 100.0


(80)

LAMATINGGAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 bulan 12 42.9 42.9 42.9

4-9 bulan 16 57.1 57.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

KATEGORI DUKUNGAN KELUARGA

DUK.KELUARGA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 2 7.1 7.1 7.1

maksimal 26 92.9 92.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

Duk.emosional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(81)

Valid cukup

4 14.3 14.3 14.3

maksimal

24 85.7 85.7 100.0

Total

28 100.0 100.0

Duk.informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 6 21.4 21.4 21.4

maksimal 22 78.6 78.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

Duk.material

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 3 10.7 10.7 10.7

maksimal 25 89.3 89.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

Duk.pengharapan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(82)

Valid cukup 4 14.3 14.3 14.3

maksimal

24 85.7 85.7 100.

0


(1)

SUKU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 17 60.7 60.7 60.7

Jawa 10 35.7 35.7 96.4

Melayu 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

STATUSPERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kawin 9 32.1 32.1 32.1

Tidakkawin 19 67.9 67.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

PENDIDIKANKLIEN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 3.6 3.6 3.6

SMP 8 28.6 28.6 32.1


(2)

D III 3 10.7 10.7 96.4

SARJANA 1 3.6 3.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

PENDIDIKANORANGTUA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 3.6 3.6 3.6

SMP 4 14.3 14.3 17.9

SMA 5 17.9 17.9 35.7

D III 11 39.3 39.3 75.0

SARJANA 7 25.0 25.0 100.0

Total 28 100.0 100.0

PEKERJAANKLIEN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PEGAWAI SWASTA 5 17.9 17.9 17.9

WIRASWASTA 6 21.4 21.4 39.3


(3)

Dll 16 57.1 57.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

PEKERJAANORANGTUA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 4 14.3 14.3 14.3

PEGAWAI SWASTA 5 17.9 17.9 32.1

WIRASWASTA 15 53.6 53.6 85.7

PETANI 4 14.3 14.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

TINGKATPENGHASILAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Rp. 800.000- 1.500.000 4 14.3 14.3 14.3

> Rp. 1.500.000 24 85.7 85.7 100.0


(4)

LAMATINGGAL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1-3 bulan 12 42.9 42.9 42.9

4-9 bulan 16 57.1 57.1 100.0

Total 28 100.0 100.0

KATEGORI DUKUNGAN KELUARGA

DUK.KELUARGA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 2 7.1 7.1 7.1

maksimal 26 92.9 92.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

Duk.emosional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Valid cukup

4 14.3 14.3 14.3

maksimal

24 85.7 85.7 100.0

Total

28 100.0 100.0

Duk.informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 6 21.4 21.4 21.4

maksimal 22 78.6 78.6 100.0

Total 28 100.0 100.0

Duk.material

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 3 10.7 10.7 10.7

maksimal 25 89.3 89.3 100.0

Total 28 100.0 100.0

Duk.pengharapan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(6)

Valid cukup 4 14.3 14.3 14.3

maksimal

24 85.7 85.7 100.

0


Dokumen yang terkait

Prevalensi Manifestasi Oral Pengguna Narkoba di Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara

7 89 71

Karakteristik Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014

1 81 173

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA pada Residen di Panti Sosial Parmadi Putra “Insyaf” Sumatera Utara.

3 79 133

Gambaran Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Pada Pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara Tahun 2014

5 61 114

Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Teman Sebaya terhadap Perkembangan Pemulihan Penyalahgunaan Narkotika pada Remaja di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

1 69 138

Karakteristik Penderita Gangguan Jiwa Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di Panti Sosial Pamardi Putra “Insyaf” Sumatera Utara tahun 2014

0 1 33

KARAKTERISTIK PENDERITA GANGGUAN JIWA PENYALAHGUNAAN NAPZA (NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF) DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA “INSYAF” SUMATERA UTARA TAHUN 2014

0 0 21

Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Dukungan Keluarga pada Klien Pengguna Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA RESIDEN DI PANTI SOSIAL PARMADI PUTRA “INSYAF” SUMATERA UTARA SKRIPSI

0 0 11