Hubungan Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan Tahun 2016

(1)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Selamat Pagi,

Saya Putri Angela mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya akan memberikan penjelasan kepada Bapak/Saudara mengenai penelitian yang akan saya lakukan. Adapun judul penelitian saya ini adalah “Hubungan Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan Tahun 2016”. Pada penelitian ini saya akan mengikutsertakan Bapak/Saudara sebagai peserta penelitian yang bertujuan untuk mengetahui laju aliran ludah guna mendeteksi ada tidaknya xerostomia (mulut kering) akibat penggunaan ganja. Jumlah peserta pada penelitian ini sebanyak 32 orang. Manfaat penelitian ini adalah memberikan pengetahuan kepada Bapak/Saudara mengenai mulut kering yang terjadi dan dapat menjaga kesehatan rongga mulut agar mulut kering tidak terjadi lagi.

Bapak/Saudara sekalian, penggunaan ganja dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan menelan makanan, sulit berbicara, dan bila telah parah dapat menyebabkan rasa terbakar dalam mulut, sehingga memerlukan perawatan kesehatan rongga mulut yang lebih baik.

Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan adalah pengukuran laju aliran ludah tanpa rangsangan. Dalam penelitian ini, saya akan meminta Bapak/Saudara untuk meludahkan ludah ke dalam wadah saliva setiap 60 detik sekali selama 5 menit.

Partisipasi Bapak/Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, Bapak/Saudara dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Pada penelitian ini identitas Bapak/Saudara akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat data penelitian ini. Kerahasiaan data Bapak/Saudara akan dijamin


(2)

sepenuhnya. Bila data Bapak/Saudara dipublikasikan, maka kerahasiaan akan tetap dijaga.

Sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Bapak/Saudara dalam penelitian ini, saya akan memberikan buah jeruk dan susu kotak secara gratis yang dapat membantu masalah mulut kering. Jika selama menjalankan penelitian ini akan terjadi keluhan pada Bapak/Saudara, silahkan menghubungi saya Putri (HP: 08976856186).

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Saudara sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(3)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan Tahun 2016”, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu.

Medan, 2016

Mahasiswa Peneliti Peserta Penelitian


(4)

Lampiran 3

Nomor: Tanggal:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

KUESIONER

Hubungan Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia di Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf Medan Tahun 2016

A. DATA DEMOGRAFI

Nama Lengkap :... Umur :... Masa Rehabilitasi :...bulan

Keterangan: kotak dibawah ini diisi oleh peneliti

B. RIWAYAT MENGGUNAKAN GANJA

1. Sudah berapa lama (tahun) Bapak/Saudara menggunakan ganja? (tuliskan) ...

2. Seberapa kali Bapak/Saudara menggunakan ganja dalam sehari? (tuliskan) ………


(5)

3. Sudah berapa lama (bulan) Bapak/Saudara berhenti menggunakan ganja? ...(tuliskan)

C. HASIL PENGUKURAN LAJU ALIRAN SALIVA NON STIMULASI DENGAN METODE SPITTING

Laju aliran saliva:………...ml/menit.*)

Normal Xerostomia


(6)

(7)

(8)

Lampiran 6

LEMBAR HASIL UJI STATISTIK

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 15-22 10 31.2 31.2 31.2

23-30 15 46.9 46.9 78.1 31-38 7 21.9 21.9 100.0 Total 32 100.0 100.0

Lama Berhenti

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1-3 Bulan 13 40.6 40.6 40.6

4-6 Bulan 7 21.9 21.9 62.5 7-9 Bulan 12 37.5 37.5 100.0 Total 32 100.0 100.0

Saliva

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Xerostomia 18 56.2 56.2 56.2

Tidak Xerostomia 14 43.8 43.8 100.0 Total 32 100.0 100.0


(9)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Lama Berhenti * Saliva 32 100.0% 0 .0% 32 100.0%

Lama Berhenti * Saliva Crosstabulation

Saliva

Total Xerostomia

Tidak Xerostomia

Lama Berhenti 1-3 Bulan Count 10 3 13 Expected Count 7.3 5.7 13.0 4-6 Bulan Count 5 2 7 Expected Count 3.9 3.1 7.0 7-9 Bulan Count 3 9 12 Expected Count 6.8 5.2 12.0

Total Count 18 14 32


(10)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 7.675a 2 .022 .019

Likelihood Ratio 7.943 2 .019 .028 Fisher's Exact Test 7.353 .025 Linear-by-Linear

Association 6.534

b

1 .011 .015 .008 .006 N of Valid Cases 32

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,06. b. The standardized statistic is 2,556.


(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sholihah Q. Efektivitas program P4GN terhadap pencegahan penyalahgunaan NAPZA. KEMAS 2013; 9(1): 153-9.

2. Republik Indonesia. Undang-undang no.35 tentang narkotika. Lembaran negara RI tahun 2009, No.143. Sekretariat Negara. Jakarta.

3. Lestari SI. Strategi badan narkotika nasional Kota Samarinda dalam menanggulangi penggunaan narkoba di Kelurahan Sungai Pinang dalam Kota Samarinda. EJournal Ilmu Pemerintahan 2013; 1(2): 1-15.

4. Drug Enforcement Administration. Drugs of abuse. U.S, 2015: 72-5.

5. Kalant H, Waller AJP. Clearing the smoke on cannabis—medical use of cannabis and cannabinoids. Ottawa: Canadian Centre on Substance Abuse 2014: 1-12. 6. National Intitute on Drug Abuse. Marijuana abuse. United State, 2012: 1-16. 7. Tim Visi Media. Mengenal jenis dan efek buruk narkoba. Edisi 1. Tangerang:

Visimedia, 2006: 31-4.

8. United Nations Office on Drugs and Crime. World drug report 2014. New York: United Nations, 2014: 2-3, 39-41.

9. Badan Narkotika Nasional. Jurnal data pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) tahun 2014. Jakarta, 2015: 4, 89.

10.Badan Narkotika Nasional. Laporan akhir survei perkembangan penyalahguna narkoba di Indonesia tahun anggaran 2014. Jakarta, 2015: 23, 64.

11.Cho CM, Hirsch R, Johnstone S. General and oral health implications of cannabis use. Aus Dent J 2005; 50(2): 70-4.

12.Ashton, Heather. Pharmacology and effect of cannabis: a brief review. Br J Psychiatry 2001; 178: 101-6.

13.Karila L, Roux P, Rolland B, et al. Acute and long-term effects of cannabis use: a review. Current Pharmaceutical Design 2014; 20(00): 1-7.


(12)

14.Rawal SY, Tatakis DN, Tipton DA. Periodontal and oral manifestations of marijuana use. J Tenn Dent Assoc 2011; 92(2): 26-31.

15.Versteeg PA, Slot DE, Velden UVD, Weijden GAVD. Effect of cannabis usage on the oral environment: a review. Int J Dent Hygiene 2008; 6: 315-20.

16.Wenche S, Borgnakke, George W, et al. Dry mouth (xerostomia): diagnosis, causes, complications, and treatment. Delta Dental 2011: 1-27.

17.Veitz-Keenan A, Ferraiolo D. Cannabis use and xerostomia. Dimensions of dental hygiene 2011; 9(11): 65-7.

18.Schulzkatterbach M, Imfelt T, Imfelt C. Cannabis and caries – does regular cannabis use increase the risk of caries in cigarette smokers. Schweiz Monatschr Zahnmed. 2009; 119: 576-83.

19.Lee D, Schroeder JR, Karschner EL, et al. Cannabis withdrawal in chronic, frequent cannabis smokers during sustained abstinence within a closed residential environment. Am J Addict. 2014; 23(3): 234–242.

20.Ware MA, Rueda S, Singer J, Kilby D. Cannabis use by persons living with HIV/AIDS: patterns and prevalence of use. Journal of Cannabis Therapeutics 2003; 3(2): 3-15.

21.Meyer JS, Quenzer LF. Psychopharmacology drugs, the brain, and behavior. 2nd ed. USA: Sinauer Associates, 2013: 402-3, 416.

22.Bartholomew J. The effect of cannabis use on prospective memory processes in young adults. Tesis. London: Universitas Northumbria, 2011: 1-2.

23.Joewana S. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2004: 7-8.

24.Iversen, L. The science of marijuana. New York: Oxford University Press, 2000: 4-18, 29-71, 207-31.

25.Earleywine, Mitch. Understanding marijuana. London: Oxford University Press, 2002: 122-65.

26.Australian Crime Commission. Illicit drug data report 2013–14. Australia: The Australian Institute of Criminology, 2014: 57-8.


(13)

27. drugs. 2nd ed. New York: United Nations, 2003: 4-8.

28.Grotenhermen F. Cannabis as medicine mini-review cannabinoids and the endocannabinoid system. Cannabinoids 2006; 1(1): 10-4.

29.Maloney, William. Significance of cannabis use to dental practice. N Y State Dent J 2011; 77(3): 36-9.

30.Aldington S, Harwood M, Cox B, et al. Cannabis Use and Risk of Lung cancer: a case-control study. Eur Respir J. 2008; 31(2): 280-6.

31.Simkin P, Whalley J, Keppler A. Paduan lengkap kehamilan, melahirkan, dan bayi. Edisi revisi. Arcan, 2010: 95.

32.Santrock JW. Perkembangan remaja. Alih bahasa: Adelar SB, Saragih S. Jakarta: Erlangga, 2003: 512.

33.Ditmyer M, Demopoulos C, McClain M, Dounis G, Mobley C. The effect of tobacco and marijuana use on dental health status in nevada adolescents: a trend analysis. J Adolesc Health 2013; 52(5): 641-8.

34.Thomson WM, Poulton R, Broadbent JM, et al. Cannabis smoking and periodontal disease among young adults. JAMA 2008; 299(5): 525-31.

35.Hurlbutt M, Novy B, Young D. Dental caries: a pH-mediated disease. Can Dent Hyg J 2010; 25(1): 9-15.

36.Lemaster M, Maready A.

Dental Hygiene 2014; 12(7): 55-59.

37.Scully C, Felix DH. Dry mouth and disorders of salivation. British Dental Journal 2005; 199(7): 423-7.

38.Stipetic MM. Xerostomia-diagnosis and treatment. Rad 514 Medical Sciences 2012; 38: 69-81.

39.Lubis S, Tarigan RN, Lubis I. Penyakit-penyakit kelenjar ludah. Medan: USU Press, 2011: 9-19, 84-92.

40.Scully C, Almeida OPD, Bagan J, Dios PD, Taylor AM. Oral medicine and pathology at a glance. 1st ed. USA: Wiley BlackWell, 2010: 76.


(14)

41.Sultana N, Sham ME. Xerostomia: an overview. International Journal of Dental Clinic 2011; 3(2): 58-61.

42.Fox PC, Ship JA. Salivary gland diseases. In: Greenberg MS, Glick M, Ship JA, eds. Burket’s oral medicine. 11th ed. India: BC Decker Inc, 2008: 191-5, 205, 214-5.

43.Benn A. Xerostomia among adult New Zealanders: a national survey. Thesis. New Zealand: University of Otago, 2012: 1-27.

44.Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab manifestasi dan penanggulannya. http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-sayuti.pdf (12 januari 2016)

45.Manurung AKW, wibisono G. Pengaruh xerostomia terhadap kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup pada usila. Jurnal Media Medika Muda 2012:1-16. 46.Sreebny LM, Vissink A. Dry mouth the malevolent symptom: a clinical guide.

Singapore: Wiley-Blackwell, 2010: 64-68,176-7.

47.Yunus B. Efek samping terapi radiasi penderita kanker kepala dan leher pada kelenjar saliva. Dentofasial 2008; 7(1): 57-62.

48.Dyasanoor S, Saddu SC. Association of xerostomia and assessment of salivary flow using modified schirmer test among smokers and healthy individuals: a preliminutesary study. Journal of Clinical and Diagnostic Research 2014; 8(1): 211-3.7

49.Osailan S, Pramanik R, Shirodaria S, Challacombe SJ, Proctor GB. Investigating the relationship between hyposalivation and mucosal wetness. Oral Diseases. 2011 Jan; 17(1): 109-114.

50.Naresh Y, Kiranmayi VS, Bitla AR, Siva Kumar V, Srinivasa Rao PVLN. Saliva as an emerging diagnostic biological fluid. J Clin Sci Res 2013; 2: 243-4.

51.Almeida PV, Gegio AMT, Machado MANM, De Lima AAS, Azevedo LR. Saliva composition and functions: a comprehensive review. J Contemp Dent Pract 2008; 9(3): 1-8.


(15)

52.Woyceichoski IEC, Costa CH, de Araujo CM, et al. Salivary buffer capacity, pH, and stimulated flow rate of crack cocaine users. J Investig Clin Dent 2013; 4: 160- 3.

53.Sherwood L. Fisiologi manusia. Alih bahasa. Pendit BU. Jakarta: EGC, 1996: 196-209, 537-48.

54.

metabolites in expectorated oral fluid following controlled smoked cannabis. Clin Chim Acta 2012; 413(7-8): 765-70.

55.Pacher P, Batkai S, Kunos G. The endocannabinoid system as an emerging target of pharmacotherapy. Pharmacol Rev 2006; 58: 389–462.

56.Ekstrom J, Khosravani N, Castagnola M, Messana I. Saliva and the control of its secretion. J Physiol Pharmacol 2009; 62: 95–9.

57.Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto, 2011: 99, 131.

58.Riyanto A. Aplikasi metodologi penelitian kesehatan. Edisi 2. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011: 108-9.

59.Kartika A, Ablisar M, Marlina, Ikhsan E. Aplikasi kebijakan hukum pidana terhadap pelaksanaan rehabilitasi pecandu dalam tindak pidana narkotika. USU Law Journal 2015; 3(1): 44-55.

60.Santrock, JW. 2002. Perkembangan masa hidup. Alih bahasa. Chusairi A, Damanik J. Jakarta: Erlangga, 2002: 22-3.

61.Ialomiteanu AR, Hamilton HA, Adlaf EM, Mann RE. CAMH monitor eReport: substance use, mental health and well-being among ontario adults, 1977-2013. Toronto, 2014: 102.

62.Purnomowardani AD, Koentjoro. Penyingkapan-diri, perilaku seksual, dan penyalahgunaan narkoba. Jurnal Psikologi 2000; (1): 60-72.

63.Isnaini Y, Hariyono W, Utami IK. Hubungan antara dukungan keluarga dengan keinginan untuk sembuh pada penyalahguna NAPZA di lembaga pemasyarakatan Wirogunan Kota Yogyakarta. Kes Mas 2011; 5(2): 162-232.


(16)

64.Badan Narkotika Nasional. Survei nasional perkembangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Jakarta, 2011: 21.

65.Prestifilippo JP, Solari JF, Cal CDL, et al. Inhibition of salivary secretion by activation of cannabinoid receptors. Exp Biol Med 2006; (231): 1421-9.

66.Gonzalez R. Acute and non-acute effects of cannabis on brain functioning and neuropsychological performance. Neuropsychol Rev 2007; 17(3): 347-61.

67.Meier MH, Caspi A, Ambler A, et al. Persistent cannabis users show neuropsychological decline from childhood to midlife. Proc Natl Acad Sci U S A. 2012; 109(40): 1-8.

68.Crean RD, Crane NA, Mason BJ. An evidence-based review of acute and long-term effects of cannabis use on executive cognitive functions. J Addict Med 2011; 5: 1-8.


(17)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan efeknya yaitu lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia. Faktor risiko dan efek setiap subjek diobservasi satu kali saja pada saat yang sama.57

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan. Tempat ini merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI yang berdasarkan KEPMENSOS RI No. 59/HUK/2003 mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkotika khusus laki-laki, sehingga peneliti dapat mengumpulkan subjek penelitian yang memiliki riwayat penyalahgunaan ganja.

Lokasi berada di Jalan Berdikari Nomor 37 Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara 20354 Telepon 061-77 200 300. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mantan pengguna ganja yang sedang menjalani rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan pada tahun 2016.


(18)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini terdiri dari mantan pengguna ganja di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan dengan perkiraan besar sampel menggunakan rumus uji hipotesis pada sampel tunggal untuk data proporsi oleh Riyanto yaitu:58 � =������(1− ��) + �����(1− ��)�

2 (�� − ��)2

� =�1,96�0,84(1−0,84) + 0,842�0,64(1−0,64)� 2 (0,64−0,84)2

� = 31,5≈32 Keterangan:

n: jumlah subjek penelitian.

Zα: deviat baku α, untuk α = 0,05 zα = 1,96

Zβ: deviat bakuβ, untuk β = 0,20 zβ = 0,842

Po: proporsi awal penelitian. Berdasarkan penelitian Schulzkatterbach, dkk. bahwa proporsi populasi yang terkena xerostomia karena penggunaan ganja adalah 84% atau 0,84.18

Pa: proporsi yang diharapkan dari penelitian, yaitu 64%, karena pengurangan nilai Po dan Pa diharapkan memiliki hasil 20%.

Berdasarkan perhitungan, besar sampel minimum yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 32 orang. Penelitian ini menggunakan teknik pemilihan sampel non probability sampling jenis purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang telah dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.58


(19)

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Subjek pernah menggunakan narkotika jenis ganja saja.

2. Subjek tidak memiliki penyakit sistemik seperti penyakit diabetes melitus, Sjogren’s syndrome, systemic lupus erythematous (SLE), infeksi HIV, dan sarkoidosis.

3. Subjek tidak mengonsumsi obat-obatan seperti antihipertensi, antidepresan, dan antihistamin.

4. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

3.4.2 Kriteria Eksklusi Tidak kooperatif.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah lama berhenti menggunakan ganja.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah xerostomia.

3.6 Definisi Operasional

1. Lama berhenti menggunakan ganja adalah waktu yang menunjukkan lamanya pengguna ganja berhenti menggunakan ganja yaitu dimulai dari waktu terakhir menggunakan ganja hingga saat penelitian dilaksanakan (dalam satuan bulan), yang dinilai dengan kuesioner dengan skala ukur kategorik.

2. Xerostomia adalah laju aliran saliva total tanpa stimulasi kurang dari normal yaitu < 0,1 ml/menit.42 Cara pengukuran dilakukan dengan metode spitting yaitu membiarkan saliva tergenang di dalam mulut dan diludahkan ke dalam pot saliva setiap 60 detik selama 5 menit. Hasil yang diperoleh menggunakan skala ukur kategorik yaitu xerostomia (+) atau xerostomia (-).


(20)

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan meliputi: 1. Kuesioner

2. Alat tulis

3. Stopwatch

4. Pot saliva

3.7.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan meliputi: 1. Tisu

2. Sarung tangan 3. Masker

3.8 Prosedur penelitian

3.8.1 Pengumpulan Data Demografi

Pengumpulan data subjek penelitian diperoleh dari buku induk PSPP Insyaf, yaitu berupa nama, umur, kasus penggunaan, tanggal masuk, dan riwayat medis.

3.8.2 Pengisian Kuesioner

Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan, manfaat dan prosedur penelitian, lalu diminta kesediaannya menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent. Selanjutnya pertanyaan diajukan sesuai dengan kuesioner kepada subjek penelitian.

3.8.3 Pengumpulan Saliva

Pengumpulan saliva tanpa stimulasi dilakukan dengan metode spitting. Peneliti kerja sama dengan petugas PSSP Insyaf Medan dalam mengkoordinir waktu pengambilan saliva. Pengambilan saliva dilakukan pada pukul 09.00–12.00 WIB yaitu dua jam setelah sarapan pagi dan selama dua jam tersebut subjek tidak


(21)

diperkenankan untuk makan, minum, dan menyikat gigi. Subjek penelitian diminta untuk duduk dengan tenang dan santai, posisi punggung tegak dan kepala menunduk. Hal ini dilakukan agar subjek tidak merasa takut atau cemas karena keadaan tersebut dapat memengaruhi laju aliran saliva. Selanjutnya subjek diinstruksikan untuk membiarkan saliva tergenang di dalam mulut. Setiap 60 detik sekali selama 5 menit saliva yang terkumpul diludahkan ke tabung uji. Nilai laju aliran saliva dinyatakan dalam ml/menit.47

3.9 Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dari lembar hasil pemeriksaan subjek penelitian kemudian dianalisis sesuai dengan sifatnya. Data yang bersifat univariat dianalisis secara manual dan data yang bersifat bivariat dianalisis dengan menggunakan sistem komputerisasi.

3.9.2 Data Univariat

Analisis univariat (analisis deskriptif) bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.57 Data univariat disajikan dalam bentuk tabel yang meliputi:

1. Distribusi dan frekuensi mantan pengguna ganja berdasarkan usia.

2. Distribusi dan frekuensi mantan pengguna ganja berdasarkan lama berhenti menggunakan ganja.

3. Distribusi dan frekuensi xerostomia pada mantan pengguna ganja.

3.9.3 Data Bivariat

Data bivariat adalah korelasi antara dua variabel yang berupa hasil pengukuran.57 Data bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test. Perhitungan statistik apabila nilai p < 0,05 maka Ho diterima yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila nilai p > 0,05 maka Ho ditolak yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Data bivariat disajikan dalam bentuk


(22)

tabel yang meliputi hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia.

3.10 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi etik penelitian kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan. Bagi subjek yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan bentuk data pribadi subjek.


(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Usia Penelitian ini melibatkan subjek sebanyak 32 orang mantan pengguna ganja di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan. Berdasarkan usia subjek penelitian, ditemukan kelompok usia 15-22 tahun sebanyak 10 orang (31,2%), kelompok usia 23-30 tahun sebanyak 15 orang (46,9%), dan kelompok usia 31-38 tahun sebanyak 7 orang (21,9%) (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi dan frekuensi mantan pengguna ganja berdasarkan usia

Usia Frekuensi (F) Persentase (%)

15-22 tahun 10 orang 31,2 %

23-30 tahun 15 orang 46,9 %

31-38 tahun 7 orang 21,9 %

Total 32 orang 100 %

4.2 Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Lama Berhenti Menggunakan Ganja

Pada penelitian ini lama berhenti menggunakan ganja dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 1-3 bulan, 4-6 bulan, dan 7-9 bulan. Mantan pengguna ganja yang berhenti menggunakan ganja 1-3 bulan sebanyak 13 orang (40,6%) dan 4-6 bulan sebanyak 7 orang (21,9%), dan 7-9 bulan sebanyak 12 orang (37,5%) (Tabel 4).


(24)

Tabel 4. Distribusi dan frekuensi mantan pengguna ganja berdasarkan lama berhenti menggunakan ganja

Lama berhenti

menggunakan ganja (bulan) Frekuensi (F) Persentase (%)

1-3 13 orang 40,6 %

4-6 7 orang 21,9 %

7-9 12 orang 37,5%

Total 32 orang 100 %

4.3 Distribusi dan Frekuensi Xerostomia pada Mantan Pengguna Ganja Pada penelitian ini mantan pengguna ganja yang mengalami xerostomia sebanyak 18 orang (56,2%) sedangkan yang tidak mengalami xerostomia sebanyak 14 orang (43,8%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi dan frekuensi xerostomia pada mantan pengguna ganja.

Xerostomia Frekuensi (F) Persentase (%)

Xerostomia (+) 18 orang 56,2 %

Xerostomia (-) 14 orang 43,8 %

Total 32 orang 100 %

4.4 Hubungan antara Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia

Penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok dengan lama berhenti menggunakan ganja 1-3 bulan yang mengalami xerostomia yaitu 10 orang (31,2%), lama berhenti 4-6 bulan yang mengalami xerostomia sebanyak 5 orang (15,6%), dan lama berhenti 7-9 bulan yang mengalami xerostomia sebanyak 3 orang (9,4%). Hasil uji statistik menggunakan Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwa nilai signifikansi p = 0,025. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia (Tabel 6).


(25)

Tabel 6. Hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia Lama berhenti

menggunakan ganja (bulan)

Xerostomia

Jumlah Nilai p

Ya Tidak

n % n %

1-3 10 31,2 3 9,4 13 (40,6)

0,025*

4-6 5 15,6 2 6,3 7 (21,9)

7-9 3 9,4 9 28,1 12(37,5)

Total 18 56,2 14 43,8 32 (100)


(26)

BAB 5 PEMBAHASAN

Ganja merupakan salah satu narkotika yang sering digunakan di dunia.15 Salah satu efek dari penggunaan ganja adalah xerostomia.17 Xerostomia merupakan keluhan yang dapat disebabkan oleh penurunan produksi saliva.38 Penelitian ini melibatkan 32 orang mantan pengguna ganja di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan. PSPP Insyaf Medan hanya menerima laki-laki saja, agar terhindar dari

sexual acting out.59 Dengan demikian, subjek penelitian ini hanya terdiri dari 32

orang laki-laki mantan pengguna ganja.

Menurut Santrock, pembagian usia dapat dibagi atas delapan kategori, tiga diantaranya terdiri dari remaja akhir (18-21 tahun), dewasa awal (22-30 tahun), dan dewasa tengah (31-45 tahun).60 Pada penelitian ini, persentase mantan pengguna ganja paling tinggi ditemukan pada rentang usia 23-30 tahun, yaitu sebesar 46,9%. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ialomiteanu dkk, yang menunjukkan bahwa diantara rentang usia 18-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, dan 50 tahun keatas, persentase mantan pengguna ganja paling tinggi ditemukan pada rentang usia 18-29 tahun yaitu sebesar 40,4%.61 Penggunaan ganja paling sering ditemukan pada kalangan remaja dan dewasa awal.62,63 Hal ini karena usia remaja dan dewasa awal memiliki sifat yang sangat labil sehingga dapat dipengaruhi oleh teman-temannya untuk menggunakan narkotika. Penggunaan narkotika dapat dikelompokkan dalam dua alasan, yaitu determinan sosial (termasuk didalamnya pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh sekolah) dan determinan personal (termasuk didalamnya rendah diri, rasa ingin memberontak, dorongan untuk berpetualang, dan rasa ingin bebas). Pengguna narkotika usia remaja dan dewasa awal umumnya berasal dari keluarga yang tidak utuh, hubungan orangtua yang tidak baik, dan kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang, sehingga mengakibatkan para pengguna tidak betah tinggal di rumah, melarikan diri, atau menghabiskan waktu luangnya dengan melakukan kegiatan negatif, seperti


(27)

merokok ganja.62 Semakin bertambah usia, maka resiko menjadi pengguna narkotika menjadi semakin kecil. Hal ini diduga karena pada usia diatas 30 tahun mayoritas sudah berkeluarga sehingga semakin besar tanggung jawab terhadap keluarganya dan keinginan kuat ingin sembuh dari ketergantungan narkotika sangat besar.64

Mantan pengguna narkoba di PSPP Insyaf Medan menjalani proses rehabilitasi selama 12 bulan.59 Pada penelitian ini ditemukan kelompok dengan lama berhenti menggunakan ganja selama 1-3 bulan paling tinggi yaitu sebesar 40,6%. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu rehabilitasi pada setiap mantan pengguna ganja di PSPP Insyaf Medan. Perbedaan waktu rehabilitasi ini dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan narkotika yang berbeda pada setiap mantan pengguna ganja.59 Ketika seseorang telah terjerumus ke dalam narkotika, semakin lama dosis penggunaannya akan meningkat. Hal ini menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan terhadap narkotika, sehingga dibutuhkan suatu rehabilitasi bagi pengguna narkotika. Rehabilitasi narkotika menjadi sebuah wadah untuk memberikan pertolongan agar pengguna narkotika dapat sembuh.1 Motivasi dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sangat berperan dalam proses penyembuhan seseorang yang ingin berhenti menggunakan narkotika. Penyembuhan tidak hanya secara fisik, namun juga psikologis, seperti mengembalikan kepercayaan diri mantan pengguna narkotika. Pada mantan pengguna narkotika dapat terjadi relapse, yaitu proses kembalinya seseorang menggunakan narkotika.63 Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya pengetahuan terhadap bahaya penggunaan narkotika bagi kesehatan.1,4

Penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang mengalami xerostomia sebesar 56,2%. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Lee dkk, yang menyatakan bahwa 25,6% mantan pengguna ganja kronik mengalami xerostomia.19 Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan THC dalam ganja yang memiliki sifat parasimpatolitik.17 Ganja mempengaruhi sistem tubuh manusia melalui ikatan THC dengan reseptor CB1 yang berada pada sistem saraf dan kelenjar saliva.11,28 Penelitian in vivo pada tikus yang dilakukan oleh Prestifilipo dkk, ditemukan bahwa kandungan THC dalam ganja dapat menurunkan sekresi saliva pada kelenjar submandibula.65 Ketika THC berikatan dengan reseptor CB1 pada


(28)

sistem saraf, maka sistem saraf parasimpatis terinhibisi sehingga saliva hanya disekresikan melalui sistem saraf simpatis. Hal ini menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan penurunan aliran darah ke kelenjar saliva, sehingga sel-sel asini mengalami atropi dan menghasilkan saliva dengan volume yang lebih sedikit, kental dan mengandung lebih banyak musin.53,56

Berdasarkan hasil uji statistik Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0,025 (p<0,05) yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia. Ini menunjukkan bahwa pengaruh ganja masih terjadi meskipun subjek telah berhenti menggunakan ganja. Hal ini terjadi karena kandungan THC dalam ganja, yang memiliki efek residu setelah pengguna berhenti menggunakan ganja, terutama pada penggunaan ganja secara terus-menerus.19,66 Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf yang diakibatkan kebiasaan menggunakan ganja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meier dkk, bahwa penggunaan ganja secara terus-menerus pada usia remaja, yaitu masa ketika otak sedang mengalami masa perkembangan penting, dapat menimbulkan efek neurotoksik. Hal ini dapat menyebabkan gangguan fungsi neuropsikologi.67 Semakin sering seseorang menggunakan ganja, maka semakin banyak THC yang masuk ke dalam tubuh secara terus-menerus, sehingga terjadi vasokonstrisi pembuluh darah pada kelenjar saliva yang menyebabkan atrofi pada sel asini. Hal ini mengakibatkan lamanya proses pemulihan akibat atropi sel asini tersebut.53,56,68 Penelitian Earleywine menunjukkan bahwa pemulihan otak dapat terjadi pada mantan pengguna yang telah berhenti menggunakan ganja selama 2 tahun. Ini menunjukkan efek akibat kerusakan sistem saraf masih akan berlanjut walaupun pengguna berhenti menggunakan ganja.25

Pada penelitian ini diperoleh kelompok yang berhenti menggunakan ganja 1-3 bulan lebih banyak mengalami xerostomia dibandingkan dengan kelompok yang berhenti menggunakan ganja 7-9 bulan. Ini menunjukkan bahwa xerostomia lebih banyak pada kelompok yang baru berhenti menggunakan ganja. Pengurangan efek (pemulihan) tersebut dipengaruhi oleh usia ketika menggunakan ganja, jumlah ganja yang digunakan, dan lamanya menggunakan ganja.67,68


(29)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mantan pengguna ganja di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia.

6.2 Saran

Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa beberapa mantan pengguna ganja masih dibawah umur atau masa sekolah, sehingga diperlukan penyuluhan dari dokter gigi agar mengedukasi masyarakat, terlebih pada anak tingkat sekolah mengenai dampak dari penggunakan ganja terhadap kesehatan rongga mulut seperti xerostomia. Peneliti juga menemukan bahwa beberapa mantan pengguna telah selesai menjalani masa rehabilitasi, tetapi masuk kembali menjalani masa rehabilitasi akibat menggunakan ganja. Untuk itu, mantan pengguna ganja sebaiknya mengetahui pengaruh dari penggunaan ganja terhadap kesehatan sistemik dan rongga mulut sehingga tidak lagi menggunakan ganja. Dokter gigi bekerjasama dengan pihak panti rehabilitasi untuk membuat suatu pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin dalam meningkatkan dan menjaga kesehatan rongga mulut kepada mantan pengguna ganja. Dari hasil penelitian ini, diharapkan adanya penelitian selanjutnya mengenai pengaruh penggunaan ganja terhadap laju aliran saliva pada subjek yang masih menggunakan ganja.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ganja

Ganja merupakan salah satu narkotika yang sering digunakan di dunia.15 Hal ini disebabkan oleh efek dari Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) yang tergolong cepat, sehingga dapat memengaruhi perasaan, penglihatan, dan pendengaran. Ganja dapat menyebabkan adiksi (ketagihan), dimana semakin lama dosis penggunaannya semakin meningkat. Hal tersebut dapat mengakibatkan efek halusinasi dan perasaan euforia.1,7

2.1.1 Definisi

Ganja adalah tanaman yang terdiri dari biji, bunga, daun, batang dari cannabis sativa yang dikeringkan (Gambar 1). Ganja juga diistilahkan dengan aunt mary, bc bud, blunts, boom, chronic, dope, gangster, grass, hash, herb, hydro, indo, joint, kif,

mary jane, mota, pot, reefer, sinsemilla, skunk, smoke, weed, dan yerba.4

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, ganja merupakan jenis narkotika yang dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Ganja hanya digunakan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.2


(31)

2.1.2 Sejarah

Tanaman ganja telah dikenal manusia sekitar 8000 tahun yang lalu. Tanaman ganja secara botani diklasifikasikan oleh Linaeus pada tahun 1735 (Cit. Bartholomew) sebagai cannabis sativa yang digunakan untuk keperluan industri, hiburan, dan pengobatan. Ganja dikenal sebagai tanaman yang dapat menghasilkan serat untuk membuat benang, tali, dan tekstil. Ganja mulai digunakan dalam dunia pengobatan di Tiongkok pada tahun 2737 SM. Kaisar Shen Neng yang menganjurkan penggunaan ganja untuk mengobati berbagai macam penyakit.21,22,23

Ganja juga digunakan untuk upacara keagamaan oleh Suku Nomaden di Asia timur laut selama periode Neolitik. Ganja mulai dikenal di Amerika Serikat pada awal 1900-an. Pada akhir tahun 1920-an dilaporkan bahwa ganja digunakan dalam tindak kejahatan. Pada periode 1930-an dan 1940-an, dunia kedokteran menolak penggunaan ganja sebagai obat.22,23 Namun demikian, saat ini beberapa negara telah melegalkan penggunaan ganja untuk keperluan medis. Salah satunya adalah negara Kanada. Berdasarkan Health Canada menyatakan bahwa Individu harus menerima dokumen medis (resep) dari seorang praktisi medis untuk memberi wewenang kepada pengguna ganja. Semua ganja harus diperoleh dari produsen lisensi oleh Health

Canada, dari seorang praktisi kesehatan atau dari rumah sakit.5 Akan tetapi, di

Indonesia, ganja termasuk narkotika golongan halusinogen yang tidak digunakan dalam terapi medis sampai sekarang.3

2.1.3 Jenis Sediaan dan Cara Penggunaan

Cannabinoid yang terdapat pada tanaman Cannabis sativa antara lain Delta-9-tetrahydrocannabinol, Delta-8-tetrahydrocannabinol, cannabinol, dan cannabidiol.

Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) merupakan cannabinoid yang paling

berpengaruh pada sistem tubuh dan agen psikoaktif utama.24,25 Jenis sediaan dan cara penggunaan ganja yaitu:

1. Ganja herbal (Marijuana)

Ganja herbal terdiri dari bunga dan daun dari tanaman cannabis sativa yang dikeringkan.(Gambar 2).26 Ganja herbal mengandung kadar THC yang rendah yaitu


(32)

0.5-5%.11 Cara penggunaan ganja herbal adalah dihisap melalui lintingan ganja seperti rokok tembakau. Lintingan ganja dikenal dengan sebutan joint atau spliff. Lintingan ganja biasanya berisi 0,5–1 gram ganja. Ganja herbal juga dapat dihirup menggunakan berbagai jenis pipa. Pipa yang paling sering digunakan adalah pipa air (bong).26,27

Gambar 2. Ganja Herbal27

2. Ganja resin (hashish)

Ganja resin dibuat dari bahan resin tanaman ganja yang dikeringkan dan dipadatkan menjadi bola, blok atau lembaran (Gambar 3). Ganja resin berwarna dari coklat muda ke hijau tua sampai hitam.26 Ganja resin mengandung kadar THC yang medium yaitu 2-20%.11 Cara penggunaan ganja resin adalah dilinting menjadi rokok dengan daun ganja atau tembakau. Ganja resin juga dapat digunakan dengan cara dibuat sebagai minuman teh dan dicampur dengan makanan.26,27


(33)

3. Minyak ganja (Hash oil)

Minyak ganja adalah minyak kental yang diperoleh dari ekstraksi ganja resin. Minyak ganja diekstraksi menggunakan larutan seperti aseton, isopropanol atau methanol. Minyak ganja berwarna dari kuning ke coklat gelap (Gambar 4).26 Minyak ganja mengandung kadar THC yang tinggi yaitu 15-50%.11 Minyak ganja digunakan dengan meneteskan 1-2 tetes pada rokok tembakau atau diusapkan pada kertas pembungkus rokoknya dan dihisap seperti rokok. Minyak ganja juga dapat diteteskan pada logam panas dan dihirup uapnya.26,27

Gambar 4. Minyak ganja27

2.1.4 Efek Penggunaan Ganja terhadap Kesehatan 2.1.4.1 Efek terhadap Kesehatan Umum

THC yang bersifat psikoaktif dapat memengaruhi hampir seluruh sistem dalam tubuh dengan cara berikatan dengan reseptor cannabinoid.11 Reseptor

cannabinoid berdasarkan afinitasnya dibagi menjadi reseptor CB1 dan reseptor CB2.

Reseptor CB1 dapat ditemukan di hipokampus, ganglia basal, serebelum, sistem saraf pusat dan kelenjar saliva. Reseptor CB2 ditemukan di sel-sel imun.28 Ketika ganja diisap, THC akan masuk melalui paru-paru sebanyak 50% kemudian diabsorbsi ke aliran darah dan mencapai otak dalam beberapa menit.11 Aktivasi reseptor cannabinoid pada otak berada di bagian hipokampus, ganglia basal dan serebelum yang memengaruhi perasaan senang, ingatan, pikiran, konsentrasi, pergerakan, koordinasi dan persepsi waktu serta sensoris. THC yang masuk ke dalam otak dapat menstimulasi sel-sel otak di nucleus accumbens dan prefrontal cortex untuk


(34)

mengeluarkan neurotransmiter dopamin yang berperan dalam pengaturan emosi dan sikap, sehingga dapat menyebabkan munculnya rasa senang dan santai pada seseorang.24,25,29Dosis tinggi THC dapat menyebabkan terjadinya halusinasi.12

Merokok ganja juga memiliki potensi besar terhadap terjadinya kanker paru-paru dibandingkan dengan merokok tembakau. Ganja mengandung konsentrasi zat karsinogenik polycylic aromatic hydrocarbon dua kali lipat lebih besar bila dibandingkan rokok tembakau. Ganja cenderung dihisap tanpa menggunakan filter, biasanya dihisap dengan hisapan dalam dan menahan nafas lebih lama, sehingga menyebabkan penumpukan zat karsinogenik pada saluran nafas.30

Ketika pengguna mengalami ketergantungan pada ganja dan menggunakan ganja terus-menerus dengan dosis yang berlebihan dalam jangka panjang maka hal ini dapat mengganggu kesehatan pada pecandu.24 Efek jangka panjang dari penggunaan ganja dapat bertahan berkisar 3 minggu hingga lebih dari satu tahun setelah pengguna berhenti menggunakan ganja.12,21

Merokok ganja dapat memengaruhi janin dalam kandungan. Keterlambatan pertumbuhan janin sering terjadi pada ibu yang menggunakan ganja.31 Penggunaan ganja juga dapat menyebabkan bayi dilahirkan dalam keadaan cacat. Selain itu, bila ganja dikonsumsi setiap hari dalam jumlah yang besar, dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi.32

2.1.4.1 Efek terhadap Kesehatan Rongga Mulut

Ganja dapat memengaruhi kesehatan rongga mulut pengguna ganja. Hal ini disebabkan oleh sifat iritatif ganja. Reseptor CB1 dalam kelenjar saliva juga menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan rongga mulut pada pengguna ganja.1,14,33,34 Efek dari merokok ganja terhadap rongga mulut antara lain xerostomia, leukoplakia, dan kandidiasis.14

Asap pembakaran dari ganja dapat mereduksi oksigen dalam rongga mulut dan meningkatkan koloni bakteri anaerob sehingga membuat pH saliva semakin turun. Penurunan pH saliva maka akan memicu terjadinya demineralisasi gigi sehingga meningkatkan kejadian karies pada pengguna ganja.29,35 Berdasarkan


(35)

penelitian Ditmyer, dkk. menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi dan keparahan karies pada pengguna ganja. Pengguna ganja memiliki jumlah DMFT (decay, missing, filling teeth) dua kali lebih tinggi dibanding perokok biasa.33

Ganja dapat menyebabkan laju aliran saliva menurun, sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi imun dari saliva dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Hal tersebut dapat mengakibatkan peningkatan jumlah bakteri dan jamur pada rongga mulut, termasuk bakteri anaerob dan Candida albicans. Pembentukan plak dan koloni bakteri anaerob dapat meningkatkan terjadinya gingivitis pada pengguna ganja.15,35 Kurangnya kesadaran pengguna ganja dalam menjaga kebersihan rongga mulut menyebabkan gingivitis tersebut berkembang menjadi periodontitis.15,29,34 Densitas dari Candida albicans semakin meningkat disebabkan oleh kandungan hidrokarbon pada ganja, yang menjadi sumber energi bagi Candida albicans. Hal ini mengakibatkan terjadinya kandidiasis pada pengguna ganja.11,15

Ketika ganja diisap, rongga mulut akan terpapar oleh asap pembakaran yang panas. Paparan yang terjadi secara kronis menyebabkan terbentuknya zat karsinogen polycylic aromatic hydrocarbon sehingga memengaruhi epitel rongga mulut. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada sel epitel rongga mulut yang disebut dengan cannabis stomatitis termasuk leukodema.11,12,24 Cannabis

stomatitis mirip dengan nikotin stomatitis.30,36 Apabila cannabis stomatitis tidak

segera ditangani maka epitel rongga mulut akan semakin berdiferensiasi dan menjadi lesi premalignan seperti leukoplakia.15

Penggunaan ganja berat telah dikaitkan dalam insiden kanker mulut. Kanker rongga mulut yang sering ditemukan pada pengguna ganja adalah tipe squamous cell

carcinoma.29 Hubungan antara kanker rongga mulut dan pemakaian ganja lebih


(36)

Gambar 5. Karies pada pengguna ganja18

2.2 Xerostomia

Xerostomia merupakan keluhan yang dapat disebabkan oleh aliran saliva berkurang dan berubah komposisi saliva. Komplikasi dari xerostomia yaitu karies gigi, kandidiasis, dan halitosis.37

2.2.1 Definisi

Xerostomia berasal dari bahasa Yunani yaitu xeros (kering) dan stoma (mulut) yang artinya mulut kering (Gambar 6). Xerostomia merupakan keluhan subjektif (gejala) pada rongga mulut yang tidak selalu berhubungan dengan hipofungsi kelenjar saliva.38,39 Xerostomia bukanlah suatu penyakit, melainkan sebuah gejala dari berbagai kondisi, seperti efek samping obat-obatan, kondisi fisiologis, dan disfungsi kelenjar saliva.39


(37)

2.2.2 Etiologi

Xerostomia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Obat-obatan

Obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia dengan memengaruhi aliran saliva dengan beberapa cara seperti mengganggu transmisi sinyal di persimpangan efektor saraf parasimpatis, mengganggu aksi di persimpangan efektor saraf adrenergik, atau menyebabkan penurunan koneksi dari sistem saraf otonom.41 Obat-obatan yang sering menimbulkan xerostomia adalah antihipertensi, antidepresan dan antihistamin.42

2. Penyakit kelenjar saliva

Ada beberapa penyakit kelenjar saliva dapat menyebabkan hiposalivasi dan xerostomia. Penyakit kelenjar saliva yang menyebabkan hiposalivasi atau xerostomia diantaranya seperti Sialadenitis, tumor kelenjar saliva, mukokel, dan ranula.43 Sialadenitis kronis lebih umum mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi sel asini dan penyumbatan duktus. Tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur duktus kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva.44

3. Penyakit sistemik

Beberapa penyakit sistemik yang dapat menyebabkan xerostomia yaitu Sjogren’s syndrome, diabetes melitus, systemic lupus erythematous (SLE), infeksi HIV, Graft-versus-host-disease, dan sarkoidosis.38,41,43 Sjogren’s syndrome merupakan penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan adanya inflamasi dari kelenjar eksokrin yang dapat menyebabkan terjadinya xerostomia.41

Selain Sjogren’s syndrome, diabetes melitus juga berhubungan dengan terjadinya xerostomia. Hal ini tergantung pada penyakit diabetes mellitus yang terkontrol atau tidak terkontrol. Aliran saliva pada pasien yang tidak terkontrol akan lebih rendah daripada yang terkontrol.41

Selain diabetes militus, penyakit autoimun yaitu Graft-versus-host-disease (GVHD) juga menimbulkan manifestasi oral dan xerostomia merupakan keluhan yang paling sering ditemukan. Penyakit GVHD menyebabkan fibrosis kelenjar saliva


(38)

dan perubahan komposisi saliva (berkurangnya konsentrasi Na+ dan meningkatnya konsentrasi K+) sehingga terjadi penurunan aliran saliva. Pada tahap lanjut, penyakit GVHD akan merusak fungsi kelenjar saliva mayor dengan menyerang reseptor muskarinik, transporter air dan ion kalsium.41,42

4. Usia

Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun sehingga menimbulkan berbagai keluhan. Salah satunya adalah xerostomia. Xerostomia terjadi karena perubahan atropi pada kelenjar saliva terkait dengan degenerasi akibat proses aging. Kemunduran fungsi kelenjar saliva terjadi akibat hilangnya kelenjar parenkim yang digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.42,45

5. Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher

Radioterapi (terapi umum untuk kanker kepala dan leher) telah terbukti menjadi faktor risiko untuk terjadinya xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva. Pada ambang batas dosis 25 Gy atau lebih dapat terjadi kerusakan permanen jaringan kelenjar saliva.43,46 Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran.47

Kelenjar saliva yang paling radiosensitif yaitu kelenjar parotid, diikuti kelenjar submandibula, dan sublingual. Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah radiasi ada beberapa tahap, yaitu terjadi inflamasi kelenjar saliva, khususnya pada sel-sel asini serous setelah beberapa hari terapi radiasi. Beberapa bulan setelah radioterapi dilakukan, inflamasi akan semakin kronik dan glandula akan menjadi fibrosis, adiposis, kehilangan pembuluh darah, dan degenerasi jaringan parenkim.47

Selain berkurangnya volume saliva, juga terjadi perubahan lainnya pada saliva, yaitu viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menurun dan sekresi IgA berkurang. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah diterima.47


(39)

2.2.3 Gambaran Klinis

Pasien yang mengalami xerostomia sering mengeluh kesulitan mengunyah dan menelan makanan. Pada saat memakan makanan yang kering, biasanya harus dibantu dengan air agar dapat mengunyah dan menelan makanan. Mukosa mulut juga menjadi sensitif terhadap makanan yang pedas.39

Pasien dengan xerostomia sering ditandai dengan bibir pecah-pecah, terkelupas, dan atropi. Bagian dorsal lidah sering berfisur dengan atrofi papila filiformis. Pasien juga dapat mengalami peningkatan kandidiasis mulut karena berkurangnya aktifitas pembersihan dan antimikroba yang secara normal diberikan oleh saliva. Selain itu, pasien xerostomia juga lebih cenderung mengalami kerusakan gigi, terutama karies servikal dan akar.39

2.2.4 Diagnosis

Xerostomia dapat ditentukan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Selain dari riwayat dan pemeriksaan, sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan fungsi kelenjar saliva yang terdiri dari pengukuran laju aliran saliva (sialometri) maupun sialografi.

1. Anamnesis

Dalam melakukan anamnesis dengan pasien dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan untuk menegakkan diagnosis xerostomia. Hal ini dapat dilakukan secara lisan atau melalui kuesioner.39 Berdasarkan kuesioner, xerostomia dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu Mild, Moderate, dan Severe dryness (Tabel


(40)

Tabel 1. Kuesioner untuk mendiagnosis xerostomia48 1 Apakah anda merasa mulut anda kering?

Mild dryness 2 Apakah anda sering menyisipkan cairan/minuman

apabila ingin menelan makanan kering? 3 Apakah anda sangat sering merasa haus?

Moderate dryness 4 Apakah anda merasa kesulitan untuk menelan

makanan?

5 Apakah mulut anda terasa kering sepanjang hari?

Severe dryness 6

Apakah anda mengunyah permen Karet atau permen yang keras setiap hari untuk meredakan mulut kering?

2. Pemeriksaan klinis

Tanda-tanda kekeringan di mulut untuk xerostomia diperiksa dan dibedakan menggunakan sistem skor atau yang disebut Clinical Oral Dryness Score (CODS) (Tabel 2).49


(41)

Tabel 2. Tanda-tanda kekeringan mulut berdasarkan CODS49

Skor Gambaran klinis Keterangan

1 Kaca mulut menempel pada mukosa bukal

2 Kaca mulut menempel pada lidah

3 Saliva berbuih

4 Tidak ada saliva yang menggenang di dasar mulut

5 Lidah menunjukkan kehilangan papilla

6 Perubahan gambaran klinis gingiva/licin

(terutama bagian anterior)

7 Gambaran mukosa mulut menjadi berkilat

(terutama langit-langit)

8 Lidah berlobus / terdapat fisur yang dalam

9 Karies servikal (lebih dari dua gigi)

10 Debris mukosa pada palatum (kecuali

dibawah gigi palsu)

Keterangan tabel: Skor 1-3 mild dryness; Skor 4-6 moderate dryness; Skor 7-10 severe dryness


(42)

3. Pengumpulan saliva

Laju aliran saliva dapat memberi informasi yang penting untuk tujuan diagnosis xerostomia. Pengukuran laju aliran saliva dapat dihitung dari saliva yang berasal dari kelenjar saliva mayor ataupun dari sampel campuran dari cairan mulut yang disebut dengan saliva total (whole saliva). Metode utama untuk mengumpulkan saliva total terdiri dari metode draining, spitting, suction, dan swab.39,46

Metode draining disebut juga metode drooling.50 Metode draining bersifat pasif. Dengan metode ini, pasien diminta untuk mengalirkan saliva dari mulut ke dalam tabung dalam satu waktu tertentu. Metode spitting hampir sama dengan metode draining. Metode spitting dilakukan dengan membiarkan saliva untuk tergenang di dalam mulut dan selanjutnya meludahkan ke dalam suatu tabung setiap 60 detik selama 5 menit (Gambar 7). Metode suction menggunakan sebuah aspirator atau saliva ejector untuk mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada periode waktu yang telah ditentukan. Metode swab caranya menggunakan cotton roll/sponge yang sebelumnya diukur beratnya, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan dibiarkan saliva mengalir membasahinya. Cotton roll/sponge tersebut kemudian diukur kembali beratnya dan dicari hasil selisihnya. Metode swab merupakan teknik yang efektif untuk memperkirakan derajat salivasi pasien dengan keadaan xerostomia yang parah.39,46

Pengumpulan saliva total dapat dilakukan pada saat istirahat (unstimulated) dan pada saat melakukan aktivitas (stimulated). Laju aliran saliva tanpa stimulasi dan stimulasi diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu normal, low dan very low (hiposalivasi). Pada saat stimulasi, laju aliran saliva normal sekitar 1-3 ml/menit, low sekitar 0.7-1.0 ml/menit, dan very low kurang dari 0.7 ml/ menit, sedangkan tanpa stimulasi laju aliran saliva normal sekitar 0.25-0.35 ml/menit, low sekitar 0.1-0.25 dan very low kurang dari 0.1 ml/menit.51


(43)

Gambar 7. Pengumpulan saliva total tanpa stimulasi dengan metode spitting 46

2.2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan xerostomia tergantung pada derajat kerusakan kelenjar saliva dan penyebab yang mendasari xerostomia. Beberapa perawatan xerostomia dibagi menjadi 5 kategori utama yaitu:39,42

1. Terapi preventif

Pasien diinstruksikan untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan gigi yang optimal. Pasien juga perlu melakukan konsultasi diet, menghindari makanan kariogenik, mengurangi meminum minuman beralkohol, dan yang mengandung kafein karena dapat meningkatkan mulut kering

2. Perawatan simtomatik

Perawatan simtomatik yang dapat dilakukan antara lain penggunaan air dan obat kumur. Pasien disarankan untuk mengkonsumsi air yang cukup. Hal ini dapat membantu menjaga kelembaban rongga mulut, membasahi mukosa, dan membersihkan debris. Penggunaan obat kumur juga tersedia untuk pasien xerostomia tetapi harus menghindari produk yang mengandung alkohol, gula serta bahan yang dapat mengiritasi.

3. Stimulasi lokal atau topikal

Stimulasi lokal dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet bebas gula. Mengunyah dapat menstimulasi aliran saliva secara efektif.


(44)

4. Stimulasi saliva sistemik

Pengobatan sistemik untuk merangsang aliran saliva telah dinilai dalam sejumlah uji klinis. Pilocarpine merupakan obat yang telah diuji paling efektif dalam stimulasi saliva. Obat-obatan lain yang juga dapat merangsang aliran saliva adalah bromheksine, anetholetrithione, dan cevimeline.

2.3 Hubungan Penggunaan Ganja Terhadap Terjadinya Xerostomia Secara fisiologis, kelenjar saliva dipersarafi oleh saraf otonom yaitu saraf simpatis dan parasimpatis yang bekerja bersamaan. Asetilkolin merupakan postganglionic transmitter saraf parasimpatis dan noradrenalin adalah postganglionic transmitter saraf simpatis yang bekerja pada kelenjar saliva. Noradrenalin bekerja pada α1-adrenoceptors dan β1-adrenoceptors, sedangkan asetilkolin bekerja pada reseptor muskarinik M1 dan M3. Baik saraf parasimpatis maupun simpatis, keduanya meningkatkan sekresi dari saliva. Rangsangan saraf simpatis mensekresi saliva dengan volume yang lebih sedikit, kental dan mengandung lebih banyak musin. Sementara itu, rangsangan saraf parasimpatis menyebabkan vasodilatasi dan berperan dominan dalam sekresi saliva yang cair dan kaya enzim. Saraf parasimpatis menyebabkan vasodilatasi sehingga aliran darah untuk kelenjar saliva meningkat dan mengakibatkan peningkatan volume saliva.52,53

Merokok ganja dapat mengurangi aliran saliva sehingga terjadi xerostomia yang diikuti dengan peningkatkan buih, volume yang rendah dan kental pada saliva.54 Mantan pengguna ganja dapat mengalami xerostomia akibat dari kandaungan THC dalam ganja yang memiliki efek residu.19 Ganja juga memiliki sifat parasimpatolitik.18 Reseptor CB1 secara umum berpasangan dengan protein G yang berada pada membran sel saraf parasimpatik. Hal ini dapat menyebabkan THC yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan protein G dan reseptor CB1, menginhibisi saluran ion kalsium dan mengaktivasi saluran potasium. Masuknya ion kalsium ke dalam sel di ujung sinaps diperlukan untuk proses eksositosis neurotransmitter dan aktivasi saluran potasium menyebabkan hiperpolarisasi sel


(45)

sehingga sel-sel pada saraf parasimpatik akan mengalami hambatan pada proses eksositosis.55

Dengan demikian, fungsi saraf parasimpatis terinhibisi dan saraf parasimpatis tidak dapat merangsang kelenjar saliva untuk mensekresikan saliva. Sekresi saliva hanya didapat melalui sistem saraf simpatis yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan menurunkan aliran darah ke kelenjar saliva, sehingga sel-sel asini mengalami atropi dan menghasilkan saliva dengan volume yang lebih sedikit, kental dan mengandung lebih banyak musin.53,56


(46)

2.4 Kerangka Teori

Penggunaan ganja

Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC)

Saraf otonom

Efek terhadap kesehatan umum Efek terhadap kesehatan mulut

Kelenjar saliva

Xerostomia


(47)

2.5 Kerangka Konsep

Lama berhenti menggunakan ganja


(48)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkotika termasuk kelompok obat yang dapat memengaruhi kerja tubuh.1 Menurut UU No. 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, berupa sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.2 Ganja merupakan obat halusinogen dari tanaman cannabis sativa yang dapat tumbuh di Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Amerika Selatan, dan Asia.3,4

Ganja mengandung lebih dari 460 bahan kimia, dimana lebih dari 60 diantara bahan kimia tersebut disebut cannabinoid.5 Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) merupakan salah satu cannabinoid yang menjadi senyawa kimia utama dalam menimbulkan efek psikoaktif.4,6 THC dapat menimbulkan halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran. Hal tersebut yang menyebabkan ganja sering disalahgunakan.3,7

Penggunaan ganja memberikan efek yang tidak baik karena dapat mengakibatkan adiksi yang berujung pada ketergantungan.1 Laporan tahunan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2014 menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan ganja berkisar 2,7%-4,9% per tahun pada populasi penduduk dunia yang berumur 15-64 tahun.8 Menurut data deputi bidang rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah pengguna ganja yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi pada tahun 2014 di Indonesia sebanyak 1.243 dari 6.111 orang.9 Pada kasus penggunaan narkotika di Sumatera Utara, ditemukan bahwa prevalensi penggunaan ganja tahun 2014 sebesar 3,06% (mencapai 300.134 kasus).10

Penggunaan ganja dapat menimbulkan masalah kesehatan dan memengaruhi struktur dan fungsi otak, sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, serta sistem reproduksi.11,12,13 Secara umum, pengguna ganja memiliki kesehatan mulut dan


(49)

periodontal yang buruk. Efek samping dari ganja terhadap kesehatan rongga mulut terdiri dari penyakit periodontal, karies, leukoplakia, kandidiasis, dan xerostomia.11,14,15 Xerostomia sering terjadi pada pengguna ganja. Penurunan pada sekresi saliva dapat disebabkan oleh kandungan THC dalam ganja yang memiliki sifat parasimpatolitik.16,17

Schulzkatterbach, dkk. melakukan penelitian mengenai hubungan penggunaan ganja terhadap peningkatan risiko karies pada 43 orang perokok ganja (sebagai kelompok uji) dan perokok tembakau (sebagai kelompok kontrol) yang berumur 18-25 tahun. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa penurunan laju aliran saliva berhubungan dengan terjadinya karies yang lebih tinggi pada kelompok perokok ganja dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa 84% dari perokok ganja mengalami xerostomia dan 91% merasa haus setelah menggunakan ganja.18

Lee, dkk. melakukan penelitian terhadap 29 orang perokok ganja kronik berumur 18-65 tahun yang telah berhenti menggunakan selama 30 hari. Pada penelitian tersebut ditemukan sebanyak 25,6% mengalami mulut kering dan 35,9% merasa haus. Hal tersebut terjadi karena efek residu pada kandungan THC dalam ganja.19

Ware, dkk. menyatakan bahwa dari 102 mantan pengguna ganja yang pernah berkunjung sebagai pasien HIV/AIDS di Kanada, ditemukan sebanyak 63% pasien mengalami mulut kering. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa riwayat penggunaan ganja dapat menimbulkan beberapa efek samping terhadap tubuh, salah satunya mulut kering.20

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan ganja dapat menimbulkan xerostomia, terutama pada subjek yang sedang menggunakan ganja.18 Sementara itu, penelitian lainnya menemukan xerostomia juga masih dapat ditemukan, meskipun penggunaan ganja telah dihentikan.19,20 Namun, penelitian mengenai xerostomia pada mantan pengguna ganja masih sedikit. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia.


(50)

1.2Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Medan.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu penyakit mulut tentang hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara lama berherti menggunakan ganja dengan xerostomia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai informasi tambahan bagi penyelenggara kesehatan untuk program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat mengenai dampak dari menggunakan ganja pada rongga mulut yaitu xerostomia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada tenaga kesehatan tentang hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia.


(51)

3. Kontribusi bagi pemerintah, untuk mempertimbangkan penyusunan program pemerintahan yang berhubungan dengan efek menggunakan ganja berupa xerostomia.

4. Sebagai tambahan pengetahuan bagi masyarakat mengenai dampak dari menggunakan ganja pada rongga mulut yaitu xerostomia.


(52)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2016

Putri Angela

Hubungan Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan Tahun 2016.

xi + 41 halaman

Ganja adalah obat halusinogen yang berasal dari tanaman cannabis sativa. Salah satu efek dari penggunaan ganja adalah xerostomia. Xerostomia masih dapat ditemukan pada mantan pengguna ganja. Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) dalam ganja memiliki sifat parasimpatolitik sehingga penggunaan ganja dapat menyebabkan xerostomia. THC juga memiliki efek residu setelah pengguna berhenti menggunakan ganja, terutama pada penggunaan ganja secara terus-menerus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan teknik non probability sampling jenis purposive sampling. Pada 32 mantan pengguna ganja dilakukan pengumpulan laju aliran saliva total tanpa stimulasi menggunakan metode spitting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian yang paling banyak berusia 23-30 tahun (46,9%). Lama subjek penelitian berhenti menggunakan ganja paling banyak adalah 1-3 bulan (40,6%). Subjek penelitian yang mengalami xerostomia sebesar 56,2%. Hasil uji


(53)

statistik menggunakan Fisher’s Exact Test menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia (p = 0,025). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja terhadap terjadinya xerostomia pada mantan pengguna ganja di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, dimana xerostomia ditemukan lebih banyak pada subjek yang baru berhenti menggunakan ganja dibandingkan dengan subjek yang telah lama berhenti menggunakan ganja.


(54)

HUBUNGAN LAMA BERHENTI MENGGUNAKAN

GANJA DENGAN XEROSTOMIA DI PANTI

SOSIAL PAMARDI PUTRA INSYAF

MEDAN TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: PUTRI ANGELA

NIM: 120600142

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(55)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2016

Putri Angela

Hubungan Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan Tahun 2016.

xi + 41 halaman

Ganja adalah obat halusinogen yang berasal dari tanaman cannabis sativa. Salah satu efek dari penggunaan ganja adalah xerostomia. Xerostomia masih dapat ditemukan pada mantan pengguna ganja. Delta-9-Tetrahydrocannabinol (THC) dalam ganja memiliki sifat parasimpatolitik sehingga penggunaan ganja dapat menyebabkan xerostomia. THC juga memiliki efek residu setelah pengguna berhenti menggunakan ganja, terutama pada penggunaan ganja secara terus-menerus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan teknik non probability sampling jenis purposive sampling. Pada 32 mantan pengguna ganja dilakukan pengumpulan laju aliran saliva total tanpa stimulasi menggunakan metode spitting. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian yang paling banyak berusia 23-30 tahun (46,9%). Lama subjek penelitian berhenti menggunakan ganja paling banyak adalah 1-3 bulan (40,6%). Subjek penelitian yang mengalami xerostomia sebesar 56,2%. Hasil uji


(56)

statistik menggunakan Fisher’s Exact Test menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia (p = 0,025). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama berhenti menggunakan ganja terhadap terjadinya xerostomia pada mantan pengguna ganja di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan, dimana xerostomia ditemukan lebih banyak pada subjek yang baru berhenti menggunakan ganja dibandingkan dengan subjek yang telah lama berhenti menggunakan ganja.


(57)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juni 2016

Pembimbing: Tanda tangan

Indri Lubis, drg ... NIP. 19830808 200812 2 003


(58)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 22 Juni 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Indri Lubis, drg

ANGOTA : 1. Nurdiana, drg., Sp.PM 2. Aida Fadhilla Darwis, drg


(59)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Eva Tiurmauli Boru Tobing atas segala kasih sayang, doa, dukungan, dan bantuan moril maupun materil yang senantiasa diberikan dan juga kepada ayahanda tercinta Alm. Parulian Sirait. Terima kasih kepada kakak laki-laki dan kedua adik penulis, Rian Mangapul Sirait, SH., Anggiana Boru Sirait, dan Angga Saputra Sirait atas segala dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Indri Lubis, drg selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, waktu, saran, dukungan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Nurdiana, drg., Sp.PM dan Aida Fadhilla Darwis, drg selaku dosen penguji, atas kesediaannya memberikan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(60)

5. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp.RKG selaku penasehat akademik, yang banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Maya selaku dosen statistik di Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu dalam penyempurnaan hasil penelitian ini.

7. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP (K) selaku ketua Komisi Etik Penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

8. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU terutama di Departemen Ilmu Penyakit Mulut atas saran dan bantuan yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Kepala Pimpinan Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Medan yang telah memberikan izin dan kemudahan sehingga penelitian ini dapat dilakukan.

10. Sahabat-sahabat penulis: Nurul Fitrah, Dina Sitorus, Maria Panggabean, Jenny Chenjaya, Ruth Grace, Nevi, kristiana simamora, Jessica, Aswit, kakak Letario, kakak Cindy, Lungguk Sitorus, Mulia Sihotang, Mangapul sitanggang, dan teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Penyakit Mulut serta teman-teman-teman-teman seangkatan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan dan peningkatan ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ilmu Penyakit Mulut.

Medan, Juni 2016 Penulis,

(Putri Angela) NIM: 120600142


(61)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.5.2 Manfaat Pratis ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Ganja ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2Sejarah ... 6

2.1.3Jenis Sediaan dan Cara Penggunaan Ganja ... 6

2.1.4Efek Penggunaan Ganja terhadap Kesehatan ... 8

2.1.4.1 Efek terhadap Kesehatan Umum ... 8

2.1.4.2 Efek terhadap Kesehatan Rongga Mulut... 9

2.2 Xerostomia ... 11

2.2.1 Definisi ... 11

2.2.2Etiologi ... 12

2.2.3Gambaran Klinis ... 14

2.2.4Diagnosis ... 14

2.2.5 Penatalaksanaan ... 18

2.3 Hubungan Penggunaan Ganja terhadap Terjadinya Xerostomia 19

2.4 Kerangka Teori ... 21


(62)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.3.1 Populasi Penelitian ... 23

3.3.2 Sampel Penelitian ... 24

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 25

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 25

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 25

3.5 Variabel Penelitian ... 25

3.5.1 Variabel Bebas ... 25

3.5.2 Variabel Tergantung... 25

3.6 Definisi Operasional ... 25

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.7.1 Alat Penelitian ... 26

3.7.2 Bahan Penelitian ... 26

3.8 Prosedur Penelitian ... 26

3.8.1 Pengumpulan Data Demografi ... 26

3.8.2 Pengisian Kuesioner ... 26

3.8.3 Pengumpulan Saliva ... 26

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 27

3.9.1 Pengolahan Data... 27

3.9.2 Data Univariat ... 27

3.9.3 Data Bivariat ... 27

3.10 Etika Penelitian ... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 29

4.1 Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Usia ... 29

4.2 Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Lama Berhenti Menggunakan Ganja ... 29

4.3 Distribusi dan Frekuensi Xerostomia pada Mantan Pengguna Ganja ... 30

4.4 Hubungan antara Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia ... 30

BAB 5 PEMBAHASAN ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Kesimpulan ... 35


(63)

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(64)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kuesioner untuk Mendiagnosis Xerostomia ... 15 2. Tanda-Tanda Kekeringan Mulut Berdasarkan Clinical Oral Dryness

Score (CODS) ... 16 3. Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Usia. 29 4. Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan

Lama Berhenti Menggunakan Ganja ... 30 5. Distribusi dan Frekuensi Xerostomia pada Mantan Pengguna Ganja .. 30 6. Hubungan antara Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan


(65)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cannabis Sativa ... 5

2. Ganja Herbal ... 7

3. Ganja Resin ... 7

4. Minyak Ganja ... 8

5. Karies pada Pengguna Ganja ... 11

6. Xerostomia ... 11


(66)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 3. Lembar Pengumpulan Data Subyek Penelitian

4. Surat Persetujuan Komisi Etik (ethical clearance)

5. Surat Keterangan Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf (PSPP) Medan 6. Lembar Hasil Uji Statistik


(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.5.2 Manfaat Pratis ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Ganja ... 5

2.1.1 Definisi ... 5

2.1.2 Sejarah ... 6

2.1.3 Jenis Sediaan dan Cara Penggunaan Ganja ... 6

2.1.4 Efek Penggunaan Ganja terhadap Kesehatan ... 8

2.1.4.1 Efek terhadap Kesehatan Umum ... 8

2.1.4.2 Efek terhadap Kesehatan Rongga Mulut... 9

2.2 Xerostomia ... 11

2.2.1 Definisi ... 11

2.2.2 Etiologi ... 12

2.2.3 Gambaran Klinis ... 14

2.2.4 Diagnosis ... 14


(2)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.3.1 Populasi Penelitian ... 23

3.3.2 Sampel Penelitian ... 24

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 25

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 25

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 25

3.5 Variabel Penelitian ... 25

3.5.1 Variabel Bebas ... 25

3.5.2 Variabel Tergantung... 25

3.6 Definisi Operasional ... 25

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.7.1 Alat Penelitian ... 26

3.7.2 Bahan Penelitian ... 26

3.8 Prosedur Penelitian ... 26

3.8.1 Pengumpulan Data Demografi ... 26

3.8.2 Pengisian Kuesioner ... 26

3.8.3 Pengumpulan Saliva ... 26

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 27

3.9.1 Pengolahan Data... 27

3.9.2 Data Univariat ... 27

3.9.3 Data Bivariat ... 27

3.10 Etika Penelitian ... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 29

4.1 Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Usia ... 29

4.2 Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Lama Berhenti Menggunakan Ganja ... 29

4.3 Distribusi dan Frekuensi Xerostomia pada Mantan Pengguna Ganja ... 30

4.4 Hubungan antara Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan Xerostomia ... 30


(3)

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kuesioner untuk Mendiagnosis Xerostomia ... 15 2. Tanda-Tanda Kekeringan Mulut Berdasarkan Clinical Oral Dryness

Score (CODS) ... 16 3. Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan Usia. 29 4. Distribusi dan Frekuensi Mantan Pengguna Ganja Berdasarkan

Lama Berhenti Menggunakan Ganja ... 30 5. Distribusi dan Frekuensi Xerostomia pada Mantan Pengguna Ganja .. 30

6. Hubungan antara Lama Berhenti Menggunakan Ganja dengan


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Cannabis Sativa ... 5

2. Ganja Herbal ... 7

3. Ganja Resin ... 7

4. Minyak Ganja ... 8

5. Karies pada Pengguna Ganja ... 11

6. Xerostomia ... 11


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian

2. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 3. Lembar Pengumpulan Data Subyek Penelitian

4. Surat Persetujuan Komisi Etik (ethical clearance)

5. Surat Keterangan Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf (PSPP) Medan 6. Lembar Hasil Uji Statistik