Implementasi Prinsip Syariah Dalam Eksekusi Jaminan Terhadap Kerugian Yang Diakibatkan Kelalaian Mudharib Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada Chapter III VI

70

BAB III
PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH
AKIBAT KELALAIAN MUDHARIB DI PT BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG MEDAN GAJAHMADA
A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri
Secara etimologis, kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu dari kata banca
yang berarti bangku/ tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad
pertengahan orang-orang yang memberikan pinjaman melakukan usahanya diatas
bangku-bangku.129 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.130
Bank

Indonesia

mengkategorikan

fungsi


bank

sebagai

financial

intermediaries ke dalam tiga hal, yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke
masyarakat dalam bentuk kredit, dan sebagai lembaga yang melancarkan transaksi
perdagangan dan peredaran uang.131 Financial intermediaries ini merupakan suatu
aktivitas penting dalam perekonomian, karena menimbulkan aliran dana dari pihak
yang produktif kepada pihak yang tidak produktif dalam mengelola dana. Oleh

129
Adirmawan Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta, Gema Insani
Press, 2001, hlm. 67.
130
Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
131

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bhakti,
1996, hlm. 174

70

Universitas Sumatera Utara

71

karena itu, bank sebagai lembaga intermediaries memang harus diatur secara ketat,
karena dana yang dihimpun oleh bank adalah dana yang berasal dari masyarakat, dan
nantinya akan disalurkan bagi masyarakat yang memenuhi kriteria untuk
meningkatkan produktifitas usaha.132 Bank sebagai lembaga intermediaries ini juga
diterapkan oleh bank-bank syariah. Oleh karenanya, walaupun prinsip utama dalam
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah kepercayaan, bank tetap harus
meminta jaminan untuk kepastian pengembalian hutangnya.133
Bank syariah merupakan lembaga keuangan perbankan yang beroperasi dan
produknya dengan prinsip dasar tanpa menggunakan sistem bunga dengan
menawarkan sistem lain yang sesuai dengan syariah Islam. Prinsip inilah yang
membedakan secara prinsipil antara sistem operasional bank syariah dengan bank

konvensional.134 Bagi bank konvensional bunga merupakan hal penting untuk
menarik para investor menginventasikan modalnya pada suatu bank. Semakin tinggi
tingkat bunganya semakin tertarik para investor menabung. Tingkat suku bunga
merupakan unsur penting dalam sistem perbankan konvensional. Bank syariah yang
bekerja menggunakan sistem non bunga melalui transaksi dengan menggunakan
sistem profit and loss sharing yaitu bagi hasil. Keuntungan dan kerugian yang terjadi
ditanggung oleh kedua belah pihak yaitu mudharib dan shahibul maal.
Sistem bunga bank dan bagi hasil mempunyai sisi persamaan yaitu sama-sama
memberikan keuntungan bagi pemilik modal, namun keduanya memiliki perbedaan
yang prinsipil, yaitu sistem bunga uang yang merupakan sistem yang dilarang agama
132

Ibid, hlm. 176.
Ibid, hlm.180.
134
Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, Jakarta, Rhineka Cipta, 2002,
133

hlm. 28.


Universitas Sumatera Utara

72

Islam, sedangkan bagi hasil merupakan keuntungan yang tidak mengandung riba
sehingga tidak diharamkan oleh ajaran Islam.135
Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga keuangan yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam, artinya bank dalam beroperasinya mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya menyangkut tata cara bermuamalat
secara Islam.
Atribut-atribut produk Islam dari PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan
Gajahmada adalah:136
1. Menghindari unsur riba
2. Hasil investasi dibagi menurut bagi hasil (al- mudharabah)
3. Menghindari unsur ketidakpastian (gharar)
4. Menghindari unsur gambling/ judi (maisir)
5. Melakukan investasi yang halal
6. Melakukan aktivitas sesuai dengan syariah.
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana

diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam
dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat,
tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional
yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah

akhirnya

mengambil

tindakan

dengan

merestrukturisasi

dan

merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.137

135

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, Jakarta, Prenada Media, 2003, hlm. 62.
Supranowo, “Analisis Dimensi Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Konsumen di PT. Bank
Syariah Mandiri”, Jurnal Management Gajayana, 2009, hlm. 173.
137
Bank Syariah Mandiri, Profil Bank Syariah Mandiri, www.syariahmandiri.co.id diakses 22
Desember 2015
136

Universitas Sumatera Utara

73

Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB), yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT.
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank

Ekspor Import dan Bank Pembangunan Indonesia) menjadi satu bank baru bernama
PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, PT. Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan
tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok
perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No.10 Tahun
1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual
banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU
No.10 Tahun 1998 tersebut, merupakan momentum yang tepat untuk melakukan
konversi PT. Bank Susila Bakti (BSB) dari bank konvensional menjadi bank syariah.
Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan
sistem dan infrastrukturnya sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama

Universitas Sumatera Utara

74


PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Sutjipto, SH
No.23 tanggal 8 September 1999.138
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh
Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/ 1999, 25
Oktober 1999. Selanjutnya melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank
Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank
Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H
atau tanggal 1 November 1999.139
Visi PT Bank Syariah Mandiri adalah Bank Syariah Terdepan dan Modern,
sedangkan Misi PT Bank Syariah Mandiri, yaitu:140
1) Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia
2) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada
segmen Retail
4) Mengembangan manajemen talenta dalam lingkungan kerja yang sehat
5) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan
6) Mengembangan nilai-nilai syariah universal
Pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga harus

dilaksanakan pada Bank Syariah Mandiri, termasuk cabang Medan Gajahmada.
Prinsip GCG merupakan unsur penting di industri perbankan syariah mengingat
risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan yang semakin meningkat.
Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing perusahaan dan
138

Ibid
Ibid
140
Ibid
139

Universitas Sumatera Utara

75

memaksimalkan nilai perusahaan, disertai dengan pengelolaan sumber daya dan
risiko secara lebih efisien dan efektif, pada akhirnya akan memperkokoh kepercayaan
pemegang saham dan stakeholders, sehingga Bank Syariah Mandiri dapat beroperasi
dan tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang.

1.

Produk Penghimpunan Dana di PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan
Gajahmada
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank

tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan
keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka
yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan yaitu dengan adanya perjanjian
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.141 Bank sebagai suatu lembaga keuangan,
salah satu fungsinya adalah menghimpun dana dari masyarakat. Beberapa bentuk
penghimpunan dana berdasarkan prinsip-prinsip syariah pada Bank Syariah Mandiri
yang terdiri atas:142
a. Prinsip wadiah, dalam transaksi berdasarkan fiqh Islam, dikenal dengan
prinsip titipan atau simpanan seperti dalam bentuk giro.
b. Prinsip bagi hasil Mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana
(shahibul-mal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha
bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan
perbandingan nisbah yang disepakati sebelumnya. Dalam penghimpunan
141


Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori Kebijakan Studi Empiris di Indonesia,
Bandung, Erlangga, 2010, hlm. 28.
142
Memorandum Prosedur Operasional Pedoman Penghimpunan Dana Bank Syariah Mandiri
No. PPD/DI revisi 3 tanggal 27 Mei 2008.

Universitas Sumatera Utara

76

dana, nasabah adalah shahibul-mal sedangkan bank bertindak sebagai
mudharib seperti dalam bentuk tabungan, deposito maupun bentuk lainnya.
2.

Produk Penyaluran Dana di PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan
Gajahmada
Kegiatan yang tidak kalah pentingnya selain produk penghimpunan dana yang

dilakukan bank syariah adalah kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan kepada
masyarakat.143 Beberapa bentuk penyaluran dana berdasarkan prinsip-prinsip syariah
yang terdiri atas:144
a.

Prinsip jual beli yang terdiri atas pembiayaan :
1) Pembiayaan murabahah
Menurut fiqh, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat
amanah. Murabahah terlaksana antara penjual dan pembeli berdasarkan harga
barang, harga asli pembelian si penjual yang diketahui oleh si pembeli dan
keuntungan penjual pun diberitahu kepada pembeli. Makna murabahah dalam
teknis perbankan adalah jual beli dalam akad pembiayaan antara bank selaku
ba’i yang disalurkan kepada nasabah sebagai musytari.145
2) Pembiayaan salam
Salam adalah transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syaratsyarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
143

Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2002,

hlm.27.
144

Kebijakan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri tanggal 19 Oktober 2015, Bab VI, Jenis dan
Bentuk Fasilitas Pembiayaan.
145
Didin Hafiduddin, Manajemen Syariah Dalam Praktek, Jakarta, Gema Insani, 2003,
hlm.96.

Universitas Sumatera Utara

77

3) Pembiayaan istishna
Istishna adalah transaksi jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran
sesuai dengan kesepakatan.
b.

Prinsip sewa yang terdiri atas pembiayaan :
1) Pembiayaan ijarah
Menurut fiqh, ijarah artinya upah dan mengupah.

Ijarah adalah akad

pemindahan hak guna (manfaat) atas barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/
milkiyyah) atas barang/ jasa itu sendiri.
2) Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik
Ijarah muntahiyah bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek yang
disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa.
c.

Prinsip bagi hasil, yang terdiri atas:
1) Pembiayaan mudharabah, dalam hal ini, bank bertindak selaku pemilik dana
(shabibul-mal) sedangkan

nasabah

bertindak

selaku

pengelola

dana

(mudharib).
2) Pembiayaan musyarakah, adalah transaksi penanaman dana dari dua atau
lebih pemilik dana dan/ atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai
syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

78

nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian berdasarkan proporsi
modal masing-masing.
3.

Produk Jasa di PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada
Selain produk penghimpunan dan penyaluran dana, Bank Syariah Mandiri

juga menawarkan produk jasa kepada masyarakat, yaitu146 :
a. Prinsip rahn (gadai), yaitu perjanjian penyerahan harta dari pemiliknya
sebagai jaminan hutang yang nantinya dapat dijadikan sebagai pembayaran
hak piutang tersebut, baik seluruhnya maupun sebagian. Penyerahan jaminan
disertai dengan penyerahan benda jaminan yang disimpan di Bank.
b. Prinsip qard, yaitu pinjaman uang, artinya pinjaman yang diberikan kepada
peminjam selama waktu tertentu dan dikembalikan dalam jumlah yang sama
pada saat jatuh tempo.
c. Prinsip hawalah, yaitu merupakan perpindahan hak atau kewajiban yang
dilakukan pihak pertama kepada pihak kedua untuk menuntut pembayaran
hutang dari/ atau membayar hutang kepada pihak ketiga. Karena pihak ketiga
berhutang kepada pihak pertama dan pihak pertama berhutang kepada pihak
kedua atau karena pihak pertama berhutang kepada pihak ketiga disebabkan
pihak kedua berhutang kepada pihak pertama. Perpindahan itu dimaksudkan
sebagai ganti pembayaran yang ditegaskan dalam akad ataupun tidak dan
didasarkan atas kesepakatan bersama.
146

Revisi Implementasi ketentuan produk jasa Bank Syariah Mandiri No. 16/024/PEM
tanggal 4 Desember 2012

Universitas Sumatera Utara

79

d. Prinsip al-wakalah, merupakan akad pelengkap, artinya pemberian kuasa dari
pihak bank syariah/ nasabah kepada pihak nasabah/ bank syariah untuk
melakukan jual beli dalam proses pembiayaan atau dalam jasa transaksitransaksi perbankan seperti transfer uang dan lain-lain.
e. Prinsip kafalah (garansi bank), yaitu apabila nasabah membutuhkan garansi
bank

syariah

untuk

melakukan

pekerjaan

tertentu,

nasabah

dapat

menempatkan sejumlah uang sebagai jaminan untuk membuka garansi bank
syariah. Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.

B. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan Gajahmada
1.

Penerapan Prinsip Kehati-hatian
Pembiayaan Mudharabah

Bank

(Prudent

Banking)

dalam

Pihak bank, untuk dapat memperoleh keyakinan terhadap seorang calon
mudharib atas kemampuannya dalam memenuhi perjanjian pembiayaan, harus
melakukan penelitian dan analisis yang mendalam terhadap mudharib tersebut, baik
yang menyangkut kepribadiannya, kegiatan usaha, dan kemampuan ekonominya. Hal
ini sangat erat kaitannya dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-hatian.
Perwujudan prinsip kehati-hatian diatur dalam rambu-rambu kesehatan bank
sebagaimana pada Pasal 23 Undang-Undang Perbankan Syariah. Pada Pasal 23 (1)
Undang-Undang Perbankan syariah ditegaskan bahwa “Bank syariah dan/atau UUS

Universitas Sumatera Utara

80

harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima
fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah
dan/ atau Unit Usaha Syariah menyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas”.
Untuk mendapatkan keyakinan maka bank syariah wajib melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan147, dan prospek usaha dari
calon nasabah penerima fasilitas (character, capacity, capital, collateral, condition).
Dalam melakukan penelitian dan analisis terhadap debitur, Bank Syariah
Mandiri memiliki acuan yang meliputi beberapa kriteria di bawah ini, yaitu:
a. Prinsip-prinsip kepercayaan yang terdiri dari:
1) Kebenaran identitas debitur maupun kebenaran dari usaha yang
dikelolanya.
2) Debitur mendapat pengakuan dari instansi yang terkait.
b. Prinsip kehati-hatian yang meliputi:
1) Pihak bank dalam memberikan pembiayaan harus berhati-hati, oleh
karena itu bank melakukan penelitian dan analisis yang mendalam
terhadap calon debitur dengan cara melihat secara langsung kegiatan
usaha calon debitur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga
terhindar dari kasus usaha yang fiktif dan melampaui batas maksimum
pemberian pembiayaan.

147

Pada Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Perbankan Syariah agunan diberikan pengertian
sebagai jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun tidak bergerak yang diserahkan oleh
pemilik agunan kepada Bank syariah dan/atau Unit Usaha Syariah, guna menjamin pelunasan
kewajiban nasabah penerima fasilitas

Universitas Sumatera Utara

81

2) Melakukan wawancara dengan calon mudharib atau pemilik usaha.
Dalam melakukan wawancara, calon debitur tidak bisa diwakilkan kecuali
apabila suatu usaha yang dalam kepemilikannya atas nama beberapa
orang maka dapat diwakilkan dengan cara melihat akte pendirian usaha
tersebut.
3) Melakukan wawancara dengan pihak ketiga atau rekan kerja untuk
meminta second opinion, misalnya rekan bisnis calon mudharib maupun
sesama bank. Pihak bank wajib pula meminta informasi dari Bank
Indonesia, untuk mengetahui apakah calon mudharib itu masuk black
list/daftar hitam Bank Indonesia atau tidak.148
c. Harus memenuhi kriteria 5C yang terdiri dari:
1) Character (penilaian terhadap kepribadian). Penilaian kepribadian calon
mudharib dengan cara melihat secara langsung kehidupan sehari-hari
seseorang/calon mudharib. Selain dari itu bisa juga meminta informasi
secara formal dari Bank Indonesia guna mengetahui apakah calon debitur
pernah masuk dalam daftar hitam Bank Indonesia atau tidak.
2) Capital (modal). Kriteria ini dapat dilihat di neraca keuangan calon
mudharib, yaitu adanya perbandingan antara aktiva dan passiva. Bank
dapat melihat komposisi modal yang seimbang. Keseimbangan modal
inilah yang menjadi acuan Bank dalam memberikan pembiayaan.

148

Wawancara dengan Yoserinaldi, Marketing Officer BSM Cabang Medan Gajahmada,
tanggal 12 Februari 2016.

Universitas Sumatera Utara

82

3) Capacity (kemampuan). Bank harus mengetahui dengan pasti sampai
dimana kemampuan calon mudharib menjalankan usaha. Kemampuan
nasabah ini sangat penting karena akan menentukan keberlangsungan
usaha dan besar kecilnya pendapatan suatu perusahaan di masa yang akan
datang. Untuk dapat mengetahui kemampuan calon mudharib, bank dapat
memperolehnya

dengan

cara:

melihat

riwayat

hidup,

termasuk

pendidikan, kursus-kursus dan latihan-latihan yang pernah diikuti serta
yang tak kalah penting adalah pengalaman kerja di masa lalu.
4) Condition of Economy (kondisi ekonomi). Bank selalu meninjau suatu
prospek usaha ke depannya. Suatu usaha yang jenuh kurang mendapat
perhatian dari bank. Bank selalu melihat prospek pasar/market dari usaha
yang akan didanai.
5) Collateral (agunan). Bank tidak bisa memberikan pembiayaan melebihi
dari nilai jaminan/agunan yang dijaminkan oleh debitur.149 Bank dalam
memberikan

pembiayaan

harus

melakukan

proteksi

terhadap

pembiayaannya, maka prinsip collateral atau agunan yang berupa aktiva
tetap atau benda tidak bergerak dan benda bergerak tersebut
diasuransikan. Pengikatan agunan yang digunakan Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan Gajahmada dalam pemberian pembiayaan untuk barang
tidak bergerak menggunakan SKMHT (Surat Kuasa Memegang Hak

149

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah, Jakarta, Zikrul Hakim, 2003, hlm.

144-147.

Universitas Sumatera Utara

83

Tanggungan) untuk pembiayaan yang besarnya tidak lebih dari lima
puluh juta rupiah dan Hak Tanggungan untuk pembiayaan yang besarnya
lebih dari lima puluh juta rupiah.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, prinsip kehati-hatian bank
juga diwujudkan dalam upaya-upaya berikut:
a.

Penerapan peraturan Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD)
yang dilakukan bank. Pengertian Batas Maksimum Penyaluran Dana
adalah suatu presentase perbandingan penyediaan dana yang
diperkenankan terhadap modal bank. Setiap kantor cabang bank
mempunyai limit/batasan pembiayaan yang diterapkan untuk
perorangan dan grup. Apabila melewati batas maksimum penyaluran
dana maka dimintakan putusannya pada instansi atasannya dalam hal
ini kantor wilayah.150
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Batas Maksimum
Penyaluran Dana untuk nasabah ditetapkan setinggi-tingginya 30%
(tiga puluh persen) dari modal Bank Syariah sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank. Batas Maksimum Penyaluran Dana untuk
pihak terkait ditetapkan setinggi-tingginya sebesar 20% (dua puluh
persen) dari modal Bank Syariah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.

150

Wawancara dengan Nurhayati, Service Manager BSM Cabang Medan Gajahmada, pada
tanggal 19 Februari 2016

Universitas Sumatera Utara

84

b.

Bank tidak boleh memberikan pembiayaan pada usaha-usaha yang
tidak dapat dibenarkan secara syariah. Peraturan ini mengacu pada
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 pasal 3
ayat 1 yang menyatakan:
“Jenis usaha, produk barang/jasa yang diberikan, dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan Publik yg
menerbitkan Efek Syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsipprinsip syariah”.

Kegiatan usaha yang tidak dapat dibenarkan secara syariah
meliputi usaha yang mengandung unsur:
1) Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil),
antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak
sama kualitasnya, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau
dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan
nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima
melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah)
2) Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan
yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan.
3) Gharar, yaitu transaksi yang obyeknya tidak diketahui secara
jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak
dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain
dalam syariah.

Universitas Sumatera Utara

85

4) Haram, yaitu transaksi yang obyeknya dilarang dalam syariah
5)

Zhalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi
pihak lainnya.

c. Bank tidak boleh memberikan pembiayaan kepada calon debitur yang
masuk dalam daftar hitam Bank Indonesia (BI) dan mempunyai usaha
yang masuk daftar usaha yang harus dihindari dari BI. Bank Syariah
Mandiri juga wajib memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat,
yang meliputi:151
1)

Bank tidak diperkenankan memberikan pembiayaan tanpa surat
perjanjian tertulis.

2)

Bank tidak diperkenankan memberikan pembiayaan kepada
usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan
akan membawa kerugian.

3)

Bank tidak diperkenankan memberikan pembiayaan untuk
pembelian saham, dan modal kerja dalam rangka jual beli saham.

2.

Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah pada PT Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan Gajahmada
Sebagai dasar terbentuknya hubungan hukum antara bank dan nasabah dalam

pembiayaan mudharabah, diadakanlah perjanjian (akad) diantara kedua belah pihak
tersebut. Dalam praktik, bentuk dan isi perjanjian pembiayaan antara suatu bank

151

Wawancara dengan Nurhandayani, Verifikator Bank Syariah Mandiri Cabang Medan
Gajahmada, pada tanggal 19 Februari 2016.

Universitas Sumatera Utara

86

syariah dengan bank syariah lainnya tidak seragam, namun esensi dari perjanjian itu
dapat dikatakan sama karena bersumber pada ketentuan di bidang perbankan nasional
dan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Sebelum perjanjian ditandatangani kedua belah
pihak, calon mudharib harus melalui beberapa tahap yang meliputi:
1) Calon mudharib wajib membuat surat permohonan pemberian pembiayaan,
kemudian diajukan kepada pihak bank;
2) Jika surat permohonan pembiayaan telah diterima bank, bank melakukan
pemeriksaan yaitu dengan melihat apakah pembiayaan yang dimohonkan
masuk dalam pasar sasaran dan KRD (Kriteria Resiko yang Dapat Dilayani)
serta apakah telah memenuhi kelengkapan administrasi yang dibutuhkan
untuk mengajukan permohonan pembiayaan (seperti: untuk perorangan
menyerahkan fotokopi KTP/SIM/PASPOR/Identitas Lainnya. Jika badan
usaha menyerahkan fotokopi KTP/SIM/PASPOR/Identitas Lainnya ditambah
menyerahkan NPWP, SIUP, Akte Perusahaan dan legalitas, lainnya). Apabila
surat permohonan pembiayaan yang diajukan masuk kategori diatas, maka
bank akan melakukan penelitian dan analisis dengan cara melakukan
kunjungan atau melihat secara langsung kegiatan usaha yang dijalankan calon
debitur, kemudian bank melakukan wawancara dengan calon debitur. Calon
debitur juga harus memenuhi kriteria 5C (Character/penilaian terhadap
kepribadian, Capital/modal, Capacity/kemampuan, Condition of Economy/
kondisi ekonomi, dan Collateral/agunan).

Universitas Sumatera Utara

87

3) Bila penelitian dan analisis telah dilakukan oleh pihak bank, kemudian
dilakukan pemutusan pembiayaan oleh pejabat pembiayaan. Bank kemudian
mengeluarkan Surat Penawaran Putusan Pembiayaan (SP3) yang berisi
tentang persyaratan pembiayaan yaitu meliputi jumlah pembiayaan, jangka
waktu pembiayaan dan lain-lain, surat ini kemudian diajukan kepada calon
debitur, apabila calon debitur menyetujui maka dibuat perjanjian sesuai
dengan persyaratan pembiayaan yang telah disepakati.152
Bentuk perjanjian dalam pembiayaan yang biasanya digunakan ada 2
macam, yaitu:
1) Perjanjian di bawah tangan (onderhandsacte)
Dalam praktek bentuk perjanjian ini dinamakan perjanjian standar atau baku.
Maksudnya adalah bahwa perjanjian yang isinya sudah dibakukan oleh atau
sudah dalam bentuk tertulis dan dibuat oleh pihak yang kuat yaitu pihak
kreditur (pihak bank). Menurut Pasal 1874 BW (Burgerlijk Wetboek atau
Kitab Undang-undang Perdata), perjanjian di bawah tangan adalah setiap akte
yang tidak dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat/pegawai umum. 153
2) Perjanjian yang dibuat di hadapan notaris (akte authentik). Dalam hal ini
kedua belah pihak yaitu debitur dan kreditur membuat persetujuan atau
kesepakatan di hadapan notaris. Menurut Pasal 1868 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, akte authentik adalah suatu akte yang dalam bentuk
152

Wawancara dengan Ahmad Dhany Nasution, Area Manager Medan 2 Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan Gajahmada pada tanggal 14 Februari 2016.
153
Solahuddin, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Acara Pidana & Perdata: KUHP,
KUHAP & KUHP, Jakarta, Transmedia Pustaka, 2008, hlm. 573.

Universitas Sumatera Utara

88

sebagaimana ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan
pegawai yang berwenang untuk itu di tempat dimana akte dibuat.
Dalam praktik, bank tidak menentukan secara khusus surat perjanjian mana
yang akan digunakan, apakah perjanjian di bawah tangan atau akte authentik dalam
perjanjian pembiayaan, tetapi biasanya ditentukan oleh besar kecilnya jumlah
pembiayaan dan besar kecilnya risiko. Apabila jumlah pembiayaannya besar, maka
biasanya surat perjanjiannya dibuat notariil, tetapi jika jumlah pembiayaannya kecil,
maka biasanya surat perjanjiannya dibuat di bawah tangan. Dalam praktik, isi atau
materi suatu perjanjian adalah berbeda, tetapi dalam menentukan isi perjanjian
pembiayaan para pihak harus mengadakan kesepakatan yang nantinya tertuang dalam
perjanjian.
Perjanjian pembiayaan mudharabah pada umumnya berisikan hal-hal sebagai
berikut:154
1) Klausul mengenai pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam perjanjian
mudharabah.
2) Klausul mengenai jumlah pembiayaan dan penggunaannya. Klausul ini
menerangkan secara jelas mengenai jumlah fasilitas pembiayaan dan
penggunaan dana tersebut oleh pihak kedua (mudharib)
3) Klausul mengenai penarikan pembiayaan. Penarikan pembiayaan dapat
dilakukan apabila semua persyaratan yang diajukan oleh pihak bank telah
dipenuhi oleh pihak mudharib.
154

Akad pembiayaan Mudharabah Bank Syariah Mandiri tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

89

4) Klausul mengenai jangka waktu. Klausul ini menerangkan bahwa fasilitas
pembiayaan tersebut haruslah dilunasi dalam jangka waktu yang telah
dituangkan dalam akad, apabila mundur dari tanggal jatuh tempo maka akan
dikenakan denda.
5) Klausul mengenai pembayaran angsuran dan denda. Pembayaran angsuran
pokok pembiayaan dan nisbah/bagi hasilnya dibayar setiap bulan berturutturut dengan jumlah yang telah ditentukan. Batas pembayaran angsuran
maksimal sampai akhir bulan angsuran. Keterlambatan pembayaran angsuran
dikenakan denda.
6) Klausul mengenai force majeur. Klausul ini mengenai pembebasan denda
untuk pihak mudharib jika keterlambatan pembayaran angsuran itu
disebabkan oleh kejadian di luar kekuasaan dan kemampuan pihak mudharib.
7) Klausul mengenai pengakuan utang. Klausul ini berisikan tentang pernyataan
dari pihak mudharib yang mengaku secara sah dan sebenar-benarnya
berhutang dan karenanya berkewajiban untuk melunasi hutang tersebut;
8) Klausul mengenai jaminan. Dalam klausul jaminan dijelaskan secara
terperinci, mengenai jenis jaminan, bentuk jaminan dan pengikatan
jaminannya.
9) Klausul mengenai asuransi. Di dalam klausul ini diatur tentang kewajiban
pihak mudharib untuk menutup asuransi jiwa dan atau asuransi atas barang
agunan atas beban mudharib kepada perusahaan asuransi berdasarkan prinsip

Universitas Sumatera Utara

90

syariah yang disetujui oleh bank terhadap risiko kerugian atas barang jaminan,
nilai dan jangka waktunya ditentukan oleh bank.
10) Klausul mengenai syarat-syarat yang harus diperhatikan pihak kedua. Klausul
ini berisikan tentang:
a) Pernyataan dari pihak mudharib yang menjamin bahwa dalam melakukan
perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku di Indonesia serta tidak ada sengketa yang sedang terjadi,
yang dapat berpengaruh merugikan akad pembiayaan;
b) Hal-hal

yang

harus

dilakukan

pihak

mudharib

terkait

dengan

pembiayaannya;
c) Hal-hal yang tidak boleh dilakukan pihak mudharib terkait dengan
pembiayaannya.
11) Klausul mengenai kewajiban tambahan debitur. Klausul ini mengatur
kewajiban debitur untuk menandatangani akad pembiayaan dan/atau
menyerahkan dokumen-dokumen lainnya yang terkait dengan pembiayaan
mudharabah.
12) Klausul pernyataan mengenai tata cara eksekusi jaminan apabila pembiayaan
tidak dilunasi pada waktu yang telah ditentukan.
13) Klausul mengenai biaya tambahan. Biaya tersebut meliputi: bea materai, biaya
percetakan, biaya notaris, biaya Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan
biaya lainnya.

Universitas Sumatera Utara

91

14) Klausul mengenai penyelesaian perselisihan. Klausul ini menerangkan cara
penyelesaian sengketa bila suatu ketika pemberian pembiayaan ini
bermasalah.
15) Klausul mengenai domisili. Klausul ini menerangkan tempat kedudukan
hukum mudharib. Penentuan domisili sebagai bentuk kepastian hukum
apabila di kemudian hari pemberian pembiayaan bermasalah.
16) Klausul mengenai pemberitahuan. Klausul ini menerangkan bahwa semua
pemberitahuan mengenai akad ini dianggap disampaikan secara baik dan sah,
bila dikirim dengan surat tercatat.
17) Klausul mengenai ketentuan tambahan yang berisikan:
a) Mengatur hak-hak terhadap kuasa debitur;
b) Segala sesuatu yang belum diatur dalam perjanjian tunduk pada hukum
positif yang berlaku di Indonesia;
c) Ketentuan

pemberlakuan

akad

perjanjian

sejak

penandatanganan

perjanjian pembiayaan.
3.

Perjanjian Jaminan dalam Hukum Islam
Hukum Islam secara umum membagi jaminan menjadi dua yakni, jaminan

yang berupa orang (personal guarantee) dikenal dengan istilah kafalah dan jaminan
yang berupa benda yang disebut rahn.
a. Kafalah

Universitas Sumatera Utara

92

Di dalam Kamus istilah Fiqh, kafalah diartikan menanggung atau
penanggungan terhadap sesuatu, yaitu akad yang mengandung perjanjian dari
seseorang di mana padanya ada hak yang wajib dipenuhi terhadap orang lain
itu dalam hal tanggung jawab terhadap hak tersebut dalam hal penagih
(utang)155. Kafalah identik dengan kafalah al-wajhi (personal guarantee,
jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan jaminan yang berbentuk
harta secara mutlak.156
Dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 66 menjadi dasar dari kafalah, yang
mana disebutkan, Nabi Ya’kub berkata:
“Aku sekali-kali tidak akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu,
sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang teguh atas nama Allah,
bahwa kamu pasti akan membawanya kembali kepadaku......”
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: “Hutang itu harus ditunaikan dan
orang yang menanggung itu harus membayarnya” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi dan dishakihkan oleh Ibnu Hibban)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
11/DSN-MUI/IV/2000 menyebutkan rukun dan syarat kafalah adalah:157
1.

Pihak Penjamin (Kafiil)
a.

Baliqh (dewasa) dan berakal sehat.

155

M. Abdul Mudjieb, et.al., Kamus Istilah Fiqih, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1994, hlm 148
Adiwarman A. Karim, Op. Cit, hlm 106
157
Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 11/DSN-MUI/IV/2000
tanggal 13 April 2000.
156

Universitas Sumatera Utara

93

b.

Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan
hartanya dan rela (ridha) dengan tanggungan kafalah tersebut.

2.

3.

Pihak Orang yang berhutang (Ashiil, Makfuul’anhu)
a.

Sanggup menyerahkan tanggungannya (piutang) kepada penjamin.

b.

Dikenal oleh penjamin.

Pihak Orang yang Berpiutang (Makfuul Lahu)
a. Diketahui identitasnya.
b. Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa.
c. Berakal sehat.

4.

Obyek Penjaminan (Makfil Bihi)
a. Merupakan tanggungan pihak/orang yang berutang, baik berupa uang,
benda, maupun pekerjaan.
b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.
c. Harus merupakan piutang mengikat (lazim), yang tidak mungkin hapus
kecuali setelah dibayar atau dibebaskan,
d. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
e. Tidak bertentangan dengan syari’ah (diharamkan)
Kafalah yang identik dengan personal guarantee, jaminan diri maka akan

timbul resiko kafiil atau penjamin melarikan diri. Dalam hal orang yang
ditanggung melarikan diri, sedangkan penanggung tidak mengetahui
tempatnya, maka penanggung tidak wajib mendatangkannya, tetapi apabila ia

Universitas Sumatera Utara

94

mengetahui tempatnya, maka ia wajib mendatangkannya, dan si penanggung
diberikan waktu yang cukup untuk keperluan itu.158
b. Rahn
Rahn adalah akad penyerahan barang atau harta dari nasabah kepada bank
sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang. Harta atau barang tersebut
sebagai agunan atau jaminan semata-mata atas hutangnya kepada bank. 159
Istilah rahn diambil dari Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283 yang
berbunyi:
“Dan jika kamu dalam perjalanan (dan mua’malah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah
Tuhannya; janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Aisyah ra berkata: “Rasulullah Shallahu alaihi wasalam pernah membeli
makanan dari orang Yahudi dengan tempo (kredit) dan beliau mengagunkan
baju besinya” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).
Rahn atau Gadai adalah menyerahkan benda berharga dari seseorang
kepada orang lain sebagai penguat atau tanggungan dalam utang piutang.
Borg adalah benda yang dijadikan jaminan. Benda sebagai borg ini akan
diambil kembali setelah utangnya terbayar. Jika waktu pembayaran telah
158

Taqiyyudin Abu Bakar al-Husaini, Kifayat al-Akhyar, Terjemahaan, Jakarta, Bina Iman,
1995, hlm 627.
159
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Konsep & Implementasi Bank Syariah,
Jakarta, Renaisan, 2005, hlm 54.

Universitas Sumatera Utara

95

ditentukan telah tiba dan utang belum dibayar, maka borg ini digunakan
sebagai ganti yaitu dengan cara dijual sebagai bayaran dan jika ada kelebihan
dikembalikan kepada yang berutang.160
Pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam
bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:161
1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun
(barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun
tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin, kecuali seizin Rahin, dengan tidak
mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya
pemeliharaannya dan perawatannya.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban
Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan
pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan Marhum
a.

Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk
segera melunasi utangnya.

160

A. Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al Idlam 2, Muamalah dan Akhlaq, Jakarta,
Pustaka Setia, Cetakan I, 1999, hlm. 21.
161
Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Nomor 25/DSNMUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 Tentang Rahn.

Universitas Sumatera Utara

96

b.

Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual
paksa/eksekusi melalui lelang sesuai syariah.

c.

Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya
pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya
penjualan.

d.

Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya
menjadi kewajiban Rahin.
Rahn atau gadai adalah salah satu cara untuk memudahkan bagi yang

sedang kesulitan dengan tidak merugikan pihak lain. Jadi agama Islam
memberikan jalan keluar bagi yang kena kesulitan, sedang ia mempunyai
sesuatu barang yang juga berharga dan itulah yang dijadikan borg
(jaminan).162
4.

Penerapan Agunan dalam Pembiayaan Mudharabah di PT Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan Gajahmada
Pengikatan agunan yang digunakan Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

Gajahmada dalam pemberian pembiayaan dibedakan atas barang tidak bergerak dan
barang bergerak. Untuk barang tidak bergerak, pengikatan agunan menggunakan
SKMHT (Surat Kuasa Memegang Hak Tanggungan) untuk pembiayaan yang
besarnya tidak lebih dari lima puluh juta rupiah dan Hak Tanggungan untuk
pembiayaan yang besarnya lebih dari lima puluh juta rupiah.163 Hak Tanggungan
adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud
162

Hamzah Ya’kub, Kode Etik Dagang menurut Islam, Bandung, Diponegoro, 1992 hlm 4.
Wawancara dengan Lilik Suheri, Kepala Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan Gajahmada.
163

Universitas Sumatera Utara

97

dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain164.
Objek yang dapat dibebani Hak Tanggungan pada dasarnya adalah hak atas
tanah (Hak Milik, HGB, HGU). Selanjutnya menyangkut apabila debitur wanprestasi
maka berlakulah pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah mengenai
Eksekusi. Ada tiga cara eksekusi, yaitu: melakukan penjualan objek Hak
Tanggungan, melaksanakan eksekusi sesuai dengan titel eksekutorial dan Parate
Eksekusi.165
Sedangkan agunan yang berupa benda bergerak, pengikatannya dilakukan
dengan fidusia. Lembaga jaminan Fidusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, merupakan pengembangan dari lembaga
gadai, oleh karena itu yang menjadi objek jaminannya yaitu benda bergerak yang
berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan
yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan. Berdasarkan ketentuan umum dalam
pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap
dalam penguasaan pemilik benda.
164
165

Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Hak Tanggungan No. 4 tahun 1996.
Annual Report BSM 2009 tentang jaminan. hlm. 21

Universitas Sumatera Utara

98

Berdasarkan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia. Eksekusi jaminan fidusia dapat dilakukan melalui 3 cara: 1)
Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat 2 oleh
Penerima Fidusia, 2) penjualan benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas
kekuasaan Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta 3) mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan dan penjualan di bawah tangan yang dilakukan
berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian
dapat diperoleh harga yang tinggi yang menguntungkan para pihak. Lembaga jaminan
sangat diutamakan oleh bank, karena dalam setiap pemberian pembiayaan selalu
diikuti resiko yang bisa berupa tidak dilunasinya pembiayaan sehingga jaminan dapat
digunakan sebagai ganti pembayaran dari hutang yang tidak terlunasi.
C. Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah Bermasalah Akibat Kelalaian
Mudharib pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada
Pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada debitur diharapkan akan
berjalan lancar, oleh karena itu bank sangat berhati-hati dalam pengelolaan
pembiayaan. Upaya kehati-hatian yang dilakukan bank demi keamanan dana yang
telah disalurkan dalam pembiayaan mudharabah meliputi langkah-langkah sebagai
berikut:166
1) Melakukan pengawasan terhadap rekening mudharib setiap bulan, yaitu
dengan mengawasi rekening koran mudharib, pengawasan dengan cara ini
biasanya disebut pengawasan pasif.
166

Wawancara dengan Achmad Dhanny Nasution, Area Manager Medan 2 Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan Gajahmada, 19 Februari 2016.

Universitas Sumatera Utara

99

2) Melakukan pengawasan secara on the spot atau mengunjungi secara langsung
usaha mudharib agar pembiayaan tepat sasaran dan dalam operasionalnya
tidak sampai melakukan keputusan yang beresiko timbulnya pembiayaan
bermasalah (pengawasan aktif).
3) Melakukan pengawasan dengan cara memantau informasi debitur melalui
Bank Indonesia, apakah debitur termasuk dalam daftar hitam (black list).
Langkah-langkah pengawasan di atas adalah langkah-langkah preventif untuk
mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah. Jika langkah-langkah di atas telah
dilakukan

tetapi

tetap

terjadi

pembiayaan

macet/debitur

tidak

memenuhi

kewajibannya, maka bank akan menyebut debitur tersebut wanprestasi. Bank Syariah
Mandiri Cabang Medan Gajahmada mempunyai kriteria tersendiri terhadap debitur
yang dianggap wanprestasi, yaitu meliputi:167
1) Debitur tidak memenuhi kewajiban pembiayaan, yaitu debitur tidak
melakukan pembayaran nisbah/bagi hasil dan pokok pembiayaan. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah pembiayaan pokok dan nisbah/bagi hasil.
2) Debitur dalam melakukan pembayaran tidak berkesinambungan.
Apabila debitur melakukan wanprestasi, pihak bank berdasarkan berbagai
ketentuan dalam pembiayaan mudharabah yang telah diuraikan sebelumnya, berhak
memberikan sanksi kepada debitur. Pemberian sanksi berupa denda (ta’widh) dan
ganti rugi dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah dan aturan-aturan perbankan.
167

Wawancara dengan Oscar Hutagalung, Legal Officer Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan Gajahmada, pada tanggal 19 Februari 2016.

Universitas Sumatera Utara

100

Menurut Renta Ompusunggu, bank dalam mengenakan denda atas keterlambatan
pembayaran kewajiban sebaiknya memberitahukan terlebih dahulu kepada nasabah
dengan pemanggilan dan melakukan musyarawarah agar nasabah dan bank mendapat
solusi yang terbaik.168 Dalam hal mudharib wanprestasi, pihak bank akan menelusuri
penyebab timbulnya wanprestasi tersebut, apakah karena kesengajaan, kelalaian
ataupun keadaan memaksa (force majeur). Jika wanprestasi mudharib disebabkan
kesalahan yang disengaja (itikad tidak baik) mudharib, bank akan langsung
mengambil langkah-langkah hukum sebagai jalan keluar. Langkah hukum yang
diambil oleh bank adalah sesuai dengan ketentuan dalam Akad Pembiayaan
Mudharabah, khususnya dalam Pasal 12 ayat 1-5 yang berbunyi:
1) Kewajiban BANK untuk merealisasikan Pembiayaan Mudharabah kepada
NASABAH berdasarkan Akad ini menjadi berakhir;
2) Menyatakan semua Kewajiban NASABAH dan setiap jumlah uang yang pada
waktu itu terutang oleh NASABAH menjadi jatuh tempo dan dapat ditagih
pembayarannya sekaligus oleh BANK tanpa peringatan atau teguran berupa
apapun dan dari siapapun juga;
3) BANK berhak untuk menjalankan hak-hak dan wewenangnya yang timbul
dari atau berdasarkan Akad ini dan Perjanjian Jaminan;
4) Mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk mengamankan
BANK termasuk namun tidak terbatas pada memasuki pekarangan, tanah dan
bangunan, memeriksa Obyek Akad dan atau barang Agunan beserta
fasilitasnya yang melekat, memberi peringatan dengan cara memasang papan
(plank) atau media lainnya; dan/atau
5) Menjual harta benda yang dijaminkan oleh NASABAH / Penjamin kepada
BANK berdasarkan prinsip keadilan, baik dibawah tangan dengan harga pasar
yang disepakati NASABAH maupun dimuka umum (secara lelang) dan untuk
itu NASABAH/Penjamin memberi kuasa dengan ketentuan pendapatan bersih
dari penjualan pertama-tama dipergunakan untuk pembayaran seluruh
Kewajiban NASABAH kepada BANK dan jika ada sisa, maka sisa tersebut
akan dikembalikan kepada NASABAH dan/atau Penjamin sebagai pemilik
168

Wawancara dengan Renta Ompusunggu, Nasabah Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan Gajahmada, pada tanggal 23 Februari 2016.

Universitas Sumatera Utara

101

harta benda yang dijaminkan kepada BANK, dan sebaliknya, apabila hasil
penjualan tersebut tidak cukup untuk melunasi seluruh Kewajiban NASABAH
kepada BANK, maka kekurangan tersebut tetap menjadi Kewajiban
NASABAH kepada BANK dan wajib dibayar NASABAH dengan seketika
dan sekaligus pada saat ditagih oleh BANK.
Menurut Zakaria Sembiring, apabila wanprestasi mudharib disebabkan
ketidaksengajaan ataupun karena kelalaiannya dalam mengelola usaha sehingga
menimbulkan

kerugian

dalam

usaha

mudharabah,

bank

hendaknya

lebih

mengedepankan langkah-langkah persuasif. Keadaan mudharib yang lalai namun
masih berusaha memenuhi prestasinya dianggap sebagai mudharib yang beritikad
baik (dalam istilah BSM disebut goodwill) sehingga BSM tidak akan langsung
menerapkan ketentuan dalam akad yang telah disebutkan terdahulu169. Selama
mudharib dalam keadaan goodwill, bank akan memberikan toleransi dalam hal
pembayarannya, yaitu dengan cara:
1) Restrukturisasi pembiayaan bermasalah
Cara penanganan/penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dilakukan
dalam bentuk:170
a) Revitalisasi, dilakukan dengan cara:
(1) Penataan kembali (Restructuring) berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Nasional nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 aturan kedua poin 4b dan
aturan kedua poin 4c. Ada tiga bentuk penataan kembali yaitu :

169

Wawancara dengan Zakaria Sembiring, Nasabah pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan Gajahmada, pada tanggal 17 Februari 2016.
170
Annual Report BSM tahun 2015.

Universitas Sumatera Utara

102

(a) Ditambah dana (suplesi) nasabah boleh mengambil kembali sisa
baki debet selama masih dalam jangka waktu pembiayaan yang
disetujui dalam akad.
(b) Novasi perjanjian antara bank dengan nasabah yang menyebabkan
pembiayaan lama menjadi hapus. Novasi Subyektif Pasif terjadi
apabila nasabah baru ditunjuk untuk menggantikan nasabah lama
yang oleh bank dibebaskan dari perikatannya. Kewajiban nasabah
lama otomatis berpindah kepada nasabah baru. Nasabah lama
tidak dapat dituntut kecuali telah diperjanjikan secara tegas di
awal atau pada saat penggantian nasabah tersebut sudah dalam
keadaan bangkrut.
(c) Pembaruan pembiayaan. Hal ini bukan merupakan pembaruan
perjanjian yang menyebabkan perjanjian lama menjadi hapus
dengan adanya perjanjian baru dengan ketentuan sebagai berikut:
- Nasabah masih belum sanggup melunasi pembiayaan yang
telah diterima sehingga yang bersangkutan diberi kesempatan
untuk memperoleh pembiayaan dengan maksimal plafon sama
seperti pembiayaan semula.
- Nasabah tidak diperbolehkan mengambil kembali sisa baki
debet dari pembiayaan terdahulu. Atas kedua hal di atas, Bank
perlu menilai ulang terhadap kemampuan nasabah terutama
dalam penyesuaian dengan saldo pembiayaan yang ada.

Universitas Sumatera Utara

103

b) Penjadwalan kembali (Rescheduling). Berdasarkan Fatwa DSN MUI
Nomor 48/DSN-MUI/II/2005 poin tentang Rescheduling dinyatakan bahwa
penjadwalan ulang dapat dilakukan dengan mengubah jangka waktu
pembiayaan, jadwal pembayaran (penanggalan, tenggang waktu), dan
jumlah angsuran. Hal ini dilakukan apabila terjadi ketidakcocokan jadwal
angsuran yang dibuat marketing officer dengan kemampuan dan kondisi
nasabah. Solusi atas permasalahan ini adalah dengan mengevaluasi dan
menganalisis kembali seluruh kemampuan usaha nasabah sehingga cocok
dan tepat dengan jadwal yang baru. Bank tidak perlu meneliti ulang tentang
jaminan dan segala bentuk perizinan yang ada.
c) Persyaratan kembali (Reconditioning). Mengacu pada Fatwa Nomor 49/
DSN-MUI/II /2005 tentang Reconditioning, pihak bank melakukan
tindakan ini terhadap nasabah apabila terdapat :
(1) Perubahan kepemilikan usaha.
(2) Perubahan jaminan, apakah dalam hal bentuk, harga, maupun status.
Hal ini akan mempengaruhi Collateral Coverage pembiayaan.
(3) Perubahan pengurus.
(4) Perubahan nama dan status perusahaan.
Keempat hal di atas akan menyebabkan perubahan penanggung jawab
pembiayaan dan perubahan status yuridis perusahaan yang mungkin tidak
tepat lagi dengan menggunakan perjanjian semula.

Universitas Sumatera Utara

104

d) Bantuan Manajemen. Apabila dari hasil evaluasi ulang, aspek m

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Bank Konvensional Dan Bank Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan

1 89 69

Analisis Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Prinsip Mudharabah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

4 77 167

PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA PT BANK SYARIAH MANDIRI CABANG METRO

2 7 44

IMPLEMENTASI PEMBEBANAN JAMINAN KEPADA MUDHARIB DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH (STUDI DI BANK MUAMALAT CABANG SURAKARTA).

0 0 15

Implementasi Prinsip Syariah Dalam Eksekusi Jaminan Terhadap Kerugian Yang Diakibatkan Kelalaian Mudharib Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada

0 0 14

Implementasi Prinsip Syariah Dalam Eksekusi Jaminan Terhadap Kerugian Yang Diakibatkan Kelalaian Mudharib Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada

0 0 2

Implementasi Prinsip Syariah Dalam Eksekusi Jaminan Terhadap Kerugian Yang Diakibatkan Kelalaian Mudharib Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada

0 0 33

Implementasi Prinsip Syariah Dalam Eksekusi Jaminan Terhadap Kerugian Yang Diakibatkan Kelalaian Mudharib Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada

0 2 36

Implementasi Prinsip Syariah Dalam Eksekusi Jaminan Terhadap Kerugian Yang Diakibatkan Kelalaian Mudharib Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Gajahmada

0 0 8

Penerapan Sistem Bagi Hasil Pada Pembiayaan Al-Mudharabah Pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Padangsidempuan Chapter III IV

0 1 32