Respon Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Family Development Session (FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Respon
Respon berasal dari kata response yang berarti tanggapan atau balasan.Respon

merupakan istilah psikologi yang digunakan untuk menyebutkan reaksi terhadap
rangsang yang di terima oleh panca indera. Dalam menanggapi suatu respon
seseorang akan muncul respon positif dan negatif. Respon positif, yakni menyenangi,
mendekati dan mengharapkan suatu objek, sedangkan respon negatif, yakni apabila
informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi
tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek tertentu (Walgito, 2000: 23).
Secara teoritis respon adalah sikap atau perilaku seseorang dalam proses
komunikasi ketika menerima suatu pesan yang ditujukan padanya. Respon yang

ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang
dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian pesan dari reaksi komunikan.
Penelitian ini menggunakan Hypodermic Needle Theoryatau Teori S-R (stimulusrespon) atau disebut juga sebagai teori rangsang-balas. Dalam teori ini setiap
stimulus (rangsangan) akan menghasilkan respon (tanggapan) secara spontan dan

otomatis bagaikan gerak refleks. Adapun unsur-unsur dalam model ini adalah pesan
(Stimulus atau S), komunikan (Organism atau O) dan efek (Responses atau R).
Stimulus yang disampaikan kepada masyarakat mungkin diterima atau ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari masyarakat itu sendiri. Proses
berikutnya adalah masyarakat mengerti stimulus yang menerpa dirinya, kemampuan
masyarakat akan berlanjut pada proses berikutnya.
10
Universitas Sumatera Utara

Setelah masyarakat mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan
masyarakat untuk mengubah sikap (Effendy, 2003: 254).
Secara umum, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu:
1. Diri orang yang bersangkutan, apalagi seseorang melihat dan berusaha
memberikan interprestasi tentang apayang dilihatnya dan dipengaruhi oleh
karakteristik individual yang turut terpengaruh seperti sikap, motif,
kepentingan, melihat penyaluran dan harapannya.
2. Sasaran respon tersebut, sasaran itu berupa orang, benda, atau peristiwa.
Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang
melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciriciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.
3. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara karteksual yang berarti situasi

dimana

respon

itu

timbul,

perlu

pula

mendapat

perhatian. Situasi

merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan
seseorang (Hamijoyo, 2002:46).
Dalam pembahasan, teori respon tidak terlepas dari pembahasan proses teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan

terhadap orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Steven M. Caffe, respon dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Kognitif
Yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan
informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

11
Universitas Sumatera Utara

b. Afektif
Yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang
terhadap sesuatu.Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh
khalayak terhadap sesuatu.
c. Konatif
Yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan
atau perbuatan.Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/rangsangan dari luar
(Hasan, 2012).
Dari uraian tentang konsep respon diatas, maka peneliti akan melihat,

mengamati, mencari informasi dan mencoba mengungkapkan bagaimana respon
masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) di
kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas yang mencakup 3 hal, yaitu
kognitif, afektif dan konatif.

2.2. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristikdengan model hubungan stimulusresponnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan

12
Universitas Sumatera Utara

semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman (Wikipedia, 2015).
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Dalam hal ini, para pendamping
memberikan gambaran tentang pentingnya kegiatan pembelajaran melalui program
FDS dan juga memberikan motivasi dalam setiap pertemuan, sehingga akan
menimbulkan kesadaraan tersendiri dari masyarakat miskin tentang pentingnya
mengikuti kegiatan yang sudah terjadwalkan tersebut.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan pengajar kepada pelajar, sedangkan
respon adalah reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh
pengajar tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh pengajar
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Kegiatan pendampingan Family Development Session (FDS) ini dapat dilihat dari
perubahan perilaku peserta yang semakin

berinisiatif secara mandiri untuk


mengikuti program pendampingan tersebut. Kondisi ini bisa dilihat dari semakin
menurunnya/meningkatnya jumlah peserta dalam setiap pertemuan.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan

13
Universitas Sumatera Utara

(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat (Wikipedia, 2015). Hal
tersebut terbukti dari tingkat kepercayaan diri para peserta kegiatan Family
Development Session (FDS) semakin meningkat. Peserta yang sebelumnya hanya
pasif, pemalu, dan merasa kurang percaya diri, bisa berubah menjadi pribadi yang
lebih berani mengutarakan pendapat, lebih percaya diri dalam bermasyarakat dan
lebih aktif dalam bertanya jawab, baik dengan kelompoknya maupun dengan
masyarakat sekitar.

2.3 Masyarakat
2.3.1 Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat berasal dari dari bahasa Arab, yaitu musyarak. Lebih

abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Menurut Mac Iver dan Page dalam Soekanto masyarakat ialah suatu
sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai
kelompok dan penggolongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasankebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah
(Soekanto, 2007: 22).
2.3.2 Golongan Masyarakat
Masyarakat dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
a.

Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih

banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Jadi, masyarakat tradisional dalam
melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan
lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu

14
Universitas Sumatera Utara


dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya.
Masyarakat ini dapat juga disebut masyarakat pedesaan atau masyarakat desa.
Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan
berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.
b. Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia
masa kini. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh
kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi
seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia, pada
umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat
kota.
c. Masyarakat Transisi
Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suatu
masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang
mengalami transisi kearah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari
pertanian dan mulai masuk ke sektor industri. Ciri-ciri masyarakat transisi adalah
adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan, adanya pergeseran pada tingkat

pendidikan, mengalami perubahan ke arah kemajuan, masyarakat sudah mulai
terbuka dengan perubahan dan kemajuan zaman, tingkat tinggi dan biasanya terjadi
pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya (Zulfaidah,
2013).

15
Universitas Sumatera Utara

2.4 Kebijakan Sosial
2.4.1 Definisi dan Ruang Lingkup Kebijakan Sosial
Secara harfiah, kebijakan sosial merupakan perangkat perundangundangan yang berfungsi sebagai landasan hukum dan pedoman dasar gerak
operasional dalam segala upaya dan kegiatan kesejahteraan sosial. Dengan demikian
kebijakan sosial memberikan asas legalitas bagi bergeraknya usaha kesejahteraan
sosial dan asas aksebilitas bagi setiap penerima pelayanan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan sosialnya.
Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik yang
merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat
publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat
banyak (Suharto, 2008:10). Kebijakan sosial memiliki fungsi antara lain:
1.


Fungsi preventif (pencegahan) – mencegah terjadinya masalah sosial

2.

Fungsi kuratif ( penyembuhan) – mengatasi masalah sosial

3.

Fungsi developmental (pengembangan) – mempromosikan kesejahteraan
sebagai wujud kewajiban negara dalam memenuhi hak-hak sosial
warganya.
Negara

perlu

melakukan

intervensi


dengan

membuat

ketetapan

pemerintah. Peranan pemerintah dibidang kesejahteraan sosial melalui kebijakan
sosial sebetulnya dimaksudkan untuk mengusahakan adanya kesetaraan diantara
warga masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraannya. Perbedaan latar belakang
antar warga masyarakat seringkali mengakibatkan posisi dan kesempatan mereka
menjadi tidak sama. Hal ini dapat mengakibatkan warga masyarakat yang posisinya
tidak menguntungkan akan termarginalisasi dan mengalami masalah dalam

16
Universitas Sumatera Utara

mewujudkan kesejahteraannya, bahkan untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasarnya
sekalipun.
Dalam menangani masalah sosial yang ada, maka kebijakan sosial harus
dilakukan secara terencana, terpadu, konsisten dan berkelanjutan. Oleh karena itu,
perlu ditelaah secara singkat mengenai beberapa isu kebijakan sosial yang mungkin
timbul dan perlu dipertimbangkan dalam proses dan mekanisme perumusan
kebijakan sosial. Pada dasarnya Pemerintah memiliki peran yang besar dalam
perumusan kebijakan sosial tersebut.
Usaha-usaha

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

melalui

pengembangan masyarakat diharapkan bukan hanya sekedar usaha belas kasihan
pemerintah terhadap masyarakat miskin. Oleh karena itu diperlukan kerangka makro
perencanaan dan kebijakan umum di bidang ekonomi dan sosial yang diarahkan
secara sengaja untuk investasi di bidang peningkatan kesejahteraan rakyat, sehingga
upaya mewujudkan kesejahteraan sosial bukan hanya wacana atau angan-angan
belaka.

2.4.2 Analisis Kebijakan Sosial
Analisis kebijakan sosial adalah ilmu sosial terapan yang menggunakan
berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan informasi yang
relevan dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang mungkin timbul akibat
diterapkannnya suatu kebijakan (Dunn, dalam Suharto, 2008).Ada tiga model
analisis kebijakan sosial, yaitu model prospektif, retrospektif dan model integratif.
1. Model prospektif adalah bentuk analisis kebijakan yang mengarahkan
kajiannya pada konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan.

17
Universitas Sumatera Utara

Model ini dapat disebut sebagai model prediktif karena seringkali melibatkan
teknik-teknik peramalan (forecasting).
2. Model retrospektif adalah analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akibat
kebijakan setelah suatu kebijakan diimplementasikan. Model ini biasanya
disebut sebagai model evaluatif karena banyak melibatkan pendekatan evaluasi
terhadap dampak kebijakan yang sedang atau telah diterapkan.
3. Model integratif adalah model perpaduan antara kedua model diatas. Model ini
kerap disebut sebagai model komprehensif atau model holistik karena analisis
dilakukan terhadap konsekuensi kebijakan yang mungkin timbul, baik sebelum
maupun sesudah suatu kebijakan dioperasikan. Model analisis kebijakan ini
biasanya melihat teknik peramalan dan evaluasi secara terintegrasi (Dunn,
dalam Suharto, 2008).

2.4.3 Program Keluarga Harapan (PKH)
2.4.3.1 Pengertian PKH
Salah satu kebijakan sosial yang dikembangkan oleh pemerintah adalah
Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan adalah program
perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai kepada Keluarga Sangat Miskin
(KSM), selama keluarga tersebut memnuhi kewajibannya. Tujuan dari PKH, yaitu
membantu keluarga sangat miskin untuk memastikan generasi berikutnya sehat dan
menyelesaikan pendidikan dasar (Kemensos, 2015).
Program Keluarga Harapan merupakan program perlindungan sosial
yang termasuk dalam klaster pertama bagi strategi penanggulangan kemiskinan di
Indonesia. Kesinambungan dari program ini akan memberikan kontribusi dalam

18
Universitas Sumatera Utara

mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development
Goals). Ada lima komponen tujuan MDGs yang didukung melalui PKH, yaitu:
1.

Penanggulangan kemiskinan ekstrim dan kelaparan.

2.

Pencapaian pendidikan dasar.

3.

Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

4.

Pengurangan angka kematian anak.

5.

Peningkatan kesehatan ibu (Kemensos, 2013:1).

2.4.3.2 Hak Peserta PKH
Adapun hak peserta PKH antara lain sebagai berikut:
1.

Menerima bantuan uang tunai.

2.

Menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di Puskemas, Posyandu,
Polindes, dan lain-lain sesuai ketentuan yang berlaku.

3.

Menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar Pendidikan
Dasar 9 tahun sesuai ketentuan yang berlaku (Kemensos, 2013:2).
Dalam memperoleh bantuan tunai, peserta PKH diwajibkan memenuhi

persyaratan dan komitmen untuk ikut berperan aktif dalam kegiatan pendidikan anak
dan kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak. Apabila tidak memenuhi kewajiban,
maka jumlah bantuan yang diterima akan dikurangi bahkan bantuan dapat
dihentikan.

2.4.3.3 Transformasi Kepesertaan PKH
Program Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun
kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen. PKH dirancang untuk diberikan
secara temporer atau maksimal selama 6 tahun. Masa kepesertaan PKH dapat
berakhir sebelum 6 tahun apablila keluarga penerima PKH sudah tidak lagi
19
Universitas Sumatera Utara

memenuhi persyaratan program, yang disebut dengan graduasi alamiah (natural
exit). Graduasi alamiah terjadi ketika keluarga penerima PKH tidak lagi memiliki
wanita hamil, anak balita atau anak berumur di bawah 21 tahun yang masih
bersekolah di bangku pendidikan dasar (SD, SMP, SMA).
Setelah melewati enam tahun kepesertaan, penerima bantuan PKH diberi
peluang untuk lulus (graduasi) dari PKH dengan didukung lebih lanjut oleh program
lainnya. Untuk peserta PKH yang tidak keluar alamiah setelah enam tahun,
diharapkan terjadi perubahan perilaku terhadap peserta PKH dalam bidang
pendidikan, kesehatan dan peningkatan status sosial ekonomi. Adapun strategi
transformasi kepesertaan PKH memiliki tujuan untuk:
1. Meminimalisir dampak psikologis (shock atau retrieval syndrome) peserta
setelah tidak lagi menerima bantuan.
2. Memastikan aspek keberlanjutan akan perubahan perilaku positif dalam
bidang pendidikan dan kesehatan.
3. Memastikan terjadi peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi keluarga
secara berkelanjutan.
Dalam strategi transformasi kepesertaan PKH, penerima bantuan didukung
lebih lanjut melalui berbagai program lainnya, agar dapat mengakumulasi aset dan
mengalokasikannya untuk aktivitas yang lebih produktif sehuingga dapat keluar dari
jebakan kemiskinan (Kemensos, 2016).

2.5 Program Family Development Session (FDS)
2.5.1 Pengertian FDS
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau lebih dikenal
dengan Family Development Session (FDS) merupakan proses belajar peserta PKH

20
Universitas Sumatera Utara

berupa pemberian dan pembahasan informasi praktis di bidang kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan kesejahteran keluarga yang disampaikan melalui
peretemuan kelompok bulanan (Kemensos, 2013:28).
FDS merupakan program pengembangan dari PKH yang nantinya diharapkan
dapat membantu pendamping PKH dalam meningkatkan kapasitas diri dan
mengubah pola hidup keluarga yang miskin menjadi keluarga yang mapan. Program
FDS ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran memang seringkali berlangsung lambat, tetapi perubahan yang terjadi
akan bertahan lama. Proses belajar dalam pemberdayaan bukanlah proses
“menggurui”, melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama yang mandiri dan
partisipatif (Mead, dalam Mardikanto & Soebiato, 2013:68-69).

2.5.2 Tujuan Program FDS
Setiap program mempunya tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan
dari FDS antara lain:
1. Meningkatkan pengetahuan praktis mengenai kesehatan, pola asuh dalam
keluarga, ekonomi, dan kesejahteraan keluarga.
2. Meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat
dengan memberikan kontribusi perubahan kepada masyarakat (empowerment).
3. Menjaga dan memperkuat perubahan perilaku positif terkait pendidikan,
kesehatan dan kesadaran dalam pertemuan kelompok peserta PKH.
4. Meningkatkan keterampilan orangtua dalam pola pengasuhan anak.
5. Meningkatkan kemampuan peserta untuk mengenali potensi yang ada pada
dirinya dan lingkungannya agar dapat digunakan dalam peningkatan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

21
Universitas Sumatera Utara

6.

Memberikan pemahaman kepada peserta untuk menemukan potensi lokal agar
dapat dikembangkan secara ekonomi (Kemensos, 2013:28-29).

2.5.3 Mekanisme Pelaksanaan FDS
Program FDS menggunakan strategi pelaksanaan kegiatan secara partisipatif.
Strategi ini bertujuan agar peserta dapat mengetahui teknik-teknik partisipasi dalam
menyelenggarakan

pertemuan,

kegiatan

ataupun

musyawarah

warga

guna

memaksimalkan penyerapan materi demi hasil yang disasar dalam kegiatan FDS.
Adapun mekanisme pelaksanaan FDS antara lain:
a. Program FDS ini ditujukan kepada para peserta PKH yang memasuki masa
transisi dan dapat dimungkinkan untuk graduasi.
b.

Setiap kelompok diskusi FDS dapat berjumlah 10-15 rumah tangga anggota
PKH yang tempat tinggalnya berdekatan.

c.

Fasilitator dalam kegiatan FDS, yaitu pendamping PKH. Sebelum melakukan
fasilitasi FDS, pendamping PKH harus mengikuti diklat FDS terlebih dahulu.

d.

Waktu dan lokasi pembelajaran ditentukan oleh kesepakatan antara
pendamping dan peserta PKH. Setiap pembelajaran memiliki durasi 120
menit dengan agenda pembukaan, ulasan materi sebelumnya, penyampaian
materi dan tanya jawab. Lokasi pembelajaran dapat dilakukan secara
bergantian dari satu rumah ke rumah peserta PKH lainnya (Kemensos,
2013:1-2).

2.5.4 Materi Pembelajaran FDS
2.5.4.1 Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak
Modul ini berisikan materi pengasuhan anak secara sederhana yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan standar pengasuhan anak. Pada modul ini, KSM
22
Universitas Sumatera Utara

akan diberikan materi bagaimana cara mengasuh anak yang benar agar nantinya
anaknya dapat berkembang dengan baik dan bisa berprestasi (Kemensos, 2014).
Modul pengasuhan dan pendidikan ini memiliki tujuan umum antara lain:
a.

Meningkatkan pemahaman orangtua akan pentingnya masa usia dini bagi
kesejahteraan dan kesuksesan anak di masa depan.

b.

Meningkatkan kualitas pengasuhan anak sehari-hari, kualitas interaksi antara
orangtua dan anak di rumah.

c.

Meningkatkan kesadaran orangtua akan hak anak terhadap pendidikan dan
pentingnya hadir di sekolah serta sukses bersekolah (Kemensos, 2014).

Modul ini membahas 4 sesi, yaitu:
1.

Menjadi orangtua yang lebih baik
Ada 2 pesan utama yang ingin disampaikan dalam modul ini. Pertama,

orangtua merupakan panutan bagi anak. Poin pelajaran yang ingin disampaikan
adalah orangtua memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perilaku anak
sehingga diperlukan pemahaman tentang perilaku mendidik serta konsekuensi dari
perilaku positif dan negatif dari orangtua. Orangtua perlu menyadari bahwa status
miskin bukan berarti tidak bisa memiliki kemampuan mengasuh anak dengan baik.
Kedua, pentingnya kerjasama kedua orangtua dalam mengasuh anak. Meskipun ayah
dan ibu memiliki peran yang berbeda dalam pengasuhan, namun tanggung jawab
ayah dan ibu adalah sama. Peserta akan belajar berbagai macam cara untuk menjadi
lebih kompak sebagai orangtua, menghindari konflik dihadapan anak, termasuk
secara khusus mendikusikan bagaimana melibatkan ayah agar dapat membantu ibu
dalam pengasuhan sehari-hari.

23
Universitas Sumatera Utara

2.

Memahami perilaku anak
Ada 2 pesan utama yang ingin disampaikan dalam modul ini. Pertama, yaitu

meningkatkan perilaku baik anak. Dalam meningkatkan perilaku baik anak, orangtua
harus dapat mengidentifikasi kelebihan anak, kemudian memahami kekuatan pujian
dan apresiasi atas perilaku baik anak. Kedua, yaitu mengurangi perilaku buruk anak.
Dalam mengurangi perilaku buruk anak, orangtua harus memahami efek negatif dari
menggunakan hukuman fisik. Strategi untuk mengurangi perilaku buruk pada anak
dapat diganti dengan menetapkan aturan bersama anak, menjelaskan konsekuensi
yang masuk akal kepada anak, memberikan waktu menangkan diri dan mengabaikan
perilaku anak yang tidak berbahaya dan ditujukan untuk mencari perhatian.
3.

Memahami cara anak usia dini belajar
Ada 2 pesan utama yang dalam modul ini. Pertama, yaitu bermain sebagai

cara anak belajar. Orangtua akan mempelajari apa itu permainan dan bagaimana
bermain sesuai dengan tahapan usia anak, serta cara menggabungkan permainan ke
dalam kegiatan sehari-hari. Kedua, yaitu membahas berbagai kegiatan bermain untuk
mengembangkan kemampuan bahasa anak. Secara khusus orangtua akan belajar
pentingnya kemampuan bahasa bagi anak dan berbagai jenis permainan untuk
menstimulasi perkembangan bahasa anak.
4.

Membantu anak sukses di sekolah
Ada 2 pesan utama yang disampaikan modul ini. Pertama, yaitu pentingnya

pendidikan anak sejak usia dini. Anak yang ikut dalam program PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini) akan memiliki tingkat kesiapan bersekolah dijenjang pendidikan
selanjutnya dibandingkan anak yang tidak mengikuti program PAUD. Orangtua akan
belajar manfaat lainnya dari program PAUD. Kedua, yaitu cara membantu anak
sukses di sekolah. Orangtua juga akan belajar berbagai cara untuk membantu anak

24
Universitas Sumatera Utara

agar sukses di sekolah, membantu anak mengatasi masalah yang mungkin muncul
ketika di sekolah dan diharapkan agar orangtua terdorong untuk menjalin komunikasi
dengan pihak sekolah demi kepentingan pendidikan anak (Kemensos, 2014: 3-4) .
Pemberian modul ini disampaikan kepada KSM dikarenakan banyak
ditemukan di lapangan bahwa keluarga KSM masih lalai dalam menerapkan
pengasuhan anak. Akibatnya banyak anak-anak KSM mengalami pola asuh yang
salah dan membuat anak-anak menjadi agresif, suka berbuat kekerasan dan juga
terganggu prestasi belajarnya di sekolah. Padahal fokus bantuan PKH adalah anak
sebagai aset yang berharga bagi KSM untuk melepaskan diri dari belenggu
kemiskinan.

2.5.4.2 Modul Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha
Modul ini berisikan materi tentang pengelolaan keuangan rumah tangga yang
baik dan juga berisikan materi bagaiamana merencanakan usaha yang bisa menjadi
pendapatan pokok bagi KSM. Pada modul ini KSM akan mengetahui tata kelola
keuangan serta tata rencana untuk melaksanakan usaha. Modul ini ditujukan kepada
rumah tangga miskin untuk memberikan pengetahuan dasar dan mengasah
keterampilan dalam mengelola pendapatan dan pengeluaran, serta merencanakan
usaha (Kemensos, 2014:2).Modul ini membahas 3 sesi, yaitu:
1. Mengelola keuangan keluarga
Pada sesi ini KSM akan diajarkan bagaimana mengatur pendapatan dan
pengeluaran keuangan yang seimbang dengan cara mampu memisahkan antara
kebutuhan dan keinginan. KSM

juga diberikan pengetahuan untuk menyusun

anggaran rumah tangga yang seimbang seperti menghitung rata-rata pendapatan dan
pengeluaran bulanan, membuat anggaran bulanan berdasarkan prioritas pengeluaran
dan mengendalikan pengeluaran sesuai anggaran tersebut.
25
Universitas Sumatera Utara

2. Cermat meminjam dan menabung
Pada sesi ini KSM akan diberikan materi bagaimana cermat meminjam untuk
kebutuhan bukan untuk keinginan. Disamping itu KSM juga dimotivasi untuk mau
merencanakan tabungan untuk kebutuhan masa depannya. Membangun keterampilan
meminjam uang secara terencana dan hati-hati agar tidak terus terjebak utang. Selain
membuat pertimbangan sebelum berutang dan memilih tempat meminjam yang tepat,
sesi ini juga berusaha membangkitkan kesadaran peserta akan pentingnya menabung
secara rutin dan disiplin sebagai salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan
berutang kembali.
3. Memulai usaha
Pada sesi ini KSM mulai diajarkan dan dikenalkan untuk membangun usaha
mandiri. Disini KSM didorong untuk mau menentukan ide usaha dengan benar dan
tidan merugikan perekonomian bagi KSM. Dengan pola usaha yang benar, maka
diharapkan KSM akan dapat membuka jalan rezeki yang sesuai dengan kebutuhan
daerahnya dan mampu menjadi sumber pendapatan lainya. Sesi ini membantu peserta
memahami

dasar-dasar

untuk

memulai,

mengembangkan

dan

memantau

keberlanjutan usahanya agar dapat menjadi sumber pendapatan keluarga. Adapun
langkah perencanaan usaha yang akan dipelajari meliputi: mengidentifikasi,
mengembangkan dan menilai kelayakan ide usaha; merencanakan keuangan dan
pemasaran usaha sertamengelola keuangan usaha (Kemensos, 2014:2).
Maka dari itu ketiga sesi ini dimaksudkan agar KSM mampu mengendalikan
keuangan keluarganya, kemudian mau menabung dan dengan hasilnya mampu
membuka usaha secara mandiri sebagai tambahan pendapatan bagi KSM. Perlu
dipahami bahwa pengetahuan dasar yang diberikan tidak akan menyelesaikan semua
masalah keuangan yang dihadapi peserta, namun membantu mereka untuk

26
Universitas Sumatera Utara

menguranginya secara bertahap. Diharapkan dengan materi ini lambat laun
perekonomian KSM akan meningkat dari hari kehari. Dengan pola usaha yang benar,
maka diharapkan KSM akan dapat membuka jalan rezeki yang sesuai dengan
kebutuhan daerahnya dan kemampuanya serta mampu menjadi sumber pendapatan
lainya.

2.5.4.3 Modul Kesehatan dan Gizi
Pada modul ini KSM akan diberikan materi tentang pola hidup asupan gizi
yang baik. Modul ini ditujukan kepada KSM agar mengetahui pola asupan gizi yang
baik untuk mendukung proses pelaksanaan fase transisi KSM. Filosofi model
kesehatan ini bahwa dengan anak yang sehat akan membawa si anak tersebut sukses
dalam bidang pendidikan maupun sosialisasinya (Kemensos, 2014). Modul ini
membahas 8 sesi, yaitu:
1.

1000 hari kehidupan pertama.

2.

Gizi ibu hamil

3.

Pelayanan ibu hamil

4.

Persalinan dan masa nifas

5.

Air Susu Ibu

6.

Makanan pendamping ASI

7.

BAB di jamban dan cuci tangan menggunakan sabun

8.

Kesakitan pada anak
Dengan materi ini KSM akan memahami tentang perilaku-perilaku sehat yang

bukan hanya untuk kalangan ekonomi atas, akan tetapi bisa digunakan oleh kalangan
ekonomi menengah kebawah. Jadi sehat itu bisa dinikmati oleh KSM.

27
Universitas Sumatera Utara

2.5.4.4 Modul Perlindungan Anak
Modul ini diberikan pada KSM agar mau merubah sikapnya terhadap anakanaknya. Dengan pengetahuan ini pula KSM akan bisa melakukan kontrol dalam
memperlakukan anak sesuai porsi haknya. Modul ini membahas 3 sesi, yaitu:
1. Pencegahan kekerasan terhadap anak.
2. Pencegahan penelantaran terhadap anak.
3. Pencegahan eksploitasi terhadap anak.
Materi ini disampaikan karena masih banyak KSM yang melakukan tindakantindakan tersebut dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarganya.
Padahal tindakan tersebut jelas melanggar Undang-undang perlindungan anak serta
dapat mengganggu perkembangan anak dan anak akan kehilangan hak-hak dasarnya
yang nantinya menimbulkan kegagalan dalam pendidikan dan masa depannya.
Apabila hal ini tetap dilakukan maka akan menimbulkan rantai kemiskinan pada
KSM. Oleh karena itu dengan program ini, sumber daya manusia kita akan
berkembang karena Ibu-ibu akan mengandung bayi yang sehat, dapat melahirkan
dengan selamat dan balita mendapat imunisasi yang lengkap sehingga angka
kematian Ibu dan anak akan turun dengan signifikan. Demikian juga tingkat drop-out
akan menurun dan pastisipasi sekolah anak akan naik. Semua itu akan bermuara pada
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia di masa depan. Disisi lain,
KSM juga akan memiliki pengetahuan model pengasuhan anak yang standar
sehingga dapat meningkatkan prestasi anak (Kemensos, 2014).

28
Universitas Sumatera Utara

2.6

Kerangka Pemikiran
Pendidikan untuk peserta PKH sangat dibutuhkan dalam rangka mengatasi

permasalahan kemiskinan yang berkaitan dengan pola pikir. Berkenaan dengan hal
tersebut, pemerintah telah mencanangkan pendekatan multidimensional, yaitu
kolaborasi antara PKH dengan pendidikan untuk keluarga, yaitu Family
Development Session (FDS).
Konsep FDS ini akan menjadi program baru Kementerian Sosial yang bekerja
sama dengan World Bank dan Unicef untuk memberikan pelatihan kepada KSM
melalui pendampingan agar KSM tersebut mengerti tentang pola hidup yang
sederhanan dan mapan. KSM akan memngimplementasikan materi-materi FDS
tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga masalah-masalah sosial yang
membelitnya bisa teratasi dan dapat menjalani pola hidup yang terus maju untuk
terlepas dari garis kemiskinan. Adapun materi FDS yang diberikan pada KSM
meliputi 4 topik, yaitu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial.
Dalam kajian pustaka sebelumnya dapat diketahui bahwa respon masyarakat
diukur dengan kognitif, afektif dan konatif. Kita dapat memahami dan menilai
bagaimana respon masyarakat apakah bersifat positif atau negatif dalam
menerima/menolak maupun mengharapkan/menghindari serta ikut serta atau tidak
dalam suatu program yang telah dilaksanakan sehingga dapat diketahui respon
masyarakat terhadap program tersebut apakah positif, netral ataupun negatif.
Ada beberapa indikator dari kognitif, afektif dan konatif masyarakat dalam
pelaksanaan program FDS di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas,
yaitu:

29
Universitas Sumatera Utara

1. Kognitif, mencakup bagaimana pengetahuan dan pemahaman masyarakat
mengenai pelaksanaan program FDS, seperti tujuan, manfaat dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan program FDS.
2. Afektif, mencakup bagaimana penilaian masyarakat saat menjalani program
FDS, apakah masyarakat menerima atau menolak program ini.
3. Konatif, mencakup bagaimana perilaku masyarakat dalam menerima program
FDS, apakah mendukung netral ataupun menolak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon peserta program
FDS, khususnya masyarakat di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas
dalam pelaksanaan program Family Development Session(FDS). Program yang
diterima dengan baik oleh peserta mencerminkan adanya manfaat dari program
tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk pengambilan
kebijakan selanjutnya perihal penyelenggaraan program Family Development Session
(FDS). Adapun skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan pada bagan sebagai berikut:

30
Universitas Sumatera Utara

Bagan 2.1
Bagan Alur Pikiran

Program Family Development Session (FDS)
oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia

Masyarakat di Kelurahan Timbang Deli
Kecamatan Medan Amplas

RESPON
(Positif, Netral, Negatif)

Respon Kognitif:

Respon Afektif:

Respon Konatif:

Bagaimana

Bagaimana penilaian

Bagaimana perilaku

pengetahuan dan

masyarakat saat

masyarakat dalam

pemahaman

menjalani program

menerima program

masyarakat

FDS, apakah

FDS, apakah

mengenai

masyarakat

mendukung netral

pelaksanaan program

menerima atau

ataupun menolak.

FDS, seperti tujuan,

menolak program

manfaat dan lain

ini.

sebagainya yang
berhubungan dengan
program FDS
tersebut.

31
Universitas Sumatera Utara

2.7

Definisi Konsep
Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut

dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:138). Dalam hal ini, peneliti ingin menegaskan
dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Adapun batasan konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Respon diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik
sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan,
suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2. Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berlineryang menjelaskan tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
3. Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik yang
merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak.
4. Family Development Session (FDS) merupakan proses belajar peserta
PKHberupa pemberian dan pembahasan informasi praktis di bidang kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan kesejahteran keluarga yang disampaikan melalui
peretemuan kelompok bulanan.

32
Universitas Sumatera Utara

2.8

Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang

sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses
pengukuran variabel tersebut. Definisi operasional akan mempermudah peneliti
dalam melakukan pengukuran (Sarwono, 2006: 27).
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian
ini, maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat
dalam pelaksanaan program Family Development Session (FDS) meliputi:
a. Kognitif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session
(FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas mengenai
pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan tujuan, manfaat dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan program FDS.
b. Afektif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session
(FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas mengenai
penilaian masyarakat saat menjalani program FDS, apakah masyarakat
menerima atau menolak program ini.
c. Konatif masyarakat dalam pelaksanaan program Family Development Session
(FDS) di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas mengenai
perilaku masyarakat dalam menerima program FDS, apakah mendukung netral
ataupun menolak.

33
Universitas Sumatera Utara