Perawatan Lanjut Usia dengan Demensia oleh Keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

(1)

PERAWATAN LANJUT USIA DENGAN DEMENSIA OLEH

KELUARGA DI KELURAHAN TIMBANG DELI

KECAMATAN MEDAN AMPLAS

SKRIPSI

Oleh

SYAFRIANI

081121003

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Perawatan Lanjut Usia dengan Demensia oleh Keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas Nama Mahasiswa : Syafriani

Nim : 081121003

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.kep)

Tahun : 2009

Tanggal Lulus : 11 Januari 2010

Pembimbing Penguji I

--- ---

Iwan Rusdi, SKp, MNS Siti Zahara Nasution, SKp, MNS

Nip. 19730909 200003 1 001 Nip. 19710305 200112 2 001

Penguji II

--- Ismayadi, S.Kep, Ns

Nip. 19750629 200212 1 002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini Sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Medan, 11 Januari 2010

--- Erniyati, SKp, MNS


(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan rahmatNya sehimgga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Perawatan Lanjut usia Dengan Demensia Oleh Keluarga Di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dr.Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Iwan Rusdi, SKp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya dengan penuh kesabaran dalam penyelesaian Skripsi ini. dan Ibu Siti Zahara Nasution, SKp, MNS selaku penguji II yang telah memberikan waktunya untuk menghadiri ujian Skripsi saya, dan Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dalam penelitian ini,

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Lurah Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas, yang telah memberi kesempatan pada peneliti di lingkungan yang Bapak Pimpin.

Kedua orang tua yang telah banyak memberikan dukungan baik moril dan materil bagi peneliti Suami tercinta M.Nurdinsyah, Amd yang telah banyak membantu dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, tak lupa buat Hafiz dan Ariel anak tersayang yang hampir terabaikan selama penulis menyelesaikan kripsi ini.


(4)

Buat temanku kak Masita, kak Rina, kak silvi dan dede, Jakson, Muis, zakiah terima kasih atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa juga buat teman-teman angkatan 2008 yang penulis tak sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan semangat serta dukungannya pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Judul ... i

Pengesahan ……….. ii

Prakata ………. iii

Daftar isi ……….... iv

Daftar tabel ……… v

Abstrak ……….. vi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ……… 1

2. Pertanyaan Penelitian ……….. 4

3. Tujuan Penelitian ……… 4

4. Manfaat Penelitian ……….. 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ………. 6

1. Lanjut usia 1.1 Defenisi Usia Lanjut ……..……….. 7

1.2Teori-teori Penuaan………….……….. 7

1.3Batasan-batasan Lanjut Usia………. 9

1.4Perubahan-perubahan Pada Lanjut Usia…….………..……… 10

1.5Masalah-masalah Pada Lanjut Usia...………..…………. ... 12

2. Demensia……… … 15

2.1 Defenisi demensia……… 11

2.2Tanda dan Gejala demensia……….. . . 15

2.3Tahapan-Tahapan pada demensia……… . 15

2.4Pencegahan……….. 16

3. Defenisi Keluarga………….………... 18

3.1Fungsi Keluarga.. …….………...……. 18

3.2Fungsi Keluarga..……….………… 19

3.3Tugas-tugas Keluarga………..…….…. . 20


(6)

4.1Aktifitas Hidup Sehari-hari Pada Lanjut Usia………. 20

4.2 Ciptakan Lingkungan Yang Aman Dan Nyaman..…………... 24

Bab 3. Kerangka Penelitian ……….. 19

1. Kerangka Konseptual………... 27

2. Defenisi Operasional ……….……… 28

Bab 4. Metode Penelitian ... 25

1. Desain Penelitian ……… 29

2. Populasi dan Sampel ………...………... 30

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….………….. 30

4. Pertimbangan Etik ………... 30

5. Instrumen Penelitian ……….... 31

6. Uji Realibilitas dan Validitas ………... 32

7. Pengumpulan data .. ……… 32

8. Analisa Data ……… 33

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ………. 34

1. Hasil ……… 35

2. Karakteristik Responden ……… … 35

3. Perawatan Lansia Dengan Demensia………...…… 37

4. Pembahasan………... 41

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ……… 45

1. Kesimpulan ……….……. 45

2. Saran ………... 46 Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran Inform Consent

Jadwal Tentatif Penelitian Taksiran Dana


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden di Kecamatan Timbang Deli Medan

Amplas………...36 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan perawatan

lansia dengan demesia di Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas………...37 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Kebutuhan

Aktifitas

Primer(N=71)……...…...……….38 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Kebutuhan

Aktifitas Rumah Tangga (N=71)....………...……….,…..39

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Kebutuhan

Aktifitas Waktu Luang (N=71).………...………..41


(8)

Judul : Perawatan Lanjut Usia Dengan Demensia Oleh Keluarga Di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas Nama Mahasiswa : Syafriani

Nim : 081121003

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep)

Abstrak

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Peningkatan angka jumlah lansia menyebabkan munculnya masalah-masalah penyakit pada lanjut usia, antara lain kejadian kasus demensia pada lansia, dukungan keluarga penting bagi penderita demensia, dalam menghadapi kemunduran pada lansia mereka membutuhkan bantuan dalam mencapai rasa tentram, nyaman, kehangatan, dan perlakuan yang layak dari lingkungannya, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perawatan lansia dengan demensi oleh keluarga, penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Oktober sampai 1 desember di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas,

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftip dengan besar sampel sebanyak 71 orang dengan metode pengambilan sampel secara purposive sampling yang sesuai dengan kreteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama data Demografi responden mencakup jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, agama, suku, pekerjaan, kedua data perawatan lansia dengan demensia. Hasil penelitian perawatan lansia dengan demensia berdasarkan kebutuhan aktivitas primer menunjukkan hasil 60,9% dengan kategori cukup, kebutuhan aktivitas rumah tangga 65,2% dengan kategori cukup, dan aktivitas waktu luang 60,9% dengan kategori cukup, dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluaraga agar dapat memahami pentingnya perawatan lansia dengan demensia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.


(9)

Judul : Perawatan Lanjut Usia Dengan Demensia Oleh Keluarga Di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas Nama Mahasiswa : Syafriani

Nim : 081121003

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep)

Abstrak

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Peningkatan angka jumlah lansia menyebabkan munculnya masalah-masalah penyakit pada lanjut usia, antara lain kejadian kasus demensia pada lansia, dukungan keluarga penting bagi penderita demensia, dalam menghadapi kemunduran pada lansia mereka membutuhkan bantuan dalam mencapai rasa tentram, nyaman, kehangatan, dan perlakuan yang layak dari lingkungannya, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perawatan lansia dengan demensi oleh keluarga, penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Oktober sampai 1 desember di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas,

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftip dengan besar sampel sebanyak 71 orang dengan metode pengambilan sampel secara purposive sampling yang sesuai dengan kreteria peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama data Demografi responden mencakup jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, agama, suku, pekerjaan, kedua data perawatan lansia dengan demensia. Hasil penelitian perawatan lansia dengan demensia berdasarkan kebutuhan aktivitas primer menunjukkan hasil 60,9% dengan kategori cukup, kebutuhan aktivitas rumah tangga 65,2% dengan kategori cukup, dan aktivitas waktu luang 60,9% dengan kategori cukup, dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluaraga agar dapat memahami pentingnya perawatan lansia dengan demensia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun

atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Indonesia sendiri pada tahun 2000, jumlah lansia meningkat mencapai 9,99% dari seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup usia 65-70 tahun dan pada tahun 2020 di perkirakan akan mencapai 30 juta orang dengan umur harapan hidup 70-75 tahun (Badan Penelitian Statistic, 1992).

Demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan

kemampuan kognitif secara global dan progresif yang di hubungkan dengan masalah fisik (Watson, 2003). Mengenal penyakit demensia menyerang usia manula, bertambahnya usia maka makin besar peluang menderita penyakit demensia. peningkatan angka kejadian dan prevalensi kasus demensia mengikuti meningkatnya usia seseorang setelah lewat usia 60 tahun, prevalensi dari demensia berlipat dua kali setiap kenaikan 5 tahun usia. Dengan meningkatnya usia harapan hidup suatu populasi di perkirakan akan meningkat pula prevalensi demensia, dan di seluruh dunia di perkirakan lebih dari 30 juta penduduk menderita demensia dengan berbagai sebab. Pada Negara-negara maju terjadi perubahan dramatik demografi penduduknya, yaitu meningkatnya populasi usia


(11)

lanjut. Populasi di atas 65 tahun. Di amerika serikat di duga meningkat dari 33,5 juta pada tahun 1995 menjadi 39,4 juta pada tahun 2010 dan diperkirakan menjadi lebih dari 69 juta pada tahun 2030. dengan peningkatan ini muncul masalah – masalah penyakit pada usia lanjut. ” Di Indonesia sendiri, menurut data profil kesehatan yang di laporkan oleh departemen kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun keatas kasus demensia” (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira – kira 5 % usia lanjut 65 -70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia di atas 85 tahun. Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan intelektual yang berat pada orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu masalah dalam perawatan orang usia lanjut di rumah (Depkes RI). Dimedan, kelurahan timbang deli sendiri jumlah lansia dari umur rata-rata 70-90 tahun sebagian besar mengalami kepikunan, dari jumlah lansia 356 dengan umur 60-90 tahun yang ada di Kelurahan Timbang Deli.

Dalam menghadapi kemunduran , mereka membutuhkan bantuan dalam mencapai rasa tentram , nyaman, kehangatan, dan perlakuan yang layak dari lingkungannya, memberikan perhatian pada orang lanjut usia dan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung kepada orang lain , mampu membantu diri

sendiri, menjaga kesehatan sendiri adalah kewajiban keluarga

Peran Keluarga, Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal dirumah. Hidup bersama


(12)

dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat mambantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang dialami penderita demensia. Dukungan keluarga penting bagi penderita demensia. Berikut dukungan yang bisa di berikan untuk membantu penderita demensia. a. Pelajari lebih dalam tentang demensia. b. Curahkan kasih sayang dan berusaha untuk tenang dan sabar dalam menghadapi penderita. c. Berusaha memahami apa yang diderita penderita. d. Perlakukan penderita demensia sebagaimana biasa, tetap hormati dan usahakan untuk tidak berdebat dengan penderita. e. Bantu penderita melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami penurunan. Menjalani mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa memberikan keteraturan pada penderita. f. Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi. g. Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah terjadinya kecelakaan pada penderita yang senang jalan-jalan (Mardjono, 2008).

Dalam keluarga , usia lanjut merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa sedangkan dalam kehidupan nasional, usia lanjut merupakan sumber daya yang bernilai sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman kehidupan yang dimilikinya yang dapat di manfaatkan untuk


(13)

meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhnya. Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan di bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa di laksanakan di puskesmas-puskesmas ataupun rumah sakit serta di rumah dan institusi lainnya (Darmono, 2009).

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah perawatan yang akan di berikan pada lansia dengan demensia oleh keluarga.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi perawatan lansia dengan demensia di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk sebagai informasi dan masukan dalam memberikan intervensi terhadap perawatan lansia dengan demensia yang di lakukan oleh keluarga.

4.2 Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi base evidence yang diitegrasikan dalam wahana pembelajaran keperawatan komunitas, khususnya keperawatan gerontik


(14)

tentang materi pembelajaran perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga, sehingga informasi ini dapat di kembangkan.

4.3 Peneliti keperawatan

Dapat mrnjadi sumber informasi dan data tambahan bagi peneliti

selanjutnya mengenai perawatan lansia dengan demensia

4.4 Penelitian untuk keluarga

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi keluarga tentang

perawatan lansia dengan demensia


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam Bab ini akan dibahas tentang teori, konsep dan variabel dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu perawatan lansia dengan demensia.

1. Lanjut Usia

1.1 Defenisi lanjut usia 1.2 Teori - Teori Penuaan 1.3 Batasan – batasan lanjut usia 1.4 Perubahan-perubahan pada lansia 1.5 Masalah - Masalah pada lanjut usia

2. Demensia

2.1 Tanda dan Gejala Demensia 2.2 Tahapanptahapan pada Demensia 2.3 Pencegahan

3. Keluarga

3.1 Peranan Keluarga 3.2 Fungsi Keluarga 4. Peran Perawatan Keluarga

4.1 Aktivias hidup sehari-hari pada lansia


(16)

1. Lanjut Usia

1.1 Defenisi lanjut usia

Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo, 1999). Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Nugroho, 1999).

Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup

seseorang, yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).

1.2 Teori - teori penuaan

Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.

1.2.1. Teori Biologis

Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat


(17)

sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya usia.

Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik.

Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri dari masyarakat.

Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah


(18)

berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia.

Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003).

1.3 Batasan – batasan lanjut usia

Menurut organisasi kesehatan dunia, lanjut usia meliputi : usia pertangahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun), lanjut usia tua (75-90) dan usia sangat tua di atas 90 tahun (Hurlock, 2002), Menurut Muhammad 1996 dalam Mckenzie, 2007) masa lanjut usia adalah 65 tahun ke atas, sedangkan menurut Masdani (1996) mengatakan usia lanjut adalah kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu : pertama fase investus yaiti antara 25-40 tahun ; kedua fase vertilitas yaitu antara 40-50 tahun ; ketiga fase praesenium yaitu antara 55-65 tahun dan keempat fase senuim yaitu antara 65 sampai tutup usia. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 seorang dapat dikatakan lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 60 tahun ke atas (Nugroho, 2000).


(19)

1.4 Perubahan-perubahan pada lanjut usia

Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan dengan ; (1) penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada makromolekular, (2) penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid, (3) penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi substansi dan (4) penuaan pada organisme (Nugroho, 1999).

Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih (Hodkinson, 1982).


(20)

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

a. Perubahan – perubahan fisik meliputi perubahan sel, sistem pernafasan,

sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem cardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit dan sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada bentuk dan fungsi masing – masing.

b. Perubahan –perubahan mental: perubahan- perubahan mental pada lansia

berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak berubah namun terjadi perubaha dalam gaya membayangkan (Nugroho, 2000).

c. Perubahan – perubahan psikososial: Pensiun dimana lansia mengalami

kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman, dan kehilangan pekerjaan , kemudian akan merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup, penyakit kronik dan ketidakmampuan, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan dan hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat konsep diri dan gambaran diri (Nugroho, 2000).

d. Perkembangan spiritual: Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya (Maslow, 1970 dalam Nugroho, 2000).

e. Perubahan minat: Terdapat hubungan yang erat antar jumlah keinginan

dan minat orang pada seluruh tingkat usia dan keberhasilan penyesuaian mereka. Keinginan tertentu mungkin di anggap sebagai tipe keinginan dan minat pribadi,


(21)

minat untuk berekreasi keinginan sosial, keinginan yang bersifat keagamaan dan keinginan untuk mati (Hurlock, 1999).

1.5 Masalah - masalah pada lanjut usia

Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain.

Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih memfunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.

Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia.


(22)

Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2003).

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi.

Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria (Watson, 2003).

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 1995).

Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit.


(23)

Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan keluarga.

Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

2. Demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemempuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik (Watson, 2003).

Demensia adalah penurunan kemanpuan mental yang biasanya berkembang secara berlahan, dimana menjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan


(24)

kemampuaan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian (Akperketapang, 2008).

2.1 Tanda dan Gejala Demensia

a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas. b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata atau cerita yang sama berkali- kali. d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul. e. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah (Hurley, 1998).

2.2 Tahapan-tahapan pada Demensia

Stadium I / awal : Berlangsung 2-4 tahun dan di sebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun.” Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang di alami,” dan tidak menggangu aktivitas rutin dalam keluarga.

Stadium II / pertengahan : Berlangsung 2-10 tahun dan di sebut pase demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi, gangguan bahasa (afasia). Penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat


(25)

melakukan kegiatan sampai selesai, Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar, Gangguan siklus tidur ganguan, Mulai terjadi inkontensia, tidak mengenal anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi ” Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungan ”.

Stadium III / akhir : Berlangsung 6-12 tahun. ” Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dangangguan komunikasi yang parah (membisu), ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman, gangguan mobilisasi dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur, tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain dan kematian terjadi akibat infeksi atau trauma (Stanley, 2007).

2.3 Pencegahan

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajamman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak seperti ; a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan. b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif. Seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.tetap berintraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi.


(26)

d. Mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat (Hurley, 1998).

1). Beri makan otak

Anda adalah yang anda makan. Kalau banyak makan junk food, maka otak kita jadi sampah juga. Lemak dalam makanan berkadar lemak tinggi bisa berimbas buruk pada sinaps otak. Sinaps adalah bagian yang menghubungkan neuron otak dan penting untuk belajar serta mengingat. Untuk menyehatkan bagian ini, makan makanan yang mengandung aga bisa meningkatkan daya ingat, berfikir lebih jernih dan mengurangi resiko penyakit kognitif. Sebab olah raga akan mengurangi tekanan pada tubuh, memompa energi lebih banyak ke otak. Aktifitas ini juga memicu pelepasan bahan kimia yang menguatkan neuron. Cukup setengah saja setiap hari, jangan lupa lakukan peregangan otot.

2). Olah Otak

Mengisi TTS, main games memori, ternyata juga olah otak yang mencegah kepikunan.aktivitas ini menstimulasi otak sehingga otak kita terlatih untuk mengingat-ingat selalu alias tidak malas berfikir. Semua itu membuat sistem otak kita selalu siap bekerja kapan saja, tidak mogok.

3). Trik Memori

Kegiatan ini membiasakan kita mengingat-ingat dan mengontrol daya ingat. Membuat prediksi juga bisa membantu proses daya ingat. Latihan ini


(27)

berguna sebab kadang saat kita punya suatu ide, kita lupa data-data lain yang bisa mendukung ide tersebut.

4). Istirahatkan

Walau otak kita jenius, kalau di pakai terus juga akan lemah. Maka beri istirahat agar kelak bisa bekerja lebih baik lagi. Sebuah studi mengatakan, tidur 90 menit di siang hari bisa membantu kinerja otak (Hurley, 1998).

3. Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Friedman, 1986).

3.1 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu, dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga, sebagai berikut : (1). Peranan ayah, ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperana sebagai mencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota mesyarakat dari lingkungannya. (2). Peranan ibu, sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu


(28)

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. (3). Peranan anak, anak-anak melaksanakan peranannya psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Effendy (1998).

3.2 Fungsi Keluarga

Adapun fungsi yang dapat di jalankan keluarga sebagai berikut :

1) Fungsi biologis : a. Untuk meneruskan keturunan. b. memelihara dan membesarkan anak. c. memenuhi kebutuhan gizi keluarga. d. memelihara dan merawat keluarga. (2). Fungsi psikologis : a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman. b. memberikan perhatian diantara anggota keluarga. c. membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. d. memberikan identitas keluarga. (3). Fungsi sosialisasi : a. Membina sosialisasi pada anak. b. membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c. meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. (4). Fungsi ekonomi : a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b. pengaturan penggunan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak. (5). Fungsi pendidikan : a. Mensekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai denganbakat dan minat yang di milikinya. b. mempersiapkan anak untuk


(29)

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa. c. mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy, 1998).

3.3 Tugas-tugas Keluarga

Ada delapan tugas pokok keluarga sebagai berikut : (1). Pemelihara fisik keluarga dan para anggotanya. (2). Pemelihara sumber-sumber daya yang adadalam keluarga. (3). Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing. (4). Sosialisasi antar anggota keluarga. (5). Pengaturan jumlah anggota keluarga. (6). Pemelihara ketertiban anggota keluarga. (7). Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. (8). Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy, 1998).

4. Peran perawatan Keluarga

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam perawatan lansia dengan demensia yang tinggal di rumah, keluarga dapat membantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami penurunan.

4.1 Aktivitas hidup sehari-hari pada lanjut usia

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan dan muskuloskeletal


(30)

diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Pergerakan itu sendiri merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan. Pergerakan ini di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya 1. Tingkat perkembangan tubuh dimana peningkatan usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh, 2. Kesehatan fisik, dijelaskan bahwa penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh, 3. Keadaan nutrisi, yang umum terjadi pada lansia adalah kurangnya nutrisi yang dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas sehingga menyebabkan pergerakan muskuloskeletal menjadi kurang bebas, 4. Kelemahan neuromuskuler dan skletal, yang dapat dilihat dengan adanya abnormal postur seperti skolosis, lordosis, dan kiposis sehingga klien lanjut usia akan mengalami keterbatasan (Tarwotoh, 2004).

Aktivitas kegiatan sehari-hari adalah hal –hal yang dilakukan seseorang dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan. Aktivitas ini meliputi kebersihan diri, mandi, berpakaian, makan, buang air kecil dan air besar dan berpindah. Indeks ketidaktergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari- hari tergantung pada evaluasi fungsional ketidaktergantungan dan ketergantungan pasien dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontinensia dan makan.


(31)

Mandi (Sponge, shower, atau tub) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan yang hanya dalam mandi satu bagian (seperti mandi punggung atau ketidakmampuan ekstremitas) atau mandi sendiri dengan lengkap. Ketergantungan akan bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh merupakan bantuan saat masuk dan keluar tub atau tidak mandi sendiri.

Berpakaian meliputi aspek ketidaktergantungan berupa mengambil pakaian dari lemari dan laci, mengenakan pakaian luar, kutang, menangani pengikat ; melakukan pengikat tali sepatu adalah pengecualian. Ketergantungan yaitu tidak mengenakan pakaian sendiri atau tetap tidak berpakaian sebagian.

Pergi ke toilet meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi pergi ke toilet; masuk dan keluar dari toilet, mengatur pakaian, membersihkan organ ekresi. (mungkin menangani bedpan sendiri yang di gunakan pada malam hari dan mungkin atau juga tidak menggunakan bantuan mekanis).

Berpindah meliputi ketidaktergantungan berupa bergerak masuk dan keluar dari tempat tidur secara mandiri dan pindah kedalam dan keluar dari kursi secara mandiri (mungkin atau mungkin juga tidak menggunakan bantuan mekanik). Ketergantungan meliputi bantuan dalam bergerak masuk dan keluar tempat tidur dan atua kursi ; melakukan satu atau dua perpindahan.

Kontinensia meliputi aspek ketidaktergantuan berupa berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh tubuh. Ketergantungan akan inkontinensia parsial atau total dalam berkemih atau defekasi; dikontrol parsial


(32)

atau total dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal dan atau bedpan secara teratur.

Makan meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi bantuan mengambil makanan atau memasukan makanannya kedalam mulut; (memotong-motong daging terlebih dahulu dan menyiapkan makanan, seperti mengoleskan mentega ke dalam roti). Ketergantungan berupa bantuan dalam tindakan makan ;tidak makan sama sekali atau makan secara parenteral.

Berbagai kemunduran fisik mengakibatkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan mobilitas dan perawatan diri. Kemunduran fungsi mobilitas meliputi penurunan kemampuan mobilitas ditempat tidur, berpindah, jalan/ambulasi, dan mobilitas dengan alat adaptasi. Kemunduran kemampuan perawatan diri meliputi penurunan kemampuan aktivitas makan, mandi, berpakaian, defekasi, dan berkemih, merawat rambut, gigi, serta kumis dan kuku.

Kemunduran gerak fungsional dapat di kelompokan menjadi tiga bagian diantaranya : (1) mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain. (bisa saja lansia membutuhkan bantuan alat adaptasi seperti alat bantu jalan, alat kerja, dan lain-lain), (2) di bantu sebagian, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain, (3) dibantu total, yaitu aktivitas di lakukan sepenuhnya dengan pengawasan dan bantuan orang lain karena lansia tidak dapat melakukan aktivitasnya (Shmitz, 1994).


(33)

Ada beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam kemampuan fungsional menurut indeks Katz yang mengukur aktivitas fungsional mencakup kemampuan aktivitas mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, mengontrol defekasi dan berkemih, dan makan.

Menurut Katz Aktivitas sehari-hari pada lansia dapat diklasifikasikan menjadi : 1). Kebutuhan primer (aktivitas sehari-hari) adalah hal-hal yang dilakukan seseorang dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan, meliputi makan, mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah buang air kecil dan air besar. 2). Aktivitas rumah tangga (instrumental) meliputi kebersihan kamar, tempat tidur, mencuci menyiapkan makanan, merapikan pakaian dan berbelanja. 3). Aktivitas waktu luang. Meliputi saling bercerita, bermain kartu, mendengarkan radio, menonton TV, berkebun dan berternak, mengerjakan keterampilan tangan seperti menyulam, menjahit dan lain-lain (Darmojo, 1995).

4.2 Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.

Penderita demensia mudah menjadi binggung oleh suara atau warna yang berlaianan atau dalam lingkungan yang asing dan menakutkan, seperti langkah-langkah berikut ini :

Fokus pada konsistensi : a. Jagalah konsistensi dengan tetap meletakkan furnitur pada tempat yang sama, b. Bantu penderita menjalin hubungan dengan masa lalu dengan objek yang dikenali, seperti foto-foto lama, kursi kesayangan, lemari atau pakaian, topi, atau pajangan.


(34)

Gunakan warna dan kontras : a. Gunakan warna untuk mendapatkan efek menenangkan. Dari pada menggunakan warna-warna terang seperti putih,kuning, oranye, atau merah, gunakan warna pastel yang lebih lembut, seperti pink, biru muda, kuning gading, kream, hijau, ungu muda, dan cokelat muda . jangan gunakan cat yang berkilau atau menyolok supaya tidak silau, b. Buatlah warna lebih kontras. Pengidap demensia tidak bisa membedakan warna dinding yang putih dengan warna pintu abu-abu atau gagang pintu. Itu sebabnya sebaiknya anda mengecat dinding dengan warna pintu atau gagang pintu yang lebih gelap.

Perhatikan lantai : a. Jaga permukaan lantai tetap bersih dan kosong, b. Gunakan keramik lantai yang tidak licin supaya tidak terpeleset serta perlu banyak tekstur, c. Gunakan karpet untuk mencegah terpeleset. Namun, jika anda takut pengidap demensia buang air kecil sembarangan sebaiknya gunakan lantai yang sedikit bergelombang/bergirigi atau tidak terlalu berkilau dan gelap supaya tidak tersandung.

Batasin gangguan : a. Kurangi gangguan suara dan tumpukan barang, setel musik latar yang menenangkan atau musik favorit. Kontrollah penggunaan remote kontrol televisi dan sebaiknya dering telepon juga dikurangi, b. Hindari pencahayaan yang redup dan suram, jika bisa gunakan cahaya alami dari matahari atau lampu yang terang.

Sebaiknya miliki furnitur yang nyaman : a. Cari bahan yang tidak menyerap cairan untuk menutup furnitur atau belilah tempat berbaring yang


(35)

nyaman. Untuk memilih kursi, sebaiknya yang punya sandaran atau tempat untuk menaruh lengan.

Beri arah atau tanda : a. Bereksperimenlah dengan label, gambar, dan angka yang membantu orientasi pengidap demensia dan ia jadi mengerti keberadaannya, b. Bertanggung jawablah akan keamanan. Jaga ruangan atau jalan bersih dan waspadai furnitur yang runcing dan menonjol. Sebaiknya taruh kunci di pintu dan lemari. Sembunyikan tombol atau pengontrol kompor, pemanas air, dan barang-barang berbahaya lainnya.

Hias dinding untuk membuat perbedaan : a. Pasang gorden dengan bahan kain yang bervariasi umumnya penderita demensia menyukai tekstur kain seperti wol atau sutera, dan dekorasiseperti ini tidak membuat bingung di banding pemisah ruangan dari kaca atau cermin.

Cegahlah lansia jatuh : Jatuh dapat menimbulkan cedera yang dapat mengancam nyawa orang lanjut usia, adapun langkah-langkah pencegahanya : a. Jaga agar rumah selalu terang dengan menggunakan lampu yang terangdan lampu di atas kepala, nyalakan lampu khusus untuk malam hari di seluruh rumah. b. kencangkan karpet dan area di lantai. Gunakan karpet yang tidak licin. c. jaga kabel listrik dalam keadaan rapi dan tidak malang melintang di tempat orang lalu lalang. d. pasang pegangan tangan di kamar mandi dan di tangga. di dapur, simpan barang-barang agar mudah di ambil jangan gunakan lemari atau rak yang terlalu tinggi sehingga perlu tangga untuk menjangkaunya (Hurley, 1998).


(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di kelurahan timbang deli medan. Diklasifikasikan menjadi kebutuhan primer meliputi makan, mandi, perpakaian, pergi ketoilet, buang air kecil dan air besar. Aktivitas rumah tangga meliputi kebersihan kamar, tempat tidur, mencuci, menyiapkan makanan, merapikan pakaian dan berbelanja, dan Aktivitas waktu luang meliputi saling bercerita, bermain kartu, mendengarkan radio, menonton TV, berkebun dan berternak, mengerjakan keterampilan tangan seperti menyulam, dan lain-lain (Darmojo, 1995).

Skema 1 : Kerangka penelitian perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

Keluarga dengan Lanjut Usia Demensia

Perawatan Lanjut Usia dengan Demensia

1. Aktivitas Primer

2. Aktivitas Rumah

Tangga

3. Aktivitas Waktu


(37)

2. Defenisi Operasional

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam merawat lansia dengan demensia di rumah, seluruh anggota keluargapun di harapkan aktif dalam membantu lansia agar dapat melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman, untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan meliputi aktivitas primer, aktivitas rumah tangga, aktivitas waktu luang.

Keluarga dapat membantu dan meningkatka lansia dalam melakukan aktivitas primer, lansia dapat melakukan aktivitasnya di dalam rumah maupun lingkungan. Seperti makan, mandi, berpakaian, pergi ke toilet, buang air kecil dan air besar, ibadah dan istirahat.

Keluarga dalam penelitian ini berperan sangat penting bagi lansia untuk dapat melakukan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan di luar aktivitas primer seperti kebersihan kamar, tempat tidur, menyiapkan makanan, merapikan pakaian dan berkomuniksi.

Keluarga di harapkan dapat membantu lansia mengisi waktu kosong dalam kesehariannya seperti mendapatkan hiburan, kegiatan berkumpul bersama, saling bercerita, rekreasi, bermain kartu, mendengarkan radio, menonton TV, berkebun, dapat menyalurkan kegemaran olah raga dan lain-lain.


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini di gunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui perawatan lanjut usia dengan demensia oleh keluarga di Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas.

2. Populasi dan Sampel A. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang memiliki lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas dengan jumlah populasi 356 orang data pada bulan Oktober 2009.

B. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lanjut usia dengan demensia sebanyak 71 orang yang diambil 20 -25% dengan penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumus menurut Arikunto (2002).

C. Tehnik Sampling

Tehnik Sampling dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara purposive sampling. Yang di lakukan dengan mengambil responden yang tersedia dan memenuhi kriteria sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah; 1) keluarga yang tinggal bersama lanjut usia yang berumur 60 tahun


(39)

atau lebih yang bukan lanjut usia. 2) keluarga yang bersedia menjadi responden peneliti dan 3) keluarga yang dapat berkomunikasi dan berbahasa Indonesia dengan baik, 4) keluarga yang memiliki lanjut usia dengan tanda dan gejala demensia ditandai menurunnya daya ingat ”lupa” pada penderita, gangguan orientasi waktu dan tempat, penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, ekspresi yang berlebihan, adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas, alasan dilakukan penelitian dilokasi ini karena di Kelurahan Timbang Deli tersebut memiliki jumlah keluarga dengan lanjut usia yang berumur 60 tahun atau lebih cukup besar sebanyak 365 orang, sehingga lebih memudahkan dalam mendapatkan sampel yang memadai sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Selain itu, di Kelurahan Timbang Deli tersebut juga belum pernah diteliti mengenai perawatan lanjut usia dengan demensia oleh keluarga. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2009.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini di lakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, selanjutnya mengirim surat permohonan untuk mendapat izin dari Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas. Setelah mendapatkan izin dari Kelurahan, peneliti memulai dengan kumpulan data, lembar persetujuan di berikan pada calon responden yang di teliti dan


(40)

menjelaskan maksud, tujuan, prosedur penelitian, responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang di lakukan kemudian peneliti akan menanyakan kesedian menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent) jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.untuk menjaga kerahasian responden, peneliti hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing kuesioner. Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti yang hanya kelompok data tertentu saja yang dilapor sebagai hasil penelitian yang digunakan hanya untuk kepentingan peneliti.

5. Instrumentasi Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan perpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari 2 bagian yaitu :

Kuesioner data demografi meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku,

pendidikan, pekerjaan,

Instrumen kedua berupa kuesioner dalam bentuk skala linkert untuk mengidentifikasi perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga yang diisi oleh responden, yang terdiri dari 20 pertanyaan, dengan pilihan jawabannya yaitu 1. Tidak pernah (TP), 2. Jarang (JR), 3. Kadang-kadang (KD), 4. Sering (SR). Dengan skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan skor terendah adalah 1, dimana jawaban sering (SR) bernilai 4, kadang-kadang (KD) bernilai 3, jarang (JR)


(41)

bernilai 2, tidak pernah (TP) bernilai 1. Semakin tinggi skor maka semakin baik perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga. Total skor diperoleh, terendah 20 dan skor tertinggi 80.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (1992) adalah : P ═ Rentang

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 60 dan 3 kategori kelas untuk menilai perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga, yaitu baik, cukup, kurang, maka di dapat panjang kelas 20 mengunakan P = 20 dan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di kategorikan interval sebagai berikut ; 20 – 40 Buruk, 41 – 60 Cukup, 61- 80 Baik.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas

Hal kedua yang penting untuk mengevaluasi keadekuatan instrumen adalah uji validitas yang berkaitan dengan nilai sesungguhnya dari hasil dan merupakan karakteristik yang penting dari penelitian yang baik yang kita pikirkan sedang diukur . Dalam hal ini telah diuji oleh Bapak Iwan rusdi, SKp,MNS.


(42)

6.2 Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen di lakukan uji reliabilitas instrumen yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau di andalkan untuk di gunakan sebagai alat pengumpul data, suatu alat ukur disebut pempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dan dapat di handalkan.

Untuk melihat reliabilitas suatu instrumen, maka pertama-tama harus mempunyai alat ukur yang standar, dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yang dapat diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan. Uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha dengan menggunakan program komputerisasi. Setelah di reliabilitas maka diperoleh nilai untuk kebutuhan aktivitas primer 0,737, dan kebutuhan aktivitas rumah tangga 0,696, sedangkan kebutuhan aktivitas waktu luang 0,746, Koefisien reabilitas yang dianggap baik adalah nilai yang lebih besar dari 0,6 dan kuesioner ini sudah di reliabel dan layak digunakan dalam penelitian ini.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada keluarga yang memiliki lansia dengan tanda dan gejala demensia, akan tetapi jika keluarga tidak memiliki lansia dengan tanda dan gejala demensia maka data tersebut tidak akan diproses oleh peneliti, sehingga peneliti dapat mengidentifikasi perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan


(43)

cara mendapat rekomendasi izin pelaksana peneliti dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan izin yang diperoleh dari Kepala Desa Kecamatan Medan Amplas.

Setelah mendapat izin dari Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas, peneliti meminta bantuan kader yang ada di kelurahan dalam mencari responden, kemudian melakukan pendekatan dan menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan cara pengisian kuesioner, selanjutnya peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian, bila responden bersedia, maka responden dipersilakan menandatangani informed consent yang telah diberikan peneliti, setelah data dikumpulkan kembali, peneliti menganalisa data tersebut.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa dan melalui beberapa tahap, yakni Editing dengan mengecek nama dan kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Koding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan analisa Deskriptif dengan program komputerisasi. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Untuk mendeskriptifkan tentang perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga.


(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Pada bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas, yang dilakukan dari tanggal 10 Oktober sampai dengan 1 Desember 2009 kepada 71 responden. Penyajian data meliputi karakteristik responden keluarga yang memiliki lansia dengan demensia untuk mengidentifikasi perawatan lansia dengan demensia.

1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil pengumpulan data dan pengolahan data yang di lakukan peneliti terhadap keluarga yang memiliki lansia dengan demensia di Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas. Menunjukkan hasil deskripsi karakteristik mencakup jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, agama, suku, pekerjaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik responden sebanyak 47 responden berumur 26-35 (66,2%), dan 24 responden (33,8%) berumur 36-45, jenis kelamin perempuan 46 responden (64,8%), beragama Islam 48 responden (67,6%), dan suku Jawa 25 (35,2%). Berdasarkan jenjang pendidikan sebanyak 29 responden (40,8%) berpendidikan SMU dan sebanyak 5 responden (7,0%) tidak sekolah, sebanyak 25 responden (35,2%) pekerjaan pegawai dan yang tidak bekerja 15 responden (21,1%).


(45)

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden di Kecamatan Timbang Deli Medan Amplas

Karakteristik Frekuensi Persentase(%)

Umur

26-35 47 66,2

36-45 24 33,8

Jenis Kelamin

Laki-laki 25 35,2

Perempuan 46 64,8

Agama

Islam 48 67,6

Kristen 17 23,9

Hindu 4 5,6

Budha 2 2,8

Suku

Batak 17 23,9

Melayu 11 15,5

Jawa 33 46,5

Nias 2 2,8

Dll (minang) 8 11,3

Pendidikan

Tidak Sekolah 5 7,0

SD 4 5,6

SMP 11 15,5

SMU 29 40,8

Perguruan Tinggi 22 31,0

Pekerjaan

Wiraswasta 17 23,9

Buruh/Tani 14 19,7

Pegawai 25 35,2


(46)

1.2 Perawatan Lanjut usia Dengan Demensia

Kategori perawatan lansia dengan demensia di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas, berdasarkan hasil skor kuesioner yang diberikan responden, maka dapat di kategorikan bahwa yang memiliki perawatan buruk 3 responden (4,2%), dan yang memiliki perawatan cukup 55 responden (77,5%), sebagian lagi memiliki perawatan baik 13 responden (18,3%).

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kategori perawatan lansia dengan demesia oleh keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas

Kategori perawatan lansia dengan demensia

Frekuensi Persentase (%)

Buruk (20-40) 3 4,2

Cukup(41-60) 55 77,5

Baik (61-80) 13 18,3

a. Kebutuhan aktivitas primer pada perawatan lansia dengan demensia di

Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas

Hasil penelitian terhadap kebutuhan aktivitas primer didapati mayoritas 8 responden (11,6%) menyatakan sering mengingatkan lansia untuk mandi minimal 2 kali sehari dan mengingatkan lansia untuk mencuci rambut minimal 1 kali seminggu, 7 responden (10,1%) menyatakan sering memberikan makan-makanan yang bergizi dan seimbang pada lansia, mengingatkan lansia untuk mengerjakan ibadah, memberikan waktu pada lansia untuk istirahat lebih kurang 1-2 jam dalam sehari, 6 responden (8,7%) menyatakan sering membantu lansia untuk menyiapkan pakaian yang bersih dan slalu berganti, 5 responden (7,2%)


(47)

menyatakan sering menyediakan pegangan buang air kecil dan besar. Hasil penelitian perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Kebutuhan Aktifitas Primer (N=71)

Pernyataan Frekuensi (persentase) TP N (%) JR N(%) KD N(%) SR N(%) Keluarga memberikan makan

makanan yang bergizi dan seimbang

9 (13) 14(20,3) 39(56,5) 7 (10,1)

Keluarga mengingatkan / membantu lansia untuk mandi minimal 2 kali sehari.

1(1,4) 18(26,1) 40(58) 8(11,6)

Keluarga mengingatkan lansia untuk mencuci rambut minimal 1 kali seminggu.

4 (5,8) 23(33,3) 34 (49,3) 8 (11,6)

Keluarga menyediakan pegangan untuk buang air kecil dan besar.

3 (43) 21 (30,4) 42 (60,9) 5(7,2)

Keluarga membantu lansia untuk menyiapkan pakaian yang bersih dan slalu berganti.

7(10,1) 21(30,4) 35(50,7) 6(8,7)

Keluarga mrngingatkan lansia untuk mengerjakan ibadah.

5(7,2) 21(30,4) 36(52,5) 7(10,1)

Keluarga memberikan waktu pada lansia istirahat lebih kurang 1 – 2 jam dalam sehari.


(48)

b. Kebutuhan dari aktivitas rumah tangga pada perawatan lansia dengan demensia di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas.

Hasil penelitian terhadap kebutuhan aktivitas rumah tangga didapati

mayoritas 4 responden (5,8%) menyatakan keluarga sering

membantu/mengingatkan lansia untuk membersihkan kamar, 3 responden (4,3%) menyatakan keluarga sering membantu / mengingatkan lansia untuk merapikan tempat tidur dan membersihkan / merapikan pakaian lansia, 2 responden (2,9%) menyatakan sering membantu menyiapkan makanan untuk lansia, dan membersihkan/merapikan rumah yang bisa menyebabkan trauma pada lansia. Hasil penelitian perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di Kecamatan Medan.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Kebutuhan Aktifitas Rumah Tangga (N=71)

Pernyataan Frekuensi (persentase) TP

N (%)

JR N(%)

KD N(%)

SR N(%) Keluarga membantu / mengingatkan

lansia untuk membersihkan kamar

3 (4,3) 20(29,0) 42(60,9) 4(5,8)

Keluarga membantu / mengingatkan lansia untuk merapikan tempat tidur.

1 (1,4) 20(29,0) 45(65,2) 3(4,3)

Keluarga membersihkan / merapikan pakaian lansia

4 (5,8) 18 (26,1) 44(63,8) 3 (4,3)


(49)

Keluarga membantu menyiapkan makanan untuk lansia

1(1,4) 19(27,5) 47(68,1) 2(2,9)

Keluarga membersihkan / merapikan perlengkapan rumah yang bisa menyebabkan trauma pada lansia

6(8,7) 25(36,2) 36(52,1) 2(2,9)

c. Kebutuhan dari aktivitas waktu luang pada perawatan lansia dengan demensia di Kelurahan Timbang Deli Medan Amplas.

hasil penelitian terhadap kebutuhan aktivitas waktu luang didapati

sebanyak 9 responden (13%) menyatakan keluarga sering menemani lansia dalam kegiatan rekreasi, 8 responden (11,6%) menyatakan keluarga sering menemani lansia untuk mengobrol, 5 responden (7,2%) menyatakan sering mengingatkan / mengajak lansia untuk berolah raga, dan melakukan kegiatan berkebun, beternak, dan 4 responden (5,8%) menyatakan keluarga sering menemani lansia menonton TV, menemani lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan dll), menemani lansia bermain kartu, mendengarkan radio, dan 3 responden (4,3%) menyatakan keluarga sering memberikan lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol. Hasil penelitian perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di Kecamatan Medan Amplas.


(50)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan Kebutuhan Aktifitas Waktu Luang (N=71)

Pernyataan Frekuensi (persentase) TP N (%) JR N(%) KD N(%) SR N(%) Keluarga menemani lansia untuk

mengikuti kegiatan kelompok (seperti yasinan, arisan)

1 (1,3) 23 (33,3) 41 (59,4) 4(5,8)

Keluarga mengingatkan/mengajak lansia untuk berolah raga

6(8,7) 22 (31,9) 36 (52,2) 5 (7,2)

Keluarga menemani lansia untuk mengobrol

10(14,5) 19 (27,5) 33 (46,4) 8 (11,6)

Keluarga memberikan lansia berkumpul denga teman sebayanya untuk mengobrol

5(7,2) 22(31,9) 39(56,5) 3(4,3)

Keluarga menemani lansia menonton TV

6(8,7) 23 (33,3) 36(52,2) 4(5,8)

Keluarga menemani lansia dalam kegiatan rekreasi

3(4,3%) 17(24,6%) 40(58%) 9(13%)

Keluarga menemani lansia mendengarkan radio

5(7,2) 18(26,1) 42(60,9) 4(5,8)

Keluarga menemani lansia dalam melakukan kegiatan berkebun, berternak

6(8,7) 18(26,1) 40(58,0) 5(7,2)

2. Pembahasan

2.1Kebutuhan aktivitas sehari-hari dari aktivitas primer

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan keluarga dengan kebutuhan aktivitas primer yaitu sebanyak 8 responden (11,6%) menyatakan


(51)

kebutuhan aktivitas primer para lanjut usia dengan demensia adalah mengingatkan/membantu lansia untuk mandi minimal 2 kali sehari, mencuci rambut minimal 1 kali seminggu sebanyak 8 responden (11,6%), memberikan makan-makanan empat sehat lima sempurna pada lansia, mengingatkan lansia mengerjakan ibadah, dan memberikan waktu pada lansia istirahat lebih kurang 1 – 2 jam dalam sehari 7 responden (10,1%), menyiapkan pakaian yang bersih dan slalu berganti 6 responden (8.7%), menggunakan toilet duduk atau toilet jongkok yang di sekitarnya dibuat pegangan tangan untuk buang air kecil dan besar 5 responden (7,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan dari Katz (1976) yang mengemukan bahwa aktivitas primer (aktivitas sehari-hari ) dalam hal ini yang dilakukan seseorang dalam mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan yang meliputi kebersihan diri mandi, berpakaian, makan, buang air kecil dan air besar.

Namun demikian ada 5 responden (7,2%) yang menyatakan bahwa menyediakan pegangan untuk buang air kecil dan besar untuk lansia tidak menjadi kebutuhan primer, karena responden mengatakan saat mau buang air kecil dan besar lansia dibantu oleh keluarga. Hal ini berbeda dengan pandangan dari Shmitz (1994) bahwa lansia mempunyai ketergantungan dalam menggunakan pegangan tangan ke toilet meliputi pergi ke toilet; masuk dan keluar dari toilet, mengatur pakaian, membersihkan organ ekskresi.

2.2 Kebutuhan aktivitas sehari-hari dari aktivitas rumah tangga

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan keluarga dengan


(52)

mengatakan keluarga sering membantu/mengingatkan lansia untuk membersihkan kamar, dan sebanyak 3 responden (4,3%) mengatakan keluarga sering mengingatkan lansia untuk merapikan tempai tidur, merapikan /membersihkan pakaian lansia, dan 2 responden (2,9%) mengataka keluarga

sering membantu menyiapkan makanan untuk lansia, membersihkan

perlengkapan rumah yang bisa menyebabkan trauma pada lansia. Di ketahui

mayoritas 4 responden (5,8%) menyatakan keluarga sering

membantu/mengingatkan lansia untuk membersihkan kamar, hal ini sesuai dengan dijelaskan Shmitz (1994) bahwa kemunduran gerak fungsional dapat di kelompokan menjadi tiga bagian diantaranya : (1) mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain, (2) di bantu sebagian, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain, (3) dibantu total, yaitu aktivitas di lakukan sepenuhnya dengan pengawasan dan bantuan orang lain karena lansia tidak dapat melakukan aktivitasnya.

Namun demikian ada 2 responden (2,9%) yang menyatakan bahwa membersihkan/merapikan perlengkapan rumah yang bisa menyebabkan trauma pada lansia tidak menjadi kebutuhan aktivitas rumah tangga pada lansia, karena keluarga khawatir apabila lansia melakukan aktivitas rumah tangga yang dapat menyebabkan trauma dan akan mengancam keselamatan lansia itu sendiri. Hal ini tidak sesuai dengan pandangan dari Hurley (1998) bahwa keluarga perlu perhatikan lantai, Jaga permukaan lantai tetap bersih dan kosong, gunakan keramik lantai yang tidak licin supaya tidak terpeleset serta perlu banyak tekstur,


(53)

dan gunakan karpet untuk mencegah terpeleset yang dapat menyebabkan trauma pada lansia.

2.3 Kebutuhan aktivitas sehari-hari dari aktivitas waktu luang

Hasil penelitian ini menunjukan sebanyak 9 responden (13%) menyatakan lansia membutuhkan rekreasi atau fasilitas sarana hiburan yang benar-benar dapat dinikmati, dan sebanyak 8 responden (11,6%) keluarga menemani lansia untuk mengobrol, sebanyak 5 responden(7,2%) mengatakan keluarga mengingatkan/mengajak lansia untuk berolah raga dan menemani lansia dalam melakukan kegiatan berkebun dan berternak, sebanyak 4 responden (5,8%) mengatakan keluarga menemani lansia mendengarkan radio dan menemani lansia menonton TV, sebanyak 3 responden (4,3%) mengatakan keluarga memberikan lansia berkumpul dengan taman sebayanya untuk mengobrol. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Katz (1976) dalam Pudjiastuti, (2002) bahwa aktivitas rekreasi dapat menghilangkan rasa bosan atau stress pada lansia yang salah satunya dengan berjalan-jalan. Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh Darmojo (1995) tentang aktivitas waktu luang yang dapat di gunakan lanjut usia adalah menonton TV, mendengarkan radio, bermain kartu dan lain-lain.

Sebanyak 3 responden (4,3%) yang mengatakan bahwa memberikan lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol tidak menjadi kebutuhan aktivitas waktu luang, karna keluarga sering menemani lansia untuk mengobrol.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di dapat karakteristik responden sebanyak 47 responden (66,2%) berumur 26-35 dan 24 responden (33,8%) berumur 36-45, Jenis kelamin perempuan 46 responden (64,8%), beragama Islam 48 responden (67,6%), dan suku Jawa 25 (35,2%). Berdasarkan jenjang pendidikan responden berpendidikan SMU sebanyak 29 responden (40,8%) dan yang tidak sekolah 5 responden (7,0%), pekerjaan responden pegawai sebanyak 25 responden (35,2%) dan yang tidak berkerja 15 responden (21,1%).

Kebutuhan Aktivitas Primer merupakan aktivitas kegiatan sehari-hari seseorang, meliputi mandi, makan, menggunakan toilet duduk dan toilet jongkok yang disekitarnya dibuat pegangan untuk buang air kecil dan buang air besar, istirahat, diberi kesempatan melakukan kegiatan ibadah sesuai keyakinan masing-masing, Berdasarkan hasil penelitian 8 responden (13%) mengatakan keluarga sering mengingatkan lansia untuk mandi minimal 2 kali sehari dan keluarga mengingatkan untuk mencuci rambut minimal 1 kali seminggu.

Aktivitas Rumah Tangga meliputi kebersihan kamar, tempat tidur, mencuci, menyiapkan makanan, merapikan pakaian dan berbelanja, sebanyak 4 responden (5,8%) mengatakan keluarga sering membantu/mengingatkan lansia untuk membersihkan kamar,


(55)

Sedangkan untuk Aktivitas Waktu Luang meliputi saling bercerita, bermain kartu, mendengarkan radio, menonton TV, berkebun dan berternak, sebanyak 9 responden (13%) menyatakan lansia membutuhkan rekreasi atau fasilitas sarana hiburan yang benar-benar dapat dinikmati seperti menonton TV, mendengarkan radio dan bermain kartu. mendengarkan radio yang juga menjadi kebutuhan dari aktivitas waktu luang lanjut usia.

2. Rekomendasi.

Rekomendasi ini ditujukan pada Praktek Keperawatan, Pendidikan Keperawatan, peneliti keperawatan dan keluarga lansia dengan demensia.

2.1 Rekomendasi untuk Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga kategori cukup (77,5%), yang pada dasarnya karena dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hubungan responden dengan lansia (lansia yang tinggal bersama keluarga), suku, pendidikan, oleh karena itu dalam pengembangan profesionalisme keperawatan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan gerontik, keluarga dan komunitas dan untuk dapat menginformasikan hasil penelitian ini sebagai panduan atau masukan dalam perawatana lansia dengan demensia.

2.2 Rekomendasi untuk Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga adalah cukup, oleh karena itu peneliti menyarankan agar materi perkuliahan tentang perawatan keluarga terhadap lansia dengan demensia


(56)

diperdalam lagi sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan, sehingga perawatan lansia dengan demensia oleh keluaraga bisa menjadi baik.

2.3 Rekomendasi untuk Peneliti Keperawatan

Karena penelitian ini hanya dilakukan diKelurahan Timbang Deli, maka hasil penelitian ini tidak dapat dijeneralisasikan untuk wilayah sumatera utara oleh karena itu peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya pada wilayah yang lebih luas kebutuhan perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga yang tinggal di kelurahan lain, oleh karena itu untuk meningkatkan angka harapan hidup lansia keluarga mempunyai peran yang sangat panting, jadi sebaiknya perlu juga dilakukan penelitian tentang perawatan lanjut usia yang dirawat oleh keluarga yang ditinjau dari Aspek Budaya, sehingga akan benar-benar mengangkat derajat kesehatan lanjut usia yang dirawat oleh keluarga maupun lingkungan, supaya angka harapan hidup lansia terus meningkat.

2.4 Rekomendasi untuk Keluarga Lansia Demensia

Disarankan kepada keluarga dengan lansia demensia untuk berpartisifasi dalam memberikan perawatan sehari-hari pada lansia, terutama kebutuhan sehari-hari pada lansia yang meliputi kebutuhan aktivitas primer, aktivitas rumah tangga, aktivitas waktu luang, agar dapat meningkatkan kualiatas hidup lansia.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Akperketapang. (2009). Perspektif perawatan lansia. Diambil dari website http;// www. Akperketapang.ac.id

Darmojo, B. (1999). Geriatri ilmu kesehatan usia lanjut. Jakarta : Fakultas kedokteran universitas Indonesia.

Depkes RI. (2001). Pedoman pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas kesehatan: Kebijakan program. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.

Darmono. (2009). Demensia pada usia muda dan produktif. Diambil dari website http;// www. Documents.ac.id

Effendi, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Surabaya : Erlangga.

Harvey, R.J. (2003). Mengenal demensia pada lansia. Diambil dari website http;// www. Komnaslansia.or. id./ index. Php.

Hurley, A. C. (1998). Membenahi penyakit demensia pada lansia. Diambil dari website http;// www. Documents BKKBN- Rubrik.

Hodkinson, F (1982). Teori dan praktek keperawatan. Jakarta : EGC Nugroho, W. (2000). Perawatan lanjut usia. Jakarta : EGC.

Nugroho, B. Agung (2005). Strategi jitu memilih metode statistic penelitian dengan SPSS, Yogyakarta : Andi

Notoadmojo, S.(1993). Metode penelitian kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Mckenzie, F. J. (2007). Suatu pengantar kesehatan masyarakat, edisi empat.

Jakarta : EGC.


(58)

Pangkalan ide, (2008). Gaya hidup penghambat demensia, Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Rasmun (2001). Keperawatan keluarga edisi dua. Jakarta : EGC

Stanley, M. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik, edisi dua. Jakarta : EGC. Sudjana, M.A. (1992). Metode statistika, edisi ketiga. Bandung. Tarsito. Sulivan, S (1994) Teori dan praktek keperawatan lansia. Jakarta. EGC

Tarwotoh , W (2004) Pendekatan-pendekatan dalam pelayanan geriatric. Diambil dari website http;// www.e –psikologi. com


(59)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Syafriani adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saat saya sedang melakukan penelitian tentang ”Perawatan Lansia dengan Demensia oleh Keluarga di Kelurahan Timbang Deli kecamatan Medan Amplas”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/ibu mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini dengan sukarela.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk mengundurkandiri setiap saat tanpa sanksi apapun.

Identitas pribadi Bapak/Ibu dari semua informasi yang di berikanakan di rahasiakan dan hanya di gunakan untuk penelitian ini.

Terimakasih atas pertisipasi yang telah di berikan dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, juni 2009


(60)

INSTRUMEN PENELITIAN LEMBAR KUESIONER

1. Isilah titik-titik pada data demografi dan berilah tanda cheklist ( ) pada pernyataan yang menurut anda benar.

Petunjuk pengisian :

2. Bila ada pernyataan yang kurang di mengerti, anda dapat menanyakannya

pada peneliti. A. Data Demografi

1. Nomor Kode (Diisi Oleh Peneliti) 2. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan 3. Umur :...

4. Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Perguruan tinggi

5. Agama : a.Islam

c. Kristen d. Hindu

e. Budha

6. Suku : a. Batak

b. Melayu

c. Jawa

d. Nias

e. Lain-lain...

7. Pekerjaan : a. Wiraswasta

b. Buruh/Tani

c. Pegawai


(61)

2. Kuesioner Perawatan Lansia dengan Demensia oleh Keluarga

Petunjuk pengisian : Berikan tanda Cheklist ( ) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai dengan perawatan yang bapak / ibu berikan kepada lanjut usia. Dimana, TP : tidak pernah, JR : jarang, KD : kadang-kadang, SR : sering.

No Pertanyaan

Kebutuhan Aktivitas Primer

TP JR KD SR

1. Keluarga memberikan makan makanan

yang brgizi dan seimbang kepada lansia.

2. Keluarga mengingatkan / membantu lansia

untuk mandi minimal 2 kali sehari.

3. Keluarga mengingatkan lansia untuk

mencuci rambut minimal 1 kali seminggu.

4. Keluarga menyediakan pegangan (WC)

untuk buang air kecil dan besar.

5. Keluarga membantu lansia untuk

menyiapkan pakaian yang bersih dan slalu berganti.

6. Keluarga mrngingatkan lansia untuk

mengerjakan ibadah.

7. Keluarga memberikan waktu pada lansia


(62)

Pertanyaan

Kebutuhan Aktivitas Rumah Tangga

TP JR KD SR

8. Keluarga membantu / mengingatkan lansia

untuk membersihkan kamar.

9. Keluarga membantu / mengingatkan lansia

untuk merapikan tempat tidur.

10. Keluarga membersihkan / merapikan pakaian lansia.

11. Keluarga membantu menyiapkan makanan untuk lansia.

12. Keluarga membersihkan / merapikan perlengkapan rumah yang bisa menyebabkan trauma pada lansia.

Pertanyaan

Kebutuhan Aktivitas Waktu Luang

TP JR KD SR

13. Keluarga menemani lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan dll) .

14. Keluarga mengingatkan / mengajak lansia untuk berolah raga.

15. Keluarga menemani lansia untuk mengobrol.


(63)

dengan teman sebayanya untuk mengobrol. 17. Keluarga menemani lansia menonton TV. 18. Keluarga menemani lansia dalam kegiatan

rekreasi.

19. Keluarga menemani lansia bermain kartu, mendengarkan radio.

20. Keluarga menemani lansia dalam melakukan kegiatan berkebun, beternak.


(64)

Lampiran II :

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Skripsi

2. Penelusuran literature dan internet Rp. 150.000.-

3. Print literature dari internet Rp. 68.000.-

4. Fotokopi literature dari buku Rp. 50.000.-

5. Pengetikan dan print proposal Rp. 100.000.-

6. Penggandaan dan penjilitdan proposal Rp. 100.000.-

7. Fotokopi transparan untuk presentasi Rp. 50.000.-

A. Administrasi Penelitian

1. Biaya izin penelitian dilokasi Rp. 75.000.-

2. Biaya transportasi Rp. 100.000.-

3. Beli buku Rp. 98.000.-

B. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Biaya penggandaan kuesioner dan Rp. 125.000.-

lembar persetujuan

C. Penyusunan Hasil Perbaikan

1. Pengetikan dan prin perbaikan laporan Rp. 80.000.-

2. Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian RP. 30.000.-

Jumlah Rp.1026.000.-

Biaya tak terduga Rp. 102.600.-


(65)

Rp.1.128.600.-Daftar Riwayat Hidup

Nama : Syafriani

Tempat Tanggal Lahir: Bagan Deli, 02 Oktober 1983

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Lor. Ujung Tanjung I Bagan Deli Belawan

Riwayat Pendidikan

1. SD Alwasliyah 6/39 di Bagan Deli Belawan

2. Tsyanawiyah Pon-Pes Musthafawiyah Purba Baru Mandailing Natal (Madina) 3. Aliyah Pon-pes Musthafawiyah Purba Baru Mandailing Natal (Madina) 4. DIII Keperawatan Rumah Sakit Haji Medan


(1)

INSTRUMEN PENELITIAN LEMBAR KUESIONER

1. Isilah titik-titik pada data demografi dan berilah tanda cheklist ( ) pada pernyataan yang menurut anda benar.

Petunjuk pengisian :

2. Bila ada pernyataan yang kurang di mengerti, anda dapat menanyakannya pada peneliti.

A. Data Demografi

1. Nomor Kode (Diisi Oleh Peneliti) 2. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan 3. Umur :...

4. Pendidikan terakhir : a. Tidak sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Perguruan tinggi

5. Agama : a.Islam c. Kristen d. Hindu

e. Budha

6. Suku : a. Batak

b. Melayu

c. Jawa

d. Nias

e. Lain-lain...

7. Pekerjaan : a. Wiraswasta

b. Buruh/Tani

c. Pegawai


(2)

2. Kuesioner Perawatan Lansia dengan Demensia oleh Keluarga

Petunjuk pengisian : Berikan tanda Cheklist ( ) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai dengan perawatan yang bapak / ibu berikan kepada lanjut usia. Dimana, TP : tidak pernah, JR : jarang, KD : kadang-kadang, SR : sering.

No Pertanyaan

Kebutuhan Aktivitas Primer

TP JR KD SR

1. Keluarga memberikan makan makanan yang brgizi dan seimbang kepada lansia. 2. Keluarga mengingatkan / membantu lansia

untuk mandi minimal 2 kali sehari.

3. Keluarga mengingatkan lansia untuk mencuci rambut minimal 1 kali seminggu. 4. Keluarga menyediakan pegangan (WC)

untuk buang air kecil dan besar.

5. Keluarga membantu lansia untuk menyiapkan pakaian yang bersih dan slalu berganti.

6. Keluarga mrngingatkan lansia untuk mengerjakan ibadah.

7. Keluarga memberikan waktu pada lansia istirahat lebihkurang1–2 jam dalam sehari.


(3)

Pertanyaan

Kebutuhan Aktivitas Rumah Tangga

TP JR KD SR

8. Keluarga membantu / mengingatkan lansia untuk membersihkan kamar.

9. Keluarga membantu / mengingatkan lansia untuk merapikan tempat tidur.

10. Keluarga membersihkan / merapikan pakaian lansia.

11. Keluarga membantu menyiapkan makanan untuk lansia.

12. Keluarga membersihkan / merapikan perlengkapan rumah yang bisa menyebabkan trauma pada lansia.

Pertanyaan

Kebutuhan Aktivitas Waktu Luang

TP JR KD SR

13. Keluarga menemani lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan dll) .

14. Keluarga mengingatkan / mengajak lansia untuk berolah raga.

15. Keluarga menemani lansia untuk mengobrol.


(4)

dengan teman sebayanya untuk mengobrol. 17. Keluarga menemani lansia menonton TV. 18. Keluarga menemani lansia dalam kegiatan

rekreasi.

19. Keluarga menemani lansia bermain kartu, mendengarkan radio.

20. Keluarga menemani lansia dalam melakukan kegiatan berkebun, beternak.


(5)

Lampiran II :

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

1. Persiapan Skripsi

2. Penelusuran literature dan internet Rp. 150.000.- 3. Print literature dari internet Rp. 68.000.- 4. Fotokopi literature dari buku Rp. 50.000.- 5. Pengetikan dan print proposal Rp. 100.000.- 6. Penggandaan dan penjilitdan proposal Rp. 100.000.- 7. Fotokopi transparan untuk presentasi Rp. 50.000.- A. Administrasi Penelitian

1. Biaya izin penelitian dilokasi Rp. 75.000.-

2. Biaya transportasi Rp. 100.000.-

3. Beli buku Rp. 98.000.-

B. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Biaya penggandaan kuesioner dan Rp. 125.000.- lembar persetujuan

C. Penyusunan Hasil Perbaikan

1. Pengetikan dan prin perbaikan laporan Rp. 80.000.- 2. Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian RP. 30.000.-

Jumlah Rp.1026.000.-

Biaya tak terduga Rp. 102.600.-


(6)

Rp.1.128.600.-Daftar Riwayat Hidup

Nama : Syafriani

Tempat Tanggal Lahir: Bagan Deli, 02 Oktober 1983 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Lor. Ujung Tanjung I Bagan Deli Belawan Riwayat Pendidikan

1. SD Alwasliyah 6/39 di Bagan Deli Belawan

2. Tsyanawiyah Pon-Pes Musthafawiyah Purba Baru Mandailing Natal (Madina) 3. Aliyah Pon-pes Musthafawiyah Purba Baru Mandailing Natal (Madina) 4. DIII Keperawatan Rumah Sakit Haji Medan