Strategi Pengembangan Usaha Kecil (Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1. Strategi
2.1.1. Pengertian Strategi
Suatu strategi mempunyai dasar untuk mencapai sasaran yang dituju.
pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Seperti yang telah
dikemukakan oleh para ahli dalam buku mereka masing-masing. Definisi strategi
yang pertama dikemukakan oleh Chandler (Rangkuti, 2009: 4) Disebutkan bahwa
“Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi
sumber daya”. Menurut Jatmiko (2003: 134) Strategi

dideskripsikan sebagai

suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan
peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta
sumber daya dan kemampuan internal organisasi. Selanjutnya menurut Jauch dan
Glueck (1998: 12) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan
terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Dan
menurut David (1998: 12) Strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran
jangka panjang.

Universitas Sumatera Utara

Dari beberapa pendapat mengenai definisi strategi di atas maka dapat
dikatakan bahwa strategi merupakan rencana-rencana yang dibuat oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan yaitu agar mampu
mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi dan memiliki keunggulan
kompetitif. Suatu perusahaan untuk mempertahankan dan sekaligus meningkatkan
usahanya dengan cara merencanakan strategi-strategi yang mantap dan terarah di
mana perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang usahanya dengan sebaikbaiknya.
2.1.2. Jenis-Jenis Strategi
Menurut

Jatmiko

(2003:


115)

Pada

dasarnya

strategi

dapat

dikelompokkan berdasarkan empat (4) jenis strategi yaitu :
1. Strategi Pertumbuhan atau Ekspansi
Perusahaan harus tumbuh untuk memuaskan pemiliknya. Pertumbuhan suatu
perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel produk atau jasa yang
dihasilkan,

kondisi

lingkungan


eksternalnya,

kemampuan

dan

skill

manajemennya. Pertumbuhan menjamin kelangsungan organisasi dalam jangka
panjang, atau dengan kata lain perusahaan/organisasi harus tumbuh jika ingin
survive.
Terdapat

beberapa

jenis

strategi

yang


dikategorikan

dalam

strategi

pertumbuhan, yaitu:
a. Pertumbuhan Konsentrasi
Strategi konsentrasi disebut juga strategi penetrasi pasar yang fokus pada bisnis
produk/jasa tunggal, atau sejumlah kecil produk/jasa yang sangat berkaitan.

Universitas Sumatera Utara

Strategi konsentrasi merupakan strategi untuk meningkatkan penggunaan
produk-produk yang telah ada di dalam pasar yang ada. Terdapat tiga
pendekatan dasar untuk menerapkan strategi konsentrasi, yaitu:
1. Pengembangan Pasar (Market Development)
Pengembangan pasar adalah memperluas pasar dari bisnis produk/jasa semula
atau produk yang sudah ada. Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan

memperluas bagian pasar dari pasar semula, memperluas wilayah pasar, atau
memasuki segmen pasar baru.
2. Pengembangan Produk (Poduct Development)
Pengembangan produk adalah memilih produk/jasa dasar menambahkan
produk/jasa yang sangat berkaitan yang dapat dijual pada pasar semula, atau
dengan kata lain mengembangkan produk-produk baru untuk melayani pasar
yang sudah ada.
3. Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)
Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan menambah satu
atau lebih bisnisnya yang memproduksi produk/jasa yang sejenis dioperasikan
pada pasar produk yang sama.
b. Strategi Integrasi Vertikal
Integrasi vertikal terjadi apabila suatu bisnis atau perusahaan bergerak ke
wilayah yang melayani pasokan bahan baku atau mendekatkan produk ke arah
pelanggan. Apabila suatu bisnis bergerak ke arah bidang yang melayani
pasokan bahan baku, maka disebut integrasi vertikal kebelakang. Dan

Universitas Sumatera Utara

sebaliknya, bila suatu bisnis bergerak ke arah yang melayani pelanggan atau

pemakai akhir suatu produk maka disebut integrasi vertikal ke depan.
c. Strategi diversifikasi
Diversifikasi terjadi apabila suatu organisasi bergerak ke arah bidang usaha
yang menghasilkan produk yang secara jelas berbeda dari jenis semula.
2. Strategi Stabilitas
Strategi stabilitas berarti organsasi tetap melanjutkan pekerjaan atau aktivitas
yang sama dengan yang sebelumnya. Asumsi strategi stabilitas adalah bahwa
lingkungan eksternal tidak akan mengalami perubahan yang signifikan pada
jangka pendek. Kunci keberhasilan strategi stabilitas adalah pada sistem
monitoring lingkungan eksternal dan pengalaman manajemen dalam
menentukan waktu yang tepat untuk merespon perubahan kondisi pasar.
3. Strategi Penciutan
Strategi penciutan (Retrenchment) disebut juga strategi bertahan (Defensive),
atau strategi penyehatan. Perusahaan yang menerapkan strategi ini merasa
bahwa strateginya tidak sesuai dengan sasaran atau misi dasarnya. Sehingga
perusahaan merasa perlu mengurangi skala operasinya.
Adapun jenis-jenis strategi penciutan adalah :
a. Cutback dan Turnaround
Cutback dan Turnaround adalah strategi penyehatan perusahaan yang
bertujuan mengeliminasi kerugian dan memotong biaya-biaya tetap, atau

memotong biaya-biaya operasi, atau mengurangi ukuran operasi perusahaan
agar beroperasi lebih efisien.

Universitas Sumatera Utara

b. Divestasi (Divestment)
Divesment adalah strategi penyehatan atau penciutan perusahaan yang
bertujuan mengeliminasi kerugian dan memotong biaya-biaya tetap yang
ditanggung perusahaan dengan cara menjual sebagian asset atau kekayaan
yang dimiliki organisasi perusahaan.
c. Likuidasi (Liquidation)
Likuidasi adalah strategi penciutan atau penyehatan perusahaan dengan
menjual seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Terdapat dua jenis likuidasi,
yaitu liquidation by choice yaitu likuidasi yang dilakukan karena memang
pilihan yang diambil oleh pihak perusahaan dan liquidation by force yaitu
likuidasi yang dilakukan karena memang kondisi keuangan perusahaan sudah
tidak sehat dan sangat buruk.
d. Kebangkrutan (Bankcruptcy)
Suatu perusahaan dikatakan bangkrut jika pemilik perusahaan tidak dapat lagi
menjalankan usahanya.

4. Strategi kombinasi
Strategi kombinasi digunakan apabila suatu korporasi organisasi perusahaan
dalam waktu bersamaan menerapkan strategi yang berbeda untuk setiap unit
bisnis strategi yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi
Sebuah perusahaan dapat menggunakan analisis situasionalnya untuk
memulai proses perumusan strategi. Manajemen menganalisis baik lingkungan
internal maupun eksternal sampai tingkat tertentu untuk menemukan tingkat
kompetensi yang akan memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan
dari peluang-peluang yang baru berkembang. Perumusan strategi untuk
perencanaan jangka panjang. Dan pembuat strategi harus menganalisis faktorfaktor strategis perusahaan yaitu apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman pada situasi sekarang. Analisis SWOT (Strength,Weakness,
Opportunity dan Threat) harus mengidentifikasikan kompetensi keahlian tertentu
dari sumber-sumber yang dimiliki dan cara yang unggul yang digunakan sehingga
membuat perusahaan berbeda.
Analisis ini didasarkan kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu
pasar. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman

eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis itu disebut perencanaan
strategis yang tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara
objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.
2.2.1. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal menghasilkan sejumlah informasi tentang
kekuatan organisasional yaitu apakah organisasi bekerja dengan baik. Dan analisis
lingkungan internal juga mengidentifikasi bidang-bidang kelemahan dan
menentukan apakah kelemahan tersebut memiliki makna yang membuat

Universitas Sumatera Utara

organisasi lemah. Menurut Hunger (2003: 159) Para manajer strategis harus dapat
mengenali variabel-variabel dalam perusahaan yang merupakan kekuatan atau
kelemahan yang penting. Sebuah variabel merupakan kekuatan apabila
menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang
dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara
relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada atau potensial.
Sebuah variabel merupakan kelemahan apabila berupa sesuatu yang tidak
dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan tidak memiliki kapasitas

untuk melakukannya, sementara pesaingnya memiliki kapasitas tersebut. Untuk
mengevaluasi pentingnya variabel-variabel tersebut, manajemen harus mengetahui
apakah variabel-variabel tersebut merupakan faktor strategis internal (Strategic
Internal factors) yaitu kekuatan dan kelemahan khusus perusahaan yang akan
membantu menentukan masa depan. Menurut Jatmiko (2003) Faktor-faktor kunci
internal di bidang-bidang fungsional pada perusahaan umumnya mencakup aspekaspek yaitu :
1. Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan
pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk dan jasa.
2. Aspek Keuangan dan Akuntansi
Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaik
kekuatan atau posisi persaingan perusahaan. Penetapan kekuatan dan
kelemahan keuangan organisasi atau perusahaan merupakan hal yang penting
dalam formulasi strategi secara efektif.

Universitas Sumatera Utara

3. Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan
Aktivitas-aktivitas produksi dan operasi biasanya menggambarkan bagian
terbesar dari sumber daya manusia dan modal suatu organisasi. Penelitian dan

pengembangan secara spesifik juga mempengaruhi kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Perusahaan yang sedang menerapkan strategi pengembangan
produk membutuhkan fungsi R&D yang kuat.
4. Aspek Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan suatu istilah yang berhubungan dengan
mekanisme formal dan informal dimana setiap organisasi sebaiknya
menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang
lingkungan eksternal yang relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi
itu sendiri. Fokus dari sistem informasi ditentukan oleh karakteristik misi
organisasi, karena itu setiap sistem informasi sebaiknya mempunyai
karakteristik tersendiri yang unik.
2.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Menurut Jatmiko (2003) Analisis lingkungan eksternal atau biasanya
disebut analisis peluang dan ancaman organisasi/ perusahaan.Disebut demikian
karena perubahan lingkungan eksternal perusahaan merupakan sumber utama
ancaman dan peluang perusahaan baik di masa sekarang maupun di masa
mendatang.Terdapat dua macam lingkungan eksternal, yaitu lingkungan eksternal
makro dan lingkungan eksternal mikro.Lingkungan eksternal makro biasanya juga
disebut lingkungan umum, yaitu lingkungan eksternal dimana organisasi/

Universitas Sumatera Utara

perusahaan

tidak

mempunyai

kemampuan

untuk

mengendalikan

atau

mempengaruhi secara langsung.
Lingkungan eksternal mikro biasanya juga disebut lingkungan tugas, atau
lingkungan kompetitif, atau lingkungan industri, yaitu lingkungan eksternal
dimana perusahaan mempunyai sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau
mempengaruhi.
2.2.2.1 Faktor – Faktor Lingkungan Eksternal Makro
Adapun faktor-faktor lingkungan Eksternal makro terdiri dari :
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan dengan
lingkungan hidupnya atau ekologinya. Ekologi adalah hubungan antara
kehidupan manusia dan kehidupan lainnya seperti udara, tanah, dan air.
2. Lingkungan Ekonomi
Faktor ekonomi berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu
perusahaan beroperasi. Sebab pola konsumsi masyarakat secara relatif
dipengaruhi oleh tren sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan
stratejiknya setiap organisasi/ perusahaan harus mempertimbangkan arah tren
ekonomi dari setiap sektor pasar yang mempengaruhi industri atau pasarnya.
3. Lingkungan politik dan Hukum
Arah dan stabilitas politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi
para manajer dalam memformulasi strategi perusahaan. Peraturan dan
perundangan dapat membatasi dan atau memberikan peluang bagi operasi
perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

4. Lingkungan Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja
perusahaan mencakup keyakinan, nilai-nilai, sikap, pandangan, serta gaya
hidup manusia sebagai akibat perkembangan dan perubahan kondisi
kebudayaan, bahasa, ekologi, demografi, keberagaman, pendidikan, suku
bangsa dan ras, serta mobilitas penduduk, lembaga-lembaga sosial, simbol
status, dan keyakinan agama.
5. Lingkungan Teknologi
Teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengembangan berbagai
produk dan pasar baru, tetapi kadang juga menjadi alasan utama menurunnya
berbagai produk dan pasar.
6. Faktor Demografi
Evolusi atau perubahan populasi penduduk merupakan faktor kunci lingkungan
bagi perusahaan. Penduduk secara langsung berdampak pada pasar konsumen
dan mempengaruhi kekuatan – kekuatan ekonomi lainnya.
2.2.2.2 Faktor – Faktor Lingkungan Industri (Lingkungan Tugas)
Lingkungan industri merupakan lingkungan eksternal yang paling penting
bagi kebanyakan manajer dan perumusan manajemen stratejik suatu perusahaan
untuk dianalisis secara mendalam. Michael Porter dalam Jatmiko (2003: 44)
memberikan konsep lingkungan industri yang dapat menjadi dasar dalam
pemikiran stratejik dalam perencanaan bisnis. Porter menjelaskan lima kekuatan
yang membentuk sifat dan derajat persaingan dalam suatu industri yaitu seperti
yang terdapat pada gambar di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. 1
Kekuatan Persaingan Industri

a. Pendatang
Baru Potensial

Ancaman Pendatang Baru
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
e. Persaingan
Industri
b. Pemasok

c. Pembeli/
pelanggan

Rivalry
(Persaingan
diantara
perusahaan
yang ada)

Kekuatan

Tawar

Menawar Pembeli
Ancaman

Produk

Pengganti
d. Produk
Pengganti

Sumber : Jatmiko (2003 : 46)

Universitas Sumatera Utara

Dari gambar 2.1 di atas adapun penjelasan karakteristik unsur-unsur
lingkungan industri, yaitu :
a. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam suatu industri biasanya membawa dan menambah
kapasitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar (market share), dan juga
sumber daya baru. Berat ringannya ancaman pendatang baru tergantung pada
hambatan masuk dan reaksi dari pesaing yang telah ada dimana pendatang baru
akan memasuki industri atau pasar tersebut. Jika hambatan masuk ke industri
tinggi dan pendatang baru dapat dikalahkan oleh para pesaing yang telah ada,
maka perusahaan secara nyata tidak akan mendapatkan ancaman serius dari
pendatang baru.
b. Kekuatan Pemasok (Powerful of suppliers)
Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk
memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau perusahaan.
Apabila pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan
input, sedang industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan
pemasok maka posisi tawar industri menjadi lemah dan sebaliknya posisi tawar
pemasok menjadi kuat.
c. Kekuatan Pembeli / Pelanggan (Powerful of buyers)
Pembeli atau pelanggan terdiri dari pelanggan individual dan pelanggan
organisasi. Pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk
menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas, dan memainkan peran
untuk melawan satu pesaing dengan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

d. Ancaman Produk Pengganti
Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi pelanggan pembeli dan akan
mengurangi keuntungan perusahaan. Sebenarnya semua perusahaan dalam
industri bersaing dengan industri lain yang memproduksi produk pengganti.
Produk pengganti muncul dalam produk yang berbeda, tetapi dapat memuaskan
kebutuhan yang sama dari produk lain.
e. Pesaing dalam Industri yang Sama
Profil pesaing dalam industri yang sama dibandingkan dengan profil organisasi
sendiri

untuk

mengidentifikasikan

bidang-bidang

yang

secara

relatif

mempunyai kelemahan atau kekuatan dibanding pesaing. Setelah mengetahui
kekuatan dan kelemahan kemudian dapat digunakan untuk menilai alternatif
strategi kompetitif yang dapat ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan.
2.3. Usaha Kecil dan Pengembangan Usaha
2.3.1. Definisi UKM atau Usaha Kecil
Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM
(termasuk usaha kecil) berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi.
1. Badan Pusat Statistik (BPS) : UKM adalah perusahaan atau industri dengan
pekerja antara 5-19 orang.
2. Bank Indonesia (BI) : UKM adalah perusahaan atau industri dengan
karakteristik berupa : a) modalnya kurang dari Rp 20 juta; b) untuk satu
putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta; c) memiliki asset
maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan d) omset tahunan≤
Rp 1 miliar.

Universitas Sumatera Utara

3. Departemen koperasi dan usaha kecil Menengah (UU No. 9 Tahun 1995) :
UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional,
dengan kekayaan bersih Rp 50 juta- Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha) omset tahunan ≤ Rp 1 miliar; dalam UU UMKM/2008
dengan kekayaan bersih tahunan Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar.
4. Keppres No. 16/1994: UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
maksimum Rp 400 juta.
5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan :
a. Perusahaan memiliki asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan
bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)
b. Perusahaan memilki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen
Perdagangan sebelum digabung)
6. Departemen keuangan: UKM adalah perusahaan yang memiliki omset
maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau asset maksimum Rp 600 juta di
luar tanah dan bangunan.
7. Departemen kesehatan: perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu
berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merek Dalam Negeri (MD), dan Merek
Luar Negeri (ML).
2.3.2. Kategori Usaha Kecil
Dalam Hubeis (2009: 18), usaha kecil secara kriteria dapat dikelompokkan
atas dua pemahaman sebagai berikut.
1. Ukuran dari usaha atau jenis kewirausahaannya/tahap pengembangan usaha.
Dalam hal ini, usaha kecil diklasifikasikan atas (1) Self-employment

Universitas Sumatera Utara

perorangan; (2) Self-employment kelompok; dan (3) Industri rumah tangga,
yang berdasarkan jumlah tenaga kerja dan modal usaha. Dari tahap
pengembangan usahanya, usaha kecil dapat dilihat dari aspek pertumbuhan
menurut pendekatan efisiensi dan produktivitas, yaitu (1) tingkat survival
menurut ukurannya (self-employment perorangan hingga industri rumah
tangga); (2) tingkat konsolidasi menurut penggunaan teknologi modern; serta
(3) tingkat akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti
dengan keterkaitannya dengan struktur ekonomi maupun industri.
2. Tingkat penggunaan teknologi
Usaha kecil terdiri atas (1) usaha kecil yang menggunakan teknologi tradisional
yang nantinya meningkat menjadi modern dan (2) usaha kecil yang
menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguat
keterkaitannya dengan struktur ekonomi secara umum dan struktur industri
secara khusus.
Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dapat dikelompokkan atas
pengertian:
1.

Usaha kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain

2.

Usaha kecil yang menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri

3.

Usaha kecil yang memiliki tenaga kerja upahan secara tetap.

Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Pengembangan Usaha
UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Pasal 14 merumuskan, bahwa
pemerintah,

dunia

usaha

dan

masyarakat

melakukan

pembinaan

dan

pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengelolaan, pemasaran,
SDM, kewirausahaan, teknologi dan pelayanan. Menurut Hubeis (2009:11)
Pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK) tergantung pada
beberapa faktor, yaitu:
a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi
berbasis lokal yang mengandalkan sumber daya lokal.
b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya
saing.
c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun
ekspor)
d. Berbasis bahan baku lokal
e. Substitusi impor.
Langkah-langkah operasional pengembangan UKMK secara bertahap
adalah sebagai berikut:
a. Tahap Awal
1. Penumbuhan usaha kondusif, agar UKMK dapat tumbuh dan berkembang.
2. Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar agar UKMK
menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki pertumbuhan tinggi, yang pada
gilirannya dapat menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan memberi sumbangan
yang besar bagi pembangunan nasional.

Universitas Sumatera Utara

3. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UKMK untuk mengurangi
beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi, sehingga mampu
menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan, serta menciptakan berbagai
bentuk kerja sama dalam meningkatkan daya kompetisi.
4. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan,
memperkuat dan saling menguntungkan, serta keselarasan.
b. Tahap Akhir
(1) dukungan penguatan, (2) peningkatan mutu SDM, (3) peningkatan
penguasaan teknologi, (4) peningkatan penguasaan informasi, (5) peningkatan
penguasaan modal, (6) peningkatan penguasaan pasar, (7) perbaikan organisasi
dan manajemen, (8) pencadangan tempat usaha, (9) pencadangan bidangbidang usaha beserta hal-hal relevan lainnya.
Dalam menghadapi perkembangan ekonomi nasional yang tidak lepas dari
ekonomi regional dan global dengan segala bentuk peluang, ancaman, kekuatan,
dan kelemahan, diperlukan penciptaan iklim usaha kondusif dan paket program
khusus yang dirancang secara terpadu, baik pendekatan untuk perorangan maupun
kolektif yang sesuai dengan tahapan perkembangan permasalahan yang dihadapi.
Maka dari itu, pengembangan usaha erat kaitannya dengan proses, seperti
pendefinisian masalah ( kekuatan-kelemahan dan peluang-ancaman), pemecahan
masalah (kreativitasi), seleksi gagasan (kriteria dan uji sesuai aspek), dan
pengayaan gagasan yang terkait dengan fungsi perusahaan (pemasaran, keuangan,
produksi, administrasi, penelitian dan pengembangan) dan fungsi manajemen
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan).

Universitas Sumatera Utara

2.4. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang mengunakan beberapa jenis kapang rhizopus atau
ragi tempe. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa
komples menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe
kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam
kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degenerative. Secara
umum, tempe bewarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan
aroma yang khas.
2.4.1. Sejarah Tempe
Tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai.
Namun demikian, makanan tradisional ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu,
terutama dalam tatanan budaya makanan masyarakat Jawa.Khususnya di
Yogyakarta dan Surakarta.dalam manuskrip Serat Centhini telah ditemukan kata
tempe, misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis
makanan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dalam
catatan sejarah yang tersedia lainnya menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya
tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaaan
tradisional Jawa mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah dan
berkembang sebelum abab 16.

Universitas Sumatera Utara

Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa kuno. Pada zaman Jawa kuno
terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi.
Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan
makanan tumpi tersebut. selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun
1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan
pembuatan tempe diawali semasa era tanaman paksa di Jawa.
Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan pekarangan, seperti
singkong, ubi dan kedelai sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula terdapat
yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkanalkan oleh orang-orang
Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu kojil kedelai yang
dipermentasikan

menggunakan

kapang

Aspergillus.

Selanjutnya,

teknik

pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran
masyarakat Jawa yang bermigrasi keseluruh penjuru tanah air. Indonesia
merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai
tersebar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam
bentuk tempe, 40% tahu dan 10% dalam bentuk produk lain (tauco, kecap,dll)
(http://www.slideshare.net/joelgerystra/makalah-tempe#).
2.4.2. Jenis-Jenis Tempe
Tempe tidak hanya dapat dibuat dari kedelai, masyarakat telah mengenal
berbagai macam tempe tergantung dari daerahnya. Selain bahan baku,
keberhasilan dalam pembuatan tempe juga dipengaruhi oleh jenis jamur yang
digunakan. Adapun jenis-jenis tempe antara lain:

Universitas Sumatera Utara

1. Tempe kedelai, sekitar 85-90 persen tempe dibuat dari kedelai. Kedelai
yang umum digunakan adalah kedelai kuning. Di Jawa Tengah sekitar
Purwokero dan Magelang dikenal pula tempe dari kedelai hitam.
2. Tempe benguk, dibuat dari koro benguk banyak dikembangkan di Jawa
Tengah terutama Yogya dan Solo.
3. Tempe kecipir, dibuat dari biji kecipir berasal dari Papua.
4. Tempe Lamtoro dibuat dari biji Leucaena Leucocephala, namun tempe ini
mengandung mimosin yang dapat menyebabkan kerontokan rambut.
5. Tempe kacang hijau popular di Yogya.
6. Tempe turi, terkenal di daerah Wonosari Yogya.
7. Tempe kacang merah.
8. Tempe kara Beoog.
9. Tempe campuran gandum dan kedelai.
10. Tempe ampas tahu
11. Tempe bongkrek, dari ampas kelapa
12. Tempe jagung.
13. Tempe papaya.
(http://www.slideshare.net/joelgerystra/makalah-tempe#)
2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual
Menurut Sugiyono (2012: 89), kerangka berpikir merupakan hubungan sintesa
antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Konseptual
Usaha kecil Tempe
Kedelai

Lingkungan Usaha

Lingkungan Internal

Lingkungan Eksternal

Kekuatan

Peluang

Kelemahan

Ancaman

Matriks

Matriks

IFAS

EFAS

Matriks SWOT

Perumusan Strategi
Sumber: diolah oleh peneliti (2014)
Gambar 2.2 merupakan kerangka pemikiran konseptual dari penelitian
yang dilakukan pada usaha kecil tempe kedelai dengan menganalisis lingkungan
yang ada pada usaha kecil tempe yaitu lingkungan internal yang terdiri dari

Universitas Sumatera Utara

kekuatan dan kelemahan dan lingkungan eksternal yang terdiri dari peluang dan
ancaman, dan selanjutnya mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari lingkungan
tersebut pada matriks IFAS (Internal Factors Anaysis Summary) dan matriks
EFAS (Eksternal Factors Anaysis Summary). Selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan matriks SWOT di mana pada matriks SWOT terdiri dari 4 strategi
dan dilakukan perumusan strategi pengembangan yang tepat pada usaha tempe
tersebut.

Universitas Sumatera Utara