Strategi Pengembangan Usaha Kecil (Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

(1)

(2)

DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE

Jalan Besar Belok kiri


(3)

Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi

LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE


(4)

Tempat Limbah Mengalir


(5)

Perebusan Kacang Kedelai Mesin Pemecah Kacang Kedelai (Mesin Dompeng)


(6)

Perendaman Kacang Kedelai Pencucian Kacang Kedelai


(7)

Cetakan Tempe Kemasan Daun Pisang Alat perekat kemasan plastik ( Impulse Sealer)

BERBAGAI TEMPE YANG DIHASILKAN


(8)

(9)

(10)

Daftar Pertanyaan Wawancara

Informasi Tentang Diri Informan Kunci

1. Nama pemilik :... 2. Alamat :... 3. Nomor Telephone / HP :...

4. Umur :

20-25 tahun 25-30 tahun 30-35 tahun 35-40 tahun > 40 tahun

6. Pendidikan terakhir :

Tidak tamat SD SD

SLTP SLTA

Sarjana

7. Apakah Ibu pernah mengikuti pelatihan tentang kewirausahaan ?


(11)

Informasi Umum Usaha

1. Berapa lama Ibu sudah menjalankan usaha ini ?

0-5 tahun 5-10 tahun

10-15 tahun 15-20 tahun > 20 tahun

2. Berapa modal awal yang diperlukan untuk mendirikan usaha ini ? <1 juta 1-2 juta > 2 juta

3. Darimana Ibu memperoleh modal awal usaha ?

Pinjaman Sendiri

Patungan/ kerjasama Sendiri dan pinjaman 4. Apakah Ibu mendaftarkan usaha Anda ke instansi pemerintah terkait ?

Ya Tidak (lanjut ke no 7) 5. Jika ya, ke instansi mana :

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Kesehatan

Lainnya, sebutkan...

6. Jika menjawab ya, apakah alasan utama Ibu mendaftar ke instansi tersebut ? Mendapatkan pembinaan Lainnya, sebutkan... Mudah mendapatkan bahan baku

Mendapatkan pinjaman modal

7. Apakah alasan utama Ibu tidak mendaftar ke instansi tersebut ? Kendala biaya Birokrasi yang sulit Lainnya, sebutkan...


(12)

8. Apakah Ibu mempunyai perencanaan usaha yang tertulis?

Ya Tidak

9. Jika tidak, kenapa Ibu belum memilki?

Tidak tahu cara membuat Lainnya, sebutkan……. Malas membuat karena tidak terpakai

10. Jenis kedelai apakah yang Ibu gunakan sebagai bahan baku ? Kedelai impor Kedelai lokal Campuran

11. Apakah alasan utama Ibu menggunakan jenis bahan baku tersebut ?

Mutu Harga murah

Mudah didapat Lainnya, sebutkan...

12. Dari manakah anda mendapatkan bahan baku untuk membuat tempe ?

Koperasi Pasar

Petani Lainnya, sebutkan...

13. Apakah alasan utama Ibu mendapatkan bahan baku dari tempat tersebut ?

Mutu Harga murah

Mudah didapat Lainnya, sebutkan...

14. Apakah pembelian tersebut untuk satu kali produksi atau untuk persediaan produksi berikutnya ?

Satu kali produksi Untuk persediaan produksi berikutnya 15. Bagaimana cara pembayarannya ?

Cash (tunai) Kredit Lainnya, sebutkan...


(13)

16. Apakah ada persyaratan tertentu dalam penerimaan bahan baku ?

Ya Tidak

17. Apa tindakan yang dilakukan jika bahan baku yang diterima tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan ?

Dikembalikan ke suplier

Digunakan untuk membuat produk lain Mencari supplier baru

Lainnya, sebutkan...

18. Berapa jarak lokasi sumber bahan baku yang terdekat dengan usaha Ibu ?

< 1 km 1-5 km

5-10 km > 10 km

19. Bagaimana pengaruh lokasi sumber bahan baku yang ada sekarang terhadap kelancaran proses produksi ?

Biasa saja Tidak berpengaruh Berpengaruh Sangat berpengaruh 20. Bagaimana harga bahan baku saat ini?

Murah Biasa saja

Mahal Lainnya, sebutkan……

21. Apakah Ibu selalu melakukan pencatatan dari setiap penggunaan keuangan dalam usaha anda ?

Ya Tidak

22. Apakah Ibu selalu memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha ?


(14)

23. Apakan Ibu selalu melakukan penanaman modal dari setiap keuntungan yang diperoleh ?

Ya Tidak

24. Faktor utama apakah yang mendasari penentuan harga tempe Ibu ?

Biaya produksi Tergantung harga pasar

Jumlah permintaan Lainya, sebutkan... 25. Apakah Ibu melakukan strategi potongan harga ?

Ya Tidak

26. Jika ya, bagaimana hal tersebut dilakukan ?

Ke pelanggan tertentu Pada waktu tertentu Ke agen / distributor Lainnya, sebutkan... Jika pembelian melebihi jumlah tertentu

27. Apakah ada ciri khas tempe Ibu dibandingkan dengan pesaing?

Ya Tidak

28. jika ya, apa-apa saja:

Kemasannya Bentuknya

Harga Lainnya,sebutkan……..

Ukurannya

29. Darimanakah Ibu memperoleh pengetahuan tentang cara pembuatan tempe ?

Orang tua Teman

Kerja di industri tempe orang lain Pelatihan


(15)

30. Apakah Ibu mengalokasikan dana khusus untuk pemeliharaan peralatan ?

Ya Tidak

31.Apakah Ibu melakukan tindakan khusus dalam penanganan limbah?

Ya Tidak

32. Jika ya, bagaimanakah penanganan limbah? a. Cair

Dibuang ke tempat khusus Dibuang di sungai Lainnya, sebutkan...

b. padat

Dibuang ke tempat khusus Dibuang di sungai Dijual untuk pakan ternak Lainnya, sebutkan... 33. Produksi yang Ibu lakukan berdasarkan apa ?

Setiap hari Per-minggu

Pesanan Lainnnya, sebutkan... 34. Apa jenis kemasan utama yang digunakan dalam mengemas tempe Ibu?

Plastik Lainnnya, sebutkan... Daun pisang

35. Pernahkah suatu waktu tempe Ibu tidak terjual ?

Ya Tidak

36. Jika ya, apakah yang Ibu lakukan jika tempe yang sudah dipasarkan tetapi tidak terjual ?

Dibuang Diolah jadi produk lain


(16)

37. Menurut Ibu apakah lokasi usaha ini sudah strategis?

Ya Tidak

38. Jika ya, alasannya……….

Dekat dengan pasar tradisional Lainnya,sebutkan………. Akses yang mudah

39. Sejauh mana wilayah pemasaran tempe Ibu ?

Luar daerah Medan Lainnya,sebutkan……….

Medan

40. Kemanakah mayoritas tempe Ibu dipasarkan ?

Dijual langsung ke konsumen Dibeli agen / distributor Dititipkan ke warung Lainnya, sebutkan... 41. Alat transportasi apa yang digunakan dalam menyalurkan Tempe Ibu?

Mobil / truk Motor

Sepeda Lainnya, sebutkan...

42. Saat ini usaha Ibu belum memiliki karyawan, apakah Ibu ingin merekrut karyawan?

Ya Tidak

43. Jika ya, berapa orang:

2 3


(17)

PENENTUAN BOBOT DAN RATING

FAKTOR STRATEGIS INTERNAL DAN EKSTERNAL STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL (Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

Oleh MEI SOFYANA SAMOSIR (100907036)

Petunjuk pengisian:

Tentukan bobot dan rating dari masing-masing faktor internal dan eksternal di bawah ini yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil tempe di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan, dengan cara memberikan skor, dimana:

Kriteria Bobot: Kriteria Rating:

0,16 - 0,20 : Sangat Penting Sangat baik = 4

0,11 - 0,15 : Penting Baik = 3

0,06 - 0,10 : Cukup Penting Cukup baik = 2 0,01 - 0,05 : Kurang Penting Kurang baik = 1 0,00 : Tidak Penting

NB: Pemberian bobot masing-masing faktor jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.


(18)

FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) KEKUATAN

6. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus

7. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan

8. Kemampuan melakukan produksi secara kontiyu 9. Sudah memiliki pelanggan tetap

10. Lokasi yang cukup strategis KELEMAHAN

8. Penanganan khusus limbah cair belum ada 9. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya 10. Belum memiliki karyawan

11. Kemampuan pengusaha tempe terbatas 12. Sistem pencatatan keuangan belum ada 13. Kurangnya modal

14. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah


(19)

FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) PELUANG

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen kesehatan

2. Adanya kebijakan impor kedelai 3. Memiliki lingkungan yang aman 4. Diversifikasi produk tempe

5. Meningkatnya kemajuan teknologi

6. Telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan

7. Memiliki hubungan baik dengan pemasok ANCAMAN

1. Naiknya harga bahan baku

2. Keadaan cuaca yang tidak menentu

3. Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap kemasan tempe

4. Bertambahnya jumlah pesaing baru

5. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama 6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain

Total 1,00


(20)

Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal dan Internal (Informan Tambahan)

FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT

(a)

RATING (b) KEKUATAN

11. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus 0,10 3 12. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan

pelanggan

0,10 3

13. Kemampuan melakukan produksi secara kontiyu 0,15 3 14. Sudah memiliki pelanggan tetap 0,10 4 15. Lokasi yang cukup strategis 0,10 3 KELEMAHAN

15. Penanganan khusus limbah cair belum ada 0,05 1 16. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya 0.05 2

17. Belum memiliki karyawan 0,05 1

18. Kemampuan pengusaha tempe terbatas 0,10 1 19. Sistem pencatatan keuangan belum ada 0,05 1

20. Kurangnya modal 0,10 1

21. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

0,05 1


(21)

FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) PELUANG

8. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan

0,10 3

9. Adanya kebijakan impor kedelai 0,15 1 10. Memiliki lingkungan yang aman 0,05 2

11. Diversifikasi produk tempe 0,10 3

12. Meningkatnya kemajuan teknologi 0,05 2 13. Telah menjalin hubungan baik dengan

pelanggan

0,15 3

14. Memiliki hubungan baik dengan pemasok 0,10 3 ANCAMAN

7. Naiknya harga bahan baku 0,15 1

8. Keadaan cuaca yang tidak menentu 0,02 1 9. Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap

kemasan tempe

0,03 2

10. Bertambahnya jumlah pesaing baru 0,03 4 11. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama 0,05 4 12. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain 0,02 4


(22)

Penilaian Bobot dan Rating Faktor Strategis Eksternal dan Internal (peneliti)

FAKTOR STRATEGI INTERNAL BOBOT

(a)

RATING (b) KEKUATAN

1. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus 0,10 4 2. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan

pelanggan

0,08 4

3. Kemampuan melakukan produksi secara kontiyu 0,10 4 4. Sudah memiliki pelanggan tetap 0,15 4 5. Lokasi yang cukup strategis 0,10 4 KELEMAHAN

1. Penanganan khusus limbah cair belum ada 0,05 1 2. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya 0,02 2

3. Belum memiliki karyawan 0,05 1

4. Kemampuan pengusaha tempe terbatas 0,05 2 5. Sistem pencatatan keuangan belum ada 0,05 1

6. Kurangnya modal 0,10 1

7. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

0,15 2


(23)

FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL BOBOT (a)

RATING (b) PELUANG

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen kesehatan

0,15 4

2. Adanya kebijakan impor kedelai 0,05 3 3. Memiliki lingkungan yang aman 0,05 4

4. Diversifikasi produk tempe 0,05 4

5. Meningkatnya kemajuan teknologi 0,03 3 6. Telah menjalin hubungan baik dengan

pelanggan

0,15 4

7. Memiliki hubungan baik dengan pemasok 0,10 4 ANCAMAN

1. Naiknya harga bahan baku 0,15 1

2. Keadaan cuaca yang tidak menentu 0,02 2 3. Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap

kemasan tempe

0,02 2

4. Bertambahnya jumlah pesaing baru 0,05 3 5. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama 0,15 3 6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain 0,03 2


(24)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Amir, Taufiq.2011. Manajemen Stratejik Konsep dan Aplikasi.Jakarta : Rajawali Pers.

Atmosudirdjo, Prajudi. 1982. Dasar-Dasar Administrasi Niaga. Bogor : Ghalia Indonesia.

Bungin, Burhan. 2007. Metode penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers. Chadwick, Bruce A. dkk.2010. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. New

Jersey : Universitas Brigham Young.

David, Fred R. 1998. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta : PT Prenhallindo. Dirgantoro, Crown. 2004. Manajemen Stratejik. Jakarta : PT Grasindo.

Ginting, Paham. 2005. Teknik Penelitian Sosial.Medan : USU Press.

Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis.Bogor : Ghalia Indonesia.

Hunger, David dan Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta : Andi.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.Jakarta : Erlangga.

Ismail, Hanif dan Darsono Prawironegoro. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Jamitko,RD. 2004. Manajemen Stratejik. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Jauch, Lawrence R. dan William F. Glueck.1998. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan.Jakarta : Erlangga.


(25)

Juliandi, Azuar. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Bisnis.Medan : M2000.

Nasution, M. Arif.dkk. 2008. Metodologi Penelitian. 2008. Medan : Fisip USU. Rangkuti,Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta :

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Paham Ginting.2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan: USU Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong dan Sutina.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Umar, Husein. 2005. Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.Yogyakarta : CV Andi Offset.

Skr ipsi dan J ur nal :

Amalia, Alfi. (Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 2012). Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada UKM Batik Semarangan di Kota Semarang.(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:40)

Harahap, Uliyana. 2008. Analisis SWOT Pada Toko Budi Stiker Medan. Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Kasim, SN. dkk. (JurnalAgribisnis Vol. X (3) September 2011).Strategi

Pengembangan Usaha Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:36)

Laela, Nurul. 2009. Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. (diakses pada 07 Januari 2014 pukul19:08)


(26)

Sirajuddin, Sitti Nuraini.dkk.2011. Strategi Pengembangan Ternak Kelinci di Kabupaten Soppeng.Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan UNHAS.

Soraya, Dwi Vikha .2011.Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA).(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:43)

Sriyana, Jaka. 2010.Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM).(diakses pada 21 Desember 2013 pukul 00:44)

Santoso, Agus. 2008. Strategi Pengembangan Bisnis Usaha Kecil Menengah (Studi Kasus di UKM Kambing Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat).Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Wahyuniarso.2013. Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. (diakses pada 10 April 2014 pukul 18: 25)

Web :


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Wirartha (2006 : 154) penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya menggambarkan dan meringkaskan beberapa kondisi, situasi atau variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, dan sebagainya yang merupakan objek penelitian. Dengan kata lain penelitian ini ditujukan untuk memecahkan masalah (Ginting, 2005: 14). Ada pun pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan ada data-data kuantitatif di dalamnya yaitu angka-angka atau statistik yang digunakan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha kecil tempe kedelai di Jl. Flamboyan 2 No.1 Medan.

3.3.Informan Penelitian

Dalam mendapatkan sumber informasi yang tepat dan mendukung penelitian ini maka langkah yang dilakukan peneliti melalui informan penelitian. Informan penelitian terdiri dari beberapa macam yaitu informan kunci (informan yang memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam melakukan penelitian), informan utama yaitu informan yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dan informan tambahan yang merupakan informan yang dapat


(28)

memberikan informasi meskipun tidak terlibat langsung dalam interaksi sosial (Suyanto, 2005:172). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan informan kunci yaitu Ibu Sari sebagai pemilik usaha dan informan tambahan 1 orang yang lebih mengerti dan memahami tentang usaha-usaha kecil dan berperan sebagai pembanding yang memberikan pembobotan dan perangkingan pada matriks EFAS dan IFAS.

3.4. Definisi Konsep

1. Strategi adalah sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal organisasi (Jatmiko, 2003: 134).

2. Pengembangan usaha erat kaitannya dengan proses, seperti pendefinisian masalah (kekuatan-kelemahan dan peluang-ancaman), pemecahan masalah (kreativitasi), seleksi gagasan (kriteria dan uji sesuai aspek), dan pengayaan gagasan yang terkait dengan fungsi perusahaan (pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, penelitian dan pengembangan) dan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan) (Hubeis: 2009).

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah adalah definisi dari variabel-variabel yang dipilih oleh peneliti. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :

1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.


(29)

2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.

3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.

4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

3.6.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah apa dan bagaimana cara peneliti dalam mengumpulkan data (Juliandi, 2013: 127). Dalam penelitian ini peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan melalui :

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis melihat dan mengamati sendiri, mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dari yang diwawancarai. Pada penelitian ini peneliti mengadakan wawancara dengan pemilik usaha ini.


(30)

c. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan peneliti dari buku, jurnal, artikel-artikel di internet yang relevan dengan penelitian ini.

3.7.Teknik Analisis Data 3.7.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang intinya melihat bagaimana tanggapan terhadap butir-butir pertanyaan dengan istilah yang lebih teknis, menguji frekuensi untuk setiap variabel (Chadwick, 2010: 389). Analisis penelitian deskriptif sampai pada taraf deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik untuk memudahkan pemahaman dan penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang diberikan selalu memiliki dasar faktual yang jelas sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

3.7.2.Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)

Berikut adalah cara-cara penentuan Internal Factors Anaysis Summary (IFAS):

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang


(31)

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor kekuatan bersifat positif diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik). Sedangkan faktor yang bersifat negatif, kebalikannya. Jika kelemahan perusahaan besar sekali nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan rendah nilainya adalah 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya.


(32)

Tabel 3.1 IFAS FAKTOR-FAKTOR STRATEGI INTERNAL (1) BOBOT (2) RATING (3) BOBOT X RATING (4) KEKUATAN 1. 2. 3. 4. 5. KELEMAHAN 1. 2. 3. 4. 5.

TOTAL 1,00

Sumber : (Rangkuti, 2009 : 25)

Tabel 3.1 di atas merupakan tabel faktor-faktor strategis internal yaitu kekuatan dan kelemahan dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor yang telah diidentifikasi (Internal Factors Anaysis Summary).

Kriteria Bobot: Kriteria Rating:

0,16 - 0,20 : Sangat Penting 4 : Sangat Baik

0,11 - 0,15 : Penting 3 : Baik

0,06 - 0,10 : Cukup Penting 2 : Cukup Baik 0,01 - 0,05 : Kurang Penting 1 : Kurang Baik 0,00 : Tidak Penting


(33)

3.7.3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Berikut adalah cara-cara penentuan Eksternal Factors Anaysis Summary (EFAS):

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya, yaitu jika ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1 tetapi jika ancamannya sedikit ratingnya 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan


(34)

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Tabel 3.2 EFAS FAKTOR-FAKTOR STRATEGI EKSTERNAL (1) BOBOT (2) RATING (3) BOBOT X RATING (4) PELUANG 1. 2. 3. 4. 5. ANCAMAN 1. 2. 3. 4. 5.

TOTAL 1,00

Sumber : (Rangkuti, 2009 : 24)

Tabel 3.2 di atas merupakan tabel faktor-faktor strategis eksternal yaitu peluang dan ancaman dengan memberikan bobot dan rating pada setiap faktor yang telah diidentifikasi (Internal Factors Anaysis Summary).

Kriteria Bobot: Kriteria Rating:

0,16 - 0,20 : Sangat Penting 4 : Sangat Baik

0,11 - 0,15 : Penting 3 : Baik

0,06 - 0,10 : Cukup Penting 2 : Cukup Baik 0,01 - 0,05 : Kurang Penting 1 : Kurang Baik 0,00 : Tidak Penting


(35)

Pada tabel IFAS dan EFAS seperti yang telah di jelaskan di atas adanya pemberian pembobotan, perangkingan, diperlukan pembanding sebagai informan tambahan dalam pemberian pembobotan dan perangkingan pada tabel IFAS dan EFAS dengan peneliti. Dan hasil rata-rata (mean) pembanding dan peneliti yang dimasukkan ke dalam tabel IFAS dan EFAS.

3.7.4.Matriks SWOT

Matriks SWOT ( Strenghts = Kekuatan, Weakness = Kelemahan, Opportunities = Peluang-peluang, threats = Ancaman) adalah suatu alat yang penting yang dapat membantu para manajer mengembangkan tipe strateginya yang terdiri dari empat kemungkinan, yaitu: perpaduan antara Kekuatan- Peluang (SO), perpaduan antara Kelemahan-Peluang (WO), perpaduan Kekuatan-Ancaman (ST), dan perpaduan antara Kelemahan- Kekuatan-Ancaman (WT)

Tabel 3.3 Matriks SWOT

IFAS

EFAS

STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 Faktor

kekuatan Internal

WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 Faktor kelemahan internal

OPPOTUNIES (O) Tentukan 5-10 Faktor

peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang


(36)

TREATHS (T) Tentukan 5-10 Faktor

ancaman eksternal

STARTEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti (2009 : 31 )

Dari tabel 3.3, dapat dilihat penjelasan dari masing-masing strategi: a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.


(37)

Gambar 3.1

Diagram Cartecius Analisis SWOT

III. Mendukung Strategi Turn Around I.Mendukung Strategi Agresif

IV. Mendukung Strategi Defensif II.Mendukung Strategi Diversifikasi

Sumber : Rangkuti (2009: 19)

Dari gambarl 3.1, dapat dilihat penjelasan dari masing-masing kuadran:

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented startegy).

Kuadran II : Meskipun mengahadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan

BERBAGAI ANCAMAN BERBAGAI PELUANG

KELEMAHAN INTERNAL

KEKUATAN INTERNAL


(38)

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus pada strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.


(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Usaha

Hasil wawancara dan diskusi dengan pemilik sekaligus pengelola usaha kecil tempe ini diperoleh informasi bahwa usaha ini dimulai dari pembuatan tempe skala sangat kecil yaitu dengan menggunakan kacang kedelai 3 kg pada tahun 2007. Pada waktu itu Ibu Sari baru menikah, dan tidak ingin lagi menjadi pekerja di tempat orang lain. Ibu Sari membuat tempe dengan usaha coba-coba dan ternyata Ibu Sari berhasil membuat tempe tersebut. Dan untuk pemasarannya, Ibu Sari memanfaatkan peluang, di mana suami Ibu Sari bekerja di tempat Bapaknya sendiri yaitu seorang pengusaha tahu Sumedang.Suami beliau tersebut bekerja sebagai pengantar tahu kepada pelanggan-pelanggan tahu tersebut, dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Ibu Sari untuk memperkenalkan tempenya kepada orang-orang. Ketika suami beliau mengantar tahu ke tempat langganan Bapaknya, tempe buatan Ibu Sari juga diletakkan untuk dijual oleh langganan tahu tersebut.

Membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan pelanggan tetap.Adapun lama waktu yang ditempuh Ibu Sari sekitar 6 bulan atau sekitar setengah tahun. Pada saat itu pasar yang masih ditempuh Ibu Sari adalah pasar tradisional yang biasa disebut pajak Melati, di mana tempat tersebut dekat sekali dengan alamat rumah sekaligus tempat pembuatan tempe Ibu Sari. Dalam perjalanan bisnisnya, usaha Ibu Sari mengalami kenaikan dan pelanggannya pun


(40)

bertambah dan daerah pemasarannya sudah mulai tersebar.Sampai saat ini Ibu Sari mengelolanya sendiri dan suaminya tanpa seorang pun karyawan. Dan tempe-tempe yang dibuat oleh Ibu Sari ini berdasarkan pesanan ataupun permintaan oleh pelanggan mulai dari bentuk, ukuran, kemasan maupun jumlah tempe yang diminta. Adapun kemasan tempe yang digunakan yaitu daun pisang dan plastik polos. Saat ini juga tempe buatan Ibu Sari tersebut sudah terdaftar di instansi pemerintah yaitu ijin laik sehat dari Depertemen Kesehatan.

4.1.2. Kegiatan Usaha kecil Tempe

Kedelai yang digunakan untuk pembuatan tempe adalah kedelai impor. Pengusaha tidak menggunakan kedelai dalam negeri atau lokal karena kedelai lokal sulit didapat dan tidak cocok dijadikan menjadi tempe karena ukuran kacang kedelai lokal lebih kecil dan jika sudah dimasak tidak mengembang sehingga dapat mengurangi keuntungan. Pengusaha membeli kedelai langsung dari daerah KIM Mabar dan kedelai tersebut diantar langsung ke tempat.

4.2. Penyajian Data

4.2.1. Identitas Informan

Informan Kunci

Nama : Ibu Sari ( Iis Simarmata) Umur : 31 Tahun

Pekerjaan : Pemilik Usaha Tempe Pendidikan Terakhir : SLTP


(41)

Imforman Tambahan

Nama Lengkap : Rizky Putra SE,MSi

Usia : 26 Tahun

Pekerjaan : Konsultan Bisnis Pendidikan Terakhir : S-2 Ilmu Manajemen

4.3 Analisis Data dan Pembahasan 4.3.1. Analisis Lingkungan Usaha

Analisis lingkungan diperlukan untuk menilai lingkungan usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No. 1 Medan secara keseluruhan yang meliputi faktor-faktor yang berada di dalam (internal) dan berada di luar (eksternal) yang dapat mempengaruhi pengembangan usaha tersebut.

4.3.1.1. Analisis Lingkungan Internal

a. Produksi dan Operasi

Jenis dan kualitas kedelai yang diperoleh usaha ini dari pemasok kualitasnya bagus. Dalam proses produksi, proses dilakukan secara manual dan hanya ada mesin dompeng yang berfungsi untuk memecah kacang kedelai tersebut setelah direbus. Proses produksi dilakukan setiap hari dan berdasarkan pesanan dari pelanggan-pelanggan. Adapun kemasan yang digunakan dalam pembuatan tempe ini adalah kemasan dengan daun pisang dan plastik polos dan jenis kemasan itu digunakan berdasarkan permintaan pelanggan begitu juga dengan ukurannya, jadi pengusaha hanya menentukan harga saja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha, dia lebih senang menggunakan kemasan plastik di mana membuatnya lebih mudah, hanya menyesuaikan ukuran plastiknya saja, Sedangkan kemasan daun pisang,


(42)

membuatnya lumayan rumit, harus mempersiapkan cetakan untuk setiap ukuran, adapun cetakannya itu berbentuk persegi panjang dan seringkali belum saatnya penjualan, daun pisang tersebut sudah layu dan terlihat jelek dan harus menggantinya pada saat penjualan karena kalau tidak diganti tidak akan ada orang yang membelinya padahal isinya bagus. Dan hal ini dapat mengakibatkan penambahan biaya dan ditambah lagi harga daun pisang saat ini sudah dikategorikan mahal.

Jika pengusaha disuruh memilih untuk menggunakan kemasan apa, pengusaha lebih memilih menggunakan kemasan plastik. Menurut pengakuan pengusaha kualitas tempe yang dihasilkan dari dua kemasan berbeda tersebut adalah sama, hanya saja ada beberapa pembeli lebih menyukai kemasan daun pisang karena menurut pengakuan mereka wangi tempenya lebih terasa atau terlihat alami. Walaupun produksinya berdasarkan pesanan pelanggan, tetapi rata-rata produksi per hari itu ±1.300 batang dengan dasar hitungan ukuran kecil dan telah menghabiskan kacang kedelai per hari itu ±50 kg. Adapun alasan pengusaha memproduksi tempe berdasarkan pesanan untuk menjaga agar tidak ada tempe yang bersisa dan tidak laku terjual yang dapat mengakibatkan pembusukan dan berakibat kerugian.

Limbah yang dihasilkan dari proses produksi tempe ini, ada dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair berupa air cucian kacang kedelai dan limbah tersebut dibuang begitu saja ke selokan dan kalau tidak turun hujan, air tersebut tidak akan mengalir sehingga dapat menimbulkan bau tidak sedap di lingkungan tersebut. Menurut pengakuan pengusaha tidak ada masyarakat atau


(43)

tetangga yang komplain tentang hal tersebut, karena lokasi produksi tersebut adalah lokasi yang jarang penduduk atau hanya ada beberapa rumah saja dan keadaan itu juga yang membuat pengusaha memilih lokasi itu untuk membuka usaha ini.Dan untuk limbah padat berupa kulit kacang, itu digunakan untuk makanan ternak.

b. Sumber Daya Manusia

Pada usaha ini belum ada karyawan, tetapi pengusaha ingin juga merekrut karyawan dengan jumlah 2 orang.Dan menurut pengakuan pengusaha sampai saat ini belum ada orang yang ditemukan untuk dijadikan karyawan, dengan alasan sulit untuk mendapatkannya. Terkadang pengusaha kewalahan dalam menyelesaikan pembuatan tempe setiap harinya disamping dia juga seorang ibu rumah tangga yang mengurusi keluarga, apalagi kalau ada pesanan di luar batas produksi per harinya terkadang sampai tidak sanggup membuatnya. Jadi intinya pada sumber daya manusia ini pengusaha masih mencari karyawan.

c. Keuangan

Sistem pencatatan keuangan pada usaha ini belum ada.Setiap transaksi keluar masuknya uang tidak dicatat dalam buku keuangan. Dan berdasarkan pengakuan pengusaha, karena usaha ini merupakan mata pencaharian satu-satunya dan kalau kebutuhan keluarga sudah tercukupi sisanya dapat dijadikan sebagai simpanan atau tabungan untuk penanaman modal berikutnya dan sebagai alokasi dana untuk alat-alat produksi yang mengalami kerusakan ataupun mengalami penyusutan. Dan jika hal tersebut terjadi tidak perlu lagi repot dan bingung karena sudah ada persediaan keuangan. Untuk membuat kemasan tempe yang memiliki


(44)

cap sebagai identitas tempe buatan sendiri, pengusaha mengakui belum memiliki modal yang cukup untuk hal tersebut dan masih adanya keraguan.

d. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses akhir dari sebuah usaha. Dari pemasaran yang efektiflah didapatkan keuntungan.Dalam sistem pemasaran terdapat model-model pemasaran yang dipilih oleh suatu usaha sebagai strategi meraih pasar sebanyak-banyaknya. Model pemasaran yang dilakukan pada usaha tempe ini adalah dengan dua jenis yaitu mengantarkan langsung barang ke pelanggan pemesan dan ada juga dijemput langsung oleh pelanggan. Adapun tempat pemasaran tempe tersebut yaitu di pasar tradisional simpang Melati (yang biasa disebut pajak Melati), pasar tradisional Tanjung Rejo, pasar tradisional pasar 2 Tanjung Sari, Pasar tradisional pasar 5 Padang Bulan (yang biasa di sebut pajak pagi Padang Bulan), pasar tradisional Simalingkar, penjual gorengan, dan sebagainya.

Menurut pengakuan pengusaha tempe tersebut paling banyak dipasarkan di pasar Tradisional simpang Melati karena lokasi tersebut sangat dekat dengan lokasi produksi, dan tempe tersebut langsung diantar ke tempat dengan alat transportasi kendaraan roda tiga atau yang disebut becak (becak barang). Adapun pelanggan-pelanggan lain yang datang menjemput langsung tempe tersebut itu merupakan pilihan pembeli karena pun akses ke tempat produksi mudah dan tidak sulit untuk ditemukan, hanya ada sekitar ± 200 m dari jalan besar. Tetapi terkadang jika pelanggan yang biasanya menjemput langsung ke tempat tersebut kemalangan atau ada halangan, pengusaha yang mengantarkan barang tersebut ke


(45)

tempat pelanggan.Pelanggan-pelanggan yang disebutkan di atas merupakan pelanggan-pelanggan tetap.Untuk menambah pasar, pengusaha belum gencar Karen kemampuan yang dimiliki masih terbatas karena tidak memiliki karyawan jika pelanggannya bertambah. Adapun harga tempe yang dijual pengusaha adalah mulai dari harga Rp 700,- sampai harga Rp 5.000,- di mana harga-harga tersebut ditentukan berdasarkan ukurannya.

4.3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal

a. Analisis Lingkuangan Makro

Faktor-faktor lingkungan makro pada usaha kecil tempe kedelai ini adalah: 1. Faktor Kebijakan Pemerintah

Politik dan hukum yang terdiri dari undang-undang kebijakan pemerintah, lembaga pemerintah, dan kelompok berpengaruh pada keputusan penyusunan strategi usaha. Adanya kebijakan pemerintah tentang ijin seperti ijin laik sehat departemen kesehatan untuk pengusaha makanan seperti usaha tempe ini untuk memastikan bahwa makanan tersebut bebas dari zat-zat berbahaya seperti bahan pengawet dan dapat dikatakan bersih dan sehat jika dikonsumsi. Usaha ini sudah mendaftarkan tempenya tersebut kepada departemen kesehatan dan telah dijamin bahwa tempe tersebut bebas dari zat pengawet, bersih dan sehat. Sehingga dengan hasil tersebut, pengusaha lebih percaya diri untuk memasarkan tempenya kemana pun karena telah ada lembaga yang menjaminnya.

Adanya kebijakan pemerintah tentang pemasukan impor kacang kedelai membantu pengusaha yang berbahan baku kedelai untuk meneruskan usahanya, walaupun saat ini kacang kedelai dikatakan mahal, karena kacang kedelai lokal


(46)

yang tidak sanggup memenuhi permintaan pasar. Dan menurut pengakuan pengusaha tempe ini, kacang kedelai impor lebih cocok dijadikan sebagai tempe dibandingkan dengan kacang kedelai lokal. Selain karena cocok untuk dijadikan tempe kacang kedelai impor lebih mudah mendapatkannya. Untuk mengatasi mahalnya kacang kedelai impor tersebut, pengusaha mengurangi timbangan ataupun takaran kacang kedelai dari timbangan biasanya dalam setiap kemasan. 2. Faktor Ekonomi

Menurut pengusaha, keadaan ekonomi saat ini dikatakan tidak baik karena naiknya harga sembako, seperti harga kacang kedelai saat ini telah mencapai harga Rp 8.300/kg. Pengusaha mengatakan bahwa harga kacang kedelai yang standar itu seharga Rp 7.500/kg dan kalau masih seharga Rp 8000-an itu dikatakan mahal.

3. Faktor Sosial, Budaya, dan Demografi

Pola konsumsi masyarakat yang menyukai makanan olahan dari tempe merupakan peluang bagi pengusaha tempe. Adanya diversifikasi produk di mana tempe tidak hanya digunakan sebagai lauk pauk saja tetapi berbagai jenis makanan tambahan atau jajanan dari tempe merupakan peluang bagi pengusaha tempe untuk mengembangkan usahanya. Selain itu juga, hal yang mendorong masyarakat mengkonsumsi tempe yaitu tempe merupakan makanan yang baik untuk kesehatan. Lingkungan fisik di mana usaha tempe ini beroperasi merupakan lingkungan yang aman, walaupun limbahnya dibuang begitu saja tidak ada yang komplain terhadap hal tersebut.


(47)

Untuk cuaca yang terkadang tidak menentu, membuat kesiapan dari pengusaha tempe ini untuk mengantisipasi agar fermentasi tempenya tidak rusak yang mengakibatkan pembusukan. Jika cuaca panas, tempe yang sudah dikemas yang telah disusun di dalam keranjang akan cepat panas dan tempe tersebut harus segera di gantungkan di tempat penggantungan atau rak tempe yang telah disediakan pemilik. Jika cuaca dingin atau hujan, pengusaha juga harus lebih teliti dalam pemberian ragi pada kacang kedelai. Jika dalam keadaan tersebut, biasanya takaran ragi lebih banyak agar proses fermentasinya bagus.

4. Faktor Teknologi

Penggunaan teknologi akan memberikan efektivitas dan efisiensi yang berpengaruh terhadap biaya operasional. Pengusaha tempe ini sudah menggunakan teknologi seperti mesin yang biasa disebut mesin dompeng yang berfungsi untuk memecah kacang kedelai, di mana pada saat belum menggunakan mesin tersebut harus membutuhkan waktu lama karena dilakukan secara konvensional dengan cara memasukkan ke dalam karung dan kemudian menginjak-injaknya.

Pengusaha tempe ini juga menggunakan kendaraan roda tiga atau becak sebagai alat trsnsportasi yang digunakan untuk mengantarkan tempe-tempe tersebut kepada pelanggan memberikan pengaruh besar terhadap efektivitas dan efisiensi pemasaran. Penggunaan handphone sebagai alat komunikasi memperlancar proses transaksi dengan pelanggan. Jika pelanggan berlokasi jauh yang biasanya datang menjemput tempe ke tempat berhalangan atau jika ada


(48)

penambahan atau pengurangan jumlah tempe yang dipesan diakibatkan sesuatu hal tinggal telepon saja. Sehingga biaya operasional pun lebih efisien.

b. Analisis Lingkungan Industri

Analisis lingkungan industri dilakukan berdasarkan konsep lima kekuatan bersaing Porter, yaitu:

1. Ancaman Masuknya Pendatang baru

Masuknya sejumlah pendatang baru dalam bisnis tempe menimbulkan ancaman besar bagi pengusaha tempe yang sudah ada, misalnya kapasitas tempe yang bertambah yang mengakibatkan perebutan konsumen. Pendatang baru bisa saja datang dari luar daerah ataupun masih satu daerah. Adapun indikasi ancaman tersebut dapat dilihat dari mudahnya memulai bisnis tempe dengan modal yang sedikit.

2. Persaingan Sesama

Persaingan dalam bisnis tempe di Medan cukup ketat. Banyak pengusaha-pengusaha tempe yang lebih besar dari usaha tempe ini dan lokasi tidak jauh dari usaha tempe ini. Harga yang ditawarkan juga sama dengan harga tempe pada usaha ini. Kemasan yang digunakan oleh pesaing-pesaing besar tersebut sudah menggunakan plastik berwarna dengan mencantumkan cap dan harga jual. Dan terkadang banyak orang lebih memilih tempe yang berpenampilan seperti itu. Menurut pengakuan pengusaha, untuk membuat kemasan plastik seperti yang telah dilakukan pesaing belum sanggup karena membutukan modal lagi dan masih adanya keraguan dalam diri pengusaha untuk melakukannya, dan yang dapat dilakukan pengusaha untuk meperlancar usahanya tersebut menjaga dan menjalin


(49)

hubungan baik dengan pelanggan-pelanggan tetap yang selama ini telah dibangun. Dan ada juga pesaing yang berasal dari luar daerah Medan seperti daerah Binjai yang menyebabkan persaingan yang sangat ketat.

3. Ancaman Produk Subsitusi

Pengertian produk subsitusi adalah produk yang memiliki karakteristik yang berbeda, namun memberikan fungsi yang sama. Munculnya produk substitusi akan mengancam jumlah permintaan apalagi kalau harga yang ditawarkan tersebut lebih murah. Tetapi untuk saat ini, belum ada ditemukan produk pengganti tempe.

4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Pembeli atau pelanggan dalam dunia bisnis ibarat raja dan ratu yang dapat menawar dan meminta sesuai kehendaknya yang bermaksud pembeli mampu mempengaruhi pengusaha untuk memotong harga, meningkatkan mutu, dan pelayanan. Pelanggan usaha tempe ini cukup tersebar di daerah Medan walaupun yang paling jauh dari lokasi produksi adalah Simalingkar dan Padang Bulan. Pelanggan-pelanggan usaha tempe ini memesan tempe dengan permintaan sendiri-sendiri mulai dari bentuk, kemasan, dan ukuran ditentukan oleh sendiri-sendiri oleh pembeli.

Pengusaha membuat tempe berdasarkan permintaan pelanggan dan menentukan harganya. Pengusaha tempe ini tidak ada melakukan pemotongan harga, yang dilakukan hanya memberikan bonus atau melebihkan dari jumlah pesanan. Dan ini dilakukan hanya kepada pelanggan-pelanggan tetapnya saja. Jikalau pelanggan telah memesan tempe dan saat itu juga terjadi kemalangan yang


(50)

tidak terduga seperti sakit yang membuat pelanggan tidak bisa berjualan, maka yang dilakukan pengusaha tempe tersebut menjualnya sendiri. Kekecewaan itu pasti ada tetapi untuk menjaga hubungan baik itu dilakukan dengan ikhlas oleh pengusaha karena hal tersebut salah satu risiko dalam menjalankan usaha ini.

Cara pembayaran yang dilakukan pelanggan ada yang cash dan ada juga gali lobang tutup lobang. Biasanya pelanggan yang datang menjemput ke tempat itu membayarnya secara cash dan pelanggan yang meminta diantar ke tempat biasanya setelah terjual lalu dibayar. Pengusaha dan pelanggan sudah saling percaya akan hal tersebut, tidak ada lagi keraguan dalam menjalankan keadaan yang seperti itu.

5. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Pemasok kacang kedelai pada usaha ini adalah dari gudang besar KIM Mabar. Dulunya usaha ini memasok kacang kedelai dari gudang kecil Tanjung Sari. Tetapi saat ini lebih memilih dari daerah KIM Mabar karena pelayanannya sama saja yaitu langsung antar ke tempat dan pengusaha lebih suka dari gudang besarnya saja. Persyaratan yang dilakukan oleh pengusaha tempe dengan pemasok ada yaitu jika ada kacang kedelai yang rusak dapat dikembalikan kepada pemasok.

Biasanya pengusaha tempe ini memasok kacang kedelai sebulan sekali yaitu 1 Ton untuk 30 hari, di mana untuk 1 hari kacang kedelai yang digunakan 50 kg (1 karung).

Menurut pengakuan pengusaha tidak pernah kewalahan atau kekurangan kacang kedelai yang dapat menghambat proses produksi karena dia selalu


(51)

mengantisipasi kalau persediaan kacang kedelainya tinggal 3 karung yaitu masing-masing 50 kg/karung beliau langsung memesan kepada pemasok dan pemasok pun tidak pernah terlambat mengirimkannya.

4.4. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil tempe. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Identifikasi Faktor Kekuatan

Usaha tempe ini adalah salah satu yang memasok tempe di daerah Medan terutama di pasar-pasar tradisional yang dekat dengan lokasi usaha ini. Usaha tempe ini merupakan usaha yang mudah untuk dilaksanakan. Dalam faktor produksi dan operasi usaha tempe ini mempunyai kekuatan antara lain kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi permintaan pelanggan yang bermacam-macam bentuk atau ukuran sesuai keinginan pelanggan, memiliki kemampuan melakukan produksi setiap hari secara rutin sehingga pengusaha selalu ada persediaan untuk hari-hari berikutnya. Hal ini dilakukan agar setiap hari pengusaha mampu mencukupi kebutuhan konsumen dan kepercayaan dari pelanggan tetap terjaga sehingga tidak berpindah ke tempat lain.

Lokasi tempat operasional pembuatan tempe ini jarang penduduk jadi untuk masalah limbah tentang mengganggunya masyarakat tidak ada dan ini dapat ditunjukkan bahwa tidak ada masyarakat setempat yang komplain terhadap hal tersebut. Pemasaran yang digunakan usaha tempe ini sudah cukup efektif


(52)

karenatelah memiliki pelanggan tetap dan pelanggan-pelanggan terbanyak adalah yang dekat dengan lokasi usaha tersebut. Untuk pelanggan yang jauh dari lokasi tersebut mudah juga untuk menjangkau tempat tersebut karena tidak jauh dari jalan besar.

b. Identifikasi Faktor Kelemahan

Faktor internal yang menjadi kelemahan usaha tempe ini adalah faktor produksi dan operasi dalam hal kemasan daun pisang yang dapat membuat penambahan biaya. Untuk faktor sumber manusia, usaha ini belum memiliki karyawan dengan alasan sulit untuk menemukannya, jadi kemampuan pengusaha tempe ini terbatas. Faktor keuangan sangat terlihat sekali kelemahannya. Tidak adanya pencatatan transaksi atau pembukuan keuangan. Dan untuk modal dalam pengembangan usahanya belum mencukupi. Usaha tempe ini sejauh ini belum gencar dalam melakukan promosi untuk menambah pelanggannya, masih mengandalkan pelanggan-pelanggan tetapnya menjadi suatu kekuatan sehingga jika terjadi sesuatu hal terhadap pelanggan, pengusaha tempe ini ikut terimbas terhadap kejadian tersebut.

c. Identifikasi Faktor peluang

Adanya ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan yang mengatakan bahwa tempe yang dihasilkan usaha ini bebas dari zat-zat berbahaya membuat pengusaha lebih percaya diri untuk mengembangkan usahanya tersebut. Adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan impor kacang kedelai membuat pengusaha tidak pernah kewalahan dalam mendapatkan bahan baku kacang kedelai. Adanya diversifikasi produk di mana tempe tidak hanya digunakan


(53)

sebagai lauk-pauk saja tetapi berbagai jenis makanan tambahan atau jajanan dari tempe merupakan peluang bagi pengusaha tempe untuk mengembangkan usahanya. Sebagai usaha yang masih dikatakan kategori kecil untuk pasar tradisional, usaha tempe ini ikut memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu dengan pemakaian telepon seluler dan kendaraan bermotor untuk memudahkan kegiatan transaksi dan pemasaran kepada pelanggan sehingga dapat mengefisienkan biaya produksi. Adanya hubungan baik antara pengusaha yaitu sikap saling percaya dan tidak saling mengecewakan antara pembeli/pelanggan dan pemasok.

d. Identifikasi Faktor Ancaman

Keadaan ekonomi saat ini dikatakan tidak baik karena naiknya harga sembako, seperti harga kacang kedelai saat ini telah mencapai harga Rp 8.300/kg. Keadaan cuaca yang terkadang tidak menentu harus membuat pengusaha tempe siap siaga untuk mengantisipasi agar fermentasi tempe tidak gagal. Masuknya pendatang baru bisa menyebabkan persaingan yang ketat bahkan bisa terjadi persaingan yang tidak sehat sesama produsen, dan kondisi ini dapat mengakibatkan perebutan sumber daya dan pelanggan.

Adanya pengusaha-pengusaha tempe yang lebih besar dari usaha tempe ini dan lokasinya tidak jauh dari usaha tempe ini dan ada juga pesaing yang berasal dari daerah luar. Harga yang ditawarkan juga sama dengan harga tempe yang ada pada usaha ini. Kemasan yang digunakan oleh pesaing-pesaing besar tersebut sudah menggunakan plastik dengan berwarna dengan mencantumkan cap dan harga jual yang dapat mempengaruhi daya tarik konsumen untuk memilih tempe yang berpenampilan seperti itu.


(54)

Tabel 4.1

Kekuatan dan Kelemahan Internal Usaha Kecil Tempe Kedelai

Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

a. Produksi dan Operasi

1. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus

2. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan 3. Kemampuan

melakukan produksi secara kontinyu

1. Penanganan khusus limbah cair belum ada 2. Kemasan daun

pisang dapat menambah

biaya

b. Sumber Daya Manusia

3. Belum memiliki karyawan

4. Kemampuan pengusaha tempe terbatas

c. Keuangan 5. Sistem

pencatatan keuangan belum ada

6. Kurangnya modal d. Pemasaran 4. Sudah memiliki

pelanggan tetap 5. Lokasi yang

cukup strategis

7. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah Sumber: Analisis Data Primer (2014)

Tabel 4.1 merupakan faktor-faktor strategis internal atau daftar kekuatan dan kelemahan usaha kecil tempe kedelai di atas merupakan hasil penilaian dan diskusi peneliti dan pemilik usaha yang menjadi informan penelitian.


(55)

Tabel 4.2

Peluang dan Ancaman Eksternal Usaha Kecil Tempe Kedelai

Faktor Eksternal Peluang Ancaman

a. Kebijakan Pemerintah

1.Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen kesehatan 2.Adanya kebijakan impor kedelai

b. Kondisi ekonomi 1.Naiknya harga

bahan baku c. Sosial, Budaya,

dan Demografi

3.Memiliki

lingkungan yang aman 4.Diversifikasi produk tempe

2.Keadaan cuaca yang tak menentu

3.Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap kemasan tempe

a. Teknologi 5.Meningkatnya kemajuan teknologi b. Ancaman

Masuknya Pendatang baru

4.Bertambahnya jumlah pesaing baru

c. Persaingan Sesama

5.Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama

6.Masuknya pesaing sesama dari daerah lain

d. Kekuatan Tawar Menawar

Pembeli

6.Telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan

e. Kekuatan Tawar Menawar

Pemasok

7.Memiliki hubungan baik dengan pemasok Sumber: Analisis Data Primer (2014)


(56)

Tabel 4.2 merupakan faktor-faktor strategis eksternal atau daftar peluang dan ancaman usaha kecil tempe kedelai di atas merupakan hasil penilaian dan diskusi peneliti dan pemilik usaha yang menjadi informan penelitian.

Berdasarkan Identifikasi faktor-faktor internal yang ada pada usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan didapatkan sejumlah kekuatan dan kelemahan yang disebut sebagai faktor strategis internal usaha.Faktor strategis tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan perangkingan oleh informan tambahan (pembanding) dan peneliti.

Tabel 4.3

Matriks IFAS Usaha Kecil Tempe Kedelai

Faktor Strategis Internal Bobot (a) Rating (b) Nilai c=axb Kekuatan

1. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus

2. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan

3. Kemampuan melakukan produksi secara kontinyu

4. Sudah memiliki pelanggan tetap 5. Lokasi yang cukup strategis

0,10 0,09 0,125 0,125 0,10 3,5 3,5 3,5 4 3,5 0,35 0,315 0,4375 0,5 0,35

Sub Total 0,54 1,9525

Kelemahan

1. Penanganan khusus limbah cair belum ada

2. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya

3. Belum memiliki karyawan

4. Kemampuan pengusaha tempe terbatas

5. Sistem pencatatan keuangan belum ada

6. Kurangnya Modal

0,05 0,035 0,05 0,075 0,05 0,10 1 2 1 1,5 1 1 0,05 0,07 0,05 0.1125 0,05 0,10


(57)

7. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

0,10 1,5 0,15

Sub Total 0,46 0,5825

Total 1,00 2,535

Sumber: Data Primer Diolah (2014)

Tabel 4.3 Matriks Internal Factor Analysis Summary Usaha kecil tempe Kedelai menunjukkan bahwa kekuatan yang dimiliki lebih besar daripada kelemahannya. Kekuatan memiliki sub total skor 1,9525 dan kelemahan memiliki sub total skor 0,5825. Dan hasilnya diselisihkan yaitu :1,9525 – 0,5825 = 1,37.

Skor total matriks IFAS sebesar 2,535 menunjukkan posisi usaha kecil tempe kedelai sedang/rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mangatasi kelemahan yang ada pada usaha kecil ini.

Berdasarkan Identifikasi faktor-faktor eksternal yang ada pada usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan didapatkan sejumlah peluang dan ancaman yang disebut sebagai faktor strategis internal usaha.Faktor strategis tersebut kemudian dilakukan pembobotan dan perangkingan oleh informan tambahan (pembanding) dan peneliti.

Tabel 4.4

Matriks EFAS Usaha Kecil Tempe Kedelai

Faktor Strategis Eksternal Bobot (a) Rating (b) Nilai c=axb Peluang

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan

2. Adanya kebijakan impor kedelai 3. Memiliki lingkungan yang aman 4. Diversifikasi produk tempe

5. Meningkatnya kemajuan teknologi 6. Telah menjalin hubungan baik

dengan pelanggan 0,125 0,10 0,05 0,075 0,04 0,15 3,5 2 3 3,5 2,5 3,5 0,4375 0,20 0,15 0,2625 0,1 0,525


(58)

7. Memiliki hubungan baik dengan pemasok

0,10 3,5 0,35

Sub Total 0,64 2,025

Ancaman

1. Naiknya harga bahan baku 2. Keadaan cuaca yang tak menentu 3. Perbedaan pola pikir masyarakat

terhadap kemasan tempe

4. Bertambahnya jumlah pesaing baru 5. Banyaknya pesaing sesama di

daerah yang sama

6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain 0,15 0,02 0,025 0,04 0,10 0,025 1 1,5 2 3,5 3,5 2 0,15 0,03 0,05 0,14 0,35 0,05

Sub Total 0,36 0,77

Total 1,00 2,795

Sumber: Data Primer Diolah (2014)

Tabel 4.4 Matriks Eksternal Factor Analysis Summary Usaha kecil tempe Kedelai menunjukkan bahwa peluang yang dimiliki lebih besar daripada ancamannya. Peluang memiliki sub total skor 2,025 dan ancaman memiliki sub total skor 0,77. Dan hasilnya diselisihkan yaitu :2,025 – 0,77 = 1,255. Skor total matriks EFAS sebesar 2,795 menunjukkan posisi usaha kecil tempe kedelai baik dalam memanfaatkan atau merespon peluang yang dimiliki untuk mangatasi ancaman yang ada dari luar usaha kecil ini.


(59)

Tabel 4.5

Matriks SWOT Usaha Kecil Tempe kedelai IFAS

EFAS

Kekuatan (S)

1. Kualitas tempe yang dihasilkan bagus

2. Kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan 3. Kemampuan melakukan

produksi secara kontiyu 4. Sudah memiliki pelanggan

tetap

5. Lokasi yang cukup strategis

Kelemahan (W)

1. Penanganan khusus limbah cair belum ada

2. Kemasan daun pisang dapat menambah biaya

3. Belum memiliki karyawan 4. Kemampuan pengusaha

tempe terbatas

5. Sistem pencatatan

keuangan belum ada 6. Kurangnya Modal

7. Pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah

Peluang (O)

1. Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen

kesehatan

2. Adanya kebijakan impor kedelai

3. Memiliki

lingkungan yang aman

4. Diversifikasi produk tempe 5. Meningkatnya

kemajuan teknologi

6. Telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan 7. Memiliki

hubungan baik dengan pemasok

Strategi SO

1. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe serta jumlah pelanggan tetap

(S1, S2, S3, O1, O4 )

2. Menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap dan pemasok

(S3,S4,O6,O7)

3. Menambah jumlah

produksi seiring bertambahnya jumlah pelanggan

(S2,S3,S5,O2,O3,O5)

Strategi WO

1. Penanganan limbah cair (W1,O3)

2. Pengadaan sumber daya manusia

(W3,W4,O5)

3. Membuat sistem pencatatan keuangan, penambahan modal, dan menambah pasar


(60)

Sumber: Data primer diolah (2014)

Dari tabel 4.5, strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Strategi SO

Strategi ini merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal dan memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah:

a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe serta jumlah pelanggan tetap.

Dengan memanfaatkan faktor kekuatan internal kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontiyu menjadi suatu hal untuk memanfaatkan peluang yaitu mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe an menambah pelanggan tetap di mana telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan, dan adanya diversifikasi produk tempe.

Ancaman (T)

1. Naiknya harga bahan baku

2. Keadaan cuaca yang tak menentu 3. Perbedaan pola

pikir masyarakat terhadap kemasan tempe

4. Bertambahnya

jumlah pesaing baru

5. Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama

6. Masuknya pesaing sesama dari daerah lain

Strategi ST

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi dalam penggunaan biaya produksi

(S1,S2,S3,T1,T5,T6)

2. Menjaga serta memelihara hubungan baik dengan mitra dan menambah mitra bisnis

(S2,S3,S4,T4,T5,T6)

Strategi WT

1. Menentukan kemasan yang dapat mengefisiensi biaya produksi

(W2,W4,W6,T1,T2,T3) 2. Menjaga hubungan baik

dengan masyarakat sekitar, mengadakan

karyawan,menambah

pelanggan, meningkatkan

pelayanan dan meningkatkan daya saing


(61)

b. Menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap dan pemasok

Faktor kekuatan seperti kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontiyu dan peluang yang dapat diambil yaitu menjaga hubungan baik yang telah lama dibangun dengan pelanggan-pelanggan tetap dan pemasok.

c. Menambah jumlah produksi seiring bertambahnya jumlah pelanggan

Adanya kekuatan kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontiyu, lokasi yang cukup strategis dapat memanfaatkan peluang untuk menambah jumlah produksi dengan diikuti menambah jumlah pelanggan tetap yang didukung dengan adanya kebijakan impor kedelai sehingga tidak sulit untuk mencari bahan baku, memiliki lingkungan yang aman untuk kelancaran proses produksi, dan meningkatnya kemajuan teknologi dan lokasi yang strategis yang dapat membantu keefektifan dalam hal produksi, maupun pemasaran.

2. Strategi WO

Strategi ini merupakan strategi yang memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah:

a. Penanganan limbah cair

Kelemahan yang dimiliki seperti penanganan khusus limbah cair yang belum ada dapat memanfaatkan peluang dengan keadaan lingkungan yang aman


(62)

dengan segera melakukan tindakan penanganan limbah cair tersebut supaya kondisi lingkungan tetap aman.

b. Pengadaan sumber daya manusia

Kelemahan internal yang dimiliki yaitu belum memiliki karyawan dan kemampuan pengusaha tempe terbatas dapat diatasi dengan pengadaan sumber daya manusia dengan bantuan peluang meningkatnya kemajuan teknologi dalam hal menemukan karyawan yang tepat dan membantu pengusaha dalam memproduksi serta memasarkan tempe.

c. Membuat sistem pencatatan keuangan, penambahan modal, dan menambah pasar

Belum adanya sistem pencatatan keuangan secara tertulis merupakan suatu kelemahan dan harus segera diperbaiki karena dengan demikian biaya-biaya yang dikeluarkan dapat diketahui dengan benar dan keuntungan yang diperoleh. Adanya peluang dari Departemen Kesehatan yang telah menjamin produk bias dimanfaatkan sebagai promosi dengan adanya modal yang cukup seperti membuat kemasan yang mencantumkan cap ijin departemen kesehatan. Diversifikasi produk tempe saat ini dapat digunakan dalam menambah pasar yang lebih banyak lagi.

3. Strategi ST

Strategi ini merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan internal untuk mengurangi ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi dalam penggunaan


(63)

Meningkatkan kualitas dan kuantitas tempe didukung dengan kekuatan bahwa kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi sesuai keinginan konsumen dan dapat memproduksi secara kontinyu merupakan hal yang dapat mengurangi ancaman seperti naiknya bahan baku, banyaknya pesaing ssejenis dari dalam dan luar daerah sehingga pelanggan-pelanggan tidak akan berpaling dan pengusaha tidak rugi.

b. Menjaga serta memelihara hubungan baik dengan mitra dan menambah mitra bisnis

Kekuatan-kekuatan yang telah diperoleh dalam hal pemenuhan kebutuhan pelanggan sesuai dengan apa yang telah diharapkan dapat menambah pelanggan serta mempertahankan pelanggan dari ancaman adanya pesaing baru, pesaing dari dalam dan luar daerah yang dapat merebut pelanggan ataupun pasar.

4. Strategi WT

Strategi ini merupakan strategi yang mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman. Alternatif strategi yang dihasilkan adalah:

a. Menentukan kemasan yang dapat mengefisiensi biaya produksi

Adanya kelemahan bahwa kemasan daun pisang dapat menambah biaya, kemampuan pengusaha terbatas dan masih membutuhkan modal yang cukup dan adanya ancaman naiknya harga bahan baku, keadaan cuaca yang tak menentu, perbedaan pola pikir masyarakat terhadap kemasan tempe, dengan menentukan kemasan sebagai ciri khas tempe buatan pengusaha yang dapat mengefisiensi biaya produksi akan mengurangi kelemahan sekaligus menghindari ancaman tersebut.


(64)

b. Menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar, mengadakan karyawan, menambah pelanggan, meningkatkan pelayanan dan meningkatkan daya saing.

Kelemahan-kelemahan internal seperti penanganan khusus limbah cair belum ada, belum memiliki karyawan, dan kemampuan pengusaha tempe terbatas serta ancaman-ancaman bertambahnya jumlah pesaing baru, banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama, masuknya pesaing sesama dari daerah lain dapat diatasi dengan menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar dengan cara segera menangani pepbunagan limbah cair. Mengadakan karyawan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Menambah pelanggan, menungkatkan pelayanan dan daya saing untuk menghindari ancaman-ancaman yang mungkin datang dari pesaing.

4.5.Diagram Cartecius Analisis SWOT

Peneliti mengadakan analisis strategis dalam melihat peluang dan ancaman usaha, dan dibandingkan dengan kekuatan dan kelemahan, dalam melihat strategi pengembangan usaha yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan diagram cartecius analisis SWOT yang mengidentifikasikan posisi usaha dalam 4 strategi. Hasil perbandingan analisis internal (kekuatan dan kelemahan) dengan analisis eksternal (peluang dan ancaman), berdasarkan data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Sumbu (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan sedangkan sumbu (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

Nilai sumbu x : S = 1,9525 dan W = 0,5825 Hasil selisih = 1,37


(65)

Nilai sumbu y : O = 2,025 dan T = 0,77 Hasil selisih = 1,255

Gambar 4.1

Diagram Cartecius Analisis SWOT Usaha Kecil Tempe Kedelai O (+2,025)

Kuadran I ( Strategi Agresif ) (+1,255)

W (-0,5825) S (+1,9525)

(+1,37)

T (-0,77)

Sumber: Data Primer Diolah (2014)

Dilihat dari gambar 4.1 bahwa usaha kecil tempe kedelai berada pada kuadran I yaitu strategi agresif. Posisi kuadran I ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Usaha kecil tempe kedelai memiliki kekuatan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada.


(66)

4.6 Pembahasan

Pada hasil analisis data yang diperoleh, menunjukkan bahwa Usaha Kecil Tempe Kedelai ini memiliki skor nilai yang baik dalam lingkungan internal berada pada posisi strength dan skor nilai yang baik dalm lingkungan eksternalnya yaitu berada pada posisi opportunity dan posisi strategi pengembangan usaha menurut diagram cartecius analisis SWOT berada pada kuadran I yaitu strategi SO sehingga menunjukkan usaha ini memiliki lingkungan dengan adanya kekuatan yang mendorong untuk memanfaatkan peluang tersebut. kondisi menyarankan strategi yang berorientasi pada mendukung strategi agresif ( Growth Oriented Strategy).

Menurut Jatmiko (2003: 115) Strategi pertumbuhan atau agresif, harus tumbuh untuk memuaskan pemiliknya. Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel produk atau jasa yang dihasilkan, kondisi lingkungan eksternalnya, kemampuan dan skill manajemennya. Pertumbuhan menjamin kelangsungan organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata lain perusahaan/organisasi harus tumbuh jika ingin survive. Strategi yang dapat dilakukan pada usaha kecil tempe kedelai di Jl. Flamboyan 2 No.1 Medan adalah strategi pengembangan pasar yaitu dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe serta meningkatkan penjualan dan memperluas wilayah pasar yang akan diiringi pertambahan pelanggan untuk mengantisipasi hilangnya pelanggan tetap yang sudah ada dan dalam menjalankan usahanya pengusaha tidak hanya mengandalkan pelanggan tetap saja tetapi juga pelanggan biasa.


(67)

Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nurul Laela F. H (2009) dengan judul “Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”. Di mana dalam penelitiannya menyatakan bahwa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalammengembangkan usaha tempe di Kabupaten Klaten yaitu perbaikan sarana dan prasarana produksi, dansumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah; Meningkatkandan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan sarana dan prasaranaproduksi; Meningkatkan kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melaluikegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuniarso. 2013. Dengan judul: ”Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang”. Di mana pada penelitiannya, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang adalah dengan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal.Artinya strategi yang diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit yang di sebabkan oleh ancaman-ancaman.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan berdasarkan penelitian sebelumnya, analisis SWOT digunakan untuk menentukan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha. Di mana strategi merupakan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan


(68)

kemampuan internal organisasi. Dan dari rumusan strategi tersebut akan menghasilkan beberapa alternative strategi dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk mengembangkan suatu usaha agar dapat bertahan pada jangka waktu yang lama atau mampu juga dalam menghadapi persaingan.


(69)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor strategis kekuatan internal yaitu: Kualitas tempe yang dihasilkan bagus, kemampuan memenuhi sesuai keinginan pelanggan, kemampuan melakukan produksi secara kontinyu, sudah memiliki pelanggan tetap, dan lokasi yang cukup strategis. Sedangkan faktor strategis kelemahan internal yaitu: penanganan khusus limbah cair belum ada, kemasan daun pisang dapat menambah biaya, belum memiliki karyawan, kemampuan pengusaha tempe terbatas, sistem pencatatan keuangan belum ada, kurangnya modal, dan pengusaha mengalami dampak jika pelanggan tetap tersebut mengalami suatu masalah.

2. Faktor strategis peluang eksternal yaitu: Telah memiliki ijin laik sehat dari Departemen Kesehatan, Adanya kebijakan impor kedelai, Memiliki lingkungan yang aman, Diversifikasi produk tempe, Meningkatnya kemajuan teknologi, Telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan, dan Memiliki hubungan baik dengan pemasok. Sedangkan faktor strategis ancaman eksternal yaitu: Naiknya harga bahan baku, Keadaan cuaca yang tak menentu, Perbedaan pola pikir masyarakat terhadap kemasan tempe,


(70)

Bertambahnya jumlah pesaing baru, Banyaknya pesaing sesama di daerah yang sama, dan Masuknya pesaing sesama dari daerah lain.

3. Dilihat dari matriks IFAS skor nilai kekuatan lebih besar dibandingkan dengan skor nilai kelemahan. Dan dari matriks EFAS skor nilai peluang lebih besar dibandingkan dengan skor nilai ancaman, yang menunjukkan bahwa usaha tempe kedelai ini berpotensi untuk dikembangkan.

4. Dari analisis data yang dilakukan, melalui matriks IFAS menunjukkan kemampuan usaha kecil tempe kedelai dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan masih rata-rata atau sedang. Begitu juga dengan kemampuan usaha kecil tempe kedelai untuk memanfaatkan peluang dalam mengatasi ancaman menunjukkan bahwa sudah mempunyai strategi yang baik.

5. Analisis data yang diperoleh, menunjukkan bahwa Usaha Kecil Tempe Kedelai ini memiliki skor nilai yang baik dalam lingkungan internal berada pada posisi strength dan skor nilai yang baik dalam lingkungan eksternalnya yaitu berada pada posisi opportunity dan posisi strategi pengembangan usaha menurut diagram cartecius analisis SWOT berada pada kuadran I yaitu strategi SO sehingga menunjukkan usaha ini memiliki lingkungan dengan adanya kekuatan yang mendorong untuk memanfaatkan peluang tersebut. Kondisi tersebut menyarankan strategi yang berorientasi pada Strategi Agresif ( Growth Oriented Strategy). Strategi Agresif yang dapat dilakukan pada usaha kecil tempe kedelai di Jl. Flamboyan 2 No.1 Medan adalah strategi pengembangan pasar yaitu dengan meningkatkan penjualan dan


(71)

memperluas wilayah pasar yang akan diiringi pertambahan pelanggan untuk mengantisipasi hilangnya pelanggan tetap yang sudah ada.

5.2 Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh, saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Dalam mengembangkan usahanya, usaha kecil tempe kedelai di JL. Flamboyan 2 No. 1 Medan harus dapat mengatasi kelemahan internalnya, seperti belum memiliki karyawan yang menyebabkan kemampuan pengusaha terbatas, ini segera diatasi dengan merekrut karyawan sehingga dapat meningkatkan produksi dan mampu untuk melakukan perluasan pasar serta menambah pelanggan. Dan juga segera melakukan pencatatan keuangan untuk melihat kelayakan usaha ini yang terlihat dari data-data keuangannya.

2. Meningkatkan pemasaran untuk memperluas wilayah pasar untuk dapat bersaing dengan pesaing-pesaing yang ada sehingga usaha kecil tersebut dapat bertahan.

3. Membuat ciri khas tempe yang dihasilkan agar lebih dikenal dan memiliki hak paten sehingga tidak dapat direbut oleh pihak-pihak lain.


(72)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Strategi

2.1.1. Pengertian Strategi

Suatu strategi mempunyai dasar untuk mencapai sasaran yang dituju. pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli dalam buku mereka masing-masing. Definisi strategi yang pertama dikemukakan oleh Chandler (Rangkuti, 2009: 4) Disebutkan bahwa “Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya”. Menurut Jatmiko (2003: 134) Strategi dideskripsikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal organisasi. Selanjutnya menurut Jauch dan Glueck (1998: 12) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Dan menurut David (1998: 12) Strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran jangka panjang.


(73)

Dari beberapa pendapat mengenai definisi strategi di atas maka dapat dikatakan bahwa strategi merupakan rencana-rencana yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan yaitu agar mampu mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi dan memiliki keunggulan kompetitif. Suatu perusahaan untuk mempertahankan dan sekaligus meningkatkan usahanya dengan cara merencanakan strategi-strategi yang mantap dan terarah di mana perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang usahanya dengan sebaik-baiknya.

2.1.2. Jenis-Jenis Strategi

Menurut Jatmiko (2003: 115) Pada dasarnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan empat (4) jenis strategi yaitu :

1. Strategi Pertumbuhan atau Ekspansi

Perusahaan harus tumbuh untuk memuaskan pemiliknya. Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel produk atau jasa yang dihasilkan, kondisi lingkungan eksternalnya, kemampuan dan skill manajemennya. Pertumbuhan menjamin kelangsungan organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata lain perusahaan/organisasi harus tumbuh jika ingin survive.

Terdapat beberapa jenis strategi yang dikategorikan dalam strategi pertumbuhan, yaitu:

a. Pertumbuhan Konsentrasi

Strategi konsentrasi disebut juga strategi penetrasi pasar yang fokus pada bisnis produk/jasa tunggal, atau sejumlah kecil produk/jasa yang sangat berkaitan.


(74)

Strategi konsentrasi merupakan strategi untuk meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah ada di dalam pasar yang ada. Terdapat tiga pendekatan dasar untuk menerapkan strategi konsentrasi, yaitu:

1. Pengembangan Pasar (Market Development)

Pengembangan pasar adalah memperluas pasar dari bisnis produk/jasa semula atau produk yang sudah ada. Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan memperluas bagian pasar dari pasar semula, memperluas wilayah pasar, atau memasuki segmen pasar baru.

2. Pengembangan Produk (Poduct Development)

Pengembangan produk adalah memilih produk/jasa dasar menambahkan produk/jasa yang sangat berkaitan yang dapat dijual pada pasar semula, atau dengan kata lain mengembangkan produk-produk baru untuk melayani pasar yang sudah ada.

3. Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)

Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan menambah satu atau lebih bisnisnya yang memproduksi produk/jasa yang sejenis dioperasikan pada pasar produk yang sama.

b. Strategi Integrasi Vertikal

Integrasi vertikal terjadi apabila suatu bisnis atau perusahaan bergerak ke wilayah yang melayani pasokan bahan baku atau mendekatkan produk ke arah pelanggan. Apabila suatu bisnis bergerak ke arah bidang yang melayani pasokan bahan baku, maka disebut integrasi vertikal kebelakang. Dan


(1)

(Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

Nama : MEI SOFYANA SAMOSIR

NIM : 100907036

Prodi : Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Lagut Sutandra, S.Sos, MSP

ABSTRAK

Usaha-usaha kecil yang bergerak di bidang pangan merupakan prospek bisnis yang baik dan selalu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seperti halnya usaha kecil pembuat tempe yang biasanya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga. Usaha membuat tempe memiliki peran dalam memperoleh kesempatan pekerjaan, kesempatan usaha, dan peningkatan pendapatan. Akan tetapi perkembangannya selalu berhadapan menyangkut bahan baku, ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan. pengusaha tempe dituntutuntuk membuat strategi pengembangan yang tepat yang mampu membawa usaha membuat tempe tetap bertahan dan mampu menghadapi persaingan. Kekuatan dan peluang yang dimiliki harus mampu mengatasi kelemahan dan ancaman yang ada pada usaha membuat tempe.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha pada usaha kecil pembuat tempe kedelai di jalan Flamboyan 2 No.1 Medan dan menentukan alternatif strategi pengembangan apa yang tepat untuk membantu usaha ini agar dapat dikembangkan dan bertahan pada waktu jangka yang panjang.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi pustaka. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan alat analisis SWOT, IFAS dan EFAS yaitu memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Untuk menentukan strategi pengembangan usaha dilakukan melalui matriks SWOT dan diagram cartecius analisis SWOT.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan, dilihat dari faktor strategis internal dan eksternal usaha kecil tempe berada pada kuadran I atau strategi SO yaitu strategi agresif yang ditentukan dari hasil selisih antara kekuatan dengan kelemahan dengan nilai 1,37 dan hasil selisih peluang dengan ancaman dengan nilai 1,255. Strategi agresif yang dapat diterapkan pada usaha kecil tempe adalah strategi pengembangan pasar dengan mempertahankan dan meningkatkan kualitas tempe serta meningkatkan penjualan dengan memperluas wilayah pasar atau menambah pelanggan untuk mengantisipasi hilangnya pelanggan tetap yang sudah ada.

Kata kunci: Strategi Pengembangan, Analisis SWOT.


(2)

(Descriptive Study On Soybean Tempe Small Business in JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

Name : MEI SOFYANA SAMOSIR NIM : 100907036

Departement : Business Administration

Faculty : Faculty of Political and Social Science Advisor : Lagut Sutandra, S.Sos, MSP

ABSTRACT

The small businesses engaged in food is a good business prospects and it’s always needed to meet necessities of life. As with any small business tempe producers are usually administered in the form of home industry. A business to make tempe has a role in obtaining a job opportunity, business opportunities, and increased revenue. However, its development has always faced regarding raw materials, the availability and quality factors of production, the level of profits, marketing and capital. A entrepreneur of tempe required to make a proper development strategy capable of bringing the business survive and be able to face competition. Strengths and opportunities of the business must be able to overcome the weaknesses and threats on business tempe.

The purpose of this research is to identify internal and eksternal factors to affect business development on soybean tempe small business in JL.Flamboyan 2 No.1 Medan. And determine what appropriate alternative of development strategy to assist this business in order to develop and survive in the long-term future.

The method used in this research was a descriptive study and collection of data did by interview, observation, and literature. The data analysis techniques used in this research by SWOT analysis, IFAS and EFAS to maximize strengths and opportunities and to minimize weaknesses and threats. To determine the business development strategy did through the SWOT matrix and SWOT analysis diagram cartecius.

The results of this research showed views of internal and external strategic factors of small business tempe is in quadrant I or SO strategy is an aggressive strategy that is determined from the difference between the strengths and weaknesses with value is 1.37 and difference between the opportunities and threats with value is 1.255. Aggressive strategy that can be applied to small business tempe is market development strategy with maintaining and improving the quality of tempe and increase sales by expanding the market area or add customers to anticipate the loss of existing customers remain.

Key Word: Business Development, SWOT Analysis


(3)

KATA PENGANTAR ... i-iii

ABSTRAK ... iv

ABSTARCT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Batasan Masalah... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KERANGKA TEORI ... 12

2.1 Strategi ... 12

2.1.1 Pengertian Strategi ... 12

2.1.2 Jenis-Jenis Strategi ... 13

2.2 Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi ... 17

2.2.1 Analisis Lingkungan Internal ... 17

2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 19

2.2.2.1 Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Makro ... 20

2.2.2.2 Faktor-Faktor Lingkungan Industri ... 21

2.3 Usaha Kecil dan Pengembangan Usaha ... 24

2.3.1 Definisi UKM atau Usaha Kecil ... 24

2.3.2 Kategori Usaha Kecil ... 25

2.3.3 Pengembangan Usaha ... 27

2.4 Tempe ... 29

2.4.1 Sejarah Tempe ... 29

2.4.2 Jenis-Jenis Tempe ... 30

2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 31


(4)

3.1 Bentuk Penelitian ... 34

3.2 Lokasi Penelitian ... 34

3.3 Informan Penelitian ... 34

3.4 Definisi Konsep ... 35

3.5 Definisi Operasional... 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.7 Teknik Analisis Data ... 37

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 37

3.7.2 Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) ... 37

3.7.3 Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) ... 40

3.7.4 Matriks SWOT ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

4.1.1 Sejarah Singkat Usaha ... 46

4.1.2 Kegiatan Usaha Kecil Tempe ... 47

4.2 Penyajian Data ... 47

4.2.1 Identitas Informan ... 47

4.3 Analisis Data dan Pembahasan ... 48

4.3.1 Analisis Lingkungan Usaha ... 48

4.3.1.1 Analisis Lingkungan Internal ... 48

4.3.1.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 52

4.4 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman... 58

4.5 Diagram Cartecius Analisis SWOT ... 71

4.6 Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(5)

Nomor Judul Halaman

3.1 IFAS (Internal Factors Anaysis Summary) 39

3.2 EFAS (Eksternal Factors Anaysis Summary) 41

3.3 Matriks SWOT 42

4.1 Kekuatan dan Kelemahan Internal Usaha Kecil 61 Tempe Kedelai

4.2 Peluang dan Ancaman Eksternal Usaha Kecil 62 Tempe Kedelai

4.3 Matriks IFAS Usaha Kecil Tempe Kedelai 63

4.4 Matriks EFAS Usaha Kecil Tempe Kedelai 64 4.5 Matriks SWOT Usaha Kecil Tempe kedelai 66


(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kekuatan Persaingan Industri 22

2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual 32

3.1 Diagram Cartecius Analisis SWOT 44

4.1 Diagram Cartecius Analisis SWOT 72