INTEGRASI ISLAM DAN SAINS DALAM DUNIA PE

INTEGRASI ISLAM DAN SAINS DALAM DUNIA PENDIDIKANSEBUAH TINJUAUAN UMUM

A. LATAR BELAKANG

Berbicara tentang integrasi sains dan agama, Hingga kini, masih saja ada
anggapan yang kuat dalam masyarakat luas yang mengatakan bahwa ”agama” dan
”ilmu” adalah dua entitas yang tidak dapat dipertemukan. Keduanya mempunyai
wilayah masing-masing, terpisah antara satu dan lainnya. Bahkan, banyak yang
menganggap bahwa sains adalah semata- mata hasil karya orang Eropa saja,
sehingga tidak ada hubungannya dengan agama. Padahal jika ditinjau dari sejarah,
sebelum perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan
muslim, Eropa masih dalam kegelapan, penuh takhayul, khurafat, dan beribu macam
dogma.1
Ada juga yang memandang bahwa sains dan agama berdiri pada posisinya
masing-masing, karena bidang ilmu mengandalkan data yang didukung secara
empiris untuk memastikan apa yang "nyata" dan apa yang tidak, agama sebaliknya
siap menerima yang gaib dan tidak pasti hanya didasarkan pada variabel berwujud
dari "iman" dan kepercayaan. Keduanya mempunyai wilayah masing-masing, terpisah
antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formal-material, metode penelitian, kriteria
kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuwan. Ungkapan lain, ilmu tidak memperdulikan
agama dan agama-pun tidak memperdulikan ilmu 2.


1 Ika Rochdjatun Hidayat, Ilmu Pengetahuan Modern dan Agama Islam,
Avicenna, Malang: 1982
2 www.historiamagistra.blogspot.com, diakses tgl.15 Desember 2011 pukul 09:00

Hingga akhirnya pada akhir abad ke-20 muncullah ide integrasi Islam dan
sains. Awal munculnya ide ini dilatarbelakang oleh adanya dualisme atau dikotomi
keilmuan antara ilmu-ilmu umum di satu sisi dengan ilmu-ilmu agama di sisi lain.
Dikotomi ilmu yang salah satunya terlihat dalam dikotomi institusi pendidikan—
antara pendidikan umum dan pendidikan agama—telah berlangsung semenjak
bangsa ini mengenal sistem pendidikan modern3.
Sebagian umat Islam memandang hanya lembaga pendidikan yang berlabel
Islam akan mampu mengantarkan anak-anak mereka menjadi Muslim yang sejati
demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sementara itu, lembaga
pendidikan "umum" dipandang sebagai lembaga pendidikan sekuler yang tak mampu
mengantarkan generasi muda Islam menjadi Muslim sejati.
Kontras dengan cara pandang di atas, sebagain umat Islam lainnya justru
cenderung memilih lembaga pendidikan umum dengan pertimbangan jaminan mutu
serta jaminan pekerjaan yang bakal dipoeroleh setelah lulus. Bagi mereka ini,
lembaga pendidikan yang berlabel Islam cenderung dipandang sebagai tradisional,

ketinggalan zaman, dan oleh karena itu mutu dan kesempatan kerja setelah lulus4.
Dalam tataran perguruan tinggi, ajaran agama Islam yang secara ideologis
diyakini bersifat universal, ternyata pada tataran implementasi justru diposisikan
secara marginal dan dipandang kurang memberikan kontribusi yang signifikan
kepada pengembangan peradaban umat manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang gegap gempita, yang dapat kita saksikan saat ini, dipandang bukan

3 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Pustaka Muhammadiyah, Jakarta:
1960
4www.husnithoyyar.blogspot.com, diakses pd tgl. 14 Desember 2012, pukul 08:30

sumbangsih perguruan tinggi Islam, melainkan produk karya perguruan tinggi yang
tidak membawa label Islam.5
Perguruan tinggi sebagai pilar utama pendidikan suatu negara memiliki
peranan yang sangat penting. Sayangnya, perguruan tinggi Islam, khusunya di
Indonesia masih sibuk mengurus pengembangan ilmu-ilmu keagamaan an sich saja,
sehingga menimbulkan persepsi bahwa agama Islam yang disebut-sebut universal itu
ternayat sesempit itu, dan karenanya idealisme Islam universal itu tidak pernah
menjadi kenyataan.
Integrasi Islam dan sains kini telah menjadi hal yang sangat penting. Bentuk

integrasi yang tepat antara ilmu agama (divine knowledge) dan Ilmu umum
(scientific knowledge) harus segera dirumuskan. Oleh karena itulah dalam makalah
kami ini, kami hendak membahas mengenai integrasi Islam dan sains dalam dunia
pendidikan sebagai suatu tinjauan umum.

5 Imam Suprayogo, Prof.Dr., Universitas Islam Yang Unggul, UIN Malang Press, Malang: 2009,
hl. 163