KAJIAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH DI DI

Jurnal Ekologi 2017
KAJIAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH DI DI LABORATORIUM ALAM
PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS RIAU

NELLA SUWARNO
[email protected]
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP
Universitas Riau
ABSTRAK
Sifat tanah sangat menentukan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
baik sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sifat fisik tanah antara lain tekstur, struktur,
konsistensi dan permeabilitas tanah. Sifat kimia tanah antara lain pH tanah dan kandungan
unsur hara. Kandungan hara, terdiri dari kandungan nitrogen, fospor, kalium dan bahan
organik. Sifat biologi tanah antara lain mikroorganisme pengurai bahan organik di dalam
tanah. Perlu adanya analisis sifat tanah guna menunjang produktifitas tanaman dan
kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia
tanah pada tanah di Laboratorium alam Pendidikan Biologi. Metode yang digunakan adalah
metode survei dengan pengamatan langsung di lapangan dan penentuan lokasi pengambilan
sampel tanah. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pembuatan lubang dengan
kedalaman ± 30cm di lapangan, untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah pada tanah di
Laboratorium alam Pendidikan Biologi. Penelitian ini berlangsung selama ± 3 jam tepatnya

pada hari Kamis 28 September 2017. Selanjutnya analisis data dan tanah di Laboratorium
Biologi untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah.
Kata Kunci : Sifat Fisik dan Kimia Tanah

PENDAHULUAN
Tanah
adalah
benda
alami
heterogen
yang
terdiri
atas
komponenkomponen padat, cair, dan gas
yang mempunyai sifat dan perilaku yang
dinamik. Tanah dan air merupakan sumber
alam yang menyokong kehidupan berbagai
makluk hidup di bumi, sebagai media
tanam bagi tanaman, dan tempat berpijak
makluk hidup di atasnya, termasuk

manusia (Arsyad, 2010).
Tanah sebagai
tubuh alam
menduduki sebagian besar permukaan
planet bumi. Tanah merupakan media
tumbuh
tanaman
yang
memiliki
karakteristik tersendiri sebagai akibat dari
pengaruh iklim dan jasad hidup terhadap
bahan induk dalam jangka waktu tertentu
(Darmawijaya,
1990).
Berdasarkan

pengertian tersebut, maka dapat diartikan
tanah terbentuk akibat interaksi dari faktor
iklim, jasad hidup, bahan induk, relief, dan
waktu.

Darmawijaya (1990) menjelaskan
bahwa sifat tanah sangat menentukan
dalam menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, baik sifat fisik,
biologi dan kimia tanah. Sifat fisik tanah
antara lain tekstur, struktur dan
permeabilitas tanah. Sifat kimia tanah
antara lain pH tanah dan kandungan unsur
hara.
Kandungan hara, terdiri dari
kandungan nitrogen, fospor, kalium dan
bahan organik. Sifat biologi tanah antara
lain mikroorganisme pengurai bahan
organik di dalam tanah. Perlu adanya
analisis sifat tanah guna menunjang
produktifitas tanaman dan kesejahteraan
masyarakat.

Jurnal Ekologi 2017


METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di lapangan
dan di laboratorium.
Penelitian di
lapangan di lakukan di laboratorium alam
Pendidikan Biologi untuk pengambilan
contoh tanah. Analisis contoh tanah
dilakukan di Laboratorium Pendidikan
Biologi. Penelitian ini dilakukan pada hari
Kamis 28 September 2017. Bahan dan alat
yang digunakan di lapangan yaitu,
thermometer Hg, Soil Tester, pH meter
elektronik, gelas porcelen, oven, kertas
label dan alat tulis menulis. Penelitian ini
dilakukan dengan metode survei. Contoh
tanah diambil pada lokasi yang ditentukan.
Ketinggian

Permukaan
dl=30 cm

Permukaan
dl=30 cm
Permukaan
dl=30 cm
Rerata

Temperatur tanah
(0C)
1
2
Rerata
25,5 24,5
25
25
24
37
28
27
27,5
27

26
39,5
29
28
28,5
26
25
25,5
26,7 133,
25,3
6

KAT tempat terbuka = (
=(

Cara
pengambilan
contoh
tanah
berdasarkan lubang yang di buat dengan

ukuran ±30 cm. Contoh tanah diambil
pada lapisan atas dan lapisan bawah
didasarkan pada pengaruh bahan organik
terhadap lapisan tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Hasil pengukuran temperatur
tanah pada daerah ternaung,transisi dan
terbuka (terdedah)

Ket

p
H

Daerah
ternaung
Daerah
transisi
Daerah
terbuka


6
6
6

berat basah−berat kering
) x 100%
berat basah
20 gr−17,4 gr
) x 100%
20 gr

= 13 %
KAT tempat transisi = (
=(

berat basah−berat kering
) x 100%
berat basah


20 gr−15,85 gr
) x 100%
20 gr

= 20,75 %
KOT tempat terbuka = 4,52

Jurnal Ekologi 2017
KOT tempat transisi = 4,58

Berdasarkan hasil pengamatan
pada tabel 2 diatas dapat dilihat temperatur
tanah pada daerah terbuka,transisi,dan
ternaung berbeda. Temperatur tanah yang
tinggi yaitu pada daerah terbuka karena
daerah
tersebut
terkena
cahaya
mataharisecara langsung tanpa ada

penghalang atau pelindung seperti
pepohonan, rerumputan, serasah-serasah
daun, dan sampah yang menutupi tanah.
Sedangkan pada daerah ternaung suhu nya
lebih rendah ataupun dingin dikarenakan
daerah ini tidak terkena cahaya matahari
secara langsung dan daerah ini juga
terlindung dari pepohonan, banyak
rerumputan, banyak serasah-serasah daun
sehingga keadaan tanah di daerah ternaung
ini menjadi lebih lembab dan dingin.
Temperatur tanah ini juga berbeda antara
temperatur di permukaan tanah dengan
kedalaman tanah 30 cm karena terjadi
kontak langsung antara permukaan tanah
dengan cahaya matahari daripada tanah
pada kedalaman tertentu.
Hasil pengukuran pH menunjukan
bahwa tanah di sekitar labor PMIPA
Universitas Riau dan disekitar kebun

Biologi
menunjukan
bahwa
tanah
cenderung asam. Menurut Winstor (2008),
ada beberapa penyebab tanah menjadi
asam, yaitu adanya dekomposisi mineral
akibat pelapukan, dan diikuti oleh
perlindian kation (K+, Ca2+, dan Mg2+) oleh

KESIMPULAN
Tanah merupakan suatu bentangan
alam yang tersusun atas bahan-bahan

hujan, produksi asam dari tanah
(pembentukan asam organik, oksidasi
sulfida menjadi asam sulfat dan nitrifikasi)
dan akibat aktivitas manusia.
Sedangkan hasil pengukuran kadar
air tanah dan kadar organik tanah, pada
daerah ternaung kadar airnya lebih banyak
dibanding pada daerah transisi dan daerah
terbuka,sedangkan kadar organik tanah
yang banyak adalah di daerah transisi,
kadar air tanah dinyatakan sebagai
perbandingan
antaramassa/berat
air
sebelum pengeringan dan massa/beratair
setelah dikeringkan sampai mencapai
massa/berat yang tetap pada 105oC.Suhu
diatas 105oC menyebabkan volatilisasi
(kecenderungan suatu zat untuk menguap)
komponen
organik
tanah,
yang
menyebabkan kehilangan massa yang
berhubungan dengan keadaan air awal.
Pada tanah-tanah mineral yang
mempunyai kadar bahan organik rendah (<
5%), jumlah bahan organik yang hilang
pada
suhu
105oC
relatif
sedikit
dibandingkan
dengan
massa
total,
sehingga kesalahan pengukuran kadar air
menjadi kecil. Jika tanah mengandung
bahan organik yang lebih tinggi, jumlah
kerikil yang banyak, atau mengandung
garam, maka komponen khusus tersebut
harus diperhatikan dalam menentukan
kondisi kekeringan dan interpretasi hasil.
mineral yang merupakan hasil pelapukan
batu-batuan dan bahan organik yang
berasal dari organisme yang telah
mengalami pelapukan. Suhu tanah
merupakan salah satu contoh faktor fisika

Jurnal Ekologi 2017
tanah
mengalami
perubahan
dari
pengembunan secara terus menerus. Air
dalam tanah berperan sebagai pelarut dan
agen pengikat antar partikel-partikel tanah,
yang selanjutnya berpengaruh terhadap
stabilitas struktur dan kekuatan tanah serta
bahan geologik. Secara kimia, air berperan
sebagai agen pengangkut zat terlarut dan
suspensi
yang
terlibat
dalam
perkembangan tanah dan degradasi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih ditujukan
kepada Ibu Dra. Yuslim Fauziah M.S dan
Ibu Fitra Susanti M.Si yang telah
membimbing penelitian yang berlangsung
di laboratorium alam Pendidikan Biologi.
Selanjutnya kepada Abang M. Ulil Hac D,
Ridho Abdul Ghani dan kak Amfitriani
Amran selaku asisten dosen dan
pembimbing dalam praktikum.

Gardner F.P., Pearce R.B., Mitcell R.L.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UIPress).
Hakim N., Yusuf N., Am Lubis, Sutopo
G.N., M. Amin D., Go B.H., H.H. Bailley.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung:
Universitas Lampung.
Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah
dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo. Jakarta. Cetakan ke
6.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. S. 2010. Konservasi Tanah dan
Air. IPB Press. Bogor.
Anonim. 1991. Kimia Tanah. Direktorat
Jendral
Pendidikan.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Darmawijaya, I . 1990. Klasifikasi Tanah:
Dasar Teori bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana
Pertanian
di
Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Djaenudin D., H.Marwan., H.. Subagyo.,
A. Mulyani dan N. Suharta. 2003. Kriteria
Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas
Pertanian . Balai Penelitian Tanah. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Dwijoseputro, D. 1980.
Fisiologi Tumbuhan. PT.
Jakarta.

Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah,
Edisi 6. Adisoemarto S. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Fundamental of Soil
Science.

Pengantar
Gramedia.

Hasibuan, B. A. 2006. Ilmu Tanah.
Universitas Sumatra Utara, Fakultas
Pertanian. Medan.
Ismunadji, M., S. Partohardjono, Satsijati.
1976. Peranan Kalium dalam Peningkatan
Produksi Tanaman Pangan. Buletin
Lembaga Pusat Penelitian Pertanian. Edisi
Khusus No 2, Th. 1976:1-9.
Karamoy, L. T., 2013. Analisis Potensi
Sumberdaya
Lahan
untuk
Arahan
Pengembangan Agropolitan di Pulau
Lembeh
Kota
Bitung.
Disertasi.
Universitas Brawijaya Malang .
Kohnke, H. 1968, Soil Physic. Mc. Graw –
Hill Book Company. New York.
Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan
Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.

Jurnal Ekologi 2017
Leiwakabessy, F. M, U. M. Wahjudin,
Suwarno. 2003. Diktat Kesuburan Tanah.
Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.
Mustofa, A. 2007. Perubahan Sifat Fisik,
Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan
Alam yang Diubah Menjadi Lahan
Pertanian di Kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser. [Skripsi]. Bogor. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang
Efektif. Agromedia Pustaka.Jakarta
Olsen, S. and F.S. Watanabe. 1957. A
Method to Determine a Phosphorus
Absorption Maximum of Soils as
Measured by the Langmuir Isotherm. Soil
Sci. Soc. Am. Proc. 21: 144149.
[RAM] Redaksi Agro Media. 2007.
Petunjuk Pemupukan. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Bogor: IPB Press.
Syekhfani. 2010. Hubungan Hara Tanah
Air dan Tanaman.
Dasar-Dasar
Pengelolaan Tanah Subur Berkelanjutan.
PMN its Press, Malang.
Utami, H. 2009. Kajian Sifat Fisik, Sifat
Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska
Tambang Galian C Pada Tiga Penuupan
Lahan
(skripsi).
Bogor:
Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.