PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATI (1)

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MELALUI LESSON STUDY
DI SMK N 2 BENER MERIAH

SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2015 - 2016

OLEH :
Dra. INNI HIKMATIN, M.Pd
NIP 19610713 198603 2 001

Di ajukan untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN BENER MERIAH
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah Penelitian

Tindakan Sekolah (PTS) yang berjudul "Peningkatan Proses Pembelajaran Matematika
Melalui Lesson Study di SMK N 2 Bener Meriah pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2015-2016". Penyusunan karya ilmiah ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan kenaikan
pangkat/golongan profesi guru dari IVb ke IVc.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu terima kasih penulis ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah
2. Yth. Ketua APSI Provensi Aceh
3. Yth. Kepala Sekolah dan guru- guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah

Semua pihak yang telah banyak membantu, sehingga penulisan ini selesai. Penulis
menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan

Redelong, 30 November 2015
Penulis

Dra. Inni Hikmatin, M.Pd
NIP: 1961 0713 198603 2 001


ABSTRAK

Inni Hikmatin, PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
LESSON STUDY DI SMK NEGERI 2 BENER MERIAH PADA SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2015 - 2016
Penelitian dengan judul “Peningkatan Proses Pembelajaran Matematika Melalui Lesson
Study di SMK N 2 Bener Meriah Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015 - 2016 dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru
matematika di SMK N 2 Bener Meriah.
Penelitian dilakukan dalam dua siklus masing- masing siklus terdiri atas tiga tahapan,
yakni: tahap perencanaan (Plan), tahap pelaksanaan (Do), tahap observasi dan refleksi (See).
Ketercapain indikator kinerja terdapat pada tindakan ke II. Indikator kinerja adalah bila
perolehan nilai minimal 81 (Kategori Baik) dalam rencana pelaksanan pembelajaran dan
pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika di kelas yang bermuara
pada kesuksesan siswa dalam belajar yang ditandai dengan timbulnya rasa puas dalam belajar (
The Low of Effect ) oleh setiap siswa akibat pembelajarannya yang benar-benar pakem maka
sudah dapat dikatakan tindakan yang diterapkan berhasil.
Melalui penelitian ini, diperoleh hasil bahwa pembinaan guru melalui lesson study dapat
meningkatkan kemampun guru SMK N 2 Bener Meriah dalam menyusun rancangan
pelaksanaan pembelajaran.


BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa mer upakan
syarat utama bagi berlangsungnya pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran mempunyai arti
yang lebih luas, bukan hanya sekedar hubungan antara guru dan siswa dan sebaliknya, tapi juga
interaksi antar siswa baik secara berkelompok maupun secara individu bahkan dengan
lingkungannya yang bertujuan menanamkan sikap dan nilai-nilai pada diri siswa yang sedang
belajar. Dalam pembelajaran terkandung makna adanya satu kesatuan kegiatan yang tak
terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara keduanya terjadi interaksi
yang saling menunjang.
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru
sebagai pemegang peranan utama. Sebagai pemegang peranan utama dalam mencapai

keberhasilan setiap upaya pendidikan, guru diberi tugas dan tanggung jawab yang utama pula.
Tugas utama seorang guru itu adalah merancang pembelajaran, menyajikan pembelajaran, dan
mengevaluasi bahan ajar, disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang membatasinya, dengan
tujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, guru harus menguasai
dan mengembangkan ketiga ranah profesinya yang saat ini perkembangannya semakin kompleks
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara formal, pendidikan berlangsung di lembaga sekolah dengan berbagai
pendekatan, termasuk melengkapi semua sarana-prasarana yang diperlukan sesuai dengan
persyaratan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen guru adalah yang mesti di nomor
satukan untuk dipenuhi, karena guru merupakan ujung tombak dalam meraih tujuan
pembelajaran di sekolah. Guru diharapkan mampu me manfaatkan segala fasilitas termasuk
dirinya, untuk mendukung kelancaran pembelajaran. Disamping itu, guru dituntut memiliki
kemampuan mengajar yang memungkinkan dirinya dapat mengelola pembelajaran dengan benar.
Seorang guru dalam mengajar diharapkan dapat menyajikan ide, problem, atau pengetahuan
yang kompleks dengan menarik, sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa dengan mudah.

Keberhasilan suatu sekolah dalam melaksanakan pembelajaran diantaranya ditentukan
oleh guru, disamping faktor-faktor yang lain seperti materi pembelajaran, siswa, metode, dan
media pembelajaran. Guru memiliki peran strategis dalam kegiatan pembelajaran untuk
mentransformasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai kepada siswa. Peran strategis

guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dalam penyampaian materi dan dapat
membentuk suatu basis untuk memberi gagasan yang kemudian berguna sebagai bimbingan
personal bagi siswa.
Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut maka harus ada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dan sesuai, yang akan dijadikan sebagi
dasar atau acuan dalam proses pembelajaran. Untuk itu, keberhasilan seorang Guru dalam
membelajarkan siswa juga sangat dipengaruhi kemampun guru tersebut dalam merancang
pembelajaran yang akan dijalankannya. Karena dalam rancangan tersebut tercakup faktor-faktor
penting yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di suatu sekolah, seperti yang telah
disebutkan di atas.
Berdasarkan hasil supervisi yang telah penulis lakukan di SMK N 2 Bener Meriah pada
semester genap tahun ajaran 2014/2015, penulis menemukan beberapa masalah yang dihadapi
guru dalam proses pembelajaran di kelas, diantaranya:
1. Perencanaan pembelajaran
Dari supervisi yang penulis lakukan, penulis melihat bahwa masih ditemukan guru yang
lebih menitik beratkan perhatian kepada isi atau materi ajar saja. Sehingga guru lebih terfokus
pada transfer materi kepada siswa, tanpa mempertimbangkan komponen lainnya yang juga
sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti; metode, media, pembagian waktu,
skenario atau langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran, dan juga model pembelajaran yang
sesuai untuk digunakan.

2. Pelaksanaan Proses pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran, penulis menemukan bahwa penyajian materi oleh
guru lebih sering dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga proses
pembelajaran berpusat pada guru dan cenderung kurang berhasil memotivasi siswa agar aktif,
kreatif dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Demikian juga pada
kegiatan penutup, guru cenderung langsung memberikan tugas rumah kepada siswa tanpa ada
pemberian tugas-tugas latihan yang diberikan di dalam kelas sebelumnya.

Kondisi yang penulis temukan dalam supervisi di sekolah tersebut merupakan hambatan
untuk mencapai kesuksesan dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, penulis merasa penting
untuk

melakukan

penelitian

tentang

PENINGKATAN


PROSES

PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MELALUI LESSON STUDY DI SMK N 2 BENER MERIAH PADA
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015-2016, yang bertujuan untuk meningkatkan

proses pembelajaran matematika di sekolah tersebut. Lesson Study merupakan model pembinaan
profesi guru yang dilakukan melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dengan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning.
B.

Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan diatas, maka penulis ingin menemukan jawaban dari

pertanyaan berikut :
”Apakah model pembinaan lesson study dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di SMK N 2 Bener Meriah pada tahun pelajaran 2015/2016 ”
C.


Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran matematika
2. Meningkatkan pengetahuan guru tentang materi ajar matematika
3. Meningkatkan pengetahuan guru tentang pelaksanaan pembelajaran matematika
4. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengamati aktivitas pembelajaran matematika
5. Menguatkan hubungan kolegalitas antar guru matematika
6. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik pengajar matematika
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah:
1. Dapat
dengan

meningkatkan
lengkap

kompetensi

serta


dalam

menciptakan

membuat
kesadaran

RPP
guru

yang

berkarater

tentang

tanggung

jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.

2. Sebagai

panduan

dan

arahan

dalam

mengajar

sehingga

apa

yang

diinginkan dalam standar isi dapat tersampaikan.
3. Peningkatan mutu guru dan mutu pembelajaran matematika, yang pada gilirannya berakibat

pada peningkatan mutu lulusan (siswa).
4. Adanya

kesiapan

belajar,

keseriusan,

keingintahuan,

dan

semangaat

belajar tinggi terhadap pelajaran.
5. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target
kompetensinya.
6. Meningkatkan
penelitian

kemampuan

tindakan

sekolah

profesionalisme

peneliti

untuk

melakukan

sesuai

dengan

permasalahan

yang

dihadapi

peneliti

dalam

menyusun

serta

menulis

di sekolah binaan peneliti.
7. Meningkatkan

kemampuan

laporan dan artikel ilmiah.
8. Peningkatan pengalaman pengawas di lapangan, yang pada gilirannya akan meningkatkan
mutu dan relevansi pembelajaran.
9. Sekolah sebagai salah satu kancah bagi pengawas untuk melakukan kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan salah satu tugas pokok pengawas.
10.

Akan

berdampak

adanya

peningkatan

administrasi

guru

pada

KBM

yang

lebih lengkap.

E.

Hipotesis Tindakan
Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka

hipotesis dirumuskan adalah sebagai berikut :
Model pembinaan Lesson Study dapat meningkatkan kompetensi guru dalam penyusunan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan peningkatan proses pembelajaran matematika di SMK
N 2 Bener Meriah.

BAB II
Kajian Teori
A. Lesson Study
1. Pengertian Lesson Study
Lesson study merupakan suatu model pembinaan yang berasal dari Jepang. Secara
sederhana, Sukirman (2006) menjelaskan lesson study sebagai model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community.
Menurut Dannis Sparks (1999), lesson study adalah suatu proses kolaboratif dimana
sekelompok guru mengidentifikasi masalah- masalah pembelajaran, merencakan suatu perbaikan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan merevisi pembelajarannya,
mengajarkan pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi, dan kemudian berbagi tentang
hasil pembelajaran yang telah mereka dapatkan kepada guru- guru yang lainnya.
Sementara Shelley Friedkin (2005) mendefinisikan lesson study sebagai suatu proses yang
melibatkan guru yang bekerja sama untuk merencanakan, melakukan Pengamatan, menganalisis,
dan memperbaiki pembelajarannya. Pembelajaran dalam lesson study sering disebut sebagai
“research lesson” atau pembelajaran penelitian. Secara lebih singkat, lesson study diartikan
sebagai proses professional yang melibatkan sekelompok guru yang merencanakan, melakukan
Pengamatan, dan memperbaiki pembelajarannya (Northwest Regional Educational Laboratory,
2004).
Dengan demikian lesson study merupakan kegiatan pengkajian pembelajaran oleh
sekelompok guru, yang secara kolaboratif berusaha untuk meningkatkan keprofesionalan mereka
dalam situasi kelas yang nyata, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan.
Falsafah yang terkandung dalam lesson study yakni guru harus belajar agar dapat mengajar
dengan lebih baik, demikian juga siswa berhak untuk belajar, karena tidak ada proses
pembelajaran yang sempurna. Lesson study bukanlah suatu metode pembelajaran atau strategi
pembelajaran. Akan tetapi dalam pelaksanaan lesson study dapat menggunakan berbagai metode,
strategi, atau pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kondisi dan
permasalahan yang dihadapi guru di lapangan.

2. Tujuan lesson study
Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa lesson study secara umum
bertujuan untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar sehingga menghasilkan guru yang
profesional dan inovatif, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Untuk
menghasilkan guru yang professional tersebut, maka lesson study menekankan perlunya
perubahan sikap dan pandangan guru tentang belajar dan siswa. Disisi lain, lesson study juga
bertujuan untuk menumbuhkan budaya akademik di sekolah.
Lewis (Akihito Takashi, 2006) juga menjelaskan bahwa lesson study berperan dalam
mempromosikan dan mengelola kerja kolaboratif antar guru dengan memberi dukungan dan
intervensi sistematik. Menurutnya, selama lesson study para guru berkolaborasi dengan tujuan:
1.

Merumuskan tujuan-tujuan jangka panjang untuk pengembangan dan belajar siswa.

2.

Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berdasar pada penelitian dan
Pengamatan, agar dapat mengaplikasikan tujuan-tujuan jangka panjang ke dalam praktekpraktek kelas.

3.

Melakukan pengamatan secara hati-hati terhadap belajar siswa, keterlibatan mereka, dan
perilaku mereka selama pembelajaran.

4.

Melaksanakan diskusi tentang hasil pembelajaran sebelumnya untuk direvisi.

3. Manfaat lesson study
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pembinaan model lesson study yang telah
dipaparkan di atas, ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan pelaksanaan lesson study
tersebut, yaitu:
1.

Meningkatnya profesionalitas guru

2.

Meningkatnya pengetahuan guru tentang cara melakukan pengamatan terhadap aktifitas
belajar siswa, sehingga guru dapat lebih memahami siswanya dalam belajar.

3.

Menguatkan hubungan kolegalitas baik antar sesama guru, sesama siswa, maupun antara
guru dengan siswa.

4.

Siswa merasa lebih diperhatikan oleh guru dan dihargai hak belajarnya.

5.

Menjadikan guru lebih percaya diri dan meningkatkan kerjasama antar guru

6.

Meningkatnya motivasi guru untuk senantiasa berkembang.

7.

Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran misalnya bahan ajar, teaching materials dan
strategi pembelajaran.

8.

Baik guru maupun siswa menjadi lebih kreatif sehingga membuat proses pembelajaran lebih
inovatif dan menyenangkan.

4. Tahapan pelaksanaan Lesson Study
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa lesson study menekankan pada praktek
kolaboratif antar peserta, maka untuk melaksanakan lesson study dibutuhkan sebuah kelompok
guru yang minimal beranggotakan 3 orang. Dalam pelaksanaanya, lesson study dapat dibedakan
menjadi dua model, yaitu lesson study berbarsis sekolah dan lesson study berbasis MGMP Pada
lesson study yang berbasis sekolah, pesertanya adalah guru dari berbagai bidang studi dari satu
atau lebih. Sementara pada lesson study berbasis MGMP, pesertanya adalah guru dengan bidang
studi yang sama dalam suatu wilayah (seperti MGMP kota dan MGMP kabupaten).
Secara umum terdapat tiga tahapan dalam melaksanakan pembinaan model lesson study,
yaitu tahap perencanaan (plan), tahap pelaksanaan (do), dan tahap refleksi (see).
Pada tahapan Plan mencakup empat langkah;
1. Tahap Perencanaan (plan)
Tahap ini sangatlah penting dalam pelaksanaan lesson study, karena keberhasilan
pembelajaran sangat dipengaruhi dengan persiapan dan perencanaan yang bagus atau matang.
Oleh sebab itu, dalam tahap ini guru harus mampu mengidentifikasi berbagai masalah yang
selama ini dihadapi dalam proses pembelajaran, meliputi materi ajar, teaching materials (handson), metode atau strategi pembelajaran, media pembelajaran seperti LKS/LAS, metode evaluasi,
lembar Pengamatan, denah tempat duduk siswa, pembagian kelompok, dan antisipasi terhadap
permasalahan yang akan dihadapi.
Pelaksanaan lesson study pada tahap ini diawali dengan pemilihan atau penunjukkan salah
seorang guru untuk berperan menjadi guru model, yang akan membawakan/menyajikan
pembelajaran kepada siswa di kelas, sementara guru yang lain akan berperan sebagai pengamat
atau observer.
Bagian yang paling penting dalam tahap perencanaan ini adalah mendesign atau
merangcang proses pembelajaran yang akan dijalankan. Oleh sebab itu, setelah mengidentifikasi
masalah dalam pelaksanaan pembelajaran yang sebelumnya, guru secara kolaboratif selanjutnya

harus dapat merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik dan sesuai dengan
kebutuhan, agar memperoleh alternatif terbaik yang dapat mendorong proses belajar siswa secara
optimal.
Untuk menghasilkan RPP yang baik tersebut, selain mengkaji kurikulum dan materi ajar,
guru juga perlu untuk mendiskusikan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi
pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar
siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif, aktivitas-aktivitas belajar
bagaimana yang diharapkan untuk dilakukan siswa pada kegiatan inti pembelajaran, bagaimana
rancangan interaksi antara siswa dengan materi ajar, interaksi siswa dengan guru, bagaimana
pertukaran hasil belajar (sha ring) antar siswa atau antar kelompok harus dilakukan, bagaimana
strategi intervensi guru pada level kelas, kelompok dan individu serta bagaimana aktivitas siswa
pada akhir pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru mulai melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan, dan berlandaskan RPP yang telah dirancang bersama sebelumnya. Dalam
proses pelaksanaan pembelajaran, ada tiga hal yang perlu disadari oleh guru model, yaitu:
bagaimana cara membangkitkan minat siswa, menyampaikan pembelajaran bermakna bagi
siswa, dan juga menyimpulkan pelajaran. Oleh sebab itu guru dituntut untuk aktif dalam
menjalankan proses pembelajaran, sehingga juga dapat mengupayakan agar siswa menjadi aktif,
kreatif, senang, dan menjadi termotivasi untuk belajar.
Disisi lain, ketika guru model sedang menyampaikan pembelajaran di kelas, maka guru
pengamat/observer bertugas untuk mengamati bagaimana siswa mengikuti pembelajaran yang
dibelajarkan oleh guru model, mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Guru pengamat
tidak boleh membantu siswa maupun guru model pada saat proses pembelajaran berlangsung,
dan harus dapat menujukkan data yang akurat tentang hasil Pengamatan yang telah dilakukan.

3. Tahap Refleksi
Tahap refleksi harus segera dilaksanakan setelah proses pembelajaran di kelas selesai
dilaksanakan. Dalam melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran, guru secara bersama-sama
mendiskusikan hasil pengamatan pembelajaran yang telah dilakukan, dan menunjuk salah

seorang dari guru pengamat untuk menjadi moderator dan notulis yang akan mencatat hasil- hasil
penting dalam diskusi tersebut.
Dalam diskusi tersebut, guru model dapat mengungkapkan penjelasan atau penilaiannya
terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut, seperti: mengungkapkan
mengapa menyuruh siswa A untuk bertanya, atau mengapa menyuruh siswa B untuk
menjelaskan, menjelaskan mengapa tidak jadi menjalankan diskusi di kelas, atau pun
menjelaskan mengapa urutan pembelajaran menyimpang dari skenario pembelajaran yang telah
dirancang sebelumnya.
Disisi yang lain guru observer juga bertugas untuk mengemukakan hasil pengamatan
mereka di kelas, seperti mengemukakan data apakah ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
belajar, atau apakah ada siswa yang tidak antusias dan tidak serius mengikuti pembelajaran,
mengapa hal tersebut bisa terjadi, dan bagaimana solusinya untuk perbaikan proses pembelajaran
yang akan datang. Hasil kesimpulan tersebut akan menjadi produk bersama, yang sangat
bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi para guru. Sehingga dalam pertemuan tersebut,
selain mengambil kesimpulan tentang praktik terbaik yang telah dilakukan oleh guru model,
termasuk kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga berkewajiban membuat revisi
untuk pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari. Dalam tahap ini perlu diketahui bahwa
keberhasilan maupun kegagalan dalam pembelajaran tersebut bukan semata- mata dikarenakan
oleh guru model saja, karena pembelajaran tersebut dijalankan berdasarkan RPP yang telah
dirancang secara bersama-sama sebelumnya. Sehingga keberhasilan ataupun kegagalan yang
terjadi dalam pembelajaran tersebut adalah milik bersama.

B. Rencana Pelaksanaan Pe mbelajaran (RPP)
RPP merupakan instrumen penting yang harus dipersiapkan guru sebelum memulai proses
pembelajaran, karena tidak akan ada keberhasilan tanpa persiapan atau perencanaan yang matang
sebelumnya. Sebagaimana Nawawi (Majid, 2008) menjelaskan bahwa, perencanaan berarti
menyusun langkah- langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang
terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Sehingga dengan membuat perencanaan-perencanaan
awal tentang proses pembelajaran yang akan dijalankan, dapat membantu memandu guru agar
pembelajaran yang dijalankan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Muslich (2008), RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit
yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Sejalan dengan yang disampaikan
Muslich tersebut, dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 20, juga disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran, untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui peraturannya No. 103 tahun 2014 juga
menjelaskan bahwa, RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci
mengacu pada silabus,buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Dalam peraturan menteri
tersebut disebutkan beberapa komponen utama yang harus dimuat dalam sebuah RPP, yaitu:
1. Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester
2. Alokasi waktu
3. Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pencapaian kompetensi
4. Materi pembelajaran
5. Kegiatan pembelajaran
6. Penilaian
7. Media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat dipahami bahwa RPP merupakan kebutuhan wajib
yang perlu dirancang dengan sebaik mungkin agar target pembelajaran dapat dicapai dengan
maksimal. Oleh sebab itu kemampuan membuat RPP yang berdaya terap tinggi merupakan
langkah awal yang harus dimiliki oleh guru.
Sebelum membuat sebuah RPP, ada beberapa prinsip penyusunan RPP yang harus
diperhatikan (Permendikbud, no. 103, Tahun 2014) :
1.

Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1),
sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).

2.

Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

3.

Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

4.

Berpusat pada peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kema ndirian, dan
semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

5.

Berbasis konteks Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai
sumber belajar.

6.

Berorientasi kekinian Pembelajaran

yang berorientasi pada pengembangan

ilmu

pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.
7.

Mengembangkan kemandirian belajar Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk
belajar secara mandiri.

8.

Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

9.

Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan RPP disusun
dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian
kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar
dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan
pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan
keragaman budaya.

10. Memanfaatkan

teknologi

informasi

dan

komunikasi

RPP

disusun

dengan

mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

C. Proses Pembelajaran
1.Pengertian Pe mbelajaran
Secara sederhana pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses atau langkahlangkah tertentu, agar pelaksananya mencapai hasil yang diharapkan (Majid, 2008: 103).
Pembelajaran menurut Suparman (1970), diartikan sebagai interaksi antara pengajar dengan satu
atau lebih individu untuk belajar, yang direncanakan sebelumnya untuk menumbuh kembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar peserta didik. Sementara Romiszowsky
(1981) & Kemp (1982) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses mengajar yang
diarahkan untuk mencapai tujuan yang direncanakan terlebih dahulu. Sedangkan Hamalik (1999)

merinci pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur- unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, manusia yang terlibat dalam
sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya seperti tool man. Material
meliputi semua sumber belajar, baik media ataupun prasarana lain yang mendukung proses
pembelajaran. Sedangkan prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek
belajar, ujian dan sebagainya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah rangkaian aktivitas
yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik atau siswa, yang dimulai dari
perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Winataputra
dan Tita menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah proses membuat orang melakukan
proses belajar sesuai dengan rencana.
Sementara menurut Moh. User Usman (2006: 4), proses belajar mengajar merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut B.
Suryosubroto (2002: 36), proses belajar mengajar adalah proses berlangsungnya belajar
mengajar dikelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah Proses pembelajaran
mempunyai pengertian kegiatan nyata yang mempengaruhi anak didik dalam situasi yang
memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa
dengan lingkungan belajarnya.
2. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan
pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1) dan, Prihandoko (2006: 6)
mengemukakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan
dan kalkulasi. Selanjutnya, Prihandoko dalam Depdiknas (2006: 21) menguraikan bahwa tujuan
pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis,
kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan
masalah. Begitu juga menurut Rahayu (2007:2) hakikat pembelajaran matematika adalah proses
yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika dan
pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari

pengalaman tentang matematika,kemudian Jihad (2008: 153) mengemukakan bahwa manfaat
pembelajaran matematika sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dengan menggunakan bilangan dan mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Seirama dengan itu Reys dan kawan-kawan (1984) menyatakan bahwa matematika
adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu
bahasa, dan suatu alat. Demikian juga

Sri Subarinah( 2006: 1) mengungkapkan matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang
ada di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1),dan Prihandoko (2006: 6) juga mengemukakan bahwa
matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3. Pembelajaran Saintifik
Pembelajaran saintifik atau pembelajaran ilmiah, merupakan pembelajaran yang
menggunakan metode ilmiah dalam membangun pengetahuan. Beyer (1991) menjelaskan bahwa
pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke
dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Oleh sebab itu peserta didik pada pembelajaran
saintifik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan melalui berbagai aktivitas proses
sains, sebagaimana yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah (Nur,
1998). Dengan demikian dalam model pembelajaran saintifik, fokus proses pembelajaran
diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan dengan
menemukan sendiri fakta- fakta terkait materi pelajarannya, dan kemudian membangun konsep
serta nilai- nilai baru (Semiawan, 1992).
Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), suatu proses pembelajaran
dapat disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
a) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata.
b) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari
prasangka yang serta- merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.

c) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau
materi pembelajaran.
d) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
e) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon s ubstansi atau
materi pembelajaran.
f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Berdasarkan penjabaran di atas, kemampuan proses sains sangatlah dibutuhkan dalam
model pembelajaran saintifik. Karena seperti yang kita ketahui, dalam metode sains yang paling
penting adalah bagaimana proses pembelajaran berlangsung, bukan bagaimana hasil belajar atau
hasil akhir yang diperoleh. Sebagaimana Joice & Weil (1996) mejelaskan bahwa yang
dibutuhkan dalam pembelajaran model saintifik adalah yang dapat menghasilkan kemampuan
untuk belajar, tidak saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi
yang lebih penting adalah bagaimana hal tersebut diperoleh peserta didik.
Keterampilan proses sains pada dasarnya merupakan kemampuan dasar untuk belajar
(basic learning tools), yaitu kemampuan yang dapat berfungsi untuk membentuk landasan dalam

mengembangkan diri pada setiap individu (Chain & Evans, 1990). Untuk dapat meningkatkan
keterampilan proses sains, maka model pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang
dapat memungkin terbudayakannya kecakapan berfikir sains, berkembangnya “ sense of inquiry”
dan kemampuan berfikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).
Dalam pembelajaran saintifik ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang
membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Peserta didik justru harus berperan aktif
menemukan dan mengembangkan suatu pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar, hukumhukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga memberikan kesempatan berkembangnya
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988).

BAB III
Metode Penelitian
A. Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini bertempat di SMK N 2 Bener Meriah, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi
Aceh. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran
2015/2016.

B. Subjek dan Objek penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru Matematika yang mengajar di SMK N 2 Bener
Meriah.
2. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pembinaan profesi guru dengan model lesson study
untuk meningkatkan proses pembelajaran di SMK N 2 Bener Meriah.

C. Jenis dan Pendekatan penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk memaparkan pengaruh penggunaan
model pembinaan guru melalui Lesson Study dalam pembelajaran matematika, sebagai upaya
meningkatkan proses pembelajaran.

D. Defenisi Operasional
Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan
mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson study bukanlah suatu strategi

ataupun metode dalam pembelajaran,

melainkan salah satu upaya pembinaan untuk

meningkatkan proses pembelajaran, yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan dalam merencanakan, melaksanakan, mengPengamatan dan melaporkan hasil
pembelajaran. Dalam penelitian ini, lesson study adalah upaya pembinaan terhadap guru
matematika yang mengajar di SMK N 2 Bener Meriah, yang dilakukan secara kolaboratif dan

berkesinambungan, serta berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning,
untuk meningkatkan proses pembelajaran di sekolah tersebut.

E. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
tekhnik Pengamatan dan teknik wawancara. Sedangkan instrumen penelitia n yang digunakan
dalam penelitian ini dikembangkan instrumen pedoman Pengamatan dalam program proses
pembelajaran dari awal sampai akhir pada setiap siklus. Pedoman Pengamatan digunakan untuk
menggali respon pada guru matematika, sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk
melengkapi data yang digali melalui pedoman Pengamatan.

F. Prosedur Analisis
Prosedur ini melibatkan guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah pada semester ganjil
Tahun Pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 4 orang. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus
:

A. Siklus I
Perencanaan
1. 1. Penelititi menjumpai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bener Meriah
untuk mendapat persetujuan pelakasanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
2. Peneliti menjumpai Kepal Sekolah SMK N 2 Bener Meriah untuk mendapat persetujuan

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)
3. Peneliti mengumpulkan guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah melalui undangan
kepala sekolah
4. Peneliti memberikan penjelasan kepada guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah,
tentang Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) melalui lesson Study
5. Menentukan agenda kegiatan yang harus diselesaikan pada penelitian melalui lesson study
6. Menentukan materi pembelajaran, jadwal pelaksanaan penelitian dan lokasi penelitian.
7. Menyuruh guru membawa bahan-bahan seperti kurikulum, silabus, RPP, bahan ajar dan
sebagainya.

- Pelaksanaan
1. Pemaparan kompetensi pengelolaan pembelajaran tentang pe laksanaan

pembelajaran.

2, Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan oleh peneliti sebagi upaya membangun
pemahaman konsep serta mengamati hasil atau dampak dari pembelajaran yang diterapkan.

Pengamatan / Tindakan Pe mbelajaran
Kegiatan yang dilakukan yaitu: peneliti melaksanakan Pengamatan atau mengamati cara guru
mengajar.

Refleksi
Peneliti melihat dan mempertimbangkan hasil dari tindakan berdasarkan lembar pengamatan.

B. Siklus II
Perencanaan
Pada siklus yang kedua ini, RPP dirancangan berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah
direvisi pada siklus I.
Pelaksanaan
Kegiatan dan pengamatan oleh peneliti dalam pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran.
Pengamatan / tindakan pembelajaran
Menelaah tindakan yang sudah direvisi
Refleksi
Pengambilan kesimpulan akhir dari tindakan siklus I dan II
Secara grafis, prosedur analisis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

E. Indikator Kebe rhasilan
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran guru matematika di SMK N 2
Bener Meriah, melalui model pembinaan Lesson Study. Hasil yang diperoleh adalah terjadinya
peningkatan aktivitas dan kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dari siklus
I ke siklus II. Pengukuran peningkatan aktivitas tersebut dilakukan dengan skala penilaian 91 –
100 kualifikasi Sangat baik (A), 81 – 90 kualifikasi baik (B), 71 – 80 kualifikasi cukup (C) dan ≤
70 kualifikasi kurang (K).
Indikator kinerja adalah bila perolehan nilai minimal 81 (Kategori Baik) dalam rencana
pelaksanan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
matematika di kelas yang bermuara pada kesuksesan siswa dalam belajar yang ditandai dengan
timbulnya rasa puas dalam belajar ( The Low of Effect ) oleh

setiap siswa

akibat

pembelajarannya yang benar-benar paikem .maka sudah dapat dikatakan tindakan yang
diterapkan berhasil.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data pada bab V dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian ini yaitu:
1. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembinaan lesson study, nilai ratarata guru SMK N 2 Bener Meriah pada penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran
adalah 82,53 kualifikasi baik.
2. Setelah melaksanakan siklus II dengan menerapkan model pembinaan lesson study nilai
rata-rata penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran guru SMK N 2 Bener Meriah
adalah 96,67 dengan kualifikasi amat baik
3. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembinaan lesson study, nilai ratarata guru SMK N 2 Bener Meriah pada pelaksanaan pembelajaran adalah 82,69 kualifikasi
baik.
4. Setelah melaksanakan siklus II dengan menerapkan model pembinaan lesson study nilai
rata-rata pengamatan pelaksanaan pembelajaran guru SMK N 2 Bener Meriah adalah 85,74
dengan kualifikasi baik
5. Berdasarkan hasil Pengamatan observer pada setiap kegiatan guru model dalam menyusun
rancangan pembelajaran masih ada yang belum sesuai dengan prinsip penyusunan rancangan
pembelajaran.
6. Berdasarkan hasil Pengamatan observer pada setiap kegiatan guru model dalam
melaksanakan proses pembelajaran masih terdapat siswa yang belum benar – benar belajar
sesuai topik yang dibalajarkan pada kurun waktu tertentu dikarenakan pembelajajaran
belum benar-benar pakem.
7. Berdasarkan hasil Pengamatan para observer pada setiap kegiatan guru model dalam
menyusun rancangan pembelajaran telah sesuai dengan perinsip-perinsip penyusunan RPP.

8. Berdasarkan hasil Pengamatan para observer pada setiap kegiatan guru model dalam
melaksanakan proses pembelajaran semua siswa benar-benar telah belajar tentang materi
pembelajaran yang dibelajarkan dalam kurun waktu tertentu dengan pembelajaran paikem.

9. Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa pembinaan guru melalui lesson study
dapat meningkatkan kemampun guru SMK N 2 Bener Meriah dalam menyusun rancangan
pelaksanaan pembelajaran
10. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa pembinaan guru melalui lesson study
dapat meningkatkan kemampuan guru SMK N 2 Bener Meriah dalam proses pembelajaran

5.2 SARAN
Pelaksanaan pelatihan ini telah berjalan sangat baik. Partisipasi dan motivasi peserta juga sangat
baik. Namun demikian, masih ada kekurangan-kekurangan, Oleh karena itu penulis
menyarankan hal- hal sebagai berikut.
a. Perlu ada

pelatihan

dan kerjasama yang berkesinambungan antara pihak sekolah

dengan steak holder dalam mengembangkan Lesson Study di sekolah.
b. Memberikan dana bantuan seperlunya bagi penerapan Lesson S etudy di sekolah-sekolah,
sehingga pelatihan ini dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi profesionalisme
guru Matematika

DAFTAR PUSTAKA

Beyer, B.K. 1991. Developing a thinking skills program. Boston: Allyn and Bacon.
Chain, Sandra E and Jack M. Evan. 1990. Sciencing: An Involvement Approach to Elementary
Science Methods. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company.

Devito, Alfred. 1989. Creative Wellspr ing for Science Teaching . Indiana: Creative Ventura, Inc.
Fitria, Lathifah Nur. 2008. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dengan Pendekatan
Kooperatif pada Sub Materi Pokok Simetri Lipat dan Simetri Putar di kelas V SDN
Wonokesan I Sidoarjo . Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Friedkin, Shelley. 2005. What is Lesson Study?. Diakses di http://www.lessonresearch.net/, pada
20 Desember 2015.
Hamalik, Oemar.1999. Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta:Bumi Aksara.
Houston, WR, and Friends. 1988. Touch the Future Teach . St. Paul: West.
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika, Tinjauan Teoritis dan Historis.
Yogyakarta: Multi Presido.
Joice, Bruce and Marsha Weil. 1996. Model of Teaching . Boston: Allyn and Bacon.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Diklat Guru Dalam Rangka
Implementasi Kurikulum 2013, Mata Pelajaran Konsep Pendeka tan Scientific.Jakarta:
Kemendikbud
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru .
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Northwest Regional Educational Laboratory. 2004. Overview of Lesson Study. Diakses di
http://www.nwrel.org/msec/lessonstudy/overview.html, pada 21 Desember 2015.
Nur, Mohamad. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan
Proses. Surabaya: SIC.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103

Tahun 2014, diakses di

http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/lampiran-permendikbud-no-103-tahun2014.pdf, pada 20 Desember 2015.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, diakses di emenag.go.id/file/dokumen/PP1905.pdf,
pada 20 Desember 2015 .

Prihandoko, AC. 2006. Memahami Konsep Matematika secara Benar dan Menyajikannya
dengan Menarik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Reys, dkk. 1984. Dasar-Dasar Matematika . Jakarta: Bumi Aksara
Romiszowsky. 1981. Designing Instructional System. New York: Nicolas.
Ruseffendi E. T. 1990. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung: Tarsito.Sri
Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Semiawan, C. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses: Baga imana Mengaktifkan Siswa Dalam
Belajar. Jakarta : PT.Gramedia.

Sparks,

Dennis.

1999.

Using

lesson

study

to

Improve

Teaching .

Diakses

di

http://www.nsdc.org/library/publicatioms/results/res11-99spar.cfm, pada 20 Desember
2015.
Sudjana, Nana. 1991. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah . Bandung: Sinar
Baru.
Sukirman, 2006. Kumpulan Makalah: Pelatihan Lesson Study Bagi Guru-Guru Berprestasi dan
Pengurus MGMP MIPA SMP se -Indonesia .Yogyakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.
Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruksional: Program Pengembangan Keterampilan Dasar
Teknik Instruksional Untuk Dosen Muda. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk

Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Depdikbud.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah . Jakarta : Rineka Cipta.
Takahashi, Akihito. 2006. Communication as A Process for Students to Learn Mathematical .
Diakses

di

http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2008/papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi
_USA.pdf, pada 21 Desember 2015.
Usman, Moh Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesiona l. Bandung: Remaja Rosdakarya.