PERBANKAN DI INDONESIA DAN PERANANNYA TE

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia
Diampu oleh Bapak Dr. A. Jajang W Mahri, M.Si

Oleh :
Anissa Dwi Ratna Aulia

(0900226)

Nia Nurlina

(0900062)

Robi Awaluddin

(0800327)

Zizi Fauziah

(0905976)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012

KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah swt, Tuhan sumber segala ilmu pengetahuan
yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga karya tulis ini dapat
diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.
Solawat dan salam semoga terlimpah curahkan kehadirat Rasulullah saw yang
telah menjadi jalan sampainya hidayah islam kepada kita semua.
Makalah dengan judul “peranan perbankan dalam perekonomian indonesia”
ini terdiri atas bagian pendahuluan yang memuat latar belakang tentang pentingnya
perananan perbankan dalam menyokong perekonomian indnesia, kemudian pada
bagian pembahasan akan dipaparkan sudah seberapa besar kah industri perbankan
dalam membangun perekonomian indonesia tersebut.

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GRAFIK

v

PETA KONSEP

vi

BAB I PENDAHULUAN

1


1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah

3

1.3 Tujuan Laporan

3

BAB II KAJIAN TEORI

4

2.1 Definisi Bank 4
2.2 Penggolongan Bank 6
2.3 Sumber Dana Bank


7

2.4 Tingkat Kesehatan Bank

8

2.5 Penggabungan Usaha Bank

9

2.6 Pengertian Bank Syariah

10

2.7 Perkembangan Perbangkan Islam di Indonesia
2.8 Prinsip-Prinsip Operasional Bank Syariah
BAB III PEMBAHASAN

12


12

14

3.1 Peranan Perbankan Bagi Perekonomian

14

3.2 Perkembangan Bank Umum Indonesia

27

3.2.1

Perkembangan Bank Umum di Indonesia (1990-2011)

3.2.2

Perkembangan Struktur Bank Umum 32


3.2.3

Perkembangan Kinerja Bank Umum 35

3.2.4

Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum

3.2.5

Perkembangan Kredit Perbankan Umum

27

39

52

3.3 Perkembangan Bank Prekreditan Rakyat (BPR) Indonesia 58


LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

ii

3.3.1

Perkembangan Strukturisasi BPR di Indonesia

3.3.2

Perkembangan Kinerja Usaha BPR 60

3.4 Perkembangan Bank Syariah Indonesia

59

62

3.4.1


Perkembangan Perbankan Syariah

3.4.2

Perkembangan Strukturisasi Perbankan Syariah

64

3.4.3

Perkembangan Kinerja Usaha Perbankan Syariah

66

3.4.4

Prospek Perbankan Syariah di Dunia 68

Bab IV Penutup
Glosarium


62

72

73

Daftar Pustaka76

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1Peran Bank Sentral Dalam Sistem Pembayaran
Tabel 2Tabel Perkembangan Struktur Perbankan

25


32

Tabel 3Data Perkembangan Kinerja Bank Umum periode 1992-1997

35

Tabel 4Data Perkembangan Kinerja Usaha Bank Umum 1998-2008

37

Tabel 5Penghimpunan Dana menurut Jenis 39
Tabel 6Data Ringkas Dana Pihak Ketiga

48

Tabel 7Data Perkembangan Kredit Perbankan

52

Tabel 8Data Jumlah BPR dan Jumlah Kantor


59

Tabel 9Data Perkembangan Usaha BPR
Tabel 10

60

Data Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah

65

Tabel 11 Data Perkembangan Pangsa Kegiatan Usaha Perbankan Syariah terhadap
Perbankan Nasional 66
Tabel 12

Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

69

iv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1

Perkembangan Jumlah Bank 33

Grafik 2

Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum 34

Grafik 3

Posisi Aktiva dan Pasiva periode 1990

Grafik 4

Perkembangan Aset, DPK dan Kredit38

Grafik 5

Perkembangan Dana Pihak Ketiga

48

Grafik 6

Perkembangan Jenis-Jenis DPK

50

Grafik 7

Perkembangan Jumlah BPR 59

Grafik 8

Perkembangan Kinerja Usaha BPR 61

Grafik 9

Perkembangan Struktur Perbankan Syariah 65

36

Grafik 10Kinerja Usaha Perbankan Syariah 67
Grafik 11Islamic Finance Country Index (IFCI, 2011)

68

Grafik 12Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah 70

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

v

PETA KONSEP

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

vi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam nomor satu di dunia, yang
sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi negara maju. tapi sayangnya banyak
hambatan-hambatan yang menghalangi kemajuan tersebut. Salah satu faktornya
adalah kondisi keuangan yang sampai saat ini menjadi masalah yang sangat serius.
Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak
yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Hal tersebut tercermin pada
UU RI no. 10 tahun 1998, tanggal 10 November 1998 yang menjelaskan mengenai
Perbankan. Menurut

UU RI no. 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan BANK

adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Seperti
pada pengertiannya, yang pada intinya perbankan merupakan badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat1.
Dari pengertian di atas dapat terlihat sekilas mengenai peranan perbankan yang
diharapkan dapat memajukan perekonomian di Indonesia. Dua hal tersebut
merupakan tugas inti dari sebuah Bank Umum2. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, tugas dari Bank Umum kini semakin berkembang, diantaranya yaitu:
a. Penciptaan uang. Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat
pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank
umum menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam
pelaksanaan kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah

1

Definisi, fungsi dan peran bank umum dalam perekonomian (Tersedia-Online)
http://putracenter.net/2009/09/23/definisi-fungsi-dan-peranan-bank-umum-dalam-perekonomian/
2
Peran Perbankan-BI (Tersedia-Online)
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+Indonesia/Peran+BI/

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

1

jumlah uang yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum
menciptakan uang giral.
b. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran. Fungsi lain dari bank umum
yang juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran.
Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah
jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang
amat dikenal adalah kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian
fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang
mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.
c. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat. Dana yang paling banyak dihimpun
oleh bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya
yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana
jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya.
Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihakpihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.
d. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional. Bank umum juga sangat
dibutuhkan untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional,
baik transaksi barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi
antara dua pihak yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis,
jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum
yang beroperasi dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian
transaksi-transaksi tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak
yang melakukan transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah,
cepat, dan murah.
e. Penyimpanan Barang-Barang Berharga. Penyimpanan barang-barang berharga
adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank umum.
Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti
perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

2

untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang
semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan
menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.
f. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya. Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank
umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik,
telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar
gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank, atas dasar pentingnya
pembahasan dan pengkajian mengenai peran perbankan dalam perekonomian di
atas maka kami mengambil topik permasalahan ini untuk dikaji bersama.
1.2 Rumusan Masalah
-

Bagaimana peranan lembaga perbankan bagi perekonomian Indonesia?
Bagaimana perkembangan Bank Umum di Indonesia ?
Bagaimana perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia ?
Bagaimana perkembangan perbankan syariah di Indonesia ?

1.3 Tujuan Laporan
-

Untuk mengetahui sejauh mana peranan lembaga perbankan bagi

-

perekonomian Indonesia.
Untuk mengetahui perkembangan lembaga bank umum di Indonesia
Untuk mengetahui perkembangan bank perkreditan rakyat di Indonesia
Untuk mengetahui perkembangan perbankan syariah di Indonesia

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

3

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Bank
Bank berasal dari bahasa Italia yang berarti bantu atau pembantu. Namun seiring
berjalannya waktu, pengertian bank meluas menjadi suatu bentuk pranata sosial yang
bersifat finansial, yang melakukan kegiatan keuangan dan melaksanakan jasa-jasa
keuangan. Secara umum bank adalah suatu badan usaha yang memiliki wewenang
dan fungsi untuk untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan
kepada yang memerlukan dana tersebut.
Agar pengertian bank menjadi jelas, berikut beberapa definisi menurut para ahli :


Undang-undang Repuplik Indonesia no 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang
telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 :
-Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
-Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
-Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak



membeikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.3
Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta
bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.

3

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, 2008 hal 25

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

4

Bank selaku stabilitator moneter diartikan bahwa bank mempunyai kewajiban
ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs, atau harga barang-barang relatif
stabil atau tetap, baik secara langsung maupun mekanisme Giro Wajib Minimum
(GWM), Operasi Pasar Terbuka, atau pun Kebijakan Diskonto.
Sedangkan bank sebagai dinamisator perekonomian maksudnya bahwa bank
merupakan pusat perekonomian, sumber dana, pelaksanaan lalu lintas pembayaran,
memproduktifkan tabungan, dan mendorong kemajuan perdagangan nasional dan
internasional. Tanpa peranan perbankan, tidak mungkin dilakukan globalisasi
perekonomian.
Bank memiliki asas dalam melaksanakan kegiatan usahanya yakni demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat (finacial
intermediary). Dalam menjalankan fungsinya, bank harus memperhatikan hal – hal
berikut
 Rentabilitas, yaitu kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan.
 Likuiditas, yaitu kemampuan bank untuk melunasi kewajibannya pada saat
jatuh tempo
 Solvabilitas, yaitu kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya saat bank
tersebut di likuidasi.
Selain fungsi utama, ada beberapa fungsi perbankan lainnya, antara lain :
 Berdasarkan Perundang-Undangan Pasal 3 UU No.7 Tahun 1992, yaitu :
1) Bank sebagai penyalur kredit, baik kredit produktif maupun kredit
konsumtif. Dana yang digunakan untuk menyalurkan kredit tersebut
berasal dari dana pihak ketiga, berupa tabungan, giro dan deposito
maupun dana bank itu sendiri.
2) Bank sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan
pembayaran.
Yang tujuannya Perbankan Indonesia adalah untuk menunjung pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi dan stabilisasi nasional ke arah peningkatan rakyat banyak.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

5

2.2 Penggolongan Bank
Pembagian

jenis-jenis

bank

dapat

dikelompokkan

menurut

fungsinya,

kepemilikannya, bentuk hukum, dan organisasinya. Berikut ini akan dijelaskan
penggolongan bank menurut fungsinya :
a. Bank Sentral / Bank Indonesia, merupakan bank yang mengatur berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu
negara. Disetiap negara hanya ada satu bank sentral yang dibantu oleh cabangcabangnya. Indonesia memiliki Bank Sentral yaitu Bank Indonesia yang
merupakan bank yang dapat membuat uang kartal baik dalam bentuk kertas atupun
logam. Bank Indonesia memiliki tugas-tugas sebagai Bank Sentral Indonesia yaitu:


Mengatur peredaran uang di Indonesia ( Bank Sirkulasi )



Sebagai tempat penyimpanan terakhir (Lender of the last resort)



Mengatur perbankan Indonesia (Bank to Bank)



Mengatur perkreditan



Menjaga stabilitas mata uang



Mengajukan pencetakan / penambahan mata uang rupiah, dll

b. Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tetapi lepas dari itu Bank Umum
merupakan suatu lembaga profit yang tujuan utamanya adalah mencari
keuntungan. Bank umum menawarkan berbagai layanan produk dan jasa kepada
masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat
yang membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro,
jasa cek, menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.
Yang membedakan Bank Umum dengan Bank Sentral adalah Bank Sentral
dapat menerbitkan Uang Kartal sedangkan Bank Umum hanya dapat menerbitkan
Uang Giral.
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

6

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Serta Bank Perkreditan Rakyat juga merupakan bank penunjang yang memilik
keterbatasan wilayah operasional dan dana yang dimiliki dengan layanan yang
terbatas pula seperti memberikan kredit pinjaman dengan jumlah yang terbatas,
menerima simpanan masyarakat umum, menyediakan pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil, penempatan dana dalam sbi / sertifikat bank indonesia, deposito
berjangka, sertifikat / surat berharga, tabungan, dan lain sebagainya.
Pada Bank Perkreditan Rakyat, sistem yang digunakan hampir sama dengan
sistem yang digunakan pada koperasi yaitu dengan cara bagi hasil pada setiap
bulannya kepada setiap anggotanya. Serta yang membedakan Bank Perkreditan
Rakyat dengan Bank Umum yaitu pada Bank Umun dapat menerbitkan Uang Giral
sedangkan untuk BPR tidak dapat menerbitkan Uang Giral baik itu dalam bentuk
rekening atau giro.
2.3 Sumber Dana Bank
Bank merupakan jantung dan urat nadinya perdagangan dan pembangunan
ekonomi suatu negara. Bank baru dapat melakukan operasionalnya jika dananya telah
ada. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank. Semakin besar pula peluangnya
untuk melakukan kegiatannya dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap bank
selalu berusaha untuk memperoleh dana yang optimal tetapi dengan cost of money
yang wajar.
Dana bank (leonable found) adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai
suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. Dana bank ini terdiri dari dana sendiri dan
dana asing. Dana bank ini digolongkan menjadi beberapa, antara lain :

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

7

-

Dana Sendiri (Intern), yaitu dana yang bersumber dari dalam bank, seperti
setoran modal/penjualan saham,pemupukan cadangan, laba yang ditahan, dan
lain-lain. Dana ini sifatnya tetap.

-

Dana Asing (Ekstern), yaitu dana yang bersumber dari pihak ketiga, seperti
deposito, giro, call money, dan lain-lain. Dana ini sifatnya sementara atau
harus dikembalikan.

2.4 Tingkat Kesehatan Bank
Pemeriksaaan dilakukan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Faktor-faktor
untuk penilaian tingkat kesehatan bank antara lain :
 Faktor Permodalan

(Capital)

= C

 Faktor Kualitas Aktiva Produktif

( Asset )

= A

 Faktor Manajemen

(Management) = M

 Faktor Rentabilitas

(Earning)

= E

 Faktor Likuiditas

( Liquidity)

= L

Penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank biasanya menggunakan
analisis CAMELS :
a. Aspek Permodalan
Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban-kewajiban
penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR
(Capital Adequanci Ratio) yang telah ditetapkan BI. Perbandingan rasio tersebut
adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan sesuai
ketentuan pemerintah CAR tahun 1999 minimal harus 8%
b. Aspek Kualitas Aset
Untuk menilai jenis-jenis asset yang dimiliki oleh bank. Penilaian asset harus
sesuai dengan peraturan oleh Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara
aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif terhadap aktiva

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

8

produktif yang diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah
dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia.
c. Aspek Kualitas Manajemen
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja.
Kualitas manajemen juga dapat dilihat dari segi pendidikan dan pengalaman dari
karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang
dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen
umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas.
d. Aspek Likuiditas
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat
membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito
pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai.
e. Aspek Rentabilitas
Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap
periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai
bank yang bersangkutan.
f. Aspek Sensitivitas
Pertimbangan resiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas
perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan memperoleh laba dapat
tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank juga terjamin.4
2.5 Penggabungan Usaha Bank
Dalam dunia perbankan, faktor kepercayaan merupakan suatu hal yang sangat
penting. Penilaian tingkat kesehatan bank juga akan mempengaruhi penilaian calon
nasabah terhadap suatu bank. Bagi bank yang dinyatakan sehat, akan sangat
menguntungkan. Tapi bagi yang tidak sehat disarankan untuk melaksanakan

4

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya 2008 hal 49

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

9

penggabungan usaha bank. Jenis penggabungan yang dapat dipilih dan yang biasa
dilakukan di Indonesia adalah:
a. Merger, merupakan penggabungan dua bank atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu dari bank yang ikut merger dan
membubarkan bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu.
b. Konsolidasi, merupakan penggabungan dari dua bank atau lebih dengan cara
mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank yang ikut konsolidasi tanpa
proses likuidasi
c. Akuisisi, merupakan penggabungan dengan Akuisisi ini merupakan pengambilalihan kepemilikan suatu bank yang berakibat beralihnya pengendalian terhadap
bank. Dalam penggabungan dengan bentuk akuisisi biasanya nama bank yang
diakuisisi tidak berubah, yang berubah hanyalah kepemilikannya.
2.6 Pengertian Bank Syariah
Istilah bank telah menjadi istilah umum yang banyak dipakai di masyarakat
dewasa ini. Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa Perancis dan
dari banco dalam bahasa Italia, yang dapat berarti peti/lemari atau bangku.5
Persamaan kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank
konvensional, kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan
benda-benda berharga, seperti peti uang, peti emas dan sebaginya.
Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang Syariah
Islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi
dan perdagangan barang-barang yang dilarang Syariah, misalnya perdagangan
minuman keras.
Bank

Syariah

didirikan

dengan

tujuan

untuk

mempromosikan

dan

mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, Syariah dan tradisinya kedalam
transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama bank
Islam adalah :
5

Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Pustaka Alvabet, Jakarta,2005, hlm. 1

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

10

(a) Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi;
(b) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan

berdasarkan perolehan

keuntungan yang sah;
(c) Memberikan zakat.6
Pada umumnya sekarang ini bank-bank Islam telah banyak mengadopsi sistem
dan prosedur perbankan konvensional hal tersebut tidak dilarang sepanjang praktek
konvensional yang diambil tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dan
apabila terjadi pertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah, maka bank-bank Islam
merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas
perbankan mereka dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Untuk itu Dewan Syariah
berfungsi memberikan nasehat kepada perbankan Islam guna memastikan bahwa
bank Islam tidak terlibat dalam unsur-unsur yang tidak disetujui oleh Islam. 7
Jika yang dimaksud dengan “bank” adalah istilah bagi suatu lembaga keuangan,
maka istilah “bank” tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran. Tetapi jika
yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur,
manajemen, fungsi, hak dan kewajiban, maka semua itu disebutkan dengan jelas,
seperti zakat, shadaqah, ghanimah, (rampasan perang), ba’i (jual beli), dayn (utang
dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki konotasi fungsi yang
dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. Lembaga-lembaga itu pada
akhirnya bertindak sebagai individu yang dalam konteks fiqih disebut syaksyiyyah al
i’tibariyah atau syaksiyyah al ma’nawiyyah.8
2.7 Perkembangan Perbangkan Islam di Indonesia
Upaya intensif pendirian bank Islam (disebut oleh peraturan perundang-undangan
Indonesia sebagai “Bank Syariah”) di Indonesia dapat ditelusuri sejak tahun 1988,
yaitu pada saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober (Pakto) yang
6

Legal Issue in Implementation of Islamic Banking and Finance dalam; DasarDasar Manajemen Bank Syariah,Pustaka Alvabet, Jakarta,2005, hlm. 2-3
7
Ibid dalam Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah,Pustaka Alvabet, Jakarta,2005,
hlm. 3
8
Zainul Arifin, “Dasar-Dasar Manajemen Syariah”. Hal.3

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

11

mengatur deregulasi industri perbangkan di Indonesia.9 Pada waktu itu para ulama
telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu pun perangkat
hukum yang dapat di rujuk kecuali adanya penafsiran dari peraturan perundangundnaganyang ada bahwa perbangkan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0% (nol
persen).10
Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank umum Islam pertama yang
beroperasi di Indonesia. BMI terbentuk setelah adanya Lokakarya Ulama tentang
Bunga Bank dan Perbangkan di Cisarua Bogor pada 19-22-1990, yang kemudian
diikuti diundangkannya UU No.7/1992 tentang Perbangkan di mana perbangkan
bagi-hasil mulai diakomodasi. Pembentukan BMI ini pada waktu tersebut diikuti oleh
pendirian bank-bank perkreditan rakyat Syariah (BPRS). Untuk menjangkau
masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibangunlah lembaga-lembaga simpan pinjam
yang disebut Bait al Maal at Tamwil (BMT). Kini jumlah bank umum Syariah di
Indonesia telah bertambah.
2.8 Prinsip-Prinsip Operasional Bank Syariah
Islam adalah suatu dien (way of life) yang praktis, mengajarkan segala yang baik
dan bermanfaat bagi manusia, dengan mengabaikan waktu, tempat atau tahap-tahap
perkembangannya. Selain itu, Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan sift
dasar manusia (human nature).
Prinsip utama yang dianut oleh Bank Islam adalah :



Larangan riba (bunga) dalam bernagai bentuk transaksi;
Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada



perolehan keuntungan yang sah menurut Syariah; dan
Memberikan zakat.11

Prinsip Bagi Hasil Sebagai Pengganti bunga
9

Zainul Arifin,”Memahami Bank Syariah-Lingkup,Peluang,Tantangan dan Prospek,
(Jakarta:Penerbit Alvabet,Desember 1999)h.191-192
10
Zainul Arifin, “Dasar-Dasar Manajemen Syariah”. Hal.6
11
Ibid

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

12

Apabila bunga di bank dihapuskan agar semua umat yang terkait terbebas dari
persoalan riba,maka perlu ditentukan alternatif lain untuk mengatasi persoalanpersoalan yang timbul. Antara lain dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Musyarakah
Aplikasinya dalam perbankan adalah pada pembiayaan proyek oleh bank
bersama nasabahnya atau bank dengan lembaga keuangan lainnya, di mana bagian
dari bank atau lembaga keuangan diambil alih oleh pihak lainnya dengan cara
mengangsur. Akad ini juga dapat dilaksanakan pada mudharabah yang modal
pokoknya di cicil, sedangkan usahanya berjalan terus dengan modal yang tetap.
b. Mudharabah
Pada mudharabah, hubungan kontrak antara penyedia dana (shahibul maal)
dengan entrepreneur (mudharib). Mudharib dalam kontrak ini menjadi trustee atas
modal tersebut. Ada dua tipe mudharabah, yaitu Mutlaqah (tidak terikat) dan
Muqayyadah (terikat).
c. Wadi’ah
Yaitu titipan uang, barang dan surat-surat berharga. Dalam operasinya bank Islam
menghimpun dari masyarakat dengan cara menerima deposito berupa uang, benda,
dan surat-surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga keselamatannya oleh bank
Islam, bank berhak menggunakan dana yang didepositokan tanpa harus membayar
imbalannya.12

12

Hendi Suhendi. “FIQH MUAMALAH” Jakarta : 2008 hal.275

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

13

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peranan Perbankan Bagi Perekonomian
Struktur perbankan Indonesia yang terdiri dari sejumlah bank dengan jumlah
kepemilikan aset yang berbeda dapat berdampak pada perbedaan respon yang
diberikan terhadap perubahan kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral. Hal
tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruby P. Kishan & Opiela
(2000) terhadap perbankan di Amerika Serikat pada tahun 1980 sampai dengan 1995
yang bertujuan untuk membuktikan berjalannya mekanisme transmisi melalui jalur
kredit, dengan mengelompokan bank menurut jumlah aset yang dimiliki dan tingkat
capital leverage ratio. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Phillip Engler dan
Terhi Jokipii (2007) terhadap perbankan Austria pada periode 1997 sampai dengan
2003 yang bertujuan menganalisis bagaimana kelebihan cadangan modal yang
dimiliki bank dapat mempengaruhi keputusan pemberian kredit bank serta
dampaknya terhadap transmisi kebijakan moneter dari bank sentral terhadap
perekonomian di Austria. Kedua penelitian tersebut menunjukan hasil yang senada
yaitu bahwa kelompok bank yang lebih responsif terhadap perubahan kebijakan
moneter. Dampak perubahan adalah kelompok bank kecil, hal ini berarti transmisi
kebijakan moneter bergerak lebih efektif pada kelompok bank kecil13.
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank
sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada
tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang
independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di
luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi
menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen -- salah satunya
13

Pengertian Bank (Tersedia-Online)
http://banking.blog.gunadarma.ac.id/2010/02/19/pengertian-bank/

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

14

disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter
untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku
bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini
disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh
tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak
diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Fungsi bank sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena itu,
keberadaan aset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga
guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk
mencegah terjadinya bank runs and panics. Kepercayaan masyarakat juga diperlukan
karena bank tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk membayar kewajiban
kepada seluruh nasabahnya sekaligus, Industri perbankan di Indonesia telah
mengalami masalah-masalah yang apabila diamati akar penyebabnya (root causes)
adalah lemah dan tidak diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Hal ini menyebabkan industri perbankan tidak dapat secara
berhati-hati (prudent) menyerap pertumbuhan risiko kredit dan harga domestik yang
cepat berubah. Sementara itu, tidak transparannya praktik dan pengelolaan (practices
and governance) suatu bank mengakibatkan badan pengawas sulit mendeteksi praktik
kecurangan yang dilakukan oleh pengurus dan pejabat bank.
Tantangan lain yang dihadapi bank adalah berpalingnya nasabah tradisional bank
kepada sumber pembiayaan lain. Tersedianya banyak alternatif sumber dana bagi
perusahaan-perusahaan besar yaitu antara lain dari perusahaan-perusahaan modal
Ventura, perusahaan-perusahaan leasing, perusahaan-perusahaan hire-purchase,
perusahaan-perusahaan anjak piutang, perusahaan-perusahaan forfeiting, pasar uang,
dan pasar modal dengan berbagai debt instrumentsnya seperti promissory notes dan
obligasi serta equity instrumentnya mempertajam persaingan yang dihadapi bank.
Sementara itu, larangan terhadap bank untuk melakukan kegiatan di pasar modal
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

15

mempersempit kemampuan bank dalam menyalurkan dananya sehingga menjadi
alasan bagi bank untuk melakukan kegiatan pada pemberian kredit yang berisiko
tinggi yang pada gilirannya berakibat pada keamanan dan kesehatan industri
perbankan.
Masalah paling berat yang dihadapi industri perbankan dan badan pengawas
bank adalah kelalaian pengurus bank serta penipuan dan penggelapan yang mereka
lakukan. Hal ini dapat dilihat dari praktik para bankir antara lain berupa besarnya
kredit yang disalurkan kepada kelompok usahanya sendiri. Pemberian kredit kepada
kelompok usaha sendiri tersebut sering kali tidak diiringi dengan analisis pemberian
kredit yang sehat. Padahal praktik seperti ini pada dasarnya dapat dikategorikan
sebagai penipuan. Untuk mendapatkan dan atau mempertahankan kepercayaan
masyarakat, industri perbankan harus diatur dan diawasi dengan ketat baik melalui
peraturan langsung (direct regulation) maupun peraturan tidak langsung (indirect
regulation). Peraturan langsung bertujuan mengurangi kewenangan pengurus bank
dalam menjalankan kegiatan usaha. Bank misalnya dilarang memberikan kredit
kepada suatu perusahaan melebihi prosentase tertentu dari modalnya. Sedangkan
peraturan tidak langsung didasarkan pada pemberian insentif yang bertujuan
mempengaruhi sikap tertentu dari pengurus bank, misalnya melalui penerapan
peraturan mengenai persyaratan risk-based capital.
Beberapa prinsip dapat dijadikan landasan dalam menyusun peraturan perbankan
yaitu: efisiensi, keadilan sosial, pengembangan sistem, dan pemeliharaan institusi.
Tujuannya adalah untuk menciptakan perbankan yang aman dan sehat (safe and
sound banking). Untuk mencapai tujuan tersebut kepada badan pengawas bank perlu
diberi kewenangan luas untuk mengatur dan mengawasi industri perbankan.
Kewenangan tersebut antara lain berupa kewenangan menetapkan berapa besarnya
modal yang harus dimiliki, berapa besarnya pinjaman yang dapat diberikan kepada
suatu perusahaan, siapa yang boleh menjadi pengurus bank dan sebagainya.
Kewenangan mengawasi diberikan dengan tujuan untuk memonitor apakah bank
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlu pula dikaji
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

16

untuk memberikan kewenangan penyidikan kepada badan pengawas. Kewenangan
tersebut bertujuan untuk melindungi nasabah, melindungi perekonomian dan menjaga
tidak terjadinya konsentrasi bisnis.
Perlindungan terhadap nasabah merupakan alasan paling dasar untuk mengawasi
bank karena nasabah merupakan target yang mudah bagi pencurian oleh pengurus
bank. Pentingnya pengawasan terhadap industri perbankan secara jelas dinyatakan
oleh Adam Smith sebagai berikut:
“being the managers of other people’s money than of their own, it cannot well be
expected, that they should wacth over it with the same anxious vigilance with which
partners in a private copartnery frequently watch over their own… Negligence and
profusion, therefore, must always prevails, more or less, in the management of the
affairs of such a company.”
Pentingnya pengawasan juga disebabkan karakteristik usaha bank. Berbeda
dengan perusahaan jasa keuangan lainnya bank menyediakan produk berupa
penerimaan simpanan dan pemberian kredit. Produk dalam bentuk simpanan harus
dibayar oleh bank setiap saat atau beberapa waktu setelah adanya permintaan
pembayaran dari nasabah. Produk bank berupa pemberian kredit menggunakan
sumber dana yang berasal dari simpanan nasabah. Aset bank dalam bentuk pemberian
kredit tersebut hanya dapat ditagih oleh bank sesuai dengan jangka waktu perjanjian
kredit yang disepakati bank dengan nasabahnya. Singkat kata, utang bank adalah
utang yang setiap saat dapat ditagih dan wajib dibayar sedangkan piutang bank hanya
dapat ditagih oleh bank berdasarkan jangka waktu tertentu. Demikian bank terekspose
kepada kemungkinan terjadinya kekurangan dana apabila nasabah penyimpan
menarik simpanannya pada bank. Kondisi ini terjadi apabila mereka kehilangan
kepercayaan kepada bank. Itulah sebabnya bank disebut sebagai lembaga
kepercayaan.
Alan Greenspan mengatakan “When confidence in the integrity of a financial
institutions is shaken or its commitment to the honest conduct of business is in doubt,
public trust erodes and the entire system is weakened.”
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

17

Sementara itu, kurang transparannya bank menyebabkan reputasi merupakan
masalah sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu bank. Rumor dapat
memperlemah kepercayaan nasabah terhadap bank. Untuk itu bank harus menerapkan
prinsip kehatihatian dalam menjalankan kegiatan usahanya. Industri perbankan tidak
saja rawan di rampok oleh pengurus dan atau pemiliknya tetapi juga rawan sebagai
tempat penyembunyian hasil kejahatan. Itulah sebabnya bank harus mengenal
nasabahnya yaitu dengan menerapkan prinsip mengenal nasabah (know your
customer Principe) dan juga menerapkan prinsip kenali karyawan (know your
employee). Dengan menerapkan kedua prinsip itu maka reputasi bank akan terjaga
dan kepercayaan nasabah meningkat.
Pengalaman menunjukan bahwa penyelesaian likuidasi bank selalu berlarut-larut
sehingga merugikan nasabah dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Hal ini dapat
membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank menurun. Padahal untuk
menyelesaian bank bermasalah telah diberlakukan ketentuan yang berbeda dengan
ketentuan penyelesaian perusahaan non bank. Maksudnya adalah agar penyelesaian
bank bermasalah dapat dilakukan dengan cepat. Kecepatan penyelesaian bank
bermasalah merupakan kunci terciptanya kepercayaan masyarakat. Berkurangnya
kepercayaan terhadap suatu bank dengan mudah menyebar ke bank lain yang pada
dasarnya sehat. Ini terjadi karena nasabah mengetahui bahwa apabila terjadi rush,
maka nilai aset bank akan turun dengan cepat sehingga nasabah akan berupaya
menarik simpanannya sebelum nasabah yang lain.
Untuk mempermudah dikeluarkannya bank bermasalah dari sistem perbankan
salah satu caranya adalah dengan mendirikan asuransi simpanan. Asuransi simpanan
merupakan mekanisme untuk mempermudah bank bermasalah “dikeluarkan” dari
industri perbankan. Alasannya adalah asuransi simpanan menyediakan jalan agar
biaya sosial dan politik akibat kebangkrutan bank dapat diminimalkan. Disamping itu
asuransi simpanan juga bertujuan menurunkan kemungkinan terjadinya rush, dan
sekaligus melindungi nasabah penyimpan kecil yang secara sosial dan politik tidak
dapat menanggung beban kerugian akibat kebangkrutan bank. Teori keuangan
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

18

modern mengajarkan bahwa pada suatu masyarakat yang corruption-resistant
sekalipun, nasabah penyimpan harus tetap khawatir tentang sikap oportunistik
pengurus dan pemilik bank.
Kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam mengkordinir aksi kolektif
guna mengawasi sikap oportunistik pengurus dan pemilik bank memiliki dua akar
yang menjalin.
Pertama, kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam memperoleh
informasi terpercaya tentang perkembangan yang tidak menguntungkan dan
mengobservasi tindakan merugikan oleh pengurus bank termasuk kesemberonoan,
ketidak hati-hatian, kecurangan dan self dealing.
Kedua, kesulitan yang dihadapi nasabah penyimpan dalam menganalisis dan
merespons setiap informasi yang diperoleh.
Untuk menanggulangi kesulitan yang dihadapi oleh nasabah penyimpan
setidaknya ada dua pendekatan yang dapat diambil, yaitu keterbukaan maksimal dan
pencegahan maksimal. Keterbukaan maksimal adalah suatu kerangka keterbukaan
yang secara sempurna dan tanpa biaya memberikan informasi kepada nasabah
penyimpan tentang perubahan kinerja bank dan kegiatan penuh risiko yang dilakukan
pengurus bank. Sedangkan pencegahan maksimal adalah suatu situasi dimana
nasabah dengan segera mengerti implikasi dari informasi yang mengalir secara
sempurna dan mereka mampu melindungi dirinya sendiri secara lengkap dan tanpa
biaya dari segala ancaman terhadap kekayaan mereka. Situasi seperti itu tentunya
sangat sulit bahkan mustahil untuk tercipta. Untuk itu diperlukan suatu keseimbangan
dimana informasi yang tersedia tidak menyebabkan biaya yang terlalu tinggi bagi
industri perbankan sehingga menghambat pengembangan usaha mereka.
Dalam melakukan pembaruan terhadap industri perbankan, badan pengawas
harus sangat berhati-hati. Pemberlakuan ketentuan dan kebijakan yang di anggap
tidak tepat oleh pasar akan berpengaruh sangat buruk bagi stabilitas perbankan dan
keuangan.

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

19

Ketua US Federal Reserve, Alan Greenspan mengingatkan bahwa :
"The new world of financial trading can punish policy misalignments with amazing
alacrity. This is a lesson repeated time and again, taught most recently by the
breakdown of the European Exchange Rate Mechanism in 1992 and the plunge in the
value of Mexican Peso (in 1994). In the process of pursuing their domestic
objectives, central banks cannot be indifferent to the signals coming from
international financial markets. Although markets can be harsh teachers at times, the
constrains that impose discipline our policy choices and remind us every day of our
longer run responsibilities."
Untuk menciptakan perbankan sehat harus dilakukan pendekatan yang terdiri dari
tiga pilar, yaitu pengawasan, internal governance dan disiplin pasar. Pendekatan ini
harus dilakukan karena badan pengawasan tidak akan mampu berpacu dengan
kecepatan liberalisasi, globalisasi dan kemajuan teknologi pada instrumen keuangan.
Dengan demikian pengawasan yang dilakukan oleh otoritas harus dilengkapi dengan
disiplin internal bank serta disiplin pasar. Melibatkan internal governance dalam
melakukan pengawasan karena bank merupakan tempat terbaik untuk mengatur dan
memelihara praktik manajemen bank yang sehat. Pengikutsertaan disiplin pasar
mencerminkan fakta bahwa tanpa pasar yang kompetitif dan punitive atas kegagalan
bersaing di pasar, maka tidak cukup insentif bagi pemilik bank, pengurus dan nasabah
untuk melakukan keputusan keuangan yang tepat. Untuk itu, perlu dilakukan
penyempurnaan terhadap peraturan perbankan.
Banyak negara sepakat bahwa salah satu pendekatan yang diperlukan untuk
membangun suatu sistem perbankan yang sehat dan kuat adalah dengan memberikan
jaminan yang eksplisit bagi nasabah penyimpan. Sebelum pembentukan suatu
lembaga penjamin yang permanen, diperlukan langkah-langkah pembaruan sistem
perbankan sebagai prasyarat agar sistem tersebut dapat berjalan efektif. Alasan dasar
(rationale) bagi pemerintah untuk memfasilitasi pendirian lembaga penjamin
simpanan adalah kepercayaan pada industri perbankan sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan pada sistem perbankan yang diawasi secara baik dapat
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

20

meminimalkan terjadinya kebangkrutan bank, dan kebangkrutan tersebut dapat
diprediksi dan merupakan kejadian yang dapat dicegah. Selain itu, kesetaraan sosial
juga merupakan pertimbangan. Perlindungan nasabah kecil dari bankir yang tidak
bertanggungjawab adalah suatu pendekatan yang adil dan tepat. Dengan demikian,
bank dapat beroperasi secara konsisten dan dipercaya untuk menyediakan kredit
dalam jumlah cukup untuk kesehatan perekonomian, mendukung sistem moneter
yang aman dan efisien sekaligus mencegah pengurus bank mengambil risiko
berlebihan yang pada gilirannya menghindari kemungkinan bailout oleh pemerintah.
Pada bagian pendahuluan telah dijelaskan sekilas mengenai perbankan. Dari
yang telah dibahas diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa peranan Bank tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Peranan Bank Dalam Pembangunan Nasional
Kegiatan bank dalam menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur
dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan kemudian disalurkan ke dalam
usaha-usaha yang produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian,
pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perdagangan dan jasa-jasa lainnya
akan meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat.
Demikian pula akan membuka dan memperluas lapangan atau kesempatan
kerja. Sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang menganggur di dalam
masyarakat. Kegiatan dalam pemberian jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang dapat membantu memperbesar dan memperlancar arus
barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat.
b. Peranan Bank dalam Pembagian Pendapatan Masyarakat
Dalam kebijakan pemberian kredit bank mempunyai peranan yang sangat
penting karena turut menentukan pembagian pendapatan masyarakat.
Kredit merupakan sarana yang ampuh bagi mereka yang memperolehnya,
sebab dengan memperoleh kredit seseorang dapat menguasai faktor-faktor
produksi untuk kegiatan usahanya. Makin besar kredit yang diperoleh, makin
besar pula faktor produksi yang dikuasai, sehingga makin besar pula bagian
pendapatan masyarakat yang dapat diraihnya. Sehubungan dengan itu melalui

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

21

sistem perbankan yang kita miliki dan kebijakan perkreditan yang tepat bank
dapat melaksanakan fungsinya dalam membantu pemerintah untuk memeratakan
kesempatan berusaha dan pendapatan di dalam masyarakat. Dengan demikian kita
dapat turut mewujudkan masyarakat yang kita cita-citakan, yaitu masyarakat yang
adil dan makmur.
c.

Peranan Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas
sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank
Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem
keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi
mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak
yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas
keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem
keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila
terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak
dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara
fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa
stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab
Bank Indonesia.

Peranan Bank Sentral
Bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem
keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan
dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

22

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara
lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia
dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang.
Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap
berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang
terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia
telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan
seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di
negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem
keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan
keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan
tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah
ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan
pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti
yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar,
memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan
hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder
serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah
menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah
satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang
cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut
dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga
menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan
LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

23

mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang
cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran
yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem
pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki
informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem
pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui
pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan
sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak
/pada

stabilitas

sistem

keuangan.

Melalui

riset,

Bank

Indonesia

dapat

mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi
kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim
keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi
LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam
mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun
krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas
dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal,
fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas
temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya
moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang
ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

LEMBAGA PERBANKAN INDONESIA

24

Peranan Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai peranan penting dalam sistem
pembayaran. Ada beberapa pihak yang terlibat di dalam sistem pembayaran yaitu
pihak yang menyelenggarakan sistem pembayaran, pihak yang mendukung sistem
pembayaran, pihak yang memberikan jasa dalam sistem pembayaran, dan pihak yang
m