METODE TAFSIR AYAT AYAT SAINS DAN SOSIAL

MAKALAH
“RESUME”
“ METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL”
Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri
Mata Kuliah: pengembangan keterpaduan islam dan IPTEK
Dosen: Edy Candra.S.si M.Pd

Disusun Oleh:
Nama

: Maya Rosfikawati

NIM

: 59461246

Kelas

: IPA-Biologi C/ VII

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-qur’an Al-karim yang merupakan otoritas pertama dan utama dalam agama islam,
memandang bahwa alam semesta berserta isinya bukanlah merupakan realitas independen
apalagi terakhir (ultimate) melainkan “tanda-tanda” dari kebesaran dan keberadaan tuhan.
Kata metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti “cara atau jalan”.
Kemudian dalam entri ensiklopedi dijelaskan bahwa “metode “adalah cara melakukan
sesuatu atau cara penyampaian pengetahuan. Kemudian istilah tafsir dalam bahasa Indonesia
diartikan dengan “ keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat al-quran. Kata sains berasal
dari bahasa inggris “science” dengan makna “ilmu pengetahuan”. Fungsi “metode tafsir ayatayat sains dan sosial :
1. Tabyin (menjelaskan ilmu pengetahuan)
2. I’jaz (mengungunkap kemukjizatan al-quran di bidang ilmu pengetahuan)
3. Istikhrajal-ilm (adanya isyarat penemuan teori ilmu pengetahuan baru), jika
didapatkan, maka di tawarkan kepada public atau kepada pakar ilmu pengetahuan
untuk ditindak lanjuti.

B. BIOGRAFI PENGARANG
Andi Rosadisastra lahir di Cirebon pada tanggal 16 oktober 1976, dari pasangan
Dursa’I Yuliadisastra, A.Ma. Pd. Dan Hj.Siti Rukiyah, selanjutnya ia tinggal dan di bersarkan
oleh kedua orang tuanya di tanggerang-Banten. Pernah mengikuti pendidikan dari SD hingga
Aliyah (MAN 2 Bogor) pendidikan tinggi yang di tempuhnya adalah program diploma LIPIA
Jakarta (1999),S-1 Jurusan bahasa dan sastra arab IAIN “Syarif Hidayatullah”Jakarta (1999
), S-2 jurusan tafsir-Hadist –UIN “Syarif Hidayatullah” Jakarta (2005).
Ia juga alumni beberapa alumni pesantren salafi diantaranya : pesantren alistiqlaliyah,cilonggok-tangerang (didirikan oleh K.H.Dimhiyathi). pesantern nurul Imdad
(didirikan oleh K.H Ahmad Zaini Dahlan,murid kesayangan mamah Abdullah bin nuh),
pesantren Dar’at Tafsir al-khusaini (Di dirikan oleh K.H. Husin). Pernah bekerja sebagai guru
bahasa arab di yayasan Al-khairat Jakarta (1999) ,di yayasan khazana kebajikan
Jakarta(2001),Kepala Sekolah SD “Harapan Bangsa” di Tanggerang (2001-2005),kemudian
sekarang kerja sebagai Dosen di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN “Sultan Maulana
Hasanuddin Banten” Di serang,juga dosen tidak tetap di beberapa kampus di tanggerang dan

Jakarta. Sedang menggagas pembentukan yayasan Nirlaba:”jaringan islam integral”(JII),yang
berjuang untuk mengintegrasikan Ilmu dan Agama. Pembaca dapat berkorespondensi melalui
: Andi76207@yahoo.co.uk.
INFORMASI BUKU
A5.01.073

Penulis :
Andi Rosadisastra
Di terbitkan oleh AMZAH
Jln. Sawo Raya No.18
Jakarta 13220
www.bumi aksara.co.id
email : info@bumi aksara.co.id
cetakan pertama,September 2007
perancang kulit, Fahmi S.
Di cetak oleh Sinar Grafika Offset

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Andi Rosadisastra
Metode tafsir ayat-ayat sains dan social
Andi Rosadisastra: editor,Achmad Zirzis
Ed. 1, cetakan 1. Jakarta:Amzah,2007
Xvi,236 hal: 21cm
Biblografi: halm.227

BAB II


PEMBAHASAN

A. SISTEMATIKA METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL
Sistematika metode tafsir ayat-ayat sains dan social pada teks al–qur’an (al- mahaj fi attafsir al- ilmi) ini adalah sebagai berikut :
1. Konsepsi metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial.
2. Metode-metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial.
3. Prinsip-prinsip analisis tafsir ayat-ayat sains dan sosial.
Adapun hubungan ketiga bagian dari sistematika metode tafsir ayat- ayat sains dan
social tersebut adalah : pertama, konsepsi dan prinsip adalah syarat, sedang prinsip
merupakan rukunnya, kedua, konsepsi dan metode, konsepsi merupakan teori dan criteria
sedang metode adalah praktik dari teori dan kriteria tersebut. Ketiga, prinsip dan metode,
prinsip adalah rambu-rambu, sedang metode merupakan jalur yang tidak boleh menyalahi
dari rambu-rambu yang telah di terapkan.
B. KONSEPSI METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL
Kata tafsir dalam al-quran di sebutkan dalam surah al- Furqon (25): 33 yang
bermakan penjelasan dan perincian. Kata tafsir di dalam al-quran ini di sandingkan dengan
kata al- haq yang berarti kebenaran eksak dan absolute. Menurut konteks ayat tersebut kata
tafsir merupakan penjelasan atau konfirmasi terhadap segala sesuatu yang ganjil yang
disodorkan oleh orang ingkar (kafir) kepada Muhammad sebagai pembawa al-quran.

Sehingga makna etimologis dari at- tafsir al-ilmi, ialah penjelasan atau perincian tentang
ayat-ayat al-quran yang terkait dengan ilmu pengetahuan, khususnya ayat tentang alam dan
realita sosial.
Sedangkan kata Al-ilm dan berbagai keturunannya kerap di gunakan dalam al quran
dalam arti umum pengetahuan (knowledge), termasuk arti makna sains-sains alam dan
kemanusiaan (science of nature and humanities). Juga mencangkup pengetahuan yang di
wahyukan (revealed) maupun yang di peroleh (acquired).
Dengan demikian pandangan al-quran, terminologi ilmu adalah tak terbatas pada
istilah ilmu-ilmu agama saja, tetapi makna ilmu dalam al-quran adalah segala macam bentuk
ilmu baik ilmu alam, sosial, humaniora, dan ilmu lainnya yang dapat di pergunakan untuk
keselamatan umat manusia.

Jadi, untuk mengaplikasikan metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial di tuntut untuk
berpegang pada dua paradigma sekaligus, yakni paradigma tafsir (dalam hal ini tafsir alquran) dan paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma tafsir al- quran (paradigma of Quranic Exegesis)
Kitab suci al quran mengungkap dua hal yang berbeda: pertama, memuat keaslian pernyataan
yang tertuju pada waktu tertentu (karakter bumi), kedua, memuat penjelasan tentang tawaran
informasi yang bersifat transsenden dan bernilai abadi bagi para pemeluknya kapanpun
waktunya (aspek karakter surga).
Oleh karena itu, untuk melakukan penafsiran termasuk tafsir ayat-ayat sains dan social (attafsir al- ilmi),bagi setiap musafir di tuntut berpegang pada adab atau etika dan persyaratan

dalam menafsikan al-quran.
Kajian yang menjadi keharusan bagi seorang musafir khususnya dalam paradigma al-qurqn
yang terkait dengan kapabilitas ilmu yang harus di kuasai yaitu :
1. periode turunya al-quran,
2. macam serta fungsi tata bahasa arab,
3. Nasikh-Mansukh,
4. Asbab An- Nuzul,
5. Sirah Nabawiyyah,
6. Qawa’id At-Tafsir
7. Ushul Fiqh,
8. Qawa’id Ushuliyyah.
Paradigma ilmu pengetahuan (paradigma of Scientific Knowledge)
Ada tiga komponen yang merupakan kategari dari hakikat ilmu pengetahuan, yaitu :
a. Ontologi
b. Epistemologi
c. Kajian atas aksiologi
a) Hakikat ilmu pengetahuan

Pertama, ontologi ilmu pengetahuan
Dasar ontologi ilmu pengetahuan adalah mempelajari objek-objek empiris seperti batubatuan, binatang, tumbuhan, hewan atau manusia itu sendiri. Ilmu mempelajari berbagai

gejala dan peristiwa yang menurut anggapan peneliti mempunyai manfaat bagi kehidupan
manusia, dengan kata lain, proses keilmuan dalam ontology ilmu bertujuan untuk memeras
hakekat objek empiris tertentu, untuk mendapatkan sari yang berupa pengetahuan mengenai
objek itu.
Kedua, Epistemologi ilmu pengetahuan
Epistemologi ilmu pengetahuan atau teori ilmu pengetahuan, secara garis besar
terbagi atas: teori mengenai metode dan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Epistemologi ilmu
pengetahuan mengkaji empat pokok permasalahan pengetahuan yaitu keabsahan, struktur,
batas, dan sumber.
Ketiga, Intuisi
Intuisi adalah perasaan yang telah tersadarkan yang mampu mengintegrasikan (unitif)
antara subjek dan objek, ia merupakan akal yang lebih tinggi yang mampu memahami apa
yang tidak di pahami akal dengan bertumpu pada pengalaman batin, amosional, mental, dan
spiritual.
Intuisi dapat muncul melalui tiga cara: perkataan, gambaran, dan sensasi (gerak/
kerja) tubuh. Kebanyakan dari kita akan cocok dengan salah satu cara daripada dengan dua
cara lainnya, sehingga sangatlah penting mengetahui cara mana yang terbaik bagi masingmasing kita. Intuisi akan berkembang sejalan dengan kemampuan kita mengsampingkan halhal yang kita yakini, opini, dan prasangka tentang apa yang terjadi didunia.
Kebenaran ilmiah
Teori ini terbagi ke dalam empat kelompok yaitu sebagai berikut :
a. Teori penyesuaian dengan fakta. Teori tersebut mensyaratkan adanya kselarasan

antara ide dengan semesta alam, kebenarannya bersifat empiris induktif. Teori
tersebut lebih mengutamakan cara kerja aposteriori (pengetahuan yang hadir setelah
pengalaman yakni setelah pengalaman yakni setelah di dukung data-data empiris) dan

menegaskan dualitas objek dan subjek dengan cenderung mengutamakan objek
karena subjek yakni akal budi hanya mengolah sesuatu yang di berikan objek.
b. Teori yang memperteguh sistem pemikiran yang sudah mapan.Teori tersebut
mensyaratkan adanya keselarasan pernyataan logis, menekankan pengetahuan apriori
(penetahuan yang kebenarannya abstain dari pengalaman tetapi berdasarkan definisi,
seperti keseluruhan lebih besar dari bagian-bagiannya).
c.
Teori kebenaran praktis; kebenaran menurut teori tersebut adalah ide yang
bermanfaat dan sesuai dengan sifat yang baik (moral).
Jadi yang di tekankan adalah pengetahuan bagaimana (pengetahuan praktik), tidak
hanya merupakan pengetahuan bahwa (teori atas data).
C. METODE-METODE ANALISIS TAFSIR AYAT-AYAT SAINS SAN SOSIAL
1. Metode Tafsir
Metode analisis yang akan di bahas dalam menafsirkan ayat-ayat ilmu penetahuan
dalam al-quran adlah dengan memilih metode analisis yang di gunakan para tafsir dan
peneliti kontemporer terhadap teks al-quran. Termasuk metode tematik, yang banyak di

rekombinasikan oleh penelitian al-quran dari negeri-negeri timur tengah dalam menerapkan
at- tafsir al- ilmi.
a.
b.
c.
D.

Metode sistematik
Metode tematik
Metode hermeneutik
PRINSIP-PRINSIP ANALISIS TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL
Al-quran pada dasarnya, telah memberikan pedoman bagi para peneliti ayat-ayat yang

terkait dengan ilmu pengetahuan. Adapun beberapa prinsip di maksud yang harus di terapkan
oleh para aktifis at- tafsir al- ilmi dalam melakukan penelitian terhadap ayat al-quran.
Al-quran yang terkait dengan kajian ilmu-ilmu alam juga ilmu social adalah sebagai berikut :
1. Prinsip keesaan allah dalam alam, menyadari tuhan tak terbatas dalam segala hal dan
ia melingkupi semua realitas alam. Sehingga alam adalah sebuah keteraturan,
kesatuan dan keordinasi yang padu dan sistematis
2. Keyakinan terhadap realitas dunia eksternal, memahami adanya realitas-realitas yang

lain yang berbeda dan tak tergantung pada pikiran kita. Citra mental terhadap objekobjek tertentu dapat perhubungan dengan realitas tersebut, sehingga tidak menjadikan
sebagai khayalan yang tidak dapat membimbing menuju realitas sebernarnya.
3. Keyakinanan terhadap realitas sufrafisik dan keterbatasan pengatahuan manusia:

a. Realitas sufrafisik : pertama, adanya sesuatu yang tidak bias diraih lewat
pancaindera. Kedua: danya realitas supranatural.
b. Pengetahuan manusia terbatas
Keyakinan akan realitas metafisika dan keterbatasan pengetahuan manusia dapat
membimbing kita membuat kesimpulan.
4. Memahami filsafat ilmu terkait atas pembahasan yang sedang diteliti, baik ilmu alam
atau ilmu social.
5. Isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat pada ayat al quran tidak termasuk untuk ayat yang
berbicara secara langsung tentang akidah / teologi dan penerapan ibadah ritual.
6. Ayat-ayat ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al quran bertujuan agar umat
manusia dapat mempercayai adanya allah dan hendaknya para musafir menentukan
tema tertentu yang di hubungkan dengan fenonema atau tema lain yang bersifat
kauniyah.
7. Isyarat ilmiah dalam al quran bersifat umum dan universal.
8. Jika terjadi pertentangan antara dilalah nash yang pasti dengan teori ilmiah, maka
teori ini harus di tolak, karena nash adalah wahyu dari tuhan yang ilmunya

mencangkup sesuatu.
9. Musfir at-tafsir al-ilmi tidak menjadikan penafsiran yang dikemukakan sebagai ajaran
aqidah qur’aniyah (teologi) dan tidak bertentangan dengan prinsip atau ketentuan
kaidah kebahasan.
10. Mengaktifkan rasio dan kemampuan di bidang spesialis ilmu yang dimilikinya atau
yang akan di tafsirkan guna mengetahuan watak hubungan yang seimbang antara ayat
al quran dengan premis-premis ilmiah demi mencari faedah atau manfaat dari corak
atau orientasi baru dalam dunia tafsir al-quran.
11. Menyeimbangkan anatar bidang spesialis ilmu yang di miliki dengan kemampuan
dirinya dalam menafsirkan atau menjelaskan makna ayat yang memungkinkan untuk
menyingkap petunjuk yang dimaksud oleh ayat al-quran.
12. Berpegang teguh kepada esensi, subtansi dan eksitensi al-quran.
13. Landasan penafsiran al-quran tafsir ayat-ayat sains dan social secara berurutan (attafsir al- ilmi) secara berurut adalah al-quran sebagai sumber pokok utama, kemudian
hadisht-hadist Nabi Muhammad.
14. Memanfaatkan hakikat ilmiah yang fleksibel dengan indikasi adanya universal dan
kontinuitas tanpa henti.
E. APLIKASI METODE TAFSIR AYAT-AYAT SAINS DAN SOSIAL
Sebuah ide dan hasil pemikiran tentang metode tafsar ayat-ayat sains dan social (at- tafsir
al- ilmi) akan teruji secara meteologis jika sudah mampu di terapkan dan sesuai dengan
tujuan atau fungsi yang sudah di gariskan sebelunya dalam ranah tafsir jenis ini.

F. SISTEM

PERBANKAN

MODERN

MENURUT METODE AYAT-AYAT

SOSIAL
Sistem perbankan yang berkembang saat ini ada dua jenis, Pertama: perbankan yang
berdasarkan kepda system bunga atau yang di sebut dengan perbankan konvensioanl. Kedua:
perbankan yang didasari kepada system bagi hasil atau yang di kenal dengan nama perbankan
syariah.
1. Sistem bunga pada perbankan konvensional
Ciri yang paling menonjol dari perbnkan konvensional adalah di terapkannya system
bunga bank. Proses penentuan bunga pada perbankan komvensional, seperti pada produkproduk pinjaman dan deposito.
Adapun contoh perhitungannya adalah 90/0 (hasil riset pasar yang dianggap bersaing dan
menguntungkan kedua belah pihak) di tambah OHC sebessar 1 0/0 kemudian di tambah risiko
10/0 dan di tambah margin sebesar 1 0/0 sehingga jumlah bunga untuk peminjaman adalah 12 0/0
pertahun.
2. System bunga perbankan Menurut Al quran dan tradisi Nabi
System bunga ini dalam sejarahnya berasal dari orang yahudi yang di tolak untuk bekerja
di sector pertanian, lalu pada awal abad ke 11 mereka mulai mengubah profesinya menjadi
pedagang.
a. Hubungan Makna Bunga (Interest) dalam system ekonomi modern dengan makna riba
dalam al-quran
Bunga perbankan (Interest) berdasarkan asumsi berbagai pakar bidang ilmu ekonomi
Islam adalah berpijak kepada system riba.
Medan makna yang terdapat dalam al-quran tentang lafad riba adalah ar-rizq (rejeki), alghina (kecukupan), at-tijarah (perniagaan), ad-dain (utang piutang termasuk rahn/ gadai),
dan al bai’(jual beli) serta lafal riba.
Pertama makna rejeki (ar-rizq) dalam al-quran:
Al-quran menggunakan untaian huruf : ‫ﭫ‬-‫ﮋ‬-‫ ﮍ‬dengan berbagai derivasinya disebut
sebanyak 112 kali yang terdapat dalam 41 surah. Konsep rejaqi dalam alquran adalah segala

keuntungan/penghasilan yang dapat di manfaatkan baik untuk pribadi/untuk orang lain
perolehan rejeqi itu tidak tergantung kepada kualitas keimanan kepada allah tetapi rejeqi
berjalann dengan suanattullahyang berelaku untuk makluknya, sehingga manusia harus
berusaha bertebaran di muka bumi ini untuk mendapatkan rejeqi dan karunianya.
Kedua makna al-ghina: lafad alquran yang tersusun atas huruf : ‫ ﻍ‬-‫ﻦ‬-‫ﻯ‬dengan berbagai
derivasinya berjumlah 71 kali setelah di inventarisir, lafad yang tersusun atas huruf -‫ﻦ‬-‫ﻯ‬
‫ﻍ‬yang termaksud dalam alquran ini ternyata merupakan memiliki makna dualisme (negative
dan positif), yaitu sebagai berikut :
1. Makna positif, yaitu bermanfaat tumbuh dan dapat memberikan manfaat, berguna
nkarena memiliki ilmu, kekayaan, kekuasaan, tidak di benci, karunia tuhan dan
keputusan hati.
2. Makna negative, meliputi: merugi, berdiam, mengingkari, kezaliman, memperolokolok, kekurangan.
Ketiga makna al bai’: lafad yang menggunakan untaian huruf: ‫ﻉ‬-‫ ﻯ‬-‫ﺏ‬dengan berbagai
derivasinya di sebut 11kali, yaitu surah At-Taubah (9): 111,Al- Fath (48): 10,

    
       
       
     
 
“bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka
berjanji setia kepada Allah[1396]. tangan Allah di atas tangan mereka[1397], Maka
Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan
menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah
akan memberinya pahala yang besar.
G. PENCIPTAAN ALAM RAYA BERDASARKAN METODE TAFSIR AYATAYAT SAINS
1.
Teori Dan Hakikat Penciptaan Alam Semesta
Hakikat alam semesta merupakan fenomena yang ajaib. hakikat alam semesta sebagai
wahana ilmu bagi manusia. hakikat alam semesta mengajarkan kepada kita apa yang dapat
dijadikan pelajaran bagi manusia. alam semesta merupakan tanda dari kekuasaan Allah.
hakikat alam semesta adalah suatu ilmu yang mempelajari apa sebenarnya fungsi alam

semesta bagi kita, apa sebenarnya tujuan diciptakannya alam semesta, apa menfaat alam
semesta bagi kita dan lain-lain.
Alam semesta adalah media pendidikan sekaligus sebagai sarana yang digunakan oleh
manusia untuk melangsungkan proses pendidikan. Didalam alam semesta ini manusia tidak
dapat hidup dan “mandiri” dengan sesungguhnya. Karena antara manusia dan alam semesta
saling membutuhkan dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Dimana alam
semesta ini butuh manusia untuk merawat dan memeliharanya sedangkan manusia butuh
alam semesta sebagai sarana berinteraksi dengan manusia lainnya.
Di dalam perspektif Islam, alam semesta merupakan sesuatu selain Allah Swt. Oleh
sebab itu, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, namun meliputi seluruh yang ada dan
berada di antara keduanya. Bukan hanya itu, di dalam perspektif Islam alam semesta tidak
saja mencakup hal-hal yang konkrit yang dapat diamati melalui panca indera manusia, tetapi
alam semesta juga merupakan segala sesuatu yang keberadaaannya tidak dapat diamati oleh
panca indera manusia.
Alam semesta merupakan ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia
yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memeliharaan alam
semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi manusia untuk memperoleh
ilmu pengetahuan yang terproses melalui pendidikan. Dari itulah pemakalah khusus
membahas tentang Esensi Alam Semesta menurut Persfektif Filsafat Pendidikan Islam yang
terdiri dari pengertian, proses penciptaan Alam Semesta, tujuan dan fungsi penciptaan Alam
Semesta dan implikasi Alam Semesta terhadap pendidikan islam.

2. Alam Semesta dalam perspektif Falsafah Pendidikan Islam
Alam dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata
alam berasal dari bahasa Arab ’alam (‫ ) عالم‬yang seakar dengan ’ilmu (‫علم‬, pengetahuan) dan
alamat (‫مة عل‬, pertanda). Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna. Alam sebagai
ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh hikmah. Dengan memahami alam, seseorang
akan memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda
atau alamat akan adanya Tuhan. Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos
yang berarti serasi, harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan tidak
kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang

dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan ajaran
bagi manusia.
Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73
kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak
dari keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia.
Menurut Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa kata `alamin
merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan
beraneka ragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa hanya Allah
Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi. Kemudian beliau menuturkan
kembali bahwa konsep islam megenai alam semesta merupakan penegasan bahwa alam
semesta adalah sesuatu selain Allah Swt.
Dari satu sisi alam semesta dapat didefenisikan sebagai kumpulan jauhar yang tersusun
dari maddah (materi) dan shurah (bentuk), yang dapat diklasifikasikan ke dalam wujud
konkrit (syahadah) dan wujud Abstrak (ghaib). Kemudian, dari sisi lain, alam semesta bisa
juga dibagi ke dalam beberapa jenis seperti benda-benda padat (jamadat), tumbuh-tumbuhan
(nabatat), hewan (hayyawanat), dan manusia.
Menurut Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Al-rasyidin dalam bukunya falsafah
pendidikan Islam menerangkan bahwa semua yang maujud selain Allah Swt baik yang telah
diketahui maupun yang belum diketahui manusia disebut alam. Kata `alam terambil dari akar
kata yang sama dengan `ilm dan `alamah, yaitu sesuatu yang menjelaskan sesuatu selainnya.
Oleh karena itu dalam konteks ini, alam semesta adalah alamat, alat atau sarana yang sangat
jelas untuk mengetahui wujud tuhan, pencipta yang Maha Esa, Maha Kuasa, dan Maha
Mengetahui. Dari sisi ini dapat dipahami bahwa keberadaaan alam semesta merupakan tandatanda yang menjadi alat atau sarana bagi manusia untuk mengetahui wujud dan membuktikan
keberadaan serta kemahakuasaan Allah Swt.
Di dalam Al Qur'an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami
dengan istilah "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"[8]. Istilah ini ditemui didalam
beberapa surat Al Qur'an yaitu: Dalam surat maryam ayat 64 dan 65.
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah
apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa (64). Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi
dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam
beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang
patut disembah)(65).

Dalam surat ar-rum ayat 22







       
  
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.

Dalam surat al-anbiya ayat 16






  
Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya
dengan bermain-main.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apaapa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk
abstrak (ghaib) merupakan bahagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.
3. Proses Penciptaan Alam Semesta
Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini,
sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di
dalamnya. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk
pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh
manusia. Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan
“kenyataan lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada manusia
lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia
mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya.[9]
Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur'an telah menyebutkan secara
gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta
menurut al-Qur`an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt
dalam Surat Al Anbiya ayat 30:
     
     
        
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga yang beriman."

Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains
modern, maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur'an tidak dapat disangkal
lagi kebenarannya. Adanya kumpulan kabut gas dan terjadinya pemisahan-pemisahan kabut
gas tersebut atau dikenal dengan proses evolusi terbentuknya alam semesta, sudah dipaparkan
secara jelas oleh Al-Qur'an jauh sebelum sains modern mengemukakannya[10]. Berkenaan
Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula terdapat dalam surat fushilat ayat 9
sampai 12 yaitu:
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi
dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian
itu adalah Rabb semesta alam".(9) Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung
yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan padanya kadar
makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai
jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.(10) Kemudian dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata kepadanya
dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".(11) Maka dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang
dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.(12)
Al-Rasyidin mengungkapkan bahwa Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidak
sekaligus atau sekali jadi, akan tetapi melalui beberapa tahapan, masa atau proses. Dalam
sejumlah surah, al-Qur`an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat
diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa atau enam periode.[11] Adapun ayat yang
menceritakan tentang penciptaan alam dalam enam masa terdapat pada surat yunus ayat 3 dan
surat Al-Araf ayat 54 adalah:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, Kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada
seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang
demikian Itulah Allah , Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak
mengambil pelajaran.
Dalam surat An-Naaziat ayat 27-33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam semesta.
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya(27),
Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya (28), Dan dia menjadikan
malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29), Dan bumi
sesudah itu dihamparkan-Nya (30), Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya (31), Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya
dengan teguh (32), (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu (33).

Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan menggunakan istilah yang
beragam seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk
penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menjadikan,
dengan tidak meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengan kata lain, bahwa
penciptaan alam semesta tidak mesti harus di dahului oleh ruang dan waktu. Dalam diskursus
keagamaan dan kefilsafatan, hakikat penciptaan telah terjadi perdebatan panjang yang
bermuara pada adanya perbedaan interpretasi etimologis terhadap terma-terma yang
digunakan oleh AlQur`an. Para teolog muslim berpendapat bahwa ala mini diciptakan dari
ketiadaaan (al-khalq min `adam) atau creation ex nihillo.
Bagi mereka, karena Allah maha kuasa, maka dalam menciptakan sesuatu dari
ketiadaaan bukanlah suatu kemustahilan. Di pihak lain, dengan berdasarkan logika dan ilmu
serta dengan pengamatan terhadap fenomena alam secara alamiah, para filosof berpendapat
bahwa penciptaan terjadi atas dasar pengubahan bahan dari bentuk yang satu ke bentuk yang
lain. Terlepas dari perdebatan panjang mengenai penciptaan alam semesta ini, maka AlQur`an telah menerangkan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan
proses, dan tidak terjadi sekaligus. Dalam hal ini pemakalah mengambil kesimpulan bahwa:
a. Alam semesta diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses
b. Asal mula penciptaan alam semesta berasal dari asap
c. Penciptaan alam semesta terbentuk melalui enam masa atau enam hari atau enam periode
Dari keterangan di atas pemakalah mengindikasikan bahwa keterkaitan tentang proses
penciptaan alam semesta bagi manusia dalam pendidikan, adalah manusia yang sudah
mempunyai potensi dari Allah Swt dalam mengembangkan potensi tersebut tidak dapat
dilakukan secara spontan, namun harus dilakukan dengan proses dan tahapan panjang melalui
alam ini, sebagai sarana dan fasilitas yang menghantarkan manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan yang seluas-luasnya.
Dalam perspektif Islam, tujuan penciptaan alam semesta pada dasarnya adalah sarana
untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian tentang keberadaan dan
kemahakuasaan Allah Swt. Keberadaaan alam semesta merupakan petunjuk yang jelas
tentang keberadaaan Allah Swt. Oleh karena itu dalam mempelajari alam semesta, manusia
akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah Swt adalah Zat yang menciptakan alam semesta.
Alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia sebagai penerima amanah dengan
menjadi khalifah di muka bumi ini. Alam dapat menjadi sumber ilham melalui potensi akal
yang diberikan Allah swt kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan hakikathakikat yang terdapat di dalam alam semesta ini.

Al-qur`an dalam hal ini menjelaskan bahwa penciptaan alam semesta bertujuan bukan
menjadi seteru bagi manusia, bukan menjadi penghambat manusia dalam berpikir dan
berkembang, juga bukan menjadi musuh manusia, akan tetapi alam semesta diciptakan oleh
Allah Swt untuk bekerjasama dengan manusia dengan menggunakan alam sebagai sumber
dan mediasi untuk mendapatkan respon ilmu, yang dapat membantu mereka dalam
menjalankan amanah yang telah diberikan Allah Swt sebagai khalifah dalam menjalankan
roda kehidupan dan serta dalam menjalankan kemaslahatan umat manusia seluruhnya.

4. Al Qur’an Dan Hakikat Penciptaan Alam Semesta
Meskipun alam diciptakan dan ditundukan Allah Swt untuk manusia, bukan berarti
manusia dapat mengetahui dan memahami apa-apa yang terdapat dari padanya, karena
sampai sekarang pun fenomena alam dengan segala kerahasiaan Allah Swt dalam
menciptakannya masih menjadi misteri yang belum terpecahkan secara tuntas. Oleh dasar
inilah Al-Quran mengajurkan kepada manusia untuk terus menggali khazanah yang terdapat
dari penciptaan alam semesta ini. Anjuran dan kemungkinan untuk mempelajari alam semesta
tertuang di berbagai ayat-ayat al-quran yang di antaranya:
Surat Yunus ayat 101











      
   

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".
Dalam surat al-Ankabut ayat 20

      

        
     
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah
menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali
lagi, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam surat At-Tariq ayat 5

    
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan.

Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa ayat di atas menunjukkan bahwa memahami dan
mempelajari alam adalah mungkin, apabila tidak, maka Allah Swt dalam ayat-ayatNya tidak
akan menganjurkan untuk mempelajarinya.

BAB III
PENUTUP
A. Komentar
Manusia diberi hidup oleh Allah tidak secara outomatis dan langsung, akan tetapi melalui
proses panjang yang melibatkan berbagai faktor dan aspek. Ini tidak berarti Allah Swt tidak
mampu atau tidak kuasa menciptakannya sealigus, Akan tetapi justru karena ada proses itulah
maka tercipta dan muncul apa yang disebut “kehidupan” baik bagi manusia itu sendiri
maupun bagi mahluk lain yang juga diberi hidup oleh Allah Swt, yakni flora dan fauna.
Kehidupan yang demikian adalah proses hubungan interaktif secara harmonis dan seimbang
yang saling menunjang antara manusia, alam dan segala isinya.
Jadi, untuk mengaplikasikan metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial di tuntut untuk
berpegang pada dua paradigma sekaligus, yakni paradigma tafsir (dalam hal ini tafsir alquran) dan paradigma ilmu pengetahuan

B. Kelebihan Dan Kekurangan Buku
1. Kelebihan Buku
Buku ini mencangkup secara menyeluruh antara ilmu pengetahuan dengan ilmu sains
dan social. Buku ini memerangkan dari pengertian ilmu pengetahuan sampai pada aplikasi
(penerapan) metode tafsir ayat-ayat sains dan social. Buku ini sangat membantu kita untuk
menambah wawasan kita tentang ilmu pengetahuan yang di kaitkan dengan ilmu agama (alqur’an). Buku ini di tulis berdsarkan pengetahuan penulis yang di tambahkan dari sumber
buku lainnya. Buku ini sangat baik untuk kita pelajari, karena selain kita mengetahui metode
tafsir ayat-ayat sins dan social tetapi kita juga mengetahui kaitannya antara ilmu sains dan
social dengan ilmu agama (al- qur’an).
2. Kekurangan Buku
Buku ini masih menggunakan tata bahasa yang tinggi (kata-katanya tidak sederhan).
Gaya bahasa yang penulis ungkapmn dalam buku ini sangat berbelit-belit. Buku ini sangat
mendominasikan antara ilmu agama (al-qur’an) dengan ilmu sains. Buku ini juga
menggunakan kata baku yang sulit untuk di talar oleh anak-anak muda sekarang ini.
Seharusnya buku ini bias menggunakan tata bahasa yang lebih mudah di mengerti oleh anakanak muda untuk saat ini.

IDENTITAS DATA

Bucaille, Maurice. 2000/1421. Bibel, Qur’an dan Sains Modern,. Terjemahan dari La Bible
La Qur’an et La Scince. Cet III. Jakarta: Bulan Bintang.
Buillaume, Alfred.1983. Islam. Midlesex, England: Penguin Ltd.
Tim Penyusun . 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet 1. Jakarta: Balai Pustaka
Al-Wahidi, Ahmad An-Nisaburi (468 H).1994.Asbab An-Nuzul. Beirut:Dar Al Fikr