orlep semester 2 UJI PEMBEDAAN

Laporan Praktikum
Analisis Organoleptik
Tim Penyaji : Kelompok 5

Hari / Tanggal : Jumat, 16 Maret 2012
PJ Dosen
: Mira Miranti, STP, Msi
Asisten
: Ummi Rufaizah

UJI PEMBEDAAN
(UJI PASANGAN, UJI DUO TRIO DAN UJI SEGITIGA)
Kelompok 8/AP2
Nurul Ulfah D

J3E111046

Myrawati Armen

J3E111126


Tiffani Destiara

J3E211155

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara-cara
pengujian itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Cara pengujian yang
paling

populer

adalah kelompok


pengujian

pembedaan (defference

tests).

Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun dalam pengujian dapat
saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapi untuk melaksanakan pembedaan
selalu ada dua contoh yang dapat dipertentangkan. Untuk mempertentangkan
contoh-contoh yang diuji dapat menggunakan bahan pembanding (reference),
tetapi dapat pula tanpa bahan pembanding. Jika hanya berminat pada ada atau
tidak ada perbedaan antara dua contoh produk maka bahan pembanding tidak
perlu. Sebaliknya jika berminat pada pengaruh suatu perlakuan maka diperlukan
bahan pembanding (Susiwi 2009).
Pembedaannya dapat mempunyai arah atau tanpa arah. Pembedaan berarah
jika dalam pembedaan contoh-contoh itu disertai arah perbedaan yaitu, lebih kecil
atau lebih besar danbahan baku. Jika pembedaan itu tidak berarah tidak perlu
disertai pernyataan lebih yang satu terhadap yang lain, cukup kalau dapat
menyatakan bahwaperbedaan itu ada. Jika dalam pembedaan itu digunakan bahan

pembanding (reference) maka sifat-sifat organoleptik yang ingin dibedakan harus
betul-betul jelas dan dipahami para panelis (Susiwi 2009).
Keandalan (reliability) dan uji pembedaan tergantung dan pengenalan sifat
mutu yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota
panelis. Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian.
Meskipun dernikian uji pembedaan yang dilakukan secara saksama dengan
menggunakan panelis yang terlatih akan memberikan hasil pembedaan yang jauh
lebih baik daripada yang dilakukan tanpa menggunakan panelis terlatih meskipun
dengan anggota panelis yang besar jumlahnya. Uji pembedaan biasanya
menggunakan anggota panelis yang berjumlah 15-30 orang yang terlatih (Anonim
2010).

Metode uji pembedaan yang umum digunakan adalah uji pasangan (paired
comparison), uji dua tiga (duo trio test), uji segi tiga (triangle test), uji
pembanding ganda (dual standard).
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar panelis atau mahasiswa dapat berlatih tata
cara penyelenggaraan uji pembedaan, penginderaan contoh uji, dan berlatih
menganalisis respon uji serta dapat mengetahui perbedan dan persamaan dari uji
pasanag, uji duo trio, dan uji segitiga.


BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1 kg kacang sukro
“Dua Kelinci” (PT Dua kelinci Food Industri), 2 kg kacang sukro curah, 1 botol
syrup “Marjan Boundon Cocopandan” (PT Lasalle Food Indonesia), 1 botol syrup
“ABC” rasa Cocopandan (PT Heinz ABC Indonesia), dan 1 galon air minum.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 2 lusin piring melamin, 1
lusin gelas sloki, 1 lusin gelas besar, sendok kecil, dispenser, 2 gelas besar
pencampur sirup, 2 pengaduk panjang.
2.2 Metode
Pada praktikum uji pembedaan ini, metode yang digunakan adalah
pengujian secara langsung, praktikan berperan sebagai panelis yang bertugas
untuk menguji sampel yang telah disediakan untuk dibedakan sebagai
jawaban yang benar berdasarkan uji yang digunakan, adapun langkah
kerjanya sebagai berikut :
Disiapkan alat dan bahan yang akan diuji sifat-sifat organoleptiknya oleh kelompok penyaji

Dibuat sampel uji oleh penyaji di dapur persiapan, setelah selesai segera disajikan di meja panel


Bahan uji ditempatkan pada meja, dan diatur untuk memudahkan panelis

Diberi arahan para panelis oleh penyaji mengenai cara melakukan uji ambang rangsangan

Diberi format uji masing-masing untuk panelis memberikan penilaian terhadap sampel

Dilakukan uji pembedaan oleh para panelis

Dicatat hasil dari pengujian pada format uji dan diserahkan kepada penyaji untuk pengumpulan d

A. Penyiapan contoh uji
1. Uji pasangan
a. Prosedur kerja
Kacang sukro curah

Kacang sukro

156


237

189

763

401

290

b. Cara penyajian

156

763

Format uji

Air penetral
Meja uji

Media uji

2. Uji duo trio
a. Prosedur kerja
115Kacang
243sukro
999

P

Format uji

470kacang
885curah310

Pembanding kacang curah

b. Cara penyajian
115


470

Format uji

p

Air penetral
3. Uji segitiga
a. Proedur kerja

500 ml air + 4-5 sdm sirup 500 ml air + 4-5 sdm sirup

Marjan

b.

ABC

112


981

355

326

413

697

431

Cara penyajian

112

981

431


Format uji

993

312

Air penetral

Meja uji
Media uji



P

Format uji

Merk produk
1. Kacang Sukro Dua Kelinci Food Industry, PATI 59163 Indonesia
2. Sirup ABC Cocopandan PT ABC HEINZ Indonesia, Karawang, 41371

Indonesia PO BOX 4608/JKT-10001
3. Sirup Marjan “Boudoin” Cocopandan PT Lasallefood Indonesia. Depok

16952 – Indonesia www.lasallefood.co.id
Denah ruang pengujian organoleptik

Tempat persiapan

Laboratorum Uji

Ruang Tunggu

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel Rekapitulasi Data Uji Pasangan, Uji Duo-Trio, dan UjiSegitiga.

3.2 Pembahasan
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan
sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan. Uji ini juga

dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi
proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui
adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama.
Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis.
Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat
mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing
panelis.
Uji difference test (uji pembedaan) yang dimaksudkan untuk melihat
secara statistik adanya perbedaan diantara contoh dan sensitifity test, yang
mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori. Diantara uji
pembedaan adalah uji perbandingan pasangan (paired comparation test) dimana
para

panelis

diminta

untuk

menyatakan apakah

ada

perbedaan

antara

dua contohyang disajikan; dan uji duo-trio (duo-trio test) dimana ada 3 jenis
contoh (dua sama, satu berbeda) disajikan dan para penelis diminta untuk memilih
contoh yang sama dengan standar. Uji lainnya adalah uji segitiga (triangle test),
yang sama seperti uji duo-trio tetapi tidak ada standar yang telah ditentukan dan
panelis harus memilih satu produk yang berbeda. Pada praktikum ini terdapat 27
panelis dengan 6 panelis laki-laki dan 21 panelis perempuan.
3.2.1 Uji pasangan
Uji pasangan juga disebut paired comparison, paired test atau dual corn
paration. Cara pengujian ini termasuk paling sederhana dan paling tua, karena itu
juga sering digunakan. Dalam pengujian dengan uji pasangan, dua contoh
disajikan bersamaan atau berurutan dengan nomor kode berlainan. Masing-masing
anggota panel diminta menyatakan ada atau tidak ada perbedaan dalam hal sifat
yang d ujikan. Agar pengujian ini efektif, sifat atau kriteria yang diujikan harus
jelas dan dipahami panelis.
Ada dua cara uji pasangan yaitu dengan dan tanpa dengan bahan
pembanding (reference). Dan dua contoh yang disajikan yang satu dapat
merupakan bahan pembanding atau sebagai kontrol sedang kan yang lain sebagai
yang dibandingkan, dinilai atau yang diuji. Hal ini dilakukan misalnya
membandingkan hasil cara pengolahan lama sebagai contoh baku atau
pembanding dan hasil cara pengolahan baru yang dibandingkan atau dinilai.

Dalam hal uji pasangan dengan pembanding, bahan pembanding dicicip lebih
dulu baru contoh ke dua. Tetapi dapat juga dua contoh itu tidak mempunyai bahan
pem banding. Dalam uji pasangan, pengujian dapat dianggap cukup jika panelis
telah dapat menyatakan ada atau tidak adanya perbedaan. Dalam uji pasangan
tanpa bahan pembanding kedua contoh itu disajikan secara acak. Di samping itu
pengelola pengujian dapat pula meminta keterangan lebih lanjut pada para panelis
untuk menyatakan lebih lanjut tingkat perbedaan. Tingkat perbedaan dapat
dinyatakan, misalnya: perbedaan sedikit, sedang, dan banyak.
Meskipun uji pasangan itu sederhana penyelenggaraannya, tetapi tidak
mudah dalam memberi interpretasi hasil analisisnya. Karena hanya 2 contoh
disajikan bersama-sama maka chance of probability dan masing-masing contoh
untuk dipilih adalah V2 atau 50%. Kesimpulan tidak dapat diambil jika panelisnya
sedikit. Jumlah panelis yang dibutuhkan biasanya di atas 10 orang.
Pada hasil praktikum uji pasangan ini dapat dilihat dari 26 panelis
sebanyak 24 panelis memberikan keputusan benar pada pengujian rasa dari
kacang sukro dengan kode 156 dan kacang sukro curah dengan kode 763.
Berdasarkan tabel jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji
pasangan, dapat disimpulkan kedua sampel kacang atom pada aspek rasa
dinyatakan berbeda pada tingkat kepercayaan 99,9% (=0,1%). Hal ini
disebabkan jumlah keputusan benar yang diberikan panelis sudah melewati batas
jumlah terkecil yang ditentukan pada tabel untuk menyatakan beda nyata, yaitu
minimal 19 panelis dari 26 orang panelis pada tingkat kepercayaan 95%,
minimal 20 panelis untuk tingkat kepercayaan 99%, serta minimal 22 panelis pada
tingkat kepercayaan 99,9%.
Pada hasil uji pasangan untuk aspek kerenyahan sebanyak 25 panelis dari
26 panelis memberikan respon dan keputusan benar atau menyatakan sampel
kedua kacang atom tersebut adalah berbeda. Dapat dilihat berdasarkan tabel
jumlah terkecil untuk menyatakan beda pada uji pasangan, dapat dikatakan kedua
sampel dalam segi kerenyahan dinyatakan berbeda dengan tingkat kepercayaan
99,9% (=0,1%). Hal ini disebabkan jumlah keputusan benar yang diberikan
panelis sudah melewati batas jumlah terkecil yang ditentukan pada tabel untuk
menyatakan beda nyata, yaitu minimal 19 panelis dari 26 orang panelis pada

tingkat kepercayaan 95%, minimal 20 panelis untuk tingkat kepercayaan 99%,
serta minimal 22 panelis pada tingkat kepercayaan 99,9% dan seperti yang sudah
diketahui jumlah panelis sudah memenuhi batas jumlah terkecil yang ditentukan
pada tabel untuk tingkat kepercayaan 99,9%.
Pada uji pasangan dari segi warna dapat dilihat seluruh panelis atau 27
panelis menyatakan dan memberikan keputusan benar bahwa warna dari kedua
sampel memiliki warna yang berbeda. Berdasarkan tabel terkecil untuk
menyatakan beda pada uji pasangan dapat dilihat kedua sampel dalam segi warna
dinyatakan berbeda dengan tingkat kepercayaan 100%. Hal ini disebabkan jumlah
keputusan benar yang diberikan panelis (27 panelis) sudah melewati batas jumlah
terkecil yang ditentukan pada tabel untuk menyatakan beda nyata, yaitu minimal
20 panelis dari 27 orang panelis pada tingkat kepercayaan 95%, minimal 21
panelis untuk tingkat kepercayaan 99%, serta minimal 23 panelis untuk tingkat
kepercayaan 99,9% dan jumlah panelis pada praktikum sudah memenuhi batas
minimal panelis, yaitu sebanyak 27 panelis sehingga tingkat kepercayaannya yaitu
100%.
Pada uji pasangan ini terdapat satu panelis yang tidak mengisi form uji
untuk pembedaan rasa dan kerenyahan. Hal ini berpengaruh terhadap penentuan
tingkat kepercayaan yang diberikan. Ketidaktelitian panelis dalam pengisian form
uji dapat mempengaruhi hasil dan tingkat kepercayaan pada uji pasangan yang
sedang dilakukan.
3.2.2 Uji duo trio
Uji ini seperti halnya pada uji segitiga, tiap-tiap anggota panel disajikan 3
contoh, 2 contoh dan bahan yang sama dan contoh ketiga dan bahan yang lain.
Bedanya ialah bahwa salah satu dan 2 contoh yang sama itu dicicip atau dikenali
dulu dan dianggap sebagai contoh baku, sedangkan kedua contoh lainnya
kemudian. Dalam penyajiannya ketiga contoh itu dapat diberikan bersamaan. Atau
contoh bakunya diberikan lebih dulu baru kemudian kedua contoh yang lain
disajikan.
Dalam pelaksanaan uji, panelis diminta untuk memilih satu di antara 2
contoh kacang sukro terakhir yang sama dengan contoh baku atau pembanding.
Karena contoh yang dinilai ada dua maka peluang secara acak adalah 50%. Pada

setiap panelis dihadapkan 3 contoh kacang atom. Dua dari contoh tersebut berasal
dari jenis contoh yang sama sedangkan 1 contoh yang lain berbeda. Dalam
penyajiannya, ketiga contoh tersebut dapat diberikan secara bersamaan namun
contoh bakunya diberikan terlebih dahulu untuk dinilai.
Dari hasil pengujian dapat dilihat dari 27 panelis 24 panelis memberikan
keputusan benar untuk uji rasa, 25 panelis memberikan keputusan benar untuk
kerenyahan, dan 27 panelis memberikan keputusan benar untuk uji warna sampel
kacang sukro berbeda dengan pembanding yang disajikan.
Hasil uji duo trio untuk uji rasa 25 panelis menyatakan jika pembanding
berbeda dengan kode 115 dan sama dengan kode 470. Berdasarkan tabel jumlah
terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji duo trio, dapat disimpulkan bahwa
sampel dengan kode 115 berbeda dengan pembanding yang diberikan dengan
tingkat kepercayaan 99,9% (=0,1%). Hal ini disebabkan jumlah keputusan benar
yang diberikan panelis sudah melewati jumlah terkecil yang ditentukan pada tabel,
yaitu minimal 20 panelis dari 27 orang panelis pada tingkat kepercayaan 95%,
minimal 21 panelis pada konsentrasi 99%, serta minimal 23 panelis pada tingkat
kepercayaan 99,99%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua sampel
berbeda pada aspek rasa dengan tingkat kepercayaan 99,9% dengan =0,1%.
Pada uji duo trio untuk aspek kerenyahan, panelis yang memberi
keputusan benar yaitu sebanyak 25 panelis dari 27 panelis yang ada. Dua puluh
lima panelis menyatakan kode 243 berbeda dengan pembanding. Dari tabel
jumlah tabel jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji duo trio, dapat
disimpulkan bahwa sampel dengan kode 243 berbeda dengan pembanding dengan
tingkat kepercayaan 99,9% (=0,1%). %. Hal ini diperoleh dari jumlah panelis
yang menjawab berbeda nyata dengan pembanding melebihi dari jumlah
minimum nilai terkecil untuk tingkat kepercayaan 99,9%.
Sedangkan untuk uji duo trio pada segi warna sebanyak 27 panelis
menyatakan pembanding berbeda dengan sampel 999. Maka dari itu dilihat dari
tabel jumlah tabel jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji duo trio,
dapat disimpulkan bahwa sampel dengan kode 999 berbeda nyata dengan
pembanding yang diberikan dengan tingkat kepercayaan 100% karena dari 27
panelis seluruh panelis menjawab benar. Hal ini diperoleh dari jumlah panelis

yang menjawab berbeda nyata dengan pembanding melebihi dari jumlah
minimum nilai terkecil.
Dalam uji duo trio ini tidak semua panelis dapat membedakan antara
pembanding dengan sampel yang ada, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor
misalnya panelis yang belum memahami prosedur pengujian, tidak dapat
mengingat pembanding dalam penilaian, dan mungkin terjadi karena kurang
telitinya panelis dalam memberikan keputusan benar yang sesuai dengan kriteria
yang diberikan.
3.2.3 Uji segitiga
Uji segitiga merupakan salah satu jenis metode uji pembedaan dimana uji
segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan kecil. Uji segitiga ini biasanya
dilakukan oleh panelis yang agak terlatih dan terlatih. Hal ini dikarenakan dalam
uji ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi untuk mencari produk yang berbeda dari
yang lain (Mujahid 2012). Tujuan penggunaan uji segitiga antara lain menentukan
ada tidaknya perbedaan produk akibat perubahan dalam bahanbaku, proses
pengolahan, pengemasan, atau penyimpanan; menentukan ada tidaknya perbedaan
secara keseluruhan, dimana tidak ada atribut spesifik yang dapat diidentifikasi
kemampuan membedakan.
Prinsip uji segitiga secara umum yaitu panelis akan diberikan tiga contoh
uji dengan kode acak dan tidak berurutan. Dalam uji ini tidak terdapat
pembanding. Dua dari tiga contoh adalah sama dan satu diantara ketiga adalah
sama dan satu diantaranya berbeda. Panelis diminta memilih satu diantara ketiga
contoh yang berbeda dengan cara mencicipi atau mengamati.
Pada praktikum digunakan sirup cocopandan sebagai media uji segitiga.
Panelis diminta untuk membedakan antara sirup cocopandan merk “ABC” dengan
sirup cocopandan merk “marjan”. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil
sebagai berikut; untuk uji pembedaan rasa sirup terdapat 24 panelis dari 27 panelis
memberi keputusan benar bahwa rasa sirup dengan kode 431 berbeda dengan dua
sampel yang lain yang disajikan. Berdasarkan tabel jumlah terkecil untuk
menyatakan beda nyata pada uji segitiga, dapat disimpulkan bahwa sirup dengan
kode 431 berbeda dari dua sampel yang lain dengan tingkat kepercayaan 99,9%
dengan =0,1%.

Pada uji pembedaan tingkat kemanisan terdapat 25 panelis dari 27 panelis
memberi keputusan benar bahwa sirup dengan kode 993 memiliki tingkat
kemanisan yang berbeda dari dua sampel yang lain. Bila dilihat berdasarkan tabel
jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji segitiga, tingkat
kepercayaannya yaitu 99,9%. Hal tersebut dikarenakan jumlah panelis yang
memberikan respon benar sudah melebihi jumlah minimum batas jumlah terkecil
beda nyata yang telah ditentukan, yaitu minimal 14 panelis dari 27 panelis pada
tingkat kepercayaan 95%, minimal 15 panelis pada konsentrasi 99%, serta
minimal 17 panelis pada tingkat kepercayaan 99,99%.
Pada uji pembedaan warna sirup semua panelis dapat membedakannya
dengan benar, hal ini ditunjukkan dengan 27 panelis menyatakan bahwa warna
dari sirup berkode 312 berbeda dengan dua sampel yang diberikan. Berdasarkan
tabel jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata pada uji segitiga, tingkat
kepercayaannya yaitu 100%. Dapat dikatakan demikian karena jumlah respon
benar panelis sudah melewati batas minimum yang dicantumkan pada tabel.
Sampel yang diujikan dalam uji segitiga dua diantaranya dari populasi
sama dan tidak digunakan sampel standar. kemungkinan tidak tercapainya
perbedaan dapat terjadi karena kurang peka atau belum mencapai ambang
perbedaan. karena contoh yang dinilai ada 3 macam secara acak peluangnya 1/3
atau 33,3% (Soekarto 1985).
Kehandalan dari uji segitiga ini tergantung dari pengenalan sifat masingmasing mutu yang diinginkan, tingkat latihan dan kepekaan masing-masing
panelis. Pada praktikum ini, digunakan panel agak terlatih yaitu mahasiswa.
menurut Soekarto (1985), panelis dalam kategori ini, mengetahui sifat-sifat
sensorik dari contoh yang dinilai karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Uji pembedaan terdiri dari tiga macam yaitu uji pasangan, uji duo trio, dan
uji segitiga. Pada uji pasangan dapat dilihat bahwa setiap sampel untuk pengujian

dari segi rasa, kerenyahan, dan warna dinyatakan berbeda dengan tingkat
kepercayaan masing-masing sebesar 99,9%. Pada uji duo trio dapat disimpulkan
bahwa untuk tingkat kepercayaan segi rasa dan kerenyahan adalah sebesar 99.9%
sedangkan untuk segi warna tingkat kepercayaan yang diperoleh adalah sebesar
100%. Pada uji segitiga didapatkan hasil yang sama dengan uji duo trio yaitu
untuk tingkat kepercayaan segi rasa dan kerenyahan didapatkan hasil sebesar
99.9% dan segi warna sebesar 100%.
Masing-masing panelis memiliki tingkat kehandalan yang berbeda-beda.
Kehandalan (reliability) dari uji pembedaan tergantung dan pengenalan sifat mutu
yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota panelis.
4.2 Saran
Sebelum melakukan pengujian perlu mempersiapkan segala sesuatunya
dengan baik, seperti persiapan laboratorium pengujian, sampel yang akan diuji,
dan pemberian arahan kepada panelis karena pada uji pembedaan ini panelis harus
benar-benar mengerti prosedur yang ada, karena dapat terjadi kesalahan dalam
pemberian keputusan benar yang nantinya akan mempengaruhi nilai dari tingkat
kepercayaan suatu pengujian.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. Pengujian organoleptik dalam industri pangan.
http://www.scribd.com [24 Maret 2012]
Anonymous. 2010. Pengujian organoleptik. http://www.scribd.com [24 Maret
2012]

Anonymous. 2011. Evaluasi sensori. http://id.wikipedia.org [25 Maret 2012]
Kartika B. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: Pangan dan
Gizi UGM
Sarastani D. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Bogor: Program
Diploma IPB
Setyaningsih D. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor:
IPB Press.
Soekarto S. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Susiwi. 2009. Penilaian organoleptik. http://file.upi.edu [24 Maret 2012]

LAMPIRAN