M01891
SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN KOMUNITAS
“
PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
(2)
i
SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN KOMUNITAS
“
PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
PRIMER MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
7 November 2015
Gedung Serba Guna Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Editor : Ns. Muhammad Muin, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.Kom Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep
Bekti Iskandar, S.Hum
Program Studi Magister Keperawatan
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas
(3)
ii
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN KOMUNITAS
“
PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
”
ISBN : 978-602-73501-0-6
@ 2015 Program Studi Magister Keperawatan
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
Redaksi
Program Studi Magister Keperawatan
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang Semarang 50275
Telp. (024) 76480919 Fax : (024) 76486849 Email : semnascomundip@gmail.com Website : www. keperawatan.undip.ac.id Cetakan Pertama, 7 November 2015
(4)
iii
Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“
Peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN
”
7 November 2015
Kami Mengucapkan terima kasih kepada tim reviewer
Dr.Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc
Nur Setiawati Dewi, S.Kp., M.Kep. Sp.Kep.Kom
Megah Andriany, S.Kp, M.Kep. Sp.Kep.Kom
Ns. Muhammad Muin, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.Kom
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep
Rita Hadi Widyastuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom
(5)
iv
KATA PENGANTAR
Perawat memiliki peran yang vital dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan aktif dalam mengisi pembangunan. Perawat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna terhadap pasien. Perawat menempati 1/3 dari keseluruhan tenaga kesehatan di Indonesia baik di RS maupun di Puskesmas. Oleh sebab itu diperlukan suatu mekanisme dalam upaya meningkatkan profesionalisme perawat dalam mewujudkan program percepatan pembangunan kesehatan di Indonesia.
Saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup kompleks, upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun Puskesmas telah ada di setiap kecamatan yang rata-rata ditunjang oleh tiga Puskesmas Pembantu. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi dan angka kematian ibu, jumlah kasus baru TB, jumlah kasus baru AIDS dan penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah, juga terjadi peningkatan.
Keperawatan sebagai salah satu bagian pelayanan kesehatan di Indonesia memandang isu ini sebagai masalah krusial yang perlu untuk ditindaklanjuti bersama, tidak hanya oleh stakeholder, tetapi juga oleh praktisi, akademisi, dan masyarakat. Jalinan kerjasama ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah yang mempengaruhi outcome berupa kualitas pelayanan dan profesionalisme perawat. Menjawab realitas tersebut kegiatan seminar nasional dengan tema “Peran perawat dalam
pelayanan kesehatan primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN” dapat bermanfaat
untuk memajukan dan menggiatkan kembali pendidikan dan profesi sebagai perawat yang berkompeten dan berkualitas di keperawatan komunitas ( masyarakat) terutama menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN .
Semarang, 7 November 2015 Ketua Panitia
(6)
v
Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“
Peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN
”
Semarang, 7 November 2015
Sususan panitia pelaksanaan seminar:Ketua : Rita Hadi W, S.Kp. M.Kep. Sp.Kep.Kom
Sekretaris : Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS
Bendahara : Titien Supriyanti, S.Kom
Sie. Acara : Ns. Nurullya Rachma, S.Kep., M.Kep. Sp.Kep.Kom
Ns. Artika Nurrahima, S.Kep., M.Kep Sie. Ilmiah : Ns. Muhammad Muin, S.Kep., M.Kep.
Sp.Kep.Kom
Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep Nur Setiawati Dewi, S.Kp., M.Kep. Sp.Kep.Kom
Megah Andriany, S.Kp, M.Kep. Sp.Kep.Kom Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc
Bekti Iskandar, S.Hum Sie. Danus : Elis Hartati, S.Kep., M.Kep
Rinna Prasmawati, SKM
Sie. Konsumsi : Wida Riana, SIP
Sie. Perlengkapan, : Evi Silitoma Kriswanto Ponco Sudarsono Sie. Pubdekdok &
Transportasi
: Heri Kristanto Margiyono, S.Kom
(7)
vi
Susunan Acara
Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“
Peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN
”
Semarang, 7 November 2015
Waktu Kegiatan Narasumber
07.00- 08.30 Registrasi (coffe break) 08.30- 09.00 Pembukaan:
Menyayikan lagu Indonesia Raya
Dirijen : MC
Doa Pembaca Doa
M.Mu’in,M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Laporan ketua panitia
Rita Hadi W,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom Sambutan:
Dekan FK UNDIP Prof. DR. dr. Tri Nur Kristina, DMM., M.Kes
09.00- 11.30 Materi (Panel)
@ 30 menit tiap pembicara, diskusi 45 menit
1. Kebijakan Kementerian Kesehatan tentang peran dan posisi perawat dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi di pelayanan kesehatan primer
Moderator:
Ns. Nurullya Rachma, M.Kep., Sp.Kep.Kom
Dr. dr. Anung Sugihantono, M.Kes (Dirjen Bina Gizi & KIA Kemenkes RI)
2. Kebijakan dan strategi pendayagunaan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
dr. Yulianto Prabowo, M.Kes (Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah)
3. Konsep dan
implementasi Asuhan Keperawatan Komunitas dalam rangka
peningkatan status kesehatan menuju MEA:
(8)
vii Aplikasi program 1 RW
1 perawat
Penyerahan sertifikat dan plakat
Diserahkan oleh Kajur/Ketua Panitia
11.30- 12.30 Presentasi poster (Hall depan RSG Lt.3) 12.30- 13.30 Ishoma
13.30- 15.00 Presentasi oral
Ruang 3 A,B,C Jur Kep 15.00- 15.15 Penutupan:
Kajur Keperawatan FK UNDIP
DR. Untung Sujianto, S.Kp.,M.Kes
(9)
viii
Daftar Isi
Halaman Judul ... Kata Pengantar
... Susunan Panitia
...
Susunan Acara ... Daftar Isi ... A. Materi Pembicara
1. Konsep dan implementasi Asuhan Keperawatan Komunitas dalam rangka peningkatan status kesehatan menuju MEA: Aplikasi program 1 RW 1 perawat oleh Purwadi, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom
B. Oral Presentation
1. Dely Maria , Juniati Sahar, Sigit Mulyono... Kemampuan tugas kesehatan keluarga dalam pemenuhan nutrisi untuk meningkatkan status gizi anak usia sekolah.
2. Fitri Suciana... Efektifitas Program Perawatan Diri Terhadap Kemampuan Diri Pasien Gagal Jantung
3. Tut Wuri Prihatin, Witri Hastuti, Fitroh Suryaningsih... Pengaruh Terapi Bekam terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi
4. Zahroh Ulil Fadhilah, Wahyu Maha Nugraha... Jenis Terapi Komplementer yang Berpengaruh terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus
5. Kastuti Endang Trirahayu , ... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Keluarga Dalam
Perawatan Pasien Tuberculosis Paru
6. Kartika Setia Purdani, ... Komplementer Terapi; Aromaterapi Dalam Autism
7. Erika Dewi Noorratri ... Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kegagalan Pengobatan Pada Pasien Tuberculosis Paru
8. Nurul Devi Ardian... Faktor-Faktor Yangmempengaruhi Perilaku Seksual Pada Remaja
Wachidah Yuniartika
9. Candra Dewi Rahayu... Kolaborasi Perawat Klien Dalam Penanganan Kesehatan Jiwa Komunitas: Literature Review
10.Maria Dyah Kurniasari ... Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Terhadap Jumlah Limfosit Total, Jumlah Hb, Berat Badan Pada Penderita Hiv Dengan Terapi Antiretroviral (Arv) Di Rsud Gunung Jati, Cirebon
11.Dwi Yuniar Ramadhani... Literatur Review : Dukungan Keluarga, Efikasi Diri dan Kualitas Hidup Lansia dengan Diabetes Melitus Tipe 2
i iv v vi viii 1
20
28
37
43
50
55 61
72
79
88
(10)
ix 12.Treesia Sujana ...
Effectiveness of maternal and neonatal health promotion strategies in low and middle income countries with disadvantage environment Road to an in-context health promotion strategy for Indonesia
13.Domianus Namuwali ... Pengaruh Penggunaan SMS Dan Telpon Pengingat Terhadap Kepatuhan Pasien Minum Obat Anti Tuberkulosis Paru : Literatur review
14.Umi Setyoningrum
...
Hubungan Peran dan Fungsi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja
15.Yuni Dwi Hastuti , Sidik Awaludin... Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hiv/Aids Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Di Sma Setiabudi Semarang
16.EIstki Suprihatin ... Hubungan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Desa Wonosari Kecamatan Trucuk 17.Budi Kristanto ...
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Pra Sekolah
18.Lusia Lilik Mei M ... The Relationship Between Husband Support And Self Efficacy With Stress Levels In Multiple Roles Woman
19.Asti Nuraeni, Susana Agustina, Mamat Supriyono... Efektivitas Pendampingan Peer Group Tentang Bahaya Rokok Terhadap Frekuensi Merokok Siswa Sman 14 Semarang
20.Yulia Susanti, Junaiti Sahar, Poppy Fitriyani ... Hubungan Dukungan Keluarga Dalam Pencegahan Dengan Kejadian Demam Berdarah Pada Anggota Keluarga Di Kabupaten Kendal
21.Dwi Roma Yogi, Riani Pradara Jati
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia Memeriksakan Kesehatan di Posyandu Lansia di Desa Sawahjoho Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang
22.Dwi Susilawati, Reni Sulung Utami ... Efektivitas Senam Diabet Terhadap Aktivitas dan Kepuasan Dalam Berhubungan Seksual Pada Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Kecamatan Ungaran Barat
23.Yunitia Aulianita, Sari Sudarmiati ... Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique Terhadap Kecemasan Wanita Klimakterium di Rw 6 Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah
24.Puji Purwaningsih ... Kajian Literatur : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Fisik dan Perilaku Sedentary Pada Anak
25.Chandra Bagus Ropyanto ... Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Self Efficacy
Melakukan Activity Daily Living (ADL) Pasien Pasca Open Reduction Internal Fixation (ORIF) Ekstremitas Bawah di Kota Semarang
101
108
115
118
125
131
139
146
153
161
168
178
186
(11)
x 26.Elis Hartati, Diyan Yuli Wijayanti ...
Pemberdayaan Kader Posyandu Lansia di Semarang
27.Wachidah Yuniartika... Studi Literature : Efektivitas Psikoedukasi Terhadap Tingkat Depresi Pasien Diabetes Mellitus
28.Diah Indriastuti... Profesi Doula Dalam Pendampingan Persalinan Dengan Nilai-Nilai Islami 29.Diah Fitri Purwaningsih ...
Efisiensi Biaya Dengan Menggunakan Metode Assertive Community Treatment Pada Pasien Dengan Skizofrenia Di Puskesmas : Literature Review
30.Rinda Winandita , Rita Hadi Widyastuti ... Gambaran Tingkat Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Wredha
31.Muchammad Nurkharistna Al Jihad ... Pelaksanaan Program Antenatal Care Oleh Perawat Pada Ibu Hamil
C. Poster Presentation
1. Herry Setiawan ... Nilai Marketing Perawat sebagai Pemberi Pelayanan Keperawatan pada Klien Stroke dalam Menyikapi Tuntutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA): Literature Review
2. Arwyn Weynand Nusawakan ... Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam beradaptasi dalam konteks lintas budaya.
3. Azka Fathiyatir Rizqillah, Diyan Yuli Wijayanti... Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia : Studi Eksporatif Pada Lansia Di Kelurahan Padangsari Kota Semarang
4. Diah Indriastuti , Tahiruddin... Deteksi Postnatal Depression menggunakan EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) Pada Kunjungan Rumah Ibu Post Partum
5. Retno Yuli Hastuti, Sutaryono, Ayu Arumsari... Pengaruh Terapi Hipnotis Lima Jari Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi Di Stikes Muhammadiyah Klaten
6. Muhammad Mu’in, Dyan Yuli Wijayanti... Spiritualitas Dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus
7. Yossie Susanti Eka Putri, Livana PH... Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Stres Keluarga Sebagai Akibat Beban Merawat Lansia Demensia Di Ciwaringin Bogor 8. Satriya Pranata, Aini Hidayati...
Literature Review : Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus
202 210
218 225
234 241
250
260
266
274
281
289 295
(12)
x
26.Elis Hartati, Diyan Yuli Wijayanti ... Pemberdayaan Kader Posyandu Lansia di Semarang
27.Wachidah Yuniartika... Studi Literature : Efektivitas Psikoedukasi Terhadap Tingkat Depresi Pasien Diabetes Mellitus
28.Diah Indriastuti... Profesi Doula Dalam Pendampingan Persalinan Dengan Nilai-Nilai Islami 29.Diah Fitri Purwaningsih ...
Efisiensi Biaya Dengan Menggunakan Metode Assertive Community Treatment Pada Pasien Dengan Skizofrenia Di Puskesmas : Literature Review
30.Rinda Winandita , Rita Hadi Widyastuti ... Gambaran Tingkat Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Wredha
31.Muchammad Nurkharistna Al Jihad ... Pelaksanaan Program Antenatal Care Oleh Perawat Pada Ibu Hamil
C. Poster Presentation
1. Herry Setiawan ... Nilai Marketing Perawat sebagai Pemberi Pelayanan Keperawatan pada Klien Stroke dalam Menyikapi Tuntutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA): Literature Review
2. Arwyn Weynand Nusawakan ... Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemampuan perawat dalam beradaptasi dalam konteks lintas budaya.
3. Azka Fathiyatir Rizqillah, Diyan Yuli Wijayanti... Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia : Studi Eksporatif Pada Lansia Di Kelurahan Padangsari Kota Semarang
4. Diah Indriastuti , Tahiruddin... Deteksi Postnatal Depression menggunakan EPDS (Edinburg Postnatal Depression Scale) Pada Kunjungan Rumah Ibu Post Partum
5. Retno Yuli Hastuti, Sutaryono, Ayu Arumsari... Pengaruh Terapi Hipnotis Lima Jari Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi Di Stikes Muhammadiyah Klaten
6. Muhammad Mu’in, Dyan Yuli Wijayanti... Spiritualitas Dan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus
7. Yossie Susanti Eka Putri, Livana PH... Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Stres Keluarga Sebagai Akibat Beban Merawat Lansia Demensia Di Ciwaringin Bogor 8. Satriya Pranata, Aini Hidayati...
Literature Review : Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Tingkat Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus
202
210
218
225
234
241
250
260
266
274
281
289
295
(13)
Materi Pembicara
Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“
Peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer menuju
(14)
xi PEMBAGIAN RUANGAN ORAL PRESENTASI
SEMINAR NASIONAL KEPERAWATAN KOMUNITAS UNDIP 2015
RUANG : 1 (KAMPUS JURUSAN KEPERAWATAN UNDIP) WAKTU : JAM 13.00-14.30
MODERATOR : Ns. M. Muin S.Kep., M.Kep., Sp. Kom.
No Nama Judul
1 Ns. Dely Maria P. M.Kep., Sp.Kep. Kom.
Kemampuan tugas kesehatan keluarga dalam pemenuhan nutrisi untuk meningkatkan status gizi anak usia sekolah.
2 Puji
Purwaningsih
Kajian Literatur : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Fisik Dan Perilaku Sedentary Pada Anak Usia 7-12 Tahun.
3 Ns. Kartika Setia Purdani, S.kep
Komplementer Terapi; Aromaterapi Dalam Autism
4 Ns. Nurul Devi Ardiani, S.Kep
Faktor-Faktor Yangmempengaruhi Perilaku Seksual Pada Remaja
5 Treesia Sujana, MN
Effectiveness of maternal and neonatal health promotion
strategies in low and middle income countries with disadvantage environment Road to an in-context health promotion strategy for Indonesia
6 Umi
Setyoningrum, S.Kep., Ns
Hubungan Peran dan Fungsi Keluarga Terhadap Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja
7 YuniDwiHastuti, Sidik Awaludin 2)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hiv/Aids Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa
Di Sma Setiabudi Semarang
8 Budi Kristanto, S.Kep., Ns
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perkembangan Bahasa Pada Anak Pra Sekolah
9 Asti Nuraeni, Susana Agustina, Mamat
Supriyono.
Efektivitas Pendampingan Peer Group Tentang Bahaya Rokok Terhadap Frekuensi Merokok Siswa Sman 14 Semarang
10 Rinda
Winandita, Rita Hadi W.
Gambaran Tingkat Risiko Jatuh Pada Lansia Di Panti Wredha
11. Elis Hartati, Diyan Yuli Wijayanti2)
(15)
xii RUANG : 2 (KAMPUS JURUSAN KEPERAWATAN UNDIP)
WAKTU : JAM 13.00-14.30
MODERATOR : Ns. Diyan Yuli W., M.Kep.
No Pengarang Judul
1 Fitri
Suciana,S.Kep., Ns.,M.Kep.
Efektifitas Program Perawatan Diri Terhadap Kemampuan Diri Pasien Gagal Jantung
2 Ns. Kastuti Endang Trirahayu., S.Kep
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Keluarga Dalam Perawatan Pasien Tuberculosis Paru
3 Chandra Bagus Ropyanto, Muhamad Rofi’i
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Self Efficacy Melakukan Activity Daily Living (Adl) Pasien Pasca Open Reduction Internal Fixation (Orif)
Ekstremitas Bawah
4 Erika Dewi Noorratri
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kegagalan Pengobatan Pada Pasien Tuberculosis Paru
5 Dwi Yuniar Ramadhani
Literatur Review : Dukungan Keluarga, Efikasi Diri dan Kualitas Hidup Lansia dengan Diabetes Melitus Tipe 2
6 Ns. Diah indriastuti, S.kep
Profesi Doula Dalam Pendampingan Persalinan Dengan Nilai-Nilai Islami
7 Ns, Domianus Namuwali, S.Kep
Pengaruh Penggunaan SMS Dan Telpon Pengingat Terhadap Kepatuhan Pasien Minum Obat Anti Tuberkulosis Paru : Literatur review
8 Ekki Suprihatin, Istianna N, Efy Kusumawati
Hubungan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Desa Wonosari Kecamatan Trucuk
9 Yulia Susanti, Junaiti Sahar, Poppy Fitriyani
Hubungan Dukungan Keluarga Dalam Pencegahan Dengan Kejadian Demam Berdarah
Pada Anggota Keluarga Di Kabupaten Kendal
10 Dwi Roma Yogi, Riani Pradara jati
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia Memeriksakan Kesehatan Di Posyandu Lansia Di Desa Sawahjoho Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.
(16)
xiii RUANG : 3 (KAMPUS JURUSAN KEPERAWATAN UNDIP)
WAKTU : JAM 13.00-14.30
MODERATOR : Ns. Sri Padma Sari, MNS
No Pengarang Judul
1
Fitroh
Suryaningsih Tut Wuri Prihatin
Witri Hastuti
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi
2
Yunitia Aulianita,
Sari Sudarmiati, Sp.Mat.
Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique Terhadap Kecemasan Wanita Klimakterium Di Rw 6 Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah
3
Zahroh Ulil Fadhilah, Wahyu Maha Nugraha
Jenis Terapi Komplementer yang Berpengaruh terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus
4
Wachidah Yuniartika
Studi Literature : Efektivitas Psikoedukasi Terhadap Tingkat Depresi Pasien Diabetes Mellitus
5
Ns. Candra Dewi Rahayu, S. Kep
Kolaborasi Perawat Klien Dalam Penanganan Kesehatan Jiwa Komunitas: Literature Review
6
Maria Dyah
Kurniasari, Edi Dharmana, Hussein Gasem
Efektivitas Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana) Terhadap Jumlah Limfosit Total, Jumlah Hb, Berat Badan Pada Penderita Hiv Dengan Terapi Antiretroviral (Arv) Di Rsud Gunung Jati, Cirebon
7
Ns. Diah Fitri Purwaningsih, S. Kep
Efisiensi Biaya Dengan Menggunakan Metode Assertive
Community Treatment (Act) Pada Pasien Dengan Skizofrenia Di Puskesmas : Literature Review
8
Lusia Lilik Mei M., Vivi Retno Intening
The Relationship Between Husband Support And Self Efficacy With Stress Levels In Multiple Roles Woman
9
Dwi Susilawati, M.Kep., Sp.Mat, Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., MSc.
Efektivitas Senam Diabet Terhadap Aktivitas Dan Kepuasan Dalam Berhubungan Seksual Pada Penderita Diabetes Mellitus Di
Puskesmas Kecamatan Ungaran Barat
10 M. Nurkharistna
Al Jihad
(17)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 1
KONSEP DAN IMPLEMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM RANGKA
PENINGKATAN STATUS KESEHATAN MENUJU MEA;
Aplikasi Program 1 RW 1 Perawat Untuk Warga
Jakarta Lebih Sehat dan Sejahtera
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Kantor Dinas Kesehatan Blok D Lt. II Jln. Kesehatan 10 Jakarta Pusat Telp. 085100090961
Daftar Isi
A. Prinsip Kerja 1RW 1 Perawat B. Alasan program 1 RW 1 perawat
C. Tugas & wewenang perawat menurut UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan D. Skema kerja logis 1 RW 1 perawat
E. Hubungan kerja dengan mitra lain F. Yang dilakukan oleh perawat G. Standar Pelayanan Minimal H. Sasaran kerja prioritas I. Jadwal harian tentatif J. Peralatan yang dibutuhkan K. Manfaat 1 RW 1 Perawat L. Dukungan PPNI M. Indikator Keberhasilan N. Hal yang perlu diperhatikan O. Data yang harus dimiliki perawat
P. Yang dilaporkan ke Puskesmas dan PPNI Kabupaten/kota Q. Kontak Person Ketua PPNI Wilayah
(18)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 2
Prinsip kerja 1 RW 1 perawat
No Prinsip Penjelasan
1 Datangi 1. Menyapa keluarga dengan hati dan mengenalkan sebagai perawat
2. Mendatangi keluarga rawan atau kelompok khusus seperti posyandu
2 Dengarkan Mendengarkan keluhan
3 Rawat Merawat anggota keluarga baik sehat atau sakit
4 Catat Mencatat hal penting dan mendesak untuk dilaporkan 5 Laporkan Melaporkan kepada instansi terkait
sesuai tanggungjawabnya
Alasan perlunya 1 RW 1 Perawat di DKI Jakarta
1. Jaminan Kesehatan Nasional lebih dikembangkan pada
penguatan pelayanan kesehatan primer dengan
penekanan pada upaya promotif & preventif.
2. Prevalensi penyakit menular relatif stagnan & penyakit
tidak menular cenderung meningkat sehingga perlu
penguatan upaya promotif & preventif pada keluarga.
3. Upaya kuratif lebih masif, sehingga upaya promotif &
preventif cenderung terabaikan.
4. Penumpukkan pasien di RS tanpa diikuti dengan tindak
lanjut perawatan melalui penyuluhan, edukasi &
pendampingan di rumah, kurang bermakna dalam
perilaku hidup bersih dan sehat.
(19)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 3
Tugas perawat menurut
UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Tugas ;
1.
P
emberi asuhan kepeperawatan
2.
Penyuluh dan konselor klien & keluarga
3.
Pengelola pelayanan
4.
Peneliti keperawatan
5.
Pelaksana tugas berdasar pelimpahan wewenang
6.
Pelaksana tugas dalam keterbatasan tertentu
Tugas secara bersama atau sendiri
Pelaksanaan tugas harus bertanggung jawab dan
bertanggung gugat.
Wewenang perawat menurut
UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Wewenang dalam Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)1. Melakukan pengkajian keperawatan kesmas di
tingkat keluarga dan masyarakat.
2. Menetapkan permasalahan keperawatan kesmas
3. Membantu penemuan kasus penyakit
4. Merencanakan tindakan keperawatan kesmas
5. Melakukan rujukan kasus
6. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan kesmas
7. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesmas
8. Mengelola kasus
9. Melakukan penatalaksanaan keperawatan
komplementer dan alternatif
(20)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 4
Skema kerja logis 1 RW 1 perawat
Input
•Laporan masy.
•Informasi masalah kesehatan dari Puskesmas, RS & klinik. •Hasil pemantauan lapangan.
•Informasi dari media massa dan pihak lain.
•Reportdari perawat Puskesmas tentang rujukan balik pasien pulang rawat dari Rumah Sakit. Proses •Pemantauan wilayah.
•Home visit atau kunjungan lapangan.
•Pembinaan keluarga atau kelompok.
•Pemantauan dan surveilance masalah kesehatan. •Pemberian pelayanan keperawatan sederhana pada individu & keluarga.
•Rujukan kasus ke Puskesmas, dokter praktek/Rumah Sakit/Klinik.
Output
•Kelg dg bayi, balita, ibu hamil & ibu melahirkan terpantau. •Terpantaunya penyakit
menular, tidak menular dan gizi.
•Terbinanya keluarga rawan kesehatan.
•Terbinanya kelompok masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan.
•Terkoordinasinya upaya pengendalian penyakit menular, tidak menular dan gizi.
•Terlaksananya pelayanan keperawatan yang bersifat promotif dan preventif pada keluarga dan masyarakat. •Terpantaunya status
kesehatan keluarga baik saat sehat maupun pasca perawatan dari Rumah Sakit.
Hubungan kerja 1 RW 1 perawat
dengan Puskesmas, RS, Klinik & Masy
Perawat Kelg Kelg Kelg Puskesmas Posyandu Kelurahan Kader kesehatan Tokoh masy Klinik Rumah Sakit Dokter praktek Institusi pendidikan nakes
(21)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 5
Yang dilakukan perawat dalam
program 1 RW 1 perawat...
1. Home visit; Mengunjungi keluarga rawan kesehatan, termasuk keluarga pasca rawat dari Rumah Sakit;
2. Home health promotion; Memberikan informasi agar keluarga selalu menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat;
3. Home education; Memberikan pendidikan kesehatan, konseling dan pendampingan pada anggota keluarga pasca rawat;
4. Home care; Merawat anggota keluarga yang sakit termasuk dengan terapi komplementer (pemanfaatan keanekaragaman hayati), termasuk paliatif care.
5. Home surveilance; Memantau penyakit menular & tidak menular pada keluarga dan kelompok khusus di masyarakat;
6. Visiting doctor; Kerjasama dengan dokter untuk keperluan sesuai kebutuhan keluarga, dalam konteks medis.
7. Refferal; Melakukan rujukan kasus sesuai SOP;
Siapa perawat RW itu ..?
•
Berdomisili sesuai tempat tinggalnya, bisa ...
1. Perawat yang bekerja di Puskesmas
2. Perawat yang bekerja di Rumah Sakit
3. Perawat yang bekerja di Klinik
4. Perawat yang bekerja di Institusi Pendidikan
5. Perawat yang bekerja di pelayanan home care
(22)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 6
Distribusi perawat rw berdasarkan
wilayah per Oktober 2015
No Kota Administrasi Jumlah perawat tiap RW
Jumlah RW yang ada
1 Jakarta Pusat 45 393
2 Jakarta Utara 38 443
3 Jakarta Barat 35 581
4 Jakarta Selatan 30 578
5 Jakarta Timur 84 703
6 Kepulauan Seribu 1 24
Jumlah 233 2.722
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
program 1 RW 1 perawat
No Kegiatan Frek. Sasaran
1 Home visit & home care
3 kali seminggu
Anggota keluarga sakit & pasca rawat RS
2 Penyuluhan & pembinaan kesehatan
1 kali seminggu
Kelompok khusus
seperti ibu pengajian, ibu hamil, lansia, & Posyandu
3 Monev 1 kali
sebulan
Tokoh masy, kader, lintas sektor
4 Rujukan kasus & kerjasama dg tim kesehatan lain
Sesuai kebutuhan atau 1 kali sebulan
Dokter praktek,
Puskesmas, RS & tim kes lainnya
(23)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 7
Sasaran kerja prioritas
1.
Keluarga dengan anggota keluarganya
yang pulang perawatan dari RS.
2.
Keluarga rawan kesehatan seperti ada
anggota keluarga dengan usia bayi, ibu
hamil, ibu pasca melahirkan dan usia
lanjut.
3.
Keluarga dengan anggota keluarga yang
menderita DM, pasca stroke, TB paru,
hipertensi, penyakit jantung dan kanker.
Jadwal harian tentatif
N o
Waktu Jenis kegiatan Keterangan
1 07.00 –12.00 1. Home visit
2. Home care sesuai kebutuhan 3. Penyuluhan di Posyandu
4. Koordinasi dan advokasi terhadap tokoh masy tentang masalah kesehatan yang ada
5. Pembinaan PHBS pada keluarga rawan
Dilakukan diluar jam kerja efektif, baik shift atau tidak 2 15.00 –18.00 1. Home visit
2. Home care sesuai kebutuhan
3. Penyuluhan di kelompok khusus; pengajian, arisan, dll
4. Koordinasi dan advokasi terhadap tokoh masy tentang masalah kesehatan yang ada
5. Pembinaan PHBS pada keluarga rawan 3 19.00–21.00 1. Home visit
2. Home care
(24)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 8
Peralatan yang dibutuhkan
1.
Community Health Nursing (CHN) kit.
2.
Wound care kit.
3.
Berbagai media penyuluhan seperti
leaflet, flyer, booklet, lembar balik, dll
4.
Seragam (putih-putih) dengan memakai
sepatu, pin PPNI dan name tag).
5.
Papan berjalan & alat tulis secukupnya.
Manfaat program 1 RW 1 perawat
Bagi warga Jakarta1. Membantu pemulihan pasca rawat.
2. Memperpanjang waktu kambuh penyakitnya
Bagi Pemerintah Provinsi 1. Lebih peduli pada warganya. 2. Model bagi Provinsi lainnya
3. Mengurangi beban biaya pengobatan (kuratif)
Bagi Rumah Sakit
1. Mengurangi penumpukan pasien
2. Mengurangi lama waktu perawatan di RS
Bagi Puskesmas
1. Membantu cakupan layanan promotif & preventif 2. Memperkuat program kesehatan
(25)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 9
Dukungan PPNI terhadap program
1 RW 1 perawat
1.
Buku petunjuk teknis
2.
Hal yang harus dicatat dan dilaporkan
3.
Name tag
4.
Pin PPNI
5.
Papan nama ukuran 60 x 40 cm
6.Surat tugas dari PPNI Provinsi DKI
Jakarta yang diketahui oleh Pemprov c.q
Dinas Kesehatan.
7.
Perawat yang bertugas mengisi formulir.
Penurun an angka kematian ibu
1. Semua ibu hamil terpantau status kesehatannya.
2. Semua ibu hamil terdeteksi sejak dini bahaya yang mungkin terjadi 3. Semua ibu hamil mendapatkan pelayanan kehamilan minimal 4 kali
selama kehamilannya.
4. Semua ibu hamil mendapatkan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalam rangka menghadapi persalinannya.
5. Semua keluarga ibu hamil tertempel stiker P4K (program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi).
6. Ibu hamil resiko tinggi seperti menderita penyakit hipertensi, jantung atau diabetes terpantau status kesehatannya.
7. Semua ibu hamil terjamin tempat persalinannya di fasilitas kesehatan yang memadai.
8. Semua ibu melahirkan difasilitasi kesehatan yang memadai. 9. Ibu melahirkan yang disertai penyakit seperti hipertensi, jantung dan
diabetes mendapatkan perawatan sesuai standar.
10. Semua ibu pasca melahirkan mendapatkan kunjungan rumah minimal 3 kali oleh perawat.
11. Semua ibu pasca melahirkan diberikan konseling kebutuhan KB pasca persalinan yang sesuai.
12. Keluarga dengan ibu melahirkan mendapatkan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan tentang tugas keluarga sesuai dengan
perkembangan keluarganya.
Indikator Key performance indicator (KPI)
(26)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 10
Penurun an angka kematian bayi
1. Semua janin terdeteksi secara dini dari ancaman yang mungkin terjadi.
2. Semua bayi baru lahir dilakukan pemberian air susu ibu yang pertama kali.
3. Semua bayi baru lahir tidak mengalami infeksi tali pusat. 4. Semua bayi baru lahir diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan 5. Bayi lahir prematur mendapatkan perawatan metode kanguru sesuai
standar.
6. Semua bayi mendapatkan immunisasi sesuai standar.
7. Bayi yang dirawat di Rumah Sakit dilakukan perawatan oleh perawat kompeten dan sesuai standar.
8. Bayi pasca perawatan mendapatkan kunjungan rumah minimal 3 kali oleh perawat.
9. Keluarga bayi baru lahir mendapatkan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan tentang tata kelola bayi baru lahir yang sehat di rumah oleh perawat.
10. Bayi baru lahir terhindar dari tindak kekerasan orang terdekat.
Penurunan angka kejadian penyakit menular
1. Penderita penyakit menular seperti TB paru, kusta, HIV/AIDS, dll mendapatkan konseling oleh perawat. 2. Semua penderita penyakit menular menjalankan program
pengobatan sesuai standar.
3. Semua penderita penyakit menular terpantau status kesehatannya.
4. Penderita penyakit menular dan keluarganya mendapatkan kunjungan rumah oleh perawat minimal 1 kali per minggu sampai dinyatakan sembuh atau mandiri.
5. Keluarga penderita penyakit menular mendapatkan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan oleh perawat tentang tata kelola hidup sehat di rumah.
6. Penderita penyakit menular yang mengalami kecenderungan depresi mendapatkan konseling dan pendampingan oleh perawat.
7. Keluarga dan penderita penyakit menular yang mengalami stigma atau cenderung dikucilkan oleh masyarakat mendapatkan advokasi oleh perawat.
(27)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 11
Terkend alinya angka kejadian penyakit tidak menular
1. Penderita penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, reumatik, dll mendapatkan konseling oleh perawat.
2. Semua penderita penyakit tidak menular menjalankan program pengobatan sesuai standar.
3. Semua penderita penyakit tidak menular terpantau status kesehatannya.
4. Penderita penyakit tidak menular dan keluarganya mendapatkan kunjungan rumah oleh perawat minimal 1 kali per minggu sampai dinyatakan mandiri.
5. Keluarga penderita penyakit tidak menular mendapatkan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan oleh perawat tentang tata kelola hidup sehat di rumah.
6. Penderita penyakit tidak menular yang mengalami kecenderungan depresi mendapatkan konseling dan pendampingan oleh perawat. 7. Keluarga dan penderita penyakit tidak menular difasilitasi dalam
kelompok swabantu (peer group) dan mendapatkan advokasi oleh perawat.
8. Tidak terjadi peningkatan angka kejadian penyakit tidak menular secara signifikan.
9. Terbentuknya berbagai kelompok swabantu di berbagai tatanan masyarakat sesuai kebutuhan.
10. Terbentuknya jejaring komunikasi antara kelompok swabantu penderita penyakit tidak menular.
Peningkatan kualitas hidup usia lanjut
1. Semua usia lanjut terpantau status kesehatannya. 2. Usia lanjut dan keluarganya mendapatkan konseling dari
perawat.
3. Usia lanjut dan keluarganya mendapatkan kunjungan rutin minimal 1 kali dalam sebulan oleh perawat.
4. Terbentuknya wadah usia lanjut seperti Posyandu Lansia atau Posbindu di masyarakat.
5. Kelompok usia lanjut terfasilitasi berbagai hasil
produktifitasnya yang digunakan oleh masyarakat seperti kerajinan tangan dll.
6. Tidak ada usia lanjut yang terlantar di masyarakat. 7. Adanya peringatan Hari Usia Lanjut setiap 29 Mei. 8. Adanya pembinaan rutin ke Panti Jompo oleh perawat. 9. Keluarga dengan usia lanjut mendapatkan penyuluhan,
pelatihan dan pendampingan tentang cara perawatan usia lanjut di rumah.
(28)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 12
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Tugas ini merupakan tugas profesi perawat
berkonstribusi terhadap warga Jakarta di
tempat tinggalnya.
2. Bekerjasama dengan tokoh masy dan profesi
kesehatan lain diwilayahnya.
3. Selalu melaporkan kondisi warganya ke
Puskesmas dan Ketua PPNI Wilayah, setiap
tgl 5 bulan berjalan.
4. Selalu meng-update data yang ada setiap
minggunya.
Data yang harus dimiliki perawat
No
Jenis data
Sumber data
1
Jumlah warga pasca rawat
dengan stroke, peny
jantung, kanker, DM & TB
paru
Kader, ketua
RT/RW,
Puskesmas
2
Jumlah ibu hamil
Kader
3
Jumlah bayi
Kader
4
Jumlah ibu pasca melahirkan
Kader
(29)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 13
Yang dilaporkan ke Puskesmas dan
PPNI Kabupaten/kota
No Gol umur Jenis kasus Tindakan Hasil Tindak lanjut
1 Bayi 2 Balita 3 Anak sekolah 4 Ibu hamil,
menyusui & nifas 5 Remaja 6 Dewasa 7 Lansia
Kontak person Ketua PPNI Wilayah
sebagai koordinator
N o
Wilayah Nama Ketua PPNI & No Hp Instansi tempat kerja 1 Jakarta Pusat Ners Nana S., M.Kep, Sp.Kom
(0812 1222 3013)
Univ. Muhammadiyah
Jakarta 2 Jakarta Utara H. Maryanto, SKM
(0852 1637 1644)
AGD Dinkes 118 3 Jakarta Barat Ners Yuni Astuti, M.Kep
(0812 1888 7657)
AKPER RS Sumber Waras 4 Jakarta
Selatan
Ners Karsini., S.Kep (Sekretaris) (08170077644)
RS Setia Mitra 5 Jakarta Timur Ners Jajang R., M.Kep, Sp.Kom
(081511969883)
(30)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 14
Evaluasi kuantitatif program 1rw1perawat
Bulan Mei 2015 dari klien & keluarga
No
Aspek yang dievaluasi
Skore
1
Relevansi
82,54
2
Progress
72,02
3
Cost efficiency
77,78
4
Effectiveness
76,98
5
Outcome
72,02
Rata-rata
75,77
Evaluasi kuantitatif program 1rw1perawat
Bulan Mei 2015 dari perawat pelaksana
No
Aspek yang dievaluasi
Skore
1
Relevansi
85,19
2
Progress
76,39
3
Cost efficiency
79,63
4
Effectiveness
89,33
5
Outcome
70,83
(31)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 15
1.
Perawat dibekali obat-obatan sederhana agar
dapat segera menangani saat kunjungan rumah.
2.
Diperbanyak perawat di RW lainnya.
3.
Ditambah jumlah perawatnya karena ..ada 17
RT..kasihan perawatnya.
4.
Puskesmas deket rumah tapi rame, mau berobat
pusing duluan..untung ada program ini dg perawat
yang memuaskan setiap ada keluhan langsung
ditanggapi.
Evaluasi kualitatif program 1rw1perawat Bulan
Mei 2015 dari perawat pelaksana
1.
Saya kerja di swasta, dg ada surat persetujuan dari
perusahaan agar meningkatkan yankesmas.
2.
Mohon difasilitasi home visit.
3.
Ada sharing/no telp perawat di RW lain
4.
Perlu fasilitas tempat untuk posbindu & posyandu.
5.
Perlu dukungan fasilitas untuk pemeriksaan gula
darah, dll.
6.
Perlu fasilitas untuk home visit seperti alat
(32)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 16
Harapan dan dukungan yang diharapkan
PPNI dari Pemprov DKI Jakarta
..terus
diperjuangkan..
Dua saja cukup ...
No Aspek Kemungkinan kendala
1 Dana operasional melalui dana kapitasi/BPJS
Relatif “berliku”terkait bargaining
dg BPJS,, Dinas Kesehatan, organisasi profesi, dll 2 Difasilitasi
kemudahan mendapatkan SIPP
Tegasnya aturan administrasi perizinan khususnya aspek perda ttg zonasi (tidak boleh ada klinik di pemukiman)
Bukti perawat RW di Jakut aktif
dalam posyandu lansia
(33)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 17
Action plan segera ...(on proses)
1.Bentuk satgas khusus tingkat Provinsi &
Kota Adm, dg uraian tugasnya.
2.
Susun SOP uraian tugas utama perawat di
RW.
3.
Buat indikator spesifik yang terintegrasi dg
SPM sbg bahan advokasi ke Pemprov &
BPJS.
4.
Advokasi SIPP untuk teman sejawat terpilih
melalui PTSP.
5.
Siapkan tim advokasi untuk memperkuat
aspek legal.
Jenis tindakan keperawatan dalam konteks community public health nursing menurut NIC (2013)
Intervention Educational level Time required
1. Abuse protection support 2. Bioterrorism preparedness 3. Blood products administration 4. Case management
5. Community disaster preparedness 6. Community health development 7. Consultation
8. Culture brokerage
9. Environmental management; community 10. Entvironmental management; home
preparation
11. Environmental management; worker safety 12. Environmental risk protection
13. Family planning; contraception 14. Fiscal resource management 15. Health care information exchange
RN basic RN post basic
RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN post basic
RN basic
>1 jam >1 jam >1 jam >1 jam >1 jam >1 jam 46-60 menit 16-30 menit
>1 jam >1 jam >1 jam 46-60 menit 31-45 menit
>1 jam 15 menit
(34)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 18
Jenis tindakan keperawatan dalam konteks community public health nursing menurut NIC (2013)
Intervention Educational level Time required
16. Health education
17. Health literacy enhancement 18. Health policy monitoring 19. Health screening
20. Health system guidance 21. Home maintenance assistance 22. Immunization/vacination management 23. Medication administration; subcutaneous 24. Parenting promotion
25. Program development 26. Referral
27. Risk identification 28. Social marketing 29. Surveillance; community 30. Sustenance support 31. Teaching; group
32. Teaching; infant nutrition 0-3 months
RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN post basic
RN basic RN basic RN post basic
RN basic RN basic RN basic RN basic 16-30 menit 16-30 menit >1 jam 46-60 menit 16-30 menit 31-45 menit 16-30 menit 15 menit 31-45 menit >1 jam 16-30 menit 46-60 menit >1 jam >1 jam 31-45menit >1 jam 16-30 menit
Jenis tindakan keperawatan dalam konteks community public health nursing menurut NIC (2013)
Intervention Educational level Time required
33. Teaching; infant nutrition 4-6 months 34. Teaching; infant nutrition 7-9 months 35. Teaching; infant nutrition 10-12 months 36. Teaching; infant safety 0-3 months 37. Teaching; infant safety 4-6 months 38. Teaching; infant safety 7-9 months 39. Teaching; infant safety 10-12 months 40. Teaching; safe sex
41. Teaching; toddler nutrition 13-18 months 42. Teaching; toddler nutrition 19-24 months 43. Teaching; toddler nutrition 25-36 months 44. Teaching; toddler safety 13-18 months 45. Teaching; toddler safety 19-24 months 46. Teaching; toddler safety 25-36 months 47. Vehicle safety promotion
RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic RN basic 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit 16-30 menit >1 jam
(35)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er Me uju Masyarakat Eko o i A“EAN
Semarang, 7 November 2015 19
Selamat
berkarya
memperkuat
pelayanan
kesehatan
primer, melalui
konstribusi
profesi perawat
bagi masy
sekitar.
THE OUTCOMES ... PREVENT
OVERBURDEN
(36)
Oral Presentation
Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“
Peran perawat dalam pelayanan kesehatan primer menuju
Masyarakat Ekonomi ASEAN
”
Semarang, 7 November 2015
(37)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 20
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN TUGAS
KESEHATAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN
STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH
Dely Maria P1, Junaiti Sahar2, Sigit Mulyono3
1
Akademi Keperawatan RS Jakarta, Email: clara_laalaa@yahoo.com
2,3
Universitas Indonesia, Email: junsr@ui.ac.id, Email: sigit@ui.ac.id
Abstrak
Latar Belakang. Nutrisi yang baik berkontribusi pada tumbuh kembang anak usia sekolah, dikarenakan nutrisi tersebut untuk memenuhi kebutuhan secara fisik, perkembangan kognitif dan social anak usia sekolah.
Tujuan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan tugas kesehatan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan status gizi anak usia sekolah.
Metoda. Desain penelitian cross sectional, menggunakan metode proportional random sampling, responden sebesar 276. Sampel penelitian siswa kelas 4-5 beserta orangtua siswa di SD wilayah kelurahan Pondokranggon. Uji statistik menggunakan chi-square dan regresi logistik.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan keluarga merawat baik berpeluang sebesar 6.3 kali (OR: 6.303) memiliki status gizi baik dibandingkan dengan kemampuan keluarga merawat yang tidak baik.
Kesimpulan. Status gizi anak usia sekolah tidak terlepas dari kemampuan keluarga melakukan tugas kesehatan keluarga khususnya kemampuan keluarga merawat dan pentingnya meningkatkan kerjasama lintas sektor dan program dalam meningkatkan dan mengatasi masalah gizi pada anak usia sekolah.
Kata kunci : kemampuan keluarga merawat, status gizi, anak usia sekolah
Pendahuluan
Periode usia sekolah selain mengalami pertumbuhan fisik juga mengalami perkembangan secara kognitif dan sosial. Seiring pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas anak usia sekolah semakin meningkat diperlukannya faktor yang mendukung untuk pemenuhan tersebut. Salah satu faktor yang mendukung yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi anak usia sekolah. Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko. Menurut Stanhope dan Lancaster (2010), faktor risiko meliputi usia dan biologi, lingkungan dan gaya hidup. Faktor risikoyaitu usia 6-12 tahun, merupakan kelompok umur yang berisiko terhadap masalah nutrisi dikarenakan pemasukan yang tidak seimbang (Allender,Rector &Warner, 2010). Faktor biologi yaitu genetik, merupakan salah satu penyebab terjadinya gizi lebih (Hitchock, 1999; Barlow, 2007;Kaakinen, 2010).
Faktor lingkungan, meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik (Stanhope&Lancaster, 2010). Lingkungan sosial meliputi faktor ekonomi, dimana terdapat hubungan antara sumber finansial dan kebutuhan. Keluarga yang memiliki sumber ekonomi yang adekuat memungkinkan keluarga dapat mengakomodasi kesehatannya. Hal ini juga diperjelas di dalam
(38)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 21 Hitchock (1999), bahwa status ekonomi merupakan sumber kuat dalam menentukan status kesehatan dan nutrisi. Anak yang hidup dalam kemiskinan mengalami nutrisi kurang sampai dengan buruk (Benyamin, 1996 di dalam Hitchock, 1999; Allender,Rector&Warner, 2010).
Gaya hidup juga dapat mempengaruhi kesehatan anggota keluarga lainnya. Kaakinen (2010) juga mempertegas, bahwa bila salah satu anggota keluarga berinisiatif merubah perilaku, anggota keluarga yang lain juga akan melakukan perubahan. Faktor lingkungan psikologis sangat mempengaruhi anak dalam pemenuhan nutrisi seperti menyediakan makanan yang bervariasi, membujuk saat anak tidak mau makan, memberikan pujian saat anak mengkonsumsi makanan yang sehat, memotivasi anak untuk mau makan makanan yang sehat. James dan Flores (2004), di dalam Kaakinen,Duff,Coehlo dan Hanson (2010), menyatakan bahwa perilaku hidup sehat sangat dipengaruhi oleh keluarga seperti konsumsi makan yang sehat
Allender, Rector dan Warner (2010), menguraikan bahwa anak usia sekolah dalam tahap tumbuh kembangnya berisiko terhadap berbagai masalah kesehatan, antara lain masalah gizi. Masalah gizi yang dimaksud disini adalah gizi lebih dan gizi kurang. Gizi yang adekuat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Gizi kurang merupakan faktor risiko dari penyakit dan kematian di negara berkembang (Amare,et.all, 2012; Olosunya,2010) dan berdampak pada perkembangan kognitif dan performance anak (Cook,2002;Hall et.all,2001 dalam Allender, 2010; Hioui,Azzaoui,Ahami&Aboussaleh,2011). Penelitian Saifah (2011), didapatkan 65,39 % diantaranya tidak makan buah secara rutin, 28,85% tidak makan sayur secara rutin, dan 59,62% mempunyai kebiasaan jajan makanan berenergi tinggi. Gizi lebih bila tidak ditangani beresiko terhadap perkembangan penyakit kronik seperti hipertensi, DM tipe 2, hipercolesterolemia (Taylor, 2005; Juresa, 2012). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi nasional anak usia sekolah (6 - 12 tahun), kategori gizi kurang sebesar 11.2% sedangkan kelebihan gizi 18.8%.
Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor keluarga (Stanhope&Lancaster, 2010). Faktor keluarga dalam hal ini meliputi kemampuan menyediakan makanan, pola asuh keluarga, jenis makanan yang disediakan keluarga, dan sosialisasi terhadap makanan (Taylor,2005). Perilaku keluarga dan praktik kesehatan di dalam keluarga sangat mempengaruhi kesehatan di dalam keluarga (Kaakinen,Duff,Coehlo&Hanson, 2010).
Berdasarkan data Puskesmas kelurahan Pondokranggon I tahun 2013, dari hasil screening kelas satu di keenam sekolah, didapatkan data gizi kurang (0,78%), gizi baik (83,34%), gizi lebih (15,88%). Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak puskesmas, anak usia sekolah sering didapatkan mengkonsumsi jajanan diluar pagar sekolah, walaupun ada beberapa sekolah yang sudah memiliki kantin sekolah. Jajanan yang dikonsumsi seperti cilok yang menggunakan saus. Hal ini dibenarkan dengan pernyataan dari guru sekolah yang mengatakan “walaupun anak anak membawa bekal dari rumah, namun tetap saja mereka membeli jajan”. Berdasarkan hal tersebut, perlunya perawat komunitas melakukan penelitian tentang “ Hubungan karakteristik keluarga dan tugas kesehatan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan status gizi anak usia sekolah di wilayah kelurahan Pondok Ranggon”
(39)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 22 Tujuan
Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan tugas kesehatan keluarga dalam pemenuhan nutrisi dengan status gizi anak usia sekolah.
Metoda
Desain penelitian menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 753 siswa. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode proportional random sampling, Berdasarkan perhitungan sampel setelah dikoreksi, jumlah sampel sebesar 291 responden Jumlah kuesioner yang terkumpul tidak sebesar 291 responden, namun 276 responden Hal tersebut dikarenakan 6 (enam) orangtua siswa tidak mengembalikan kuesioner, 4 (empat) orangtua tidak mengisi secara lengkap kuesioner dan 5 (lima) orangtua tidak mengisi kuesioner. Namun jumlah responden sebesar 276 sudah memenuhi syarat minimal dari perhitungan sampel. Waktu penelitian dimulai dari April minggu I – Mei minggu ke III. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan menggunakan alat ukur antropometri (timbangan, meteran/ microtoise, dan kuesioner untuk anak usia sekolah dan orangtua siswa.
Hasil
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan status gizi anak usia sekolah di SD wilayah kelurahan Pondok ranggon bulan Mei tahun 2014 (n=276)
Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden memiliki status gizi baik(-2 SD sampai 1 SD) yaitu 59.8%.
Analisis bivariat
Tabel 2. Hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi anak usia sekolah di SD wilayah kelurahan Pondok ranggon bulan Mei tahun 2014 (n=276)
Status Gizi Jumlah Prosentase
Baik 165 59.8%
Tidak baik 111 40.2%
Jumlah 276 100%
Pendapatan Status gizi
Total pv OR (95% CI)
Baik Tidak baik
Tinggi 83 (61.9%) 51(38.1%) 134
(100%)
0.557 1.191 (0.735-1.929)
Rendah 82 (57.7%) 60 (42.3%) 142
(100%)
(40)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 23 Hasil analisis menunjukkan pendapatan keluarga tinggi (UMR: ≥ 2.440.000) memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik 61.9%, sedangkan pendapatan yang rendah mengalami gizi baik sebesar 57.7%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak usia sekolah (p=0.557).
Tabel 3. Hubungan Pendidikan Bapak dengan status gizi anak usia sekolah di SD wilayah kelurahan Pondok ranggon bulan Mei tahun 2014 (n=276)
Hasil analisis menunjukkan pendidikan bapak tinggi memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik sebesar 57.5%, sedangkan pendidikan bapak yang rendah sebesar 63.9% juga mengalami status gizi baik. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan bapak dengan status gizi anak usia sekolah (p=0.367).
Tabel 4. Hubungan pendidikan Ibu dengan status gizi anak usia sekolah di SD wilayah kelurahan Pondok ranggon bulan Mei tahun 2014 (n = 276)
Hasil analisis menunjukkan pendidikan ibu tinggi memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik 60.8%, sedangkan ibu yang pendidikan rendah memiliki anak usia sekolah yang berstatus gizi baik sebesar 58.5 %. Namun hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dalam keluarga dengan status gizi anak usia sekolah (p=0.796).
Pendidika n Bapak
Status Gizi
Total Pv OR (95% CI)
Baik Tidak baik
Tinggi 103(57.5%) 76(42.5%) 179(100%)
0.367 0.765(0.460-1.273)
Rendah 62(63.9%) 35(36.1%) 97(100%)
Pendidikan Ibu Status Gizi
Total Pv OR (95% CI)
Baik Tidak baik
Tinggi 96(60.8%) 62(39.2%) 158(100%) 0.796 1.1(0.676-1.787) Rendah 69(58.5%) 49(41.5%) 118(100%)
(41)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 24 Tabel 5. Hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan status gizi anak usia sekolah
di SD wilayah kelurahan Pondok ranggon bulan Mei tahun 2014 (n=276)
Hasil analisis menunjukkan jumlah anak dalam keluarga besar (> 2 orang) memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik sebesar 66.4% sedangkan keluarga yang memiliki anak dalam jumlah kecil (1-2 orang) berstatus gizi baik 53.2%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan status gizi anak usia sekolah (p=0.035). Hasil analisis juga menunjukkan OR= 1.738, artinya jumlah anak dalam keluarga besar (> 2 orang) mempunyai peluang 1.7 kali memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik dibandingkan dengan jumlah anak dalam keluarga kecil.
Tabel 6. Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga (kemampuan keluarga merawat, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan) dengan status gizi
anak usia sekolah di SD wilayah kelurahan Pondok ranggon bulan Mei tahun 2014 (n=276)
Jumlah anak dalam klg
Status Gizi
Total Pv OR (95% CI)
Baik Tidak Baik
1.738(1.068-2.827) Kecil (1-2
orang)
74 (53.2%) 65 (46.8%) 139 (100%)
0.035 Besar (> 2
orang)
91 (66.4%) 46(33.6%) 137 (100%)
Jumlah 111(40.2%) 165(59.8%) 276(100%)
Variabel Status Gizi
Total Pv OR (95% CI)
Baik Tidak baik
Kemampuan keluarga merawat
Baik 142(51.4%) 9(3.3%) 151(54.7%) 0.000 6.303(3.703-10.730) Tidak baik 23(8.3%) 102 (37%) 125(45.3%)
Jumlah 165 (59.8%) 111(40.2%) 276(100%) Memodifikasi lingkungan
Baik 95(34.4%) 54(19.6%) 1489(54%) 0.216 1.397(0.862-2.266) Tidak baik 70(25.4%) 57(20.7%) 127(46%)
Jumlah 165(59.8%) 111(40.2%) 276(100%) Memanfaatkan pelayanan
kesehatan
Baik 99(35.9%) 63(22.8%) 114(41.3%) 0.637 1.162(0.710-1.904) Tidak baik 66(23.9%) 48(17.4%) 162(58.7%)
Jumlah 165(59.8%) 111(40.2%) Tugas Kesehatan Keluarga
Baik 116(42%) 39(14.1%) 155 (56.2%) 0.000 3.927(2.361-6.531) Tidak baik 49 (17.8%) 72 (26.1%) 121 (43.8%)
(42)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 25 Hasil analisis menunjukkan kemampuan keluarga merawat yang baik memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik sebesar 51.4% sedangkan keluarga dengan kemampuan merawat yang tidak baik memiliki status gizi baik hanya 33.8%. Tugas kesehatan keluarga baik menunjukkan status gizi baik sebesar 42%. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara kemampuan keluarga merawat dengan status gizi anak usia sekolah (p=0.00). Hasil analisis juga menunjukkan OR= 6.303, artinya kemampuan keluarga merawat yang baik mempunyai peluang sebesar 6.3 kali memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik dibandingkan dengan kemampuan keluarga merawat yang tidak baik.
Analisis Multivariat
Tabel 8. Hasil pemodelan akhir multivariat status gizi anak usia sekolah di SD wilayah kelurahan Pondok ranggon (n=276)
No Variabel B P value OR
(95% CI)
1 Kemampuan keluarga
merawat
1.841 0.000 6.303 (3.703 – 10.730)
Konstanta -0.550 0.003 0.577
Dapat disimpulkan dari seluruh proses analisis bahwa kemampuan keluarga merawat mempengaruhi status gizi pada anak usia sekolah karena memiliki OR paling besar yaitu 6.303. Kemampuan keluarga merawat baik berpeluang sebesar 6.3 kali (CI : 3.703 – 10.730) memiliki status gizi anak usia sekolah baik dibandingkan dengan kemampuan keluarga merawat yang tidak baik.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan tinggi dan rendah memiliki kontribusi yang sama dalam menentukan status gizi anak usia sekolah. Menurut analisis peneliti, yang mempengaruhi status gizi dari berbagai faktor dimana tidak hanya dari status pendapatan keluarga namun ditunjang dengan pengetahuan keluarga dalam mengolah makanan yang tepat untuk anak usia sekolah yang bisa didapatkan melalui informasi dari media cetak maupun elektronik terkait nutrisi yang seimbang untuk anak usia sekolah .
Hasil penelitian tidak menunjukkan ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan status gizi anak usia sekolah. Menurut analisis peneliti, pemenuhan nutrisi anak usia sekolah tidak hanya dikarenakan faktor pendidikan. Namun dapat dipengaruhi faktor observasi, meniru dan merubah perilaku sendiri. Juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan waktu ibu dalam memperhatikan kebutuhan nutrisi anak usia sekolah, dalam hal ini adalah ibu yang tidak bekerja.
(43)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 26 Hasil analisis didapatkan jumlah anak dalam keluarga besar (> 2 orang) sebagian besar memiliki anak usia sekolah dengan status gizi baik sebesar 66.4%. Hal ini bertolak belakang secara teori, di dalam Allender dan Spradley (2010) menyatakan semakin kecil jumlah anak dalam satu keluarga, maka semakin baik status gizi anak tersebut yang dikaitkan dengan ketersediaan makanan .Menurut analisis peneliti, jumlah anak dalam keluarga bukan faktor utama penentu status nutisi namun dipengaruhi oleh multifaktor seperti pendapatan, pekerjaan, pendidikan, pengalaman yang positif, pengaruh media massa.
Hasil penelitian ini, kemampuan keluarga merawat merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi status gizi anak usia sekolah. Keadaan status gizi tidak terlepas dari kemampuan keluarga melakukan perawatan dimana tindakan perawatan dikaitkan dengan perilaku kesehatan keluarga. Perilaku disini berkaitan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh keluarga. Kurangnya pengetahuan cara merawat berarti kurangnya kemampuan keluarga melakukan pencegahan dan pemenuhan gizi seimbang. Secara teori keluarga juga menjadi role model pada anggota keluarga lainnya secara positif dan negatif (Friedman, Bowden&Jones, 2003 dalam Kaakinen, 2010). Perilaku dan praktik keluarga juga mempengaruhi kesehatan yang meliputi praktik pemberian makan, jenis makanan yang dikonsumsi (Kaakinen, 2010). Sosialisasi terkait makanan, perilaku keluarga makan juga mempengaruhi status gizi anak usia sekolah.
Kesimpulan
1. Pendapatan keluarga yang rendah dan tinggi memiliki peran yang sama dalam status gizi anak usia sekolah. Status gizi tidak mutlak dipengaruhi oleh pendapatan keluarga,
dikarenakan tidak semua keluarga memanfaatkan pendapatan keluarganya secara bijak dalam pemenuhan nutrisi. Dengan pendapatan yang rendah namun bijak dalam manajemen keuangan, status nutrisi akan terpenuhi.
3. Sebagian besar pendidikan orangtua ( ibu dan bapak) memiliki pendidikan tinggi yaitu SMA. Hasil penelitian tidak ada hubungan pendidikan dengan status gizi anak usia sekolah. Status gizi anak usia sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan, namun dapat dipengaruhi oleh ketersediaan waktu ibu, keluarga mencari dan mendapatkan informasi tentang gizi melalui media.
4. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga > 2 dengan status gizi anak usia sekolah. Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal ini dapat disebabkan pengetahuan keluarga tentang gizi anak usia sekolah, pengaruh media massa dan pengalaman positif dari ibu.
5. Kemampuan keluarga merawat merupakan variabel yang dominan mempengaruhi status gizi anak usia sekolah. Status gizi anak usia sekolah dapat ditingkatkan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam menyediakan makanan seimbang pada anak usia sekolah.
(44)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat dala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015 27 Daftar Pustaka
Allender, Rector&Warner. (2010), Community health nursing: promoting and protecting the public health, seventh edition. Philadelphia: Lippincott
Friedman,. M,. Bowden, V.R,. Jones, E.G. (2003). Family nursing : Research theory & Practice. Fifth edition. New Jersey. Person Education Inc.
Friedman,.Bowden.(2010). Buku ajar keperawatan keluarga. Jakarta:EGC Gomes.(2013). Family and women decide child nutrition.Vo.5.No.7.SciRes
Hittchock, J.E et al. (1999). Community health nursing.Caring in action. New York . Delmar Publisher
Juresa.,Musil.,Majer.,(2012). Behavioral pattern of overweight and obese school children.Coll.Antropol.36
James.(2013). Nursing care of children :principles and practice.Fourth edition.St.Louis: Elsevier
LaporannasionalRiskesdastahun2013. www.depkes.go.id. Diakses tanggal 25 Maret 2014 Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan masyarakat Ilmu dan seni. Jakarta:Rineka Cipta
Olusanya.(2010).Assesment of the food habits and school feeding programme of pupils in a rural community in odogbolu local government area of ogun state,nigeria.Pakistan Journl of Nutrition
Saifah,A., Sahar, J., (2011). Hubungan peran keluarga, guru, teman sebaya dan media massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah darar wilayah kerja puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Lancaster.S. (2010).Community publichealth nursing. 6th Ed..USA. Mosby Company Taylor.,Evers.,Kenna.(2005).Determinants of healthy eating in children nd youth.Canadian
(45)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas
“Pera Perawat sala Pelaya a Kesehata Pri er e uju Masyarakat Eko o i ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
28
EFEKTIFITAS PROGRAM PERAWATAN DIRI TERHADAP
KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PASIEN GAGAL JANTUNG
Fitri Suciana
Stikes Muhammadiyah Klaten, email : andhikazka@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang: Gagal jantung merupakan sekumpulan proses dari kegagalan jantung yang berlangsung kronis. Penyakit ini membutuhkan biaya perawatan yang tinggi karena seringnya pasien gagal jantung mengalami rehospitalisasi sehingga menyebabkan biaya perawatan yang tidak sedikit.Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup adalah dengan meningkatkan kemampuan perawatan diri pasien dengan program perawatan diri pasien gagal jantung.Program perawatan diri meliputi edukasi dan pemberian modul tentang mengenal gejala gagal jantung dan home monitoring yaitu kontrol tekanan darah, keteraturan minum obat, kontrol edema dan kontrol terjadinya rawat inap berulang yang dilakukan oleh perawat di rumah.
Tujuan: diketahuinya efektifitas program perawatan diri terhadap kemampuan perawatan diri pada pasien gagal jantung yang meliputi self maintenance, self management dan self confidence.
Metoda : Metoda yang digunakan adalah quasi eksperimen, pre-post with control group. Teknik sampling yang digunakan consecutive sampling,didapatkan 36 responden dengan pembagian 18 responden kelompok kontrol dan 18 reponden kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol dilakukan pretes serta home monitoring dan postest yang dilakukan setelah minggu keempat, sedangkan kelompok intervensi diberikan edukasi dan pemberian modul tentang cara mencegah gagal jantung serta pretest. Home monitoring pada kelompok intervensi dilakukan setiap minggu selama 4 minggu. Pengumpulan data kemampuan perawatan diri dengan Self Care Heart Failure Index sedangkan analisa data untuk mengetahui efektifitas kemampuan perawatan diri menggunakan paired t-test. Hasil : Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan perawatan diri self maintenance,self management dan self confidence pada kelompok kontrol dengan nilai p value 0,40;0,38;0,08 sedangkan pada kelompok intervensi self maintenance dan self management mengalami perbedaan yang signifikan dengan nilai P value yaitu 0,03 dan 0,00 sedangkan self confidence dengan P value 0,50. Pada penelitian ini ada beberapa responden yang mengalami penyakit penyerta dan hal tersebut dapat meyebabkan self confidence pada responden tidak ada perubahan yang signifikan. Kepercayaan diri responden diakibatkan karena kondisi kronis penyakit yang diderita oleh responden.
Kesimpulan : program perawatan diri efektif digunakan untuk meningkatkan self maintenance dan self management.
Kata kunci : edukasi, home monitoring, kemampuan perawatan diri
Pendahuluan
Penyakit kronis merupakan penyakit yang berlangsung lama dan membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit. Penyakit ini akan menimbulkan dampak bagi penderitanya
(1)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
(2)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
(3)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
309 Didapatkan 7 jenis artikel, artikel yang dianalisis menggunakan metode penelitian yang beragam seperti RCT, quasy eksperiment, Two occasions in a counter balance design dan
Cross sectional. Tempat penelitian dari artikel yang dapatkan juga beragam, Artikel pertama pengambilan data dilakukan di Iran, artikel kedua pengambilan data di singapura, artikel ketiga pengambilan data dilakukan di Iran, artikel keempat pengambilan data dilakukan di Indonesia, artikel ke lima pengambilan data dilakukan di South Korea, artikel ke enam pengambilan data dilakukan di United Kingdom dan artikel ke tujuh pengambilan datanya dilakukan di Swedia.
Artikel pertama menunjukkan bahwa Swedish massage secara signifikan mampu mengontrol kadar glukosa darah pada pasien anak-anak dengan diabetes melitus P value < 0,0001. Artikel kedua menunjukkan bahwa pengobatan komplementer yang umum digunakan oleh sampel saat melakukan rawat jalan adalah suplemen gizi, obat herbal cina dan pijat. Sumber informasi pasien mengenai CAM 44,2 % dari teman, dari pasangan dan keluarga 38%. Faktor yang mempengaruhi pasien menggunakan pengobatan komplementer adalah gender dengan P value = 0.049, pemasukan rumah tangga P= 0.048 dan frekuensi control gula darah P= 0.036, rekomendasi dari hasil penelitian adalah perlu dilakukan peningkatan profesionalitas tenaga kesehatan mengenai kemampuan memberikan edukasi dan pelayanan terapi komplementer pada pasien rawat jalan. Artikel ketiga dengan intervensi Swedish massage terbukti efektif memberikan efek penurunan kadar glukosa darah pada anak dengan diabetes melitus, nilai P =0.00.
Artikel keempat dengan desain cross sectional menujukkan bahwa Favorit sampel menggunakan pengobatan herbal mencapai 100%. Intervensi mind body 94,2%. 100% Sampel mempercayai bahwa obat herbal dapat menurunkan kadar glukosa darah, menyehatkan tubuh 76,6% dan dapat mengatasi gejala DM 35,7%. Informasi mengenai pengobatan herbal 98,7% di dapatkan dari relasi dan teman, 89% mengetahui sendiri, semantara informasi dari market lokal 36,4%. Artikel kelima menunjukkan bahwa
thermomechanical massage dapat menurunkan tekanan darah dengan P value = 0.00; glukosa darah pasien dengan diabetes mengalami penurunan setelah dilakukan perlakuan dengan P value = 0.00; kelompok dengan diabetes dan hipertensi signifikan mengalami penurunan tekanan darah dan penurunan kadar glukosa darah dengan P value < 0.05. Artikel ke enam menjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antar group setelah dilakukan intervensi, namun terdapat penurunan selisih antar group dengan nilai P <0.05; intervensi pijat dapat meningkatkan perbaikan persepsi pasien dengan nilai P <0.01; tidak ada perbedaan kandungan laktat dan glukosa darah dari intervensi dan pasiv rest intervensi. Namun terdapat signifikansi kadar glukosa darah dan laktat sebelum dan sesudah pijat dengan nilai P<0.05. Sedangkan artikel ketujuh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikansi level oksitosin pasien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi tactile massage. Terdapat penurunan level ansietas dan glukosa darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan nilai P = 0.00.
Pembahasan
Hasil pencarian dengan menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ketat mempengaruhi jumlah artikel yang didapatkan. Awalnya penentuan artikel yang diambil hanya berbatas pada artikel yang menggunakan metode penelitian RCT dan quasy eksperiment, namun karena jumlah dari artikel sangat terbatas maka kriteria diturunkan,
(4)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
310 artikel dengan metode penelitian apapun akhirnya tetap dimasukkan selama tetap terkait dengan terapi pijat pada pasien diabetes melitus serta korelasi terhadap kadar glukosa darah. Setelah menurunkan kriteria berupa metode penelitian, akhirnya artikel yang didapatkan berjumlah 7 artikel. Hasil yang beragam ditunjukkan pada hasil penelitian di artikel, hasil penelitian secara umum menyebutkan bahwa terapi pijat memang terbukti signifikan mampu menurunkan kadar glukosa darah. Khasiat lain, terapi pijat mampu menurunkan tekanan darah dan menurunkan tingkat ansietas pasien dengan diabetes melitus.
Peningkatan kadar glukosa darah, ansietas dan tingginya tekanan darah pada pasien diabetes melitus terkait dengan kerja hormon dan vaskularisasi. Pada pasien diabetes melitus, kekentalan darah meningkat karena tingginya kadar glukosa di dalam darah, akibatnya aliran darah menjadi tidak lancar sehingga memicu terjadinya hipertensi (Smeltzer & Bare, 2008).
Pasien dengan diabetes melitus harus terus melakukan kontrol glukosa darah, kontrol diet, penyesuaian gaya hidup dikarenakan resiko komplikasi penyakit lain hingga luka yang sulit sembuh, kondisi ini akan menyebabkan terjadinya ansietas pada pasien. Ansietas akan memicu peningkatan hormon kortisol diikuti oleh peningkatan konversi asam amino, laktat dan piruvat di hati menjadi glukosa melalui proses glukogenesis, kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah (Smeltzer & Bare, 2008).
Terapi pijat memiliki efek fisiologis melancarkan predaran darah. Bekuan dan kekentalan darah dapat dipecah karena manipulasi pijat pada otot sehingga darah akan menjadi lancar. Lancarnya predaran darah akan memicu keluarnya hormon endorphin sehingga pasien yang dilakukan terapi pijat mengalami relaksasi (Arovah, 2010). Dengan terjadinya peningkatan relaksasi diharapkan akan diikuti juga dengan penurunan kadar glukosa di dalam darah.
Hasil penelitian pada artikel lainnya menunjukkan bahwa ternyata terapi pijat termasuk salah satu terapi komplementer alternative yang sangat diminati masyarakat di Singapura yang memiliki latar rumpun Asia sama dengan di Indonesia, itulah mengapa hasil dari penelitian yang dilakukan di Singapura dan di Indonesia cenderung memiliki kaitan yang erat yaitu minat masyarakat akan terapi komplementer seperti terapi pijat sangat digemari.
Kelengkapan dan aplikasi evidence
Artikel mengenai pelaksanaan terapi pijat terhadap kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes mellitus yang terpublikasi masih sedikit. Kekuatan dari evidence yang ditemukan setelah dilakukan literature review terletak pada artikel yang terpublikasi dari literature yang baik, resmi serta sudah dilakukan peer review.
Kualitas evidence
Kualitas dan bukti yang ditampilkan pada artikel sudah cukup kuat, hanya saja masih dibutuhkan penelitian lanjutan dengan desain RCT untuk membuktikan efektifitas pelaksanaan terapi pijat terhadap tingkat kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes melitus. Penelitian yang terbukti berkorelasi terhadap kadar glukosa darah
(5)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
311 dengan menggunakan desain RCT hanya terbukti pada sampel anak-anak. Dibutuhkan penelitian lain dengan desain RCT yang dilakukan pada orang dewasa hingga lansia.
Implikasi hasil penelitian pada praktik
Meskipun jumlah artikel yang melihat pengaruh pelaksanaan terapi pijat masih sedikit, pelaksanaan program ini memiliki peluang yang besar untuk diterapkan di tatanan klinis dan komunitas khususnya di Indonesia. Kondisi ini di dukung oleh minat masyarakat Indonesia yang tinggi pada terapi komplementer seperti pijat. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk semakin menguatkan evidence.
Implikasi pada penelitian lanjutan
Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada orang dewasa. Pemilihan lokasi pijat serta jenis pijat memiliki peran penting. Terdapat banyak jenis terapi pijat yang sudah berkembang di dunia khususnya Indonesia. Pemilihan jenis pijat yang sudah terbukti secara akademis akan lebih baik karena sudah di dukung dengan teori-teori penguat untuk menjaga pasien tetap aman saat dilakukan pijat. Perlu juga dilakukan penentuan secara teori dari tekanan yang diberikan saat melakukan pijat, perbedaan tekanan dapat dilihat dari jumlah lemak pada tubuh pasien. Semakin bayak lemak semakin besar tekanan yang harus diberikan dan sebaliknya. Pengaplikasian terapi pijat tergolong mudah, low cost, serta sudah didukung oleh tempat pelatihan dan instruktur pelatih yang cukup memadai. Untuk mengukur pengaruh atau efektifitas terapi akan lebih baik menggunakan metode RCT.
Kesimpulan
Hasil literature review ini menunjukkan bahwa terapi pijat terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah. Khasiat lainnya adalah menurunkan ansietas dan menurunkan tekanan darah. Terapi pijat sangat digemari di Negara asia seperti Singapura dan Indonesia. Pengaplikasian terapi pijat tergolong mudah, low cost, serta sudah didukung oleh tempat pelatihan dan instruktur pelatih yang cukup memadai. Dengan sedikitnya hasil penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang terbaik, penelitian selanjutnya dengan kualitas lebih baik akan memiliki efek serta dampak yang lebih besar terhadap perkembangan terapi komplementer khususnya terapi pijat dimasa depan. Jika sudah terdapat bukti baru dengan kualitas study yang lebih baik maka literature review ini dapat diperbaharui sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kompelementer terapi pijat untuk menurunkan kadar glukosa darah pada pada pasien dengan diabetes mellitus.
Daftar Pustaka
Arovah, NI.,(2010). Dasar-Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga. (hlm 63-74), Yogyakarta: UNY
Babae, S. Safiei, Z. Sadeghi, M.M. Nik, A.Y. Valiani, M., (2012). Effectiveness of massage therapy on the mood of patients after open-heart surgery. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research | February 2012 | Vol.17 | Issue 2 (Special)
Chen, W.L. Liu, G.J. Yeh, S.H. Chiang, M.C. Fu, M.Y. Hsieh, Y.K., (2013). Effect of Back Massage Intervention on Anxiety, Comfort, and Physiologic Responses in Patients with Congestive Heart Failure. The Journal Of Alternative And Complementary Medicine Volume 19, Number 5, 2013, pp. 464–470
Finch, P. Baskwill, A. Marincola, F and Becker, P., (2007). Changes in pedal plantar pressure variability and contact time following massage therapy. Acase study of
(6)
Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas “Peran Perawat dalam Pelayanan Kesehatan Primer menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN “
Semarang, 7 November 2015
312
a client with diabetic neuropathy. Journal of Bodywork and Movement Therapies. 295-301
Hemming, B. Smith, M. Graydon, J. Dyson, R.,(2000). Effects of massage on physiological restoration, perceived recovery, and repeated sports performance.
Br J Sports Med 2000;34:109–115
Henricson, M.,(2008). Tactile Touch In Intensive Care. Nurses’ preparation, patients’ experiences and the effect on stress parameters. Digital version:
http://hdl.handle.net/2320/1814
IDF., (2014). IDF Diabetes Atlas Sixth Edition.www.idf.org/diabetesatlas
Kashaninia, Z. Abedinipoor, A. Hosainzadeh, S. Sajedi, F., (2011). The Effect of Swedish Massage on Glycohemoglobin in Children with Diabetes Mellitus. Iranian Rehabilitation Journal, Vol. 9
Niswah. Chinnawong, T. Manasurakarn.,(2014). Complementary Therapies Used Among Adult Patients with Type 2
Diabetes Mellitus in Aceh, Indonesia. Nurse Media Journal of Nursing, 4, 1, 2014, 671-687 671
Polland, R.E. Gertsik, L. Vafreau, J.T. Smith. Mirocha. J. Rao, U. Dar, E. (2013). Open-Label, Randomized, Parallel- Group Controlled Clinical Trial of Massage for Treatment of Depression in HIV-Infected Subjects. The Journal Of Alternative And Complementary Medicine Volume 19, Number 4, 2013, pp. 334–340
Sajedi, F. Khashaninia, Z. Hoseimsadeh, S & Abedinipoor, A.,(2011). How effect is Swedish Massage on Blood Glucose
Level in Children with Diabetes Mellitus. Department of Nursing, School of Nursing and Midwifery
Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. (2008). Brunner & suddarth Textbook of medical-surgical nursing (11 th edition).Philadelphia : Lippincot William & Wilkins. So. C.S. Gioltli, R. Chang, T. Bae, H.J. Chang, Y. Boone, W.R. Blanks, R.H.I.,(2014).
Psyological Changes Following Thermomechanical Massage in a Population of Hypertensive Patient and/or Type II Diabetis. J Vertebral Subluxation Res.-JVSR, May 3, 2014