PERJUANGAN POLITIK KH. ALAWY MOHAMMAD DAN PENGARUHNYA TERHADAP PESANTREN AT- TAROQQI DI SAMPANG MADURA.

PERJUANGAN POLITIK KH. ALAWY MOHAMMAD DAN
PENGARUHNYA TERHADAP PESANTREN AT-TAROQQI
DI SAMPANG MADURA

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ilmu Keislaman
Konsentrasi Pendidikan Islam

Oleh :
SITI AMINAH
NIM : FO3411044

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015

ABSTRAK
SITI AMINAH, Perjuangan Politik KH. Alawy Mohammad dan Pengaruhnya
Terhadap Pesantren At- Taroqqi di Sampang Madura

Kata kunci: Perjuangan Politik KH. Alawy Mohammad dan Pesantren At-Taroqqi
KH. Alawy Mohammad dikenal sebagai ulama atau tokoh agama yang
berpengaruh di Sampang Madura, Ia juga merupakan pengasuh PP. At-Taroqqi
Karongan Sampang. Namanya populer setelah terjun kedunia politik. Keaktifakn
KH. Alawy Mohammad dimulai dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejak
tahun 1973. Nama dan popularitas KH. Alawy Mohammad meletus ketika
peristiwa Waduk Nipah Sampang, Lewat panggung politik ini tidak hanyan nama
kiai yang populer akan tetapi PP. At-Taroqqi dikenal masyarakat luas.
Maka dari itu peneliti disini ingin meneliti Perjuangan Politik KH. Alawy
Mohammad dan Pengaruhnya terhadap Pesantren At-Taroqqi Karongan Sampang
Madura Dengan tujuan ingin mendeskripsikan tentang perjuangan politik KH.
Alawy Mohammad dan mendeskripsikan tentang pengaruh perjuangan politik
KH. Alawy Mohammad dan Pesantren At-Taroqqi. Untuk mendapatkan data
penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dan jenis
penelitian Fenomenologis menggunakan teknik observasi, interview dan dokumentasi.
Setelah dilakukan penelitian maka didapatkan bahwa. Perjuangan politik KH. Alawy

Mohammad dimulai dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejak tahun 1973.
Sebelumnya ia aktif di partai NU yang kemudian berfusi didalam PPP. Kiai
Alawy menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Partai (MPP). Kesetiaan

KH. Alawy pada PPP terbilang luar biasa, Tahun 1984, ia rela melepaskan jabatan
Rais Syuriah NU Cabang Sampang yang didudukinya pada tahun 1979-1984,
ketika organisasi ini menyatakan bukan lagi unsur PPP dan melarang anggotanya
merangkap jabatan. Pengaruh perjuangan politik KH. Alawy Mohammad terhadap
Pesantren At-Taroqqi sangat besar diantaranya: a.Popularitas Nama KH. Alawy
Mohammad dan Pesantren At-Taroqqi dikenal oleh masyarakat di seluruh
Indonesia, sehingga banyak Santri dari luar Madura berdatangan untuk menimba
ilmu (mondok) b. Meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan
Pesantren dengan Sumber dana dari dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah),
Swadaya dari Santri (SPP), Swadaya dari Keluarga KH. Alawy Mohammad dari
sektor pertanian dan perekonomian diantaranya Koperasi Pesantren dan 3 buah
SPBU. c. Meningkatnya mutu pendidikan pesantren yakni: Meningkatnya jumlah
santri dari tahun ketahun bahkan mencapai ribuan santri 1.403 orang santri putra
dan 453 santri putri, Manageman Pendidikan Pesantren mulai tersusun dan
terstruktur, Sistem pendidikan pesantren yang awalnya salafiyah menjadi modern
dengan dibukanya pendidikan Kejar Paket A. B. C setara tingkat SD, SMP,SMA.

VII

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………..... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.…………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………..…………………………….

iii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………........

v

MOTTO......... ...................………………………………………....…….

vi

ABSTRAKSI……………………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xi
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………... 1
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Latar Belakang………………………………………………… 1
Identifikasi dan Batasan Masalah……………………………. 9
Rumusan Masalah……………………………………………. 10
Tujuan Penelitian……………………………………………… 10
Kegunaan Penelitian…………………………………………… 10
Kerangka Teoritik……………………………………………... 12
Penelitian Terdahulu…………………………………………... 13
Sistematika Pembahasan……………………………………… 16


BAB II : KAJIAN PUSTAKA…………………….……………………… 18
A. Konsep Dasar politik……………………..…………………..
1. Pengertian Politik………………………………………….
2. Sistem Politik……………………………………………..
3. Struktur Politik…………………..…………………….….
4. Fungsi Politik………….……………………………….….
5. Proses Politik……………………….………………….....
6. Elit Politik………………………………………………….
7. Stratifikasi Politik…………………………………………
8. Kekuasaan Politik…………………………………………
B. Konsep Dasar Kepemimpinan………………………………..
1. Pengertian Kepemimpinan………………………………..
2. Teori dan Model Kepemimpinan…………………………
3. Dasar Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam….…

19
19
33
34

34
35
37
39
39
42
42
45
50

XI

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Peran Kepemimpinan…………………………………….. 52
5. Fungsi dan Tipe Kepemimpinan…………………………. 55
C. Hubungan Politik Dan Pesantren…………………………….. 64
BAB III : METODE PENELITIAN……………………………………… 70
A.
B.

C.
D.
E.

Pendekatan dan Jenis Penelitian………………………………
Sumber Data…………………………………………………..
Prosedur Pengumpulan Data…………………………………
Analisis Data………………………………………………….
Pengecakan Keabsahan Temuan……………………………..

70
71
72
77
79

BAB IV: PAPARAN DAN ANALISIS DATA…………………………… 80
A. Deskripsi Umum Tentang Pesantren At – Taroqqi…………… 80
1. Kondisi Geografis dan Lokasi Pesantren………………….. 80
2. Sejarah Ringkas Berdirinnya Pesantren At-Taroqqi……… 82

3. Fase Kepemimpinan Perkembangan Pesantren…………… 83
B. Diskripsi Umum Tentang Perjuangan politik
KH.Alawy Mohammad………………………………I ………. 85
1. Sketsa Biogafi KH. Alawy Muhammad……………. ……. 85
2. Karir Politik KH. Alawy Muhammad………..………….... 88
3. Sistem Politik KH. Alawy Muhammad……………………. 89
4. Peran dan Perjuangan Politik KH. Alawy Muhammad…... 90
C. Kajian Serta Pembahasan Hasil Penelitian Tentang
PerjuanganPolitik KH.Alawy Muhammad dan pengaruhnya
Terhadap Pesantren At-Taroqqi……………………………….. 93
1. Popularitas KH.Alawy Muhammad dan Pondok
Pesantren At-Taroqqi ……………………………………… 93
2. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Kemajuan Pondok
Pesantren At-Taroqqi……………………………………… 97
BAB V: PENUTUP………………………………………………………… 102
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 102
B. Saran …………………………………………………………… 104
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 107
LAMPIRAN – LAMPIRAN


XII

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi ulama-kiai dalam ruang politik praktis dan birokrasi
Indonesia seakan tak pernah basi diperbincangkan, lengkap dengan berbaga
rumor, isu, intrik, kepentingan dan kontroversi. Di satu sisi, muncul kalangan
yang begitu mendamba kehadiran ‘sang begawan moral’ itu dalam pentas
politik dan penyelenggaraan pemerintah, saat mereka merasa bahwa dunia
politik birokrasi begitu jauh dan tandus dari nilai-nilai moral dan humanitas.
Namun sisi lain, muncul pula kelompok yang begitu gigih menolak peran kiai
dalam dunia politik dan birokrasi,dengan argumentasi meski terkadang
apologi bahwa ulama – kiai ‘sebagai sosok suci’ tidak selayaknya ternoda
oleh setitik lumpur pun dan karenanya ulama-kiai tidak boleh ternoda untuk

menceburkan diri dalam kubangan politik yang penuh intrik, ambisi, dan sarat
kepentingan. Bahkan campur tangan ulama-kiai dalam politik –oleh kalangan
yang menolak-terkadang telah dianggap sebagai satu perselingkuhan fungsi,
di mana ulama-kiai dengan semena-mena didudukkkan sebagai sosok yang
‘hanya’ menggadaikan ayat-ayat Tuhan demi kepentingan politik dan ambisi
kuasa.
Namun, Sejarah bangsa telah mengukir berbagai peran yang
mengagumkan yang dimainkan ulama. Kerukunan umat beragama pada

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

dekade 1970-1980-an telah berhasil dan terbina dengan baik berkat dukungan
ulama, sehingga kerukunan itu dapat mengokohkan persatuan dan kesatuan
bangsa yang menjadi modal pembangunan negara dan bangsa selama ini.
Ulama berperan melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan melalui
ceramah-ceramah agama dan khutbah Jumat di masjid-masjid.
Pesantren dianggap lembaga pendidikan islam yang tradisional dan
khas Indonesia selain itu pesantren juga merupakan lembaga pendidikan tertua

di Indonesia. Adapun unsur-unsur yang ada di dalam pesantren di antaranya,
kiai, pondok, santri, masjid, kitab kuning.
Pesantren dan kiai (ulama) adalah dua entitas yang tak terpisahkan.
Sikap hormat, takzim dan kepatuhan mutlak kepada kiai adalah salah satu
nilai pertama yang ditanamkan pada setiap santri. Kepatuhan itu diperluas lagi
sehingga mencakup penghormatan kepada para ulama sebelumnya. 1
Salah satu peran ulama sebagai tokoh Islam yang patut dicatat adalah
posisi mereka sebagai kelompok terpelajar yang membawa pencerahan
kepada masyarakat sekitarnya. Berbagai lembaga pendidikan telah dilahirkan
oleh mereka baik dalam bentuk sekolah maupun pondok pesantren. Semua itu
adalah lembaga yang ikut mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang terpelajar. Mereka telah berperan dalam memajukan ilmu pengetahuan,

1

Martin Van Bruinessen pengantar: Abdurrahman Wahid, Kitab Kuning Pesantren dan tarekat
(Bandung: Mizan, 1999), 18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

khususnya islam lewat karya-karya yang telah ditulis atau jalur dakwah
mereka.
Pada masa itu, melalui ormas-ormas keagamaan, mereka juga
berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Organisasi-organisasi seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persatuan
Islam, Al-Washiyah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan sebagainya, di bawah
kepemimpinan mereka yang punya perhatian besar terhadap masalah social
telah membantu pemerintah dalam mengangkat tingkat pendidikan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia melalui lembaga-lembaga pendidikan, panti
asuhan dan kegiatan social lainnnya. 2
Menurut Al-Munawar bahwa ulama adalah orang-orang yang
memiliki pengetahuan luas tentang ayat-ayat Allah, baik bersifat Kawniyyah (
fenomena Alam) maupun bersifat Qur’aniyyah yang mengantarkan manusia
kepada pengetahuan tentang kebenaran

Allah,takwa tunduk dan takut.

Sebagai pewaris nabi ulama mengemban beberapa fungsi antara lain sebagai
berikut: (1)Tabligh, yaitu menyampaikan pesan-pesan agama yang menyentuh
hati dan merangsang pengalaman (2) Tibyan, yaitu menjelaskan masalahmasalah agama berdasarkan kitab suci secara transparan (3) Tahkim, yaitu
menjadikan Al-Quran sebagai sumber utama dalam memutuskan perkaraan

2

Rosehan Anwar, Andi Bahruddin Malik, Peran dan Fungsi Ulama Pendidikan ( Jakarta: Proyek
Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, 2003), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

dengan bijaksana dan adil (4) Uswatun Hasanah, yaitu menjadi tauladan yang
baik dalam pengalaman agama.3
Malik Fadjar mengemukakan bahwa fungsi ulama dilihat dari segi
pendidikan dapat digolongkan menjadi dua: pertama, mempersiapkan sarana
dan melaksanakan pendidikan dan pengkaderan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan keulamaan, kedua, mempersiapkan sarana dan melaksanakan
penelitian dalam bidang keilmuwan dan keulamaan.4
Para kiai yang memiliki pesantren besar berhasil memperluas
pengaruh mereka dan sebagai hasilnya mereka diterima sebagai elit nasional,
bahkan internasional. Banyak diantara mereka yang berhasil menjadi menteri,
anggota parlemen, duta besar dan pejabat pemerintah lainnya. Demikian pula
mereka telah berhasil mencetak murid-murid mereka menjadi kiai-kiai di
daerahnya masing-masing yang kemudian mendirikan atau memimpin
pesantren menengah dan kecil yang secara kultural dan intelektual tetap
tergantung kepada kiai yang pernah menjadi gurunya.
Keberhasilan seorang kiai umumnya ditentukan oleh kharisma kiai
tersebut. Kharisma inilah yang menyebabkan atau menentukan maju
mundurnya pesantren yang dipimpinnya. Kharisma kiai tumbuh dari ilmu dan
kepribadiaannya serta struktur pengajaran tradisional berdasarkan penularan
ilmu dari satu generasi ke generasi lainnya dengan menggunakan sistem
3

Mimbar Ulama, Para Ulama adalah Pewaris Nabi ( Jakarta: Suara Majlis ulama Indonesia,1999),
34.
4
Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam ( Jakarta: Pajar Dunia, 1999) ,153.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

bimbingan individual dengan sistem ijasah. Sistem ijasah adalah restu, izin
dan kepercayaan seorang kiai yang diberikan kepada santrinya untuk
mengajarkan suatu kitab pada cabang ilmu tertentu dalam ilmu agama yang
pernah diajarinya. Sistem ini menyebabkan santri bergantung secara
intelektual kepada kiainya dan menjadikan kiai itu sebagai pembimbing
seumur hidupnya.
Aspek kharismatik merupakan kunci penting bagi keberlangsungan
kepemimpinan kiai. Namun disamping itum kadangkala model ini memeliki
dampak negatif bila terjadi suksesi kepemimpinan. Dalam hubungan ini
Turner mengatakan bahwa hilangnya seorang tokoh kharismatik dalam hal
tertentu dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sumber kharisma, yaitu
dari kharisma yang berdasarkan pada pribadi (person) kepada wujud kharisma
yang didasarkan pada kharisma/ jasa orang-orang terdahulu (charisma of
office) atau kharisma keturunan (charisma of heredity). Dalam proses terdapat
aspek penting yang oleh Weber disebut dengan routinization of charisma atau
pelestarian kharisma. Hilangnya kharisma dengan adanya bentuk otoritas yang
baru dibarengi oleh munculnya institusi-institusi baru pula sehingga ada saat
itulah perubahan sosial lahir.
Peran kiai didalam pemerintahan sangat besar tidak hanya sebagai
figure dan tokoh panutan karna akhlaknya juga sebagai figure pemimpin yang
dianggap ideal oleh masyarakat. Namun tidak jarang pula, keberadaan
kiai/ulama dalam ruang politik praktis dan birokrasi Indonesia seakan tak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

pernah basi diperbincangkan lengkap dengan berbagi rumor, isu, intrik,
kepentingan dan kontroversi. Bahkan campur tangan kiai /ulama dalam politik
terkadang telah dianggap sebagai satu perselingkuhan fungsi dimana
ulama/kiai didudukkan sebagai sosok yang menggadaikan ayat-ayat tuhan
demi kepentingan politik semata. Padahal bila ditelisik lebih jauh lagi,
keterlibatan ulama/kiai dalam kancah politik birokrasi Indonesia kontemporer,
sebenarnya hanya merupakan sampul terluar dari sebuah peran sejarah yang
panjang dan melelahkan dan bukan semata manifestasi ambisi individu yang
sesaat.5
Keberadaan ulama dalam wilayah politik praktis pada dasarnya tidak
terlepas dari pro dan kontra usang tentang perlunya penyatuan atau
pentingnya

pemisahan

antara

agama

dan

negara. 6

Kiai

umumnya

berpandangan bahwa pesantren di ibaratkan sebagai kerajaan kecil dimana
kiai merupakan sumber mutlak dari suatu kekuasaan dan kewenangan ( Power
of authority) dalam lingkungan pesantren. Tidak seorangpun yang dapat
menolak keputusan kiai dalam sebuah pesantren. Di pihak lain santri

5

Darwies Maszar, Perilaku Politik Ulama dan Kiai dalam Sorotan ( Surabaya: Elkaf, 2008), 1.
Pada konteks ini, sosok ulama senantiasa dianggap sebagai representasi dan simbol agama,
sedangkan politik merupakan infrstruktur pokok dari sebuah penyelenggaraan negara. Secara umum
ide pemisahan antara agama dan negara banyak disuarakan oleh para pemikir modern, yang
menghendaki adanya garis demarkasi yang jelas dia ntara keduanya. Sebaliknya, kalangan pemikir
keagamaan khususnya para pemikir islam justru mengklaim tidak ada pemisahan diantara keduanya,
dan menghendaki adanya peran vital agama dalam setiap proses penyelenggaraan negara. Sementara
kalangan yahudi menampakkan sikapnya yang ambigu dalam soal relasi agama dan politik
(kekuasaan) ini, dengan tidak memilih menyatukan atau bahkan menegasikan posisi keduanya, lihat
Zainuddin Maliki, Agama Rakyat Agama Penguasa: tentang Realita Agama dan Demokrasi
(Yogyakarta: Galang press, 2000), 3
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

berkeyakinan bahwa kiai yang di ikutinya merupakan orang yang percaya
penuh kepada dirinya (self convidence) baik dalam urusan agama islam
maupun dalam bidang kekuasaan dan manajemen pesantren.7
Secara umum bisa dinyatakan bahwa kiai masih memiliki pengaruh
terhadap kehidupan masyarakat. Pegaruh kiai tampaknya tidak hanya kepada
masyarakat awam tetapi juga merambah pada

pejabat atau tokoh partai

politik. Dalam kenyataan empirik bahwa kiai banyak diperebutkan oleh orang
yang akan menduduki jabatan politis tertentu. Hingar bingar dan tarik menarik
kiai dalam pemilu, pilgub dan pilhub menandakan bahwa tarikan kepentingan
politik terhadap kiai besar.
Pilihan politik memang merupakan pilihan individu sehingga
pantaslah kalau kiai memiliki pilihan politik yang berbeda. Berdasarkan
penelitian ternyata mayoritas responden menyatakan bahwa pilihan politik
kiai ternyata berbeda. Perbedaan pilihan politik kiai ini tentunya akan
berimbas terhadap perbedaan politik santrinya. Bisa saja seorang santri
mengikuti pilihan politik tertentu yang berbeda dengan kiainya. Perbedaan
prilaku politik kiai santri juga semakin tegas terjawab dari pernyataan
sebagian besar para responden yang menyatakan bahwa bisa terjadi
ketidaksamaan afiliasi poltik kiai dengan pilihan santri. Pilihan politik tidak
7

Ibnu Ansori, KH. A. Hasyim Asyari Muzadi Religiutas dan Cita-cita Good Governance (Sidoarjo:

Citramedia, 2004), 7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

mesti sama antara kiai dengan santri dan kemudian diperkuat bahwa dalam
pilihan politik tidak seluruh santri mentaati kiai. Dewasa ini sudaha ada
perubahan perilaku santri terhadap kiainya jika dalam urursan-urusan agama
kiai masih menjadi panutan baik oleh santri maupun masyarkat, akan tetapi
dalam perilaku politik ternyata sudah berubah.
Adapun kiai/ulama yang namanya sangat familiar di masyarakat
Madura khususnya masyarakat sampang yakni KH. Alawy Mohammad
sebagai salah satu figure/tokoh masyarakat juga pengasuh pondok pesantren
Attaroqqi Dusun Karongan Desa Tanggumong Kec.Sampang Kab. Sampang.
Selain itu tercatat juga sebagai politisi dari partai politik yakni Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Sosok KH. Alawy Mohammad yang
mendapat julukan “Kiai Kharismatik”, yang terkadang kiprahnya menuai pro
dan kontra. Sebagai pengasuh pesantren dan keaktifannya diranah politik
menjadikan nama KH. Alawy Mohammad sangat populer sehingga eksistensi
pesantren At-taroqqi di minati dan diterima oleh masyarakat secara luas.
Oleh sebab itu penulis mengangkat judul “Perjuangan Politik KH.
Alawy Mohammad dan Pengaruhnya Terhadap Pesantren At-Taroqqi
Sampang Madura”.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Adapun beberapa temuan masalah-masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini diantaranya:
1. Rekam Jejak KH. Alawy Mohammad di Kancah Perpolitikan Indonesia
2. Optimalisasi Dualisme Peran KH. Alawy Mohammad didunia politik
sekaligus sebagai pengasuh Ponpes At-Taroqqi.
3. Perkembangan Ponpes At-Taroqqi Sampang
4. Managamen pengelolaan Ponpes At-Taroqqi Sampang
5. Model Kepemimpinan KH. Alawy Mohammad di Ponpes At-Taroqqi
Sampang
6. Pengaruh Politik KH. Alawy terhadap Perkembangan Ponpes At-Taroqqi
Sampang
Dari ragam temuan masalah diatas maka peneliti memberikan batasan
masalah yang akan diteliti agar penelitian ini tepat sasaran dan
pembahasannya tidak terlalu meluas, yakni tentang Biografi KH. Alawy
Mohammad, Perjuangan politik KH. Alawy Mohammad dan Pengaruh
Perjuangan Politik KH. Alawy Mohammad terhadap Ponpes At-Taroqqi
Sampang.
Pemilihan KH. Alawy Mohammad sebagai subyek penelitian di
karenakan KH. Alawy Mohammad merupakan salah satu figure/tokoh ulama
di daerah sampang madura yang memiliki citra positif dan memiliki sepak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

terjang di kancah perpolitikan di indonesia sekaligus sebagai pengasuh
pondok pesantren yang masih eksis sampai saat ini.
C. Rumusan Masalah
Peneliti dapat menetapkan fokus penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana Perjuangan Politik KH. Alawy Mohammad?
2. Bagaimana Pengaruh Perjuangan Politik KH. Alawy Mohammad terhadap
Ponpes At-Taroqqi Sampang?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk

mendeskripsikan

tentang

Perjuangan

Politik

KH.

Alawy

tentang

Perjuangan

Politik

KH.

Alawy

Mohammad.
2. Untuk

mendeskripsikan

Mohammad terhadap Ponpes At-Taroqqi Sampang.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dalam penelitian ini antara lain:
1. Secara Teoritis
a. Bagi dunia pendidikan pesantren
Sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan dalam dunia
pendidikan pesantren agar baik secara teoritis maupun praktis
sehingga

eksistensi

pesantren

dapat

berkembang

dalam

era

kontemporer.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

b. Bagi dunia politik
Sebagai input wawasan pengetahuan tentang politik sehingga
dapat mewujudkan pemerintahan yang ideal dan sesuai dengan ajaran
islam.
c. Bagi IAIN Sunan Ampel Surabaya
Sebagai bahan acuan referensi utama bagi mahasiswa yang
memilih prodi pendidikan islam. Sehingga dapat berkompeten di
bidangnya.
d. Bagi Perpustakaan
Merupakan input atau masukan yang sangat penting sebagai temuan
yang ilmiah yang kemudian dapat menambah koleksi perpustakaan yang
dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi bagi kalangan yang
membutuhkan.

2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan baik tentang
pendidikan pesantren maupun politik sehingga menambah pengalaman
dan bekal dalam pengabdian terhadap masyarakat sehingga ilmu yang
didapatkan dapat di implementasikan dalam kehidupan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

F. Kerangka Teoritik
Ada beberapa istilah-istilah pokok yang perlu didefinisikan agar tidak
rancu dalam penulisan proposal tesis ini adalah
Pertama, Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat
dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama

masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah

tertentu.8

Kedua, Pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran serta menyebarkan ilmu agama Islam, dimana kiai
sebagai tokoh sentralnya dan masjid sebagai tempat lembaganya. 9

Peran ulama dalam kancah politik juga terkait dengan keyakinan
bercorak magis yang masih mengental dalam kehidupan masyarakat bangsa
ini. Dalam logika magis, ulama menjadi terfigurkan karena faktor kharisma
tersebut yang berfungsi sebagai broker atau perantara atau juru runding dalam
setiap proses negoisasi manusia dengan tuhannya. Karena itu, tatkala
kekharismaan itu terlembaga dalam sebuah organisasi , mulailah terjadi proses
pematian tokoh kharismatik tersebut, yang oleh Weber disebut dengan

8

Surbakti Ramlan,(1999), Memahami ilmu politik (Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia, 1999)
hlm.7.
9

Mas’ud Abdurrahman, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi ( Yogyakarta: LkiS,
2004) hlm.10.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

Institusionalisasi atau rasionalisasi10 sebab tanpa kewibawaan (kharisma),
seorang kiai akan kesulitan dalam menciptakan pengaruh11

Didalam Teori kepemimpinan karismatik mengemukakan bahwa para
pengikut membuat atribusi (Penghubungan) dari kemampuan-kemampuan
heroik atau luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu.
Selain itu, dalam kepemimpinan karismatik ada teori penting yakni teori
house menjelaskan bahwa pemimpin karismatik mempunyai tingkat
kekuasaan rujukan yang tinggi , dan sebagian besar dari kekuasaan tersebut
berasal dari kebutuhan mereka untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin
karismatik mempunyai tingkat kepercayaan diri dan keyakinan yang tinggi
akan kebenaran moral dan keyakinannya itu, atau sekurang kurangnya
mempunyai kemampuan untuk meytakinkan para pengikutnya bahwa ia
memiliki kepercayaan diri dan keyakinan tersebut.12

G. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Perjuangan Politik KH. Alawy Mohammad dan
Pengaruhnya terhadap Pesantren At-Taroqqi Sampang

relatif jarang atau

belum di kaji dan di teliti, namun dalam pantauan dan pengetahuan penulis

10

Abdul Munir Mulkhan, Kiai Presiden, Islam dan TNI di Tahun-tahun Penentuan, (Yogyakarta: UII
Press, 2001, hlm. 197.
11
Abdul Rozaki, Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater Sebagai Rezim Kembar
di Madura, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004 ), hlm.87-88.
12
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007)
hal. 142.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

ada beberapa penelitian tentang Perjuangan Politik dan Pesantren yang
memiliki relevansi dan kesamaan dengan penelitian penulis salah satu
diantaranya sebagai berikut:
Imron Arifin dalam Kepemimpinan Kiai kasus: Pondok Pesantren
Tebuireng.13

Buku ini mengkaji biografi KH. Hasyim Asyari dan pola

kepemimpinan yang dipraktekkan dalam memimpin dan mengelola lembagalembaga pendidikan yang terdapat di lingkungan Pesantren Tebuireng,
Berkaitan dengan kepemimpinan dia menemukan bahwa telah terjadi
pergeseran pola dan gaya kepemimpinan kiai dari pola kharismatik tradisional
ke pola kharismatik rasional dari gaya kepemimpinan religio-paternaslistik ke
pola persuasif partisipatif dan berakhir pada kepemimpinan kiai Yusuf
Hasyim.
Ridlwan Nasir dalam Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal
Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Buku yang berasal dari
disertasi ini memiliki beberapa kriteria dan prasyarat tertentu yang mutlak
harus dimiliki seorang kiai agar benar-benar berperan sebagai panutan dan
figur teladan. 14 Selain bisa memberikan teladan yang baik seorang kiai juga
dituntut memiliki kemampuan dalam menguasai informasi pengetahuan,

13

Imron Arifin, Kepemimpinan Kiai kasus pondok pesantren Tebuireng ( Malang: Kalimasada
Pers,1993).
14
Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus
Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 304.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

profesional dan pesona pribadi akan menjadikan kiai sebagai pemimpin yang
dicintai dan dijadikan figur publik.
Zamarkasyi Dhofier, yang menulis buku Tradisi Pesantren.15 Buku ini
adalah hasil penelitian Dhofier yang dilakukan mulai 1977 sampai 1987
terhadap Pesantren Tebuireng dan Pesantren Tegalsari. Hasil penelitian
tersebut menyatakan sosok kiai secara umum memiliki tradisi tersendiri dalam
menjalankan roda kehidupan disamping dari segi pandangan hidup kiai itu
sendiri sosok kiai Hasyim Asyari menjadi pusat pembahasan.
Dari berbagai ragam penelitian di atas, bahwa penelitian-penelitian
tersebut sama-sama mengkaji tentang pola kepemimpinan kiai di dalam
pesantren, namun sebagian besar penelitian di atas lebih memfokuskan
kajiannya pada pola kepemimpinan kiai dari fase ke fase didalam sebuah
pesantren. Oleh sebab, itu penulis berusaha untuk memaparkan secara
komprehensif

bagaimana perjuangan politik dari seorang KH. Alaway

Mohammad sebagai tokoh agama/ulama Madura sekaligus politikus dari
partai politik Islam yakni PPP (Partai Persatuan Pembangunan) yang
kiprahnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan pesantren At-Taroqqi
Sampang Madura sehingga pesantren tersebut sangat familiar dan dikenal oleh

15

Zamarkasyi Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Kiai (Jakarta: LP3ES, 1982).
Buku ini merupakan terjemah dari disertasi doktornya yang berjudul The pesantren Tradition: a Study
of the Role of The Kiai in the Maintenance of the Traditional Ideology of Islam in Java (Canberra: The
Australia National University, 1980).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

masyarakat secara luas khususnya Madura. Untuk mengisi kelangkaan dan
kekosongan penelitian tersebut, maka penelitian di lakukan.
H. Sistematika Bahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini,
maka pembahasan dibagi menjadi lima bab. Uraian masing-masing bab
disusun sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan: berisi tentang tinjauan secara
global permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini serta dikemukakan
beberapa masalah meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah,
identifikasi dan batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, berisi tentang kajian pustaka yang terdiri dari: Konsep dasar
politik, Teori kepemimpinan, Hubungan Politik dan Pesantren.
Bab ketiga, Metodologi Penelitian
Bab keempat, bagian dari paparan data tentang pesantren At-Taroqqi meliputi:
a. Deskripsi umum Pesantren At-Taroqqi terdiri dari : Kondisi Geografis dan
Lokasi pesantren, Sejarah Ringkas Berdirinya Pesantren At-Taroqqi, Fase
Perkembangan Pendidikan Pesantren At-Taroqqi
b. Deskripsi Umum tentang Perjuangan Politik KH. Alawy Muhammad
meliputi: Sketsa Biografi KH. Alawy Muhammad, Karir Politik KH

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Alawy Muhammad, Sistem Politik KH. Alawy Muhammad, Peran dan
Perjuangan Politik KH. Alawy Mohammad.
c. Kajian serta pembahasan hasil penelitian tentang perjuangan politik KH.
Alawy Mohammad dan pengaruhnya terhadap pesantren At-Taroqqi
Sampang meliputi: Popularitas KH. Alawy Mohammad dan Pesantren AtTaroqqi, Peningkatan dan Kemajuan Pesantren At-Taroqqi
Bab kelima, merupakan kesimpulan dan saran dari uraian tentang perjuangan
politik KH. Alawy Mohammad dan pengaruhnya terhadap pesantren AtTaroqqi Sampang yang telah dikemukakan serta merupakan jawaban terhadap
pokok masalah atau yang menjadi sentral dalam pembahasan tesis ini.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian kami diatas maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan
1. Perjuangan politik KH. Alawy Mohammad dimulai dari Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) sejak tahun 1973. Sebelumnya ia aktif
di partai NU yang kemudian berfusi didalam PPP. Kiai Alawy
menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Partai (MPP).
Kesetiaan KH. Alawy pada PPP terbilang luar biasa, Tahun 1984, ia
rela melepaskan jabatan Rais Syuriah NU Cabang Sampang yang
didudukinya pada tahun 1979-1984, ketika organisasi ini menyatakan
bukan lagi unsur PPP dan melarang anggotanya merangkap jabatan.
Nama dan popularitas KH. Alawy Mohammad meletus ketika
peristiwa Waduk Nipah Sampang, pada saat itu banyak penduduk
tertembak oleh petugas keamanan hal ini bermula dari pembebasan
tanah penduduk untuk pembangunan waduk. KH. Alawy tampil gigih
membela penduduk. Dan sampai saat ini waduk itu terbengkalai karena
penduduk tetap tidak bersedia tanahnya dibebaskan.
2. Pengaruh perjuangan politik KH. Alawy Mohammad terhadap
Pesantren At-Taroqqi sangat besar diantaranya:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

a. Dengan Popularitas KH. Alawy Mohammad akhirnya berpengaruh
terhadap Popularitas Pesantren At-Taroqqi sehingga dikenal oleh
masyarakat di seluruh Indonesia. Sehingga banyak Santri dari luar
Madura berdatangan untuk menimba ilmu (mondok) di PP. AtTaroqqi Karongan Sampang Madura
b. Meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan
Pesantren dengan Sumber dana dari:
1) Sumber dana dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
2) Swadaya dari Santri (SPP)
3) Swadaya dari Keluarga KH. Alawy Mohammad dari sektor
pertanian dan perekonomian diantaranya Koperasi Pesantren
dan 3 buah SPBU.
c. Meningkatnya mutu pendidikan pesantren yakni:
1) Meningkatnya jumlah santri dari tahun ketahun bahkan
mencapai ribuan santri 1.403 orang santri putra dan 453 santri
putri.
2) Manageman Pendidikan Pesantren mulai tersusun dan
terstruktur
3) Sistem pendidikan pesantren yang awalnya salafiyah menjadi
modern dengan dibukanya pendidikan Kejar Paket A. B. C
setara tingkat SD, SMP,SMA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

B. SARAN-SARAN
1. PP. At-Taroqqi Karongan
a. Selalu melakukan inovasi supaya eksistensi pesantren selalu
berkembang sesuai zaman sehingga tetap diterima dan menjadi
pilihan terbaik masyarakat luas.
b. Meningkatkan

Mutu

pendidikan

dengan

meningkatkan

profesionalitas guru /ustad dan ustadah
c. Selalu Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik pesantren
dan Pengasuh PP. At-Taroqqi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mas’ud, Intelektual Pesantren Perhelatan Agama dan Tradisi,
Yogyakarta: LkiS, 2004
Ahmadi, Abu PsikologiSosial,, Surabaya:PT Bina Ilmu,1997.
Ansori, Ibnu, KH. A. Hasyim Asyari Muzadi Religiutas dan Cita-cita Good
Governance, Sidoarjo: Citramedia, 2004.
Anwar, Rosehan, Andi Bahruddin Malik, Peran dan Fungsi Ulama Pendidikan,
Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan
Agama, 2003
Arifin, Imron,, Kepemimpinan Kiai kasus pondok pesantren Tebuireng, Malang:
Kalimasada Pers,1993
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitia, Yogyakarta : rineka cipta,1998.
Bruinessen, Martin Van pengantar : Abdurrahman Wahid, Kitab Kuning
Pesantren dan tarekat, Bandung : Mizan, 1999
Buna’i, Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan, Pamekasan: STAIN Press,
2006.
Buna’i, Penelitian Kualitatif, Pamekasan: Perpustakaan STAIN Pamekasan Press,
2008.
Dhofier, Zamarkasyi, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Kiai, Jakarta:
LP3ES, 1982
Dhofier, Zamarkasyi, The pesantren Tradition: a Study of the Role of The Kiai in
the Maintenance of the Traditional Ideology of Islam in Java , Canberra :
The Australia National University, 1980
Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Departemen Agama Repulik Indonesia, Direktori Pesantren,
(tahun 2007 jilid 2
Fajar,, Malik Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Pajar Dunia, 1999.
Furchan, Arief, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya : Usaha
Nasional, 1992
1

GATRA, 19 April 1997

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach Jilid 2, Yogyakarta: Andi, 2001.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2010
Maszar, Darwies, Perilaku Politik Ulama dan Kiai dalam Sorotan, Surabaya:
Elkaf, 2008
Maliki, Zainuddin, Agama Rakyat Agama Penguasa: tentang Realita Agama dan
Demokrasi Yogyakarta: Galang press, 2000
Mimbar Ulama, Para Ulama adalah Pewaris Nabi, Jakarta: Suara Majlis ulama
Indonesia,1999.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta:Reka Serasin,
2000.
Mulkhan, Abdul Munir, Kiai Presiden, Islam dan TNI di Tahun-tahun
Penentuan,Yogyakarta: UII Press, 2001.
Nasir,,Ridlwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di
Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
.
Philipus, Ng. dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, Jakarta : Rajawali Pers, 2009
Ramlan, Surbakti, Memahami ilmu politik, Jakarta: Gramedia Widia sarana
Indonesia,
1999
Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007
Rozaki, Abdul, Menabur Kharisma Menuai Kuasa: Kiprah Kiai dan Blater
Sebagai Rezim Kembar di Madura, Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2004.
Santoso, Listiyono, Teologi Politik Gus-Dur , Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosda
Karya, 2005.
Surachkmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode Dan
Tekhnik, Bandung : Tarsito,1985

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

Syafiie, Inu Kencana, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung: Refika
Aditama. 2009
Sonhaji, Ahmad Bahan-Bahan Kuiah Metodologi Penelitian, Pasca Sarjana UIM
Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.
Soekanto, Aorjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:UI Press, 1986.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2009
Turmudi, Endang, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, Yogyakarta: LKIS, 2003.
Wajdi, Farid, Analisis Isi Pengantar Teori Dan Metodologi. Cet.2, Jakarta : Citra
Niaga Rajawali Pers
Sumber : merdeka.com http://liputanindonesia3.blogspot.com/2014/11/kh-alawiUlama-penentang-soeharto-tutup.html
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta:
Rajawali Pers, 2003.
KH. Fauroq Alawy, Wawancara, Sampang, 20 Agustus 2014.
Wakil Bupati Sampang Fadhilah Budiono, Wawancara, Sampang, 25 Agustus
2014
Tokoh Masyarakat KH. Djalaluddin , Wawancara, Sampang, 25 Agustus 2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id