Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB I

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada era globalisasi sekarang ini, mempunyai peranan yang amat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai megaskills yang mantap. Guru sebagai salah satu komponen dalam pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan tantangan baru paradigma pendidikan tersebut.

Guru yang tampil di abad pengetahuan adalah guru yang benar-benar profesional yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan ”guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan unsur keberhasilan pendidikan”(Bafadal, 2006). Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin, profesionalisme, kerjasama, belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa depan, kepastian karier, dan kesejahteraan lahir


(2)

2 batin. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian sebagai guru.

Ke depan tuntutan meningkatkan kualitas guru yang profesional menjadi sangat penting dan mendesak untuk diupayakan. Guru profesional bukan lagi merupakan sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kerativitas. ”Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama (1) dalam bidang profesi, (2) dalam bidang kemanusiaan, dan (3) dalam bidang kemasyarakatan” (Isjoni, 2006).

Sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan pembangunan pendidikan masakini, maka guru dituntut untuk terus menerus berupaya meningkatkan kompetensinya secara dinamis. Mantja (2002) menyatakan bahwa peningkatan kompetensi tersebut tidak hanya ditujukan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, namun yang lebih penting adalah kemampuan diri untuk terus menerus melakukan peningkatan kelayakan kompetensi. Sergiovanni (dalam Mantja, 2002) menegaskan bahwa teachers are axpected to put their knowledge to work to demonstrate they can do the job. Finally, professional are expected to engage in a life


(3)

3 long commitment to self improvement. Self improvement is the will-grow competency area.

Undang- undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Joni (dalam Mantja, 2008) menyebutkan bahwa ”guru harus bertanggung jawab secara profesional untuk terus menerus meningkatkan profesionalnya”.

Berdasarkan prinsip ini maka, agar guru mampu menyandang predikat sebagai seorang profesional Ia harus selalu mengembangkan diri agar profesionalismenya mampu menjawab permasalahan-permasalahan pendidikan yang setiap saat terus berubah karena tuntutan masyarakat dan perubahan global. Tilaar (2002) mengemukakan bahwa profesi guru bukanlah merupakan profesi yang sudah jadi. Guru perlu secara terus menerus mengubah diri


(4)

4 karena pengalaman mendidik bukan merupakan pengalaman rutin. Guru merupakan pelaku dalam tindakan pedagogik, karena pedagogik dalam kehidupan terus menerus berubah, profesionalisme guru akan terus berubah.

Tanggung jawab guru dalam menghadapi perubahan paradigma pendidikan adalah dengan melakukan pengembangan dalam proses pendidikan baik sebelum pelaksanaan (preservice) dan selama pelaksanaan (inservice) yang memberikan peluang dan tantangan bagi perkembangan profesionalnya. Saat ini telah muncul komitmen kuat dari Pemerintah Indonesia, terutama Dinas Pendidikan untuk merevitalisasi kinerja guru antara lain dengan memperketat persyaratan bagi siapa saja yang ingin meniti karir profesi di bidang keguruan. Dengan persyaratan minimum kualifikasi akademik sebagaimana diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005, diharapkan guru benar-benar memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran.

Pengembangan profesi guru sebagai agen pembelajaraan tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik menunjuk pada kemampuan mengelola


(5)

5 pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian menunjuk pada kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional menunjuk pada kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial menunjuk kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih diperjelas lagi bahwa sebagai tenaga profesional, guru bertugas merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan pelatihan.

Dari keempat kompetensi yang harus dimiliki guru, dua di antaranya dinilai masih menjadi problem serius dan krusial di kalangan guru, yakni kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Dari aspek kompetensi pedagogik, misalnya, guru dinilai belum mampu mengelola pembelajaran secara maksimal, baik dalam hal pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, maupun pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang


(6)

6 dimilikinya. Dari aspek kompetensi profesional, banyak guru yang dianggap masih gagap dalam menguasai materi ajar secara luas dan mendalam sehingga gagal menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. (Tuhusetya, 2008).

Ekosiswoyo (2010) dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Evaluasi Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang berjudul "Pengembangan Profesionalisme Guru sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan", bahwa profesionalisme guru mencakup lima hal, yaitu kepribadian yang baik, kesiapan bahan, perencanaan pengajaran, kelihaian mengajar, dan kemampuan menimbang permasalahan. Dari kelima aspek tersebut, kelemahan guru yang paling menonjol adalah ketidaksiapan bahan dan pola pengajaran. Masih banyak guru yang tidak menyeleksi bahan ajar yang akan digunakan. Sebagian besar guru hanya menyalin bahan ajar dari berbagai sumber. "Tidak ada kreativitas untuk membuat bahan ajar sendiri.”

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya, yaitu faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai


(7)

7 latihan yang dilakukan guru serta faktor internal yang meliputi minat dan bakat. (Sumargi 1996). Lebih lanjut Joni (1998) menyatakan bahwa lingkungan eksternal guru, khususnya sekolah dan Dinas Pendidikan setempat masih belum memberdayakan guru secara maksimal, tuntutan administratif lebih diutamakan ketimbang pembinaan profesionalisme guru. Teramat penting faktor internal guru, yakni kemauan untuk menjadi seorang professional yang masih kurang. kemalasan berinovasi, kemalasan mengembangkan diri melalui autodidact dan riset tindakan, serta rendahnya motivasi berprestasi semuanya itu menjadi sumber internal rendahnya profesionalisme guru. Oleh karena itu, perlu ada sistem pembinaan yang menjamin adanya dukungan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya sehari-hari sehingga mereka senantiasa dapat meningkatkan mutu KBM. Sistem pembinaan profesional yang dimaksud adalah tidak lain dari pada mekanisme bagaimana membantu guru meningkatkan mutu kemampuan profesionalnya terutama dalam mengajar dan membelajarkan peserta didik, atau dengan kata lain, dalam meningkatkan mutu proses/kegiatan belajar-mengajar (KBM) sehingga hasil mutu hasil belajar peserta didik pun meningkat. (Yasin, 1999)


(8)

8 Salah satu upaya yang ditempuh untuk mengembangkan tugas profesi guru adalah pembentukan gugus sekolah. Berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No 0487 Tahun 1982 tentang Sekolah Dasar, dan Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 079/C/Kep./I/1993, tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru, bahwa strategi pembinaan dan peningkatan profesional guru sekolah dasar adalah melalui pembentukan gugus sekolah, di antaranya melalui kelompok kerja guru (KKG). Demikian juga Supriyadi (2007) menyatakan bahwa Indonesia sesungguhnya telah ada wahana yang digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG, dan KKG. Suparlan (2006) menyatakan bahwa KKG merupakan wadah pembinaan guru SD yang Profesional dan tergabung dalam gugus sekolah. Dengan demikian pada prinsipnya gugus sekolah adalah wadah sekelompok guru bidang tertentu dari wilayah tertentu, misalnya tingkat kabupaten/kota sebagai tempat membicarakan dan mencari solusi dari masalah yang dihadapi bersama. KKG sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus, pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata pelajaran. Misalnya guru-guru


(9)

9 Pendidikan Agama Buddha (PAB) membentuk kelompok guru PAB. Selanjutnya anggota kelompok tadi diharapkan mampu melakukan pembinaan profesional di sekolah masing-masing.

Mengacu pada Standar Pengembangan KKG yang dikeluarkan oleh Direktorat Profesi Pendidik Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen PMPTK 2008) bahwa tujuan dari KKG adalah:

(1) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar; (2) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi peserta kelompok kerja atau musyawarah kerja; (4) Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah; (5) Mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja (meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja) dan mengembangkan profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalisme di tingkat KKG; (6) Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik; (7) Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di tingkat KKG. (Ditjen PMPTK, 2008)

Dalam pelaksanaannya, KKG Pendidikan Agama Buddha Kabupaten Semarang (KKG PAB) berdasarkan


(10)

10 data pra penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 13 dan 27 Maret 2011, secara realitas pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Buddha (KKG PAB) di Kabupaten Semarang seperti yang diinformasikan oleh Ibu Jiyem yang merupakan guru agama Buddha di SD Negeri Kenteng 02 Kecamatan Susukan, kabupaten Semarang, bahwa pembentukan organisasi KKG PAB ini sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme para guru Agama Buddha dalam memberikan pembelajaran di hadapan para siswa. Di samping itu juga karena peranan guru agama di masyarakat yang dianggap sebagai tokoh agama, menurutnya bahwa guru agama Buddha di Kabupaten Semarang secara akademik sebagian besar sudah lulus sarjana. Menurut perkiraan Ibu Jiyem dari 18 guru agama Buddha di Kabupaten Semarang yang berstatus PNS hanya kurang lebih tiga sampai empat orang saja yang belum lulus sarjana. Dalam kaitannya dengan pengelolaan pembelajaran menurut Ibu Jiyem, kebanyakan dari mereka bingung mencari informasi dari guru-guru yang lain mengenai kelengkapan administrasi pembelajaran apabila ada pemeriksaan administrasi oleh kepala sekolah maupun dari pengawas.


(11)

11 Keefektifan KKG Pendidikan Agama Buddha di Kabupaten Semarang disampaikan oleh Ibu Sutinem yang merupakan guru agama Buddha di SD Negeri Kenteng 01, Kecamatan Susukan bahwa, “fungsi KKG rasanya tidak efektif, yang hadir cuma 5%”. Motivasi kehadiran hanya kalau ada atasan yang hadir, misalnya apabila pertemuan itu mengagendakan pembinaan dengan menghadirkan Pembimas, baru anggota KKG menyempatkan hadir.

Pengelolaan KKG pendidikan agama Buddha dalam meningkatkan profesionalisme guru agama Buddha juga disampaikan Ibu Maryati yang mengajar pendidikan agama Buddha di SD Negeri Getasan 03, Kecamatan Getasan. “KKG sebenarnya bisa dijadikan sebagai wadah untuk meningkatkan profesionalisme guru Agama Buddha, bila ditangani secara serius, setiap pertemuan agendanya hanya apel, reuni, makan-makan saja!”. Penyusunan program kegiatan KKG PAB seperti yang disampaikan Ibu Jiyem bahwa, “yang membuat program hanya orang-orang tertentu saja, yang lainnya tinggal meng-copy”.

Data assessment Program Kerja KKG tahun 2009/2010 KKG Pendidikan Agama Buddha Kabupaten Semarang tercermin dari sebagai berikut:


(12)

12

Tabel I.1

EVALUASI PROGRAM KERJA KKG PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

KABUPATEN SEMARANG

NO PROGRAM KERJA BULAN TERLAKSANA

I JANGKA PENDEK 1. Menyusun ADM

Kesiswaan

Juli 2009 100%

2. Menyusun ADM Guru Juli 50%

a. KTSP Juli s.d

Sept 2009 100%

b. KKM Juli s.d

Sept 2009 100%

c. RPP Juli s.d

Sept 2009 100%

d. Silabus Okt

s.d Des 2009

100%

II JANGKA MENENGAH

3. Pekan Penghayatan Dhamma

Perencanaan dilaksanakan secara bersama setiap kecamatan hanya

dilaksanakan oleh satuan pendidikan pada saat bulan puasa selama 2 hari dan hanya kecamatan Getasan yang telah melaksanakan sekali

Okt 2009 25%

4. Menyusun LKS

Membentuk team penyusun terkendala, koordinasi anggota team yang sebagian besar mengikuti program strata I menghadapi

penyusunan skripsi sehingga hasil penyusunan anggota yang telah berhasil belum bisa digandakan

Pebruari s.d April

0%

5. Penyusunan soal PAB April s.d Juli 2010


(13)

13

Terkendala sumber bahan dan buku penunjang sebagai referensi sehingga team penyusun yang dibentuk belum dapat menyusun alat peraga

s.d Desember

2010

III JANGKA PANJANG 1. Lomba Mapel

2. Lomba dhammapada 3. Lomba vihara githa 4. Lomba LCC

Tidak terlaksana kurang terkoordinasi sehingga pengiriman peserta sippa Dhamma sampajja ke jakarta hanya penunjukkan oleh penyuluh agama Buddha dengan pertimbangan subjektif, tidak melalui seleksi dengan alasan waktu untuk seleksi terlalu singkat dan menganggap satuan pendidikan tidak siap.

Agustus 2010 s.d Desember

2010

0%

Rata-rata 52.3 %

Sumber: Dokumen KKG PAB Kabupaten Semarang

Hasil assessment internal program kerja KKG pendidikan agama Buddha kabupaten Semarang menunjukkan bahwa rata-rata keterlaksanaan program yang ditentukan KKG PAB baru mencapai 52,3 %. Mengacu pada indicator keseuaian standar pengembangan KKG yang menjelaskan bahwa pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang dikategorikan Sesuai (S) skor 51 – 75% apabila pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang sesuai dengan indikator Standar Pengembangan KKG. Dengan demikian pengembangan program KKG PAB Kabupaten


(14)

14 Semarang dikategorikan sesuai tetapi dengan skor minimal.

Kondisi seperti ini menuntut penganalisaan masalah pengelolaan KKG Pendidikan Agama Buddha di Kabupaten Semarang untuk menentukan model pengembangan KKG Pendidikan Agama Buddha di Kabupaten Semarang berdasarkan pada pendekatan-pendekatan tertentu. Pendekatan-pendekatan-pendekatan yang akan diambil tentunya harus mengacu pada Standar Operasional Penyelenggaraan KKG yang meliputi standar operasional organisasi, penyusunan program, SDM, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penjaminan mutu.

Berikut ini adalah gambaran hasil pengukuran tentang kesesuaian pengembangan Kelompok Kerja Pendidikan Agama Buddha Kabupaten Semarang dengan Standar pengembangan KKG:

Tabel I.2

Keseuaian Pengembangan KKG Pendidikan Agama Buddha Kabupaten Semarang

No Standar KKG Indikator Kesesuaian

TS KS S SS

1 Program 1,6% 5,8% 48,6% 44%

2 Organisasi 0,7% 3,5% 37,9% 57,9%

3 Pengelolaan 2,8% 15% 45,5% 36,7%

4 Sarana dan Prasarana

0% 20% 56,6% 23,4 %

5 Sumber Daya Manusia

0% 7.5% 52.5% 40%


(15)

15

7 Penjaminan Mutu 1.2% 11,1 63,5% 24,2% Sumber: Diolah dari pengisian instrument Keseuaian

Pengembangan KKG PAB dengan Standar Pengembangan KKG

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa terdapat beberapa ketidaksesuaian pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang apabila dibandingkan dengan standar pengembangan KKG. Hasil Pengukuran diperoleh peneliti berdasarkan instrument pengisian kesesuaian pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang dengan Standar Pengembangan KKG yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Instrumen ini kemudian diisi oleh guru-guru pendidikan agama Budddha diseluruh Kabupaten Semarang yang menjadi anggota KKG PAB.

Dari hasil pengamatan, survey lapangan dan Focus Group Discussion (FGD) dengan seluruh anggota KKG PAB Kabupaten Semarang, model pengembangan KKG PAB Kab. Semarang dapat digambarkan sebagai berikut:


(16)

16

Gambar 1.1

Model Organisasi KKG PAB Kab. Semarang

Penjelasan Gambar:

1. Pengembangan KKG PAB mengalami perubahan akibat adanya faktor eksternal, yaitu perubahan paradigma pendidikan dari model sistem industri "Teacher centered/Tradisional" yang berpusat pada guru untuk mendidik anak-anak, ke sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, sistem pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah, dan sistem pembelajaran yang berbasis pada pemahaman.

2. Faktor internal pengembangan profesional lebih diarahkan pada motivasi pribadi guru sebagai agen perubahan (agent of change).

3. Faktor Eksternal dan Faktor Internal inilah yang menuntut adannya pengembangan KKG PAB melalui strategi pengembangan baru sebagai jaminan layanan terhadap anggotanya yaitu peningkatan kompetensi dan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Buddha dengan sumber daya yang dimiliki (Ijin Operasional, Program,

Eksternal Exchange Perubahan Paradigma Pendidikan Internal Exchange Guru Pendidikan Agama Buddha Pengembangan KKG PAB Kab.

Semarang

Ijin Operasional

Program

Kepengurusan

Sarana dan Prasarana

Nara Sumber Pembiayaan Lap.Pertanggung Jawaban OUTPUT Peningkatan Kompetensi dan Profesionalis me Guru


(17)

17 Kepengurusan, Sarana dan Prasarana, Nara

Sumber, Pembiayaan, dan Laporan

Pertanggungjawaban).

4. Sebagai Output setelah guru mengikuti kegiatan di dalam organisasi KKG PAB terjadi adanya peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru pendidikan agama Buddha.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana model pengembangan kelompok kerja guru pendidikan agama Buddha dalam meningkatkan profesionalisme guru-guru agama Buddha di Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menyusun pengembangan model KKG pendidikan Agama Buddha dalam meningkatkan profesionalisme guru agama Buddha di Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Praktis

Membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada KKG Kabupaten Semarang dalam upaya meningkatkan profesionalitas


(18)

guru-18 guru pendidikan agama Buddha di Kabupaten Semarang.

2. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan profesionalitas guru.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam lima bab, dengan urutan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, dan sistematika penulisan; Bab II Dasar Teori, berisi pengertian KKG, upaya

pengembangan KKG, tujuan KKG, kegiatan pengembangan profesi melalui KKG PAB, kajian yang relevan;

Bab III Metode penelitian meliputi: jenis penelitian, prosedur penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data; Bab IV Hasil penelitian, berisi profil KKG PAB Kab.

Semarang, Program kerja KKG PAB Kab. Semarang, analisis SWOT, pengembangan model KKG PAB;


(1)

13

Terkendala sumber bahan dan buku penunjang sebagai referensi sehingga team penyusun yang dibentuk belum dapat menyusun alat peraga

s.d Desember

2010

III JANGKA PANJANG 1. Lomba Mapel

2. Lomba dhammapada 3. Lomba vihara githa 4. Lomba LCC

Tidak terlaksana kurang terkoordinasi sehingga pengiriman peserta sippa Dhamma sampajja ke jakarta hanya penunjukkan oleh penyuluh agama Buddha dengan pertimbangan subjektif, tidak melalui seleksi dengan alasan waktu untuk seleksi terlalu singkat dan menganggap satuan pendidikan tidak siap.

Agustus 2010 s.d Desember

2010

0%

Rata-rata 52.3 %

Sumber: Dokumen KKG PAB Kabupaten Semarang

Hasil assessment internal program kerja KKG pendidikan agama Buddha kabupaten Semarang menunjukkan bahwa rata-rata keterlaksanaan program yang ditentukan KKG PAB baru mencapai 52,3 %. Mengacu pada indicator keseuaian standar pengembangan KKG yang menjelaskan bahwa pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang dikategorikan Sesuai (S) skor 51 – 75% apabila pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang sesuai dengan indikator Standar Pengembangan KKG. Dengan demikian pengembangan program KKG PAB Kabupaten


(2)

14

Semarang dikategorikan sesuai tetapi dengan skor minimal.

Kondisi seperti ini menuntut penganalisaan masalah pengelolaan KKG Pendidikan Agama Buddha di Kabupaten Semarang untuk menentukan model pengembangan KKG Pendidikan Agama Buddha di Kabupaten Semarang berdasarkan pada pendekatan-pendekatan tertentu. Pendekatan-pendekatan-pendekatan yang akan diambil tentunya harus mengacu pada Standar Operasional Penyelenggaraan KKG yang meliputi standar operasional organisasi, penyusunan program, SDM, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penjaminan mutu.

Berikut ini adalah gambaran hasil pengukuran tentang kesesuaian pengembangan Kelompok Kerja Pendidikan Agama Buddha Kabupaten Semarang dengan Standar pengembangan KKG:

Tabel I.2

Keseuaian Pengembangan KKG Pendidikan Agama Buddha Kabupaten Semarang

No Standar KKG Indikator Kesesuaian

TS KS S SS

1 Program 1,6% 5,8% 48,6% 44%

2 Organisasi 0,7% 3,5% 37,9% 57,9% 3 Pengelolaan 2,8% 15% 45,5% 36,7% 4 Sarana dan

Prasarana

0% 20% 56,6% 23,4 % 5 Sumber Daya

Manusia

0% 7.5% 52.5% 40% 6 Pembiayaan 1,2% 3,2% 47,4% 48,2%


(3)

15

7 Penjaminan Mutu 1.2% 11,1 63,5% 24,2% Sumber: Diolah dari pengisian instrument Keseuaian

Pengembangan KKG PAB dengan Standar Pengembangan KKG

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa terdapat beberapa ketidaksesuaian pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang apabila dibandingkan dengan standar pengembangan KKG. Hasil Pengukuran diperoleh peneliti berdasarkan instrument pengisian kesesuaian pengembangan KKG PAB Kabupaten Semarang dengan Standar Pengembangan KKG yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Instrumen ini kemudian diisi oleh guru-guru pendidikan agama Budddha diseluruh Kabupaten Semarang yang menjadi anggota KKG PAB.

Dari hasil pengamatan, survey lapangan dan Focus Group Discussion (FGD) dengan seluruh anggota KKG PAB Kabupaten Semarang, model pengembangan KKG PAB Kab. Semarang dapat digambarkan sebagai berikut:


(4)

16

Gambar 1.1

Model Organisasi KKG PAB Kab. Semarang Penjelasan Gambar:

1. Pengembangan KKG PAB mengalami perubahan akibat adanya faktor eksternal, yaitu perubahan paradigma pendidikan dari model sistem industri "Teacher centered/Tradisional" yang berpusat pada guru untuk mendidik anak-anak, ke sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa, sistem pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah, dan sistem pembelajaran yang berbasis pada pemahaman.

2. Faktor internal pengembangan profesional lebih diarahkan pada motivasi pribadi guru sebagai agen perubahan (agent of change).

3. Faktor Eksternal dan Faktor Internal inilah yang menuntut adannya pengembangan KKG PAB melalui strategi pengembangan baru sebagai jaminan layanan terhadap anggotanya yaitu peningkatan kompetensi dan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Buddha dengan sumber daya yang dimiliki (Ijin Operasional, Program,

Eksternal Exchange Perubahan Paradigma Pendidikan

Internal Exchange Guru Pendidikan

Agama Buddha Pengembangan KKG PAB Kab.

Semarang

Ijin Operasional Program

Kepengurusan Sarana dan Prasarana

Nara Sumber Pembiayaan Lap.Pertanggung Jawaban

OUTPUT

Peningkatan Kompetensi

dan Profesionalis


(5)

17

Kepengurusan, Sarana dan Prasarana, Nara

Sumber, Pembiayaan, dan Laporan

Pertanggungjawaban).

4. Sebagai Output setelah guru mengikuti kegiatan di dalam organisasi KKG PAB terjadi adanya peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru pendidikan agama Buddha.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana model pengembangan kelompok kerja guru pendidikan agama Buddha dalam meningkatkan profesionalisme guru-guru agama Buddha di Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menyusun pengembangan model KKG pendidikan Agama Buddha dalam meningkatkan profesionalisme guru agama Buddha di Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Praktis

Membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada KKG Kabupaten Semarang dalam upaya meningkatkan profesionalitas


(6)

guru-18

guru pendidikan agama Buddha di Kabupaten Semarang.

2. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis kegunaan hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan profesionalitas guru.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam lima bab, dengan urutan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, dan sistematika penulisan; Bab II Dasar Teori, berisi pengertian KKG, upaya

pengembangan KKG, tujuan KKG, kegiatan pengembangan profesi melalui KKG PAB, kajian yang relevan;

Bab III Metode penelitian meliputi: jenis penelitian, prosedur penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data; Bab IV Hasil penelitian, berisi profil KKG PAB Kab.

Semarang, Program kerja KKG PAB Kab. Semarang, analisis SWOT, pengembangan model KKG PAB;


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB II

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB IV

0 0 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB II

0 0 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB IV

0 0 51

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB V

0 0 2

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB I

0 0 10

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB I

0 0 9