Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB II

(1)

19

BAB

II

DASAR TEORI

A. PENGERTIAN KELOMPOK KERJA GURU

(KKG)

Abad 21 adalah abad pengetahuan yang akan berdampak pada perubahan paradigma pendidikan dan aspek-aspek kehidupan manusia (Trilling & Hood 1999). Trilling & Hood menyatakan sebagai berikut:

Abad pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Abad pengetahuan merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, perubahan peran orang tua/guru/dosen, serta perubahan pola hubungan antar mereka. Perhatian utama pendidikan di abad 21 adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Hal yang menjadi pertimbangan adalah perubahann arah dan sudut pandang yang lebih luas mengenai peran utama pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan. (Trilling & Hood, 1999: 5 -18)

Reformasi Sekolah adalah sebuah jawaban terhadap kebutuhan yang dirasakan untuk merubah sistem pendidikan dari model sistem industri yang


(2)

20 "teacher centered"/berpusat pada guru dalam mendidik anak-anak, ke sistem pembelajaran yang berpusat kepada siswa/student centered, sistem pembelajan yang berbasis pada pemecahan masalah, dan sistem pembelajaran yang berbasis pada pemahaman. (Fullan & Hargreaves, 1991). Johnson (1998) menyatakan bahwa reformasi sekolah juga didasarkan pada kebutuhan untuk merubah profesi guru dari isolasi "peti telur" ke suasana yang lebih kolaboratif dan berbagi, salah satu yang akan mendukung dan mendorong guru dalam menghadapi tuntutan adalah dengan meningkatkan profesi mereka (Johnson, 1998 ). Adanya perubahan paradigma pendidikan di sekolah dan pembelajaran memerlukan perubahan peran guru dalam pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru. Metode untuk mencapai perubahan otonomi pendidikan dan peningkatan profesionalisme guru ini adalah melalui pengembangan profesional. (Fullan & Hargeaves, 1991).

Relevansi antara perubahan paradigma

pendidikan menuntut adanya perubahan dan

peningkatan profesionalisme guru dinyatakan oleh Fullan 1995 (dalam Amalia 2011) yang menyatakan

bahwa tuntutan pengembangan profesional


(3)

21 dan kompleks. Fullan 1995 (dalam Amalia 2011) mendifinisikan pengembangan profesional adalah "total akumulasi pembelajaran yang diperoleh dan dialami guru dalam lingkungan belajar yang menarik baik formal maupun informal dalam kondisi perubahan yang kompleks dan dinamik" (Fullan, 1995).

Hari (1999) lebih menekankan bahwa

pengembangan profesional lebih diarahkan pada pribadi guru sebagai agen perubahan. Hari (1999) mendefinisikan istilah pengembangan profesional ini sebagai berikut:

"Proses dimana, guru mereview, memperbaharui dan memperluas komitmen moral mereka sebagai agen perubahan baik secara individu maupun dengan orang lain untuk tujuan mengajar, dimana mereka memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kritis, keterampilan, perencanaan dan berlatih dengan anak-anak, orang muda dan rekan melalui setiap fase kehidupan mengajar mereka”

Definisi Hari (1999), menyiratkan bahwa

pengembangan kompetensi dan peningkatan

profesional guru menjadi sangat penting tidak hanya untuk menunjang proses kegiatan belajar mengajar tetapi juga untuk guru itu sendiri sebagai agen perubahan. Guru perlu untuk memperkuat basis pengetahuan untuk mencapai tugas dan tanggung jawab mereka terhadap pendidikan, terutama dalam


(4)

22 memenuhi tuntutan dan kebutuhan pendidikan di abad pengetahuan.

Baedhowi (2010) lebih menekankan pada

pentingnya lembaga sekolah dan tugas guru dalam menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih berkualitas pada abad pengetahuan. Baedhowi (2010) menyatakan sebagai berikut:

Institusi pendidikan formal mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia berkualitas di masa depan. Di lingkungan pendidikan persekolahan (education as schooling) ini, guru profesional memegang kunci utama bagi peningkatan mutu SDM masa depan itu. Guru merupakan tenaga profesional yang melakukan tugas pokok dan fungsi meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik sebagai aset manusia Indonesia masa depan.

Untuk mencapai pendidikan di era global,

UNESCO menetapkan dasar-dasar yang harus

dijadikan pijakan bagi semua bangsa. Dalam uraian yang bertajuk Learning Treasure Within (1996) UNESCO menetapkan The Four Pillars (empat pilar pendidikan) sebagai landasan pendidikan di era global sebagai berikut:

1) learning to know, yaitu pembelajaran tidak hanya sekedar mempelajari materi pembelajaran tetapi yang lebih penting adalah mengenal cara memahami dan mengkomunikasikannya. 2) learning to do, pembelajaran dengan menumbuhkan semangat kreatifitas, produktivitas, ketangguhan, menguasai kompetensi secara profesional, dan siap menghadapi situasi yang senantiasa berubah. 3)


(5)

23 pengembangan potensi diri yang meliputi kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, keadaran estetik, disiplin, dan tanggung jawab. 4) learning to live together, pembelajaran yang bertujuan pada pemahaman hidup selaras, dan seimbang dengan mengormati nilai spiritual dan kebhinekaan.

Beberapa kebijakan yang digariskan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan mutu guru khususnya, antara lain adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yng mengarahkan pada peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Hal ini mengingatkan guru yang harus dimiliki karakteristik tertentu, yang dapat

mengarahkan peserta didik pada empat pilar

pendidikan. Dalam kaitan ini karakter guru yang diperlukan adalah: 1) memahami profesi guru sebagai panggilan hidup sejati (genuineness). 2) selama proses pembelajaran mengupayakan positive reward, sehingga siswa mampu melakukan self-reward. 3) sikap guru tidak hanya simpatik , tetapi juga haru berempatik. 4) menyadari bahwa sebagai guru di era global hendaknya memiliki “ability to be a learner (long life learning)” dan bukan hanya berprofesi yang ambivalen (Widayati, 2002).

Pengembangan profesionalitas dan kompetensi guru dapat dilakukan melalui kegiatan pre-service and


(6)

24 in-service training secara bersama-sama dalam satu wadah/organisasi profesi. Dengan kata lain bahwa wadah atau organisasi ini dapat dimanfaatkan oleh masing-masing anggotanya dalam mencapai tujuan pengembangan profesionalitas guru secara bersama. Rogoff (1994) dalam Coburn dan Stein (2004) menyatakan bahwa:

In contrast to conventional views of learning as an individual of pschychological process, social-cultural theorists argue that learning as individual participate, in the social and cultural activities of their communities

Menurut Rogoff (1994), bahwa pembelajaran bagi seorang guru dapat dilaksanakan dalam komunitas

kelompok atau organisasi dengan memberikan

kesempatan kepada setiap guru untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok atau organisasi tersebut. Dengan adanya partisipasi dan aktivitas guru dalam kelompok tersebut diharapkan profesionalitas dan kompetensi guru dapat berkembang.

Pengembangan profesional juga dapat dilakukan melalui kerjasama pengembangan dalam kelompok seperti yang disampaikan Glatorn (1987) dalam Aberg (2006), An encouraging development in instructional development is the wide spread interest in peer-centered options such as cooperative development. (Glathorn,


(7)

25 1987). Lebih lanjut Glathorn (1987) dalam Aberg (2006)

menjelaskan yang dimaksud dengan cooperative

professional development “A process by which small team of theacher work together, using a variety of method and structures, for their own professional growth. (Glatthorn, 1987)

Berkenaan dengan dampak yang diharapkan

dengan adanya peningkatan kompetensi dan

profesionalitas guru, Stevenson dan Stingler (1992) dalam Danim (2000) menyatakan sebagai berikut:

Professional have longer and more specialized training greater freedom to organize their time, greater personal responsibility for directing their own work, and respect that come from uniqueness and quality of their contribution

Berdasarkan pendapat Stevenson dan Stingler

seperti tersebut di atas, dapat diambil suatu

pemahaman bahwa pengembangan profesionalitas guru akan berkontibusi terhadap kualitas dan tanggung

jawab guru dalam menunjang keberhasilan

peningkatan mutu pendidikan. Hal ini sangat

dimungkinkan apabila seorang guru tersebut dapat mengikuti dan terlibat dalam kegiatan organisasi profesi seperti KKG.

Pemerintah telah melakukan langkah-langkah strategis dalam kerangka peningkatan kualifikasi,


(8)

26 kompetensi, dan profesionalisme bagi guru.

Langkah-langkah strategis yang diambil adalah melalui

Peningkatan Kualifikasi Akademik (PKA) Guru Berbasis Kelompok Kerja Guru (KKG). (Baedhowi, 2010). Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 079/C/K/I/93 menjelaskan bahwa

KKG sebagai salah satu sistem pembinaan

profesionalisme guru merupakan wadah pengembangan sistem pembinaan profesional guru (SPP-Guru) yang

dibentuk oleh pemerintah terutama untuk

meningkatkan kemampuan profesional dalam

melaksanakan dan mengelola pembelajaran di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah di tingkat gugus atau kecamatan yang terdiri dari beberapa guru dari beberapa sekolah. Sistem pembinaan profesional guru (SPP-Guru) ini menekankan bantuan pelayanan profesi berdasarkan kebutuhan guru dilapangan dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan.(Dikdasmen, 1993)

Pengertian Kelompok Kerja Guru (KKG) menurut Direktorat Profesi Pendidik (2010) adalah

wadah kegiatan profesional bagi guru SD/MI/SDLB di tingkat kecamatan yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah. (Direktorat Profesi Pendidik, 2010)


(9)

27

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Kalimantan Timur (LPMP) memberikan beberapa definisi tentang Kelompok Kerja Guru yaitu:

a. KKG adalah Suatu forum atau wadah profesional guru (kelas/mata pelajaran) yang berada pada suatu wilayah Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ sanggar/ gugus sekolah, yang prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh dan untuk guru dari semua sekolah.

b. KKG adalah Suatu organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan lembaga lain.

Pengertian lain yang menyangkut fungsi

organisasi bahwa KKG merupakan lembaga/organisasi

dimana sistem pembinaan profesional guru

dilaksanakan dikelola dengan baik dan dikembangkan terus pertumbuhannya sehingga berfungsi secara efektif. KKG sebagai sebuah organisasi yang lebih menekankan pada pendekatan tujuan bahwa KKG berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dengan siswa, metode mengajar dan lain-lain yang berfokus pada kegiatan belajar mengajar (KBM) yang aktif. Dilihat dari segi manfaatnya, KKG adalah wadah pembinaan profesional yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan berbagai demonstrasi, atraksi dan simulasi dalam pembelajaran (Julia, 1998). Sedangkan menurut (Wahyudin, 1995) KKG merupakan wadah profesional guru yang aktif, kompak dan akrab. Di


(10)

28 dalam wadah ini para guru dapat membahas permasalahan dari mereka dan untuk mereka. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa Kelompok Kerja Guru adalah sebuah forum/ organisasi atau perkumpulan

guru-guru sekolah dasar yang mempunyai kegiatan

pembinaan dan pengembangan serta pemberian

informasi–informasi di bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesionalitas pribadi guru dalam proses belajar mengajar guna menyesuaikan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

B. UPAYA PENGEMBANGAN KKG

KKG sebagai wadah pembinaan dan

pengembangan kompetennsi dan profesionalitas guru diharapkan bahwa upaya pengembangan KKG dapat mendukung secara optimal peningkatan kemampuan profesionalitas guru. Menurut Katz (1972) dalam Stroot

dkk (2008) dalam Developmental Stage of Teacher

mengidentifikasikan empat tahapan pengembangan guru. Empat tahapan dalam pengembangan tersebut meliputi survival, consolidation, renewal, dan maturity.


(11)

29 Pada tahap survival guru masih membutuhkan

bimbingan secara khusus tentang pengetahuan,

konsep, dan ketrampilan mengajar. Guru pada tahap consolidation sudah bisa berkonsultasi dan bertukar pikiran dengan rekan-rekan guru lain, serta bisa berperan sebagai fasilitator dalam bidang keahlian

yang sama. Dalam tahap renewal guru sudah memiliki

kemampuan mengajar dan berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan kualitas pembelajaran mereka dengan menambah dan mencoba metode-metode pembelajaran yang baru kepada siswa. Pada tahap maturity (kematangan) guru lebih menekankan pada penggalian ide-ide baru mengenai peran dan

filosofi, serta dampak pembelajaran terhadap

perubahan sekolah maupun masyarakat demi

memperdalam dan memantapkan kembali kompetensi dan keyakinannya sebagai guru.

Keempat tahap pengembangan guru tersebut hendaknya dapat dijadikan dasar pengembangan KKG, sehingga tujuan KKG sebagai wadah pembinaan dan

pengembangan guru dapat menjamin adanya

peningkatan mutu kompetensi dan profesionalitas anggotanya.

Landasan hukum tentang tujuan dan misi utama kehadiran Kelompok Kerja Guru sebagaimana amanat


(12)

30 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 079/C/K/I/93 tentang pedoman pelaksanaan sistem pembinaan profesional guru melalui pembentukan gugus sekolah di sekolah dasar. Pertama, gugus sekolah dasar dapat dimanfaatkan sebagai prasarana pembinaan kemampuan profesional tenaga kependidikan, sehingga mereka menjadi betul-betul mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pendidik. Kedua, gugus sekolah dapat dimanfaatkan sebagai wahana penyebaran informasi dan inovasi dalam bidang pendidikan bagi tenaga kependidikan, sehingga mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Ketiga, gugus sekolah dasar dapat difungsikan sebagai wahana menumbuhkan semangat kerjasama dan kompetisi

dikalangan anggota gugus sekolah dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Keempat, gugus sekolah dasar dapat difungsikan sebagai wadah penyemaian jiwa persatuan dan kesatuan serta

menumbuhkan rasa percaya diri guru dalam

menyelesaikan tugas. Kelima, gugus sekolah dasar dijadikan wadah koordinasi peningkatan partisipasi masyarakat.

Berdasarkan teori Katz dan landasan hukum KKG di atas, maka dapat dipahami bahwa misi dan


(13)

31 tujuan KKG adalah untuk melaksanakan pembinaan profesionalisme guru secara berkelanjutan. Untuk itu,

upaya pengembangannya KKG sebagai wadah

pembinaan profesional guru diarahkan pada

peningkatan kompetensi profesional guru. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi profesional menunjuk pada

kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.

Kompetensi profesional bagi seorang pendidik adalah

kemampuan untuk melaksanakan pendidikan,

pengajaran dan pelatihan yang efektif dan efisien, serta mampu memotivasi siswa untuk mengoptimalkan

potensinya dalam kerangka pencapaian standar

pendidikan yang ditetapkan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi:


(14)

32 (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu;

(2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu

secara kreatif;

(4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif;

(5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Usman (2004) dalam Sagala (2009) menjelaskan bahwa kompetensi profesional meliputi (1) penguasaan terhadap landasan kependidikan dalam kompetensi ini termasuk (a) memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui fungsi sekolah di masyarakat, (c) mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2) menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami

dengan baik materi pelajaran yang diajarkan.

Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan pengayaan; (3) kemampuan

menyusun program pengajaran, mencakup

kemampuan menetapkan kompetensi belajar,

mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran; (4) kemampuan menyusun

perangkat penilaian hasil belajar dan proses

pembelajaran. (Usman, 2004)

KKG sebagai wadah pembinaan profesional bagi para guru menjadi sangat penting karena guru merupakan salah satu komponen pendidikan di


(15)

33 sekolah yang memiliki peran penting dan strategis. Guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era global. Tugas guru adalah memberdayakan dan membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan.

C. TUJUAN KKG

Tujuan KKG yang dikeluarkan oleh Direktorat Profesi Pendidik Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen PMPTK 2008) diantaranya:

(1) Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, khususnya penguasaan substansi materi pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, memaksimalkan pemakaian sarana/prasarana belajar, memanfaatkan sumber belajar;

(2) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; (3) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta

mengadopsi pendekatan pembaharuan dalam pembelajaran yang lebih profesional bagi peserta kelompok kerja atau musyawarah kerja;


(16)

34 (4) Memberdayakan dan membantu anggota kelompok kerja dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di sekolah;

(5) Mengubah budaya kerja anggota kelompok kerja atau musyawarah kerja (meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan kinerja) dan mengembangkan profesionalisme guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan profesionalisme di tingkat KKG;

(6) Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik;

(7) Meningkatkan kompetensi guru melalui kegiatan-kegiatan di tingkat KKG.

Dari hal tersebut jelas bahwa arah dari KKG adalah mewujudkan profesionalisme guru melalui berbagai kegiatan yang ada di dalamnya melalui pendekatan tujuan individu dalam kelompok. Secara garis besar bahwa KKG merupakan wadah kegiatan guru yang pada dasarnya bertujuan menanggapi perkembangan iptek yang menuntut penyesuaian dan pengembangan profesional guru. Secara teknis kegiatan dari para guru dalam wadah ini adalah berkomunikasi, berkonsultasi, dan saling berbagi informasi serta pengalaman.

Sopyan (2010) menyatakan bahwa KKG memiliki fungsi dan manfaat. Fungsi KKG diantaranya sebagai berikut:

(1) memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru,


(17)

35 (2) memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas

dan mata pelajaran di sekolah,

(3) meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing),

(4) meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (Pakem).

Sedangkan manfaat KKG diantaranya sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas dan kemampuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Diskusi tentang satuan pelajaran.

b. Diskusi tentang substansi meteri pelajaran.

c. Diskusi pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk evaluasi pengajaran.

d. Melaksanakan observasi aktivitas rekan sejawat di kelas. e. Mengembangkan evaluasi penampilan guru oleh peserta

didik.

f. Mengkaji hasil evaluasi penampilan guru oleh peserta didik sebagai feedback bagi anggota kelompok.

2. Meningkatkan penguasaan dan pengembangan keilmuan, khususnya bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :

a. Kajian jurnal dan buku baru.

b. Mengikuti jalur pendidikan formal yang lebih tinggi. c. Mengikuti seminar-seminar dan penataran-penataran. d. Menyampaikan pengalaman penataran dan seminar

kepada anggota kelompok. e. Melaksanakan penelitian.

3. Meningkatkan kemampuan untuk mengkomunikasikan masalah akademis. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain:

a. Menulis artikel.

b. Menyusun laporan penelitian. c. Menyusun makalah.

d.Menyusun laporan dan review buku. http://www.pikiran-rakyat.com/ Wawan Sopyan)

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa tujuan fungsi, dan manfaat KKG adalah meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru, baik kompetensi


(18)

36

pengembangan keilmuan dan pengembangan

kemampuan akademik serta memfasilitasi kegiatan yang berpusat pada pemecahan masalah pembelajaran dan peningkatan kompetensi maupun profesi guru.

D. KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI

MELALUI KKG PAB

Kegiatan pengembangan kompetensi dan profesi guru, pada dasarnya merupakan suatu bagian yang

integral dari manajemen dalam upaya untuk

meningkatkan kualitas guru dalam mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan sehingga pada

gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh

keunggulan kompetitif dan dapat memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya kepada peserta didik maupun kepada masyarakat. Dalam hal ini kegiatan pengembangan kompetensi dan profesional guru menjadi penting karena dengan meningkatnya kualitas dan kompetensi guru secara individu diharapkan akan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas serta kompetensi lulusan peserta didik. Usaha meningkatkan kompetensi dan profesioanlisme guru dapat dirancang melalui program pelatihan (training) baik dalam bentuk on the job training maupun inservice training. Program ini tidak hanya pada


(19)

37

wilayah prinsip-prinsip pendidikan (pengajaran),

melainkan juga pada wilayah teknis pragmatis dan aktivitas pengajaran sehari-hari. Artinya, bahwa dalam hal ini guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya melalui belajar, membaca, serta memburu ilmu-ilmu pendidikan yang setiap saat berkembang untuk kemudian diterapkan dalam pelaksanaan pengajaran sehari-hari.

Kegiatan pengembangan kompetensi dan

profesionalisme guru seperti yang tertuang dalam standar program pengembangan kkg bertujuan untuk memberikan wawasan kepada guru tentang

kebijakan-kebijakan pendidikan dan pengembangan

profesionalisme guru serta program yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas kompetensi dan

profesionalisme guru. Dalam Penilaian Kinerja Guru (PKG) disebutkan bahwa pengembangan keprofesian guru mencakup kegiatan sebagai berikut:

1. Pengembangan Diri:

Pengembangan diri adalah upaya untuk

meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki

kompetensi yang sesuai dengan peraturan

perundangan agar mampu melaksanakan tugas pokok dan kewajibannya dalam pembelajaran termasuk


(20)

38 tugas-tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. Kegiatan pengembangan diri terdiri dari diklat

fungsional dan pengembangan kurikulum serta

kegiatan kolektif guru. a. Diklat Fungsional

Diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan dan latihan yang bertujuan untuk mencapai standar kompetensi profesi yang ditetapkan atau kegiatan pendidikan dan latihan dengan tujuan meningkatkan keprofesian untuk memiliki kompetensi di atas standar kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu. Diklat fungsional adalah pendidikan dan pelatihan guru yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi serta peran dan

tanggung jawab guru dalam penyelenggaraan

pendidikan di lembaga sekolah maupun lingkungan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru. Pendidikan dan pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan yang mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik sehingga isi atau materi pelatihan merupakan gabungan bidang-bidang ilmu atau sumber bahan pelatihan yang secara utuh

diperlukan untuk mencapai kompetensi dan


(21)

39 pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi. Materi tersebut bisa gabungan antara materi pokok yang langsung mengarah pada profesionalitas guru dan materi penunjang tentang wawasan kependidikan secara umum, kebijakan tentang pendidikan, jabatan fungsional dan jenjang karir, serta kode etik yang mengarah pada pembentukan etos kerja guru.

Pengembangan kurikulum sebagai salah satu materi pokok dalam pelatihan terintegrasi harus dipahami bahwa dalam pendidikan dan latihan tersebut guru dibekali dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan terutama yang berkaitan dengan pemahaman kurikulum dan penerapaanya dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dan latihan mengenai pengembangan kurikulum itu tidak hanya meliputi konsep dan pendekatannya, melainkan juga menyangkut penjabaran dan implementasi kurikulum yang menggambarkan keterkaitan antara peningkatan kualitas pembelajaran itu sendiri, proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, isi, kejelasan teori belajar,

keterkaitan dengan social budaya, teknologi,

ketersediaan fasilitas, peran guru dan peserta didik

serta evaluasi dan umpan balik. Implementasi

kurikulum itu kemudian dapat dituangkan dalam bentuk program pengajaran dan persiapan mengajar


(22)

40

harian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,

penilaian hasil belajar peserta didik, serta pembuatan media pembelajaran secara sederhana. Dengan adanya berbagai penataran dan latihan tersebut, para guru

sangat terbantu pengetahuan dan wawasannya

terutama menyangkut pengelolaan proses belajar

mengajar, mulai dari perencanaan pengajaran,

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sampai pada penilaian hasil belajar peserta didik.

b. Kegiatan Kolektif Guru

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang bertujuan untuk mencapai standar atau diatas standar kompetensi profesi yang

telah ditetapkan. Kegiatan kolektif guru yang

dimaksudkan adalah kegiatan pengembangan

kompetensi dan profesioanalitas guru yang dilakukan secara bersama untuk saling berbagi pengalaman dan pemecahan masalah yang terjadi dalam proses

pembelajaran melalui upaya-upaya kreatif yang

disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing, kondisi sekolah, dan lingkungan.

Kegiatan kolektif guru mencakup seninar dan

lokakarya, diskusi panel atau bentuk pertemuan ilmiah lain yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.


(23)

41 Kegiatan kolektif guru juga merupakan media atau ajang kompetisi antar guru dalam menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam berbagai bidang, seperti

dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil

penelitian, dan penulisan karya ilmiah.

Kegiatan pertemuan ilmiah seperti kuliah umum atau presentasi ilmiah yang bertujuan menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru dalam bidang pendidikian memberikan makna penting bagi guru untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru. Hal ini akan memberikan kontribusi yang berharga dalam mengembangkan

kompetensi dan profesionalitas guru dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Pemberian kesempatan kepada guru untuk memimpin atau menjadi presenter dalam penyampaian makalah, kegiatan diskusi kelompok kecil, pameran ilmiah, pertemuan untuk bertukar pikiran atau ide-ide baru dapat menjaga keaktifan pikiran dan membuka wawasan yang memungkinkan guru untuk terus memperoleh informasi yang diperlukan sekaligus

membuat perencanaan untuk medapatkannya.

Sehingga dengan demikian diharapkan guru akan

semakin termotivasi untuk mengembangkan


(24)

42 c. Lesson Study

Kegiatan Lesson Study menekankan pada

bagaimana mengembangkan dan mendorong

peningkatan kompetensi dan professional guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui forum teman sejawat. Pihak yang paling mungkin dilibatkan adalah teman sesama guru karena merekalah yang dianggap lebih dapat memahami bagaimana situasi dan posisi guru dalam pembelajaran. Melalui kegiatan Lesson Study, para guru akan diarahkan pada kegiatan pengembangan kompetensi guru yang lebih operasional dan nyata. Kegiatan Lesson Study mengajak guru untuk mengembangkan model pembelajaran yang didahului dengan identifikasi masalah yang sering ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran, membuat skala prioritas masalah mana yang akan dibahas dan diselesaikan bersama. Masalah akan dipecahkan melalui penyusunan model pembelajaran yang mudah untuk dilaksanakan, mudah untuk

mendapatkan media pembelajarannya, membuat

peserta didik aktif, dan berupaya untuk memperbaiki cara mengelola penguatan konsep setelah kegiatan percobaan metode penugasan. Diharapkan selama dalam kegiatan ini guru dapat mengembangkan kompetensi dan profesionalitasnya dalam melakukan


(25)

43

berbagai macam pengelolaan pembelajaran,

penguasaan konsep dan materi pembelajaran, serta kemampuan kemampuan memahami peserta didik secara merata dan menyeluruh.(Anon, 2006)

2. Publikasi Ilmiah

Publikasi Ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah terdiri dari presentasi pada forum ilmiah (seminar, lokakarya, dan diskusi ilmiah), penulisan karya ilmiah dan penelitian.

a. Presentasi pada forum ilmiah (seminar, lokakarya, dan diskusi ilmiah)

Penyampaian makalah dalam forum ilmiah seperti seminar, lokakarya dan diskusi ilmiah akan

memberikan kesempatan kepada guru untuk

berinteraksi dengan guru yang lain secara ilmiah. Penyampaian suatu konsep gagasan atau ide ide yang berupa tinjauan atau ulasan ilmiah dalam bidang pengajaran merupakan sarana yang tepat bagi guru


(26)

44 pedagogic dan profesional khususnya tentang strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam suasana dialogis dan interaktif.

b. Penulisan Karya Ilmiah dan Penerbitan Jurnal

Membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk pengembangan kompetensi dan profesi. Karena kunci pengembangan pengetahuan dan teknologi terutama yang menyangkut kompetensi dan profesioanlitas guru terletak pada aktivitas membaca.

Dengan membaca karya ilmiah yang terdapat

diberbagai pusat sumber belajar seperti perpustakaan, internet, dan sebagainya dapat mengarahkan pada konsep-konsep dan gagasanatau pandangan baru. Oleh karena itu, dengan membaca dan memahami banyak journal dan makalah ilmiah dalam bidang pendidikan yang terkait dengan profesi guru, maka guru dengan

sendirinya dapat mengembangkan profesionalitas

dirinya. Selanjutnya dengan meningkatnya

pengetahuan seiring dengan bertambahnya konsep-konsep gagasan dan pengalaman baru tersebut, guru akan dapat membangun konsep gagasan inovatif dan pengalaman yang baru dengan menyusun karya ilmiah tentang pembelajaran, keterampilan khusus dalam


(27)

45

pembelajaran, menciptakan alatatau media

pembelajaran yang merupakan bentuk kontribusi

pengembangan profesional guru yang sangat

bermanfaat bagi guru yang bersangkutan maupun orang lain.(Sa’ud, 2009)

c. Penelitian Ilmiah

Penelitian ilmiah dalam bidang pendidikan yang terkait dengan konteks pengembangan kompetensi dan profesional guru lebih difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran. Penelitian ilmiah ini bertujuan melahirkan inovasi dalam bidang teknologi pembelajaran yang mencakup proses, sumber, maupun system pembelajaran yang berdampak langsung pada praktek pembelajaran yang dilakukan. Dalam kaitan dengan proses pembelajaran, penelitian ilmiah yang mungkin dapat dilakukan adalah kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan pembelajaran melalui pengembangan dan pemanfaatan media, rancangan evaluasi dan penilaian

pembelajaran melalui penerapan teknik-teknik

penilaian, dan penyajian atau penyampaian materi melalui penerapan model-model pembelajaran guna menunjang keefektifan dalam penggunaan media,

pengelolaan kelas dan pencapaian tujuan


(28)

46

E. HASIL KAJIAN PENELITIAN KKG

Penelitian yang dilakukan oleh Suwarno pada tahun 2009 tentang Peranan Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru pada Pembelajaran IPS Sejarah (Studi kasus PKG di Kabupaten Kudus) tesis.

Pelaksanaan kegiatan penigkatan profesionalisme guru pada pembelajaran IPS Sejarah di Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD tersebut mempunyai manfaat yang sangat penting bagi para guru yang jarang atau tidak pernah mengikuti penataran dan seminar, begitu juga bagi para guru baru atau yang pengalaman kerjanya baru sedikit, bahkan para guru senior yang jarang mendapatkan sosialisasi kurikulum. Dimana para guru biasanya masih banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam pembuatan administrasi maupun dalam penguasaan materi yang akan disampaikan kepada para siswanya. Demikian pula bagi para guru yang mengajar IPS Sejarah dengan latar belakang pendidikan yang beragam, bukan berasal dari ilmu pendidikan sejarah, mengalami banyak kesulitan dan untuk itulah kegiatan PKG SD sangat dibutuhkan, karena dengan mengikuti kegiatan peningkatan profesionalisme guru SD pada pembelajaran IPS Sejarah, para guru bisa menguasai dan mengetahui materi apa yang akan dan harus diajarkan kepada peserta didiknya, serta dapat mempergunakan media dan sumber pembelajaran yang tepat kepada para siswanya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD mempunyai peranan yang cukup penting dalam peningkatan profesionalisme guru pada pembelajaran IPS Sejarah pada khususnya dan peningkatan kualitas pembelajaran pada umumnya di UPT Pendidikan Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, walaupun dalam pelaksanaanya kurang optimal. Peranan Pusat Kegiatan Guru (PKG) menjadi cukup penting dalam peningkatan profesionalisme guru pada pembelajaran IPS Sejarah, karena dalam kegiatan tersebut para guru telah dilatih


(29)

47 tentang inovasi pembelajaran IPS Sejarah, dan dididik berbagai kegiatan seperti membuat program tahunan, program semester, silabus, analisis materi pelajaran, criteria ketuntasan minimal, rencana pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelaharan, membuat alat evaluasi, sistim penilaian, perbaikan dan pengayaan. Disamping hal tersebut dengan mengikuti kegiatan PKG SD ini, para guru bisa mendapatkan pengetahuan baru melalui para pengawas TK/SD/SDLB, pemandu mata pelajaran maupun informasi pembelajaran IPS Sejarah dari para tutor.

Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD mempunyai

peranan yang cukup penting dalam peningkatan profesionalisme dan peningkatan kualitas pembelajaran bagi guru mata pelajaran apabila dalam kegiatan tersebut guru dilatih bidang kegiatan yang menunjang tugas-tugas profesionalitas guru maupun informasi penunjang pembelajaran dan pendalaman materi pembelajaran dari para tutor maupun guru pemandu.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitrianti

Wulandari pada tahun 2008 tentang Pembinaan Profesional Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) di Gugus Ki Hajar Dewantara UPTD Pendidikan Dasar Tegowano Grobongan (tesis).

1. Organisasi KKG Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan

Kegiatan pengorganisasian yang dilakukan adalah penyusunan struktur organisasi, penentuan personil, penjelasan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing pengurus.

2. Kerja organisasi KKG di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan


(30)

48 Pada dasarnya kerja KKG dipengaruhi oleh tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga hal tersebut menjadikan kerja KKG lebih hidup dan memberikan manfaat bagi anggota secara keseluruhan. Anggota dihadapkan pada pola pikir yang terstruktur dan terencana, sehingga akan meningkatkan kualitas bagi anggota.

3. Pengambilan keputusan program pembinaan profesional guru di gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan

Ada beberapa faktor dalam pengambilan keputusan: (a) melihat jauh ke depan, (b) dapat memahami masalah, (c) bertanggung jawab atas apa yang terjadi, (d) ikut partisipasi, (e) menambah input pengetahuan, (f) menekankan perubahan arah dan inovasi, (g) supervisi terhadap keputusan pembelajaran.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kegiatan KKG dengan struktur organisasi yang jelas, pengelolaan organisasi KKG yang terstruktur dengan baik yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta pengambilan keputusan mengenai program pembinaan profesional yang tepat bagi guru akan memberikan dampak positif dalam membimbing dan meningkatkan kualitas pola pikir yang terstruktur dan terencana pada anggotanya, sehingga akan mempengaruhi juga pada peningkatan kualitasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Trimo pada tahun

2006 tentang Studi Kasus Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) di Gugus Inti I Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun 2006/2007 (tesis).

Berdasarkan informasi dan data yang terkumpul diperoleh simpulan bahwa pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG)


(31)

49 di Gugus Inti I Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, belum dilaksanakan secara efektif. Hal tersebut terlihat dalam proses pembelajaran KKG yang cenderung pasif dan terpusat pada pemandu. Penyusunan program kegiatan KKG sudah mengungkap dan memenuhi kebutuhan guru, dalam mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga guru-guru mampu menguasai kompetensi personal, profesional, dan kemasyarakatan. Namun demikian pelaksanaan program kegiatan KKG belum dapat terlaksana sesuai dengan harapan, karena ada benturan kepentingan dinas sehingga penyelesaian program kegiatan tidak bisa tepat waktu. Tingkat kedisiplinan guru dalam mengikuti KKG belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Hal ini dapat terlihat dari kedatangan guru dalam kegiatan KKG yang lebih lambat dari jadwal dimulainya pelaksanaan KKG. Pemandu/tutor dalam KKG di Gugus Inti I Cabang Dinas P dan K Kaliwungu sudah mumpuni dalam penguasaan materi, namun dalam penyajiannya kurang mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. Hal ini ditandai suasana proses pembelajaran yang kurang menarik, dan berpusat pada pemandu.

Penelitian ini menggambarkan realita

pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai wadah pembinaan profesionalisme guru di lapangan yang menunjukkan bahwa penyususnan program kegiatan sudah sesuai dengan prosedur dalam arti bahwa program yang disusun sudah sesuai dengan kebutuhan guru. Dalam pelaksanaan perlu adanya sinkronisasi dalam hal sistim pembinaan peningkatan profesionalisme guru antara stickholder dalam hal ini dinas pendidikan dengan KKG supaya tidak terjadi benturan kepentingan. Dalam penelitian ini juga menggambarkan masih perlu adanya pemahaman yang lebih jelas dari para pemendu tentang peran dan


(32)

50 fungsinya dalam pembinaan profesionalisme guru melalui wadah KKG.

Penelitian yang dilakukan oleh Mijahamuddin Alwi pada tahun 2009 “Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam Meningkatkan Profesional Guru sains

Sekolah Dasar Kecamatan Seberang Ulu Palembang”.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai wadah pembinaan professional guru, Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam meningkatkan profesionalisme guru sains.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah , observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitiannya adalah ketua KKG, Kepala Sekolah, Guru dan Siswa. Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini, digunakan langkah pengujian diantaranya, melakukan observasi yang seksama, triangulasi, dan kecukupan referensi.

Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa peran KKG sebagai salah satu wadah dalam pembinaan profesional guru dilaksanakan satu kali dalam seminggu yang mayoritas peserta hadir sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan perannya KKG berperan aktif dalam menanggapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh guru yang ada dibawah gugus 3 dan peserta cukup berpartisipasi dan aktif dalam mengikuti kegiatan dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran yang mereka hadapi. selain itu aspek peran KKG dalam meningkatkan profesionalisme guru sains yang ada digugus 3 dan menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG ini adalah aspek-aspek yang bekaitan langsung dengan peningkatan mutu pembelajaran seperti, aspek penguasaan kurikulum, penguasaan materi, penggunaan alat peraga, penggunaan metoda dan teknik evaluasi. Sedangkan aspek yang menyangkut pembinaan kepribadian guru seperti disiplin dalam arti luas dan komitmen terhadap tugas tidak terlalu menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG.


(33)

51 http://pps.uny.ac.id/index.php?pilih=pustaka&mod=yes&ak si=lihat&id=39

Peran KKG sebagai wadah pembinaan profesional guru telah dilaksanakan, terutama dalam menanggapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, aspek

peningkatan mutu pembelajaran, penguasaan

kurikulum, penguasaan materi, penggunaan alat peraga, penggunaan metode dan teknik evaluasi. Fokus kegiatan yang menyangkut pembinaan keperibadian maupun social yang mennyangkut kedisiplinan dan komitmen terhadap tugas perlu dirumuskan dalam program kegiatan KKG.

Penelitian yang dilakukan oleh Wantoro (2007) tentang Peran Gugus Rajawali Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, Sebagai Wadah Pengembangan Guru Profesional.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) peran Gugus Rajawali dalam pelaksanaan KKG dan KKKS sangat efektif sebagai upaya pengembangan guru profesional, (2) peran Gugus Rajawali sebagai tempat penataran dan pelatihan Guru berjalan dengan baik dengan menerapkan beberapa sistem, (3) peran Gugus Rajawali sebagai tempat pembinaan guru oleh atasan dilakukan secara rutin dan terprogram dengan baik, (4) peran Gugus Rajawali sebagai tempat studi banding bagi pengembangan guru profesional, sangat efektif bagi guru-guru untuk menimba ilmu dan pengalaman untuk pengembangan profesionalisme guru. http//pps.unnes.ac.id/pps1/files/abstrak/mp/64.%20Want oro.pdf)


(34)

52

Gugus Sekolah sebagai sistim pembinaan

profesional guru melalui KKG sebagai wadah

pelaksanaan pembinaannya telah dikasanakan

terutama dalam kegiatan diklat, pengawasan, dan studi banding. Belum semua KKG yang ada menjalankan perannya sebagai wadah pelaksaan pembinaan profesionalisme guru secara efektif.

Dari kajian penelitian mengenai Peranan

Kelompok Kerja Guru dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru seperti yang disampaikan di atas, menunjukkan bahwa peran KKG sebagai wadah pembinaan profesionalisme guru keefektifannya masih sangat bervariatif.


(1)

47

tentang inovasi pembelajaran IPS Sejarah, dan dididik berbagai kegiatan seperti membuat program tahunan, program semester, silabus, analisis materi pelajaran, criteria ketuntasan minimal, rencana pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelaharan, membuat alat evaluasi, sistim penilaian, perbaikan dan pengayaan. Disamping hal tersebut dengan mengikuti kegiatan PKG SD ini, para guru bisa mendapatkan pengetahuan baru melalui para pengawas TK/SD/SDLB, pemandu mata pelajaran maupun informasi pembelajaran IPS Sejarah dari para tutor.

Pusat Kegiatan Guru (PKG) SD mempunyai

peranan yang cukup penting dalam peningkatan

profesionalisme dan peningkatan kualitas pembelajaran

bagi guru mata pelajaran apabila dalam kegiatan

tersebut guru dilatih bidang kegiatan yang menunjang

tugas-tugas profesionalitas guru maupun informasi

penunjang pembelajaran dan pendalaman materi

pembelajaran dari para tutor maupun guru pemandu.

Penelitian

yang

dilakukan

oleh

Fitrianti

Wulandari pada tahun 2008 tentang Pembinaan

Profesional Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG) di

Gugus Ki Hajar Dewantara UPTD Pendidikan Dasar

Tegowano Grobongan (tesis).

1. Organisasi KKG Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan

Kegiatan pengorganisasian yang dilakukan adalah penyusunan struktur organisasi, penentuan personil, penjelasan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing pengurus.

2. Kerja organisasi KKG di Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan


(2)

48

Pada dasarnya kerja KKG dipengaruhi oleh tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga hal tersebut menjadikan kerja KKG lebih hidup dan memberikan manfaat bagi anggota secara keseluruhan. Anggota dihadapkan pada pola pikir yang terstruktur dan terencana, sehingga akan meningkatkan kualitas bagi anggota.

3. Pengambilan keputusan program pembinaan profesional guru di gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Tegowanu Grobogan

Ada beberapa faktor dalam pengambilan keputusan: (a) melihat jauh ke depan, (b) dapat memahami masalah, (c) bertanggung jawab atas apa yang terjadi, (d) ikut partisipasi, (e) menambah input pengetahuan, (f) menekankan perubahan arah dan inovasi, (g) supervisi terhadap keputusan pembelajaran.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kegiatan

KKG dengan struktur organisasi yang jelas, pengelolaan

organisasi KKG yang terstruktur dengan baik yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta

pengambilan keputusan mengenai program pembinaan

profesional yang tepat bagi guru akan memberikan

dampak positif dalam membimbing dan meningkatkan

kualitas pola pikir yang terstruktur dan terencana pada

anggotanya, sehingga akan mempengaruhi juga pada

peningkatan kualitasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Trimo pada tahun

2006 tentang Studi Kasus Pelaksanaan Kelompok Kerja

Guru (KKG) di Gugus Inti I Kecamatan Kaliwungu

Kabupaten Kendal Tahun 2006/2007 (tesis).

Berdasarkan informasi dan data yang terkumpul diperoleh simpulan bahwa pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG)


(3)

49

di Gugus Inti I Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal, belum dilaksanakan secara efektif. Hal tersebut terlihat dalam proses pembelajaran KKG yang cenderung pasif dan terpusat pada pemandu. Penyusunan program kegiatan KKG sudah mengungkap dan memenuhi kebutuhan guru, dalam mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga guru-guru mampu menguasai kompetensi personal, profesional, dan kemasyarakatan. Namun demikian pelaksanaan program kegiatan KKG belum dapat terlaksana sesuai dengan harapan, karena ada benturan kepentingan dinas sehingga penyelesaian program kegiatan tidak bisa tepat waktu. Tingkat kedisiplinan guru dalam mengikuti KKG belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Hal ini dapat terlihat dari kedatangan guru dalam kegiatan KKG yang lebih lambat dari jadwal dimulainya pelaksanaan KKG. Pemandu/tutor dalam KKG di Gugus Inti I Cabang Dinas P dan K Kaliwungu sudah mumpuni dalam penguasaan materi, namun dalam penyajiannya kurang mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. Hal ini ditandai suasana proses pembelajaran yang kurang menarik, dan berpusat pada pemandu.

Penelitian

ini

menggambarkan

realita

pelaksanaan Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai

wadah pembinaan profesionalisme guru di lapangan

yang menunjukkan bahwa penyususnan program

kegiatan sudah sesuai dengan prosedur dalam arti

bahwa program yang disusun sudah sesuai dengan

kebutuhan guru. Dalam pelaksanaan perlu adanya

sinkronisasi dalam hal sistim pembinaan peningkatan

profesionalisme guru antara stickholder dalam hal ini

dinas pendidikan dengan KKG supaya tidak terjadi

benturan kepentingan. Dalam penelitian ini juga

menggambarkan masih perlu adanya pemahaman yang

lebih jelas dari para pemendu tentang peran dan


(4)

50

fungsinya dalam pembinaan profesionalisme guru

melalui wadah KKG.

Penelitian yang dilakukan oleh Mijahamuddin

Alwi pada tahun 2009

Peran Kelompok Kerja Guru

(KKG) dalam Meningkatkan Profesional Guru sains

Sekolah Dasar Kecamatan Seberang Ulu Palembang

”.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai wadah pembinaan professional guru, Peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam meningkatkan profesionalisme guru sains.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah , observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitiannya adalah ketua KKG, Kepala Sekolah, Guru dan Siswa. Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini, digunakan langkah pengujian diantaranya, melakukan observasi yang seksama, triangulasi, dan kecukupan referensi.

Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa peran KKG sebagai salah satu wadah dalam pembinaan profesional guru dilaksanakan satu kali dalam seminggu yang mayoritas peserta hadir sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan perannya KKG berperan aktif dalam menanggapi dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh guru yang ada dibawah gugus 3 dan peserta cukup berpartisipasi dan aktif dalam mengikuti kegiatan dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran yang mereka hadapi. selain itu aspek peran KKG dalam meningkatkan profesionalisme guru sains yang ada digugus 3 dan menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG ini adalah aspek-aspek yang bekaitan langsung dengan peningkatan mutu pembelajaran seperti, aspek penguasaan kurikulum, penguasaan materi, penggunaan alat peraga, penggunaan metoda dan teknik evaluasi. Sedangkan aspek yang menyangkut pembinaan kepribadian guru seperti disiplin dalam arti luas dan komitmen terhadap tugas tidak terlalu menjadi fokus utama dalam kegiatan KKG.


(5)

51

http://pps.uny.ac.id/index.php?pilih=pustaka&mod=yes&ak si=lihat&id=39

Peran KKG sebagai wadah pembinaan profesional

guru telah dilaksanakan, terutama dalam menanggapi

dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi

oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, aspek

peningkatan

mutu

pembelajaran,

penguasaan

kurikulum, penguasaan materi, penggunaan alat

peraga, penggunaan metode dan teknik evaluasi. Fokus

kegiatan yang menyangkut pembinaan keperibadian

maupun social yang mennyangkut kedisiplinan dan

komitmen terhadap tugas perlu dirumuskan dalam

program kegiatan KKG.

Penelitian yang dilakukan oleh Wantoro (2007)

tentang Peran Gugus Rajawali Kecamatan Bulakamba

Kabupaten Brebes, Sebagai Wadah Pengembangan

Guru Profesional.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) peran Gugus Rajawali dalam pelaksanaan KKG dan KKKS sangat efektif sebagai upaya pengembangan guru profesional, (2) peran Gugus Rajawali sebagai tempat penataran dan pelatihan Guru berjalan dengan baik dengan menerapkan beberapa sistem, (3) peran Gugus Rajawali sebagai tempat pembinaan guru oleh atasan dilakukan secara rutin dan terprogram dengan baik, (4) peran Gugus Rajawali sebagai tempat studi banding bagi pengembangan guru profesional, sangat efektif bagi guru-guru untuk menimba ilmu dan pengalaman untuk pengembangan profesionalisme guru. http//pps.unnes.ac.id/pps1/files/abstrak/mp/64.%20Want oro.pdf)


(6)

52

Gugus

Sekolah

sebagai

sistim

pembinaan

profesional

guru

melalui

KKG

sebagai

wadah

pelaksanaan

pembinaannya

telah

dikasanakan

terutama dalam kegiatan diklat, pengawasan, dan studi

banding. Belum semua KKG yang ada menjalankan

perannya sebagai wadah pelaksaan pembinaan

profesionalisme guru secara efektif.

Dari

kajian

penelitian

mengenai

Peranan

Kelompok

Kerja

Guru

dalam

Meningkatkan

Profesionalisme Guru seperti yang disampaikan di atas,

menunjukkan bahwa peran KKG sebagai wadah

pembinaan profesionalisme guru keefektifannya masih

sangat bervariatif.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB II

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB IV

0 0 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Pengelolaan KKG dalam Meningkatkan Kompetensi Guru di Gugus Ahmad Yani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942014701 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB I

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB IV

0 0 51

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model KKG PAB Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Mutu Profesionalitas Guru T2 942009125 BAB V

0 0 2

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB II

0 0 21