Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB II

(1)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MANAJEMEN PEMBELAJARAN

2.1.1 Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses pengendalian kelompok tersebut minimal mencakup perencanaan (planning), dan pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi. Para ahli mengungkapkan manajemen pendidikan berdasarkan sudut pandang dan fokus yang berbeda sesuai konsep teoritis yang melandasinya. Knezevik, (dalam Slameto) menyamakan arti manajemen pendidikan dengan administrasi pendidikan.

Manajemen pendidikan memiliki berbagai kegiatan yang sangat kompleks dan saling berhubungan. Manajemen pendidikan juga merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan pendidikan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, alokasi sumber daya, stimulus dan kordinasi personil,


(2)

11

penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan peserta di masa depan. Manajemen merupakan rangkaian kegiatan bersama atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara berencana dan sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu.

Jadi dari berbagai pemahaman dan definisi tentang manajemen pendidikan dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pendidikan adalah bidang kajian yang mempelajari bagaimana upaya untuk mencapai produktivitas pendidikan, dengan memobilisasi sumber daya yang tersedia melalui penciptaan suasana kerja yang kondusif dan bermartabat.

Pengertian tersebut merujuk bahwa diperlukan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan pendidikan. Empat fungsi tersebut adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Keempat fungsi ini dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, tanpa mengenyampingkan faktor lingkungan sebagai penentu keberhasilan pencapaian hasil.


(3)

12

2.1.2 Pengertian Perencanaan Pembelajaran

a. Perencanaan

Menurut H.B. Siswanto (2007), perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya. Menurutnya, merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumberdaya manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), dan sumberdaya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. Pemikiran lain dari George R. Terry dan Leslie W. Rue (2009), menyatakan bahwa planning atau perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. Sementara itu, Mulyasa (2006), menjelaskan bahwa perencanaan adalah suatu bentuk dari pengambilan keputusan (decision making). Hamzah B. Uno (2008), juga menyatakan perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian definisi lain tentang perencanaa Pembelajaran bahwa Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat satu kegiatan dapat berjalan dengan


(4)

13

baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif untuk memperkecil kesenjangan yang ada dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan hasil proses berpikir dan pengkajian dan penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi, yang merupakan awal dari semua proses pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional. Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Roger A. Kaufman (Harjanto 1997) mengemukakan bahwa

“Perencanaan adalah suatu proyeksi (perkiraan) tentang

apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai. Perencanaan sering juga disebut sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Dengan demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa didalam perencanaan pembelajaran tersirat tujuan apa yang hendak dicapai dengan terkait strategi yang digunakan, selanjutnya didukung oleh sumber daya sehingga dalam mengimplementasikan


(5)

14

pembelajaran tersebut mendapat sebuah kesepakatan (Keputusan) dalam pelaksanaan.

b. Pengertian Pembelajaran

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 1 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan mendefenisikan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Masnur Muslich (2007) juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi

siswa sehinggga mereka akan “tahu” terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk

melakukan sesuatu. Sedangkan Degeng dalam Hamzah B. Uno (2008) mendefenisikan dengan singkat bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Kemudian Richard L. Daft (2003) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah sebuah perubahan prilaku atau suatu perubahan kinerja yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Hal ini juga dibenarkan oleh Slavin dalam H. Douglas Brown (2007) yang mendefenisikan bahwa pembelajaran adalah sebuah perubahan dalam diri


(6)

15

seorang yang disebabkan oleh pengalaman. Pernyataan ini juga didukung oleh Kunandar (2009) yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

c. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu proses belajar mengajar yaitu dengan mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, cara penyampaian kegiatan (metode, model dan teknik), serta bagaimana mengukurnya menjadi jelas dan sistematis, sehingga nantinya proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Dengan perencanaan pembelajaran, guru dapat memperkirakan, mempersiapkan, dan menentukan tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini guru mempersiapkan segala sesuatunya agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Selanjutnya, Perencanaan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pengembangan pembelajaran


(7)

16

yang merupakan sebagai sistem yang terintegrasi dan terdiri dan beberapa unsur yang saling berinteraksi. Pengertian lain tentang perencanaan pembelajaran dikemukakan oleh Nana Sudjana (1988) yang mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM) yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan merespon) komponen-komponen pembelajaran, sehingga arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara penyampaian kegiatan (metoda dan teknik, serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan

sisitematis”. Ini berarti perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah mengatur dan menetapkan komponenkomponen tujuan, bahan, metoda atau teknik, serta evaluasi atau penilaian. Perencanaan pembelajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi guru dan pedoman belajar bagi siswa.

Melalui perencanaan pembelajaran dapat diidentifikasi apakah pembelajaran yang dikembangkan/dilaksanakan sudah menerapkan konsep belajar siswa aktif atau mengembangkan pendekatan keterampilan proses. Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam rumusan Kegiatan Belajar. Mengajar (KBM) yang terdapat dalam


(8)

17

perencanaan pembelajaran. Kegiatan belajar dan mengajar yang dirumuskan oleh guru harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Sehingga perencanaan pembelajaran merupakan acuan yang jelas, operasional, sistematis sebagai acuan guru dan siswa berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2.2 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20

dinyatakan bahwa : ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar”. Selanjutnya Sesuai dengan

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta


(9)

18

didik. Komponen RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen RPP yaitu; Identitas mata pelajaran meliputi: a). satuan pendidikan, b). kelas, c). semester, d). program studi, e). mata pelajaran atau tema pelajaran, f). jumlah pertemuan. standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. kompetensi dasar, adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera-sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. materi ajar, memuat fakta,


(10)

19

konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. alokasi waktu, ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. kegiatan pembelajaran : a). Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b). Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan


(11)

20

konfirmasi. c). Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

2.3 EVALUASI PROSES PERENCANAAN

PEMBELAJARAN

MULOK

BAHASA

DAERAH BIAK

Evaluasi menurut Anas Sudijono (2011) yang mengambil tulisan dari Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) Evaluation refer to act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu merujuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Melihat pada definisi tersebut memberi pengertian; suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk suatu proses pembelajaran atau suatu


(12)

21

proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari sesuatu kegiatan pada satu pendidikan yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan dalam dunia pendidikan, artinya evaluasi pendidikan dalam pembelajaran merupakan kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu dan hasilnya. Lembaga Adminstrasi Negara juga mengemukakan batasan tentang evaluasi pendidikan dalam pembelajaran sebagai; 1). Suatu proses kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan, 2). Uasaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed beck) penyempurnaan pendidikan.

Merujuk pada uraian tersebut apabila definisi evaluasi pembelajaran dituangkan dalam sebuah bagan akan seperti ini :


(13)

22

Gambar 2.1 Bagan Tentang : Evaluasi proses Program Pembelajaran

Contoh Sumber Bagan: Anas Sudijono. (Hal 3)

Kutipan gambar bagan tersebut dipilih beberapa bagian untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dilapangan, yang menjelaskan, bahwa dalam proses perencanaan, dilakukan perbandingan antara kegiatan pembelajaran yang telah coba diterapkan sesuai perencanaan tertentu, untuk kemudian diambil sebuah tindakan dalam proses belajar mengajar terhadap siswa.

Tujuan pembelajara n yang telah ditentukan Proses/kegi atan perencanaa n Perencanaa n Pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang dirancang Pembandinga n antara Tujuan dengan pelaksanaan yang telah didesain Menjadi satu Evaluasi

Informasi_sesuai/tidak_

sesuai, berhasil/gagal, bermutu/kurang bermutu? Mengapa, bagaimana?


(14)

23

Selanjutnya dari Proses belajar mengajar tersebut menjadi sebuah interaksi siswa terhadap pembelajaran yang tertuju pada sebuah Kriteria penilaian sebagai tolak ukur yang dipakai tidak lain adalah tujuan akhir dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Merujuk pada bagian ini, maka akan lebih cenderung melihat Manajemen pembelajaran sebagai suatu kegiatan atau proses, yaitu manajemen pembelajaran sebagai suatu realita karena manajemen pembalajaran dalam bagan ini adalah manajemen pembelajaran yang sesungguhnya terjadi dilapangan atau sekolah pada daerah setempat pada umumnya.

2.3.1 Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak

Bahasa Biak (BB) adalah salah satu Bahasa Daerah (BD) yang pertama kali diteliti, ditulis dan diajarkan secara formal sebagai pelajaran muatan lokal (mulok) oleh para misionaris pada pendidikan dasar (SD) dan menengah di Resort Biak-Numfor Tanah Papua, Bahasa Daerah Biak (BDB) merupakan jendela kebudayaan. Budaya suatu bangsa dapat dilihat dari

bahasanya, “kerena Pendidikan yang bagus adalah syarat mutlak bangsa yang maju dan bangsa yang tidak berkembang adalah bangsa yang malas belajar”. Dasar pemahaman ini memberikan sebuah kesadaran bahwa sangat bermanfaat dan penting sekali untuk


(15)

24

mengembangkan suatu pengetahuan, baik pengetahuan yang umum maupun yang bersifat kearifan lokal dalam suatu daerah tertentu sehingga mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Selanjutnya dari pengertian muatan lokal diatas dipahami bahwa, (1) Muatan lokal merupakan salah satu bentuk pendekatan pengembangan perencanaan pembelajaran, agar sekolah dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, (2) Interaksi sekolah dengan masyarakat dapat berlangsung secara baik, dalam rangka perbaikan kualitas pendidikan, dan (3) Sekolah dapat meningkatkan dan mengembangkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah setempat. Salah satunya adalah Bahasa Daerah Biak.

2.3.2 Landasan Pengembangan Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah

Undang-undang dan peraturan, UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Republik Indonesia No 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2), dan peraturan pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.

Pengembangan serta implementasi pembelajaran muatan lokal disetiap lembaga pendidikan sepenuhnya diatur oleh masing–masing lembaga dengan


(16)

25

memanfaatkan otonomi pendidikan yang diwujudkan melalui sistem yang berlaku pada setiap sekolah, khususnya dalam pengembangan proses perencanaan pembelajaran yang didalamnya memuat isi muatan lokal.

Kewajiban memuat muatan lokal dalam pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah ditetapkan melalui Pasal 37 ayat (1 jo) UU No. 20 Tahun 2003. Dengan demikian, kurikulum di SD sebagai salah satu jenjang pada pendidikan dasar wajib memuat muatan lokal dalam kurikulumnya. Salah satu muatan lokal yang diajarkan di SD di Kabupaten Biak Numfor adalah Bahasa Daerah, yaitu Bahasa Biak. Penetapan Bahasa Biak sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal (Mulok) dilakukan berdasarkan amanat internasional dari UNESCO tentang pemeliharaan bahasa daerah atau bahasa ibu (UNESCO,1999), alasannya adalah dengan memelihara bahasa daerah atau bahasa ibu disuatu daerah itu berarti ikut memelihara kebudayaan dan pemeliharaan kebudayaan daerah sebagai pilar-pilar dari kebudayaan Naional dari suatu negara. Upaya dinas pendidikan kabupaten Biak Numfor sejak tahun 2011 adalah membuat suatu draf pengembangan Bahasa Biak sebagai salah satu mata pelajaran Muatan Lokal di Sekolah Dasar khusus kelas I – III. Bahasa daerah adalah bahasa komunikasi sehari-hari yang dipakai oleh


(17)

26

masyarakat lokal. Bahasa ini telah bertahan melewati berbagai macam perubahan zaman sehingga akibat dari berinteraksinya bahasa ini dengan berbagai macam kondisi dan stuasi, maka muncullah berbagai macam jenis dialek dan aksen yang berbeda. Akibatnya bahasa daerah yang di ucapkan oleh satu masyarakat sedikit berbada, meskipun secara akar dan rumpun sama, tetapi dalam prakteknya memiliki perbedaan dengan bahasa daerah yang diucapkan oleh masyarakat daerah lain. Meskipun berbeda, bahasa daerah ini memiliki kesamaan yang tidak dapat dibantahkan terutama dalam hal yang berhubungan dengan sastra.

2.3.3 Perencanaan Pembelajaran Bahasa Daerah Biak Sebagai Bahan Ajar Mulok

Kerangka inti dari sebuah perencanaa suatu pembelajaran adalah silabus. Silabus ini merupakan sebuah rencana yang disusun dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal inipun coba dilakukan oleh Dinas pendidikan Kabupaten Biak Numfor tahun 2011 membuat suatu rancangan pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak sebagai sebuah acuan dalam bentuk buku panduan draf awal pengembangan Bahasa Biak sebagai salah satu mata pelajaran Muatan Lokal. Disebut Draf awal karena masih memerlukan kajian


(18)

27

lanjut yang lebih mendalam dari berbagai aspek kebahasaannya, aspek kebudayaan, dan pendidikan H.J.Rumkabu, (2011) dalam Buku Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak.

Perencanaan pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang antara lain meliputi unsur-unsur : pemilihan materi, metode, media, dan alat evaluasi. Unsur-unsur tersebut harus mengacu pada silabus yang ada dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1). Berdasarkan kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa, serta materi dan sub materi pembelajaran, pengalaman belajar, yang telah dikembangkan didalam silabus, 2). Digunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari (pendekatan kontekstual), 3). Digunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung, 4). Penilaian dengan sistem pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan pada sistem-sistem pengujian yang dikembangkan


(19)

28

selaras dengan pengembangan silabus. Silabus yang sudah disusun akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan menanamkan berbagai kompetensi kepada peserta didik, pengertian dari pelaksanaan atau implementasi kurikulum adalah penerapan ide, konsep pembelajaran yang dijabarkan dalam silabus dan rencana pembelajaran kedalam proses pembelajaran melalui kegiatan – kegiatan pemeblajaran oleh guru disekolah sehingga terjadi perubahan pada peserta didik yaitu pencapaian kompetensi yang telah direncanakan (Mulyasa, 2008; Miller & Seller dalam Al-Hafizh, 2011).

Rencana pembelajaran dan silabus memiliki pengertian yang berbeda. Silabus memuat hal-hal yang perlu dilakukan oleh siswa untuk menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya didalam suatu silabus adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu pasti berapa pertemuan. Selain hal tersebut, silabus juga mengisyaratkan materi apa yang secara minimal perlu dikuasai oleh siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi. Rencana pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Di dalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk


(20)

29

mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai. Dengan kata lain rencana pembelajaran yang dibuat guru harus berdasarkan pada kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan siswa, yang meliputi; pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa setelah mengikuti mata pelajaran tertentu. Setiap kompetensi dirinci menjadi sub kompetensi atau kemampuan dasar yang selanjutnya merupakan arah pencapaian dan acuan dalam memilih materi dan pengalaman belajar siswa. Untuk mengetahui pencapaian kemampuan dasar tertentu diperlukan indikator pencapaian yang digunakan untuk mengembangkan alat pengujian. Standar kompetensi merupakan salah satu komponen rencana pembelajaran yang sangat perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran karena dengan adanya kompetensi yang ingin dicapai proses pembelajaran akan lebih terarah.

2.3.4 Tujuan Perencanaan Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah

Definisi dari perencanaan muatan lokal adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai


(21)

30

pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing (Depdikbud dalam Erry Utomo, 1997).

Menurut Depdikbud (E. Mulyasa, 2007), secara umum, pengertian muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran yang isi dan media pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam yang bernuansa lokal.

Pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa dalam mengimplementasikan pembelajaran bernuasana lokal harus diketahui tujuan dalam perencanaan pembelajaran muatan lokal Bahasa daerah tersebut, artinya, tujuan perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan minat belajar dari siswa disekolah yang ada didaerah tersebut. Selanjutnya tujuan perencanaan pembelajaran tersebut harus


(22)

31

kontekstual sesuai kondisi lingkungan alam, dan lingkungan belajar siswa agar tujuan pembelajaran dapat mencapai tujuan dan dapat berhasil bagi siswa dalam memahami serta turut serta menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya yang diajarkan dalam pembelajaran Muatan lokal tersebut.

2.3.5 Fungsi Bahasa Daerah Biak dimasukan sebagai Bahan Ajar Mulok

Tujuan ditetapkan Bahasa Daerah Biak sebagai bahan ajar muatan lokal, bahwa Bahasa Biak adalah jendela kebudayaan dan jumlah penutur banyak dikalangan masyarakat papua, sehingga sangat tepat dijadikan sebagai bahan ajar. Selanjutnya Bahasa Biak dijadikan bahan ajar Mulok bagi peserta didik untuk memberikan bekal pengetahuan berbahasa daerah dan sikap hidup serta memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan masyarakat dan nilai – nilai luhur yang terkandung dalam Budaya Biak yang diajarkan dalam Bahasa Biak tersebut terus tercermin kepada generasi sekarang dan yang akan datang.

Hal selanjutnya, beberapa fungsi mulok menurut (Abdullah Idi, 2007) menyatakan bahwa dalam komponen perencanaan pembelajaran tersebut secara keseluruhan yaitu: 1). penyesuaian dalam pembelajaran


(23)

32

terhadap peserta didik disekolah, program sekolah disesuai dengan lingkungan dan kebutuhan daerah. Demikian juga karakteristik setiap peserta didik perlu diupayakan sehingga dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan bahasa daerah serta budaya, 2). Memiliki fungsi integrasi, artinya bahwa peserta didik adalah bagian integral dari masyarakat. 3). Fungsi perbedaan, maksudnya pendidikan dan pengembangannya bersifat luwes, yaitu program pendidikan dan pengembangannya disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik sesuai lingkungan dan daerahnya.

Dasar pemahaman konsep dan tujuan Mulok Bahasa Daerah Biak tersebut menunjukan bahwa pada hakekatnya bertujuan untuk menjembatangi kesenjangan antara peserta didik dengan lingkungannya (E. Mulyasa, 2007).

Jadi dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan, bahwa muatan lokal Bahasa Biak dimasukan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sebagai bentuk pembelajaran untuk memberikan bekal pengetahuan berbahasa Daerah dan sikap hidup serta memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan masyarakat dari nilai–nilai luhur yang terkandung dalam Budaya Biak, menjembatangi kesenjangan antara peserta didik


(24)

33

dengan lingkungannya, dapat sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran selanjutnya juga merupakan jendela kebudayaan sebab jumlah penutur banyak dikalangan masyarakat Papua, sehingga sangat tepat dijadikan sebagai bahan ajar.

2.3.6 Model Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah Biak di Sekolah Dasar

Para Ahli pendidikan Talbert, J.E, dan McLaughlin, M.E, (1999) mengatakan model pembelajaran yang berorientasi pada potensi dan keutuhan siswa menjadi perhatian utama bagi pendidik (guru). Guru sebagai sentral kegiatan dalam Proses Belajar Mengajar yaitu dengan menggunakan pendekatan baik antara guru dan siswa.

Ada berbagai model pembelajaran untuk peserta didik di SD setiap sekolah dapat memilih sesuai dengan kondisi sekolahnya masing–masing. Dalam Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, dan komunikasi timbalik balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk tujuan pembelajaran. Interaksi proses belajar mengajar tidak sekedar hubungan komunikasi antara guru dan siswa, tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak hanya menyampaikan materi pelajaran melainkan juga


(25)

34

menanamkan sikap dan nilai pada siswa yang sedang belajar, sehingga pada proses belajar didasari untuk menghasilkan mutu yang baik. (Jamal Ma‟mur Asmani; 2011), mengatakan strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan sebagai acuan pembelajaran. Strategi ini berorientasi untuk menggali potensi terbesar siswa dengan metodologi pembelajaran yang mengedepankan keaktifan anak, mendorong kreativitas, efektif dalam pencapaian target dan kualitas, serta menyenangkan dalam prosesnya, sehingga anak bisa memahami materi dengan nyaman, senang, dan ceria. Pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif, selalu efektif dalam belajar dan senang mengikuti pelajaran merupakan model pembelajaran yang berorientasipada guru dan siswa. Peserta didik aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan suatu masalah. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif, penggunaan waktu dalam proses pembelajaran. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang dapat menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatian tinggi. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara efektif, kreatif dalam mengerjakan suatu


(26)

35

tugas secara bersama-sama, dan kemampuan sikap partisipasi aktif dalam pembelajara dan selalu termotivasi untuk segera berekreasi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Hal tersebut ditegaskan Winkel (2007) yang mengatakan bahwa Tugas perkembangan siswa yang dihadapi siswa dalam jenjang sekolah dasar antara lain mengatur keberaneka ragam kegiatan belajarnya dengan bersikap tanggung jawab, bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain atau teman sebaya, cepat mengembangkan bakat kemampuan misalnya dalam calistung.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa untuk melakukan peleyanan pembelajaran muatan lokal Bahasa Daerah pendidik harus melihat dua hal penting sesuai keadan sekolah tersebut, yaitu keadaan eksternal dan internalnya. Keadaan ekternal artinya bahwa dalam mengimplementasikan perencanaan model pembelajaran mulok Bahasa Daerah Biak hatus disesuiakan dengan kemampuan satuan pendidikan (sekolah) untuk mengelola pelayanan pendidikan secara lokal baik dari minat, bakat dan kemampuan peserta didik dalam menerima pembelajaran tersebut. Setelah itu perlu juga memperhatikan kompetensi yang telah dikembangkan dan ditetapkan sebagai suatu rancanagan dalam


(27)

36

pembelajaran, harus yang sesuai dengan kearifan lokal, yang dominan pada muatan lokal Bahasa daerah Biak, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan akan berdampak pada kualitas belajar siswa, melibatkan beberapa elemen terkait yang berkualitas dan berpotensi sehingga menghasilkan hasil yang berkualitas.

2.3.7 Materi Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Dengan ditetapkannya PERDASUS tentang pendidikan No 5 tahun 2006 yang menyatakan tentang pembagunan pendidikan dan dalam pasal 30 yakni kurikulum muatan lokal pada pendidikan Dasar dapat dimuat paling sedikit dua mata pelajaran, yang meliputi pengetahuan masyarakat setempat dan bahasa daerah secara lokal, teknologi lokal dan ketrampilan lokal, sebagai standar acuan implementasi bahasa daerah Biak dimasukan dalam kurikulum muatan lokal untuk tingkat Sekolah Dasar dalam mengembangkan nilai– nilai budaya setempat, program–program kegiatan pembelajaran dan bidang kemampuan dasar melalui mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam pembelajaran sekarang ini. Bahasa Daerah tidak dimaksudkan untuk secara total menggantikan posisi bahasa Indonesia di dalam PBM, kecuali untuk mata


(28)

37

pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal. Pemanfaatan positif dan kreatif yang demikian akan meningkatkan martabat bahasa daerah dan sekaligus mendewasakannya di ranah pendidikan formal. Melalui penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan belajar-mengajar, sekurang-kurangnya di tingkat dasar, para peserta didik, yang adalah tunas muda harapan daerah dan nasional, sejak dini telah dituntun untuk mengenal, memahami, dan menghargai kekayaan budaya lokal mereka sendiri. Jika kesadaran akan hakikat bahasa daerah telah berakar kuat di dalam sanubari mereka, maka dengan sendirinya akan tumbuh rasa bangga untuk menggunakan bahasa daerah mereka dalam kehidupan sehari-hari. Demi kemajuan pelestarian dan kelestarian bahasa daerah di kabupaten Biak Numfor.

Menurut panduan bahan ajar Bahasa daerah Biak yang telah dibuat buku oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Biak Numfor berbentuk draff memiliki lingkup pengembagannya yaitu: (1) Nilai-nilai agama dan moral, (2) Menyerap dan mempraktekkan nilai-nilai budayanya, (3) Berbahasa mencakup menerima bahasa, mengungkapkan bahasa dan keaksaraan.

Lingkup–lingkup perkembangan ini kemudian dijabarkan kedalam standar tingkat pencapaian


(29)

38

perkembangan yang akan dicapai peserta didik sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing–masing. Muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dimasukkannya muatan lokal dalam kurikulum pada dasarnya dilandasi oleh kenyataan bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, tata cara, tata krama pergaulan, bahasa, dan pola kehidupan yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia. Hal tersebut tentunya perlu dilestarikan dan dikembangkan, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan ciri khas dan jati dirinya. Upaya menjaga ciri khas bangsa Indonesia harus dimulai sedini mungkin pada usia pra sekolah kemudian diintensifkan secara formal melalui pendidikan di sekolah dasar, di sekolah menengah. Pendidikan tersebut memberikan implikasi bahwa hasil pendidikan dewasa ini diarahkan untuk dapat menghasilkan manusia yang sesuai dengan undang-undang dan peraturan pendidikan menjadi


(30)

39

tujuan pendidikan yang diharapkan dan disesuaikan dengan kondisi sekolah masing–masing. Sehingga guru sebagai perancang dan penyedia materi ajar dituntut memberikan bahan–bahan yang sesuai dan bisa memenuhi tuntutan perubahan tersebut.

2.4 Hasil Belajar (Pembelajaran)

Hasil belajar dapat dikatan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaanya senantiasa berpegang pada tiga hal yaitu: 1) keseluhan, 2) kesinambungan, 3) obyektifitas (Anas Sudijono, 2011). Berdasarkan tiga aspek tersebut, menjadi acuan terhadap evaluasi hasil belajar siswa mencakup yang mencakup; 1) Tingkat penguasaan materi pembelajaran dari peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pembelajaran yang bersifat terbatas, 2) Mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan umum pembelajaran.

2.4.1 Kriteria Penilaian Proses Pembelajaran

Pembelajaran Menurut Nana Sudjana (2005), bahwa penilaian proses belajar mengajar memiliki kriteria, yaitu :

a. Konsistensi

Kegiatan belajar mengajar adalah program belajar mengajar yang telah ditentukansebagai acuan apa yang


(31)

40

seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek : 1). Tujuan-tujuan pengajaran 2). Bahan pengajaran yang diberikan 3). Jenis kegiatan yang dilaksanakan 4). Cara melaksanakan jenis kegiatan 5). Peralatan yang digunakan untuk masing- masing kegiatan, dan 6). Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

b. Keterlaksanaannya oleh Guru

Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal : 1). Mengkodisikan kegiatan belajar siswa. 2). Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar. 3). Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar. 4). Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa. 5). Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa. 6). Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya.


(32)

41

c. Keterlaksanaannya oleh Siswa

Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar- mengajar dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti, keterlaksaan siswa dapatdilihat dalam hal: 1). Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru. 2). Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar. 3). Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. 4). Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru. 5). Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.

d. Motivasi Belajar Siswa

Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal: Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

e. Keaktifan

Para siswa dalam kegiatan belajar Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana


(33)

42

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, Terlibat dalam pemecahan masalah, Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis, Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

f. Interaksi

Guru siswa Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubugan timbal balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat: Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa, Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun secara kelompok, Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar, Senantiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar,


(34)

43

Tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya, adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

2.4.2 Kriteria Penilaian Hasil Pembelajaran

Kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain : 1). Dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilam dan sikap. 2). Menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar 3). Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif) Tujuan dan fungsi formatif: keputusannya aspek apa yang masih harus diperbaiki dan aspek apa yang dianggap sudah memenuhi dari indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif: bertujuan untuk mengetahui apakah siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh tujuan pembelajaran. Artinya pembelajaran mengacu kepada prinsip diferensiasi dan tidak bersifat diskriminatif.

a. Kemampuan atau Keterampilan Guru Mengajar

Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang


(35)

44

telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain : menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa, terampil berkomunikasi dengan siswa, menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas, terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar, serta terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.

b. Kualitas Hasil Belajar yang diperoleh Siswa

Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain: Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya, Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa, Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional yang harus dicapai.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar


(36)

45

siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar oleh murid, kegiatan mengajar guru, dan penilaian. Kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen hasil pembelajaran seperti Masukan baku (peserta didik), Masukan instrumental (program pembelajaran metode mengajar, sarana dan guru), Masukan lingkungan (lingkungan sosial dan lingkungan bukan manusia), dan Keluaran (hasil output) dari pembelajaran. Sedangkan kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilam dan sikap, menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar, mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif), mengacu kepada prinsip diferensiasi, dan tidak bersifat diskriminatif.


(1)

40

seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek : 1). Tujuan-tujuan pengajaran 2). Bahan pengajaran yang diberikan 3). Jenis kegiatan yang dilaksanakan 4). Cara melaksanakan jenis kegiatan 5). Peralatan yang digunakan untuk masing- masing kegiatan, dan 6). Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

b. Keterlaksanaannya oleh Guru

Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal : 1). Mengkodisikan kegiatan belajar siswa. 2). Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar. 3). Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar. 4). Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa. 5). Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa. 6). Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar berikutnya.


(2)

41

c. Keterlaksanaannya oleh Siswa

Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar- mengajar dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti, keterlaksaan siswa dapatdilihat dalam hal: 1). Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru. 2). Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar. 3). Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. 4). Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru. 5). Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.

d. Motivasi Belajar Siswa

Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal: Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

e. Keaktifan

Para siswa dalam kegiatan belajar Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana


(3)

42

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, Terlibat dalam pemecahan masalah, Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis, Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

f. Interaksi

Guru siswa Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubugan timbal balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat: Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa, Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun secara kelompok, Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar, Senantiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar,


(4)

43

Tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya, adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

2.4.2 Kriteria Penilaian Hasil Pembelajaran

Kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain : 1). Dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilam dan sikap. 2). Menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar 3). Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif) Tujuan dan fungsi formatif: keputusannya aspek apa yang masih harus diperbaiki dan aspek apa yang dianggap sudah memenuhi dari indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif: bertujuan untuk mengetahui apakah siswa dianggap mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh tujuan pembelajaran. Artinya pembelajaran mengacu kepada prinsip diferensiasi dan tidak bersifat diskriminatif.

a. Kemampuan atau Keterampilan Guru

Mengajar

Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang


(5)

44

telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain : menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa, terampil berkomunikasi dengan siswa, menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas, terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar, serta terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.

b. Kualitas Hasil Belajar yang diperoleh Siswa

Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain: Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya, Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa, Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional yang harus dicapai.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar


(6)

45

siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar seperti tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar oleh murid, kegiatan mengajar guru, dan penilaian. Kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajar siswa. Penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen hasil pembelajaran seperti Masukan baku (peserta didik), Masukan instrumental (program pembelajaran metode mengajar, sarana dan guru), Masukan lingkungan (lingkungan sosial dan lingkungan bukan manusia), dan Keluaran (hasil output) dari pembelajaran. Sedangkan kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilam dan sikap, menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi dasar, mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian (sumatif, formatif), mengacu kepada prinsip diferensiasi, dan tidak bersifat diskriminatif.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 3 SD YPK Orkdori Distrik Biak Barat Kabupaten Biak Numfor

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB IV

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua T2 972010013 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB IV

0 0 90

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua T2 942010010 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak di SD YPK Effata Waupnor Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua

0 0 13