PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI KEGIATAN BERCERITA BERBASIS KARAKTER DI SEKOLAH MENENGAH ATAS:Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Banuhampu Kabupaten Agam.

(1)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter” ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan


(2)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA

DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua,

Prof. Dr. H. Yoyo Mulyana, M.Ed.

Ko-Promotor

Prof. Dr. H. Iskandarwassid, M. Pd

Anggota


(3)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M.Pd NIP. 196704151992032001


(4)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iv

PERSEMBAHAN

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar, (Umar bin Kattab).

Ujian yang benar bagi karakter seseorang bukanlah berapa banyak yang kita tahu tentang bagaimana melakukan, tetapi bagaimana kita bertindak ketika kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. (Motivasi Karakter).


(5)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah ya Allah segala puji hanya untuk Mu.

Puji syukur kepada Allah Swt, disertasi ini dapat diselesaikan. Namun penulis sangat menyadari bahwa disertasi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan hati yang tulus serta penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: Prof. Dr. H. Yoyo Mulyana, M. Ed. selaku Promotor sekaligus sebagai ketua panitia disertasi, yang secara tulus dan sabar telah membimbing penulis sekaligus sebagai motivator yang tiada henti memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian disertasi ini; Prof. Dr. H. Iskandarwassid, M. Pd. , selaku Ko-Promotor yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kebaikan hati; Prof. Dr. H. Syihabuddin, M. Pd., selaku anggota pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kebijaksanaan. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada para pembimbing atas semua ilmu dan keikhlasan hati dalam menjalankan amanah Allah selama ini. Amin Yarabbal Alamin.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Vismaia S. Damaianti, M. Pd. sebagai ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, yang sangat baik hati dan penuh dedikasi; Prof. Dr. H. Ahmadslamet Harjasujana, M.A., Prof. Dr. H. Yus Rusyana, Prof. H. Syamsudin A.R., M.S , Prof. Dr. Yoce Aliah Darma, M. Pd., Prof. Dr. H. Fuad Abdul Hamied, M.A, dan Prof. Dr. Kosadi Hidayat, M. Pd. yang telah membekali pengetahuan dan keilmuan kepada penulis, semoga Allah membalas semua kebaikan atas pengabdian dibidang


(6)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi

kebahasaan serta keikhlasan hati mereka. Ucapan terima kasih penulis dedikasikan untuk Soenjono Dardjowidjojo, Ph. D. (almarhum) dan Prof. Dr. H. E. Aminuddin Aziz, M.A. yang telah memberikan banyak rekomendasi buat penulis dalam menentukan tempat studi.

Kepada Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Bandung beserta jajarannya, penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Direktur, Asisten Direktur I, Asisten Direktur II, dan Asisten Direktur III Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan karyawan Sekolah Pascasarjana UPI Bandung selaku pelaksana program S3 yang telah memberikan pelayanan yang baik sehingga tercipta rasa persaudaraan dan keakraban.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Bung Hatta Padang, Dekan dan Wakil Dekan FKIP Universitas Bung Hatta Padang, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi S3 di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Ucapan terima kasih juga kepada ketua jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia beserta seluruh staf pengajar dan karyawan FKIP Universitas Bung Hatta Padang, yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian studi.


(7)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii

Kepada Kepala sekolah SMA Banuhampu Kabupaten Agam, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, dan tak lupa juga terima kasih ditujukan kepada siswa-siswi SMA Banuhampu yang telah membantu kelancaran proses penelitian, Dra. Iswanti dan Dra. Wismelli guru Bahasa Indonesia SMA Banuhampu Kabupaten Agam, yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian, semoga bantuan yang tulus dan segala kebaikan yang diberikan dibalas oleh Allah Swt. Amin Yarabbal Alamin.

Sembah sujud ananda serta terima kasih yang mendalam kepada yang mulia Mama tersayang Almarhumah Hj. Suharty Djahar, Papa tersayang H. Djaharuddin, yang tak henti-hentinya mendoakan penulis serta mertua tersayang H. Khaidir Anwar dan Hj. Hilma yang selalu menyemangati penulis dalam penyelesaian studi ini. Demikian juga penulis ucapkan terima kasih kepada adik-adik, kakak ipar, adik ipar, seluruh kemenakan, serta handai tolan yang telah memberikan dukungan moral selama penulis menyelesaikan studi.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada suami tercinta H. Armeyn Khaidir yang telah banyak berkorban dan senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis serta selalu mendampingi penulis di manapun berada, tidak ada kata yang mampu mengungkapkan perasaan penulis untuk semua ketulusan dan keikhlasan serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis , anak-anak terkasih Mora Shinta, S.P., Ferdian Yunazar, S.T., M. Eng. (menantu) si bungsu Dheo Savero Motara, S.Ked., mereka adalah pemberi semangat yang luar biasa dalam kehidupan penulis yang selama ini dengan sabar dan penuh kasih sayang


(8)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii

menunggu keberhasilan penulis dan Stefahayu Illoza Larozza, S.T., yang telah hadir dalam kehidupan keluarga penulis.

Tiada kata yang lebih bermakna yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak atas bantuan yang diberikan serta segala doa yang mengiringi. Penulis serahkan kepada Allah penguasa alam semesta untuk membalas segala kebaikan yang telah penulis terima dari semuanya. Tak ada gading yang tak retak, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan karena manusia itu tidak sempurna, kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt. Untuk itu penulis menyampaikan maaf kepada semua pihak yang tidak tersebutkan namanya.

Bandung, Agustus 2012


(9)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ix

KATA PENGANTAR

Bagi para guru, merencanakan konsep tentang berbagai model pengajaran merupakan usaha untuk mempertahankan profesionalisme mereka. Guru bisa mengembangkan sebuah pendekatan-pendekatan yang efektif, dengan yakin mencobanya pada siswa untuk membantu mereka mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Melalui penelitian ini, penulis menawarkan bentuk pembelajaran yang dapat membuat proses pembelajaran menjadi menarik dan mampu menjadikan siswa lebih kreatif, berani serta bertanggung jawab, yang disebut Pembelajaran Berbicara melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah memberanikan siswa untuk mampu mengemukakan ide-ide yang mereka miliki, sehingga kemampuan berbicara siswa menjadi meningkat dan pada akhirnya siswa terampil berbicara..

Penulis memilih kegiatan bercerita berbasis karakter sebagai bentuk peningkatan kemampuan berbicara karena kegiatan bercerita merupakan suatu kegiatan yang amat imajinatif dan komunikatif bagi siswa baik sebagai pendengar maupun pencerita. Disamping itu dengan bercerita penanaman nilai-nilai karakter dapat disampaikan dengan baik, karena cerita berada pada posisi pertama dalam mendidik etika, penanaman nilai-nilai moral, bertanggung jawab, dan bagaimana bersikap yang baik pada saat berbicara


(10)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sampaikan dalam disertasi ini masih banyak kekurangan, semoga kekurangan itu dapat menjadikan celah bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian yang sama dari aspek yang berbeda yang belum tertuang dalam disertasi ini. Namun demikian penulis berharap dibalik kekurangan itu , disertasi ini dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan, terutama dalam pembelajaran berbicara.

Bandung, Agustus 2012


(11)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………... i

PENGESAHAN... ii-iii PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ……… xiii

DAFTAR TABEL……… xviii

DAFTAR GRAFIK……….. xxi

DAFTAR GAMBAR ………... xxiii DAFTAR SINGKATAN ……… xxiv DAFTAR LAMPIRAN ……….. xxvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Batasan dan Rumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Manfaat Penelitian ... 14

1.5. Asumsi ... 16

1.6. Hipotesis ... 17

1.7. Identifikasi Variabel ... 17

1.8. Definisi Operasional ... 17

1.9. Paradigma Penelitian ... 19

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI KEGIATAN BERCERITA BERBASIS KARAKTER 2.1 Pembelajaran dan Model Pembelajaran ... 21


(12)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xii

2.2 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 26

2.2.1 Pengertian ... ... 26

2.2.2 Keefektifan Pembelajaran ... 30

2.3 Konsep Berbicara ... 33

2.3.1 Pengertian Berbicara ... 36

2.3.2 Tujuan Berbicara ... 38

2.3.3 Hakikat Berbicara ... 41

2.3.4 Faktor-faktor Penghambat Kegiatan Berbicara ... 42

2.3.5 Hubungan Berbicara dengan Keterampilan Berbahasa Lain ... 47

2.3.6 Bentuk-bentuk Berbicara ... 50

2.4 Bercerita ... 50

2.4.1 Pengertian Bercerita... 51

2.4.2 Tujuan dan Fungsi Bercerita... 53

2.4.3 Manfaat Cerita bagi Perkembangan Anak... 55

2.4.4 Pentingnya Cerita... 58

2.4.5 Jenis dan Sumber Cerita... 59

2.4.6 Teknik Bercerita... 60

2.5 Karakter dan Jati Diri... 61

2.5.1 Pengertian Karakter ... 62

2.5.2 Pengertian Jati Diri... 64

2.5.3 Kaitan Jati Diri dan Karakter ... 65

2.5.4 Tujuan Pendidikan Karakter ... 66

2.5.5 Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 69

2.6 Kajian Penelitian Terdahulu Yang Terkait ... 72

2.7 Aplikasi Teoretis Dalam Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter ... 77

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Rancangan Penelitian ... 83


(13)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiii

3.2.1 Prapenelitian ... 84

3.2.2 Rancangan Awal PBMKBBK……… 86

3.2.3 Tahap Uji Coba Rancangan Pembelajaran.………. 92

3.2.4 Tahap Perbaikan Rancangan Pembelajaran ……….. 97

3.2.5 Tahap Penelitian Kuasi Eksperimen ..……… 98

3.2.6 Prosedur Penelitian ………...………. 101

3.3 Lokasi Penelitian ... 104

3.4 Sumber Data Penelitian ... 104

3.5 Variabel Penelitian ... 106

3.6 Alat Pengumpul Data ... 106

3.7 Teknik Analisis Data ... 113

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data ... 123

4.2 Pengujian Sifat Data ... 127

4.3.1. Uji Normalitas Setiap Variabel ... 128

4.3.2. Uji Homogenitas Setiap Variabel ... 130

4.3.3. Pengujian Hipotesis ... 131

4.3 Peningkatan Hasil Pembelajaran Berbicara ... 148

4.4 Kualitas Pembelajaran Berbicara ... 165

4.5 Karakter Siwa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 175

4.6 Karakter Tokoh Dalam Cerita ………... 181

4.7 Korelasi Antara Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa ... 194

4.8 Perbandingan Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Berbicara ... 198

4.8.1 Tangapan Siswa Kelas Eksperimen terhadap Pembelajaran Berbicara dan Perbandingan Prates dengan Postesnya ... 199

4.8.2 Tanggapan Siswa Kelas Kontrol terhadap Pembelajaran Berbicara dan Perbandingan Prates dan Postesnya ... 201 4.8.3 Perbandingan Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran


(14)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xiv

Berbicara pada Prates ... 203 4.8.4 Perbandingan tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran

Berbicara pada Postes ... 204 4.9 Perbandingan Gain Postes-Prates Tanggapan Siswa terhadap

Pembelajaran Berbicara ... 206 4.10 Korelasi Tanggapan awal Siswa (Prates) terhadap Pembelajaran

Berbicara dengan Tanggapan Akhir Siswa (Postes) ... 208

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1 Kesepakan Prosedur Penelitian ……….. 212 5.2 Pembahasan Hasil Prapenelitian ………. 213 5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 221 5.3.1 Pelaksanaan PBMKBBK di Kelas Eksperimen. .…………. 222 5.3.2 Perbedaan Kemampuan Berbicara Siswa Banuhampu

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...…………. 227 5.3.3 Kemampuan Berbicara Siswa Kelas X SMA Banuhampu

Kelompok PBMKBBK.……… 233

5.3.4 Peningkatan Hasil Belajar Kemampuan Berbicara Siswa SMA Banuhampu Kelompok PBMKBBK dan Kelompok PBK .. 234 5.3.5 Korelasi antara Prates dan Postes Kemampuan Berbicara

Siswa ... 235 5.3.6 Kualitas Pembelajaran Berbicara Siswa Banuhampu

Kelompok PBMKBBK dan Kelompok PBMT.………. 238 5.4 Tanggapan Siswa Kelompok PBMKBBK dan Kelompok PBMT

Terhadap Pembelajaran Berbicara ………... 239 5.5 Korelasi Tanggapan Awal dan Tangapan Akhir Siswa Terhadap

Pembelajaran Berbicara ……….. 242 5.6 Keefektifan PBMKBBK ...………... 243 5.7 Pengembangan Pembelajaran Berbicara MKBBK ………. 245


(15)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xv

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

6.1 Simpulan ... 246 6.2 Implikasi ... 252

6.3 Rekomendasi... .………... 253

DAFTAR PUSTAKA ……… 254

LAMPIRAN...………... 261


(16)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xvi

DAFTAR TABEL

No

Urut Tabel Judul Tabel Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 Tahapan Kegiatan

Rata-Rata Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen (PBMKBBK)

Rata-Rata Kemampuan Berbicara Kelompok Kontrol (PBMT)

Hasil Uji Normalitas Prates dan Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol

Hasil Uji Normalitas Prates Kelas Eksperimen dan Kontrol Per Sub Aspek

Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol Per Sub Aspek

Hasil Uji Homogenitas Varians Antara Data Prates dengan Postes pada Siswa Kelompok Eksperimen dan Siswa Kelompok Kontrol

Hasil Uji Perbedaan Prates PBMKBBK dengan Prates PBMT

Hasil Uji Perbedaan Postes PBMKBBK dengan Postes PBMT

Hasil Uji Perbedaan Gain PBMKBBK dengan Gain Konvensional

Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Eksperimen pada Prates dan Postes

Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Kontrol pada Prates dan Postes Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol pada Prates dan Potes

Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Prates dan Potes untuk Aspek Tekanan Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Prates dan Potes untuk Aspek Tata Bahasa Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Prates dan Potes untuk Aspek Kosakata Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Prates dan Potes untuk Aspek Kelancaran Distribusi Frekuensi Kriteria Kemampuan Berbicara pada Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Prates dan Potes untuk Aspek Pemahaman Distribusi Frekuensi Karakter Rasa Hormat dan Perhatian Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

89 121 126 128 129 130 130 132 136 140 146 147 151 154 157 159 162 164 175


(17)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xvii No

Urut Tabel Judul Tabel Halaman

20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31 4.32 4.33 4.34 4.35 4.36

Distribusi Frekuensi Karakter Tekun Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Distribusi Frekuensi Karakter Tanggung Jawab Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Distribusi Frekuensi Karakter Santun Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Distribusi Frekuensi Karakter Jujur Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Karakter Tokoh Cerita “Bundo Kanduang”

Karakter Tokoh Cerita “Legenda Danau Singkarak dan Sungai Batang Ombilin”

Karakter Tokoh Cerita “Kisah Cinta Anggun Nan Tongga”

Karakter Tokoh Cerita “Mak IsunKayo”

Korelasi antara Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa Kelompok Eksperimen

Korelasi antara Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa Kelompok Kontrol

Distribusi Frekuensi dan Nilai Rata-rata Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen

Distribusi Frekuensi dan Nilai Rata-rata Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Kontrol

Uji Perbandingan Rata-rata Prates Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Uji Perbandingan Rata-rata Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Uji Perbandingan Rata-rata Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Uji Perbandingan Gain Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Korelasi antara Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen

Korelasi antara Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Kontrol 177 178 179 180 184 187 190 193 194 196 199 201 203 205 206 207 208 209


(18)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xviii No

Urut Tabel Judul Tabel Halaman

DAFTAR GRAFIK

No

Urut Grafik Judul Grafik Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12

Selisih Rata-rata Kemampuan Berbicara dalam setiap Aspeknya untuk Kelompok Eksperimen (PBMKBBK) Selisih Rata-rata Berbicara dalam setiap Aspeknya untuk Kelompok Kontrol (PBMT)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa pada Kelas Eksperimen (PBMKBBK) Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa pada Kelas Kontro (PBMT) Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan

Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Tekanan pada Kelas Eksperimen (PBMKBBK)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan

Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Tekanan pada Kelas Kontrol (PBMT)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Tata Bahasa pada Kelas Eksperimen (PBMKBBK)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Tata Bahasa pada Kelas Kontrol (PBMT)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Kosa Kata pada Kelas Eksperimen (PBMKBBK)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Kosa Kata pada Kelas Kontrol (PBMT)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Kelancaran pada Kelas Eksperimen (PBMKBBK)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan

146 146 150 151 153 154 156 157 159 160 161


(19)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xix 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22

Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Kelancaran pada Kelas Kontrol (PBMT)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Pemahaman pada Kelas Eksperimen (PBMKBBK)

Selisih Perbedaan Prates dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa berdasarkan Aspek Pemahaman pada Kelas Kontrol (PBMT)

Perbandingan Rata-rata Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen

Perbandingan Rata-rata Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Kontrol

Perbandingan Rata-rata Prates Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Perbandingan Rata-rata Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Perbandingan Rata-rata Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Perbandingan Rata-rata Gain Prates dan Postes

Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Seisih Perbedaan Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelas Eksperimen Selisih Perbedaan Prates dan Postes Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara pada Kelas Kontrol

162 164 165 201 203 204 205 206 208 210 212


(20)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xx

DAFTAR GAMBAR

No

Urut Gambar Judul Gambar Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 3.1 3.2 3.3

Paradigma Penelitian

Bagan Ilustrasi Pendidikan Karakter Alur Proses Pembelajaran

Hubungan Keterampilan Berbahasa

Pengembangan Karakter dalam Konteks Mikro Alur Tujuan Pembelajaran Berbicara

Design Kuasi Eksperimen Prosedur Penelitian

20 26 30 49 71 90 100 102


(21)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xxi

DAFTAR SINGKATAN

PB = Pembelajaran Berbicara PBM = Proses Belajar Mengajar

PBMKBBK = Pembelajaran Berbicara Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis

Karakter

BJS = Bijaksana

ADL = Adil

PTH = Patuh

BRN = Berani

TJ = Tanggung Jawab

JHT = Jahat

EG = Egois

RKS = Rakus

RJ = Rajin

TKN = Tekun

BJ = Bertanggung Jawab

PBR = Pemberani

TBA = Taat Beragama

PMF = Pemaaf

PYR = Penyabar

ST = Setia

MNF = Munafik

PBH = Pembohong


(22)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xxii

LC = Licik

JJ = Jujur

RJB = Rajin Bekerja

HMT = Hemat

RMB = Rajin Menabung

SRK = Serakah

BH = Baik Hati

SL = Selalu

SR = Sering

KD = Kadang Kadang

JR = Jarang

TP = Tidak Pernah

KPP = Kesepakatan Prosedur Penelitian

BMKBBK = Berbicara Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter KBBK = Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter


(23)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

No

Urut Judul Lampiran Halaman

1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 4c 5a 5b 6a 6b 6c 6d 6e 6f 6g

Surat Pengantar Penelitian dari SPS-UPI Bandung, tertanggal 28 Februari 2012, dengan no surat 0260/UN40.7/PL/2012

Surat Izin Penelitian dari SMA Swasta Banuhampu, tertanggal 2 Maret 2012, dengan no surat 090.b/108.21.01/SMA.Swt.01/LL-2012

Silabus RPP

Cerita Pengalaman Siswa Cerita yang disediakan oleh guru

Data Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Rekapitulasi Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Berbicara dan Kemampuan Berbicara Siswa Kelompok Eksperimen

Rekapitulasi Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Berbicara dan Kemampuan Berbicara Siswa Kelompok Kontrol

Karakter Responden

Nilai Prates + Postes Setiap Aspek (Tekanan, Tata Bahasa, Kosa Kata, Kelancaran, Pemahaman) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

Perbandingan Prates (Independent Sample t Tes) Perbandingan Postes (Independent Sample t Tes)

Perbandingan Tanggapan Siswa (Independent Sample t Tes) Perbandingan Prates – Postes Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen (Paired Sample t Tes)

Perbandingan Prates – Postes Tanggapan Siswa Kelas Eksperimen (Paired Sample t Tes)

Perbandingan Prates – Postes Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol (Paired Sample t Tes)

Perbandingan Prates – Postes Tanggapan Siswa Kelas Kontrol (Paired Sample t Tes)

261 262 263 265 275 330 356 358 360 364 365 366 367 368 369 370 371 372


(24)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xxiv 6h

6i

6j 7a 7b 7c 7d 7e 7f 7g 7h

Perbandingan Karakter Siswa (Independent Sample t Tes) Perbandingan Kemampuan Berbicara Secara Keseluruhan (Independent Sample t Tes)

Perbandingan Gain Kemampuan Berbicara (Independent Sample t Tes) Penilaian Kemampuan Berbicara

Angket Tanggapan Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sebelum Uji Coba Angket Tanggapan Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sesudah Uji Coba Kisi-Kisi Lembar Wawancara Sebelum Uji Coba

Kisi-Kisi Lembar Wawancara Sesudah Uji Coba Lembaran Penilaian Karakter

Kisi-Kisi Observasi Guru Kisi-Kisi Observasi Siswa

373

374 375 376 377 379 381 387 389 390 495


(25)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xxv


(26)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan Pendidikan Nasional pada pasal 3 Undang-undang RI No 20 tahun 2003 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional ini sangatlah menarik karena telah mengarahkan dunia pendidikan pada wilayah karakter berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter menurut Al-Qairawani (dalam Megawangi, 2004:vii) adalah usaha untuk mencegah tumbuhnya sifat-sifat buruk yang dapat menutupi fitrah manusia, serta melatih anak untuk terus melakukan perbuatan baik agar mengakar kuat dalam dirinya agar akan tecermin dalam tindakannya yang senantiasa melakukan kebajikan. Sebagaimana Lickona (dalam Aziz, 2011:201) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain serta karakter mulia lainnya.


(27)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2

Namun, kalau kita perhatikan dalam sistem pendidikan dewasa ini terdapat berbagai hal yang tidak konsisten dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Seperti yang dikatakan Koesman otak anak dijejali dengan berbagai macam hafalan berbagai macam pelajaran, sehingga anak tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Akibatnya, anak tidak bergairah, tidak ceria, dan maupun senang untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Sistem dialog tidak diadakan, kreasi anak tidak dihidupkan, tetapi dimatikan dengan menghafal dan mengerjakan PR (pekerjaan rumah) yang setiap hari menumpuk. Kesempatan untuk bermain menjadi hilang. Keceriaan anak telah terampas, wajahnya cenderung masam. Rasa ketakutan, kecemasan, dan kebingungan mencekam mereka. Anak tidak didorong untuk berani bertanya kepada guru. Mungkin karena oleh guru dianggap merepotkan, karena harus menjawab dengan berpikir (2009:193-194).

Murphy menyatakan bahwa upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Beragam program inovasi ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pola mengembangkan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model-model pembelajaran (dalam Majid, 2011:3).

Model pembelajaran bahasa Indonesia saat ini hanya menggambarkan aktivitas rutin yang tidak berubah-ubah sehingga melahirkan


(28)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbagai dimensi yang berbeda bagi guru tertentu dan para pembelajar bahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP tertuju pada pengembangan aspek fungsional bahasa, yaitu peningkatan kompetensi berbahasa Indonesia. Ketika kompetensi berbahasa yang menjadi sasaran, para guru lebih berfokus pada menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Para pengajar bahasa secara maksimal mendayagunakan kompetensi kebahasaan para pembelajar untuk melakukan kegiatan berkomunikasi. Guru dan siswa berinteraksi dalam sejumlah aktivitas berbahasa yang berkisar mulai dari latihan-latihan bahasa secara mekanis hingga situasi-situasi komunikasi yang otentik. Metodologi tertentu yang digunakan dalam kelas menghasilkan asumsi-asumsi tertentu tentang : (1) sifat bahasa, (2) pembelajaran, (3) peran pembelajar dan guru, (4) aktivitas pembelajaran dan materi pengajaran (Richards, dalam Ghazali: 2010:1).

Dalam banyak situasi kelas, interaksi verbal antara guru dan siswa digambarkan sebagai bentuk komunikasi yang sangat terbatas sekali, siswa berperan pasif, tidak pernah memulai diskusi dan biasanya berbicara hanya bila disapa oleh guru (Stubbs, dalam Ghazali: 2010:2).

Diah Harianti “Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan” (Suara Pembaruan, 2012: 1) terkait pelaksanaan ujian nasional tahun 2012 menyatakan bahwa kualitas pengajaran bahasa Indonesia buruk. Hal ini dikarenakan yang hanya dinilai dalam pelaksanaan ujian nasional terfokus pada aspek membaca saja, sedangkan aspek menulis, menyimak, dan berbicara menjadi terabaikan.


(29)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4

Melihat dari kenyataan seperti yang dikemukakan oleh Diah Harianti tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banyak siswa yang tidak terampil berbicara.

Fenomena ini sejalan dengan yang dikatakan Arsjad (1988:1) bahwa banyak ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun sering kurang terampil menyajikannya secara lisan.

Kadang-kadang pokok pembicaraan cukup menarik, tetapi karena penyajiannya kurang menarik, hasilnya pun kurang memuaskan. Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki seseorang. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun, walaupun pada dasarnya secara alamiah manusia dapat berbicara. Namun, kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif.

Seperti yang diungkapkan oleh Arsjad (1988:1) bahwa dari kenyataan berbahasa, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara lain. Lebih dari separuh waktu kita digunakan untuk berbicara dan mendengarkan, dan selebihnya barulah untuk menulis dan membaca.

Sebagai anggota masyarakat, secara alamiah seseorang mampu berbicara. Namun, dalam situasi formal sering timbul rasa gugup, sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun menjadi tidak teratur. Bahkan ada yang tidak berani berbicara. Anggapan bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara telah menyebabkan pembinaan kemampuan berbicara sering diabaikan (Arsjad, 1988:1).


(30)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sampai saat ini pun guru masih beranggapan bahwa semua anak pasti mampu berbicara karena diperoleh secara alami. Sebagaimana yang dikatakan oleh Tarigan (1995:54) bahwa pembinaan dan keterampilan berbicara siswa di sekolah menjadi tanggung jawab guru-guru bahasa Indonesia. Mereka harus dapat menciptakan suasana dan kesempatan belajar berbicara bagi siswa-siswa. Mereka harus sabar dan tekun memotivasi dan melatih siswa berbicara.

Berdasarkan hasil pengamatan berbagai pakar, nilai bahasa Indonesia para siswa cenderung buruk. Hal tersebut dikarenakan fokus pengajaran bahasa Indonesia hanya pada keterampilan membaca sedangkan aspek berbicara terabaikan maka sehubungan dengan hal itu, Tarigan menyatakan bahwa pengajaran berbicara harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya melalui pokok-pokok bahasan yang ada. Karena itu guru bahasa Indonesia harus mengenal, mengetahui, menghayati, dan dapat menerapkan berbagai metode, teknik atau cara mengajarkan keterampilan berbicara, sehingga pengajaran berbicara menarik, merangsang, bervariasi, dan menimbulkan minat belajar berbicara bagi siswa. (1995:55).

Pengajaran berbicara dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Cara mana yang baik dan tepat bergantung kepada situasi dan tujuan pengajaran. Salah satu cara mengajarkan berbicara tersebut adalah dengan bercerita. Penelitian ini menggunakan kegiatan bercerita berbasis karakter sebagai pengajaran berbicara yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa disingkat PBMKBBK.


(31)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6

Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Arsjad, 1988:17). Kegiatan berbicara ini berlangsung apabila persyaratannya terpenuhi. Persyaratan yang dimaksud adalah penutur (yang berbicara), petutur (yang diajak berbicara), topik (hal yang dibicarakan), situasi (keadaan saat berbicara), latar (tempat komunikasi berlangsung), dan sarana (alat komunikasi) terpenuhi. Keenam persyaratan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni bahasa lisan dan bahasa tulis.

Brown (2001:267-269), menekankan pentingnya kompetensi dalam percakapan sebagai kunci keberhasilan kemampuan berbicara. Di dalamnya terkandung pemenuhan tujuan-tujuan pragmatis melalui wacana yang interaktif. Ada beberapa ukuran dalam mengembangkan tujuan dan teknik pembelajaran percakapan. Pembelajaran tersebut harus memperhatikan perbedaan antara percakapan transaksional dan interaksional. Terkait dengan hal teknik, perlu dipelajari nominasi topik, memelihara percakapan, giliran berbicara, interupsi, dan menutup percakapan. Ukuran lain adalah ketepatan percakapan dilihat dari aspek sosiolinguistik, gaya berbicara, komunikasi nonverbal, dan percakapan rutin.

Pembelajaran pelafalan/pengucapan memiliki sisi kontroversi jika dikaitkan dengan pembelajaran berbicara dalam konteks komunikasi dan interaksi. Pembelajaran berbicara dalam bahasa asing menekankan pada bahasa secara keseluruhan dan pemaknaan konteks. Meskipun demikian pembelajaran pelafalan masih relevan dan penting dipelajari.


(32)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Akurasi dan kelancaran (Accuracy an Fluency) dalam pembelajaran berbicara menjadi ukuran keberhasilan. Akurasi dan fluensi bisa berorientasi pada pesan yang disampaikan atau pada bahasa yang digunakan. Akurasi lebih ditekankan pada ketepatan penggunaan elemen bahasa seperti fonologi, tatabahasa, dan wacana. Sedangkan fluensi menekankan pada kelancaran pesan diungkapkan dengan bahasa (Brown, 2001:267-269).

Faktor-faktor afektif merupakan salah satu isu yang mempengaruhi

pembelajaran berbicara. Sementara ini masih berkembang sikap „kehati-hatian‟

dalam berbicara dalam arti yang kurang baik. Ada konsep dari „language ego‟ yang menyatakan bahwa „Anda adalah apa yang Anda ucapkan‟, kemudian ada

ungkapan dari Twains (dalam Brown, 2001:269) bahwa lebih baik diam daripada terlihat kebodahannya. Guru justru harus mampu menggugah agar siswa berani dan mau berbicara.

Kemampuan guru dalam hal menggugah siswa agar berani berbicara dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Kegiatan berbicara ini dapat dilaksanakan melalui metode pelatihan. Metode pelatihan ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan bercerita.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sudarmadji, dkk. (2010:1) bahwa cerita adalah salah satu kebutuhan bagi anak. Cerita juga sangat membantu untuk menghidupkan suasana pembelajaran. Guru yang mau memenuhi kebutuhan anak didiknya dan pandai menghidupkan suasana, tentu akan berkenan dihati anak didik. Seorang ahli psikologi pendidikan Buhler (Sudarmadji, dkk, 2010: 2) mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Ia suka pada hal-hal yang


(33)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8

fantastis, hal-hal yang jarang terjadi, yang membuat imajinasinya dapat „menari

-nari‟.

Seperti pernyataan Stewig (dalam Norton, 1983:236) berikut ini.

“States that there are three important reasons to include storytelling as part of childhood experiences. First, storytelling helps children understand the oral tradition of literature. Second, storytelling allows the adult an opportunity to involve children in the experience. Third, when an adult tells a story, children understand that it is a worthy activity and are stimulated to try telling stories themselves”.

Dari ketiga alasan yang dikemukakan oleh Stewig di atas penelitian ini menerapkan kegiatan bercerita sebagai rangsangan bagi siswa untuk mau berbicara melalui menceritakan kembali pengalaman atau kisah-kisah mereka sendiri.

Suyanto & Abbas (dalam Musfiroh, 2008:19) menyatakan bahwa cerita dapat digunakan oleh orang tua dan guru sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak melalui pendekatan transmisi budaya atau cultural transmission approach.

Dalam cerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita (meaning and intention of story). Anak melakukan serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari interpretasi, komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya (Musfiroh, 2008:19). Melalui kegiatan ini, transmisi budaya terjadi secara alamiah, bawah sadar, dan akumulatif hingga jalin-menjalin membentuk kepribadian anak. Makna kebaikan , kejujuran, kerjasama akan berakumulasi pada benak anak mengisi lobus-lobus dalam leksikon mental dan ensiklopedi mental.


(34)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Proses ini terjadi secara lebih kuat dari pada nasehat atau paparan (Musfiroh, 2008:20).

Lebih lanjut Musfiroh (2008:20-21) memaparkan bahwa bercerita menjadi sesuatu yang penting bagi anak karena beberapa alasan:

1) bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak disamping teladan yang dilihat anak setiap hari;

2) bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis dan menyimak, tidak terkecuali untuk anak taman kanak-kanak;

3) bercerita memberi ruang lingkup yang bebas pada anak untuk mengembangkan kemampuan bersimpati dan berempati terhadap peristiwa yang menimpa orang lain. Hal tersebut mendasari anak untuk memiliki kepekaan sosial;

4) bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang baik, sekaligus memberi

“pelajaran” pada anak bagaimana cara mengendalikan keinginan-keinginan yang dinilai negatif oleh masyarakat;

5) bercerita memberikan barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa saja yang diterima oleh masyarakat sekitar, seperti patuh pada perintah orang tua, mengalah pada adik, dan selalu bersikap jujur;

6) bercerita memberikan “pelajaran” budaya dan budi pekerti yang memiliki retensi lebih kuat dari pada “pelajaran” budi pekerti yang diberikan melalui penuturan dan perintah langsung;


(35)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

10

7) bercerita memberikan ruang gerak pada anak, kapan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap akan diaplikasikan;

8) bercerita memberikan efek psikologis yang positif bagi anak dan guru sebagai pencerita, seperti kedekatan emosional sebagai pengganti figur lekat orang tua; 9) bercerita membangkitkan rasa tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot, dan menumbuhkan kemampuan merangkai sebab-akibat dari suatu peristiwa dan memberikan peluang bagi anak untuk belajar menelaah kejadian-kejadian di sekelilingnya;

10) bercerita memberikan daya tarik bersekolah bagi anak. Cerita memberikan efek reaktif dan imajinatif. Karena cerita menyenangkan bagi anak hal itu membantu pembentukan serabut syaraf pada anak. Setiap respon positif yang dimunculkan anak akan memperlancar hubungan antarneuron. Secara tidak langsung, cerita merangsang otak untuk menganyam jaringan intelektual anak;

11) bercerita mendorong anak memberikan “makna” bagi proses belajar terutama mengenai empati sehingga anak dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandang suatu masalah dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain, anak belajar memahami sudut pandang orang lain secara lebih jelas berdasarkan perkembangan psikologis masing-masing (Musfiroh, 2008:21).

Dari uraian tersebut penulis menyimpulkan bahwa dengan kegiatan bercerita dapat memberikan pelajaran budaya dan budi pekerti dan memberikan


(36)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

efek psikologis yang positif seperti kedekatan emosional antara guru dan anak didik.

Untuk itu para guru perlu membekali dirinya dengan keterampilan bercerita ini. Salah satu alasan yang mendorong guru untuk mulai mengasah kemampuan bercerita adalah kenyataan bahwa cerita merupakan media yang efektif dalam menerapkan pendidikan karakter.

Pendidikan karakter yang diberikan kepada siswa dapat membentuk prilaku positif, interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk kemampuan akademik. (Lickona, dalam Megawangi, 2004).

Menurut Megawangi (2004:101) ada beberapa nilai-nilai yang dianggap perlu untuk dijadikan fokus pendidikan karakter. Dalam deklarasi Aspen (dikutip oleh Megawangi dalam Brooks, 1997) menghasilkan enam nilai etik utama (core ethical value) yang disepakati untuk diajarkan dalam sistem pendidikan karakter di Amerika yang meliputi (1) dapat dipercaya (trustworthy) meliputi sifat jujur (honesty) dan integritas (integrity), (2) memperlakukan orang lain dengan hormat (treats people with respect), (3) bertanggung jawab (responsible), (4) adil (fair), (5) kasih sayang (caring), dan (6) warga negara yang baik (good citizen).

Adapaun IHF (dalam Megawangi, 2004:102) telah membuat konsep sembilan pilar karakter untuk dijadikan modul pendidikan karakter. Kesembilan ini adalah nilai-nilai yang bersifat universal, yaitu (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran/amanah, bijaksana, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka menolong, dan gotong


(37)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

12

royong, (6) percaya diri, kreatif, dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, kedamaian dan kesatuan. Untuk konteks Indonesia, aspek ke-Tuhan-an ini memang sesuai dengan apa yang terdapat dalam dasar ideologi negara (Pancasila) yang ditempatkan pada sila pertama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan berbicara adalah melalui kegiatan bercerita berbasis karakter. Kegiatan bercerita berbasis karakter dipandang cukup relevan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Penelitian ini akan mengacu kepada pernyataan yang dikemukakan oleh Stewig (dalam Norton, 1983:236) sebagai dasar untuk menggunakan kegiatan bercerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara.

Penelitian ini akan menjadikan kegiatan bercerita sebagai kegiatan yang nantinya akan mampu membuat siswa untuk berani dan terampil berbicara, basis karakter yang digunakan sebagai dasar kegiatan bercerita adalah untuk mendidik siswa agar mempunyai keberanianserta kreatif dalam memunculkan ide-ide yang imajinatif, mampu bekerja keras, bertanggung jawab, memiliki rasa hormat, dan pantang menyerah.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah 1.2.1 Batasan Masalah

Penelitian ini akan membahas peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui kegiatan bercerita berbasis karakter . Ruang lingkup keterampilan


(38)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbicara dibatasi pada kemampuan menceritakan kembali pengalaman sendiri/pengalaman yang mengesankan serta hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa terhadap bahan-bahan yang dibaca (salah satunya adalah buku cerita yang telah disediakan). Salah satu pertimbangan pemilihan ragam tersebut adalah untuk memberanikan siswa mengungkapkan kembali apa yang telah diamati dan mampu mengeksplorasi pesan-pesan yang ada. Penelitian ini akan bermuara pada perubahan tingkah laku yang ditampakkan oleh siswa dan dapat dilihat secara konkret serta dapat diamati. Tingkah laku tersebut dapat diamati melalui kemampuan berbicara.

Pembelajaran keterampilan berbicara melalui kegiatan bercerita berbasis karakter adalah pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan berbicara. Alasannya adalah pendekatan ini akan mampu mendorong siswa untuk lebih kreatif sesuai dengan budaya dan karakter yang mereka miliki, sehingga akan menimbulkan keberanian dan rasa percaya diri pada individu masing-masing. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Banuhampu tahun ajaran 2011/2012.

1.2.2 Rumusan Masalah

Masalah umum yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan berbicara siswa melalui kegiatan bercerita berbasis karakter dapat meningkat. Secara rinci masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut.


(39)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

14

1) Apakah kegiatan bercerita berbasis karakter dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa SMA Banuhampu?

2) Apakah ada hubungan kegiatan bercerita berbasis karakter dengan peningkatan kemampuan berbicara siswa pada kelompok PBMKBBK dan kelompok PBMT?

3) Apakah kegiatan bercerita berbasis karakter lebih efektif dari pada pembelajaran berbicara melalui metode terlangsung dalam PBM di SMA Banuhampu?

4) Apakah kualitas berbicara siswa SMA Banuhampu melalui kegiatan bercerita berbasis karakter hasilnya cukup baik?

5) Apakah karakter jujur, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab, dan santun tercermin dalam kegiatan bercerita siswa?

Kelima permasalahan tersebut akan diukur melalui format instrumen (terlampir)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada implementasi kemampuan berbicara siswa SMA Banuhampu melalui kegiatan bercerita berbasis karakter . Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1) meningkatkan kemampuan berbicara siswa SMA Banuhampu;

2) melihat hubungan kegiatan bercerita berbasis karakter dengan peningkatan kemampuan berbicara siswa SMA Banuhampu;

3) melihat keefektifan kegiatan bercerita berbasis karakter pada siswa SMA Banuhampu;


(40)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4) meningkatkan kualitas berbicara siswa SMA Banuhampu melalui kegiatan bercerita berbasis karakter;

5) melihat pengembangan karakter siswa dalam kegiatan bercerita.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui kegiatan bercerita berbasis karakter. Penerapan kegiatan bercerita berbasis karakter ini berdasarkan kenyataan empiris yang ditemui di sekolah. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teori maupun secara praktis.

1.4.1 Manfaat secara Teori

Penelitian ini menerapkan kegiatan bercerita berbasis karakter dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Dengan demikian secara teoretis penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan dalil-dalil atau prinsip-prinsip yang berdasarkan keefektifan dan implementasi pembelajaran berbicara yang dikembangkan melalui kegiatan bercerita berbasis karakter.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi atas pembelajaran keterampilan berbicara yang telah dilaksanakan sebelumnya. 2) Bagi siswa proses penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman


(41)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

16

3) Bagi sekolah atau Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukkan bagi para guru dalam mengembangkan profesinya sebagai pendidik sekaligus sebagai guru yang profesional. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi masukan bagi sekolah dalam hal penyediaan sumber belajar serta memberikan pengalaman belajar yang lebih variatif bagi para siswa.

4) Bagi para peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan memberikan inspirasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan model pembelajaran.

1.5 Asumsi

Ada beberapa asumsi yang dijadikan landasan dalam penelitian ini.

1) Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang , terutama siswa sebagai calon ilmuwan. Untuk itu kemampuan berbicara atau berujar perlu dipelajari.

2) Penekanan pembinaan karakter dalam berbicara, sehingga siswa mempunyai jati diri yang bertanggung jawab.

3) Kemampuan berbicara akan berhasil dengan baik jika ditunjang oleh penggunaan pendekatan pembelajaran yang mendukung siswa terlibat aktif dalam berkomunikasi.

4) Kegiatan bercerita berbasis karakter dalam peningkatan kemampuan berbicara siswa memiliki potensi akan mampu memunculkan kepribadian


(42)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

siswa yang meliputi perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, potensi, nilai-nilai, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.

1.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah kegiatan bercerita berbasis karakter akan mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa SMA Banuhampu.

1.7 Identifikasi Variabel

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah (a) Pembelajaran bercerita berbasisi karakter sebagai variabel independen, (b) kemampuan berbicara siswa SMA Banuhampu sebagai variabel dependen.

1.8 Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah pengertian tentang konsep-konsep yang akan dikaji dalam penelitian ini , maka penulis perlu menjelaskan beberapa definisi operasional seperti yang tertuang di bawah ini.

1) Pembelajaran adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses belajar mengajar melalui penggunaan metode atau teknik yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

2) Berbicara adalah kemampuan berbahasa yang sering digunakan seseorang sebagai alat komunikasi sehari-hari. Dalam proses belajar-mengajar, siswa dituntut mampu mengemukakan pendapat secara lisan. Misalnya bertanya dalam kelas, atau berdiskusi memecahkan masalah yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang sedang dipelajarinya.


(43)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

18

3) Bercerita adalah kesanggupan seseorang untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya kepada orang lain. Cerita merupakan kebutuhan yang universal bagi manusia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Cerita sangat bermanfaat untuk membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi tentang berbagai hal yang muncul dalam pikiran serta dapat mengembangkan nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita tersebut.

4) Karakter adalah watak atau sifat, fitrah yang ada pada diri manusia yang perlu kita bentuk, kita tumbuh kembangkan dan kita bangun. Pendidikan karakter yang diberikan kepada siswa dapat membentuk prilaku positif, interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk kemampuan akademik.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa pembelajaran berbicara melalui kegiatan bercerita berbasis karakter adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru untuk melihat kesanggupan siswa dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang ada dalam pikirannya kepada orang lain sekaligus penanaman nilai karakter kepada siswa agar terbentuk prilaku positif, interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk kemampuan akademik.


(44)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan asumsi-asumsi yang kemudian dikembangkan dari beberapa kajian teori . Pada penelitian ini teori-teori yang dijadikan rujukan akan saling melengkapi sesuai dengan temuan yang terjadi di lapangan.

Penelitian peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui kegiatan bercerita berbasis karakter untuk selanjutnya disebut (PBMKBBK) berawal dari kajian teori dan kenyataan empiris bahwa pembelajaran berbicara di sekolah sering dianggap kurang perlu dan tidak ditangani secara serius oleh guru sebab siswa sudah dianggap bisa berbicara. Padahal kenyataannya banyak siswa yang tidak berani berbicara. Karena berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting maka diperlukan proses pembelajaran yang tepat karena terkait dengan berbagai masalah. Faktor-faktor yang terkait dalam berbicara adalah kemampuan menggunakan kosa kata yang tepat serta keberanian untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikiran pembicara. Untuk memiliki kemampuan itu siswa perlu diberikan latihan dan kesempatan untuk mengungkapkan gagasan tersebut. Hal itu bisa dilakukan melalui proses kegiatan bercerita berbasis karakter.

Kegiatan bercerita merupakan salah satu teknik dalam pengembangan kemampuan berbicara. Melalui bercerita kemampuan berbahasa siswa akan terlihat dan melalui bercerita akan dapat diamati karakter yang muncul pada diri siswa. Karakter ini tidak saja dinilai dari diri siswa tetapi juga digali dari cerita yang mereka sampaikan. Dengan demikian melalui bercerita penanaman nilai karakter dapat dilaksanakan. Cerita yang akan disampaikan oleh siswa adalah


(45)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

20

cerita berdasarkan pengalaman pribadi yang mereka alami dan cerita yang telah disediakan oleh guru yaitu beberapa cerita rakyat dari Sumatera Barat. Oleh sebab itu, penelitian mengenai peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui kegiatan bercerita berbasis karakter dapat dituangkan dalam paradigma penelitian berikut.

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

EMPIRIS

LATAR BELAKANG

TEORI

CERITA:

CERITA

PENGALAMAN SISWA

CERITA RAKYAT

KARAKTER:

JUJUR

RASA HORMAT & PERHATIAN TEKUN TANGGUNG JAWAB SANTUN

TEORI

MASALAH:

RENDAHNYA KEMAMPUAN

BERBICARA SISWA

PBMKBBK

KEMAMPUAN BERBICARA MENINGKAT

KARAKTER SISWA BERKEMBANG


(46)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menguji keefektifan pembelajaran berbicara melalui kegiatan bercerita berbasis karakter. Alasan pemilihan pembelajaran ini adalah (1) memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri, (2) membiasakan siswa untuk berani mengembangkan ide-ide serta kreatif dan mempunyai sikap santun dalam berbicara. Untuk keperluan penelitian ini, maka diperlukan tahapan penelitian berupa (1) metode dan rancangan penelitian, (2) prosedur penelitian, (3) Lokasi penelitian, (4) sumber data penelitian, (5) variabel penelitian, (7) alat pengumpul data , dan (8) teknik analisis data

3.1 Metode dan Rancangan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuannya, penelitian ini dimaksudkan untuk mencermati berbagai permasalahan yang muncul, mendeskripsikan dan menganalisis, serta memvalidasinya sebagai pembelajaran berbicara di SMA Banuhampu Kabupaten Agam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Borg dan Gall (Sugiyono, 2008) bahwa penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.


(47)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

84

Borg dan Gall menjelaskan bahwa dalam penelitian jenis ini terdiri atas kegiatan pendahuluan yang dilakukan berupa studi deskriptif, dan kegiatan pengembangan yang dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap subjek yang diteliti untuk diketahui perkembangannya. Perlakuan yang dimaksud adalah kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa melalui bercerita dengan memanfaatkan cerita pengalaman pribadi dan buku cerita yang telah disediakan.

3.2. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi. Untuk itu tahap-tahap yang akan dilakukan adalah seperti berikut yaitu: tahap prapenelitian, penyusunan rancangan awal PBMKBBK, uji coba rancangan model, perbaikan rancangan model, dan tahap penelitian kuasi eksperimen.

3.2.1 Prapenelitian

Langkah awal penelitian ini adalah melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran berbicara yang sedang berlangsung, peneliti juga melakukan observasi dan kemudian melaksanakan wawancara dengan guru dan kepala sekolah yang bertujuan untuk mengetahui pendekatan pelaksanaan pembelajaran berbicara yang digunakan oleh guru pada saat mengajarkan berbicara kepada siswa. Setelah itu peneliti menyebarkan angket kepada siswa. Penyebaran angket ini dalam rangka menggali karakter siswa seperti: sikap, perhatian, tanggung jawab, kejujuran, ketekunan serta minat terhadap pembelajaran berbicara.


(48)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Berdasarkan hasil dari observasi, wawancara, dan angket yang diperoleh maka dilakukan pendeskripsian, interpretasi, dan analisis sebagai dasar penyusunan rancangan model pembelajaran berbicara.

Untuk menyusun rancangan penelitian maka dilakukan kegiatan yang meliputi: (a) menyusun pedoman kerja bersama guru bahasa Indonesia berdasarkan GBPP, silabus, RPP, buku rujukan, dan buku pegangan guru, (b) mensosialisasikan kegiatan penelitian kepada guru dan siswa untuk penyamaan persepsi agar pelaksanaan penelitian berjalan seperti yang diharapkan, (c) menjalin kerjasama dengan kepala sekolah, guru bahasa Indonesia dan personil yang ada di lingkungan sekolah untuk kepentingan penelitian, (d) menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta pokok bahasan yang akan diajarkan selama pelaksanaan penelitian, (e) menyusun jadwal observasi tentang proses belajar-mengajar, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol guna memberi masukan apabila terjadi hal-hal di luar proses penelitian, (f) membahas beberapa konsep instrumen seperti : (1) lembar kuesioner (angket) ke-1 terkait dengan karakter siswa pada saat mengikuti pembelajaran berbicara yang sedang berlangsung dan rencana pembelajaran berbicara melalui kegiatan bercerita berbasis karakter. Cerita yang akan disampaikan adalah cerita pengalaman sendiri/pengalaman terindah serta menceritakan kembali cerita yang telah disediakan, lembar kuesioner ke-2 diberikan kepada siswa setelah uji coba dilakukan. Angket ini terkait dengan sikap dan minat siswa setelah belajar berbicara melalui kegiatan bercerita berbasis karakter, sekaligus untuk mengetahui efektivitas dan kebermaknaan proses pembelajaran, serta kemungkinan


(49)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

86

pembelajaran melalui kegiatan bercerita ini dikembangkan dalam pembelajaran berbicara, (2) lembar observasi untuk mengukur kualitas proses belajar-mengajar dan hasil pembelajaran berbicara melalui kegiatan bercerita pengalaman sendiri/pengalaman terindah dan menceritakan kembali cerita yang telah disediakan. Lembar observasi ini diberikan sebelum dan sesudah uji coba dilakukan, (g) menyiapkan silabus dan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada, (h) menyiapkan lembar interpretasi karakter siswa, karakter tokoh, dalam cerita penilaian perilaku tokoh, penilaian berbicara, dan lembar penilaian tugas menceritakan kembali buku cerita, (i) mendiskusikan semua hasil yang telah diperoleh kepada guru bidang studi, kepala sekolah , teman sejawat, dan personil yang berkompeten untuk mendapatkan masukan demi kemurnian hasil penelitian.

3.2.2 Rancangan Awal Pembelajaran Berbicara Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter (PBMKBBK)

a. Rancangan Pembelajaran

Rancangan pembelajaran merupakan kerangka utama pelaksanaan pembelajaran yang merupakan hasil refleksi dari konsep pembelajaran berbicara melalui kegiatan bercerita berbasis karakter dan penyusunan model yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Proses penyusunan rancangan ini meliputi semua komponen proses pembelajaran yakni tujuan, materi, metode, aktivitas guru dan siswa, serta evaluasi. Adapun tahapan kegiatannya adalah: mengenalkan, menghubungkan, menerapkan, merefleksikan, dan mengembangkan. Tahapan tersebut merupakan akronim ICARE yakni


(50)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

introduce „mengenalkan‟, connect „menghubungkan‟, apply „menerapkan‟, reflect

„merefleksikan‟, dan extend „mengembangkan‟.

Merupakan modifikasi rancangan model dari Meyers (1986), Jhonson dan Morrow, 1981; Arnold, 1985 ( dalam Joyce dan Well, 2011, Heryati , 2009: 112).

1) Tahap Mengenalkan

Yaitu tahapan penanaman pemahaman tentang isi pembelajaran. Bagian ini diisi dengan penentuan tujuan. Dalam pembelajaran berbicara berdasarkan pendekatan komunikatif, tugas guru adalah menguraikan kegiatan praktis yang akan dipelajari siswa. Tahap ini dilakukan selama 10 menit.

2) Tahap Menghubungkan

Tahap ini berisi menghubungkan bahan ajar baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Guru dapat melakukan brainstorming sederhana untuk memahami apa yang telah diketahui, dialami, dan dilakukan siswa sebelumnya. Setelah itu, guru menghubungkan dengan informasi baru.

Tahapan ini juga bertujuan menjajagi ide-ide yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran berbicara dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Siswa secara langsung diberi kesempatan menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi dan mengkomunikasikannya kepada orang lain guna menciptakan lingkungan belajar yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang menantang keberanian serta


(51)

Yetty Morelent, 2012

Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Kegiatan Bercerita Berbasis Karakter Di Sekolah Menengah Atas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

88

antusias siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pelaksanaan tahapan ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit.

3) Tahap Menerapkan

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman sendiri/pengalaman terindah kemudian menjelaskan dan menginterpretasi karakter tokoh dari cerita yang dibaca. Selanjutnya siswa diarahkan untuk mampu menggali kemampuan berbahasa lisan melalui pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan pendapat, menjawab pertanyaan, menanggapi masalah, menganalisis masalah, memecahkan masalah, menilai karakter yang diamati, serta memberikan pandangan terhadap cerita yang dibaca. Kegiatan ini dilakukan dengan cara berdiskusi yang dilakukan antara 40 sampai 50 menit.

4) Tahap Merefleksi

Pada tahap ini siswa diajak untuk melakukan refleksi. Kegiatan refleksi dilakukan dengan cara mengidentifikasi hambatan-hambatan berbicara, menilai kemampuan sendiri, dan menyampaikan kesan dan pesan selama kegiatan berlangsung. Manfaat refleksi ini agar siswa dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki.

5) Tahap Mengembangkan

Tahap ini dilakukan setelah siswa menyelesaikan pembelajaran tatap muka di kelas. Tujuannya untuk memperluas wawasan siswa dengan cara mengerjakan


(1)

Yetty Morelent, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Hamka. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati. Jakarta: Al-Mawardi Prima.

Abidin, Yunus. 2009. Kemampuan Menulis dan Berbicara Akademik. Bandung: Rizqi Press.

Abrams, M.H. 1981. A. Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Ali, H.M. 1993. Strategi Penilaian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Alice Syahputra, Mamby dan JN. Adi Sasongko. 2012. Trik Ampuh Piawai

Berkomunikasi. Yogyakarta: Real Books.

Anees, Bambang Q. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arends, Richard. 1977. Classroom Instructional Management. New York: The McGraw-Hill Company.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: Rineka Cipta.Prosedur

Arsjad, Maidar G. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jaskarta: Erlangga.

Aziz, Abdul. 2008. Penelitian Eksperimen. “ Tugas Mata Kuliah Analisis Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan”. Bandung: SPS-UPI

Azwar, Saefudin. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brown, H, Douglas. 2001. Principles of Language Learning and Teaching. New

York: Addison Wesley Longman, Inc.

Cochran, Leslie H. 1989. Administrative Commitment to Teaching. Cape Girardeau, Mo.: Step Up, Inc.

Cook. D. Thomas dan Campbell T. Donald. 1979. Quasi Eksperimentation Design

& Analysis Issues for Field Settings. Chicago. Rand McNally College


(2)

Yetty Morelent, 2012

Corson, David. 1988. Oral Language Across the Curicculum. Philadelphia. Clevedon.

Creswell, John W. 2010 Research Design “ Qualitative, Quantitative, and Mixed Methads

Approaches”. Third Edition. Thous and oaks California.

Danim, Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Davey, D Mackenzie. 1990. Bagaimana Menjadi Penilai Karakter Yang Baik. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Djatmika. 2004. Buku Kolita “ Konfrensi Linguistik Tahunan” 2. Jakarta: Atmaja. Foster, E.M. 1970. Aspect of the Novel. Harmondswort: Penguin Book.

Fraenkel, J. R dan Norman E. Wallen. 2006. How to Design and Evaluate Research (Sixth

Edition). New York: The McMillan Company.

Friederich, Willard J. dan Ruth A.Wilcox. 1953. Teaching Speech in High School. New York: The McMillan Company.

Fulcher, Glenn and Fred Davidson. 2007. Language Testing and Assessment. New York: Routledge.

Furqanul Azies dan Chaedar Al Wasilah. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan

Pratik. Bandung: Rosdakarya.

Furqon. 2008. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ghazali, A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan

Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Halim, Amran, dkk. 1982. Ujian Bahasa. Jakarta: PT. Wira Nurbakti.

Hasan, Said Hamid, dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset.

Johnson, Elaine B. 2006. Contextual Teaching and Learning. Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: MLC.

Joyce, B. dan Marsha W. 2011 Models of Teaching Eight Edition. Boston Allyn and Bacon. Kardi, S. Dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya:University Press.


(3)

Yetty Morelent, 2012

Khabibah, S. 2006. “Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka

untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar.” Disertasi. Surabaya:

Program Pascasarjana Unesa.

Koesman, Soegeng. 2009. Membangun Karakter Bangsa “ Carut-Marut &

Centang-perenang Krisis Multi Dimensi di Era Reformasi”. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik. Edisi ketiga. Jakarta: Gramedia.

Lickona, T. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and

Responsibility. New York: Bantam Books.

Logan, Lilian M dan Virgil G. Logan. 1972. Creative Communication, Teaching in Language

Art. Toronto: McGraw Hill Ryrson Limited.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa “Tahapan Strategi, Metode, dan Tehniknya”. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Majid, Abdul. 2010. Pendidikan Karakter Dalam Perpektif Islam. Bandung: Insan Cita Utama.

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran “Mengembangkan Standar Kompetensi

Guru”. Bandung Remaja Rosdakarya.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter “Solusi yang tepat untuk membangun bangsa”. Jakarta: BP Migas.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Morelent, Yetty. 2006. Makalah Kolita 4. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika

Atmajaya.

Mulgrave, Dorothy. 1954. Speech. New York: Barnes & Noble, Inc.

Mulyana, Yoyo. 2000. Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca Dalam Pengajaran

Pengkajian Puisi “Disertasi”. Bandung: UPI.

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter “Membangun Karakter Anak Sejak Dari

Rumah”. Yogyakarta: Pedagogia.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Nangoy, Isadora Maria Marti. 2005. 45 Kegiatan untuk Meningkatkan Kemampuan

Berkomunikasi (2). Jakarta: Gramedia.

Nasution,. Noehi, dkk. 1992. Psikologi Pendidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Jakarta.

Norton, Donna E. 1983. Through the Eyes of a Child “An Introduction to Children’s


(4)

Yetty Morelent, 2012

Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology. New York: Prentice Hall.

Nur, M. 1998. Psikologi Pendidikan: Fondasi untuk Pengajaran. Surabaya: IKIP Surabaya. Nurgiyantoro, Burhan.1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Yogyakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ochs, Donovan J. dan Anthony G. Winkler. 1979. A Brief Introduction to Speech. New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc.

Powers, David Guy. 1951. Fundamentals of Speech. New York: Mc Graw-Hill Book Company, Inc.

Purwanto, Ngalim. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Raka, Gede, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Disekolah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Rakhmat, Jalaluddin. 1992. Retorika modern. Pendekatan Praktis. Bandung: Rosda.

Resmini, Novi, dkk. 2009. Pembinaan Dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan

Sastra Indonesia. Bandung:UPI Press.

Richards, Jack C. And Theodore S. Rodgers. 1986. Approaches and Methods in Language

Teaching. London: Cambridge University Press.

Riduwan. 2009. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta. Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menysusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Riduwan. 2007. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta.

Rivers, W.M. 1968. Teaching Foreign Language Skills. Chicago: The University of Chicago Press.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran “Mengembangkan Profesionalisme Guru”.


(5)

Yetty Morelent, 2012

Rusyana, Ade. 2011. 40 Dongeng Paling Menakjubkan. Jakarta: Qultum Media. Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Santrock, John W.2004. Psikologi Pendidikan, Edisi kedua. Jakarta: PT. Fajar Interpratama offset.

Saussure, F. 1965. Cours in general Linguistics. Terjemahan Wade Baskin. New York: McGraw-Hill.

Sastromiharjo, A. 2006. “Kreativitas dan Penggunaan Bahasa”. Jurnal Artikulasi Vo. 3 No.

5 April 2006.

Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan

Pra Sekolah dan Sekolah dasar). Jakarta: Prehallindo.

Slavin, R. E. 1994. Educational Psychology Theory, Research. Fourth Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Stephen R. 2011. Seni Mendengar Dan Komunikasi Yang Efektif. ---: Klik Publishing. Soedarsono, Soemarno. 2002. Character Building Membentuk Watak. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Soedarsono, Soemarno. 2012. Hati dan Peran Penting Karakter Hasrat Untuk Berubah. Jakarta: Harian Umum Pelita, Edisi 04 Juni

Sudarmadji, dkk. 2010. Teknik Bercerita. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RCD. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabenta.

Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes. Suatu Pengantar kepada Teori Tes dan

Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Supadjar, Damardjati. 2001. Serat Sastra Gending. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Susanto, Edi. 2005. Penerapan Model Permainan Tematis dalam Pembelajaran Menulis di

Sekolah Dasar. (Disertasi) Bandung: Pascasarjana UPI.

Subana, M. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sumardi, M. 1992. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah: Gramatika atau Komunikasi

Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka


(6)

Yetty Morelent, 2012

Suparno, P. 2001. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta Kanisius.

Suparno. 1997. Educational Psychology Theory, Research, and Practice. Fifth Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon.

Syarbini, Amirulloh. 2011. Rahasia Sukses Pembicara Hebat. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1990. Tehnik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Bandung:Theme.

Tarigan, Djago. 1996. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I. Jakarta:Universitas Terbuka.

Tarigan, H.G. 1981. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1984. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G dan Suhendar. 1986. Berbicara I. Jakarta:Universitas Terbuka.

Tarigan, H.G. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 1991. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran “Menciptakan Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif. Jakarta: Bumi Angkasa.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1956. Theory of Litarature. New York: Harcourt, Brace & World, Inc. (Terjemahan dalam Bahasa Indonesia oleh Melani Budiyanto. 1989.

Teori Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia).

Wuryandani, Wuri. 2006. Strategi Bercerita Untuk Menanamkan Nilai Moral Pada Anak

Usia Dini “Majalah Ilmiah Pembelajaran”, Volume 2, Nomor 2. --- .

Yamin, Sofyan dan Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete. Jakarta: Salemba Infotek. Yasir, Muhamad. 2011. 50 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. Jakarta: Al-Kautsar Kid. Heryati, Yeti. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Siswa Aktif (Student Active Learning)

Bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia (Disertasi).