EVALUASI PEMBELAJARANANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF KOTA TASIKMALAYA.

(1)

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN ... .... i

ABSTRAK ... .... ii

KATA PENGANTAR ... .... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... ... v

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Fokus dan Pertanyaan Penelitian... 7

1. Fokus Penelitian... 7

2. Pertanyaan Penelitian ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Tesis... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... .. 12

A. Pengertian Pendidikan Inklusif... 12

B. Karakteristik Pendidikan Inklusif... 15

C. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif... 19

D. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif... 24


(2)

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara

F. Implikasi Pengelolaan Pendidika Inklusif... 26

G. Anak Berkebutuhan Khusus... 29

1. Definisi ... 29

2. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus... 31

3. Karakteristik dan Kebutuhan Pembelajaran ABK... 33

H. Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus... 48

1. Proses Perencanaan Evaluasi... 54

2. Proses Pelaksanaan Evaluasi... 59

3. Bentuk Pelaporan Hasil Pembelajaran... 59

BAB III METODE PENELITIAN... 63

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 63

B. Desain Penelitian ... 64

C. Pendekatan Penelitian ... 66

D. Definisi Operasional... 68

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 69

F. Instrumen Penelitian ... 70

G. Analisis Data ... 72

H. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data... 74

BAB IV HASIL PENELITI AN DAN PEMBAHASAN... 76

A. Hasil Penelitian... 76

1. Proses Perencanaan Evaluasi... 76


(3)

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara

3. Bentuk Pelaporan Hasil Pembelajaran... 87

B. Pembahasan... 102

1. Proses Perencanaan Evaluasi Pembelajaran... 102

2. Proses Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran... 105

3. Bentuk Pelaporan Hasil Evaluasi pembelajaran ABK... 108

Bab V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 122

A.Kesimpulan... 122

B.Rekomendasi... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(4)

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan inklusif menghargai keberagaman apapun perbedaannya. Pendidikan inklusif berkeyakinan bahwa setiap individu dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Melalui pendidikan inklusif, anak berkebutuhan khusus dididik bersama-sama dengan anak pada umunya pada tempat yang sama dengan pelayanan yang berbeda. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang yang sama dengan anak pada umumnya untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi anak berkelainan. Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Pasal inilah yang memungkinkan terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif. Secara


(5)

Rahmat Syafi'i, 2012

lebih operasional, hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus nomor 70 tahun 2009.

Kementrian Pendidikan Nasional, (2010:4) Pendidikan inklusif adalah sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak berkebutuhan khusus dan anak cerdas istimewa dan bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan anak pada umumnya.

Pendidikan inklusif merupakan idiologi atau cita-cita yang ingin diraih sebagaimana idiologi atau cita-cita,pendidikan inklusif harus menjadi arah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu pendidikan inklusif tidak diartikan sebagai model pendidikan atau pendekatan pendidikan yang memasukan anak penyandak cacat ke sekolah regular semata-mata. Sebagai konsekwensi dari pandangan bahwa pendidikan inklusif itu sebagai idiologi atau cita-cita dan bukan sebagai model, maka akan terjadi keragaman dalam implementasinya, antara negara yang satu dengan negara yang lainnya, antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya. Proses menuju pendidikan inklusif akan sangat tergantung kepada sumberdaya yang dimiliki oleh masing-masing negara, daerah atau sekolah.

Meskipun terjadi keragaman dalam imlementasinya, tidak ada perbedaan filosofi dan konsep yang digunakannya karena berangkat dari sumber yang sama. Dalam rangka memperkenalkan pendidikan inklusif menuju pendidikan yang


(6)

Rahmat Syafi'i, 2012

berkualitas, diperlukan adanya perubahan opini, pemahaman dan sikap para penyelenggara pendidikan (guru, kepala sekolah, administrator, atau pengambil kebijakan pendidikan, orang tua dan masyarakat pada umumnya) terhadap anak dan pendidikannya.

Layanan dalam pendidikan inklusif harus memperhatikan hasil identifikasi dan asesmen anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan hasil identifikasi dan asesmen tersebut dikembangkan berbagai kemungkinan alternatif program layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Layanan alternatif yang dimaksud adalah layanan pendidikan penuh dalam hal ini anak berkebutuhan khusus belajar bersama didalam komunitas kelas yang beragam dibawah bimbingan guru kelas, guru bidang studi dan guru lainnya. Sedangkan guru GPK (guru pendidikan khusus) bertanggung jawab dalam pembuatan program, monitor pelaksanaan pro gram dan mengevaluasi hasil pelaksanaan program. Layanan pendidikan yang dimodifikasi artinya anak berkebutuhan khusus belajar bersama dalam komunitas yang beragam dibawah bimbingan guru kelas, guru bidang studi dan guru lainnya, sedangkan guru pendidikan khusus berperan dalam membimbing beberapa aktivitas tertentu yang tidak dapat di ikuti anak berkebutuhan khusus dengan menggunakan program pembelajaran individual (PPI), dan layanan pendidikan individualisasi adalah anak berkebutuhan khusus mengikuti proses belajar bersama-sama dengan anak pada umumnya dalam komunitas kelas yang beragam di bawah bimbingan penuh guru pendidikan khusus dalam melaksanakan PPI.


(7)

Rahmat Syafi'i, 2012

Di kota Tasikmalaya tepatnya di beberapa sekolah penyelenggara pendidikan inklusif telah melaksanakan pendidikan inklusif sejak tahun 2003 hingga sekarang. Di SD X terdapat 52 anak berkebutuhan khusus dengan jenis yang beragam dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, di SD Y terdapat 43 anak berkebutuhan khusus dengan jenis beragam dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, di SD Z terdapat 40 anak berkebutuhan khusus dengan jenis beragam dari kelas 1 samapi dengan kelas 6. Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap ketiga sekolah tersebut dalam pelaksanaannya terdapat permasalahan yang sipatnya umum seperti guru kurang profesional dalam menangani anak berkebutuhan khusus yang berkaitan dengan pembelajaran, mereka hanya melaksanakan apa yang diberikan oleh UPTD setempat, dalam hal ini ketiga sekolah hanya memakai model kurikulum adopsi dari dinas pendidikan setempat, para guru tidak membuat alternatif kurikulum sehingga para guru mempunyai kesulitan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran apalagi membuat evaluasi pembelajaran, para guru menyeragamkan semua kegiatan pembelajaran baik untuk anak berkebutuhan khusus dengan anak pada umumnya. Selain itu terdapatnya banyak anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas sehingga guru kewalahan dalam melayaninya hal ini sangat bertentangan dengan konsep pendidikan inklusif yaitu dimana anak anak berkebutuhan khusus harus dilayani dengan pilihan alternatif layanannya. Selain itu juga para guru mempunyai permasalahan dalam layanan pembelajaran, salah satunya adalah evaluasi pembelajaran . Masih terdapat masalah-masalah yang sifatnya sangat esensial


(8)

Rahmat Syafi'i, 2012

khususnya dalam proses evaluasi pembelajaran. Menurut para guru, sangat sulit dalam penyusunan soal tes formatif dan sumatif. Guru merasa bingung harus memberikan soal dalam bentuk seperti apa, soalnya bagaimana, instrumennya seperti apa, diberikan kepada siapa, waktu pelaksanaannya kapan, disamakan atau dibedakan, untuk ABK satu dengan ABK lainnya, untuk katagori ABK yang satu dengan katagori ABK lainnya, apa keterlibatan orang tua penting atau tidak, komposisi bobot aspek yang dikembangkannya bagaimana, dan masih banyak pertanyaan yang harus diselesaikan dengan cara bertanya pada guru-guru yang berada di SLB atau para pembuat kebijakan. Disamping itu juga para guru beralasan karena bidang keilmuannya bukan berlatar belakang PLB, dan juga tidak didukung dengan guru pembimbing khusus baik dari pihak sekolah maupun pemerintah daerah.

Menurut Hamid Hasan (1988:13) dalam Toto, (2009:101) evaluasi pembelajaran adalah suatu proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan dalam sebuah sistem pembelajaran dengan berdasarkan kepada kriteria-kriteria tertentu agar tidak dilakukan asal saja. Tanpa kriteria yang jelas apa yang dilakukan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai evaluasi. Sedangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, (2009:4) menjelaskan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar peserta didik, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Sehingga para ahli sering


(9)

Rahmat Syafi'i, 2012

mengartikan evaluasi pembelajaran sebagai keputusan profesional atau sebuah proses dengan seseorang sehingga bisa membuat sebuah keputusan tentang sesuatu yang diharapkan dalam hal ini adalah bagaimana mengevaluasi agar hasil evaluasi pembalajaran dapat diputuskan sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian hasil studi pendahuluan dan kajian teori tentang evaluasi pembelajaran dalam setting inklusif, maka peneliti bermaksud mengkaji lebih mendalam tentang evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dalam setting inklusif di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif yang berada kota Tasikmalaya. Pembelajaran yang dilakukan atau dilaksanakan di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif tentu harus dievaluasi guna mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pelaksanaan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Evaluasi pembelajaran merupakan tahapan suatu proses yang sangat mendasar, yang diperlukan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif yaitu untuk menetapkan standar pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan pekerjaan, dan menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana yang telah ditetapkan.

Masalah-masalah ini jangan dibiarkan berlarut-larut, harus dipecahkan dan dicari solusinya, sehingga pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan cita-cita dan ideology pendidikan inklusif, selain itu tidak akan menimbulkan kesenjangan sosial dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Keberhasilan


(10)

Rahmat Syafi'i, 2012

pendidikan inklusif itu dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah system evaluasi pembelajarnnya.

Dari latar belakang itulah dibutuhkan adanya suatu evaluasi yang tepat yang dapat dijadikan sumber rujukan bagi sekolah lain atau jadi standar bagi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif lain, sehingga dipandang perlu untuk dikaji untuk dikembangkan evaluasi pembelajaran di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

B.Fokus dan Pertanyaan Penelitian 1. Fokus Penelitian

Masalah evaluasi pembelajaran pada sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji lebih dalam, sebab evaluasi pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif dalam membantu anak berkebutuhan khusus yang belajar di Sekolah itu.

Evaluasi yang bagaimana yang digunakan di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif sehingga dapat dijadikan suatu pegangan atau bahkan dijadikan standar oleh sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif lainnya.

Fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana evaluasi pembelajaran terhadap Anak berkebutuhan khusus, khususnya anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen, yaitu akibat kelainan tertentu misalkan


(11)

Rahmat Syafi'i, 2012

anak dengan gangguan penglihatan (tunanetra), anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu), anak dengan gangguan kecerdasan (tunagrahita), anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa), anak dengan gangguan perilaku dan emosi (tunalaras), anak dengan gangguan spesifik , anak lamban belajar , anak autis dan anak ADHD yang berada di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif.

2. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses perencanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif? 2. Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan

khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif?

3. Bagaimana bentuk pelaporan hasil evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan memperoleh gambaran kondisi objektif mengenai:

1. Proses perencanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.


(12)

Rahmat Syafi'i, 2012

2. Proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

3. Bentuk pelaporan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam evaluasi pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus yang berada di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif. Manfaat penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru dapat memodifikasi kurikulum agar ABK dapat terlayani sesuai dengan kebutuhannya.

2. Bagi Sekolah

Pihak sekolah dapat mempersiapkan tenaga ahli atau menghadirkan nara sumber yang berkompeten dalam hal evalausi pembelajaran bagi ABK.

3. Bagi Dinas Pendidikan Kota

Sebagai bahan pertimbangan bagi dinas pendidikan dalam membuat kebijakan terkait dengan penyelenggaran pendidikan inklusif.


(13)

Rahmat Syafi'i, 2012 4. Bagi Peneliti

Peneliti lebih lanjut dapat membuat sebuah model evaluasi pembelajaran yang bisa dijadikan standar bagi sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif lainnya.

E.Struktur Organisasi Tesis

Rincian urutan penelitian tesis ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang Penelitian b. Fokus dan Pertanyaan Penelitian c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian e. Struktur Organisasi Tesis Bab II Kajian Pustaka

Berisi pemaparan tentang evaluasi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusf kota Tasikmalaya sesuai dengan tujuan penelitian.


(14)

Rahmat Syafi'i, 2012

a. Lokasi dan Subjek Penelitian b. Desain Penelitian

c. Pendekatan Penelitian d. Definisi Operasional e. Tehnik Pengumpulan Data f. Instrumen Penelitian g. Analisis Data

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Penelitian

b. Pembahasan

Bab IV Kesimpulan dan rekomendasi a. Kesimpulan

b. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

Rahmat Syafi'i, 2012

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah tiga sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif Kota Tasikmalaya, yaitu: SDN X , SDN X, SDN Z. Alasan sekolah-sekolah ini dijadikan bahan penelitian karena sekolah dasar ini merupakan SD penyelenggara pendidikan inklusif pertama di Kota Tasikmalaya dan ketiga sekolah ini mempunyai permasalahan yang sama yaitu belum melaksanakan pelayanan yang maksimal dalam menangani anak berekbutuhan khusus terutama dalam sistem evaluasi pembelajarannya.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas I sampai dengan VI yang berada di sekolah-sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif yang berada di kota Tasikmalaya.yaitu 6 guru dari SD X, 6 guru dari SD Y, dan 6 guru dari SD Z jadi jumlah seluruh subjek adalah 18 orang guru.


(16)

Rahmat Syafi'i, 2012

Untuk memahami fenomena sosial yang berupa masalah sistem evaluasi pembelajaran anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif di kota Tasikmalaya ini peneliti menggunakan strategi atau desain penelitian studi kasus eksplorasi.

Menggunakan strategi atau desain studi kasus eksplorasi dalam penelitian ini karena studi kasus ini cenderung lebih terbuka untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang penomena yang diteliti. Selain itu desain ini menggunakan ‘bagaimana’ sebagai pertanyaan utama, kemudian pertanyaan ini terjadi dimasa sekarang atau temporer dan peneliti hanya sedikit memiliki peluang mengontrol peristiwa (Yin:2003)


(17)

Rahmat Syafi'i, 2012

Gambar Desain Penelitian

Evaluasi Pembelajaran ABK Di SD PPI Kota Tasikmalaya

Study Pendahuluan Rasio dan Empirik

Studi Pustaka

Input

Evaluasi Pembelajaran ABK Di SD PPI Kota Tasikmalaya

SD X SD Y SD Z

Proses perencanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

Proses pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar

Bentuk pelaporan evaluasi

pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di sekolah

Pengumpulan Data

Proses Ananlisis Data

Wawancara Observasi Dokumentasi Redaksi

Data

Display Data

Vervikasi Data

Out Put Hasil Analisis


(18)

Rahmat Syafi'i, 2012

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk memahami, mengungkap dan menjelaskan berbagai gambaran atas fenomena-fenomena yang ada dilapangan kemudian dirangkum menjadi kesimpulan deskriptif berdasarkan data penelitian yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berupaya memecahkan masalah atau menjawab berbagai pertanyaan dari masalah yang sedang dihadapi tersebut pada masa sekarang. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Sugiyono, (2008:9) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamaiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Lexy J. Moleong (2004:3) mengemukakan lima karakteristik utama dari penelitian kualitatif,sebagai berikut: pertama, peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data. Kedua, menyimpulkan data yang dikumpul dalam penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angka. Ketiga, menjelaskan bahwa hasl penelitian lebih menekankan pada proses bukan tidak semata-mata kepada hasil. Keempat, melalui analsis peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati. Kelima, mengungkap makna sebagai hasil yang esensial dari pendekatan kualitatif.

Alasan lain penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah karena pendekatan kualitatif lebih bersifat naturalistik yang bertujuan mengamati


(19)

Rahmat Syafi'i, 2012

secara terkontrol. Proses penelitian dilakukan dengan terjun kelapangan,berorientasi pada penemuan, eksplorasi, perluasan dan menggambarkan secara holistik.

Dengan demikian penelitian ini berorientasi pada proses bukan pada hasil.


(20)

Rahmat Syafi'i, 2012

1. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, (2010:87) evaluasi pembelajaran adalah proses yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai oleh siswa berkebutuhan khusus setelah menjalani proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu di kelas inklusif. Sedangkan Aripin, (2009:17) menjelaskan bahwa evaluasi pembelajaran berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.

2. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus secara sementara atau permanen dan atau kecacatan sehingga membutuhkan penyesuaian layanan pendidikan. Kebutuhan mungkin disebabkan kelainan secara bawaan atau dimiliki kemudian, masalah ekonomi, kondisi sosial emosi, kondisi politik dan bencana alam.

3. Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif adalah suatu tempat tingkat dasar dengan iklim yang dikondisikan untuk belajar dan mempersiapkan anak dan memberikan pelayanan terhadap semua anak tanpa memandang kekurangan atau kelemahan anak agar dapat belajar bersama-sama,baik dikelas/luar kelas sekolah formal maupun nonformal yang berada ditempat tinggalnya disesuaikan dengan kondisi, potensi dan kebutuhan masing-masing untuk memenuhi perannya dimasa sekarang dan masa mendatang.


(21)

Rahmat Syafi'i, 2012

sekolah inklusif adalah satuan pendidikan formal penyelenggara pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus dan atau yang mengalami hambatan dalam akses pendidikan untuk memperoleh pendidikan yang bermutu bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

E.Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitaian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu teknik utama dan teknik tambahan. Cara memperoleh informasi pada penelitian ini bersifat studi kasus eksfloratif.

Teknik yang digunakan pada penelitian ini dikelompokan menjadi teknik utama dan teknik tambahan yaitu :

1. Teknik Utama

teknik yang dapat menumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

a. Teknik Wawancara

Teknik pengumpulan data yang berbentuk komunikasi verbal. Teknik wawancara di dalam penelitian ini berguna untuk mendapatkan informasi yang jelas, langsung dari sumbernya mengenai masalah yang berhubungan dengan evaluasi pembelajaran anak berkebutuhan khusus yang berada di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif kota Tasikmalaya, yaitu SD X, SD Y, dan SD Z.


(22)

Rahmat Syafi'i, 2012

dengan subjek (responden) yang sudah mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara tersebut.

2. Teknik Tambahan

Adalah teknik yang melengkapi atau memperkuat data-data yang diperoleh dari teknik utama.

a. Teknik Observasi

Tehnik menghimpun data dan informasi melalui pengamatan, yang dilakukan dengan memperhatikan (melihat) dan atau mendengarkan orang atau peristiwa.

Tehnik observasi dapat kita peroleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang samar diperoleh dengan metode lain. Observasi dilakukan bila belum banyak mengungkap keterangan yang dimiliki tentang masalah yang kita selidiki, jadi observasi diperlukan untuk menjajakinya berfungsi sebagai eksplorasi, dari hasil ini kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalahnya dan mungkin menunjukan petunjuk-petunjuk tentang masalahnya dan mungkin menunjukan petunjuk-petunjuk tentang cara pemecahannya. Dengan observasi sebagai alat pengumpul data yang dimaksud adalah observasi yang dilakukan secara sistematis bukan observasi sambil-sambilan atau secara kebetulan saja. Dalam observasi diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasinya.

Data yang ingin diperoleh dari teknik observasi ini yaitu berupa perilaku, tingkah laku yang ada di lingkungan sekolah saat kegiatan sekolah berlangsung.


(23)

Rahmat Syafi'i, 2012

proses pembelajaran dan kegiatan-kegiatan lainnya. b. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk menelaah atau mengkaji data-data atau informasi yang berupa dokumen tertulis, fotografi, dan sebagainya. Teknik ini sebagai penunjang atau bukti secara fisik akan keadaan saat penelitian berlangsung, atau berfungsi sebagai pelengkap bukti-bukti dari data yag diperoleh dari wawancara dan observasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Seperti misalnya foto saat proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, setting kelas, arsip program pemebelajaran yang telah disusun, kurikulum, data-data siswa, dan assesmen, dan sebagainya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk :

1. Pedoman Wawancara

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara yang bersifat terbuka, artinya ketika informan diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuannya tentang masalah yang diajukan, namun untuk membatasi jawaban agar tidak keluar dari fokus masalah yang diajukan maka peneliti membuat standar khusus untuk menarik kesimpulan dari inti pembicaraan informan. Pedoman wawancara terlampir.


(24)

Rahmat Syafi'i, 2012

Pedoman observasi adalah sebagai acuan dalam melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap kasus, sehingga akan diperoleh aspek-aspek yan diteliti secara langsung berdasarkan kepada pedoman observasi yang telah dipersiapkan.

Data-data yang akan diperoleh berupa pengetahuan,pemahanan,dan perilaku dan lain-lain yang ada dilokasi penelitian. Bentuknya berupa pedoman observasi terfokus. Peneliti membuat point-point yang akan diamati.pedoman observasi terlampir

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi dipersiapakan sebagai acuan dalam melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen apa yang diperlukan, yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.

Data-data yang diharapkan dapat diperoleh adalah foto kegiatan belajar, foto situasi dan kondisi sekolah, data-data siswa. Assesmen dan hasilnya. Portofolio hasil kerja guru dan anak, buku laporan hasil pembelajaran dll.

Penyusunan pedoman tersebut disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian tersebut terlampir.

G.Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data induktif, yaitu berangkat dari kenyataan khusus-kongkrit-empirik untuk memperoleh sesuatu yang umum dan abstrak. Cenderung berjalan seperti apa adanya menggunakan waktu yang cukup banyak untuk menghimpun data sebelum


(25)

Rahmat Syafi'i, 2012

data dilakuka untuk dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.

Langkah-langkah yang terkumpul akan dianalisis dan diolah dengan tehnik sebagai berikut:

Tabel 2.2

Langkah-Langkah Analisis Data Kualitatif

Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008:247)

a. Reduksi Data

Proses yang dilakukan segera setelah data diperoleh, yaitu proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan dan mengabstraksikan. Mentrasformasikan data dalam catatan lapangan, lalu dipilah dan diseleksi yang ada relevansi dengan fokus pertanyaan yang diajukan. Transkip data dengan menuliskan kembali hasil wawancara setelah dipilah/diseleksi. Menuliskan kembali hasil wawancara yang diperoleh dari informan merupakan bagian dari proses validasi hasil wawancara.

Data Collection

Data Reduktion

Data Display

Conciusion Drawing/Verifying


(26)

Rahmat Syafi'i, 2012

Display data adalah penyusunan secara sistematis hasil reduksi agar diketahui tema dan polanya dengan menentukan bagaimana data disajikan, antara lain dengan mengklasifikasikan data sesuai dengan pokok masalah. Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk catatan lengkap sebagai deskripsi data atau temuan penelitian. Selanjutnya hasil display data dibahas. Pembahasan senantiasa dilakukan dengan bertitik tolak kepada wawancara, observasi dan studi dokumntasi secara objektif dengan ditunjang oleh landasan teori pula.

c. Penarikan Konklusi dan Verifikasi Data

Penarikan konklusi dari display data, sehingga data dan informasi lebih bermakna. Verifikasi untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian, dengan melihat kembali data dan menimbang makna dari data-data yang dikumpulkan untuk dianalisis. Melakukan cross check (membaca berulang-ulang) untuk mengungkap kebenaran dan konklusi yang dibuat.

H.Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data hasil temuan penelitian diperiksa keabsahannya dengan menggunakan teknik triangulasi yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi merupakan suatu teknik yang tidak hanya sekedar menilai kebenaran data, tapi juga menyelidiki kebenaran data dan kedalaman penelitian atau memperoleh keabsahan penemuan-penemuan itu.

Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber, yang berarti mengecek baik derajat kepercayaa suatu informasi yang diperoleh


(27)

Rahmat Syafi'i, 2012 dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil wawancara terhadap subjek penelitian dengan data hasil wawancara dengan sumber informasi dalam penelitian

2. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan 3. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang

berkaitan dengan penelitian

4. Melakukan member check, melakukan perbaikan-perbaikan jika ada kekeliruan dalam pengumpulan informasi atau menambah kekurangan-kekurangan sehingga informasi yang diperoleh dapat dilaporkan sesuai dengan apa yang dimaksud informan.


(28)

Rahmat Syafi'i, 2012

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan berdasarkan tahapan pelaksanaan penggumpulan data yang dilaksanakan dilapangan, dimulai dari SD X, SD Y, kemudian SD Z. Adapun urutan kesimpulan yang ditetapkan dalam penelitian ini sesuai perolehan data dan hasil analisis data diuraikan sebagai berikut

1. Proses Perenecanaan Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di SD Penyelenggara Pendidikan Inklusif

Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan kemudian disimpulkan bahwa proses perencanaan evaluasi pembelajaran di tiga sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif sudah merencanakan hal-hal sebagai berikut: a. Aspek yang dikembangkan yaitu aspek kognitif, apektif dan psikomotor. Dari

masing-masing ABK disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku disekoah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya.

b. Prosentase bobot masing-masing aspek disesuaikan dengan kebutuhan ABK. Dari masing-masing ABK ringan bobot prosentase dari seluruhnya lebih banyak aspek kogitifnya dibandingkan dengan aspek apektif dan psikomotornya, bobot masing-masing 60 % untuk kognitif, 30 % untuk apektif, dan 10 % untuk psikomor. Kalau untuk ABK berat yaitu 60 % aspek psikomotor, 20 % aspek apektif, 20 % aspek kognitif.


(29)

Rahmat Syafi'i, 2012

c. Belum ada keterlibatan orang tua dalam menyusun kisi-kisi soal. Untuk ABK ringan keterlibatan orang tua tidak perlu, mengingat kurikulum yang berlaku disekolah berlaku juga untuk ABK, untuk ABK sedang dan berat keterlibatan orang tua dibutuhkan karena untuk mengukur kemajuan dan kemampuan ABK.

d. Penyusunan kisi-kisi soal disesuaikan dengan kebutuhan ABK. Kisi-kisi soal untuk ABK yaitu kisi-kisi soal disesuaikan dengan kurikulum yang dipakai disekolah yang di modifikasi sesuai dengan kebutuhan ABK.

e. Cara penyusunan soal dibedakan antara ABK yang satu dengan ABK yang lain, cara penyusunan soal untuk ABK ringan yaitu anak tuna netra,anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan anak pada umumnya, namun untuk Anak tunagrahita sedang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. f. Perbedaan jumlah soal antara ABK yang satu dengan ABK yang lainnya,

untuk ABK kategori ringan jumlah soal disamakan dengan anak pada umunya namun untuk anak tunagrahita sedang jumlah soal harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemmapuan ABK.

g. Perbedaan bentuk soal anatara ABK yang satu dengan ABK yang lainnya. Bentuk soal untuk ABK kategori ringan disamakan dengan anak pada umunya namun untuk anak tunagrahita sedang harus dibedakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.


(30)

Rahmat Syafi'i, 2012

2. Proses Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di SD Penyelnggara Pendidikan Inklusif

Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan kemudian disimpulkan bahwa proses melaksanakan evaluasi terhadap ABK yang diperoleh dari tiga sekolah dasar tersebut meliputi:

a. Evaluasi dilakukan setelah setiap habis kompetensi dasar atau materi diberikan. Pelaksanaan evaluasi untuk tes formatif setelah materi atau kompetensi dasar diberikan. untuk ujian semester dan ujian nasional bagi anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku disekolah, namun untuk anak tunagrahita sedang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya.

b. Orang tua dan pendamping terlibat langsung dalam pelaksanaan evaluasi namun dalam sebatas mengarahkan bukan mengisi soal. Untuk ABK kategori ringan (anak tunanetra, tunarungu, ABB,) keterlibatan orang tua tidak diperlukan, tetapi untuk anak tunagrahita sedang keterlibatan pendamping sangat diperlukan.

c. Kerjasama anatara guru dengan GPK belum terjalin lagi dalam 2 tahun terakhir. Mestinya GPK dan guru reguler harus menjalin kerjasama untuk kemajuan anak dalam pengisian soal walaupun pada akhirnya untuk ABK sedang dan berat penilaian dan penskoran dideskrifsikan.


(31)

Rahmat Syafi'i, 2012

d. Waktu pelaksanaan evaluasi disamakan. Waktu pelaksanaan untuk ABK baik ringan, sedang ataupun berat disamakan. Namun dalam materi yang berbeda.

3. Bentuk Pelaporan Hasil Evaluasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif disimpulkan bahwa guru sudah menyusun bentuk laporan dalam bentuk buku raport sesuai dengan kurikulum yang dipakai disekolah bagi ABK kategori ringan disamaka dengan anak pada umumnya untuk ABK kategori sedang dan kategori berat buku raport disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa tersebut, artinya sudah dimodifikasi sesuai dengan anak berkebutuhan khusus artinya selain ada nilai angka juga ada deskrifsinya.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas berkaitan dengan evaluasi pembelajaran ABK di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif, yakni SD X, SD Y, dan SD Z, maka dibuatkan rekomendasi sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Dalam rangka meningkatkan mutu pembuatan evaluasi pembelajaran bagi ABK di sekolah hendaknya guru memodifikasi kurikulum agar ABK yang berada disekolah tersebut dapat terlayani sesuai dengan kebutuhannya.


(32)

Rahmat Syafi'i, 2012

Dalam rangka meningkatkan mutu pembuatan evaluasi pembelajaran bagi ABK di sekolah hendaknya pihak sekolah mempersiapkan tenaga ahli atau menghadirkan nara sumber yang berkompeten dalam hal evalausi pembelajaran bagi ABK.

3. Bagi Dinas Pendidikan Kota

Dalam rangka untuk memperbaiki sistem evaluasi pembelajaran ABK khususnya di Kota Tasikmalaya. Hendaknya memonitoring perencanaan, pelaksanaan dan bentuk pelaporan hasil evaluasi dan juga bekerjasama dengan pihak sekolah. Artinya sekolah melaporkan keadaan anak dan Dinas memberikan kebijakan mengenai evaluasi pembelajaran bagi ABK.

4. Peneliti Selanjutnya

Dalam rangka untuk mengembangkan mutu pendidikan dan meningkatkan evaluasi pembelajaran hendaknya untuk meneliti lebih lanjut dan membuat sebuah model evaluasi pembelajaran yang bisa dijadikan standar bagi sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif lainnya.


(33)

127 Rahmat Syafi'i, 2012

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arifin, (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Baihaqi & Sugiarmin, (2006). Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Bandhi, (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Aditama. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2003). Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas.

Direktorat PSLB. (2009). Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Kementrian Pendidikan Indonesia, (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Kemis dan Iis, (2011) Media Pembelajaran Untuk Anak Dengan Gangguan

Pendengaran. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat

Kurniaty. (2010). Implementasi Layanan Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar 9 Mutiara Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Bandung. Tidak diterbitkan. Maleong L. J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Debdikbut Dirjen

Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kerja Kependidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: PPRI

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009) Nomor 70 tahun 2009 Tentang Pendidikan inklusif bagi peserta didik yang Memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Jakarta: Permendiknas.


(34)

128 Rahmat Syafi'i, 2012

Permendiknas . (2009). No 70 Tahun 2009. Tentang Pendidikan inklusif Bagi Anak Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rochyadi dan Alimin, (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Peningkatan Tenaga Akademis

Smith, J. David (Editor ahli : M. Sugiarmin dan Mif Baihaqi). (2006). Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung :Seri Pencerdasan.

Sugiono. b. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Toto, (2009). Kurikulum Dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wasliman. (2009). Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Yin,Robert,K.(1981). Case Study Research Design and Methode. Jakarta: Penerjemah Mudzakir.(2002). PT.Raja Grafindo Persada.

Yuyus. (2005) Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar. Bandung: Rizqi


(1)

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ringan keterlibatan orang tua tidak perlu, mengingat kurikulum yang berlaku disekolah berlaku juga untuk ABK, untuk ABK sedang dan berat keterlibatan orang tua dibutuhkan karena untuk mengukur kemajuan dan kemampuan ABK.

d. Penyusunan kisi-kisi soal disesuaikan dengan kebutuhan ABK. Kisi-kisi soal untuk ABK yaitu kisi-kisi soal disesuaikan dengan kurikulum yang dipakai disekolah yang di modifikasi sesuai dengan kebutuhan ABK.

e. Cara penyusunan soal dibedakan antara ABK yang satu dengan ABK yang lain, cara penyusunan soal untuk ABK ringan yaitu anak tuna netra,anak berkesulitan belajar disesuaikan dengan anak pada umumnya, namun untuk Anak tunagrahita sedang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. f. Perbedaan jumlah soal antara ABK yang satu dengan ABK yang lainnya,

untuk ABK kategori ringan jumlah soal disamakan dengan anak pada umunya namun untuk anak tunagrahita sedang jumlah soal harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemmapuan ABK.

g. Perbedaan bentuk soal anatara ABK yang satu dengan ABK yang lainnya. Bentuk soal untuk ABK kategori ringan disamakan dengan anak pada umunya namun untuk anak tunagrahita sedang harus dibedakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.


(2)

124

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Proses Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus di SD Penyelnggara Pendidikan Inklusif

Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan kemudian disimpulkan bahwa proses melaksanakan evaluasi terhadap ABK yang diperoleh dari tiga sekolah dasar tersebut meliputi:

a. Evaluasi dilakukan setelah setiap habis kompetensi dasar atau materi diberikan. Pelaksanaan evaluasi untuk tes formatif setelah materi atau kompetensi dasar diberikan. untuk ujian semester dan ujian nasional bagi anak berkebutuhan khusus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku disekolah, namun untuk anak tunagrahita sedang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya.

b. Orang tua dan pendamping terlibat langsung dalam pelaksanaan evaluasi namun dalam sebatas mengarahkan bukan mengisi soal. Untuk ABK kategori ringan (anak tunanetra, tunarungu, ABB,) keterlibatan orang tua tidak diperlukan, tetapi untuk anak tunagrahita sedang keterlibatan pendamping sangat diperlukan.

c. Kerjasama anatara guru dengan GPK belum terjalin lagi dalam 2 tahun terakhir. Mestinya GPK dan guru reguler harus menjalin kerjasama untuk kemajuan anak dalam pengisian soal walaupun pada akhirnya untuk ABK sedang dan berat penilaian dan penskoran dideskrifsikan.


(3)

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ringan, sedang ataupun berat disamakan. Namun dalam materi yang berbeda.

3. Bentuk Pelaporan Hasil Evaluasi

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif disimpulkan bahwa guru sudah menyusun bentuk laporan dalam bentuk buku raport sesuai dengan kurikulum yang dipakai disekolah bagi ABK kategori ringan disamaka dengan anak pada umumnya untuk ABK kategori sedang dan kategori berat buku raport disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa tersebut, artinya sudah dimodifikasi sesuai dengan anak berkebutuhan khusus artinya selain ada nilai angka juga ada deskrifsinya.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian di atas berkaitan dengan evaluasi pembelajaran ABK di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif, yakni SD X, SD Y, dan SD Z, maka dibuatkan rekomendasi sebagai berikut: 1. Bagi Guru

Dalam rangka meningkatkan mutu pembuatan evaluasi pembelajaran bagi ABK di sekolah hendaknya guru memodifikasi kurikulum agar ABK yang berada disekolah tersebut dapat terlayani sesuai dengan kebutuhannya.


(4)

126

Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam rangka meningkatkan mutu pembuatan evaluasi pembelajaran bagi ABK di sekolah hendaknya pihak sekolah mempersiapkan tenaga ahli atau menghadirkan nara sumber yang berkompeten dalam hal evalausi pembelajaran bagi ABK.

3. Bagi Dinas Pendidikan Kota

Dalam rangka untuk memperbaiki sistem evaluasi pembelajaran ABK khususnya di Kota Tasikmalaya. Hendaknya memonitoring perencanaan, pelaksanaan dan bentuk pelaporan hasil evaluasi dan juga bekerjasama dengan pihak sekolah. Artinya sekolah melaporkan keadaan anak dan Dinas memberikan kebijakan mengenai evaluasi pembelajaran bagi ABK.

4. Peneliti Selanjutnya

Dalam rangka untuk mengembangkan mutu pendidikan dan meningkatkan evaluasi pembelajaran hendaknya untuk meneliti lebih lanjut dan membuat sebuah model evaluasi pembelajaran yang bisa dijadikan standar bagi sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif lainnya.


(5)

127 Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arifin, (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Baihaqi & Sugiarmin, (2006). Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Bandhi, (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Aditama. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2003). Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas.

Direktorat PSLB. (2009). Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Kementrian Pendidikan Indonesia, (2010). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Kemis dan Iis, (2011) Media Pembelajaran Untuk Anak Dengan Gangguan

Pendengaran. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat

Kurniaty. (2010). Implementasi Layanan Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar 9

Mutiara Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Bandung. Tidak diterbitkan. Maleong L. J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Debdikbut Dirjen

Dikti, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kerja Kependidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2010). Nomor 17 tahun 2010 Tentang

Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Jakarta: PPRI

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2009) Nomor 70 tahun 2009 Tentang Pendidikan inklusif bagi peserta didik yang Memiliki

kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.


(6)

128 Rahmat Syafi'i, 2012

Evaluasi Pembelajarananak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Penyelenggara Pendidikan Inklusif Kota Tasikmalaya

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Permendiknas . (2009). No 70 Tahun 2009. Tentang Pendidikan inklusif Bagi

Anak Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rochyadi dan Alimin, (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual

Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Peningkatan Tenaga Akademis

Smith, J. David (Editor ahli : M. Sugiarmin dan Mif Baihaqi). (2006). Inklusi

Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung :Seri Pencerdasan.

Sugiono. b. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Toto, (2009). Kurikulum Dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. (2003). Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Republik Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wasliman. (2009). Manajemen Sistem Pendidikan Kebutuhan Khusus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Yin,Robert,K.(1981). Case Study Research Design and Methode. Jakarta: Penerjemah Mudzakir.(2002). PT.Raja Grafindo Persada.

Yuyus. (2005) Adaptasi Pembelajaran Siswa Berkesulitan Belajar. Bandung: Rizqi