PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN SIKA PROFESIONAL WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN AKADEMIK PESERTA DIKLAT DI P4TK-BMTI BANDUNG.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah ... ... 1

1.2.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan dan Manfaat ... 8

1.4.Asumsi-Asumsi ... 9

1.5.Kerangka Berpikir ... 10

1.6.Hipotesis Penelitian ... 12

1.7.Definisi Operasional ... 14

1.7.1.Kepemimpinan (Leadership) ... 14

1.7.2.Sikap Profesional Widyaiswara ... 15

1.7.3.Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 18

1.7.4.Penjabaran Konsep Teoritis ke dalam Konsep Operasional….. 19

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 22

2.1.Teori dan Konsep Kepemimpinan ... 22

2.1.1.Teori Gen dan Sifat (Genetik Theory dan Trait Theory) ... 22

2.1.2.Teori Perilaku Pemimpin (Behavioral Theory) ... 23

2.1.3.Kepemimpinan Situasional (Contigency Theory) ... 29

2.1.4.Peran dan Fungsi Kepemimpinan ... 32

2.1.5.Kepemimpinan Widyaiswara ... 35

2.2.Sikap Profesional Widyaiswara ... 37

2.2.1.Konsep Dasar Sikap dan Perilaku ... 37

2.2.2.Sikap dan Perilaku Widyaiswara ... 41

2.2.3.Kompetensi Widyaiswara ... 46

2.2.4.Profesionalisme Widyaiswara ... 50

2.3.Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 53

2.3.1.Proses Pembelajaran Diklat... 53

2.3.2.Peranan Widyaiswara dalam Proses Pembelajaran………... 55

2.3.3.Peran P4TK BMTI sebagai Lembaga Diklat... 57

2.4. Hubungan Kepemimpinan dengan Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 60

2.5. Hubungan Sikap Profesional Widyaiswara dengan Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 63

2.6. Hubungan Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara terhadap Kepuasan Akademik Peserta Diklat ……... 66

2.7.Penelitian yang Relavan ……….… 68

BAB III. METODE PENELITIAN ... 69

3.1. Objek dan Metode Penelitian ... 69


(2)

3.1.2. Metode Penelitian ... 69

3.2. Penjelasan Variabel dan Indikator ... 70

3.2.1. Kepemimpinan ... 71

3.2.1. Sikap Profesional Widyaiswara ... 71

3.2.3. Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 72

3.3. Populasi dan Sampel ... 72

3.3.1. Populasi ... 72

3.3.2. Sampel ... 72

3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 73

3.4.1. Menentukan Alat Pengumpulan Data Berupa Angket ... 73

3.4.2. Menyusun Alat Pengumpulan Data ... 73

3.4.3. Uji Coba Instrumen ... 75

3.4.4. Uji Validitas Instrumen ... 76

3.4.5. Uji Reliabilitas Instrumen ... 77

3.4.6. Teknik Analisa Data ... 77

BAB IV. HASIL PENELITIAN, PENGUJIAN HIPOTESIS, DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79

4.2. Deskripsi Variabel Kepemimpinan ... 80

4.2.1. Kemampuan Mengarahkan Peserta Diklat ... 82

4.2.2. Kemampuan Mempengaruhi Peserta Diklat ... 82

4.2.3. Kemampuan Melakukan Pengembangan Peserta Diklat…... 83

4.2.4. Kemampuan Menjalin Hubungan dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran ... 84

4.3. Deskripsi Variabel Sikap Profesional Widyaiswara ... 84

4.3.1. Kemampuan Merumuskan Masalah Pembelajaran Peserta Diklat ... 86

4.3.2. Mampu Merumuskan Rencana Pembelajaran Sesuai Dengan Tujuan Pembelajaran ... 87

4.3.3. Mampu Melaksanakan Pengawasan terhadap Proses Pembelajaran, Diri Sendiri dan Peserta Diklat ... 88

4.3.4. Mampu Mengambil Keputusan Secara Sistematis Dengan Mem Perhatikan Waktu dan Risiko ... 89

4.4. Deskripsi Variabel Kepuasan terhadap Hasil Pembelajaran Diklat ... 89

4.4.1. Kepuasan terhadap Penugasan ... 91

4.4.2. Kepuasan Dalam Pembelajaran ... 92

4.4.3. Kepuasan terhadap Penilaian Hasil Belajar ... 93

4.4.4. Kepuasan Situasi Belajar di Tempat Diklat ... 93

4.4.5. Kerjasama dalam Pelaksanaan Tugas ... 94

4.4.6. Kepuasan dalam Pengembangan Diri ... 94

4.5. Hasil Pengujian Hipotesis ... 95

4.5.1. Pengujian Koefisien Determinasi ... 95

4.5.2. Melakukan Uji Multikolineritas ... 96

4.5.3. Uji Normalitas……….……….... 97

4.5.4. Pengujian Hipotesis ……….…….. 99

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... ... 107

4.6.1. Hubungan dan Pengaruh Secara Parsial Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 107 4.6.2. Hubungan dan Pengaruh Secara Parsial Sikap Profesional


(3)

Widyaiswara Terhadap Kepuasan Akademik Peserta

Diklat .. ... 112

4.6.3. Hubungan Dan Pengaruh antara Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara Terhadap Kepuasan Akademik Diklat... 115

4.7. Matrik Penelitian ... 118

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 120

5.1. Kesimpulan ... 120

5.2. Rekomendasi ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN ... 130


(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai negara yang sedang membangun akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan perekonomian dan industri yang menuntut perlunya tenaga ahli yang mempunyai kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dan tenaga kerja yang terlatih untuk dapat menyelenggarakan kegiatan tertentu. Masalahnya adalah kebutuhan yang semakin meningkat sedangkan persediaan lulusan yang siap kerja belum memadai. Oleh karena itu, peranan pendidikan menjadi sangat penting dalam rangka peningkatan sumber daya manusia. Mengacu pada pasal 1 (1) UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Untuk memenuhi permintaan tenaga kerja yang siap pakai, maka perlu meningkatkan kualitas tenaga pengajar atau guru agar memiliki kompetensi, keterampilan dan perilaku yang memadai melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). Lembaga diklat merupakan salah satu pintu utama untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Melalui diklat yang bermutu akan melahirkan sumberdaya manusia yang bermutu. Salah satu komponen diklat yang mempunyai peranan penting adalah widyaiswara. Menurut Peraturan Menpan Nomor : PER/66/M.PAN/6/ 2005, bahwa :


(5)

Widyaiswara memiliki tugas pokok mendidik, mengajar dan melatih PNS.” Pelatihan merupakan interaksi belajar mengajar, dimana peserta diklat dibimbing dan diajarkan sesuatu guna memperbaiki atau meningkatkan kemampuannya baik pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Hal ini berarti bahwa keberhasilan suatu diklat tidak hanya terletak pada kemampuan peserta tetapi juga merupakan tanggung jawab widyaiswara.

Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknologi Industri (P4TK BMTI) Bandung, mempunyai peran dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; pengkajian dan pelayanan program; layanan data dan informasi; dan pengendalian mutu serta peningkatan kinerja SMK pada tingkat nasional. P4TK BMTI Bandung, merupakan salah satu institusi yang mempunyai tugas dan fungsi untuk meningkatkan kompetensi profesional yang dalam pencapaian tujuannya akan mengacu pada standar kompetensi guru yang dikeluarkan BSNP. Peningkatan kompetensi profesional dirancang dalam bentuk diklat leveling yang diintegrasikan dengan uji sertifikasi kompetensi dengan pemberian sertifikat kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan atau internasional. Hadiwaratama berpendapat bahwa :

“Pada hakekatnya profil kompetensi guru kejuruan harus mahir dalam ilmu

dan keterampilan kejuruan dan ia harus pula mahir dalam mengalihkan ilmu

dan keterampilan yang dimilikinya kepada peserta didik.” ( 2002 : 165)

Seorang guru harus menguasai dua profesi sekaligus, yaitu profesi kejuruan dan profesi keguruan. Keberhasilan pengembangan pendidikan tidak hanya tergantung pada mutu kurikulum dan fasilitas pendidikan yang


(6)

mendukungnya, melainkan juga ditentukan oleh kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru senantiasa dituntut untuk berusaha mengemban kemampuannya baik yang bersifat keterampilan maupun sikap yang dapat diwujudkan untuk meningkatkan produktivitas dirinya dan organisasinya. Menurut Matindra bahwa :

“Perhatian yang besar terhadap guru di sekolah didasari alasan bahwa mutu

pendidikan pada akhirnya bermuara pada kegiatan proses belajar mengajar, dan kunci dari keberhasilan proses belajar mengajar disekolah terletak pada

tersedianya guru yang bermutu dan jumlah yang cukup.” (2002 : 511) Salah satu upaya peningkatan kemampuan, menurut Suyanto bahwa :

“Guru SMK yang mengajar mata diklat kejuruan selain memiliki kualifikasi

akademik diharapkan memiliki kompetensi kejuruan satu tingkat di atas

kompetensi lulusan SMK.” (Depdiknas,2004:41),

Dalam pelaksanaan diklat di P4TK BMTI Bandung, widyaiswara memiliki kualifikasi sebagai pendidik yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan. Penunjukan widyaiswara dalam suatu program diklat di dasarkan pada latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan jenjang pendidikan dan pelatihan yang bersangkutan. Widyaiswara profesional memiliki kompetensi mengajar dan kemampuan memfasilitasi proses pembelajaran. Widyaiswara yang kompeten mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif serta mampu mengelola kelas dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Ciri-ciri profesional sebagaimana dikemukakan oleh More yaitu :

“Seorang profesional menggunakan waktu penuh dalam menjalankan pekerjaannya, terikat oleh norma kepatuhan dan perilaku, anggota organisasi profesi yang formal, menguasai pengetahuan dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi dan pendidikan yang sangat khusus, terikat oleh syarat-syarat kompetensi dan kesadaran pendidikan yang khusus, serta

memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi.”


(7)

Widyaiswara merupakan faktor dinamis yang diharapkan dapat mengajarkan, mengarahkan, memotivasi dan mendinamisasikan pembelajaran peserta didik dalam mendinamisasikan pembelajaran peserta didik dalam konteks materi yang dilaksanakan guna mencapai tujuan pembelajaran. Efektifitas suatu pelatihan terletak pada kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan dalam diklat, karena kegiatan kelas hampir sepenuhnya berada dalam inisiatif widyaiswara. Oleh karena itu widyaiswara perlu memiliki bekal kemampuan yang mendasar dalam hal pendidikan khususnya menyangkut konsep pembelajaran itu sendiri.

Kegiatan P4TK BMTI Bandung sesuai dengan tupoksi berperan sebagai koordinator untuk meningkatkan kompetensi guru bekerjasama dengan industri dan institusi terkait pada tataran nasional dan internasional. Program pengembangan kompetensi guru yang dilakukan di industri merupakam satu kesatuan dengan program yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung. Menyangkut materi pokok (kejuruan) dilaksanakan di industri, dan materi penunjang menyangkut materi kepribadian, sosial, pedagogi dan profesional dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung. Kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial dan profesional merupakan upaya peningkatan kualitas peserta diklat.

Widyaiswara yang profesional akan tampil sebagai teladan yang mampu menyelesaikan berbagai masalah dalam pekerjaan sehingga tidak akan terjadi penundaan waktu pelaksanaan diklat, percepatan waktu pelaksanaan diklat dan kekurangsiapan widyaiswara dalam memberikan pembelajaran yang dapat mempengaruhi kepuasan pembelajaran peserta diklat. Dengan posisi widyaiswara yang sangat strategis dalam kegiatan diklat, diharapkan mampu melaksanakan


(8)

proses belajar mengajar yang dinamis dengan kemampuan yang kompeten dan profesional berdasarkan prinsip belajar atau pendidikan orang dewasa. Ada beberapa permasalahan yang perlu diangkat dalam penelitian ini, yaitu :

1) Kemampuan widyaiswara dalam mentransfer pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (attitude) melalui pendidikan dan pelatihan, tidak cukup tanpa dilandasi dengan jiwa kepemimpinan dan sikap profesional di dalam berperilaku dan bertindak agar mampu mencegah dan mengatasi masalah sebagai upaya untuk peningkatan kualitas peserta diklat. 2) Widyaiswara sebagai pendidik, pelatih dan pengajar dalam bidang kejuruan

memegang peranan penting dalam peningkatan kompetensi profesional widyaiswara dengan memberikan motivasi dan keteladanan yang baik.

3) P4TK BMTI Bandung sebagai lembaga diklat yang berperan dalam memberikan pendidikan dan pelatihan serta pengajaran terhadap guru-guru SMK di tanah air, belum memperlihatkan peran yang optimal dalam pemantapan sikap profesional yang mengacu kepada keteladanan yang berdampak kepada kualitas lulusan diklat.

4) Widyaiswara, penyelenggara dan peserta diklat belum sepenuhnya menjiwai kompetensi profesionalisme

Timbul pertanyaan sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat pada P4TK BMTI Bandung ?. Dalam kenyataannya belum semua widyaiswara mampu melaksanakan kegiatan belajar- mengajar sesuai dengan tuntutan yang diinginkan. Hal ini tidak terlepas dari sistem rekruitmen widyaiswara dari pejabat eselon


(9)

walaupun mereka telah mengikuti TOT dari LAN. Kepemimpinan sebagai pejabat struktural sangat berbeda dengan kepemimpinan seorang widyaiswara dalam proses belajar mengajar sehingga memberikan corak tersendiri terhadap kualitas pembelajaran peserta diklat. Dalam hal ini tuntutan kualitas kepemimpinan dan sikap profesional seorang widyaiswara menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam pembelajaran peserta diklat. Upaya ini harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, terpadu dengan komponen-komponen diklat lainnya untuk memberikan kepuasan akademik bagi peserta diklat.

Dari kondisi obyektif tersebut, maka perlu dilakukan kajian ilmiah yang

berkaitan dengan : “Pengaruh Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara terhadap Kepuasan Akademik Peserta Diklat di P4TK BMTI Bandung.”

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan kajian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan akademik peserta diklat. Obyek kepuasan akademik peserta diklat ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : (1) faktor internal, seperti kepemimpinan, sikap profesional, pendidikan, dan pengalaman mengajar. (2) faktor eksternal, seperti strategi pembelajaran, fasilitas, dan lingkungan kerja. Yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik sehingga dapat meningkatkan produktivitas individu yang pada akhirnya adalah juga mempengaruhi produktivitas sekolah/lembaga pendidikan.

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang mempengaruhi kepuasan akademik peserta diklat sebagai berikut :


(10)

1) Bagaimana pengaruh antara kepemimpinan widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

2) Bagaimana pengaruh antara sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

3) Bagaimana pengaruh antara pendidikan widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

4) Bagaimana pengaruh antara pengalaman mengajar widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

5) Bagaimana pengaruh antara program diklat terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

6) Bagaimana pengaruh antara sarana terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

7) Bagaimana pengaruh antara fasilitas widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

8) Bagaimana pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

Mengingat kompleksnya faktor yang mempengaruhi kepuasan akademik peserta diklat ini, dengan pertimbangan berbagai keterbatasan, maka ruang lingkup penelitian ini diarahkan pada keterkaitan tiga variable saja, yaitu variabel kepemimpinan, sikap profesional widyaiswara dan kepuasan peserta diklat yang diselenggarakan oleh P4TK BMTI Bandung. Secara rinci permasalahan yang menjadi obyek penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


(11)

diklat di P4TK BMTI Bandung.

2) Sejauhmana pengaruh sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.

3) Sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara secara bersama-sama terhadap kepuasan akademik pesera diklat di P4TK BMTI Bandung.

1.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah untuk mengungkapkan sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.

Tujuan yang ingin dicapai secara khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara secara bersama-sama terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil antara lain : 1) Secara teoritik :

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai asumsi dan hipotesis dalam konteks kepuasan akademik peserta dalam kegiatan diklat.


(12)

2) Secara praktis :

a) Dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dalam proses penerapan kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswra dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran peserta diklat di P4TK BMTI Bandung. b) Mengembangkan strategi-strategi yang perlu diterapkan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan mutu diklat di P4TK BMTI Bandung.

c) Sebagai informasi dapat digunakan untuk menentukan kebijak dijadikan bahan kajian bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini.

1.4. Asumsi-Asumsi

Seperangkat anggapan dasar (asumsi) yang menjadi landasan untuk menopang penelitian ini, diambil beberapa pendapat yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1) Dalam rangka memberikan kepuasan akademik bagi peserta diklat, maka, widyaiswara dituntut untuk melakukan tindakan pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek peserta daripada aspek pribadi widyaiswara dalam menahan diri guna menghindari kesalahan dalam bertindak.

2) Dalam proses pembelajaran, seorang widyaiswara harus mampu memahami metode pembelajaran andragogi yang didukung dengan moral, etika, akhlak, spritual, mental dan tiga komponen moralitas, yaitu komponen afektif (moral

affect), komponen kognotif (moral reasoning),dan komponen perilaku (moral


(13)

mosional dan kecerdasan intelektual dalam proses pembelajaran.

3) Kompetensi kepribadian, sosial dan fungsional mendukung kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara mempengaruhi kepuasan pembelajaran peserta diklat

4) Dalam proses pembelajaran, kemampuan widyaiswara secara akademis harus didukung oleh kemampuan mengajar (didaktik).

5) Kualitas pembelajaran mengacu pada upaya peningkatan kompetensi dan pemecahan masalah sebagai instrumen input yang mampu menimbulkan kadar perubahan pada aspek kognitif, apektif dan psikomotor.

6) Instrumen untuk mengukur keterkaitan antara kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat, dapat diukur dengan kualitas validitas dan reliabilitas yang signifikan. Semua variabel dapat diukur dan dinyatakan dalam bentuk data kuantitatif.

1.5. Kerangka Berpikir

Dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang kompeten dan handal untuk mengemban tugas pendidikan dalam pembangunan, di samping pendidikan formal diperlukan pendidikan dan pelatihan (diklat), yang salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan kepribadian (attitude) melalui diklat. Sebagai landasan untuk berperilaku dan bertindak perlu memiliki kriteria : integritas moral, kepemimpinan, kerjasama dan profesional. Untuk mendukung kriteria tersebut perlu pengembangan diri, yaitu kejujuran, tanggung jawab, disiplin, ihklas, adil, peduli, sabar dan percaya diri.


(14)

diklat untuk meningkatkan kompetensi bagi guru SMK. Dalam pelaksanaan diklat terdapat tiga komponen yaitu penyelenggara diklat, widyaiswara dan peserta diklat. Widyaiswara merupakan salah satu komponen diklat yang strategis, karena berhadapan langsung dengan obyek diklat, yaitu sumberdaya manusia. Widyaiswara dituntut untuk memiliki kemampuan konseptual, analisis dan teknis, sehingga pesan atau materi kediklatan yang disampaikan tidak hanya sekedar bersifat transfer ilmu pengetahuan (knowge), tetapi mampu mempengaruhi pola pikir, keterampilan(skill), sikap(attitude), dan perilaku (behaviour), serta moralitas peserta diklat. Dalam hal ini kepemimpinan, dan sikap profesional widyaiswara harus mampu merencanakan, dan melaksanakan secara terpadu dan terintegrasi dengan komponen-komponen diklat lainnya dalam upaya peningkatan kualitas diklat yang dapat memberikan kepuasan akademik bagi peserta diklat.

Widyaiswara mempunyai tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta diklat, serta melakukan pengkajian, inovasi, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kinerja, dan produktivitas sesuai dengan bidang keahlian yang diampunya. Kemampuan widyaiswara secara akademis harus didukung dengan kemampuan mengajar (didaktik) sehingga keduanya saling bersinergi untuk digunakan dalam kegiatan diklat. Agar pelaksanaan diklat dapat memberikan hasil yang baik perlu memperhatikan kurikulum diklat, model dan pola diklat, serta strategi pembelajaran, dan kebutuhan peserta diklat. Selain variable input, variable proses juga harus mendapat perhatian, meliputi pelayanan terhadap peserta, layanan dalam proses pembelajaran dan strategi pembelajaran.


(15)

yang dicapai peserta diklat (akibat), tetapi terletak pada hal-hal yang mendorong kepuasan pembelajaran itu sendiri, yaitu kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara. Dalam proses pembelajaran ada dua faktor yang mempengaruhi, yaitu (1) faktor intern adalah kepemimpinan, sikap profesional, pendidikan dan pengalaman mengajar. (2) faktor ekstern adalah kebijakan pimpinan, fasilitas kerja, dan lingkungan kerja.

Peneltian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan pembelajaran peserta diklat yang diharapkan dapat berperan nyata dalam meningkatkan kualitas peserta diklat dalam rangka mensukseskan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia.

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir

1.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat analitis. Hal ini dijabarkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan masih harus diuji kebenarannya. Melalui penelitian ilmiah, hipotesis akan dinyatakan ditolak atau

E K S T E R

N Fasilitas Belajar

Lingkungan Belajar Pendidikan Strategi pembelajaran Kepemimpinan I N T E R N Pengalaman Mengajar Produktivitas Individu Sikap Profesional Kepuasan Akademik Peserta Diklat Produktivitas Lembaga


(16)

diterima karena adanya hubungan yang kuat dan signifikan.

Adapun pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap kepuasan

akademik peserta diklat.

2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara secara bersama-sama terhadap kepuasan akademik peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.

Kepemimpinan (Variabel X1) dan Sikap Profesional Widyaiswara (Variabel X2) sebagai variable independent serta Kepuasan Akademik Peserta Diklat (Variabel Y) sebagai variable dependent, merupakan variable yang secara teoritis diduga memiliki hubungan yang positif. Hubungan positif antara variabel-variabel tersebut merupakan hubungan yang bermakna dan dapat diukur secara statistik dengan menggunakan rumus korelasi dan regresi. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.2. Diagram Hubungan Variabel

Kepemimpinan (X1)

Sikap Profesional Widyaiswara

(X2)

Kepuasan Akademik Peserta Diklat


(17)

1.7. Definisi Operasional

Dari rumusan variabel penelitian tersebut di atas, maka dapat ditentukan definisi-definisi operasional sebagai berikut :

1.7.1. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan atau leadership adalah upaya untuk mempengaruhi kegiatan anggota atau pengikut baik secara perorangan maupun kelompok melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Hersey dan Blanchard memberikan definisi kepemimpinan sebagai berikut :

“Leadership is any time one attemps to impact the behavior of an individual

or group regardles of the reason. It my be for one s own goals or a frienda s goal. And they may not be cong ruent with organizational goals” (W.Setiawan 2000 : 20)

Pengertian tersebut menggambarkan bahwa kepemimpinan adalah setiap upaya seseorang yang mencoba untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tercapai tidaknya tujuan organisasi tergantung pada kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin.

Kepemimpinan widyaiswara merupakan kemauan dan kemampuan untuk mengatur, mengarahkan dan mendorong peserta diklat untuk melakukan perubahan, perbaikan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang digariskan serta mampu mengambil keputusan secara akurat dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.

Variabel kepemimpinan dalam penelitian ini meliputi indikator-indikator sebagai berikut :


(18)

- Kemampuan mengarahkan peserta diklat, untuk melakukan perubahan dan kemajuan secara terus-menerus (Leadership).

- Kemampuan mempengaruhi peserta diklat untuk mendapat kesepakatan dan komitmen terhadap solusi yang menguntungkan (Influencing Others).

- Kemampuan pengembangan diri dengan memotivasi, mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan peserta diklat melalui usaha yang sistematis dan terencana (Developing People).

- Kemampuan menjalin hubungan dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Relationship Building).

1.7.2. Sikap Profesional Widyaiswara

Sikap merupakan suatu perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak suka pada yang dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian.

Sikap dikembangkan dalam tiga model (Azwar, 2000:26), yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Kaitan antara sikap dan perilaku seseorang yang tergantung pada faktor lain, bersifat irasional. Sebagai contoh, seseorang yang menganggap penting transfusi darah belum tentu


(19)

mendonorkan darahnya. Hal ini masuk akal bila orang tersebut takut melihat darah, yang akan menjelaskan irasionalitas tadi.

Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser (1993) berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang terlahir dengan kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau kampanye mempengaruhi seseorang. Menurut Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan bahwa :

“Sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi”.

Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/ menghindari sesuatu. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.

Seorang widyaiswara harus memiliki sikap profesional dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang memiliki kualifikasi melaksanakan kegiatan diklat sesuai dengan bidang keahliannya. Widyaiswara melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan melatih peserta diklat pada P4TK BMTI Bandung. Seorang widyaiswara harus profesional dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Moor bahwa :


(20)

Seorang professional menggunakan waktu penuh dalam menjalankan pekerjaannya, terikat oleh norma kepatuhan dan perilaku, anggota organisasi profesi yang formal, menguasai pengetahuan dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi dan pendidikan yang sangat khusus, terikat oleh syarat-syarat kompetensi dan kesadaran pendidikan yang khusus, serta memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi. (Depdiknas, 2006 : 41)

Tentunya sikap semacam ini harus tercermin dalam penampilan seorang widyaiswara dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik khususnya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Widyaiswara harus mampu menampilkan dirinya sebagai contoh/teladan dalam bersikap, berprilaku secara profesional. Menurut Jorlin Pakpahan (2002: 236) mengatakan bahwa :

“Sikap profesional adalah sesuatu yang tertanam dalam diri seseorang yang

mempengaruhi perilakunya, yaitu peduli kepada mutu (tidak asal jadi), bekerja cepat, tepat dan efisien tanpa atau dengan pengawasan orang lain,

menghargai waktu dan menjaga reputasi.”

Pembentukan sikap profesional bukan sesuatu yang hanya dapat diajarkan secara teoritis, tetapi dibentuk melalui proses pembiasaan yang memerlukan waktu hingga terinternalisasi pada diri seseorang. Sikap semacam ini merupakan karakter yang disukai di dunia kerja. Profesional merupakan kemampuan konseptual, analisis dan teknis dalam bekerja yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, berorientasi penghargaan dan kepuasan bersama sehingga keputusan dan tindakannya didasari atas rasionalitas dan etika profesi.

Dalam variabel sikap profesional widyaiswara ini terdapat empat indikator sebagai berikut :

- Kemampuan merumuskan masalah pembelajaran, dan mengintegrasikannya dengan pendekatan yang sistematis (Conceptual Thinking).


(21)

- Kemampuan merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan diklat (Planing Learning)

- Kemampuan melakukan pengawasan terhadap kegiatan, secara sistematis dan kontinyu baik dalam proses maupun hasil belajar (Control).

- Kemampuan mengambil keputusan secara sistematis berdasar informasi, dengan memperhitungkan waktu dan risiko (Decision Making).

1.7.3. Kepuasan Akademik Peserta Diklat

Kualitas pelaksanaan diklat merupakan kepuasan peserta diklat dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan diklat sesuai dengan standar diklat yang sudah ditetapkan. Peningkatan mutu adalah upaya yang dilaksanakan secara sistematis oleh lembaga pemerintah atau organisasi masyarakat yang kompeten dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Menurut Rolf P. Lynton & Udai Pareek, (Sudjana, 1992:218) bahwa :

“Keadaan dan interaksi pelatihan yang terperinci akan tumbuh suatu

suasana pelatihan umum. Gejala yang meresap secara umum ini banyak berkaitan dengan tingkat kemajuan menuju sasaran program dan kepuasan

yang dirasakan oleh para pelatih dan peserta dalam proses belajar”.

Dapat dijelaskan bahwa suasana yang baik akan berkembang bila widyaiswara mempunyai perhatian terhadap kebutuhan dan kesulitan peserta, dan mampu menerima peserta sebagai pribadi yang berharga. Para peserta menanggapi hal ini dengan perasaan persahabatan, perasaan kebersamaan, saling dekat dan antusias, ini merupakan suasana yang menguntungkan untuk belajar dan dengan mudah dapat memberikan makna dan kepuasan.


(22)

Kepuasan pembelajaran peserta diklat meliputi penugasannya untuk mengikuti proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, situasi di tempat belajar, kerjasama dalam pelaksanaan diklat, untuk melakukan pengembangan diri peserta diklat. Dalam pembahasan kepuasan akademik peserta diklat terdapat enam indikator sebagai berikut :

- Kepuasan terhadap penugasan

- Kepuasan dalam pembelajaran

- Kepuasan terhadap penilaian hasil pembelajaran

- Situasi belajar di tempat diklat

- Kerjasama dalam pelaksanaan tugas

- Kepuasan dalam pengembangan diri

1.7.4. Penjabaran Konsep Teoritis ke dalam Konsep Operasional.

Berdasarkan uraian tersebut di atas selanjutnya dapat dirumuskan beberapa pengertian sebagai penjabaran konsep teori ke dalam konsep operasional yang dideskripsikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Penjelasan Variabel dalam Konsep Teoritis dan Operasional

Variabel Konsep Teoritis Konsep Operasional

Kepemimpinan

(Leadership)

1. Kemampuan mengarahkan

1.1. Kemampuan menjelaskan dan menerapkan materi

pembelajaran

1.2. Kemampuan menentukan metode dan persiapan mengajar 1.3. Kemampuan menerapkan

metode pembelajaran

1.4. Kemampuan mengatur langkah dan strategi pembelajaran


(23)

Variabel Konsep Teoritis Konsep Operasional 2. Kemampuan mempengaruhi 3. Kemampuan melakukan pengembangan 4. Kemampuan menjalin hubungan

2.1. Kemampuan berkomunikasi dengan peserta diklat

2.2. Kemampuan menggunakan alat bantu dengan trampil

2.3. Kemampuan mempengaruhi dan merangsang peserta diklat 3.1. Mampu mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan peserta diklat.

3.2. Mampu memotivasi

pengembangan diri peserta 3.3. Melakukan pengembangan

melalui usaha yang sistematis dan terencana

4.1.Mampu menjalin hubungan dalam pencapaian tujuan diklat 4.2. Bertindak dan berperilaku

berdasarkan norma agama dan masyarakat Sikap Profesional Widyaiswara 1. Kemampuan memahami dan merumuskan masalah 2. Kemampuan merumuskan rencana kerja 3. Kemampuan melaksanakan pengawasan 4. Kemampuan mengambil keputusan

1.1.Memahami permasalahan peserta diklat

1.2. Mampu merumuskan permasalahan peserta diklat 1.3. Mampu mengintegrasikan

permasalahan dengan pendekatan yang sistematis 2.1. Mampu merumuskan rencana

pembelajaran sesuai dengan tujuan diklat

2.2. Mampu menentukan kegiatan pembelajaran

3.1. Mampu melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal pelajaran 3.2. Mampu mengelola kelas 4.1.Mampu mengembil keputusan

secara cepat dan tepat

4.2.Mampu mengambil keputusan dengan mempehitungkan risiko.


(24)

Variabel Konsep Teoritis Konsep Operasional

Kepuasan Akademik Peserta Diklat

1. Kepuasan terhadap penugasan

2. Kepuasan dalam pembelajaran

3. Kepuasan terhadap penilaian hasil pembelajaran

4. Situasi belajar di tempat diklat

5. Kerjasama dalam pelaksanaan tugas 6. Kepuasan dalam

pengembangan diri

1.1. Kesesuaian diklat dengan bidang keahlian

1.2. Kesesuaian waktu dengan pelaksanaan

1.3. Mempelajari keterampilan baru 2.1. Kemampuan widyaiswara

memotivasi peserta diklat 2.2. Kepedulian terhadap kesulitan

yang dihadapi peserta

3.1. Hasil pelajaran dimonitor dan dievaluasi

3.2. Penilaian hasil praktek kerja sesuai dengan kinerja peserta 4.1. Ketersediaan dan kejelasan

bahan ajar

4.2. Ketersediaan fasilitas dan pelaksanaan praktek 5.1. Kerjasama team work dan

pengakuan terhadap gagasan 6.1. Mengembangkan sikap

tenggang rasa

6.2. Mampu mengaplikasikan materi yang dipelajari 6.3. Mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan lingkungan


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Obyek dan Metode Penelitian. 3.1.1. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu : 1) Kepemimpinan (Variabel X1); 2) Sikap Profesional Widyaiswara (Variabel X2);dan 3) Kepuasan Akademik Peserta Diklat (Variabel Y). Variabel Kepemimpinan dan Variabel Sikap Profesional Widyaiswara merupakan variabel bebas (disebut variabel independen), sedangkan Variabel Kepuasan Akademik Peserta Diklat merupakan variabel terikat (disebut variabel dependen).

Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru SMK yang sedang mengikuti Diklat di P4TK BMTI Bandung. Adapun pertimbangan yang mendasari pemilihan subyek penelitian ini adalah :

1) Dalam konteks peningkatan mutu lulusan SMK, maka guru-guru SMK perlu meningkatkan kompetensi, keterampilan dan sikap profesional guru melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung.

2) Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran peserta diklat, maka perlu diketahui seberapa jauh pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara dalam proses pelaksanaan diklat.

3.1.2. Metode Penelitian

Metode penelitian didasarkan pada cara ilmiah dalam pencarian dan menghimpun data, dimana kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan


(26)

yang rasional, empiris dan sistetematis (Sugiono, 2006:1). Proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu (Sukmadinata, 2005:5)

Untuk dapat mengumpulkan data secara ilmiah sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka metode penelitian ini dikembangkan dalam suatu rancangan penelitian sesuai sifat masalah dan tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Diklat Peningkatan Kompetensi Guru SMK yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung, dengan mengidentifikasi kendala-kendala yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran peserta diklat, serta mencoba menemukan suatu cara pelaksanaan diklat yang lebih efektif dengan melakukan interpretasi, validasi, dan kategorisasi melalui analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian tentang pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.

Rancangan penelitian menggunakan metode diskriptif karena:

“Penelitian ini memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada

pada masa sekarang, dan pada masalah-masalah yang aktual.; dan data

yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalsis”.

(Surakhmad, 1978:132).

Oleh karena itu pula metode ini sering juga disebut metode analitis.

3.2. Penjelasan Variabel dan Indikator.

Agar data yang akan dikumpulkan dapat diperoleh lebih spesifik, maka perlu menjelaskan variabel - variabel yang terlibat di dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel tersebut adalah :


(27)

3.1.1. Kepemimpinan

Variabel kepemimpinan dalam penelitian ini meliputi indikator-indikator sebagai berikut :

- Kemampuan mengarahkan peserta diklat, untuk melakukan perubahan dan kemajuan secara terus-menerus (Leadership).

- Kemampuan untuk mempengaruhi peserta diklat untuk mendapat kesepakatan dan komitmen terhadap solusi yang menguntungkan (Influencing Others). - Kemampuan pengembangan diri dengan memotivasi, mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan peserta diklat melalui usaha yang sistematis dan terencana (Developing People).

- Kemampuan menjalin hubungan dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Relationship Building).

3.1.2. Sikap Profesional Widyaiswara

Variabel sikap profesional widyaiswara dalam penelitian ini terdapat empat indikator yaitu :

- Kemampuan merumuskan masalah pembelajaran dan mengintegrasikannya dengan pendekatan yang sistematis (Conceptual Thinking).

- Kemampuan merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan diklat (Planing Learning)

- Kemampuan melaksanakan pengawasan terhadap pembelajaran, secara sistematis dan kontinyu baik terhadap proses maupun hasil belajar (Control). - Kemampuan mengambil keputusan secara sistematis berdasarkan informasi,


(28)

3.1.3. Kepuasan Akademik Peserta Diklat

Dalam pembahasan kepuasan terhadap pembelajaran peserta diklat terdapat enam indikator sebagai berikut :

- Kepuasan terhadap penugasan

- Kepuasan dalam pembelajaran

- Kepuasan terhadap penilaian hasil pembelajaran

- Situasi belajar di tempat diklat

- Kerjasama dalam pelaksanaan tugas

- Kepuasan dalam pengembangan diri .

3.3. Populasi dan Sampel

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan guna pemecahan masalah dalam pencapaian tujuan penelitian, diperlukan data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang dibahas secara transparan dan objektif. Sumber data yang dimaksud adalah populasi.

3.3.1. Populasi

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah dalam pencapaian tujuan penelitian, dibutuhkan sumber data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang dibahas secara transparan dan objektif. Adapun yang menjadi anggota populasi dalam penelitian ini adalah 36 orang guru SMK yang sedang mengikuti diklat di P4TK BMTI Bandung.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Untuk menentukan sampel dari populasi, diupayakan agar setiap subyek


(29)

dalam populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur sampel. Berhubung anggota populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah 36 orang, maka semuanya akan diambil sebagai sampel total. Sesuai dengan ungkapan Suharsimi Arikunto (1992 : 312) menyatakan bahwa :

” Jika populasi suatu penelitian kurang dari 100, maka sebaiknya

keseluruhan populasi dijadikan sampel ”.

3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data.

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara bagaimana data yang diperlukan dapat diperoleh. Untuk itu ada beberapa langkah yang harus ditempuh antara lain :

3.4.1. Menentukan Alat Pengumpulan Data Berupa Angket

Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket dengan menggunakan skala Likert, karena skala Likert ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. (Akon, Sahlan Hadi, 2005: 118).

Responden diberi sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkapkan dari ketiga variabel tersebut disertai dengan alternatif jawabannya. Kemudian responden diminta untuk merespon setiap item sesuai dengan keadaan dirinya dan keadaan yang diketahui serta dirasakan dengan cara membubuhkan tanda (√ ) pada alternatif jawaban yang telah disediakan.

3.4.2. Menyusun alat Pengumpul Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun angket adalah :

1. Menetapkan variabel kepemimpinan, sikap profesional widyaiswara, dan kepuasan akademik peserta diklat, yang akan diteliti di P4TK MTI Bandung.


(30)

2. Kepemimpinan sebagai variabel X1, Sikap Profesional Widyaiswara sebagai

variabel X2, dan Kepuasan Akademik Peserta Diklat sebagai variabel Y.

3. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan/pernyataan berdasarkan indikator variabel

4. Menyusun item pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya

5. Menetapkan skor setiap jawaban untuk variabel X1, dengan menggunakan skala likert yang diformulasikan dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yaitu; Tidak Mampu (TM), Kurang Mampu (KM), Cukup Mampu (CM), Mampu (M), dan Sangat Mampu (SM)

6. Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut : Untuk pernyataan positif :

- Sangat Mampu = 5

- Mampu = 4

- Cukup Mampu = 3

- Kurang Mampu = 2

- Tidak Mampu = 1

( Akdon & Sahlan Hadi, 118:2005 )

7. Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel X2, dengan menggunakan skala likert yang diformulasikan dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

8. Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut : Untuk pernyataan positif :

- Sangat Setuju = 5

- S e t u j u = 4

- Ragu-Ragu = 3

- Tidak Setuju = 2


(31)

Untuk pernyataan negatif :

- Sangat Setuju = 1

- S e t u j u = 2

- Ragu-Ragu = 3

- Tidak Setuju = 4

- Sangat Tidak Setuju = 5

( Akdon & Sahlan Hadi, 118:2005 )

9. Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel Y, dengan menggunakan skala likert yang diformulasikan dengan ukuran ordinal, karena objek yang diteliti mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yaitu; Sangat Puas (SP), Puas (P), Cukup Puas (CP), Kurang Puas (KP) dan Tidak Puas (TP).

10.Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut : Untuk pernyataan positif :

- Sangat Puas = 5

- Puas = 4

- Cukup Puas = 3

- Kurang Puas = 2

- Tidak Puas = 1

(Akdon & Sahlan Hadi, 118:2005 )

3.4.3. Uji coba Instrumen

Setelah selesai menentukan dan menyusun alat pengumpul data, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan uji coba angket. Hal ini penting untuk menilai angket yang disusun, apakah valid dan reliabel atau belum. Pengujian validitas instriumen menurut Arikunto adalah untuk menjelaskan bahwa :

“Yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005:118)

Instrumen penelitian harus valid (tepat) sesuai dengan masalah dan responden yang seharusnya, dan juga harus reliabel (tetap), yaitu memiliki nilai ketepatan dimana bila diujikan pada kelompok yang sama dalam jangka waktu


(32)

yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula. Menurut Sugiyono dalam (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005 : 143).menyatakan bahwa :

”Jika Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan data itu valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. 3.4.4. Uji Validitas Instrumen

Untuk menguji validitas instrumen digunakan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan rumus Pearson Product Momen. Sedangkan rumus yang digunakan untuk uji validitas instrumen angket ini adalah sebagai berikut :

r hitung =

    

 

 

  2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n

Dimana : r hitung = Koefisien korelasi

∑ Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan menggunakan rumus :

t hitung

=

2

1

2

r

n

r

Dimana : t = nilai hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden.

Akdon & Sahlan Hadi, (2005:207)

Untuk keperluan pengujian validitas dalam perhitungannya digunakan program Exel Microsoft XP 2007 dan SPSS versi 14.0. Setelah selesai melakukan pengujian dan hasil analisisnya diperoleh, selanjutnya penulis menanyakan kepada beberapa orang ahli statistik apakah instrumen tersebut valid atau tidak.


(33)

3.4.5. Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian yang baik, disamping valid (tepat) sesuai dengan masalah dan responden yang seharusnya, juga harus reliabel (tetap), yaitu memiliki nilai ketepatan dimana bila diujikan pada kelompok yang sama dalam jangka waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula. Menurut Sugiyono dalam (Akdon & Sahlan Hadi, 2005 : 143), menyatakan bahwa :.

”Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.

Untuk melakukan uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan Metode Belah Dua (Split Half Method), yaitu dengan cara membelah atas item-item awal dan item-item-item-item akhir, dengan setengah jumlah pada nomor-nomor awal dan setengah jumlah pada nomor-nomor akhir. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut:

r11 =

b b

r

r

1

2

Akdon & Sahlan Hadi, (2005 : 148). Dimana : r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

Rb = Korelasi Product Momen antara belahan (awal –akhir) Hasil perhitungan korelasi dikonsultasikan dengan tabel r Product Momen dengan menggunakan signifikansi 5%. Untuk keperluan pengujian reliabilitas dalam perhitungannya menggunakan program Exel - Microsoft XP 2007 dan SPSS versi 14.0.

3.4.6. Teknik Analisa Data


(34)

Akademik Peserta Diklat (Variabel Y); dan pengaruh Sikap Profesional Widyaiswara (Variabel X2) terhadap Kepuasan Akademik Peserta Diklat (Variabel Y); serta pengaruh Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara (Variabel X1 dan Variabel X2 ) secara bersama-sama terhadap variabel Y adalah

dengan menggunakan rumus Uji Regresi Ganda :

2

2 2 1 1 , 2 , 1

y

y

x

b

y

x

b

R

x x y

Kemudian dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel

dengan menggunakan rumus:

 

2

2

1

1

R

m

m

n

R

F

hitung

Dimana: n = Jumlah responden m = Jumlah variabel bebas

Akdon & Sahlan Hadi, (2005:207)

Dalam pengambilan kesimpulan mengikuti kaidah pengujian signifikansi yaitu: Jika Fhitung≥ Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan

Fhitung≤ Ftabel, terima Ho artinya tidak signifikan

Dengan taraf signifikan ά =0,05

Dengan menggunakan tabel F dicari Ftabel dengan rumus :

Ftabel = F { (1- ά )(dk pembilang = m), dk penyebut = n-m-1)} Untuk pengolahannya


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :

a. Secara parsial hubungan kepemimpinan terhadap kepuasan akademik peserta diklat memiliki nilai korelasi yang sangat kuat, yaitu 0,829 pada standar signifikan(ά) = 0,000<0,05, berarti keeratan kedua variabel tersebut berkorelasi positif dan signifikan, dengan Koefisien Determinasi (r2) = 0,687. Besarnya pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan akademik peserta diklat adalah βx1y = 0,549, pada nilai p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan, dan t-hitung

5,058 > t-tabel 2,04 signifikan. Berarti kepemimpinan widyaiswara berpengaruh

sangat kuat terhadap kepuasan akademik peserta diklat.

b. Hal ini mengungkapkan bahwa pengaruh kepemimpinan yang sangat kuat dapat mendorong, mengarahkan, pengembangan diri dan menjalin hubungan yang baik dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menggunakan komunikasi yang bersahabat dalam meningkatkan prestasi belajar peserta diklat, sehingga mampu melakukan perubahan dan pengembangan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran.

c. Kepemimpinan widyaiswara dalam mendorong dan mengarahkan peserta diklat dengan menentukan metode pembelajaran; menentukan alat bantu belajar; memberikan pemikiran yang cerah, kreatif dan cerdas, mengatur langkah dan


(36)

arah strategi pembelajaran; melakukan komunikasi yang efektif dengan peserta; menggunakan alat bantu secara trampil; mengetahui keinginan peserta diklat; penampilan pribadi yang diteladani; berlaku jujur, adil dan tegas; dan menunjukkan tingkahlaku yang bertanggung jawab.

d. Kepemimpinan widyaiswara dalam menjalin hubungan untuk pengembangan peserta dilakukan dengan, mampu mengidentifikasi perbedaan pemahaman materi individu; memahami aspek kepribadian peserta; melakukan evaluasi pembelajaran; bertindak dan berprilaku yang menimbulkan rasa empati dan simpati baik kepada peserta diklat maupun kepada sesama widyaiswara; dan mampu berkomunikasi dengan baik kepada peserta maupun penyelenggara diklat. Jadi kepemimpinan dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang sangat kuat (68,7%) terhadap kepuasan akademik peserta diklat, dan sisanya 31,3% dipengaruhi oleh faktoryang lain oleh peneliti berikutnya.

e. Secara parsial hubungan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat memiliki nilai korelasi yang kuat, yaitu 0,785 pada standar signifikan (ά) = 0,003 < 0,05 yang berarti bahwa keeratan korelasi kedua variabel tersebut kuat, dan berkorelasi positif dan signifikan, dengan Koefisien Determinasi (r2) = 0,616. Besarnya pengaruh sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat βx2y = 0,420 pada

nilai p-value 0,000< 0,05 artinya signifikan t-hitung 3,868 > t-tabel2,04 signifikan.

f. Hal ini menyatakan bahwa sikap profesional widyaiswara, secara parsial berpengaruh sangat kuat terhadap kepuasan akademik peserta diklat. Sikap profesional widyaiswara dan kepuasan akademik peserta diklat merupakan dua


(37)

hal yang berbeda dimana: ”Sikap profesional widyaiswara mengacu pada dorongan dan upaya untuk memuaskan suatu keinginan atau tujuan, sedangkan kepuasan mengacu pada pengalaman yang menyenangkan pada saat terpenuhi

suatu keinginan”. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa sikap profesional

widyaiswara merupakan dorongan kearah pencapaian suatu hasil. Hasil merupakan ukuran kepuasan. Dengan kata lain bahwa untuk mendapatkan hasil yang tinggi diperlukan dorongan atau sikap profesional yang tinggi, dan jika hasil yang dicapai rendah, maka tingkat kepuasan juga akan rendah.

g. Sikap profesional widyaiswara secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan akademik peserta diklat, dalam mengintegrasikan setiap permasalahan pembelajaran dengan peserta; merespon tanggapan peserta; dan kemampuan menyelesaikan semua masalah yang dihadapi peserta; mampu menentukan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran; mampu merumuskan rencana pembelajaran; melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan; mampu menggunakan disiplin tepat waktu dan tepat sasaran; meredam timbulnya konflik; mampu melakukan tindakan disiplin terhadap perbuatan peserta yang salah; mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat; mampu menanggung risiko dari suatu perbuatan. Dari hasil penelitian ini, sikap profesional widyaiswara telah memberikan pengaruh sangat kuat (38.4%) terhadap kepuasan akademik peserta diklat hal ini berarti 61.6% dipengaruhi faktor lain oleh peneliti berikutnya.

h. Pengaruh dari ketiga variabel bersama-sama diperoleh Fhitung = 59,981>Ftabel =


(38)

profesional widyaiswara dalam pelaksanaan diklat secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan akademik peserta diklat pada taraf signifikansi

ά = 5%. Berdasarkan hasil regresi ganda yang dilakukan dalam penelitian ini,

diperoleh persamaan : Ý = -36,120 + 0,671 (X1) + 0,833 (X2)

Persamaan regresi ini, memperkirakan bahwa, jika kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara dalam pelaksanaan diklat ditingkatkan masing-masing 27 kali, maka diperoleh tingkat kepuasan peserta diklat sebesar : Ý = 40.60 Kepuasan ini dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum 77,1 % pada Adjusted R Square 0,771.

Untuk meningkatkan kepuasan akademik peserta diklat, maka perlu meningkatkan kualitas akademik peserta diklat dengan aktivitas widyaiswara yang dapat memberikan makna baik untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat, sehingga mendatangkan kepuasan bagi peserta diklat. Kepuasan ini dipandang sebagai reinforcement atau motivasi berprestasi lebih baik. Dengan kepemimpinan yang baik, widyaiswara mampu menciptakan kondisi diklat yang menyenangkan sebagai teaching facility, untuk dapat membuat peserta diklat akan lebih tertarik lagi melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.

5.2. Rekomendasi

a. Melihat hubungan dan pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan akademik peserta diklat adalah sangat kuat dan positif, maka disarankan kepada penyelenggara diklat di P4TK BMTI Bandung agar memperhatikan pengaruh pengukuhan (reinforcement) dalam penyelenggaraan diklat, karena hal ini


(39)

berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan diklat. Pengukuhan terjadi apabila peserta diklat dapat dan mampu untuk memperlihatkan upaya dalam keberhasilannya. Karena keberhasilan yang baik dan pengalaman yang menyenangkan, cenderung membuat seseorang berusaha untuk mengulangi pengalaman itu atau sebaliknya. Untuk itu pengalaman positif yang mengukuhkan kegiatan pelaksanaan diklat di P4TK BMTI Bandung dapat terpelihara dengan baik. Dalam pelaksanaan diklat reinforcement ini sangat diperlukan untuk dapat mengetahui lebih jauh peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah setelah mengikuti diklat yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung.

b. Sikap profesional widyaiswara secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan akademik peserta diklat, dengan kemampuan widyaiswara dalam mengintegrasikan permasalahan pembelajaran dengan peserta; merespon tanggapan peserta; dan kemampuan menyelesaikan semua masalah yang dihadapi peserta diklat; mampu menentukan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran; mampu merumuskan rencana pembelajaran; melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan; mampu menggunakan disiplin tepat waktu dan tepat sasaran; meredam timbulnya konflik; mampu melakukan tindakan disiplin terhadap perbuatan peserta yang salah; mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat; mampu menanggung risiko dari suatu perbuatan.

c. Untuk ini disarankan kepada penyelenggara diklat di P4TK BMTI Bandung bahwa kepuasan akademik peserta diklat dalam upaya peningkatan kualitas


(40)

suatu diklat sangat dipengaruhi oleh Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara, akan tetapi untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai masih perlu dilakukan penelitian selanjutnya pengaruh kemampuan akademik terhadap kepuasan peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.

Karena dalam konsep pembelajaran kompetensi bahwa sikap profesional widyaiswara dalam upaya peningkatan diklat adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi merupakan tindakan cerdas yang penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tertentu. Kemampuan akademik semestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi sehingga dapat menunjukkan kualitas pembelajaran peserta diklat secara optimal.

d. Secara bersama-sama pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat adalah sangat kuat (77,1 %) pada nilai korelasi 0,886 artinya masih ada 22,9 % faktor lain di luar pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara yang turut mempengaruhi kepuasan terhadap hasil pelaksanaan diklat sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan hasil pelaksanaan diklat di P4TK BMTI Bandung.

e. Widyaiswara harus memahami tentang moral, akhlak, etika, spritual, mental, serta mampu mensosialisasikan Kode Etik Widyaiswara Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Wiyaiswara Tahun 2008. Widyaiswara hendaknya dapat memenuhi Standar Kompetensi Perilaku (attitude), selain pengetahuan dan


(41)

keterampilan, yaitu harus berusaha untuk mampu bersikap : a) Jujur dan bertanggung jawab, b) Tegas, disiplin, percaya diri dan komitmen, c) Rendah hati dan tidak membanggakan diri, d) Simpati dan empati, e) Terbuka terhadap kritik dan saran, f) Proaktif, prakarsa dan kerjasama, g) Adil, obyektif dan menghargai perbedaan, h) Berbudi pekerti dan menjadi panutan (keteladanan), i) yang positif dan visioner, j) Memegang teguh nilai-nilai etika.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1992), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Akdon & Hadi S. (2005), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Anaroga, Panji. (1998), Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. (2000), Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

David Suwito,S.Hut dan Dra. Nurmini Hasyim. (2009), Membangun Kemampuan

Berperilaku Asertif sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi

Kepribadian dan Sosial Widyaiswara. http;//tumpuknatat. wordpress. com/2009/05/10/ tulisan-widyaiswara

Hadiwaratama.(2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Hersey & Blanchard, D. Sudjana, Hidayat. (2001), Keterkaitan antara Strategi Pelatihan dan Gaya Kepemimpinan Kepala SKB dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar di Jawa Barat. Bandung : Fakultas Pasca Sarjana, UPI. Hasibuan, Malayu S.P. (2003), Organisasi dan Motivasi. Dasar Peningkatan

Produktivitas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Mar'at. (1981), Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Matindra. (2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Massofa. (2008), Teori Kepemimpinan. http;//massofa.wordpress.Com

Mulyasa, E. (2008), Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Moor, Depdiknas, Dirjen PMPTK. (2006), Naskah Revitalisasi PPPG Teknologi Bandung Menjadi P4TP BMTI Bandung, Jakarta.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito Nasution, S. (2000). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara


(43)

Pakpahan, Jorlin. (2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Ralp Stogdil, D.Sudjana,Setiawan,W. (2005), Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Gaya Belajar Widyaiswara dengan Gaya Membelajarkan Dalam Pelatihan Badan Diklat Daerah Propinsi Jawa Barat. Bandung : Fakultas Pasca Sarjana, UPI.

Ronnie, M., Dani, (2005). Seni Mengajar dengan Hati. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Rustantiningsih, (2007), Sikap dan Perilaku Guru Yang Profesional, Artikel Pendidikan Network,http;//re-searchehengines.com/0807rustanti.html Siutao, (2005), Teori Kepemimpinan-Leadership, http;//community. Siutao/

Southread.phpt.

Sugeng, Dr, (2007), Kualitas Penyelenggaraan Diklat Aparatur Pemerintah, Website Resmi Badan Diklat Propinsi DIY.

Sugiono, (2006), Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.

Suhartrislakhadi,Deddy,Med,Ir,(2009), Kajian Persepsi Moral Widyaiswara Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan Diklat Lingkup Departemen Kehutanan, http://kadarusmankhts.files.wordpress.com

Sujana (1991). Statistika untuk Ekonomi dan niaga. Bandung : Tarsito.

Sujana dan Ibrahim, (2001). Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru, Algensindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Yayasan Kusuma Karya.

Singh, Andrew, Suprayitno, AR. (2006), Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Suyanto, Depdiknas,Dirjen PMPTK. (2006), Naskah Revitalisasi PPPG Teknologi Bandung Menjadi P4TP BMTI Bandung. Jakarta.

Usman, MU. (1997), Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya. Walgito, Bimo. (1990), Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan


(44)

Suprayitno, Adi Riyanto. (2009), Membangun Kompetensi Profesional Widyaiswara. Bersama Membangun Bangsa, Artikel

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan MENPAN No. PER/66M.PAN/6/2005, tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, sebagai pengganti Keputusan Menpan No 01/KEP/M.PAN/I/2001.


(1)

berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan diklat. Pengukuhan terjadi apabila peserta diklat dapat dan mampu untuk memperlihatkan upaya dalam keberhasilannya. Karena keberhasilan yang baik dan pengalaman yang menyenangkan, cenderung membuat seseorang berusaha untuk mengulangi pengalaman itu atau sebaliknya. Untuk itu pengalaman positif yang mengukuhkan kegiatan pelaksanaan diklat di P4TK BMTI Bandung dapat terpelihara dengan baik. Dalam pelaksanaan diklat reinforcement ini sangat diperlukan untuk dapat mengetahui lebih jauh peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah setelah mengikuti diklat yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung.

b. Sikap profesional widyaiswara secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan

akademik peserta diklat, dengan kemampuan widyaiswara dalam

mengintegrasikan permasalahan pembelajaran dengan peserta; merespon tanggapan peserta; dan kemampuan menyelesaikan semua masalah yang dihadapi peserta diklat; mampu menentukan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran; mampu merumuskan rencana pembelajaran; melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan; mampu menggunakan disiplin tepat waktu dan tepat sasaran; meredam timbulnya konflik; mampu melakukan tindakan disiplin terhadap perbuatan peserta yang salah; mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat; mampu menanggung risiko dari suatu perbuatan.

c. Untuk ini disarankan kepada penyelenggara diklat di P4TK BMTI Bandung bahwa kepuasan akademik peserta diklat dalam upaya peningkatan kualitas


(2)

suatu diklat sangat dipengaruhi oleh Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara, akan tetapi untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai masih perlu dilakukan penelitian selanjutnya pengaruh kemampuan akademik terhadap kepuasan peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.

Karena dalam konsep pembelajaran kompetensi bahwa sikap profesional widyaiswara dalam upaya peningkatan diklat adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi merupakan tindakan cerdas yang penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tertentu. Kemampuan akademik semestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi sehingga dapat menunjukkan kualitas pembelajaran peserta diklat secara optimal.

d. Secara bersama-sama pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat adalah sangat kuat (77,1 %) pada nilai korelasi 0,886 artinya masih ada 22,9 % faktor lain di luar pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara yang turut mempengaruhi kepuasan terhadap hasil pelaksanaan diklat sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan hasil pelaksanaan diklat di P4TK BMTI Bandung.

e. Widyaiswara harus memahami tentang moral, akhlak, etika, spritual, mental, serta mampu mensosialisasikan Kode Etik Widyaiswara Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Wiyaiswara Tahun 2008. Widyaiswara hendaknya dapat memenuhi Standar Kompetensi Perilaku (attitude), selain pengetahuan dan


(3)

keterampilan, yaitu harus berusaha untuk mampu bersikap : a) Jujur dan bertanggung jawab, b) Tegas, disiplin, percaya diri dan komitmen, c) Rendah hati dan tidak membanggakan diri, d) Simpati dan empati, e) Terbuka terhadap kritik dan saran, f) Proaktif, prakarsa dan kerjasama, g) Adil, obyektif dan menghargai perbedaan, h) Berbudi pekerti dan menjadi panutan (keteladanan), i) yang positif dan visioner, j) Memegang teguh nilai-nilai etika.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1992), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Akdon & Hadi S. (2005), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.

Anaroga, Panji. (1998), Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, Saifuddin. (2000), Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

David Suwito,S.Hut dan Dra. Nurmini Hasyim. (2009), Membangun Kemampuan

Berperilaku Asertif sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi

Kepribadian dan Sosial Widyaiswara. http;//tumpuknatat. wordpress. com/2009/05/10/ tulisan-widyaiswara

Hadiwaratama.(2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Hersey & Blanchard, D. Sudjana, Hidayat. (2001), Keterkaitan antara Strategi Pelatihan dan Gaya Kepemimpinan Kepala SKB dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar di Jawa Barat. Bandung : Fakultas Pasca Sarjana, UPI. Hasibuan, Malayu S.P. (2003), Organisasi dan Motivasi. Dasar Peningkatan

Produktivitas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Mar'at. (1981), Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Matindra. (2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Massofa. (2008), Teori Kepemimpinan. http;//massofa.wordpress.Com

Mulyasa, E. (2008), Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Moor, Depdiknas, Dirjen PMPTK. (2006), Naskah Revitalisasi PPPG Teknologi Bandung Menjadi P4TP BMTI Bandung, Jakarta.


(5)

Pakpahan, Jorlin. (2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Ralp Stogdil, D.Sudjana,Setiawan,W. (2005), Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Gaya Belajar Widyaiswara dengan Gaya Membelajarkan Dalam Pelatihan Badan Diklat Daerah Propinsi Jawa Barat. Bandung : Fakultas Pasca Sarjana, UPI.

Ronnie, M., Dani, (2005). Seni Mengajar dengan Hati. Jakarta: Alex Media Komputindo.

Rustantiningsih, (2007), Sikap dan Perilaku Guru Yang Profesional, Artikel Pendidikan Network,http;//re-searchehengines.com/0807rustanti.html Siutao, (2005), Teori Kepemimpinan-Leadership, http;//community. Siutao/

Southread.phpt.

Sugeng, Dr, (2007), Kualitas Penyelenggaraan Diklat Aparatur Pemerintah, Website Resmi Badan Diklat Propinsi DIY.

Sugiono, (2006), Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.

Suhartrislakhadi,Deddy,Med,Ir,(2009), Kajian Persepsi Moral Widyaiswara Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan Diklat Lingkup Departemen Kehutanan, http://kadarusmankhts.files.wordpress.com

Sujana (1991). Statistika untuk Ekonomi dan niaga. Bandung : Tarsito.

Sujana dan Ibrahim, (2001). Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru, Algensindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Yayasan Kusuma Karya.

Singh, Andrew, Suprayitno, AR. (2006), Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Suyanto, Depdiknas,Dirjen PMPTK. (2006), Naskah Revitalisasi PPPG Teknologi Bandung Menjadi P4TP BMTI Bandung. Jakarta.

Usman, MU. (1997), Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya. Walgito, Bimo. (1990), Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: Yayasan


(6)

Suprayitno, Adi Riyanto. (2009), Membangun Kompetensi Profesional Widyaiswara. Bersama Membangun Bangsa, Artikel

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan MENPAN No. PER/66M.PAN/6/2005, tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, sebagai pengganti Keputusan Menpan No 01/KEP/M.PAN/I/2001.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA BALAI DIKLAT KEAGAMAAN DAN ETOS KERJA WIDYAISWARA TERHADAP KINERJA WIDYAISWARA DI BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN SEMARANG

1 11 127

PENGARUH DISIPLIN, SIKAP DAN KOMPETENSI PROFESIONAL WIDYAISWARA TERHADAP KEEFEKTIFAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN DI LPMP SUMATERA UTARA (PENELITIAN TENTANG PERSEPSI PESERTA DIKLAT TAHUN 2011).

0 2 30

PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG SKRIPSI.

0 0 54

PENGARUH KEDISIPLINAN DAN KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS TERHADAP SEMANGAT KERJA WIDYAISWARA P4TK BMTI BANDUNG.

0 1 46

Pengelolaan Sistem Informasi Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (Studi Tentang Pengelolaan Sistem Informasi di P4TK: P4TK BMTI Bandung, P4TK IPA Bandung dan P4TK Pertanian Cianjur).

1 4 93

PENGARUH DIKLAT TEKNIK FINISING (KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTOR) DI P4TK-BMTI BANDUNG TERHADAP KOMPETENSI GURU SMK BANGUNAN.

0 2 68

PENGARUH METODA MENGAJAR DAN KINERJA PELAYANAN DIKLAT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SERTA KEPUASAN PESERTA P4TK-BMTI BANDUNG.

1 3 55

PENJARINGAN PESERTA DIKLAT ICT POLA 30 JP P4TK MATEMATIKA YOGYAKARTA

0 3 2

PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG SKRIPSI - repository UPI S ADP 1105692 Title

0 0 3

PENGARUH HASIL PELATIHAN DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA WIDYAISWARA PADA PPPPTK BMTI Tatang Sukendar Widyaiswara Utama pada PPPPTK BMTI Bandung e-mail: tatang.sukendaryahoo.com ABSTRACT - Pengaruh Hasil Pelatihan dan Budaya Kerja terhadap Kinerja Widya

0 0 11