BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.
Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. Kebijakan pemerintah akan ikut menentukan nasib anak serta kualitas anak di masa depan. Masa depan yang berkualitas tidak datang dengan tiba-tiba, oleh karena itu lewat PAUD kita pasang pondasi yang kuat agar di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas.
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi, maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut
(2)
the golden age (usia emas) dalam tahapan perkembangan hidup manusia seutuhnya. Masa emas yang dimaksud bahwa pada masa ini tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap untuk dirangsang agar kecerdasan seseorang dapat berkembang secara optimal. Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik.
PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Sebagaimana diketahui, bahwa setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu membawa keunikan dan kekhasan sendiri.
Dengan kata lain, walaupun dilahirkan dari rahim yang sama, anak satu dengan lainnya tetap memiliki perbedaan, baik secara fisik maupun non fisik. Perbedaan secara fisik bisa diamati mulai dari ujung rambut, wajah, badan sampai dengan ujung kaki. Meskipun akan ada kemiripan-kemiripan anak satu dengan lainnya ketika masih dalam satu keluarga, tetapi tetap saja ada yang menunjukkan sesuatu yang berbeda dilihat dari ciri-ciri fisiknya. Sedangkan perbedaan secara non fisik justru akan lebih menonjol. Misalkan dari sisi pembawaan sifat,
(3)
3
potensi/kemampuan, bakat, gaya, emosi, kondisi kejiwaan termasuk didalamnya kecenderungan minat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya pendidikan usia dini. Tapi hal ini belum terlaksana secara sempurna oleh seluruh masyarakat Indonesia. Jumlah anak usia dini di Indonesia yang terlayani oleh program pendidikan, data tahun 2005 menunjukkan bahwa dari 28 juta anak usia lahir-6 tahun, sebanyak 73 persen atau sekitar 20,4 juta anak belum mendapatkan pendidikan usia dini; sedangkan sisanya 27 persen atau sekitar 2,7 juta anak sudah mengenyam pendidikan usia dini di lembaga pendidikan nonformal seperti kelompok bermain, tempat penitipan anak, dan taman kanak-kanak.
Berdasarkan data tersebut yang cukup memprihatinkan bahwa rasio layanan lembaga pendidikan anak usia dini terhadap anak yang dapat dilayani baru mencapai perbandingan 1:86. Melalui gerakan pengembangan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal telah terjadi peningkatan terutama pada program kelompok bermain jumlah anak yang terlayani mencapai 150.501 sebelumnya hanya sekitar 4800 anak dan di taman penitipan anak ada 15.305 sebelumnya hanya sekitar 9200 anak (Jalal, 2005:3-4).
Pendidikan sebagai salah satu pilar utama pengembangan anak, nampaknya belum benar-benar disadari oleh masyarakat. Kesadaran mereka tentang aspek gizi dan kesehatan untuk meningkatkan kualitas anak, jauh lebih baik dibandingkan dengan pentingnya pendidikan. Menyadari pentingnya bermain sebagai media yang paling sesuai bagi proses perkembangan dan belajar anak usia dini, Direktorat PAUD dalam Menu Acuan Generiknya juga menetapkan belajar
(4)
melalui bermain sebagai pendekatan dalam pelaksanaan proses belajar anak usia dini di Indonesia. Dalam acuan tersebut dijelaskan bahwa bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan benda-benda disekitarnya.
Pembelajaran yang berpusat pada anak untuk sementara ini masih jauh dari yang diinginkan. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan di lapangan, seperti yang diungkapkan oleh Arief (2004: 9) bahwa “proses belajar mengajar disekolah sampai saat ini masih berpusat pada guru (teacher centered) dan belum pada anak (student centered)”. Hal ini dapat dimaknai bahwa proses pembelajaran di sekolah cenderung tidak mengembangkan cara berpikir kritis, kreatif, dan inovatif tetapi hanya memperkokoh kemampuan otak sebelah kiri. Fenomena yang tampak adalah banyak guru mendidik anaknya agar duduk manis, diam, dan menjadi pendengar saja. Anak kreatif yang selalu bergerak dan banyak bertanya justru dipandang sebagai anak nakal dan memusingkan.
Masih banyak orang dewasa yang menganggap bermain tidak penting, apalagi untuk dilakukan di sekolah, walaupun berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini mengingat bermain dianggap sebagai aktifitas yang dilakukan hanya untuk bersenang-senang.
Pemahaman guru dan orang tua yang rendah tentang pentingnya bermain bagi anak usia dini tentu akan sangat berpengaruh terhadap proses
(5)
5
penyelenggaraan layanan pendidikan bagi anak. Bahkan dikalangan masyarakat, tidak hanya kurang memahami tentang pentingnya bermain bagi perkembangan anak usia dini, tetapi kesadaran tentang pentingnya memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini juga masih sangat rendah.
Pendapat di atas didukung oleh hasil penelitian Musthafa (2005) bahwa terdapat beberapa permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas yaitu: (1) peran guru yang masih sangat dominan, hal ini dibuktikan dengan kegiatan utama guru di dalam kelas hanyalah menyampaikan informasi yang bersifat satu arah sehingga anak cenderung pasif, (2) sebagian besar guru menyandarkan pemilihan bahan ajarnya pada buku teks yang telah baku sehingga peserta didik kurang mendapatkan perspektif yang realistik dan berdayaguna bagi pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3) adanya pengaturan tempat duduk dan penugasan yang cenderung mengisolasi satu anak dengan anak lainnya sehingga mempersulit komunikasi dan pertukaran pikiran antar peserta didik, (4) pertanyaan yang dilontarkan lebih banyak bersifat konvergen sehingga melumpuhkan kreativitas anak (dis-empowering).
Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan adanya suatu terobosan untuk memberdayakan dan mensinergikan semua potensi yang telah ada di masyarakat dalam rangka tercapainya layanan terhadap tumbuh kembang anak secara utuh, menyuluruh, dan terintegrasi.
Pada dasarnya setiap manusia telah dikaruniai potensi kreatif sejak ia dilahirkan. Potensi kreatif itu dapat kita amati melalui keajaiban alamiah seorang bayi yang mampu mengeksplorasi sesuatu yang ada disekitarnya. Bakat kreatif
(6)
pada setiap anak perlu dikenali, dipupuk, dan dikembangkan sejak dini melalui stimulasi yang tepat agar kreativitas anak dapat terwujud. Ekspresi tertinggi dari keberbakatan adalah kreativitas yang ditampilkan oleh individu dapat diobservasi saat anak melakukan kegiatan bermain karena bermain adalah dunia anak dan umumnya terjadi secara alamiah. Melalui kegiatan bermain anak mampu mengembangkan potensi kreativitas yang tersembunyi di dalam dirinya secara aman, nyaman, dan menyenangkan.
Pada kenyataanya, masih ada sebagian orang yang berpikir bahwa bermain hanya penting untuk untuk mengisi waktu luang anak, serta perlakuan yang diterima anak usia dini baik di rumah maupun di lembaga prasekolah (TK/RA, KB, dll) pada kenyataannya belum sepenuhnya dapat mengembangkan kreativitas pada anak usia dini. Kebanyakan mereka dihadapkan pada tuntutan untuk menjadi anak yang penurut, tidak banyak bertanya dan bicara. Belum lagi orang tua telah menyita waktu mereka dalam menjawab keingintahuan anak. Pandangan ini tentu saja tidak benar karena bagi anak bermain merupakan ‘pekerjaan’ dan alat yang digunakannya untuk bekerja adalah alat permainannya. Melalui bermain dan alat permainannya, anak belajar mengenali diri dan dunia sekitarnya melalui eksplorasi dan meneliti berbagai hal yang dilihat, didengarkan dan dirasakannya. Sejalan pernyataan tersebut, bermain tentu menyenangkan dan merupakan suatu hal yang sangat menggembirakan bagi anak karena anak menemukan dunia mereka yang sebenarnya. Sering terjadi kesalahan yang dilakukan orang tua, guru, dan atau pengasuh anak dalam mengartikan tentang pentingnya bermain dalam mengembangkan kreativitas pada usia dini. Kesalahan yang umum terjadi adalah
(7)
7
bermain selalu dikaitkan dengan berbagai sarana bermain yang harus disediakan oleh orang dewasa.
Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan strategi, metode, materi/bahasan media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak, maka dengan sendirinya kreativitas akan muncul pada anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada pendidikan anak usia dini merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Bermain bagi anak merupakan proses kreatif untuk bereksplorasi, dapat mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya. Disini pendidik memilki peranan penting dalam pengembangan bermain anak.
Hubungan positif antara pengalaman bermain dan perkembangan kemampuan kognitif anak-anak sangat terlihat jelas. Pertumbuhan kognitif didefinisikan sebagai suatu peningkatan dalam simpanan dasar pengetahuan anak, yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman dengan benda-benda dan manusia. Kemampuan intelektual ini mendasari keberhasilan anak dalam semua
(8)
area akademik. Bermain juga membantu anak-anak yang bermain secara pasti memperlihatkan kreatif dalam pemecahan masalah dengan kreatif.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan media balok merupakan salah satu kegiatan bermain anak yang dapat mengembangkan kreativitas anak, karena bermain aktif anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya melalui bermain konstruktif, yang salah satu bermain dengan media balok.
Salah satu bentuk bermain yang dapat membantu pengembangan kreativitas dan berhitung anak adalah bermain balok. Penggunaan balok dalam pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai kemampuan anak selain memberikan kesempatan bereksplorasi bagi anak. Belajar berhitung permulaan sangat perlu diperkenalkan kepada anak sejak dini agar anak matang ketika ketika memasuki usia sekolah. Sayangnya, banyak anak yang tidak suka belajar berhitung. Mungkin karena metode pengajarannya tidak menyenangkan dan terlalu dipaksakan, sehingga anak menemui banyak kesulitan. Minat untuk belajar berhitung akan tumbuh apabila diterapkan metode bermain, mewarnai, cerita (dongeng), dan ilustrasi yang menarik.
Sekarang ini, mengajarkan membaca, menulis dan berhitung (calistung) bagi anak usia dini menjadi sebuah polemik. Sebagian pihak menuding bahwa hal itu dapat merampas kebebasan anak. Anak dipandang belum memilki kesiapan untuk mempelajari calistung, oleh sebab itu calistung belum boleh diperkenalkan.
(9)
9
Namun bagi sebagian pihak lain calistung bagi anak usia dini merupakan sesuatu yang tidak menyalahi. Calistung merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki anak agar dapat memperoleh berbagai kemampuan selajutnya, semakin awal seorang anak memperolehnya akan semakin baik.
Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang merupakan fenomena tersendiri. Kini menjadi semakin hangat dibicarakan para orang tua yang memiliki anak usia taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar karena mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya nanti jika sedari awal belum dibekali keterampilan calistung. Kekhawatiran orang tua pun makin mencuat ketika anak-anaknya belum bisa membaca menjelang masuk sekolah dasar. Hal itu membuat para orang tua akhirnya sedikit memaksa anaknya untuk belajar calistung, khususnya membaca. Terlebih lagi, istilah-istilah “tidak lulus”, “tidak naik kelas”, kini semakin menakutkan karena akan berpengaruh pada biaya sekolah yang bertambah kalau akhirnya harus mengulang kelas.
Selama ini taman kanak-kanak didefinisikan sebagai tempat untuk mempersiapkan anak-anak memasuki masa sekolah yang dimulai di jenjang sekolah dasar. Kegiatan yang dilakukan di taman kanak-kanak pun hanyalah bermain dengan mempergunakan alat-alat bermain edukatif. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung tidak diperkenankan di tingkat taman kanak-kanak, kecuali hanya pengenalan huruf-huruf dan angka-angka, itu pun dilakukan setelah anak-anak memasuki TK B.
(10)
Akan tetapi, pada perkembangan terakhir hal itu menimbulkan sedikit masalah, karena ternyata pelajaran di kelas satu sekolah dasar sulit diikuti jika asumsinya anak-anak lulusan TK belum mendapat pelajaran calistung. Karena tuntutan itulah, akhirnya banyak TK yang secara mandiri mengupayakan pelajaran membaca bagi murid-muridnya. Berbagai metode mengajar dipraktikkan, dengan harapan bisa membantu anak-anak untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah dasar. Beberapa anak mungkin berhasil menguasai keterampilan tersebut, namun banyak pula di antaranya yang masih mengalami kesulitan. Paradigma belajar perbedaan definisi belajar menjadi pangkal persoalan dalam mempelajari apa pun, termasuk belajar calistung. Selama bertahun-tahun belajar telah menjadi istilah yang mewakili kegiatan yang begitu serius, menguras pikiran dan konsentrasi. Oleh karena itu, permainan dan nyanyian tidaklah dikatakan belajar walaupun mungkin isi permainan dan nyanyian adalah ilmu pengetahuan.
Teori psikologi perkembangan Jean Piaget selama ini telah menjadi rujukan utama kurikulum TK dan bahkan pendidikan secara umum. Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung secara tidak langsung dilarang untuk diperkenalkan pada anak-anak di bawah usia 7 tahun. Piaget beranggapan bahwa pada usia di bawah 7 tahun anak belum mencapai fase operasional konkret. Fase itu adalah fase dimana anak-anak dianggap sudah bisa berpikir terstruktur. Sementara itu, kegiatan belajar calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yangmemerlukan cara berpikir terstruktur, sehingga tidak cocok diajarkan kepada anak-anak TK yang masih berusia balita. Piaget khawatir otak anak-anak akan
(11)
11
terbebani jika pelajaran calistung diajarkan pada anak-anak di bawah 7 tahun. Alih-alih ingin mencerdaskan anak, akhirnya anak-anak malah memiliki persepsi yang buruk tentang belajar dan menjadi benci dengan kegiatan belajar setelah mereka beranjak besar.
Pesan yang ditangkap dari teori Piaget sering kali berhenti pada “larangan belajar calistung”, namun tidak banyak orang memahami alasannya. Padahal perkembangan dalam pembelajaran di era informasi sekarang ini sebenarnya sudah semakin jauh berubah. Topik pelajaran bukanlah persoalan yang akan menghambat seseorang, pada usia berapapun, untuk mempelajarinya. Syaratnya hanyalah mengubah cara belajar, disesuaikan dengan kecenderungan gaya belajar dan usianya masing-masing sehingga terasa menyenangkan dan membangkitkan minat untuk terus belajar.
Belajar membaca, menulis, berhitung, dan bahkan sains kini tidaklah perlu dianggap tabu bagi anak usia dini. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk mempelajarinya sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya seperti bermain dan bahkan memang berbentuk sebuah permainan. Memang benar jika calistung diajarkan seperti halnya orang dewasa belajar, besar kemungkinan akan berakibat fatal. Anak-anak bisa kehilangan gairah belajarnya karena menganggap pelajaran itu sangat sulit dan tidak menyenangkan.
Merujuk pada temuan Gardner (Lucy, 2009) tentang kecerdasan majemuk, sesungguhnya pelajaran calistung hanyalah sebagian kecil pelajaran yang perlu diperoleh setiap anak. Cara kita memandang calistung semestinya juga
(12)
sama dengan cara kita memandang pelajaran lain, seperti motorik dan kecerdasan bergaul ataupun musikal. Penganut behaviorisme memang mencela pembelajaran baca-tulis dan matematika untuk anak usia dini. Mereka menganggap hal itu sebuah pembatasan terhadap keterampilan.
Namun, sesungguhnya pelajaran calistung bisa membaur dengan kegiatan lainnya yang dirancang dalam kurikulum TK tanpa harus membuat anak-anak terbebani. Adakalanya tidak diperlukan waktu ataupun momentum khusus untuk mengajarkan calistung. Anak-anak bisa belajar berhitung lewat poster-poster bergambar yang ditempel di dinding kelas. Biasanya dinding kelas hanya berisi gambar benda-benda. Bisa saja mulai saat ini gambar-gambar itu ditambahi poster-poster angka dengan ukuran huruf yang cukup besar dan warna yang mencolok. Demikian halnya dengan pelajaran berhitung. Mengenalkan kuantitas benda adalah dasar-dasar matematika yang lebih penting daripada menghafal angka-angka, dan hal itu sangat mudah diajarkan pada anak usia dini. Poster berbagai benda berikut lambang bilangan yang mewakilinya bisa kita tempel di dinding kelas. Sambil bernyanyi, guru bisa mengajak anak-anak berkeliling kelas untuk membaca dan melihat bilangan.
Sayangnya, banyak anak yang tidak suka belajar berhitung. Mungkin karena metode pengajarannya tidak menyenangkan dan terlalu dipaksakan, sehingga anak menemui banyak kesulitan. Minat untuk belajar berhitung akan tumbuh apabila diterapkan metode bermain, mewarnai, cerita (dongeng), dan ilustrasi yang menarik.
(13)
13
Terlepas dari kontraversi di atas mengajarkan calistung pada anak usia dini, khususnya berhitung dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan, sesuai dengan bakat dan minat anak, serta tidak menuntut hasil yang instan pada anak. Sehingga diharapkan anak dapat menyukai berhitung dan memiliki bakat sejak dini.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Mengingat demikian pentingnya kedua hal tersebut, maka semakin dini seseorang memiliki kemampuan tersebut tentu akan semakin baik. Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan oleh guru maupun orangtua agar anak memiliki kedua keterampilan tersebut.
Uraian dalam latar belakang masalah merupakan sebagian besar gambaran yang perlu diteliti kebenarannya sehingga mendapatkan perubahan yang lebih baik. Sebagai acuan dalam penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan lebih lanjut ada beberapa penelitian yang relevan dalam pembahasan belajar dengan menggunakan media balok terhadap peningkatan kreativitas anak dan kemampuan berhitung permulaan.
Oleh karena itu untuk mengetahui apakah belajar melalui bermain dengan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini, maka penelitian ini memfokuskan pada kajian: “Belajar dengan Menggunakan Media Balok dalam Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini”. Penelitian ini merupakan sebuah studi eksperimen kuasi yang dilakukan pada anak-anak kelompok B di
(14)
Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kreativitas anak usia dini antara kelompok anak yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media balok dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berhitung permulaan anak usia dini antara kelompok anak yang mendapat pembelajaran menggunakan media balok dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
(15)
15
1. Mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.
2. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kreativitas anak usia dini antara kelompok anak yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.
3. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berhitung permulaaan anak usia dini antara kelompok anak yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis:
a. Memberikan informasi dan kajian tentang belajar dengan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di Taman Kanak-Kanak.
b. Bagi penulis ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang belajar menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan terhadap siswa Taman Kanak-Kanak
(16)
Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Juga dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran pada Taman Kanak-Kanak dan lembaga sejenisnya.
c. Bagi ilmu pengetahuan, bermanfaat terutama dalam pengembangan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini yang diperoleh melalui kegiatan yang menyenangkan.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi praktisi dan orang tua terhadap pelaksanaan di TK.
b. Sebagai masukan bagi guru TK untuk lebih memperhatikan atau memilih media pembelajaran yang lebih variatif bagi peserta didik di TK.
c. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai masukan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada pendidikan PAUD. d. Bagi pengembang, perencana, penyelenggara dan pelaksana pendidikan
tulisan ini sebagai masukan dalam pengembangan, perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah (Riduwan, 2010). Atas dasar rumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
(17)
17
1. H1: µ1 ≠ µ2
Ada perbedaan yang signifikan dalam kreativitas anak usia dini antara kelompok anak yang mendapat pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional.
2. H1: µ1 ≠ µ2
Ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berhitung permulaaan anak usia dini antara kelompok anak yang mendapat pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional.
F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah belajar dengan menggunakan media balok (X) sedangkan variabel terikat adalah meningkatkan kreativitas anak usia dini (Y1) dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini (Y2) pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.
Analisis terhadap hubungan antara variabel bebas dan terikat ini akan diuji melalui uji statistik.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dengan pendekatan kuantitatif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk nonequivalent control group design. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yaitu satu kelas kontrol dan kelas yang lain sebagai
(18)
kelas eksperimen. Selanjutnya dilakukan pretes terhadap kedua kelompok untuk mengukur atau mengetahui kemampuan awal kedua kelompok tersebut, setelah itu diberi perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut yaitu kelompok kontrol diberi perlakuan/ treatment sedangkan kelompok eksperimen diberi perlakuan/ treatment dengan menggunakan media balok, kemudian diakhiri denga pemberian postes. Selanjutnya dibandingkan antara rata-rata skor kelompok kontrol dan rata-rata skor kelompok eksperimen untuk mengetahui apakah perlakuan/ treatment yang diberikan memberikan pengaruh yang signifikan pada kelompok eksperimen atau tidak memberikan pengaruh yang signifikan.
H. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Subjek penelitian difokuskan kepada siswa yang tergabung dalam kelompok B, yaitu usia 5 – 6 tahun.
(19)
68 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi dimana subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 2003: 52) Penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi, oleh karena itu pelaksanaannya menggunakan siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol yang pemilihannya tidak secara acak (apa adanya). Pada kelompok eksperimen, peneliti memberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media balok, yang bertujuan untuk melihat adanya peningkatan ditimbulkan pada diri anak terkait dengan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini. Selanjutnya untuk melihat gejala yang muncul pada subjek yang diberi perlakuan, diperlukan kelompok subjek pembanding yang disebut kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada peningkatan, atau membandingkan nilai rata-rata kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selain menghadirkan kelompok pembanding peneliti berupaya semaksimal mungkin melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel luar yang tidak menjadi fokus kajian dalam penelitian.
B. Desain Penelitian
Bentuk desain eksperimen ini yaitu Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dipilih secara random, sebelum diberi perlakukan, kelompok diberi pretes dengan
(20)
maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
A = kelompok Eksperimen B = Kelompok Kontrol
O1 = Pretes sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen O2 = Postes setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen X1 = Perlakuan menggunakan media balok
X2 = Perlakuan tidak menggunakan media balok O3 = Pretes pada kelompok kontrol
O4 = Postes pada kelompok kontrol
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Disebabkan belajar dengan menggunakan permainan balok yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini Kelompok B Taman Kanak-Kanak TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.
A O1 X1 O2
(21)
70
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Bangsa Desa Karamat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten. Subjek penelitian difokuskan kepada anak yang tergabung dalam kelompok B1 dan anak kelompok B4, yaitu usia 5-6 tahun.
D. Menentukan Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data penelitian, yaitu: 1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber utama. Sumber data ini adalah subjek utama penelitian dalam hal ini adalah anak-anak kelompok B4 Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Sumber Sekunder
Sedangkan sumber sekunder adalah sumber penunjang. Disebut juga sumber kedua setelah sumber primer. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah; a. Bahan-bahan literatur berhubungan dengan perkembangan kreativitas dan
kemampuan berhitung permulaan anak usia dini kelompok B di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.
b. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan. Peneliti menggunakan lembar observasi dan anekdot. Catatan anekdot adalah catatan peneliti mengenai segala sesuatu yang terjadi pada saat pengalaman berlangsung. Peristiwa atau sesuatu yang dianggap penting dicatat dengan singkat tanpa harus menuruti aturan tertentu.
(22)
c. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi media/alat permainan yang digunakan, peraturan-peraturan permainan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumentar dan data lainnya yang relevan dengan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan belajar dengan menggunakan media balok yang dilaksanakan di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.
E. Definisi Operasional
Untuk menyamakan dan menegaskan makna berbagai konsep yang ada dalam penelitian, perlu diberikan definisi operasional. Hal ini dimaksudkan agar ada persepsi yang sama antara peneliti dan berbagai pihak yang terkait dalam proses penelitian ini. Singarimbun (Riduwan; 2010: 281) memberikan defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur.
a. Belajar dengan Menggunakan Media Balok adalah pembelajaran yang menggunakan alat permainan edukatif yang terbuat dari potongan kayu, gabus dan plastik yang memilki berbagai bentuk, dan cara memainkannya disusun/disambungkan sehingga membentuk suatu bangunan atau menyerupai benda-benda atau langkah pembelajaran dengan proses yang menyenangkan, kreatif dan imajinatif.
b. Kreativitas Anak Usia Dini dapat diartikan dengan gagasan original, titik pandang yang berbeda, atau cara baru dalam melihat suatu masalah.
(23)
72
Kreativitas menurut Munandar (1995) sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi data atau elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Kreativitas merupakan kemampuan anak menciptakan gagasan yang baru dan imajinatif, dan juga kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang sudah dimiliki (Gordon & Browne (1985), dalam (Moeslichatoen, 2004: 19)
Sedangkan indikator kreativitas anak usia dini yaitu berhubungan dengan aktualisasi diri. Ada 12 indikator melihat kreativitas anak usia dini (1) berani untuk mengambil resiko berperilaku berbeda; (2) memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian; (3) berpendirian tegas/tetap; (4) melakukan hal-hal dengan caranya sendiri; (5) mengeskpresikan imajinasi secara verbal; (6) tertarik pada berbagai hal; (7) menjadi terarah sendiri dan termotivasi sendiri; (8) terlibat dalam eksplorasi yang sistematis; (9) menyukai untuk menggunakan imajinasinya; (10) menjadi inovatif; (11) bereksplorasi, bereksperimen dengan objek; (12) bersifat fleksibel. (Sujiono, 2010: 40) c. Kemampuan berhitung permulaan anak usia dini adalah Kemampuan
anak dalam memahami konsep menghitung penjumlahan dan pengurangan secara sederhana sesuai dengan karakteristik dan kemampuan anak, untuk anak kelompok B usia 5-6 Tahun. Berhitung permulaan anak usia dini menurut Lubis, (2002: 53) merupakan kemampuan anak belajar matematika melalui cara yang sederhana dan konsisten dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ada 3 indikator dalam berhitung permulaan anak usia dini (1)
(24)
Mampu memahami konsep bilangan, (2) Mampu memahami penambahan dan pengurangan, (3) Mampu memecahkan masalah yang sederhana (mengklasifikasikan benda).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 1999).
Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa pengamatan secara langsung untuk mengevaluasi hasil belajar anak secara objektif menggunakan skala Likert dengan 5 (lima) alternatif penilaian untuk mengukur kemampuan anak. Yaitu (1) Tidak Mampu, (2) Kurang Mampu, (3) Cukup Mampu, (4) Mampu, (5) Sangat Mampu.
Sebelum pernyataan disusun, dilakukan pembuatan kisi-kisi instrumen. Menurut Syaefudin (2007:121) “kisi-kisi instrument minimal memuat 3 komponen, yaitu: (1) Variabel atau aspek yang akan diukur/dihimpun datanya, (2) teknik pengumpulan data, (3) sumber data responden”. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji coba instrumen dilokasi yang dianggap mempunyai kesamaan dengan lokasi penelitian inti.
Adapun uraian kisi-kisi instrument untuk variabel kreativitas anak usia dini sebagai berikut:
(25)
74
TABEL 3.1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
No Variabel Indikator No Item
Kreativitas Anak Usia Dini
1. Anak berani untuk mengambil resiko berperilaku berbeda
1, 2, 3, 4
2. Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian
5, 6, 7
3. Anak berpendirian tegas/tetap 8, 9, 10, 11 4. Anak melakukan hal-hal dengan
caranya sendiri
12, 13
5. Anak mengeskpresikan imajinasi secara verbal
14, 15
6. Anak tertarik pada berbagai hal 16, 17, 18 7. Anak menjadi terarah sendiri dan
termotivasi sendiri
19, 20, 21, 22, 23
8. Anak terlibat dalam eksplorasi yang sistematis
24, 25
9. Anak menyukai untuk
menggunakan imajinasinya
26, 27
10.Anak menjadi inovatif 28, 29
11.Anak bereksplorasi, bereksperimen dengan objek
30, 31, 32
12.Anak bersifat fleksibel 33, 34, 35
Adapun uraian kisi-kisi instrument untuk variabel kemampuan berhitung permulaan anak usia dini terlihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
(26)
TABEL 3.2
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI
No Variabel Indikator Instrumen
1. Berhitung
Pemulaan Anak Usia Dini
1. Kemampuan memahami konsep
bilangan.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
2. Kemampuan memahami
penambahan dan pengurangan
9, 10, 11, 12, 13, 14
3. Mampu memecahkan masalah
Yang sederhana
(mengklasifikasikan benda).
15, 16, 17, 18, 19 20,
Setelah dilakukan uji coba instrumen kemudian data hasil penelitian dilakukan analisis untuk diketahui validitas dan reabilitasnya dari semua item pertanyaan. Kemudian item yang dinyatakan valid dan reliabel dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan untuk item yang dianggap tidak valid, dibuang atau diperbaiki menyesuaikan dengan tingkat validitasnya.
1. Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Ketepatan instrumen harus dapat mengukur apa yang semestinya diukur, sebab derajat ketepatan identik dengan nilai validitas dan nilai validitas menunjukan kesahihan instrumen dengan materi yang akan dinyatakan baik butir soal maupun soal secara keseluruhan. Ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian yaitu validitas isi yang diuji berdasarkan
(27)
76
analisis logis dan validitas konstruk yang diuji berdasarkan analisis empiris (Akdon, 2008 : 57).
Adapun hasil validitas soal kreativitas dapat diperhatikan pada tabel 3.3, yaitu dengan membandingkan antara rhitung dan rtabel dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika rhitung > rtabel, berarti soal tersebut valid, dan jika rhitung < rtabel berarti soal tidak valid.
TABEL 3.3
HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI KREATIVITAS ANAK USIA DINI
No Soal
Validitas No
Soal
Validitas
rXY rtabel Keterangan rXY rtabel Keterangan 1 0,770 0,482 Valid 19 0,609 0,482 Valid 2 0,548 0,482 Valid 20 0,638 0,482 Valid 3 0,573 0,482 Valid 21 0,511 0,482 Valid 4 0,549 0,482 Valid 22 0,676 0,482 Valid 5 0,761 0,482 Valid 23 0,503 0,482 Valid 6 0,572 0,482 Valid 24 0,662 0,482 Valid 7 0,671 0,482 Valid 25 0,637 0,482 Valid 8 0,544 0,482 Valid 26 0,485 0,482 Valid 9 0,523 0,482 Valid 27 0,545 0,482 Valid 10 0,835 0,482 Valid 28 0,796 0,482 Valid 11 0,581 0,482 Valid 29 0,602 0,482 Valid 12 0,712 0,482 Valid 30 0,557 0,482 Valid 13 0,703 0,482 Valid 31 0,717 0,482 Valid 14 0,596 0,482 Valid 32 0,490 0,482 Valid 15 0,562 0,482 Valid 33 0,685 0,482 Valid 16 0,526 0,482 Valid 34 0,570 0,482 Valid 17 0,676 0,482 Valid 35 0,531 0,482 Valid 18 0,533 0,482 Valid
Sumber: Hasil SPSS versi 16 (terlampir)
Adapun hasil validitas soal kemampuan berhitung permulaan dapat diperhatikan pada tabel 3.4, yaitu dengan membandingkan antara rhitung dan
(28)
rtabel dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika rhitung > rtabel, berarti soal tersebut valid, dan jika rhitung < rtabel berarti soal tidak valid.
TABEL 3.4
HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI No
Soal
Validitas No
Soal
Validitas
rXY rtabel Keterangan rXY rtabel Keterangan 1 0,818 0,482 Valid 11 0,522 0,482 Valid 2 0,696 0,482 Valid 12 0,546 0,482 Valid 3 0,686 0,482 Valid 13 0,546 0,482 Valid 4 0,741 0,482 Valid 14 0,670 0,482 Valid 5 0,725 0,482 Valid 15 0,582 0,482 Valid 6 0,686 0,482 Valid 16 0,525 0,482 Valid 7 0,675 0,482 Valid 17 0,657 0,482 Valid 8 0,554 0,482 Valid 18 0,595 0,482 Valid 9 0,517 0,482 Valid 19 0,571 0,482 Valid 10 0,580 0,482 Valid 20 0,502 0,482 Valid Sumber: Hasil SPSS versi 16 (terlampir)
2. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali datanya diambil akan tetap mendapatkan hasil yang sama.
Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya.
Menurut Suherman (2008: 12) bahwa klasifikasi interpretasi untuk koefisien reliabilitas adalah:
(29)
78
r11 ≤ 0,20 reabilitas sangat rendah 0,20 < r11≤ 0,40 reabilitas rendah 0,40 < r11 ≤ 0,70 reabilitas sedang 0,70 < r11≤ 0,90 reabilitas tinggi
0,90 < r11 ≤ 1,00 reabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil ujicoba instrumen, reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh koefisien realibilitas pada Cronbach’s Alpha untuk kreativitas sebesar 0,955 dan untuk kemampuan berhitung permulaan sebesar 0,933 (hasil SPSS versi 16), yang berarti bahwa pedoman observasi untuk kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi.
G. Teknik Analisa Data
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya peningkatan belajar dengan menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan, apakah statistik parametrik atau non parametrik. Pengujian normalitas data menggunakan test of normality Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan SPSS.
Menurut Santoso (2002) dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan nilai probabilitas (asymtotic significance), yaitu:
(30)
1. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi dari data memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari data tidak memenuhi asumsi normalitas.
Jenis analisis statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif tergantung dari hasil pengujian normalitas data. Apabila data dari variabel yang sedang diuji berdistribusi normal, maka digunakan statistik parametrik yaitu uji t sampel independen, sebaliknya apabila data dari variabel yang sedang diuji tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
Statistik uji parametrik yang digunakan untuk menguji kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah uji t sampel independen dengan rumus sebagai berikut:
= ̅ ̅
= Keterangan:
̅ = rata-rata skor anak kelompok eksperimen ̅ = rata-rata skor anak kelompok kontrol
n1 = banyaknya jumlah anak pada kelompok eksperimen n2 = banyaknya jumlah anak pada kelompok kontrol
(31)
80
Kriteria ujianya adalah:
Tolak H0 jika | | > t1-1/2αdimana t1-1/2αdidapat dari daftar distribusi dengan dk =
(n1 + n2 – 2) dan peluang (1-α).
Statistik uji nonparametrik yang digunakan untuk menguji kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah uji beda dua sampel independen dengan menggunakan rumus uji Mann-Whitney sebagai berikut:
= + −
= dan σ =
Keterangan:
n1 = jumlah data pada kelompok eksperimen n2 = jumlah data pada kelompok kontrol
R1 = jumlah ranking data pada kelompok eksperimen Kriteria ujinya adalah:
Tolak H0 jika | | > Zα
H. Jadwal Penelitian
Penelitian yang berjudul “Belajar Menggunakan Media Balok dalam Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini” dilaksanakan pada bulan Mei 2011.
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Sebagai subjek penelitian ini adalah anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya
(32)
Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun Ajaran 2010/2011 sebagai kelompok kontrol berjumlah 18 orang anak dan kelompok eksperimen 18 orang anak.
Adapun pemilihan lokasi penelitian tersbut dimaksudkan sebagai upaya penerapan belajar melalui bermain balok, karena permainan balok dapat meningkatkan kreativitas anak, sehingga mereka dapat berhasil dalam jenjang pendidikan lebih lanjut. Dampak paralel dari kreativitas anak adalah terciptanya kemampuan anak berhitung permulaan yang dapat meningkatkan intelegensi anak dan dapat membuat anak berpikir sacara logika.
I. Prosedur Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini berawal dari proses seminar usulan penelitian tesis, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi tesis, Masukan-masukan pada saat tesis kemudian diolah menjadi sebuah bahan usulan tesis yang siap untuk dilaksanakan. Draf penelitian yang telah mendapat masukan dari pembimbing kemudian diperbaiki dan setelah melalui diskusi yang panjang dengan para pembimbing sehingga tesis yang ditulis sesuai dengan kaidah karya tulis ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Langkah selanjutnya adalah pengembangan instrumen (alat pengumpul data) penelitian. Pada tahap awal adalah membuat kisi-kisi instrumen penelitian agar butir-butir yang dikembangkan sesuai dengan definisi operasional yang telah dirumuskan. Setelah membuat kisi-kisi maka langkah selanjutnya adalah membuat butir-butir instrumen penelitian sesuai dengan kisi yang telah dibuat. Butir-butir instrumen penelitian ini harus mencakup semua variabel penelitian, setelah itu
(33)
82
penulis wajib berdiskusi dengan pembimbing mengenai instrumen penelitian tersebut. Langkah ini menjadi amat penting terutama untuk memeriksa ketepatan butir dengan variabel yang akan diukur. Hasil konsultasi dengan pembimbing ini dapat menjadi sebuah kekuatan agar instrumen penelitian dapat diuji coba terlebih dahulu.
Berdasarkan saran pembimbing langkah berikutnya adalah mengujicobakan instrumen penelitian. Pada tahap ini instrumen yang dikembangkan untuk semua variabel penelitian diujicobakan terlebih dahulu sesuai dengan karakteristik sampel yang akan diteliti. Hasil ujicoba dianalisis baik validitas maupun reliabilitasnya. Dari hasil analisis ini diperoleh alat pengumpul data yang valid dan reliabel, setelah menjadi yakin maka langkah berikutnya adalah mengurus ijin penelitian. Permohonan ijin penelitian ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana (PPs) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Kemudian Direktur PPs UPI membuat permohonan ijin penelitian Kepada Kepala Pimpinan TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan, sebagai tempat penelitian.
(34)
Adapun langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian tersebut ditunjukkan dalam alur penelitian sebagai berikut:
Gambar 3.1. Diagram Alur Proses Penelitian Observasi keterlaksanaan
metode
Identifikasi Masalah
Belajar dengan menggunakan media Balok dalam Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Berhitung Permulaan
Anak Usia Dini Penentuan Subjek
Kelompok eksperimen
Kelompok kontrol
Pretes
Pembelajaran dengan media balok
Pembelajaran Konvensional
Postes
Pengolahan dan analisis data
Pengolahan dan analisis data
Pengolahan dan analisis data
(35)
84
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian ini:
1. Mengidentifikasi permasalahan di lapangan. Dalam hal ini difokuskan belajar dengan menggunakan media balok, karena belajar dengan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini dengan cara; 1) menyiapkan permainan dengan balok, 2) memperkenalkan permainan balok.
2. Menentukan subjek penelitian pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Peneliti minta persetujuan dari kepala sekolah dengan guru kelas untuk menyiapkan anak untuk belajar dan menyepakati kelas kontrol dan kelas eksperimen.
3. Melakukan observasi terhadap belajar menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi awal tentang hasil belajar melalui penggunaan media balok tersebut dengan cara:
a. Membuat kesepakatan dengan kepala sekolah TK dan guru kelas untuk menentukan B1 sebagai kelompok control dan B4 sebagai kelompok eksperimen,
b. Memperkenalkan belajar menggunakan media balok kepada pimpinan TK dan guru kelas,
c. Memperlihatkan RKM dan RKH yang sesuai dengan belajar menggunakan media balok yang akan dilaksanakan.
4. Bersama guru peneliti menyepakati belajar menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan
(36)
anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan, dalam eksperimen yang akan dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Peneliti bertugas sebagai pengamat dan partner guru. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dilaksankan. Sebagai pengamat yang dilakukan adalah: a. Menyiapkan lembaran observasi,
b. Mengamati perkembangan belajar anak melalui permainan balok, c. Menilai secara langsung kreativitas dan berhitung permulaan anak usia
dini pada saat pembelajaran dengan media balok, dan
d. Mendokumentasikan hasil belajar anak setiap kali pertemuan, dengan cara memotret anak yang sedang pembelajaran dengan media balok berlangsung baik secara perseorangan maupun secara kelompok. 5. Mengadakan pretes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
untuk melihat sejauh mana tingkat kreativitas dan berhitung permulaan. 6. Menerapkan belajar menggunakan media balok kepada TK Tunas Bangsa
Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan pada kelas eksperimen. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada peningkatan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini atau tidak. 7. Memberikan postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Tujuannya untuk mengukur apakah ada peningkatan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
(37)
86
8. Melakukan analisis data dengan membandingkan skor kreativitas kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan pada saat pretes dan postes antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 9. Melakukan analisis data hasil observasi. Analilsis ini dipandu dengan
pembelajaran berikut: (1) fokus pada belajar menggunakan media balok, (2) penyusunan balok, (3) cara menyusun balok yang kreatif, (4) menghitung balok yang digunakan dalam permainan, (5) mengenal matematika permulaan yaitu pengoperasian penambahan dan pengurangan. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penilaian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan setiap perlakuan (treatment) yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Disebabkan belajar menggunakan media balok yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan
J. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas Data Penelitian
Sebelum pengolahan data selajutnya dilakukan, perlu diuji normalitas data tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan analisis statistik apa yang tepat dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Selanjutnya, akan diuraikan pengujian normalitas dan homogenitas data berdasarkan variabel yang diteliti sebagai berikut:
(38)
1. Pengujian Normalitas dan Homogenitas Data Kreativitas a. Data Pretes
Salah satu persyaratan dalam analisis kuantitatif adalah terpenuhinya asumsi kenormalan terhadap distribusi data yang dianalisis. Oleh karena itu, sebelum dilakukan uji beda, terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas data yang telah dikumpulkan.
Penguasaan awal (pretes) kreativitas anak usia dini adalah hasil penelitian yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif anak usia dini sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan media balok. Data awal tentang kreativitas diperoleh dari hasil pretes.
Untuk melihat distribusi data skor pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan uji normalitas data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas (Sig.) dengan nilai alpha (α). Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas (Sig.) > dari alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan Kolmogorov- Smirnov adalah jika angka signifikan (Sig.) < 0,05 maka tidak berdistribusi normal, tetapi jika angka signifikan (Sig.) > 0,05 maka berdistribusi normal.
TABEL 3.5
HASIL UJI NORMALITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KREATIVITAS ANAK USIA DINI
No
Data Asym.
Sig. α Keputusan
1 Pretes kelompok kontrol 0,368 0,05 Normal 2 Pretes kelompok
eksperimen
(39)
88
Hasil uji normalitas penguasaan awal (pretes) kreativitas pada kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,368 lebih besar dari pada nilai alpha (α) 0,05. Demikian juga pada kelompok eksperimen, hasil uji normalitas menunjukkan Asym. Sig. sebesar 0,953 lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05, maka dapat dikatakan distribusi data skor pretes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.
Setelah mengetahui distribusi data normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau data tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari α (0,05), maka data tersebut homogen, namun bila angka signifikan lebih kecil dari
α (0,05), maka data tersebut tidak homogen. TABEL 3.6
HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Data Asymp.
Sig. α Keputusan
Pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
0,067 0,05 Homogen
Hasil uji homogenitas skor pretes kelompok kontrol dan pretes kelompok eksperimen menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,067 lebih
(40)
besar dari alpha (α) sebesar 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua varian populasi pretes kelompok kontrol dan pretes kelompok eksperimen adalah homogen.
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data pretes kelompok kontrol dan data pretes kelompok eksperimen, dapat dinyatakan bahwa data pretes kedua kelompok tersebut telah memenuhi syarat analisis penggunaan uji perbedaan (komparatif) statistik parametrik.
b. Data Postes
Untuk melihat distribusi data skor postes kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.7.
TABEL 3.7
HASIL UJI NORMALITAS PENGUASAAN AKHIR (POSTES) KREATIVITAS ANAK USIA DINI
No Data Asymp.
Sig. α Keputusan
1 Postes kelompok kontrol 0,675 0,05 Normal 2 Postes kelompok
eksperimen
0,879 0,05 Normal
Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas penguasaan akhir (postes) kreativitas anak usia dini di kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,675 lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05. Demikian juga pada kelompok eksperimen, hasil ujicoba normalitas menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,879 lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan
(41)
90
Asymp. Sig. lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.
Setelah mengetahui distribusi data adalah normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun bila angka signifikan lebih kecil dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut tidak homogen.
TABEL 3.8
HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR POSTES KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Data Asymp.
Sig. α Keputusan
Postes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
0,094 0,05 Homogen
Dari uji homogenitas skor postes kelompok kontrol dan postes kelompok eksperimen menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,094 lebih besar dari alpha (α) yakni 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua varian populasi postes kelompok kontrol dan postes kelompok eksperimen adalah homogen.
(42)
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data postes kelompok kontrol dan data postes kelompok eksperimen, dapat dinyatakan bahwa data postes kedua kelompok tersebut telah memenuhi syarat analisis penggunaan uji perbedaan (komparatif) sistem parametrik.
c. Perbedaan Peningkatan (N-Gain) Kreativitas Anak Usia Dini Sebelum dilakukan uji beda (uji-t), maka terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data N-Gain kedua kelompok. Untuk hasil uji normalitas N-Gain kedua kelompok dapat dilihat seperti Tabel 3.9 di bawah ini
TABEL 3.9
HASIL UJI NORMALITAS RATA-RATA PENINGKATAN (N-GAIN) KREATIVITAS ANAK USIA DINI
No Data Asymp.
Sig. α Keputusan
1 N-Gain Kelompok Kontrol 0,939 0,05 Normal 2 N-Gain Kelompok
Eksperimen
0,526 0,05 Normal
Berdasarkan Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas peningkatan (N-Gain) kreativitas anak usia dini di kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,939 lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05. Dan pada kelompok eksperimen, hasil uji coba normalitas menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,526 lebih besar dari pada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. yang sama, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data
(43)
92
peningkatan kreativitas anak usia dini pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.
Setelah mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun, bila angka signifikan lebih kecil dari α (0,05) maka data tersebut tidak homogen.
TABEL 3.10
HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR N-GAIN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
Data Asymp.
Sig. α Keputusan
N-Gain Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
0,575 0,05 Homogen
Hasil uji homogenitas skor N-Gain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,575 lebih besar dari apha (α) yakni 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua varian populasi N-Gain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah homogen.
(44)
2. Pengujian Normalitas dan Homgenitas Data Kemampuan Berhitung Permulaan
a. Data Pretes
Penguasaan awal (pretes) kemampuan behitung permulaan anak usia dini adalah hasil penelitian yang berhubungan dengan kemampuan matematika anak usia dini sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan media balok. Data awal tentang kemampuan berhitung permulaan diperoleh dari hasil pretes.
Untuk melihat distribusi data skor pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan uji normalitas data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas (Sig.) dengan nilai alpha (α). Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas (Sig.) > dari alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan Kolmogorov- Smirnov adalah jika angka signifikan (Sig.) < 0,05 maka tidak berdistribusi normal, tetapi jika angka signifikan (Sig.) > 0,05 maka berdistribusi normal.
TABEL 3.11
HASIL UJI NORMALITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI
No Data Asym.
Sig. α Keputusan
1 Pretes kelompok kontrol
0,629 0,05 Normal
2 Pretes kelompok eksperimen
0,775 0,05 Normal
Hasil uji normalitas penguasaan awal (pretes) kemampuan berhitung permulaan pada kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig.
(45)
94
sebesar 0,629 lebih besar dari pada nilai alpha (α) 0,05. Demikian juga pada kelompok eksperimen, hasil uji normalitas menunjukkan Asym. Sig. sebesar 0,775 lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05, maka dapat dikatakan distribusi data skor pretes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.
Setelah mengetahui distribusi data normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau data tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari α (0,05), maka data tersebut homogen, namun bila angka signifikan lebih kecil dari
α (0,05), maka data tersebut tidak homogen. TABEL 3.12
HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI
Data Asymp. Sig. α Keputusan
Pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
0,938 0,05 Homogen
Hasil uji homogenitas skor pretes kelompok kontrol dan pretes kelompok eksperimen menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,938 lebih besar dari alpha (α) sebesar 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan
(46)
bahwa kedua varian populasi pretes kelompok kontrol dan pretes kelompok eksperimen adalah homogen.
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data pretes kelompok kontrol dan data pretes kelompok eksperimen, dapat dinyatakan bahwa data pretes kedua kelompok tersebut telah memenuhi syarat analisis penggunaan uji perbedaan (komparatif) statistik parametrik.
b. Data Postes
Untuk melihat distribusi data skor postes kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.13.
TABEL 3.13
HASIL UJI NORMALITAS PENGUASAAN AKHIR (POSTES) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI
No Data Asymp.
Sig. α Keputusan
1 Pretes kelompok kontrol 0,502 0,05 Normal 2 Pretes kelompok
eksperimen
0,784 0,05 Normal
Berdasarkan tabel 3.13 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas penguasaan akhir (postes) kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,502 lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05. Demikian juga pada kelompok eksperimen, hasil ujicoba normalitas menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,784 lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. lebih besar daripada nilai alpha (α)
(47)
96
0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.
Setelah mengetahui distribusi data adalah normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun bila angka signifikan lebih kecil dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut tidak homogen.
TABEL 3.14
HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR POSTES KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI
Data Asymp.
Sig. α Keputusan
Postes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
0,424 0,05 Homogen
Dari uji homogenitas skor postes kelompok kontrol dan postes kelompok eksperimen menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,424 lebih besar dari alpha (α) yakni 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua varian populasi postes kelompok kontrol dan postes kelompok eksperimen adalah homogen.
(48)
c. Perbedaan Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini
Sebelum dilakukan uji beda (uji-t), maka terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data N-Gain kedua kelompok. Untuk hasil uji normalitas N-Gain kedua kelompok dapat dilihat seperti Tabel 3.15 di bawah ini
TABEL 3.15
HASIL UJI NORMALITAS RATA-RATA PENINGKATAN (N-GAIN) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI
No Data Asymp.
Sig. α Keputusan
1 N-Gain Kelompok Kontrol 0,712 0,05 Normal 2 N-Gain Kelompok
Eksperimen
0,625 0,05 Normal
Berdasarkan Tabel 3.15 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas peningkatan (N-Gain) kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,712 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05. Dan pada kelompok eksperimen, hasil uji coba normalitas menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,625 lebih besar dari pada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.
Setelah mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak
(49)
98
homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun, bila angka signifikan lebih kecil dari α (0,05) maka data tersebut tidak homogen.
TABEL 3.16
HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR N-GAIN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI
Data Asymp.
Sig. α Keputusan
N-Gain Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
0,061 0,05 Homogen
Hasil uji homogenitas skor N-Gain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan nilai Asymp. Sig. sebesar 0,061 lebih besar dari apha (α) yakni 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua varian populasi N-Gain kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah homogen.
(50)
140 A. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa belajar menggunakan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini ternyata efektif. Hal tersebut terbukti dari analisis terhadap skor pretes dan skor postes, diperoleh nilai rata-rata sebelum menggunakan media balok dan setelah menggunakan media balok. Berdasarkan analisis tersebut diketahui juga bahwa rata-rata postes meningkat, baik itu untuk variabel kreativitas maupun variable kemampuan berhitung permulaan anak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Namun, peningkatan terjadi signifikan pada kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa belajar menggunakan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung anak usia dini di kelompok B TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil pengujian kedua hipotesis yang menunjukkan hasil yang signifikan.
Secara khusus kesimpulan yang berkenaan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang telah diajukan dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Implementasi pembelajaran yang dilakukan melalui permainan menggunakan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung anak usia dini. Dalam pelaksanaannya memakai
(51)
141
beberapa metode permainan yang variatif sehingga membuat anak tertarik dan tidak merasa bosan.
2. Terdapat perbedaan kreativitas anak yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan media balok (kelompok eksperimen) dengan anak yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan media balok (kelompok kontrol). Hal tersebut menjawab hipotesis pertama, dan sekaligus mengidentifikasikan bahwa belajar menggunakan media balok dapt menstimulasi daya pikir kreatif anak. Dengan kata lain, kreativitas anak dapat menunjukkan betapa besar keinginan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.
3. Terdapat perbedaan kemampuan berhitung permulaan antara anak yang mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan media balok (kelompok eksperimen) dengan anak yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan media balok (kelompok kontrol). Hasil perolehan tersebut selain menjawab hipotesis kedua, juga dapat memberikan gambaran bahwa belajar menggunakan media balok mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan permainan balok di kelompok B TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:
(52)
1. Guru
a. Mengingat pentingnya pengembangan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan bagi anak untuk meningkatakan kualitas hidup anak selanjutnya, diharapkan kepada guru untuk dapat membantu pengembangan kreativitas dan kemampuan berhitung anak lebih optimal dengan menggunakan alat media belajar yang lebih variatif dalam kegiatan belajar dan bermain.
b. Media balok tidak hanya yang terbuat dari kayu tetapi guru dapat memanfaatkan barang atau kardus bekas yang dibuat menjadi media balok yang lebih variatif yang bisa digunakan dalam pembelajaran.
c. Dalam proses pembelajaran adanya tema, tetapi tema hanya sebagai panduan bagi guru dalam mengatur proses pembelajaran tidak memaksakan atau membatasi anak dengan tema di saat proses pembelajaran berlangsung karena akan menghambat pola pikir kreatif anak, sangat penting untuk diketahui guru bahwa kreativitas tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
d. Melalui media balok tidak hanya dapat mengembangkan kreativitas anak dan kemampuan berhitung permulaan anak tetapi juga akan mengembangkan dimensi perkembangan anak yang lain secara optimal seperti perkembangan bahasa anak, perkembangan motorik anak juga perkembangan sosial anak.
(53)
143
e. Mengingat kreativitas merupakan pola berpikir yang divergen oleh karena itu, diharapkan kepada guru untuk lebih meningkatakan sistem belajar yang berpusat kepada anak bukan kepada guru.
f. Guru diharapkan terus belajar dan mencari informasi mengenai pemanfaatan media belajar bagi anak usia dini yang dapat mengembangkan kreativitas dan memotivasi diri untuk lebih baik dalam mengembangkan potensi anak lebih optimal.
g. Guru diharapkan untuk memanfaatkan media balok secara optimal dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar mengisi waktu luang bagi anak. h. Guru sangat dituntut lebih kreatif, dapat menerima anak apa adanya, ekspresif, motivator, menghargai karya anak, peduli terhadap perkembangan anak, senang dan mau bermain bersama anak, hal tersebut dapat membantu tumbuh kembang anak lebih optimal.
2. Orangtua
a. Berdasarkan hasil penelitian di kelas dan mengingat pembelajaran dengan menggunakan media balok mudah dilakukan di rumah maka sangat disarankan bagi para orang tua untuk dapat mempergunakannya demi mengembangkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini.
b. Orangtua tidak hanya mengharapkan sepenuhnya proses pembelajaran anak hanya disekolah tetapi perhatian dan menghargai hasil karya anak dapat menstimulasi anak untuk lebih berpikir kreatif dan meningkatkan inteligensi anak menjadi lebih optimal.
(54)
c. Orangtua tidak hanya memberikan alat permainan begitu saja kepada anak, tetapi pendampingan dan pengarahan di saat anak bermain sangat penting untuk membantu anak tercapainya proses belajar melalui bermain dapat tercapai.
3. Peneliti
a. Berdasarkan hasil penelitian di kelas, maka bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian yang terkait dengan pembelajaran dengan menggunakan media balok agar dapat mengembangkan lebih banyak kemampuan anak usia dini tidak saja dibidang kognitif tetapi juga menyangkut semua bidang pengembangan anak usia dini yang dalam hal ini multi intelligence.
b. Mengingat berbagai kelemahan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian dalam waktu yang lebih lama, dengan menggunakan media, pengembangan tema dan kegiatan yang lebih variatif, serta bisa memastikan guru memberikan treatment yang sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
(1)
e. Mengingat kreativitas merupakan pola berpikir yang divergen oleh karena itu, diharapkan kepada guru untuk lebih meningkatakan sistem belajar yang berpusat kepada anak bukan kepada guru.
f. Guru diharapkan terus belajar dan mencari informasi mengenai pemanfaatan media belajar bagi anak usia dini yang dapat mengembangkan kreativitas dan memotivasi diri untuk lebih baik dalam mengembangkan potensi anak lebih optimal.
g. Guru diharapkan untuk memanfaatkan media balok secara optimal dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar mengisi waktu luang bagi anak. h. Guru sangat dituntut lebih kreatif, dapat menerima anak apa adanya, ekspresif, motivator, menghargai karya anak, peduli terhadap perkembangan anak, senang dan mau bermain bersama anak, hal tersebut dapat membantu tumbuh kembang anak lebih optimal.
2. Orangtua
a. Berdasarkan hasil penelitian di kelas dan mengingat pembelajaran dengan menggunakan media balok mudah dilakukan di rumah maka sangat disarankan bagi para orang tua untuk dapat mempergunakannya demi mengembangkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini.
b. Orangtua tidak hanya mengharapkan sepenuhnya proses pembelajaran anak hanya disekolah tetapi perhatian dan menghargai hasil karya anak dapat menstimulasi anak untuk lebih berpikir kreatif dan meningkatkan inteligensi anak menjadi lebih optimal.
(2)
144
c. Orangtua tidak hanya memberikan alat permainan begitu saja kepada anak, tetapi pendampingan dan pengarahan di saat anak bermain sangat penting untuk membantu anak tercapainya proses belajar melalui bermain dapat tercapai.
3. Peneliti
a. Berdasarkan hasil penelitian di kelas, maka bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian yang terkait dengan pembelajaran dengan menggunakan media balok agar dapat mengembangkan lebih banyak kemampuan anak usia dini tidak saja dibidang kognitif tetapi juga menyangkut semua bidang pengembangan anak usia dini yang dalam hal ini multi intelligence.
b. Mengingat berbagai kelemahan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan kepada peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian dalam waktu yang lebih lama, dengan menggunakan media, pengembangan tema dan kegiatan yang lebih variatif, serta bisa memastikan guru memberikan treatment yang sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
(3)
145 Bandung.
Adhipura, A. A. N. (2001). Pengembangan Model Layanan Bimbingan Berbasis Nilai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas Anak. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Adminitrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruci
Arief R. “Pendidikan di Indonesia Masih Berpusat pada Guru”. Kompas, kolom Humaniora, Senin 13 Januari 2004.
Arikunto, S. (2003). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan
Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arsyad. (2004). Pendidikan anak Usia Dini, Panduan Praktis Bagi Ibu dan Calon Ibu. Bandung: Alfabeta.
Asian Brain.com Content Team, (2009). Permainan anak tidak terlepas dengan masa kanak-kanak yang indah dan menggembirakan. (Online) tersedia http:/www.lautanindonesia.com/blog/gabegh/blog/8999/jenis permainan-anak (12 September 2010)
Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajaran. Penerbit CV Wacana Prima : Bandung
Children’s Resources International (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak. Versi Bahasa Indonesia Khusus untuk Proyek CRI di Indonesia.
Depdikbud (2004). Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.
Depdikbud (1998). Didaktik/Metodik Umum di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Depdikbud (1998). Kurikulum Khusus Pengembangan Daya Pikir di Taman
Kanak-kanak. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional (2001). Pedoman Penyelengaraan Pendidikan Pada Kelompok Bermain. Jakarta : Depdiknas
(4)
146
Departemen Pendidikan Nasional (2002). Permainan Berhitung Permulaan. Jakarta : Depdiknas
Fathurrohman P. & Sutikno, M. S. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama Fridani, L. dkk. (2009). Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Penerbit
Universitas Terbuka.
Hurlock, E. B. (1999). Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta
Jalal, F. (2005). Arah Kebijakan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (Jalur Pendidikan Non Formal), makalah disampaikan pada Semiloka Nasional Pendidikan Anak Dini Usia. Depdiknas: Jakarta.
Kuntjojo, (2009). http://ebekunt.wordpress.com/2010/07/27/strategi-pembelajaran-untuk-anak-usia-dini/. Didownload pada tanggal 10 November 2010.
Lucy, B. (2009). Mendidik Sesuai dengan Minat dan Bakat Anak. Jakarta. PT. Tangga Pustaka
Mac Donald, S. (2001). Block Play the Complete Guide to Learning and Playing With Blocks. Beltsville: Gryphon House, Inc.
Martini, J. (2005). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Grasindo
Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta
Mubiar, A. dan Uyu Wahyudin. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung. CV. Falah Production
Mulyadi, S. (2004). Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain. Papas Sinar Sinanti : Jakarta
Munandar, U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak Sekolah Petunjuk bagi Orang tua dan Guru, Jakarta : PT. Grasindo
Munandar, U. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan ( Startegi Mewujudkan Potensi dan Bakat). Jakarta: Gramedia Puataka Utama
(5)
Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat : Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Musthafa, B. (2005). “Pembelajaran Kostruktivistik: Pendekatan, Desain dan Strategi,” makalah disampaikan pada Pelatihan Nasional Pengembangan Wawasan Nasional Dosen PGTK. Jakarta: Depdiknas.
Musthafa, B. (2008). Dari Literasi Dini Ke Literasi Teknologi. Jakarta Indonesia: Yayasan CREST Center for Education and Sociocultural Transformation, Bandung dengan NEW CONCEPT ENGLSH CENTRE, Jakarta.
Mutiah, D, (2010). Psikologi Bermaina Anak Usia Dini. Penerbita Kencana Mediana Group.
Nasution (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.
Nursisto. (1999). Kiat Menggali kreativitas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Ramli, S, (2009).
http://ramlimpd.blogspot.com/2010/10/pembelajaran-untuk-anak-usia-dini.html. Didownload pada tanggal 10 November 2010. Raharjo, B. (2007). http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8307260271.pdf.
Didownload pada tanggal 10 November 2010.
Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta Rohani A, (1997). Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta
Rachmawati, Y & Kurniati, E. (2010) Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ruseffendi, E. T. (2003). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: UNNES Press.
Sanjaya, W. (2009) Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Santoso, S (2002). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Computindo.
Semiawan, C. dkk. (1992) Pengenalan dan Pengembangan Bakat Sejak Dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(6)
148
Sriningsih, N. (2009). Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.
Sujiono, N Yuliana. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks
Sujiono, N. Y. dan Sujiono, B. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta. PT. Indeks
Sukmanasa, E. (2009). Dampak Metode Bermain dengan Menggunakan Media Flashcard Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan dan Kreativitas Anak Usia Dini. Tesis Magister UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.
Syaefudin S, U. & Satori D. (2007). Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung : UPI Yew, T. P. (2002). Mats the Fun & Magical Way. Jakarta: PT Elex Media