DAMPAK METODE STORY TELLING DENGAN MEDIA BONEKA TERHADAP PENGUASAAN KOSA KATA DASAR DAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK L: Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Kencana Mulya kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung.

(1)

vii DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Operasional Variabel ... 10

F. Metode Penelitian ... 12

G. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 12

BAB II. LANDASAN TEORI ... 13

A. Konsep Metode Story Telling Menggunakan Boneka ... 13

B. Pelaksanaan Metode Story Telling dengan Menggunakan Boneka ... 20

C. Karakteristik Cerita untuk Anak Taman Kanak-Kanak ... 27

D. Media Pembelajaran... 39

E. Kosa Kata Dasar Anak Usia 4-5 Tahun ... 49

F. Kemampuan Berbicara... 58

G. Karakteristik Anak Usia Dini... 70

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 79

A. Metode Penelitian ... 79

B. Alur Penelitian ... 80

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 83

D. Teknik Pengumpulan Data ... 83

E. Proses Perlakuan ... 85

F. Instrumen Penelitian ... 86

G. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 88

1. Pedoman Observasi Penguasaan Kosa Kata Dasar Anak di Kelas . 89 2. Pedoman Observasi Kemampuan Berbicara Anak ... 94

H. Teknik Analisis Data... 98 1. Peningkatan Penguasaan Kosa Kata Dasar dan Kemampuan


(2)

viii

Berbicara Anak ... 98

2. Uji Hipotesis ... 99

a. Uji Normalitas Distribusi Data ... 99

b. Uji Homogenitas ... 99

c. Uji Kesamaan Dua Rerata ... 100

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 102

A. Hasil Penelitian. ... 102

1. Deskripsi Pelaksanaan Langkah-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Story Telling dengan media boneka ... 103

2. Penguasaan Kosa Kata Dasar ... 119

a. Penguasaan Awal (Pre test) ... 119

b. Penguasaan Akhir (Post test) ... 123

c. Uji Normalitas Peningkatan (N-Gain) Penguasaan Kosa Kata Dasar Anak Di Kelas ... 127

3. Kemampuan Berbicara Anak ... 130

a. Penguasaan Awal (Pre test) ... 131

b. Penguasaan Akhir (Post test) ... 133

c. Uji Normalitas Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Berbicara Anak ... 139

4. Hasil Perhitungan Setiap Indikator ... 142

a. Penguasaan Kosa Kata Dasar ... 142

b. Kemampuan Berbicara ... 148

B. Pembahasan... 155

1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Story Telling dengan media boneka ... 155

2. Dampak Pembelajaran dengan Metode Story Telling dengan Media Boneka Terhadap Penguasaan Kosa Kata Dasar ... 158

3. Dampak Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Story Telling dengan Terhadap Kemampuan Berbicara Anak ... 163

BAB V.SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 171

A. Simpulan ... 171

B. Rekomendasi ... 173

DAFTAR PUSTAKA ... 175

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 180- DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ---


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap orang. Melalui bahasa anak akan mampu mengembangkan pergaulan (social skill) dengan orang lain. Penguasaan ketrampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Seorang anak akan mudah menjalin pergaulan dengan orang lain bila anak sudah menguasai kemampuan bahasa dengan baik.

Kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan sebagai alat berkomunikasi. Anak usia tersebut dapat mengucapkan kata-kata yang mereka gunakan. Dapat menggabungkan beberapa kata-kata menjadi kalimat yang berarti. Namun menurut Hurlock (1990:190), “kemampuan berkomunikasi pada anak usia prasekolah dengan orang lain masih dalam taraf yang rendah, masih banyak kosa kata yang harus dikuasai untuk dapat menggunakan bahasanya dengan baik”.

Perbendaharaan kata (kosakata) berperan penting dalam pengembangan bahasa, penguasaan bahasa yang benar sesuai dengan kaidah yang ada. Mar’at.S (2005:66) menyatakan bahwa “penguasaan kosakata anak usia 4-5 tahun berada pada periode diferensiasi, yaitu dapat membedakan penggunaan kata-kata dan


(4)

sesuai dengan maknanya. Beberapa pengertian yang kurang jelas seperti pengertian waktu dan ruang mulai muncul, menguasai kata benda dan kata kerja mulai terdiferensi”.

Selanjutnya, menurut Hurlock (1990:113) usia 4-5 tahun merupakan perkembangan yang pesat penguasaan pokok dalam berbicara, yaitu peningkatan kosa kata, menguasai pengucapan kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat. Penguasaan kosa kata anak meningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru. Anak usia 4-5 tahun umumnya sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata. Sedangkan menurut Tarigan (1993:3) Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut kosa kata dasar, diantaranya yaitu perbendaharaan kata benda universal, kata kerja pokok, dan kata bilangan pokok serta mampu menyebutkan nama-nama binatang dan tumbuhan.

Hurlock (1990:151) mengemukakan bahwa salah satu tugas utama dalam belajar berbicara ialah anak harus dapat meningkatkan jumlah kosakata, anak harus belajar mengaitkan arti dengan bunyi karena kata yang memiliki arti yang lebih dari satu dan sebagian kata bunyinya hampir sama, tetapi memiliki arti yang berbeda, maka meningkatkan kosa kata jauh lebih sulit daripada mengucapkannya. Sehingga diperlukan adanya suatu peningkatan kosa kata pada anak yang dapat menunjang pada kemampuan berbicara.

Peningkatan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan banyak cara salah satunya melalui Metode story telling dengan media boneka anak mampu mendengarkan, dan mennyimak sebuah cerita dari penokohan. Peningkatan kosa kata atau penguasaan kosa kata tersebut lebih


(5)

3

banyak dilakukan di dunia pendidikan, terutama di lembaga Pra sekolah seperti lembaga PAUD, mengingat kosa kata anak masih terbatas. Peningkatan kosa kata anak dalam Menu Generik PAUD sebagai kurikulum yang diguanakan di lembaga PAUD yang digunakan saat ini berada pada pengembangan kemampuan bahasa yang menekankan pada hasil belajar agar anak memiliki perbendaharaan kata yang diperlukan untuk berkomunikasi sehari-hari. Menurut Tarigan (1993:3) “Secaara umum, untuk memperkenalkan kosa kata pada anak perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan kosa kata dasar, diantaranya ialah perbendaharaan kata benda universal, kata kerja pokok, dan kata bilangan pokok.

Umumnya upaya peningkatan kosa kata dan kemampuan berbicara di TK Kencana Mulya komplek Margahayu Kencana dilakukan dengan menciptakan situasi yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan bahasanya. Kegiatan ini dilakukan dengan salah satu metode yaitu

story telling dengan media boneka dalam pengajaran bahasa anak khususnya

dalam penguasaan kosa kata anak dan kemampuan berbicara pada anak TK Kencana Mulya, misalnya guru TK Kencana Mulya menyediakan media pengajaran, seperti beberapa boneka , mobil-mobilan,serta beberapa boneka dari binatang. Penggunaan media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak serta motivasi belajar anak. Selain itu, menurut Arsyad.A (2002:26) “pengguanaan media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta dapat memberikan kesamaam pengalaman pada anak tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka”. Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat


(6)

media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu “pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat memotivasi belajar dan siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lainnya seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain”. Menurut Encyclopedia of

Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merinci manfaat media

pengajaran sebagai berikut:

a) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme

b) Memperbesar perhatian siswa

c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap

d) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.

Pembelajaran pada anak usia dini di Taman Kanak-Kanak, lebih bertujuan untuk memberikan pondasi pendidikan ke arah kesiapan mental dan psikologis dalam belajar. Dengan demikian, sebenarnya pembelajaran pada anak usia dini tidak terlalu memfokuskan pada penguasaan isi (content) pelajaran, akan tetapi lebih mengutamakan pada dimensi kesiapan mental dan psikologis. Sikap anak untuk senang belajar, adalah indikator utama dalam pembelajaran pada anak usia dini. Manakala anak menganggap belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan, maka dapat diprediksi anak akan memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas belajar di jenjang pendidikan selanjutnya.


(7)

5

Untuk menanamkan kesiapan mental psikologis dan konsep belajar sebagai aktivitas yang menyenangkan, dalam hal ini tentunya penulis memilih salah satu metode yang tepat yaitu suatu metode story telling yang mengandung arti pendidikan. Dalam konteks inilah maka orientasi pendidikan pada anak usia dini, bukan menekankan pada penguasaan content (isi pelajaran), akan tetapi lebih menekankan pada aspek penguasaan kosa kata dan kemampuan berbicara, dan perkembangan bahasa dalam hal belajarnya.

Dalam pandangan konvergensi dikatakan bahwa self actualization individu dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu bawaan sebagai faktor internal dan lingkungan sebagai faktor eksternal. Kedua faktor ini sama-sama memiliki kontribusi dalam mewarnai kemampuan individu. Persoalannya, adalah dalam bentuk apa dan sejak kapan pengaruh lingkungan secara efektif dalam memberikan kontribusi bagi kemampuan individu menuju self actualization.

Perubahan perilaku pada anak usia dini sebagaimana dijelaskan di atas, nyatanya pola berpikir dan belajar anak usia dini berada dalam tahap identifikasi tokoh yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini, guru anak usia dini dituntut memiliki keterampilan dalam menggunakan metode story telling dengan media boneka. Penggunaan metode story telling dengan media boneka pada anak usia dini dapat dikatakan sebagai salah satu metode pembelajaran utama yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran penambahan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara.

Dari uraian tersebut, jelaslah arti penting dan manfaat penggunaan story

telling dengan media boneka bagi pembentukkan perkembangan bahasa pada

anak usia dini. Untuk membentuk perilaku anak, perkembangan bahasa yang memadai.


(8)

Perkembangan bahasa pada anak usia dini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan. Hal tersebut mengingat posisi pendidikan Taman Kanak-Kanak sebagai lingkungan transisi bagi anak usia dini, antara lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah yang menuntut anak harus belajar ,penguasaan kosa kata dan berbicara. Banyak anak usia dini yang mengalami kekurangan dalam kosa kata dasar dan berbicara, ketika ia harus dihadapkan pada lingkungan kelas dan teman-temannya di sekolah. Atas dasar inilah perkembangan bahasa dalam penguasaan kosa kata dan kemampuan berbicara yang menjadi salah satu bidang pengembangan dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Kencana Mulya. Kemampuam berbicara dan penguasaan kosa kata adalah kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan sebagai media dalam menyampaikan suatu ide, gagasan atau pendapat serta pemikirannya kepada orang lain untuk berbagai kepentingan. Sebagaimana dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti (1998: 23) bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain.

Anak yang telah memiliki kemampuan berbicara dan penguasaan kosa kata dasar secara memadai, akan relatif mudah dalam mengembangkan perilaku sosial dengan lingkungannya. Dimilikinya kemampuan berbicara dan penguasaan kosa kata pada anak usia dini, tidak tumbuh dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan bimbingan guru. Kembali kepada arti penting dan manfaat dari story


(9)

7

pembentukkan perilaku anak usia dini. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara konseptual, metode story telling dengan media boneka memberikan dampak terhadap penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak usia dini untuk membuktikan bagaimana dampak Story telling terhadap penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara pada anak maka penelitian ini akan dilakukan di Taman Kanak-kanak Kencana Mulya Komplek Margahayu Kencana. Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung.

Berangkat dari judul Dampak Metode Story Telling dengan media boneka terhadap penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak, maka akan melakukan langkah-langkah pembelajaran pada anak dengan menggunakan metode story telling dengan media boneka yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak .

B. Rumusan Masalah

Latar belakang menggambarkan perlu adanya upaya dalam memperbaiki proses pembelajaran dalam penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak. Adapun permasalahanya penelitian ini adalah dampak pembelajaran yang menggunakan metode Story telling dengan media boneka apakah dapat mempengaruhi terhadap penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara pada anak. Metode story telling adalah sebuah upaya dalam pembelajaran yang menekankan keterampilan guru dalam menyampaikan kisah secara terstruktur dan sistematis, sehingga anak dapat memahami nilai-nilai pendidikan yang diperoleh dari kisah atau cerita yang disampaikan. Perkembangan bahasa terhadap penguasaan kosa kata dan berbicara pada anak


(10)

usia dini, adalah sebuah kompetensi yang dimiliki oleh individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah di bahas sebelumnya, maka penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Kencana Mulya, yang beralamat di Komplek Margahayu Kencana Blok H5 No 11 Kecamatan Margahayu ,Kabupaten Bandung. TK Kencana Mulya mempunyai Visi yaitu tercapainya anak didik yang taqwa, cerdas trampil dan berprestasi, sedangkan Misinya adalah (1 ) Menanamkan agar anak taat beragama, disiplin dan sopan santun. (2) Menumbuh kembangkan kecerdasan anak melalui bermain kreatif. (3) Melalui bermain kreatif anak bisa menciptakan berbagai prestasi. Motonya adalah aktif dan kreatif.

Untuk menjabarkan rumusan masalah, dikembangkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran metode story telling dengan media boneka terhadap penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak di TK Kencana Mulya ?

2. Apakah terdapat perbedaan kosa kata dasar antara anak yang memperoleh pembelajaran metode story telling dengan media boneka dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan n metode story telling dengan media boneka sebelum dan sesudah perlakuan di TK Kencana Mulya? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan berbicara antara anak yang

memperolah pembelajaran dengan metode story telling dengan media boneka dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan metode


(11)

9

story telling dengan media boneka sebelum dan sesudah perlakuan di TK

Kencana Mulya? C. Tujuan Penelitian

Ingin mengetahui gambaran tentang dampak story telling terhadap penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara pada anak sebelum dan sesudah perlakuan di TK Kencana Mulya.

Secara rinci tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui langkah-langkah pelaksanaan metode story telling dengan media boneka terhadap kosa kata dasar anak dan kemampuan berbicara di TK Kencana Mulya.

2. Untuk mengetahui perbedaan kosa kata dasar antara anak yang memperoleh metode story telling dengan media boneka dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan mmetode story telling dengan media boneka sebelum dan sesudah perlakuan di TK Kencana Mulya. 3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berbicara antara anak yang

memperolah metode story telling dengan media boneka dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan metode story telling dengan media boneka sebelum dan sesudah perlakuan di TK Kencana Mulya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Bagi guru dijadikam bahan masukan dalam penerapan langkah-langkah pelaksanaan metode story telling terhadap penguasaan kosa


(12)

kata dasar dan kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak Kencana Mulya, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung.

b. Bagi guru dijadikan masukan cara menggunakan metode story telling dengan media boneka terhadap peningkatan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak di TK Kencana Mulya, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung.

c. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak .

E. Definisi

Untuk memberikan batasan konseptual dan operasional tentang variabel dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional variabel, sebagai berikut.

1. Metode story telling dengan media boneka

Story telling adalah memaparkan rekaan tentang kejadian atau aktivitas

yang berhubungan dengan suatu tokoh dalam konteks tertentu. Secara keseluruhan, rangkaian kejadian dan karakter dalam dongeng membentuk keutuhan dan pengubahanya dimaksudkan sebagai hiburan, wahana ajaran moral atau keduanya. Dalam metode story telling atau dongeng terkandung sifat khayali (tak mesti faktual) dan koheren (terpadu). Dua karakteristik ini membuat dongeng memiliki kekuatan magis ( Musthfa 2008:15) sedangkan boneka adalah tiruan dari bentuk manusia atau binatang ( Nurul Maghfiroh On Januari 2010,-2:17 pm) Penguasaan Kosa Kata Dasar


(13)

11

Adalah kemampuan anak dalam kata-kata dasar yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain.

Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan sebagai media dalam penyampaian suatu ide, gagasan atau pendapat serta pemikiran kepada orang lain untuk berbagai kepentingan sebagaimana dikemukakan oleh Arsyad dan Mukti ( 1998:23) bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mungucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan menyampaikan pikiran ,gagasan dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian mengarah kepada cara kerja yang dilandasi oleh ilmu, dengan kata lain cara kerja yang ilmiah untuk memahami suatu obyek penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen kuasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan kosa kata dan kemampuan berbicara anak serta pembelajaran penggunaan metode story telling dengan media boneka, kemudian dianalisis dalam peningkatan kosa kata dan kemampuan berbicara pada anak di TK Kencana Mulya di Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung.

Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan pre tes dan pos tes di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol, aktivitas guru dan anak selama pembelajaran dengan menggunakan metode story telling serta observasi pada guru untuk mengetahui proses penggunaan metode story telling dengan media boneka.


(14)

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di TK Kencana Mulya, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung sebanyak 30 anak. Satu kelompok eksperimen sebanyak 15 anak dan satu kelompok kontrol sebanyak 15 anak, yang menjadi alasan dilaksanakan penelitian di sekolah ini adalah belum diterapkan metode


(15)

81 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui perbedaan penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara antara anak yang mendapatkan pembelajaran dengan metode story telling dengan media boneka dan yang mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen Nonequivalent Control Group Design dimana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2007: 116). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan metode story telling dengan media boneka pada kelompok eksperimen dan pembelajaran yang tidak menggunakan metode story telling dengan media boneka pada kelompok kontrol.

TABEL 3.1 DESAIN PENELITIAN

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan :

X1 : Perlakuan pembelajaran metode story telling dengan media boneka X2 : Pembelajaran yang tidak menggunakan

O1 & O2 : Pretes dan pos tes kelas eksperimen O3 & O4 : Pretes dan pos tes kelas eksperimen


(16)

B. Operasional Variabel

Untuk memberikan batasan konseptual dan operasional tentang variabel dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan definisi operasional variabel, sebagai berikut.

1. Metode story telling dengan media boneka

Story telling adalah memaparkan rekaan tentang kejadian atau aktivitas

yang berhubungan dengan suatu tokoh dalam konteks tertentu. Secara keseluruhan, rangkaian kejadian dan karakter dalam dongeng membentuk keutuhan dan pengubahanya dimaksudkan sebagai hiburan, wahana ajaran moral atau keduanya. Dalam metode story telling atau dongeng terkandung sifat khayali (tak mesti faktual) dan koheren (terpadu). Dua karakteristik ini membuat dongeng memiliki kekuatan magis ( Musthfa 2008:15) sedangkan boneka adalah tiruan dari bentuk manusia atau binatang ( Nurul Maghfiroh On Januari 2010,-2:17 pm) yang menjadi alat peraga dianggap mendekati naturalis bercerita dan tokoh yang diwujudkan dalam cerita dengan boneka yang mendukung dan mudah dipahami oleh anak. Pemilihan tema dan judul adalah makna yang terkandung dalam sebuah cerita (Pickering & Hoeper, 1981 : 61; Stanton, 1965 : 20 Kenney, 1966:880. tema juga dapat diartikan sebagai gagasan, Ide atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman. 1992: 50). Teknik berceritera adalah yang mengandung pengertian daya upaya, usaha-usaha, atau cara-cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan kegiatan bercerita. Guru perlu mengasah keterampilan dalam berceritera baik vokal, gerak, bahasa dan komunikasi serta ekpresi.


(17)

83

2. Penguasaan Kosa Kata Dasar

Adalah kemampuan anak dalam kata-kata dasar yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Adapun yang termasuk pada kosa kata dasar ialah (1) Kata benda universal, misalnya nama binatang. (2) kata kerja pokok, misalnya makan, minum dan sebagainya, (3) Kata kerja bilangan pokok, misalnya satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. sepuluh, dan sebagainya. ( Tarigan, H.H 1993:3)

3. Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah kemampuan dalam berkomunikasi secara lisan sebagai media dalam penyampaian suatu ide, gagasan atau pendapat serta pemikiran kepada orang lain untuk berbagai kepentingan sebagaimana dikemukakan oleh Arsyad dan Mukti ( 1998:23) bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mungucapkan bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan menyampaikan pikiran ,gagasan dan perasaan kita sehingga maksud pembicaraan dapat dipahami oleh orang lain.

Yang dimaksud berbicara dalam penelitian ini adalah ketentuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengucapkan bunyi atau kata-kata, mengekpresikan, menyampaikan pikiran, gagasan serta perasaan kepada orang lain secara lisan. Kemampuan berbicara yang akan di teliti adalah (1) mendengarkan dan membedakan bunyi, suara, bunyi bahasa dan mengucapkannya, (2) berkomunikasi secara lisan dengan benar, (3) menyampaikan ide-ide pikiran, gagasan (4) kemampuan arti kulasi (Kurikulum TK dan RA 2005:21)


(18)

C. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan ditunjukkan pada gambar 3.1:

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Uji Coba, Validasi

Studi Literatur: Metode Story Telling, Penguasaan Kosa kata Dasar dan Kemampuan Berbicara Anak

Penyusunan Rencana Pembelajaran dengan menggunakan metode

Story telling

Penyusunan Instrumen

1. Pedoman observasi Penguasaan kosa kata dasar anak

2. Pedoman observasi Kemampuan

berbicara anak

Pembahasan

Kelompok Kontrol Tes Awal Kelompok Eksperimen

(Pre test)

Perumusan Masalah

Tes Akhir

(Post test)

Metode Pembelajaran metode Story Telling Pembelajaran

Konvensional

Pengolahan dan analisis data

Observasi Keterlaksanaan metode Story Telling

Kesimpulan Studi Pendahuluan


(19)

85

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Pada tahap ini di awali dengan studi literatur terhadap program pembelajaran dan buku-buku pendidikan anak usia dini dalam upaya menganalisis konsep-konsep penting yang akan diajarkan, selanjutnya menyusun skenario pembelajaran tentang penggunaan metode story telling yang dikembangkan pada definisi konsep, indikator kosa kata dasar dan berbicara yang dikembangkan dalam rencana kegiatan mingguan (RKM) dan rencana kegiatan harian (RKH), media dengan boneka dan penilaian serta alokasi waktu. Selanjutnya studi pengembangan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara untuk menentukan instrumen yang akan dikembangkan melalui lembaran observasi. Instrumen ini didiskusikan dengan pembimbing.

2. Tahap penjajagan

Pada tahapan ini peneliti mengunjungi Taman Kanak-kanak Kencana Mulya yang ada di komplek Margahayu Kencana, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung untuk meminta izin pelaksanaan penelitian dengan menyerahkan surat izin penelitian. Tahap berikutnya mendiskusikan dengan guru kelas tentang pembelajaran dengan menggunakan metode story telling sekaligus menetapkan jadwal penelitian.

3. Tahap pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan, dilakukan penerapan metode story telling yang telah dituangkan dalam rencana pembelajaran dengan jadwal kegiatan tercantum sebagaimana Tabel berikut:


(20)

TABEL 3.2

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Hari/tanggal Kegiatan Keterangan

1

2.

3

4

5

Senin, 28 Maret 2011

Jumat 1, April 2011

Sabtu, Senin 2-4April 2011

Selasa, 5-16 April 2011

Senin, Selasa,Rabu 18,19,20 April 2011

Uji Intrument

Mengingatkan kembali dan ,melatih kepada guru

tentang metode Story telling

Pretes

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Story Telling Tidak diterapkan metode pembelajaran dengan menggunakan metode Story

Telling

Postes

TK Restunajl H.Naweng no 38 Kopo sayatai

Kabupaten Bandung Guru kelas

eksperimen

Kelas ekperimen dan kelas kontrol anak TK Kencana

Mulya,Kc,Margahayu, Kabupaten Bandung Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Kelas eksperimen dan kelas kontrol

4. Tahap analisis

Setelah pembelajaran dengan menggunakan metode story telling selesai, data yang telah terkumpul dianalisis dan diolah secara statistik untuk data kuantitatif dan deskriptif untuk data kualitatif.


(21)

87

D. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Kencana Mulya , Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung yang beralamat di Komplek Margahayu Kencana Blok H4 no 11 Rt 10 Rw 13 Desa Margahayu Selatan, Kecamatam Margahayu, Kabupaten Bandung. TK ini mempunyai visi tercapainya anak didik yang taqwa, cerdas trampil dan berprestasi. Sedangkan misinya adalah (1) Menanamkan agar anak taat beragama,disiplin dan sopan santun. (2) Menumbuhkembangkan,kecerdasan anak melalui bermain kreatif (3) Melalui bermain kreatif anak bisa menciptakan berbagai prestasi. Motonya adalah Aktif dan kreatif.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Kencana mulya, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung dikarenakan di TK ini sudah ada dua kelompok, yang jumlah kelompok masing-masing terdiri dari 15 anak yaitu kelompok A dan kelompok B jumlahnya sama yaitu 15 anak, pembagian kelas eksperimen sebanyak 15 anak yaitu kelompok B dan satu kelompok kontrol sebanyak 15 anak. Jumlah anak tersebut langsung ditetapkan sebagai sampel atau subyek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan dua teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu: observasi terstruktur dan dokumentasi.


(22)

Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu melalui observasi, dan dokumentasi. Observasi dipilih sebagai teknik utama dalam penelitian ini karena penelitian ini akan meneliti perilaku atau sikap manusia dalam penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara manusia juga peneliti mengukur dengan menggunakan observasi. Sugiyono (2008: 203) menyatakan bahwa observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dokumentasi dipilih agar dapat memperoleh data langsung dari tempat penelitian seperti peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, rekaman kegiatan dan data yang relevan (Akdon, 2008: 137).

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3.

TABEL 3.3 INSTRUMEN DATA

No Sumber

data

Jenis Data Teknik Pulta Instrumen

1 Anak Penguasaan kosa kata

dasar anak sebelum mendapatkan perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pre test dan post test

Pernyataan operasional tentang penguasaan kosa kata dasar anak

2 Anak Kemampuan berbicara

anak sebelum

mendapatkan perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pre test dan post test

Pernyataan operasional tentang kemampuan bericara anak

3 Anak dan

Guru

Foto-foto, rekaman kegiatan pembelajaran

Dokumentasi Alat yang dibutuhkan untuk mengambil foto atau rekaman seperti kamera atau

handycame

4 Guru Data perencanaan

pembelajaran

Dokumentasi Perencanaan tema dan sub tema


(23)

89

F. Proses Perlakuan

Pada penelitian ini ditentukan dua kelas sebagai subyek penelitian, kelas pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol. Pertama masing-masing kelompok diberi pretest dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Selanjutnya pada kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan metode story telling sebanyak sepuluh kali pertemuan dengan langkah pembelajaran sebagai berikut: 1) Tahap persiapan, dengan langkah kegiatan (a) guru menentukan boneka yang akan dipergunakan, Guru menata lingkungan kelas yang mendukung untuk kegiatan story telling) guru menyiapkan bahan dan media yang diperlukan serta skenario cerita yang harus diperankan oleh boneka . 2) Tahap Awal,dengan langkah kegiatan (a) anak-anak berbaris dan masuk kelas dan duduk membentuk setengah lingkaran (b) guru membimbing anak untuk berdoa dan membaca surat pendek serta menyanyi. (c) guru memberikan informasi kepada anak tentang kegiatan yang akan dilakukan. (d) guru memberikan motivasi kepada anak untuk mengikuti kegiatan. 3) Tahap Inti, dengan langkah kegiatan: (a) guru memperkenalkan beberapa boneka yang akan digunakan dalam story telling (b) guru menceritakan skenario cerita melalui boneka dan gambar. (c) guru memainkan dan menggerak-gerakkan boneka-boneka sesuai dengan cerita . (d) anak mendengarkan cerita yang diucapkan guru dan di libatkan dalam ceita yang dilakukan oleh guru (e) guru mereflekasi dan melakukan penekanan terhadap nilai yang ingin diajarkan. 4) Tahap penutup,


(24)

dengan langkah kegiatan: (a) guru duduk bersama anak untuk memberikan pijakan pengalaman setelah kegiatan story telling selesai. (b) guru memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan atau berpendapat tentang peran atau tokoh yang diperankan oleh boneka. (c) guru menekankan kembali peran tokoh-tokoh boneka yang diajarkan. (d) Guru berbincang-bincang tentang kegiatan yang akan dilaksanakan besok. (e) Guru membimbing anak untuk berdoa.

Materi yang diberikan dalam story telling yaitu tema cerita putri tidur, pangeran kodok, bawang merah bawang putih ,Ikan Mas Ajaib dan Timun Mas Sedangkan kelas kontrol diberi materi pelajaran dengan tujuan yang sama tetapi dengan metode pembelajaran konvensional .

G. Instrumen Penelitian

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur.. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2008: 149).

Pengembangan instrumen penelitian yang dimaksud adalah untuk mengungkap kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak di TK.Kencana Mulya kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, maka dapat disusun butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dikembangkan dari indikator yang disusun dalam kisi-kisi instrumen.


(25)

91

TABEL 3.4

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

PENGUASAAN KOSA KATA DASAR DAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK

No Variabel Sub Variabel Indikator Teknik Pulta

Respon den

Butir Soal

1 Penguasaan

Kosa Kata Dasar a) Menyebutkan dan menunjukkan kata benda universal (Nama binatang dan nama tumbuh-tumbuhan) b) Menyebut kan kata kerja pokok secara lisan dengan tepat (makan,tidur ,minum) c) Menyebut kan dan menunjuk kan kata bilangan pokok

a) Menyebutkan nama-nama binatang secara lisan dan tepat ( ikan,kancil,kodok, ayam,kucing,bangau, kura-kura)

b) Menyebutkan nama-nama tumbuh-tumbuhan dengan tepat (bawang merah,bawang putih,timun,rumput, padi)

c) Menunjukkan nama binatang dengan tepat (kakatua,beruang, kancil)

a) Menyebutkan kata kerja pokok secara lisan dengan tepat ( makan ,tidur,minum)

b) Menunjukkan kata kerja pokok dengan tepat(mencuci tangan,menyapu,berce rmin)

a) Menyebutkan kata bilangan pokok secara lisan dengan tepat (lima,enam sembilan)

b) Menunjukkan kata bilangan pokok dengan tepat( tiga, delapan ,tujuh)

Observasi tes

Anak 1, 2, 3, 4, 5, 6,7 8, 9, 10, 11,12 13,14, 15 16,17, 18 19,20, 21 22,23, 24 25,26, 27

2 Kemampuan

Berbicara a) Dapat mendengar kan dan membeda kan bunyi suara, dan pengucapan nya. a) Membedakan suara/kata Observasi tes


(26)

b) Dapat mendengar kan dan membeda kan bunyi bahasa dan pengucapan nya. c) Dapat berkomunik asi secara lisan dengan benar d) Menyampai kan ide/pikiran/ gagasan e) Kemampuan artikulasi

a) Menirukan suara/kata dan bunyi bahasa

b) Melakukan perintah

a) Menyebutkan nama diri,orang tua dan alamat rumah

b) Melakukan percakapan

c) Menjawab pertanyaan

a) Menyampaikan pengalaman sendiri secara sederhana

b) Memberikan

keterangan /informasi tentang sesuatu hal

a) Mengucapkan huruf vocal ganda

b) Mengucapkan huruf yang sulit di ucapkan

30,31, 32 33,34, 35,36, 37,38 39,40, 41 42,43, 44.45 46,47 48,49 50,51 52,53 Keterangan :

Intrumen ini di ukur dengan skala yang telah dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada skala Guttman yaitu dengan hanya menggunakan dua interval yaitu pernyataan “ya” dan “tidak” untuk mengungkap kejelasan suatu sikap/sifat (Akdon, 2008: 122). Anak yang dapat melakukan apa yang diharapkan akan mendapat skor 1 sedangkan anak yang tidak dapat melakukan apa yang diharapkan berarti mendapat skor 0.


(27)

93

H. Uji Coba Alat Pengumpul Data

Sebelum alat pengumpul data ini digunakan untuk mengumpulkan data, maka pedoman observasi ini harus diuji dahulu apakah alat ini sudah valid dan reliabel, maka proses pertama adalah mengukur validitas dan reliabilitas butir item.

1. Pedoman Observasi Penguasaan Kosa Kata Dasar Anak di kelas

Pedoman observasi ini digunakan untuk mengetahui perubahan penguasaan kosa kata dasar anak dari mulai pre test sampai kepada post test. Pedoman observasi ini dikonstruksi dalam pilihan sikap ”ya” atau ”tidak” dengan berpedoman pada skala Guttman. Penskorannya adalah nilai 1 untuk sikap ”ya” dan nilai 0 untuk sikap ”tidak”.

a. Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan dan kevalidan suatu alat ukur atau instrumen penelitian. Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur itu mampu mengukur yang diukur pada penelitian. Uji validitas ini dilakukan untuk menguji ketepatan suatu item dalam pengukuran instrumennya.

Untuk mengetahui tingkat validitas maka instrumen diujicobakan pada sekolah atau Taman Kanak-kanak yang secara umum mempunyai tingkat yang sama tentang Penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara dengan kelompok anak yang akan dijadikan penelitian ini. Dalam pengujian validitas butir observasi, peneliti menggunakan validitas isi dan validitas construct.


(28)

Validitas isi dilakukan dengan cara konsultasi bertanya dan berdiskusi kepada orang ahli pada bidangnya. Atas rekomendasi dari salah satu pembimbing untuk menentukan apakah instumen yang akan digunakan sesuai untuk anak usia Taman Kanak-kanak. Sedangkan untuk validitas construct instrumen dilakukan terhadap anak-anak Kelompok B sebanyak 15 anak di Taman Kanak-kanak Restuna dijalan Haji Naweng Desa margahayu ,Kecamatan Margahayu,Kabupaten Bandung.

Menurut Akdon (2008: 138) sebuah instrumen diputuskan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur jika instrumen sudah di uji validitasnya dan hasilnya valid. Validitas setiap butir item yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, kemudian menghitung harga thitung.

Kaidah pengujian dengan membandingkan nilai tTABEL dan nilai thitung. Nilai tTABEL diperoleh dengan dk = n – 1 dan tingkat signifikan α = 0,05, dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan tTABEL dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika thitung > tTABEL, berarti data valid, dan jika thitung < tTABEL berarti data tidak valid.

Dari 27 butir item yang diujicobakan kepada 15 anak diperoleh data hasil uji validitas pada Tabel 3. 5. pada tebel 3. 5 terdapat keterangan bahwa 24 butir item dinyatakan valid dan 3 butir item yang tidak valid, dengan demikian untuk kosa kata dasar butir item pernyataan yang digunakan sebanyak 24 butir item.


(29)

95

TABEL 3.5

HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI PENGUASAAN KOSA KATA DASAR ANAK

Validitas

Inter-Prestasi No. Koefisien Koefisien Harga Harga

Keputusan Item

Pertanyaan Korelasi rhitung

Korelasi r table

t hitung t TABEL

1 0.547 0,514 2,356 2,145 Valid Dipakai

2 0.678 0,514 3,326 2,145 Valid Dipakai

3 0.547 0,514 2,356 2,145 Valid Dipakai

4 0.584 0,514 2,594 2,145 Valid Dipakai

5 0.739 0,514 3,955 2,145 Valid Dipakai

6 0.639 0,514 2,996 2,145 Valid Dipakai

7 0.547 0,514 2,356 2,145 Valid Dipakai

8 0.556 0,514 2,412 2,145 Valid Dipakai

9 0.721 0,514 3,752 2,145 Valid Dipakai

10 0.639 0,514 2,996 2,145 Valid Dipakai

11 0.139 0,514 0,506 2,145

Tidak Valid

Tidak Dipakai

12 0.547 0,514 2,356 2,145 Valid Dipakai

13 0.706 0,514 3,595 2,145 Valid Dipakai

14 0.415 0,514 1,645 2,145

Tidak Valid

Tidak Dipakai

15 0.501 0,514 2,087 2,145

Tidak Valid

Tidak Dipakai

16 0.547 0,514 2,356 2,145 Valid Dipakai

17 0.721 0,514 3,752 2,145 Valid Dipakai

18 0.706 0,514 3,595 2,145 Valid Dipakai

19 0.721 0,514 3,752 2,145 Valid Dipakai

20 0.787 0,514 4,599 2,145 Valid Dipakai

21 0.694 0,514 3,476 2,145 Valid Dipakai

22 0.666 0,514 3,221 2,145 Valid Dipakai

23 0.547 0,514 2,356 2,145 Valid Dipakai

24 0.638 0,514 2,988 2,145 Valid Dipakai

25 0.666 0,514 3,221 2,145 Valid Dipakai

26 0.739 0,514 3,954 2,145 Valid Dipakai

27 0.639 0,514 2,996 2,145 Valid Dipakai

Berdasakan data pada TABEL 3.5 tentang uji validitas pedoman observasi penguasaan kosa kata dasar, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid sebagaimana data pada Tabel 3.6 berikut ini:


(30)

TABEL. 3.6

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI PENGUASAAN KOSA KATA DASAR ANAK SETELAH UJI VALIDASI

Variabel Sub Variabel Indikator Teknik

Pulta Resp

Butir Soal Valid Perubahan No Item Soal Penguasa an Kosa Kata Dasar a.Menyebut kan dan menunjuk kan kata benda universal (Nama binatang dan nama tumbuh-tumbuhan) b.Menyebut kan kata kerja pokok secara lisan dengan tepat (makan, tidur,minu m) c.Menyebut kan dan menunjuk kan kata bilangan pokok a) Menyebutkan nama-nama binatang secara lisan dan tepat (ikan,kancil, kodok, ayam,kucing,bang au,kura-kura) b) Menyebutkan nama-nama tumbuh-tumbuhan dengan tepat (bawang merah,bawang putih,timun,padi) c) Menunjukkan nama binatang dengan tepat (kakatua)

a)Menyebutkan kata kerja pokok secara lisan dengan tepat (makan,tidur, minum

b)Menunjukkan kata kerja pokok dengan tepat (mencuci tangan, menyapu, bercermin) a) Menyebutkan bilangan pokok secara lisan dengan tepat, (lima,enam, sembilan) b) Menunjukkan kata bilangan dengan tepat (tiga,delapan, tujuh) Observas i tes

Anak 1,2,3,4 ,5,6,7 8,9,10, 11,12 13,14, 15 16,17, 18 19,20, 21 22,23, 24 25,26, 27 1,2,3,4,5,6, 7 8,9,10,11 12 13,14,15 16,17,18 19,20,21 22,23,24


(31)

97

a. Reliabilitas Butir Item

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha-Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r TABEL pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha (Triton P B, 2006: 248). Menurut Santoso (2001: 227), apabila alpha hitung lebih besar daripada r TABEL dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel.

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan kedalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasi seperti Tabel berikut:

TABEL 3.7

TINGKAT RELIABILITAS BERDASARKAN NILAI ALPHA

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 >0,20 s.d 0,40 >0,40 s.d 0,60 >0,60 s.d 0,80 >0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel

Reliabel Sangat Reliabel


(32)

Berdasarkan TABEL diatas maka tingkat reliabilitas pada pedoman observasi ini ada pada derajat sangat reliabel karena diperoleh Alpha-Cronbach sebesar 0,934dengan rTABEL 0,514.

2. Pedoman Observasi Kemampuan Berbicara Anak

Pedomen observasi ini digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak dari mulai pre test sampai kepada post test. Pedoman observasi ini dikonstruksi dalam pilihan sikap ”ya” atau ”tidak” dengan berpedoman pada skala Guttman. Penskorannya adalah nilai 1 untuk sikap ”ya” dan nilai 0 untuk sikap ”tidak”.

a. Validitas Butir Item

Menurut Akdon (2008: 138) sebuah instrumen diputuskan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur jika instrumen sudah di uji validitasnya dan hasilnya valid. Validitas setiap butir item yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, kemudian menghitung harga thitung.

Kaidah pengujian dengan membandingkan nilai tTABEL dan nilai thitung. Nilai tTABEL diperoleh dengan dk = n – 1 dan tingkat signifikan α = 0,05, dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara thitung dan tTABEL dengan berpedoman pada kaidah penafsiran

jika thitung > tTABEL, berarti data valid, dan jika thitung < tTABEL berarti data tidak valid. Dari 26 butir item yang diujicobakan kepada 15 anak diperoleh data hasil uji validitas pada Tabel 3.8. Pada tebel 3.8 terdapat keterangan bahwa 24 butir item


(33)

99

dinyatakan valid dan butir 2 item dinyatakan tidak valid. Berdasarkan data pada Tabel 3.8 tentang uji validitas pedoman observasi Penguasaan kosa kata dasar anak, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid sebagaimana data pada TABEL 3.8 berikut ini:

TABEL 3.8

HASIL UJI VALIDITAS OBSERVASI KEMAMPUAN BERBICARA

Validitas

Keputusan Interpretasi No Item Pertanyaan Kooefisien Korelasi r hitung Kooefisien Korelasi

r Tabel

Harga t

hitung

Harga t

table

28 0.766 0,514 4,295 2,145 Valid Dipakai

29 0.802 0,514 4,844 2,145 Valid Dipakai

30 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

31 0.766 0,514 4,295 2,145 Valid Dipakai

32 0.619 0,514 2,843 2,145 Valid Dipakai

33 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

34 0.199 0,514 0,733 2,145

Tidak Valid

Tidak Dipakai

35 0.826 0,514 5,282 2,145 Valid Dipakai

36 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

37 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

38 0.619 0,514 2,843 2,145 Valid Dipakai

39 0.474 0,514 1,941 2,145

Tidak Valid

Tidak Dipakai

40 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

41 0.619 0,514 2,843 2,145 Valid Dipakai

42 0.619 0,514 2,843 2,145 Valid Dipakai

43 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

44 0.619 0,514 2,843 2,145 Valid Dipakai

45 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

46 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

47 0.619 0,514 2,843 2,145 Valid Dipakai

48 0.518 0,514 2,187 2,145 Valid Dipakai

49 0.731 0,514 3,859 2,145 Valid Dipakai

50 0.802 0,514 4,844 2,145 Valid Dipakai

51 0.624 0,514 2,881 2,145 Valid Dipakai

52 0.675 0,514 3,298 2,145 Valid Dipakai


(34)

Berdasakan data pada Tabel 3.8 tentang uji validitas pedoman observasi kemampuan berbicara anak, maka diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid sebagaimana data pada TABEL 3.9 berikut ini:

TABEL. 3.9

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI KEMAMPUAN BERBICARA ANAK SETELAH UJI VALIDASI

Variabel Sub Variabel Indikator Teknik Pulta

Resp Butir Soal Valid Perubahan No Item Soal Kemampu an Berbicara a) Dapat mendengark an dan membedaka n bunyi suara dan pengucapan nya b) Dapat mendengark an dan membedaka n bunyi bahasa dan pengucapan nya c) Dapat berkomunik asi secara lisan dan benar d) Menyampai kan ide/pikiran/g agasan e) Kemampuan artikulasi a) Membedakan suara/kata

a). Menirukan suara/ kata dan bunyi bahasa

b) Melakukanperintah

a) Menyebutkan nama diri,orang tua dan alamat rumah b) Melakukan percakapan c) Menjawab pertanyaan a) Menyampaikan pengalaman sendiri secara sederhana b) Memberikan keterangan/informas i tentang sesuatu hal

a) Mengucapkan huruf vokal/vokal ganda b) Mengucapkan huruf

yang sulit diucapkan

Observasi tes

Anak 28,29

30,31,32 33 35,36,37,38 40,41 42,43,44,45 46,47 48,49 50,51 52,53 25,26 27,28,29 30 31,32,33, 34 35,36 37,38,39, 40, 41,42 43,44 45,46 47,48


(35)

101

b. Reliabilitas Butir Item

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Pengujian reliabilitas menggunakan metode Alpha-Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r TABEL pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha (Triton P B, 2006: 248). Menurut Santoso (2001: 227), apabila alpha hitung lebih besar daripada r TABEL dan alpha hitung bernilai positif, maka suatu instrumen penelitian dapat disebut reliabel.

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha-Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut dikeompokkan kedalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasi seperti Tabel berikut:

TABEL 3. 10

TINGKAT RELIABILITAS BERDASARKAN NILAI ALPHA

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 >0,20 s.d 0,40 >0,40 s.d 0,60 >0,60 s.d 0,80 >0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel

Reliabel Sangat Reliabel


(36)

Berdasarkan Tabel diatas maka tingkat reliabilitas pada pedoman observasi ini ada pada derajat sangat reliabel karena diperoleh Alpha-Cronbach sebesar 0,943dengan rTABEL 0,514.

I. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah peroleh sehingga dapat digunakan dalam menjawab rumusan permasalahan, maka langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menghitung Peningkatan (N-Gain) penguasaan Kosa Kata Dasar dan KemampuanBerbicara Anak

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake (Cheng, et. al, 2004: 35):

pre maks

pre post

S S

S S g

− − =

Keterangan: Spost = Skor Postes

Spre = Skor Pretes

Smaks = skor Maksimum Ideal

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan penguasaan kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak dengan kriteria seperti pada TABEL 3. 11.

TABEL 3.11

KATEGORI TINGKAT GAIN YANG DINORMALISASI

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang


(37)

103

Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode story telling dapat dilihat dari perbandingan nilai g kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan metode story telling dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan g lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data penguasaan kosa kata dasar anak dan kemampuan berbicara untuk kelompok eksperimen dilakukan dengan persamaan (Sugiyono: 2007: 241):

( )

=

e e f

f f

x2 ( 0 )

dimana: f : frekuensi observasi 0 f : frekuensi ekspektasi e

Data dikatakan berdistribusi normal jika hitung < TABEL.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan persamaan:

kecil S

besar S

F 2

2 =

Dengan S2 = varians

Data dikatakan homogen bila Fhitung <FTABEL (Sugiyono: 2007: 276)


(38)

c. Uji Kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pre test siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata post test siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows 17 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Sample t Test).

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Sudjana, 2005:207) sebagai berikut:

1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):

) 1 1 ( y x p n n S y x t + − =

dengan derajat kebebasan: nx + ny -2

        − + − + − = 2 ) 1 ( ) 1

( 2 2

y x y y x x p n n S n S n S

dimana: nx = besar sampel pertama ny = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not assumed):         + − = y y x x p n S n S S y x t 2 2


(39)

105

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney atau Wilcoxon (Ruseffensi, 1998: 398).

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS

for windows versi 17 sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial),

sebagaimana disebutkan diatas terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data penguasaan kosa kata dasar anak dan kemampuan berbicara pada kedua kelompok. Dalam penelitian uji normalitas data menggunakan One

Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene test, kemudian dilakukan uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata.


(40)

173 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Langkah-langkah dalam pelaksanaan story telling (bercerita) (1) guru sudah menyiapkan panggung boneka serta dengan hiasannya. (2) guru telah menyiapkan cerita yang akan disampaikan kepada anak-anak. (3) guru memilih boneka-boneka yang akan diperankan sesuai dengan tema cerita, (4) guru masuk ke dalam panggung boneka atau guru duduk sambil membuat lingkaran kecil dan guru bercerita tentang cerita-yang utuh tidak sepotong-sepotong (5) guru menetapkan peran pendengar yang baik (6) guru menetapkan masalah dan peran boneka yang diceritakan oleh guru sambil penekanan pada kata-kata yang sulit di ucapkan (7) guru menggerak-gerakan boneka yang sesuai dengan cerita (8) guru melihat sambil improvisasi cerita kepada anak

2. Pembelajaran dengan menggunakan metode story telling dengan media boneka dalam meningkatkan penguasaan kosa kata dasar anak dibandingkan dengan pembelajaran konvensional menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan (N-Gain) penguasaan kosa kata dasar anak rata-rata sebesar 0,884 pada kelas eksperimen dan 0,491 pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Adapun hasil pengujian data diperoleh asymp. sig. (2-tailed) pada tes akhir kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah sebesar 0,000.


(41)

174

karena 0,000 ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan peningkatan penguasaan kosa kata dasar anak di kelas antara hasil pembelajaran dengan menggunakan metode story telling dengan media boneka di kelas eksperimen dengan hasil pembelajaran yang tidak menggunakan media boneka di kelas kontrol, di mana hasil pembelajaran dengan menggunakan metode story telling dengan media boneka lebih tinggi daripada hasil pembelajaran yang tidak menggunakan media boneka. 3. Pembelajaran dengan menggunakan metode story telling dengan media

boneka dalam meningkatkan kemampuan berbicara dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media boneka menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan (N-Gain) kemampuan berbicara rata-rata sebesar 0,850 pada kelas eksperimen dan 0,384 pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Adapun hasil pengujian data diperoleh asymp. sig. (2-tailed) pada tes akhir kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah sebesar 0,000. karena 0,000 ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berbicara anak antara hasil pembelajaran dengan menggunakan metode story telling dengan media boneka di kelas eksperimen dengan hasil pembelajaran yang tidak menggunakan media boneka di kelas kontrol, di mana hasil pembelajaran dengan menggunakan metode story telling lebih tinggi dari pada hasil pembelajaran yang tidak menggunakan media boneka.


(42)

B. Rekomendasi

Berdasarkan dari hasil penelitian pembelajaran menggunakan metode story

telling, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada guru diharapkan mengikuti 8 langkah-langkah metode story telling dengan benar (1) guru telah menyiapkan panggung boneka serta dengan hiasanya. (2) guru telah menyiapkan cerita yang akan disampaikan kepada anak-anak. (3) guru memilih boneka-boneka yang akan diperankan sesuai dengan tema cerita, (4) guru masuk ke dalam panggung boneka atau guru duduk sambil membuat lingkaran kecil dan guru bercerita tentang cerita-yang utuh tidak sepotong-sepotong . (5) guru menetapkan peran pendengar yang baik (6) guru menetapkan masalah dan peran boneka yang diceritakan oleh guru sambil penekanan pada kata-kata yang sulit di ucapkan . (7) guru menggerak-gerakan boneka yang sesuai dengan cerita (8) guru melihat sambil improvisasi cerita kepada anak

2. Bagi Guru, Agar pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

story telling ini berhasil dengan baik, hendaknya dipersiapkan secara

seksama, mulai dari peralatan atau media boneka, pembuatan Satuan Kegiatan Harian (SKH), pembuatan dan penjelasan skenario cerita dan penguatan terhadap nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada anak serta memberikan teladan kepada anak secara terus-menerus, intensif dan berkelanjutan agar kata demi kata yang sudah tertanam dalam pikiran anak betul-betul terinternalisasi secara permanen dalam diri anak. Bila


(43)

176

perencanaan dilakukan dengan matang dan strategi belajar dilaksanakan menggunakan strategi yang tepat maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.

3. Bagi guru di harapkan bisa membuat alat media boneka sendiri dengan bahan bekas yang ada di lingkungan sekolah atau bahan bahan yang masih bisa di jadikan boneka yaitu dengan kain perca atau kain vanel.

4. Penelitian selanjutnya bisa mendalami kembali tentang kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak dengan materi dongeng yang terkait dengan budaya lokal, seperti cerita lutung kasarung, cerita sangkuriang dan lain-lain.


(44)

175

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Angkowo. R. (2006). Media pembelajaran dalam dunia Pendidikan (online) (12 Oktober 2008) Tersedia http://www.suara merdeka,com

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. (1998). Pembinaan Kemampuan Berbicara

Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Asep Encu. (1993) Studi Tentang Pengajaran Membaca Permulaan Tulisan Alquran dengan menggunakan Metode Iqro. Tesisi Upi .tidak di publikasikan

Ayi Sobarna (2009) Efektifitas Metode Story Telling dengan Media Boneka Untuk Pengembangan Kwmampuan Berkomunikasi Verbal dan Non Verbal . Tesis ; Upi tidak di publikasikan

Bachrudin Musthaf (2008) Dari Literasi Dini Ke Litersai Teknologi Yayasan

CREST Center For Research on Education and sociocultural Transformation, Bandung dengan NEW CONCEP ENGLISH EDUCATION CENTRE, JAKARTA.

Brewer, Jo An. (2007). Introduction To Early Childhood Education Prescholl

Throught Primary Grades. United States Of Amerika: Pearson.

Chaer, A 2002) Psikologi jahian Teori : Jakarta PT Rineka Cipta.

Chaer. A (2007) Leksikologi&Leksikologi Indonesia. Kakarta PT Rineka Cipta Dave Meer. 2005 The Accerated Learning Handbooks:Panduan Kreatif dan

efektif merancng Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti: Bandung:Kifa

Dardjowidjojo,S (2005) Psikolinguistik Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Desi Ermayani (2009) Pengaruh Penggunaan Media Flm Animasi terhadap peningkatan kosa kata Dasar Anak Usia Dini.. Skripsi UPI Tidak di publikasikan.

Design by www.cafenovel.com. Dongeng Putri Tidur, Ikan Mas Ajaib. Bawang Merah Bawang Putih, Timun Mas Dan Lusi Pangeran Kodok


(45)

176

Dhieni, Nurbiana. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta.: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Elin B.Sumantri.. (2010) Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode

Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Keterampilan sosial dan Berbicara Anak Usia Dini.. Tesis UPI tidak di Publikasikan

Elizabeth Hurlock. (2004) Perkembangan Anak Jilid 1 (terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa dan Muchlisoh Zakarsih). Jakarta: Erlangga.

Janice. J Beaty. (1986). Observing Development of the Young Child. New York: MacMillan.

Keraf. G (2003) Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta PT Gramedia Pustaka Umum. Kurikulum TK dan RA (2005:21) Departemen Pendidkan Nasional

Mar’at, S (2005) Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung Refika Aditama. Masitoh. (2002). Model Pembelajaran Bahasa Berdasarkan Pendekatan Bahasa

Menyeluruh. UPI. Tidak dipublikasikan.

Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Masitoh, dkk. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mayke S. Tedjasaputra. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan Untuk

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Moeslihatoen. (2004) Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Bandung: Rineka Cipta.

Mulyan .Sumantri, & Nana Syaodih, (2007). Perkembangan Peserta Didik. Universitas Terbuka. Jakarta.

Oemar Hamalik 91994) Media Pendidikan Bandung PT Citra Aditya Bhakti.


(46)

Padmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Pucket, Margaret B. & Black, Jenet K. (2001). The Young Child Development

From Prebirth Thorough Age Eight. Amerika: Merill Prentice Hall.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Santrok. (1995). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

Saeful Hadi Metode Pembelajaran SAVI Melalui Teknik Story Telling Dalam

Meningkatan Kemampuan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini Tesis ;Upi tidak di publikasikan

Solehudin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Suyanto Slamet : (2005) Konsep Dasar Pendidikan anak Usia Dini Departemen

Pandidikan Indonesia.

Solehudin. (2004). Bermain dan Perkembangan dalam Persfektif Vygotsky,

Makalah pada pelatihan pengembangan wawasan Dosen PGTK.

Jakarta.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Santoso, S, & F. Tjiptono. (2001). Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan

SPSS. Jakarta: PT Elexmedia Computindo.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sudradjat, Amhad. (2008). Pembelajaran PAKEM. [Online].

Tersedia:http://ahmadsudadjat.wordpress.com[23 Juli 2010]

Tadkiroatun Musfiroh Bercerita Untuk Anak Usia dini Jakarta (2005) Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


(47)

178

Tarigan Henry Guntur. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan Pengajaran Kosa Kata (1993) Bandung : Angkasa

Terpstra, Judith E. dan Tamura , Ronald. (2008). ”Effective Social Interaction Strategies for Inclusive Setting”. Early Childhood Education Journal. 35, 405-411.

Triton, P, B. (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Turiel, Elliot. (2008). ”The Development of Children’s Orientations toward Moral, Social, and Personal Orders: More a sequence in Development”. Human Development. 51.21-39.


(1)

B. Rekomendasi

Berdasarkan dari hasil penelitian pembelajaran menggunakan metode story telling, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada guru diharapkan mengikuti 8 langkah-langkah metode story telling dengan benar (1) guru telah menyiapkan panggung boneka serta dengan hiasanya. (2) guru telah menyiapkan cerita yang akan disampaikan kepada anak-anak. (3) guru memilih boneka-boneka yang akan diperankan sesuai dengan tema cerita, (4) guru masuk ke dalam panggung boneka atau guru duduk sambil membuat lingkaran kecil dan guru bercerita tentang cerita-yang utuh tidak sepotong-sepotong . (5) guru menetapkan peran pendengar yang baik (6) guru menetapkan masalah dan peran boneka yang diceritakan oleh guru sambil penekanan pada kata-kata yang sulit di ucapkan . (7) guru menggerak-gerakan boneka yang sesuai dengan cerita (8) guru melihat sambil improvisasi cerita kepada anak

2. Bagi Guru, Agar pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode story telling ini berhasil dengan baik, hendaknya dipersiapkan secara seksama, mulai dari peralatan atau media boneka, pembuatan Satuan Kegiatan Harian (SKH), pembuatan dan penjelasan skenario cerita dan penguatan terhadap nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada anak serta memberikan teladan kepada anak secara terus-menerus, intensif dan berkelanjutan agar kata demi kata yang sudah tertanam dalam pikiran anak betul-betul terinternalisasi secara permanen dalam diri anak. Bila


(2)

176

perencanaan dilakukan dengan matang dan strategi belajar dilaksanakan menggunakan strategi yang tepat maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.

3. Bagi guru di harapkan bisa membuat alat media boneka sendiri dengan bahan bekas yang ada di lingkungan sekolah atau bahan bahan yang masih bisa di jadikan boneka yaitu dengan kain perca atau kain vanel.

4. Penelitian selanjutnya bisa mendalami kembali tentang kosa kata dasar dan kemampuan berbicara anak dengan materi dongeng yang terkait dengan budaya lokal, seperti cerita lutung kasarung, cerita sangkuriang dan lain-lain.


(3)

175

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruci

Angkowo. R. (2006). Media pembelajaran dalam dunia Pendidikan (online) (12 Oktober 2008) Tersedia http://www.suara merdeka,com

Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. (1998). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Asep Encu. (1993) Studi Tentang Pengajaran Membaca Permulaan Tulisan Alquran dengan menggunakan Metode Iqro. Tesisi Upi .tidak di publikasikan

Ayi Sobarna (2009) Efektifitas Metode Story Telling dengan Media Boneka Untuk Pengembangan Kwmampuan Berkomunikasi Verbal dan Non Verbal . Tesis ; Upi tidak di publikasikan

Bachrudin Musthaf (2008) Dari Literasi Dini Ke Litersai Teknologi Yayasan CREST Center For Research on Education and sociocultural Transformation, Bandung dengan NEW CONCEP ENGLISH EDUCATION CENTRE, JAKARTA.

Brewer, Jo An. (2007). Introduction To Early Childhood Education Prescholl Throught Primary Grades. United States Of Amerika: Pearson.

Chaer, A 2002) Psikologi jahian Teori : Jakarta PT Rineka Cipta.

Chaer. A (2007) Leksikologi&Leksikologi Indonesia. Kakarta PT Rineka Cipta Dave Meer. 2005 The Accerated Learning Handbooks:Panduan Kreatif dan

efektif merancng Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti: Bandung:Kifa

Dardjowidjojo,S (2005) Psikolinguistik Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Desi Ermayani (2009) Pengaruh Penggunaan Media Flm Animasi terhadap peningkatan kosa kata Dasar Anak Usia Dini.. Skripsi UPI Tidak di publikasikan.

Design by www.cafenovel.com. Dongeng Putri Tidur, Ikan Mas Ajaib. Bawang Merah Bawang Putih, Timun Mas Dan Lusi Pangeran Kodok


(4)

176

Dhieni, Nurbiana. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta.: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Elin B.Sumantri.. (2010) Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran (Role Playing) Terhadap Keterampilan sosial dan Berbicara Anak Usia Dini.. Tesis UPI tidak di Publikasikan

Elizabeth Hurlock. (2004) Perkembangan Anak Jilid 1 (terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa dan Muchlisoh Zakarsih). Jakarta: Erlangga.

Janice. J Beaty. (1986). Observing Development of the Young Child. New York: MacMillan.

Keraf. G (2003) Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta PT Gramedia Pustaka Umum. Kurikulum TK dan RA (2005:21) Departemen Pendidkan Nasional

Mar’at, S (2005) Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung Refika Aditama. Masitoh. (2002). Model Pembelajaran Bahasa Berdasarkan Pendekatan Bahasa

Menyeluruh. UPI. Tidak dipublikasikan.

Masitoh, dkk. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Masitoh, dkk. (2005). Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Mayke S. Tedjasaputra. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Moeslihatoen. (2004) Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Bandung: Rineka Cipta.

Mulyan .Sumantri, & Nana Syaodih, (2007). Perkembangan Peserta Didik. Universitas Terbuka. Jakarta.

Oemar Hamalik 91994) Media Pendidikan Bandung PT Citra Aditya Bhakti.


(5)

177

Padmonodewo, Soemiarti. (2003). Pendidikan Anak Pra Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Pucket, Margaret B. & Black, Jenet K. (2001). The Young Child Development From Prebirth Thorough Age Eight. Amerika: Merill Prentice Hall. Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Santrok. (1995). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

Saeful Hadi Metode Pembelajaran SAVI Melalui Teknik Story Telling Dalam Meningkatan Kemampuan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini Tesis ;Upi tidak di publikasikan

Solehudin. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Suyanto Slamet : (2005) Konsep Dasar Pendidikan anak Usia Dini Departemen Pandidikan Indonesia.

Solehudin. (2004). Bermain dan Perkembangan dalam Persfektif Vygotsky, Makalah pada pelatihan pengembangan wawasan Dosen PGTK. Jakarta.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Santoso, S, & F. Tjiptono. (2001). Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elexmedia Computindo.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sudradjat, Amhad. (2008). Pembelajaran PAKEM. [Online]. Tersedia:http://ahmadsudadjat.wordpress.com[23 Juli 2010]

Tadkiroatun Musfiroh Bercerita Untuk Anak Usia dini Jakarta (2005) Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


(6)

178

Tarigan Henry Guntur. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan Pengajaran Kosa Kata (1993) Bandung : Angkasa

Terpstra, Judith E. dan Tamura , Ronald. (2008). ”Effective Social Interaction Strategies for Inclusive Setting”. Early Childhood Education Journal. 35, 405-411.

Triton, P, B. (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Turiel, Elliot. (2008). ”The Development of Children’s Orientations toward Moral, Social, and Personal Orders: More a sequence in Development”. Human Development. 51.21-39.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERCERITA DENGAN BONEKA TANGAN DI TAMAN KANAK-KANAK KHAIRIN KIDS KELOMPOK B KEC. MEDAN PERJUANGAN.

0 3 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA KELOMPOK B Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Media Gambar Pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Pertiwi Geneng Klaten Tahun Pelajaran 20

0 3 15

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI PENGGUNAAN BONEKA JARI.

0 4 48

EFEKTIVITAS MEDIA DADU HURUF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK : Kuasi Eksperimen di Kelompok B TK Negeri Centeh Bandung.

0 0 92

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL) TERHADAP PENGUASAAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Kuasi Pada Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Ku

1 1 54

DAMPAK PERMAINAN KARTU TOYYIBAH TERHADAP PENGUASAAN KOSA KATA DAN PERILAKU KEAGAMAAN ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sumedang.

0 1 48

DAMPAK PENERAPAN BERMAIN DENGAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN PENGUASAAN KOSA KATA ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Anak Taman Kanak-Kanak Kartika Siliwangi 33 Kabupaten Majalengka.

0 1 70

BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun

0 0 58

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PAPAN FLANNEL TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK : Studi Eksperimen Kuasi Pada Kelompok A Taman Kanak-kanak Juwita Bandung Tahun Pelajaran 2010/2011.

1 1 44

EFEKTIFITAS PERMAINAN KARTU BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN PENGUASAAN KOSA KATA ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Kuasi Pada Kelompok B di Taman Kanak-kanak Santa Ursula Bandung Tahun Ajaran 2009 - 2010.

0 0 53