PEMBERDAYAAN PERANSERTA MASYARAKAT DALAM RANGKA MENGHADAPI IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH : Studi Kasus pada SD Negeri Tambakan II Kecamatan Jalan Cagak, SD Negeri Perumnas I Kecamatan Subang dan SD Negeri Kamarung I Kecamatan Pagaden Kabupaten S
PEMBERDAYAAN PERANSERTA MASYARAKAT
DALAM RANGKA MENGHADAPI
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
(Studi Kasus pada SD Negeri Tambakan II Kecamatan Jalan Cagak,
SD Negeri Perumnas I Kecamatan Subang dan
SD Negeri Kamarung I Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang)
TESIS
diajukan kepada panitia ujian tesis
Universitas Pendidikan Indonesia
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
magister pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
I
Oleh:
TATI ROHAYATI
009738
PROGRAM PASCA-SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
L
DISETUJUI DAN DISAHKAN
OLEH PEMBIMB1NG:
Pembimbing I
Prof. DR. H. Djam'an Satori.MA
NIP. 130 367 129
Pembinybing II
Prof. DR. Nanang Fattah
NIP. 130 677 404
PROGRAM PASCA-SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI OLEH:
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Prof. DR. H. TB A
SUDDIN MAKMUN, MA
PROGRAM PASCA-SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba mengetengahkan hal-hal yang berkenaan dengan
dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia pada era otonomi daerah yang
berimbas pada otonomi sekolah seiring dengan tuntutan reformasi dalam bidang
pendidikan.
Beberapa hal yang mendasari pentingnya dilakukan penelitian terhadap
masalah ini bahwa penerapan otonomi daerah yang telah diundangkan dapat
memberikan dampako terhadap sistem pengelolaan pendidikan, MBS merupakan
salah satu model reformasi pendidikan yang berusaha menyajikan bentuk
pengelolaan pendidikan secara lebih baik dan keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan selain ditentukan oleh kecakapan kepala sekolah dalam mengambil
keputusan juga ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam berperanserta
mengelola pendidikan, sehingga perlu diberdayakan secara optimal. Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat, maka penulis menetapkan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang
dijadikan tempat penggalian data adalah SD Negeri Tambakan II Kec. Jalancagak.
SD Negeri Perumbas I Kec. Subang dan SD Negeri Kamarung I Kec. Pagaden
Kab. Subang dengan subjek penelitiannya adalah para kepala sekolah, guru, orang
tua siswa, pemerintah setempat, tokoh masyarakat, pengurus BP-3 dan Dewan
Sekolah. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi
dokumentasi dengan tahap-^ahap pelaksanaan pengumpulan data melalui
orientasi, eksplorasi dan member check yang selanjutnya data tersebut diolah
berdasarkan prosedur tertentu, sehingga menghasilkan penelitian yang diharapkan
dengan menggunakan tingkat kepercayaan pada kredibilitas, transferabilitas.
dependabilitas dan konfirmabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pihak sekolah (SD)
untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam menghadapi implementasi
MBS dilaksanakan secara manual dan verbal. Ditinjau dari bentuk rencana yang
dibuat, dasar pertimbangan, proses penyusunan dan pihak yang dilibatkan sangat
bervariatif artinya ada yang berorientasi pada waktu dan aktivitas. Pelaksanaan
pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam menghadapi
implementasi MBS memuat pokok-pokok yang meliputi: strategi pelaksanaan,
indikator keberhasilan, faktor yang paling menentukan dan proses koordinasi yang
dilakukan. Proses evaluasi yang dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam menghadapi implementasi MBS berhubungan
dengan aspek-aspek orientasi, bentuk, standar, alat dan pihak yang dilibatkan yang
sangat beragam. Permasalahan yang dihadapi setiap sekolah jelas bervariatif,
namun tidak menghilangkan terdapat pula aspek-aspek kesamaannya. Secara
komprehensif bentuk permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan faktor
internal dan eksiernal. Internal berhubungan dengan peserta didik, guru, kepala
sekolah sekolah dan fasilitas pendidikan, sedangkan ekternal biasanya datang dari
lingkungan sekolah, baik masyarakat sekitar maupun orang tua siswa. Setiap
upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan disesuaikan dengan jenis
masalah itu sendiri yang terjadi.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH.
i
ii
111
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Masalah Penelitian
6
C. Tujuan Penelitian
8
D. Manfaat Penelitian
10
1.
Segi Teoritis
10
2.
Segi Operasional
1]
E. Kerangka Penelitian
11
F. Anggapan Dasar
13
BAB II KERANGKA TEORI TIS
A. Persfektif Otonomi Daerah dalam Bidang pendidikan
'^
1. Perubahan Manajemen Sekolah
]7
2. Sumber Daya Pendidikan
jo
3. Peningkatan Mutu Pendidikan
19
B. Konsep, Aspek-aspek dan Strategi Pemberdayaan Peranserta
Masyarakat dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah
20
C. Keadaan Peran Serta Masyarakat sebelum dilaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah
22
D. Strategi Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat
26
1. Sekolah Dasar dan Masyarakat
26
2. Masyarakat dan Sumber Daya Pendidikan
30
3. Pelaksanaan
Kegiatan
Hubungan
Sekolah
dengan
Masyarakat
32
4. Teknik-teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
34
5. Komunikasi dalam Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
35
E. Model Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian
37
2. Tujuan dan Manfaat
41
3. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan
43
4. Karakteristik
47
5. StrategiPelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Defmisi Penelitian
51
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
54
2. Subjek Penelitian
54
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
55
1. Instrumen Penelitian
55
2. Teknik Pengumpulan Data
56
D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data
58
1. Tahap Orientasi
58
2. Tahap Eksplorasi
59
3. Tahap Member Check
60
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
VI
60
F. Signifikansi Hasil Penelitian
62
1.
Kredibilitas
62
2.
Transferabilitas
64
3.
Dependabilitas dan Konfirmabilitas
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan-temuan Penelitian
81
1.
Perencanaan Pihak Sekolah
89
2.
Pelaksanaan Pihak Sekolah
93
3.
Proses Evaluasi
110
4.
Permasalahan-permasalahan
116
5.
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah
125
B. Pembahasan
1.
Perencanaan Pihak Sekolah
129
2.
Pelaksanaan Pihak Sekolah
133
3.
Proses Evaluasi yang Dilakukan Pihak Sekolah.
139
4.
Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Pihak Sekolah..
142
5.
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah
145
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
151
Perencanaan Pihak Sekolah
151
2. Pelaksanaan Pihak Sekolah
'-^
vn
3.
Proses Evaluasi yang Dilakukan Pihak Sekolah
153
4.
Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Pihak Sekolah
155
5.
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah
155
B. Implikasi
157
C. Rekomendasi
159
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vin
DAFTAR TABEL
Noi.ior
3.1
Nama Tabel
Perbedaan
Metode
Deskriptif dengan
Halaman
Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif
52
Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan
Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri
Tambakan II Kec. Jalan Cagak Kab. Subang
68
4.3
Identitas Personil SD Negeri Tambakan II
68
4.4
Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan
Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri
Perumnas I Kec. Subang Kab. Subang
75
4.5
Identitas Personil SD Negeri Perumnas I
75
4.6
Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan
Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri
Kamarung I Kec. Pagaden Kab. Subang
80
4.7
Identitas Personil SD Negeri Kamarung I
8C
4.8
Aspek dan Indokator Keberhasilan Pemberdayaan
Peranserta Masyarakat dalam Rangka Menghadapi
Implementasi MBS
95
Identitas Masyarakat Menurut Pola Pendekatan
Idiografik (dari Kondisi Sosial Ekonomi, Latar
Belakang Pendidikan dan Mata Pencaharian)
103
Bentuk, Dasar Pertimbangan, Proses Penyusunan dan
Pihak yang Dilibatkan pada Perencanaan Pemberdayaan
Peranserta Masyarakat dalam rangka Menghadapi
Implementasi MBS
135
Pelaksanaan pemberdayaan Peranserta
dalam Menghadapi Implementasi MBS
136
4.2
4.9
4.10
4.11
4.12
Masyarakat
Evaluasi Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam
Menghadapi Implementasi MBS
IX
140
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
Permasalahan yang Dihadapi untuk Memberdayakan
Peranserta Masyarakat dalam Rangka Menghadapi
Implementasi MBS
:
142
Analisis SWOT Pemberdayaan Peranserta Masyarakat
dalam Rangka Menghadapi Implementasi MBS
143
Analisis
SWOT
dalam
Implementasi
Manajemen
Berbasis Sekolah
144
Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Pemecahannya
untuk Memberdayakan Peranserta Masyarakat dalam
Rangka Menghadapi Implementasi MBS
147
Gambaran Keadaan peran serta masyarakat
148
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Nama Gambar
Halaman
1.1
Kerangka Penelitian
13
2.2
Proses Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam
Konteks Manajemen Berbasis Sekolah
24
Proses Strategi Implementasi Perencanaan Pendidikan ..
135
4.3
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Kisi-kisi Penelitian
2. Pedoman Wawancara, Observasi dan Studi Dokumentasi
3. Surat Keputusan Pembimbing Tesis
4.
Surat Izin Penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia
5. Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian
6.
Dokumen-dokumen Hasil Penelitian
7.
Identitas Pribadi
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar di dunia.
Kebesaran tersebut dimiliki atas dasar perbedaan-perbedaan yang dimiliki
oleh setiap suku bangsa yang ada di seluruh pelosok tanah air. Dalam rangka
menjaga kestabilan kebesaran yang dimilikinya, maka diperlukan satu tujuan
dan cita-cita yang sama bagi segenap bangsa Indonesia. Salah satu tujuan dan
cita-cita tersebut tertuang dalam tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan
dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab II. Pasal 4 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dar. mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani. kepribadian yang mantap dan
mandiri serta
kebangsaan.
rasa
tanggung
jawab
kemasyarakatan
dan
Selanjutnya tujuan yang tertuang dalam perundangan tersebut sejalan
pula dengan Undang-Undang dasar 1945 Bab XIII, Pasal 31 yang berbunyi
sebagai berikut :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran; dan
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran Nasional yang diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan
ketentuan-ketentuan
tersebut
membuktikan
bahwa
pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang berarti
bahwa pendidikan itu merupakan Hak Azasi Manusia (HAM). Untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan secara optimal, maka pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang telah diatur
dalam bentuk perundang-undangan. Usaha pencapaian tujuan tersebut
dilakukan melalui satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat.
Seiring dengan perubahan zaman dan tingkat perkembangan
masyarakat, terutama sejak bergulirnya multi krisis yang melanda bangsa
Indonesia sampai akhirnya terjadi badai reformasi yang menuntut perbaikan
di segala bidang. termasuk pendidikan, maka melahirkan format-format baru
dalam penataan sistem pendidikan nasional dengan tidak merubah tujuan
utama pendidikan nasional. Format-format baru tersebut selanjutnya dikenal
dengan Undang-undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah.Pusat. dan Daerah,. serta Peraturan Pemerintah (PR). Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai Daerah Otonom yang selanjutnya menjadi landasan yuridis bagi
diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang berimbas pula terhadap
penataan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan. Makna yang
terkandung dari ketiga peraturan tersebut adalah adanya pemberian
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara
proporsional.
Pemberian wewenang ini dimaksudkan agar
penyelenggaraan
pemerintahan dapat dijalankan lebih demokratis, meningkatnya peranserta
masyarakat, terwujudnya pemerataan dan keadiilan serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah.
Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tersyirat bahwa
otonomi
daerah
merupakan
penyerahan
wewenang
beberapa
urusan
pemerintahan pusat kepada daerah. termasuk dalam bidang pendidikan.
Dengan otonomi di bidang pendidikan, maka daerah akan memiliki
wewenang dalam merencanakan. melaksanakan dan mengendalikan sendiri
pembangunan pendidikan. Hal ini memberikan implikasi bahwa daerah harus
mampu membiayai sendiri segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan
pendidikan. Oleh karena itu. keberhasilan pembangunan suatu daerah di
bidang pendidikan sangat tergantung kepada kemampuan pemerintah daerah
dalam menggali berbagai potensi dan menggunakan segala sumber daya serta
kemampuan
yang
mendotong
masyarakat
agar
ikut
serta dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Untuk mewujudkan kehendak tersebut, maka perlu diterapkan suatu
model pengelolaan sekolah yang pada satu sisi memberikan keleluasaan
pengelolaan sekolah kepada pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan di
sisi lain memberikan peluang untuk turut serta kepada masyarakat. Model
pengelolaan itu selanjutnya disebut dengan istilah "Manajemen Berbasis
Sekolah " (School BasedManagement) disingkat MBS atau SBM.
Dalam implementasi MBS, khususnya di Sekolah Dasar (SD)
tentunya tidak akan dapat berjalan dengan mulus apabila berbagai komponen
yang terlibat di dalamnya tidak saling menunjang. Dengan demikian untuk
memudahkan pihak sekolah terhadap berbagai kemungkinan dalam
mengimplementasikan MBS, maka faktor-faktor yang bersifat menghambat
maupun mendukung perlu dianalisis, yang kemudian dikenal dengan istilah
analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threath) baik yang
bersifat internal maupun eksternal.
Namun demikian salah satu kunci sukses untuk mengimplementasikan
MBS di tingkat SD, selain kemampuan kepala sekolah dalam mengambil
keputusan juga tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebagaimana yang dikemukakan oleh
N.A. Ametembun (1994 : 8) bahwa :
Keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan MBS selain
kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan secara
tepat juga terletak pada tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi
terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan demikian
jelas bahwa kedua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat
penting.
Selanjutnya secara khusus mengenai tingkat partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan untuk setiap daerah tentunya memiliki
tingkatan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh
faktor ekonomi, sosial dan budaya serta tingkat kepedulian masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Namun yang jelas bahwa faktor-faktor
tersebut hanya dapat diatasi oleh satu cara yaitu melalui proses pemberdayaan
yang dilakukan oleh pihak sekolah.
Konsep pemberdayaan ini menunjukkan suatu keadaan yang ada dan
telah dilakukan, namun perlu ditingkatkan secara lebih baik, termasuk
pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan. Memang secara yuridis
keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan telah ada, namun
dalam konteks MBS hal tersebut perlu terus ditingkatkan mengingat kunci
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan salah satunya ditentukan oleh
tingkat partisipasi masyarakat. Penetapan keterlibatan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan tercantum dalam Undang-undang Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 47 sebagai berikut :
(1) Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang
seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional.
(2) Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat tetap diindahkan.
Sesuai dengan ketentuan tersebut. maka masyarakat merupakan mitra
pemerintah dalam usaha penyelenggaraan kegiatan pendidikan. baik sebagai
badan maupun perorangan. Dengan usaha masyarakat ini diharapkan tujuan
pendidikan nasional dapat diwujudkan, sehingga dapat disetarakan dengan
pendidikan negara maju lainnya.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan tersebut, maka penulis
akan mencoba melakukan penelitian mengenai strategi pihak sekolah dalam
memberdayakan masyarakat untuk menghadapi implementasi MBS, sehingga
judul yang penulis tetapkan adalah : "Pemberdayaan Peranserta Masyarakat
dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di
Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang".
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
pokok permasalahan utama dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah
pemberdayaan
peranserta
masyarakat
dalam
rangka
menghadapi
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Lingkungan Kandepdiknas
Kabupaten Subang ?
Adapun pokok-pokok masalah penelitian tersebut dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
perencanaan
pihak
sekolah
untuk
memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di
Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
a. Rencana apa yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi
MBS?
b. Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan pihak sekolah untuk
membuat perencanaan tersebut ? (Analsis berdasarkan SWOT)
c. Bagaimana proses penyusunan perencanaan tersebut ?
d. Siapa saja yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan
rencana tersebut ?
2. Bagaimana pelaksanaan pihak sekoiah untuk memberdayakan peranserta
masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
a. Bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk
memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS ?
b. Hal-hal apa saja yang menjadi indikator keberhasilan dalam
melaksanakan strategi tersebut ?
c. Faktor-faktor apa yang paling menentukan untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi
MBS?
d. Bagaimana proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah
dengan masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat
akan lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS ?
3. Bagaimanakah proses evaluasi yang akan dilakukan pihak sekolah untuk
memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
a. Bagaimana bentuk evaluasi yang dipergunakan ?
b. Apa yang menjadi standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut ?
c. Alat apa yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi ?
d. Siapa saja yang dilibatkan untuk melaksanakan proses evaluasi ?
4. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi pihak sekolah untuk
memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
'.
8
a. Hal - hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan-dan
ancaman untuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka'
menghadapi implementasi MBS ? (Analisis SWOT)
b. Darimana datangnya sumber permasalahan tersebut ?
c. Apa penyebab utamanya. sehingga hal tersebut dianggap sebagai
permasalahan ?
5. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengetahui,
mendeskripsikan dan mcnganalisis pemberdayaan peranserta masyarakat oleh
pihak sekolah dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang.
Sesuai dengan tujuan umum tersebut, maka secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk memahami, mengidentifikasi, mendeskripsikan dan
menganalis hal-hal yang berhubungan dengan :
1. Perencanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat
dalam
rangka
menghadapi
implementasi
MBS
di
Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Rencana yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta
masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
b. Dasar pertimbangan yang dipergunakan pihak sekolah untuk
membuat perencanaan tersebut (Analsis berdasarkan SWOT).
c. Proses penyusunan perencanaan tersebut.
d. Pihak yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan rencana
tersebut.
2. Pelaksanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat
dalam rangka menghadapi implementasi MBS
di Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Betuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
b. Hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan dalam melaksanakan
strategi tersebut.
c. Faktor-faktor yang paling menentukan untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi
MBS.
d. Proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah dengan
masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat akan
lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
3. Proses
evaluasi
yang
akan
dilakukan
pihak
sekolah
untuk
memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Bentuk evaluasi yang dipergunakan.
b. Standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut.
c. Alat yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi.
d. Pihak yang dilibatkan untuk melaksanakan proses evaluasi.
r. >«
4. Permasalahan-permasalahan yang mungkin dihadapi pihak sekolarj.uhtuk
memperdayakan peranserta masyarakat dalam
rangka
menghadapi
implementasi MBS di lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Hal - hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan dan ancaman
untuk
memperdayakan
peranserta
masyarakat
dalam
rangka
menghadapi implementasi MBS (Analisis SWOT).
b. Sumber permasalahan tersebut.
c. Penyebab
utama
permasalahan,
sehingga
dianggap
sebagai
permasalahan.
5. Upaya-upaya
yang
dilakukan
pihak
sekolah
untuk
menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat dirasakan sehubungan dengan
pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Segi Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
pengembangan disiplin Ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya dalam
kajian
bidang
studi
manajemen
stratejik,
kebijakan
pendidikan,
pengambilan keputusan, kepemimpinan pendidikan serta hubungan
sekolah dengan masyarakat.
11
2. Segi Operasional
a. Dengan diberlakukannya otonomi daerah menuntut pembenahan dan
penataan sistem pendidikan nasional secara lebih baik, salah satunya
dengan diterapkan model Manajemen Berbasis Sekolah.
b. Kepala sekolah dan masyarakat merupakan dua unsur penentu utama
keberhasilan penerapan MBS, sehingga perlu adanya pemberdayaan
dari keduanya, terutama pemberdayaan peranserta masyarakat yang
lebih berhasil.
c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada
pihak lembaga (SD) bahwa penerapan MBS menuntut adanya
peranserta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan secara lebih
baik.
d. Hasil penelitian ini juga akan memberikan pengetahuan baru dan
sebagai bahan kajian keilmuan administrasi pendidikan secara teoritik
yang mungkin akan dapat dikembangkan secara lebih jauh lagi.
e. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya, khususnya mereka
yang tertarik dengan bidang kajian mata kuliah yang berhubungan
dengan aspek-aspek penelitian.
E. Kerangka Penelitian
Konsep kerangka dalam penelitian ini dipahami sebagai acuan
berpikir secara konseptual yang digunakan untuk menghadapi subjek
penelitian sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam
12
melaksanakan penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan
Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (1996 : 33) bahwa : "Kerangka
penelitian merupakan kumpulan dari cara berpikir penelitian yang positif.
konsep atau proposisi yang berorientasi dari pemikiran dan penelitian".
Sedangkan S. Nasution (1996 : 118) menyatakan bahwa : "Kerangka
penelitian merupakan perangkat kepercayaan, nilai-nilai dari suatu pandangan
tentang dunia sekitar". Berdasarkan kedua konsep tersebut, maka dapat
dikemukakan bahwa kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengimplementasian otonomi daerah dalam segala bidang kehidupan
masyarakat didasakan atas tiga perundang-undangan pokok, yaitu UU Nomor
22 Tahun 1999. UU Nomor 25 Tahun 1999 dan PP Nomor 25 Tahun 2000.
Dampak yang akan dirasakan dengan adanya pengimplementasian otonomi
daerah akan dirasakan dalam semua aspek kehidupan masyarakat. termasuk
salah satunya dalam bidang pendidikan baik dampak yang bersifat positif
maupun negatif. Berdasarkan dampak tersebut menuntut lembaga pendidikan.
khususnya SD untuk dikelola dan ditata secara lebih baik, sehingga model
yang cocok dikembangkan adalah Model Manajemen Berbasis Sekolah
(School Based Management) yang salah satu kunci kesuksesannya adalah
adanya peranserta aktif dari masyarakat dalam pengelolaan pendidikan.
Untuk mereahsasikan peranserta aktif masyarakat sebagai produsen dan
konsumen pendidikan, maka diperlukan strategi pemberdayaan oleh pihak
sekolah (kepala sekolah dan
guru)
yang
dituangkan
dalam bentuk
perencanaan, proses atau pelaksanaan dan output seiring dengan evaluasi,
13
sehingga peningkatan mutu, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan serta pemerataan pendidikan secara proporsional dapat diperoleh
yang pada akhirnya akan memberikan masukan kembali (feed back) bagi
peningkatan pemberdayaan peranserta masyarakat. Jika dilukiskan dalam
bentuk pola, maka kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut:
GAMBAR1.1
KERANGKA PENELITIAN
F. Anggapan Dasar
Suharsimi Arikunto (1992 : 65) mengemukakan bahwa : "Anggapan
dasar atau postulat merupakan pokok pikir penelitian yang mengandung
14
kebenaran yang dipercaya oleh peneliti". Berdasarkan pendapat tersebut.
maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai mana
lerurai pada Modul Manajemen Berbasis Sekolah ( 2001123 ) :
1. Penerapan otonomi daerah yang telah diundangkan dapat memberikan
dampak. baik positif maupun negatif terhadap semua bidang kehidupan
masyarakat termasuk dalam pengelolaan pendidikan.
2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu model
reformasi pendidikan yang berusaha menyajikan bentuk pengelolaan
pendidikan secara lebih baik, sehingga mutu pendidikan dapat lebih
ditingkatkan.
3. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, selain diientukan oleh
kecakapan kepala sekolah dalam mengambil keputusan juga ditentukan
oleh
tingkat
pendidikan.
partisipasi
masyarakat dalam berperanserta mengclola
BAB 111
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional.
Dalam setiap penelitian terutama untuk dapat memahami subjek yang
diteliti sehingga hasilnya lebih optimal, maka peneliti memerlukan
metodologi penelitian yang akan ditempuh. sebagaimana yang dikemukakan
oleh 1/zak Latunussa (1989 : 1) bahwa : "'Metodologi penelitian merupakan
cara bekerja (proses meneliti) untuk dapat memehami subjek yang diteliti".
Dalam penelitian metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan bersifat kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan
tersebut mengingat tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
dari menszanalisis mengenai pemberdayaan peranserta masyarakat dalam
menghadapi implementasi MBS di SI) Tambakan II; SI) Perumnas I; SD
Kamarung 1 Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang oleh kepala
sekolah maupun guru yang terjadi pada saat sckarang. sebagaimana yang
dikemukakan olehlz/.ak Latunussa (1989 : 55) bahwa :
Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah
suatu metode penelitian yang digunakan untuk menjawab
pertanvaan mengenai hakekat gejala atau pertanyaan mengenai apa
itu atau mendeskripsikan tentang apa itu, sehingga diperoleh
informasi keadaan gejala yang sedang bcrlangsung sebagai
pemecahan masalah yang ada, masalah yang hangat dan aktual,
dalam bentuk kata atau kalimat sehingga memberikan makna.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Bogdan dan Taylor yang dikutip
oleh Lexy J. Moleong (1996 : 3) mengemukakan bahwa :
51
52
Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik.
Metode
penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif
dikembangkan dari metodologi antropologi dan sosiologi yang mempelajari
perilaku manusia, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert W. Seliger dan
Elana Shohamy (1989 : 118) bahwa :
Qualitative methods originally developed from the methodologies of
field anthropologists and sociologis concerned with studying human
behavior within the context in which that behavior would occur
naturally and in which the role of the researcher would not affect the
normal behavior of the subjects.
Dalam penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
tidak terbatas hanya sampai kepada pengumpulan data saja, akan tetapi
meliputianalisis dan juga interpretasi (penafsiran) tentang arti data itu sendiri.
Jika ditinjau dari sege metodologisnya, maka perbedaan-perbedaan pokok
antara metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif dapat disajikan dalam tabel berikut :
TABEL 3.1
PERBEDAAN METODE DESKRIPTIF
DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KUALITATIF
ASPEK PERBEDAAN
Orang sebagai peneliti
Instrumen
Waktu
Penetapan
ngumpulan
Data
Pe
dan
Selama dan sesudah pengum
pulan data
KUANTITATIF
Kertas, pensil atau
lainnya
Sebelum penelitian
Analisis
Desain
Muncul beiubah
Pasti
Gaya
Seleksi
Intervensi
Perlakuan
Bervariasi
Stabil
Satuan Kajian
Pola-pola
Variabel
fisik
53
Selanjutnya menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 197 - 199)
dikemukakan ciri-ciri penelitian dengan menggunakan metode deskriptif
melalui pendekatan kualitatif meliputi:
1. Penggunaan lingkungan alamiah sebagai sumber data
langsung;
2. Bersifat deskriptif analitik;
3. Tekanannya ada pada proses bukan kepada hasil;
4.
Bersifat induktif; dan
5. Mengutamakan makna.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka tidak mengherankan bila peneliti
sendiri meupakan pengumpul data yang paling utama, sebagaimana yang
dikemukakan oleh S. Nasution (1996 : 54) bahwa :
Manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif disebabkan ia memiliki adaptabilitas yang
tinggi, jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu. Ia senantiasa
dapat memperluas pertanyaan untuk memperoleh data yang lebih
terinci menurut keinginannya.
Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan proses yang
berbentuk siklus, yang berlangsung secara terus-menerus. Adapun siklus
dalam proses pengumpulan data ini dilakukan dalam tiga tahapan,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanafiah Faisal (1990 : 45) yaitu :
1. Eskplorasi yang meluas atau menyeluruh dan biasanya
bergerak di tingkat permukaan.
2. Eksplorasi secara terfokus atau terseleksi guna mencapai
tingkat kedalaman dan keterincian tertentu.
3. Mengecek atau mengkonfirmasikan hasil/temuan peneliti.
Berdasarkan
pedoman
tersebut,
maka
peneliti
melakukan
pengumpulan data dan informasi dari sumber data penelitian untuk
memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian.
54
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penggalian data adalah di
SD Negeri Tambakan II Kec. Jalan Cagak, SD Negeri Perumnas I Kec.
Subang dan SD Negeri Kamarung I Kec. Pagaden Kab. Subang.
Alasan utama pemilihan ketiga SD tersebut didasarkan atas adanya
perbedaan lokasi terutama ditinjau dari segi sosial-ekonomi masyarakat
yang dimiliki setiap SD. yaitu daerah perbukitan (pegunungan), perkotaan
dan pantura. Dengan perbedaan tersebut menurut peneliti menarik untuk
diteliti mengingat fokus penelitian terletak pada aspek pemberdayaan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan orang yang dapat memberikan data
dan informasi kepada peneliti pada lembaga yang dimaksudkan. Penentuan
subjek penelitian ini dilakukan secara purposive yang didasarkan pada ciriciri pengambilan subjek secara purposive, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Lexy J. Moleong (1996 : 165 - 166) sebagai berikut:
a. Rancangan sampelyang muncul;
b. Pemilihan sampel secara berurutan;
c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel; dan
d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.
Berdasarkan konsep tersebut, maka subjek penelitian ada'ah para
kepala sekolah, guru, orang tua siswa, pemerintah setempat, tokoh
masyarakat, pengurus BP-3 dan Pengurus Dewan Sekolah yang berada di
r
55
SD Negeri Tambakan II Kec. Jalan Cagak dengan pertimbangan LSD Inti;
2.Ketua PKG dan KKKS; 3.Memiliki kemampuan profesional, Perumnas
I Kec. Subang SD percontohan MBS dan Kamarung I Kec. Pagaden Kab.
Subang sebagai LSD Inti; 2. Ketua KKKS; 3.Memiliki kemampuan
profesional.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Instrumen Penelitian
Dalam instrumen penelitian yang menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan secara kualitatif terfokus kepada peneliti sendiri.
mengingat ia berperan sebagai pengamat penuh dan berperanserta secara
lengkap, sebagaimana yang dinyatakan oleh Lexy .1. Moleong (1996 : 121)
bahwa :
Kedudukan peneliti dalam penelitian cukup rumit, ia sekaligus
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsiran data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil
penelitiannya. Oeleh karena itulah, maka peneliti sebagai
instrumen
sangat
relevan
dan
memang
sulit
diganti
kedudukannya.
Lebih lanjut Lexy J. Moleong (1996 : 121 - 123) mengemukakan
ciri-ciri peneliti sebagai instrumen utama, yaitu :
a. Responsif;
b. Dapat menyesuaikan diri;
c.
Menekankan keutuhan;
d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan;
e. Memproses data secepatnya;
f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengikhtisarkan; dan
g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang
tidak lazim dan idiosinkratik.
56
Ditinjau dari segi subjek penelitian, maka kualitas peneliti jelas
sangat diperlukan. Kualitas yang dimaksudkan adalah pribadi yang toleran,
sabar, menunjukkan emphati, manusiawi, terbuka, jujur, objektif dan
penampilan menarik. Mampu bekerja tahan lama, dapat mengatasi
berbagai hambatan di lapangan dan mempunyai perasaan ingin tahu juga
merupakan bagian dari kualitas yang diharapkan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hermawan (1992 : 70) dalam pengumpulan data dikenal
metode dan teknik, metode terdiri dari : (a) sensus, (b) sampling, (c) studi
kasus. (d) studi dokumentasi, (e) wawancara dan (f) observasi. Namun
metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu observasi. wawancara dan
studi dokumentasi. Sedangkan teknik pengumpulan data terdiri dari :
(a) teknik komunikasi (wawancara dan angket) dan (b) teknik pengamatan/
observasi (langsung, tidak langsung dan partisipasi).
a.
Observasi
Izzak Latunussa (1989 : 107) mengemukakan bahwa :
"Observasi merupakan pengamatan terhadap subjek penelitian dengan
memakai alat indera, terutama mata dan membuat catatan hasil
pengamatan itu". Pada penelitian deskriptif, observasi langsung
bermanfaat untuk mengumpulkan data dan informasi, baik mengenai
aspek-aspek material maupun tingkah laku manusia.
Dengan observasi diharapkan dapat memperoleh data yang
benar-benar alami dari berbagai aktivitas subjek penelitian.
57
b.
Wawancara
Izzak Latunussa (1989 : 110) mengemukakan bahwa :
"Wawancara merupakan angket dalam bentuk lisan". Subjek
penelitian atau yang diwawancarai memberikan informasi yang
diperlukan secara verbal melalui kontak langsung. Wawancara
mempunyai kelebihan dari alat lain bila digunakan oleh pewawancara
yang terampil. Pada umumnya peneliti lebih suka bicara daripada
menulis. Apabila pewawancara telah mengadakan hubungan yang erat
dengan pihak yang diwawancarai, maka akan banyak informasi yang
disampaikan.
Wawancara diarahkan pada kebebasan dan kesempatan subjek
penelitian untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan
perasaannya tanpa diatur oleh peneliti. Wawancara yang dialkukan
bersifat
berstruktur dan
disusun
berdasarkan
apa
yang
telah
disampaikan oleh subjek penelitian.
c.
Studi Dokumentasi
Sekalipun dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia melalui
observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber bukan manusia
berupa dokumen. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan
bahan triangulasi untuk mencek kesesuaian data.
Adapun perolehan data dalam penelitian ini juga dilakukan
melalui berbagai dokumen
tentang
pemberdayaan
peranserta
58
masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS yang
dilakukan para kepala sekolah dan guru di SD Negeri Tambakan II
Kec. Jalan Cagak, Perumnas I Kec. Subang dan Kamarung I Kec.
Pagaden Kab. Subang.
D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data.
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini mengikuti
prosedur atau tahapan sebagaimana yang dikemukakakan oleh S. Nasution
(1996 : 33-34) yaitu : "(1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi dan (3) tahap
member check". Tahap-tahap tersebut selanjutnya dapat penulis paparkan
sebagai berikut :
1. Tahap Orientasi
Tahap orientasi merupakan tahap awal dari proses penelitian
dengan melakukan prasurvai danpendekatan kepada lembaga atau subjek
penelitian yang dijadikan sumber penelitian. Tahap orientasi juga
berhubungan dengan persiapan persyaratan administratif yang meliputi :
pengadaan surat ijin dari pihak yang berwenang, informasi tentang
subjek penelitian dan data pribadinya yang dibutuhkan harus
dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Kegiatan ini
dilaksanakan
untuk
memperoleh
gambaran
mengenai
lokasi,
permasalahan dan untuk mengklasifikan fokus penelitian di luar ide
pertama peneliti. Setelah itu dilakukan observasi dan wawancara awal
kepada beberapa subjek penelitian yang diperkirakan menguasai
permasalahan yang akan diteliti. Konteks wawancara dan observasi ini
59
masih bersifat umum agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih
luas, menemukan hal-hal yang khas, penting dan sangat berguna yang
akan dijadikan fokus penelitian sesungguhnya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam tahap awal ini adalah
mengembangkan komunikasi yang lebih akrab dengan calon responden,
sehingga informasi yang diberikan benar-benar jujur, murni, bebas dari
persepsi dan kepentingan responden. Kegiatan pengumpulan data
dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2002 yang sebelumnya
menghubungi beberapa pihak yang berkepentingan.
2. Tahap Eksplorasi
Setelah peneliti memperoleh fokus penelitian secara akurat,
selanjutnya proses penelitian menuju pada tahap eksplorasi melalui
pelaksanaan wawancara yang lebih mendalam dan lebih terfokus pada
masalah dalam penelitian, lebih berstruktur dan didasarkan pada hasil
wawancara tahap orientasi. Selain itu juga dilakukan observasi terhadap
fokus penelitian, sehingga diperoleh informasi yang lebih mendalam dan
lebih khusus sesuai dengan masalah yang sedang dikaji dalam sasaran
utama penelitian.
Dalam tahap eksplorasi wawancara dilakukan secara lebih
mendalam tentang aspek-aspek yang ada kaitannya dengan ruang lingkup
fokus penelitian, tidak bersifat umum, berstruktur dan dapat memberikan
kejelasan tentang seluruh aspek yang menjadi fokus penelitian. Dalam
hal ini peneliti membutuhkan subjek penelitian yang mampu dan berani
60
memberikan informasi sehubungan dengan fokus penelitian agar data
yang akan diolah benar-benar tepat kepada sasarannya.
3. Tahap Member Check
Tahap ini merupakan tahap ketiga atau terakhir setelah orientasi
dan eksplorasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan pencheckan kembali
atas data dan informasi yang telah diperoleh kepada subjek penelitian.
Hal ini dilakukan agar data atau informasi yang telah terkumpul
merupakan data dan informasi yang benar-benar demikian adanya dan
terjamin keabsahannya, baik dipandang dari pihak peneliti maupun dari
pandangan subjek penelitian.
Sebagai upaya dalam memantapkan hasil penelitian. maka
dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi kepada subjek penelitian
maupun nara sumber lain yang berkompeten. Dengan demkian waktu
pelaksanaan member check dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam ciri-ciri penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif berbeda dengan penelitidan deskriptif
yang menggunakan pendekatan kuantitatif, termasuk pula dalam teknik dan
analisis datanya. S. Nasution (1996 : 126) mengemukakan bahwa :
Anaiisis data kualitatif adalah proses menyusun data yang berarti
menggolongkannya ke dalam pola, thema atau kategori agar dapat
ditafsirkan, sehingga memberikan makna kepada analisis,
menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antar
konsep.
61
Pendekatan kualitatif pada dasarnya tidak ada satu cara tertentu yang
dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis data, sehingga peneliti harus
mencari sendiri metode yang dirasakan lebih cocok dengan masalah
penelitiannya.
Berpedoman pada konsep analisis data kualitatif tersebut, maka
dengan proses penyusunan data dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya.
Menyusun data tersebut berarti menggolongkan ke dalam pola. thema. unit
atau kategori. Data yang diperoleh dari banyak sumber, diseleksi dan
dibandingkan kemudian dimasukkan ke dalam salah satu unit atau kategori.
Tafsiran atau interpretasi menggambarkan prespektifatau pandangan peneliti
dalam menyusun dan menjelaskan unit atau kategori
yang dapat
menghubungkan berbagai konsep dan memberikan makna kepada analisis
unit atau kategori itu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan
dianalisis dengan berpedoman kepada cara-cara tersebut di atas. Namun
demikian meskipun tidak ada cara khusus dalam teknik pengolahan dan
analisis data, namun demkian penulis dapat memaparkannya
sebagai
berkut :
1. Setiap data yang dikumpulkan peneliti, mengandung berbagai informasi
tentang berbagai hal dan masalah yang berbeda. Oleh karena itu langkah
pertama yang digunakan adalah menentukan fokus penelitian tertentu.
2. Mengorganisaskan data menurut masing-masing fokus penelitian yang
diperoleh dari subjek penelitian melalui observasi dan wawancara.
62
3. Data yang telah diorganisir selanjutnya dianalisis berdasarkan konsensus
dengan merujuk kepada landasan teori yang telah dikemukakan, maka
cara yang peneliti lakukan adalah mengelompokkan data berdasarkan
pertanyaan
penelitian
yang
kemudian
disimpulkan
menjadi
satu
kedalaman makna.
4. Memberikan tafsiran tentang apa yang berhasil diperoleh dari setiap
analisis pertanyaan penelitian dan mencoba menarik kesimpulan secara
inferensial dengan melihat kesamaan dan perbedaan jawaban subjek
penelitian yang dihubungkan dengan teori.
5. Mengingat penelitian ini bersifat diagnostik, maka pada langkah terakhir
diajukan rekomendasi kepada pihak yang berkepentingan.
F. Signifikansi Hasil Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan diperlukan tingkat keberartian hasil penelitian. Tingkat kepercayaan
dalam
penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif
S. Nasution (1996 : 114 - 125) tergantung
(validitas
internal),
(2)
transferabilitas
dan
menurut
kepada : "(1) kredibilitas
(3)
dependabilitas
serta
konfirmabihtas". Untuk lebih jelasnya hal-hal tersebut dapat penulis urakan
sebagai berikut:
1.
Kredibilitas
Kredibilitas dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep
yang ada pada subjek penelitian. Untuk mencapai aspek kebenaran hasil
63
penelitian sehingga dapat dipercaya, maka upaya yang dilakukan untuk
memenuhi kriteria tersebut, antara lain :
a. Waktu penelitian yang benar-benar dihemat, yakni penelitian
naturalistik kualitatif membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
daripada penelitian dengan pendekatan konvensional kualitatif.
Mempertimbangkan mendesaknya waktu penelitian, maka peneliti
mencoba memanfaatkan waktu yang dapat digunakan. Pada awal
penelitian, pengumpulan data dilakukan pada situasi yang natural.
Kekosongan
kegiatan
pada
beberapa
sisi
fokus
penelitian.
dimanfaatkan untuk mengadakan pertemuan dengan para subjek
penelitian yang
keberadaannya sanggup memberikan informasi
tentang data yang dibutuhkan.
b. Triangulasi, yakni dilakukan untuk mengecek kebenaran data dengan
membandingkannya
dengan
data
yang
diperoleh
dari
subjek
penelitian lain. Upaya yang dilakukan dalam rangka triangulasi ini
adalah (1)
membandingkan
hasil
wawancara dengan
hasil
pengamatan dan (2) memperbanyak subjek penelitian untuk setiap
fokus penelitian tertentu.
c. Pembicaraan dengan teman sejawat. Dalam hal ini peneliu
membicarakan hasil catatan lapangan dengan koiega di Program
Pasca Sarjana Konsentrasi Administrasi Pendidkan sehingga dapat
memberikan pandangan-pandangannya yang netral dan objektif.
Pembicaraan ini bertujuan untuk memperoleh kritk dan pertanyaan-
64
pertanyaan yang lebih tajam, kelemahan-kelemahan, bias, tafsiran
yang kurang didukung data atau kurang jelas dan langkah-langkah
perbaikan.
d. Penggunaan referensi, yakni dilakukan sejak awal catatan kecil dibuat
untuk merekam hasil pengamatan yang ditemukan. Rekaman hasil
wawancara dipindahkan dalam bentuk laporan lapangan setelah
dipadukan dengan hasil observasi. Pemberian informasi dilakukan
dalam suasana natural untuk mengurangi kelemahan daya ingat
peneliti yang memang terbatas, maka pembuatan laporan lapangan
dilakukan pada setiap malam hari setelah observasi dan wawancara
dilakukan.
e. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawancara
dilakukan konfirmasi dengan subjek penelitian. sehingga ada
kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada kekurangan dapat ditambah
dengan informasi baru. Dengan demikian data yang diperoleh sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh subjek penelitian.
2.
Transferabilitas
Dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni sampai manakah hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi tertentu.
Oleh karena itu transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada
para pemakai.
65
3. Dependabilitas dan Konfirmabihtas
Sebagaimana yang telah dketahui bahwa situasi global pada
hakekatnya bersifat unik dan tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya
seperti semula. Oleh karena itu sangat sulit untuk mengukur konsistensi
hasil penelitian. Untuk itu guna menjaga kebenaran dan objektivitas hasil
penelitian ini dilakukan "audit trail" yakni dengan melakukan
pemeriksanaan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan
memang demikian kejadiannya. Untuk kepentingan ini dilakukan
kegiatan-kegiatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh S. Nasution
(1996: 118) yaitu:
a. Menyusun data mentah;
b. Menyusun unit analisis;
c. Merumuskan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil
sintesis data; dan
d. Melaporkan seluruh proses pengumpulan data.
Demikian hal-hal yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian
ini, sehingga hasilnya dapat memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi
bagi peneliti.
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Perencanaan
Pihak Sekolah
untuk Memberdayakan
Peranserta
Masyarakat dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah
Fungsi perencanaan pihak sekolah (SD) untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS
dilaksanakan secara manual dan verbal. Manual menunjukkan bahwa
perencanaan merupakan produk kebijakan pengembangan manajerial
administrator sekolah yang bersifat penjabaran rencana makro yang
mengarahkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas dengan mengacu pada isu sentral
pendidikan yaitu pemerataan dan perluasan kesempatan belajar.
peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi. Perencanan verbal merupakan
perencanaan setiap kepala sekolah yang berwujud visi untuk mencapai
tujuan sekolah jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan di
sekolah cenderung untuk tidak dituangkan dalam bentuk dokumen.
mengingat rencana yang diatur pada pokoknya adalah rencana tindakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa perencanaan
pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam
rangka menghadapi implementasi MBS ditinjau dari bentuk rencana yang
dibuat, dasar pertimbangan, proses penyusunan dan pihak yang
151
152
dilibatkan sangat bervariatif, artinya ada yang berorientasi pada waktu
dan aktivitas. Pada waktu menunjukkan bawah perencanaan dibuat dalam
bentuk program untuk setiap tiga tahun ke depan, sedangkan aktivitas
berorientasi pada aktivitas pemberian pemahaman kepada orang tua
siswa dan proses pembentukan Dewan Sekolah. Untuk dasar
pertimbangan pembuatan rencana ada yang berdasarkan pada analisis
SWOT, optimalisasi sumber daya pendidikan, inventaris kebutuhan,
tuntutan perkembangan dan misi yang harus dicapai. Proses penyusunan
rencana yang dilakukan sangat sederhana hanya meliputi : pertimbangan
kondisi masyarakat. kebutuhan mendesak. kemampuan Dewan Sekolah.
penyajian dalam bentuk program, inventarisir- perangkat Dewan Sekolah,
sosialisasi kepada masyarakat dan mengadakan rapat. Sedangkan
sebenarnya proses penyusunan rencana harus sesuai dengan yang telah
dkonsepkan, sehingga pemberdayaan peran serta masyarakat dirasakan
akan lebih—berhasil. Untuk pihak yang dilibatkan pada dasarnya
memfokuskan kepada pihak internal dan ekstemal sekolah.
2. Pelaksanaan Pihak Sekolah untuk Memperdayakan Peranserta
Masyarakat dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen
Berbasisi Sekolah
Pelaksanaan piha
DALAM RANGKA MENGHADAPI
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
(Studi Kasus pada SD Negeri Tambakan II Kecamatan Jalan Cagak,
SD Negeri Perumnas I Kecamatan Subang dan
SD Negeri Kamarung I Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang)
TESIS
diajukan kepada panitia ujian tesis
Universitas Pendidikan Indonesia
untuk memenuhi persyaratan menempuh ujian
magister pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
I
Oleh:
TATI ROHAYATI
009738
PROGRAM PASCA-SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
L
DISETUJUI DAN DISAHKAN
OLEH PEMBIMB1NG:
Pembimbing I
Prof. DR. H. Djam'an Satori.MA
NIP. 130 367 129
Pembinybing II
Prof. DR. Nanang Fattah
NIP. 130 677 404
PROGRAM PASCA-SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
DISETUJUI OLEH:
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Prof. DR. H. TB A
SUDDIN MAKMUN, MA
PROGRAM PASCA-SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2002
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba mengetengahkan hal-hal yang berkenaan dengan
dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia pada era otonomi daerah yang
berimbas pada otonomi sekolah seiring dengan tuntutan reformasi dalam bidang
pendidikan.
Beberapa hal yang mendasari pentingnya dilakukan penelitian terhadap
masalah ini bahwa penerapan otonomi daerah yang telah diundangkan dapat
memberikan dampako terhadap sistem pengelolaan pendidikan, MBS merupakan
salah satu model reformasi pendidikan yang berusaha menyajikan bentuk
pengelolaan pendidikan secara lebih baik dan keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan selain ditentukan oleh kecakapan kepala sekolah dalam mengambil
keputusan juga ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam berperanserta
mengelola pendidikan, sehingga perlu diberdayakan secara optimal. Untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat, maka penulis menetapkan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang
dijadikan tempat penggalian data adalah SD Negeri Tambakan II Kec. Jalancagak.
SD Negeri Perumbas I Kec. Subang dan SD Negeri Kamarung I Kec. Pagaden
Kab. Subang dengan subjek penelitiannya adalah para kepala sekolah, guru, orang
tua siswa, pemerintah setempat, tokoh masyarakat, pengurus BP-3 dan Dewan
Sekolah. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi
dokumentasi dengan tahap-^ahap pelaksanaan pengumpulan data melalui
orientasi, eksplorasi dan member check yang selanjutnya data tersebut diolah
berdasarkan prosedur tertentu, sehingga menghasilkan penelitian yang diharapkan
dengan menggunakan tingkat kepercayaan pada kredibilitas, transferabilitas.
dependabilitas dan konfirmabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pihak sekolah (SD)
untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam menghadapi implementasi
MBS dilaksanakan secara manual dan verbal. Ditinjau dari bentuk rencana yang
dibuat, dasar pertimbangan, proses penyusunan dan pihak yang dilibatkan sangat
bervariatif artinya ada yang berorientasi pada waktu dan aktivitas. Pelaksanaan
pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam menghadapi
implementasi MBS memuat pokok-pokok yang meliputi: strategi pelaksanaan,
indikator keberhasilan, faktor yang paling menentukan dan proses koordinasi yang
dilakukan. Proses evaluasi yang dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam menghadapi implementasi MBS berhubungan
dengan aspek-aspek orientasi, bentuk, standar, alat dan pihak yang dilibatkan yang
sangat beragam. Permasalahan yang dihadapi setiap sekolah jelas bervariatif,
namun tidak menghilangkan terdapat pula aspek-aspek kesamaannya. Secara
komprehensif bentuk permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan faktor
internal dan eksiernal. Internal berhubungan dengan peserta didik, guru, kepala
sekolah sekolah dan fasilitas pendidikan, sedangkan ekternal biasanya datang dari
lingkungan sekolah, baik masyarakat sekitar maupun orang tua siswa. Setiap
upaya yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan disesuaikan dengan jenis
masalah itu sendiri yang terjadi.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH.
i
ii
111
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Masalah Penelitian
6
C. Tujuan Penelitian
8
D. Manfaat Penelitian
10
1.
Segi Teoritis
10
2.
Segi Operasional
1]
E. Kerangka Penelitian
11
F. Anggapan Dasar
13
BAB II KERANGKA TEORI TIS
A. Persfektif Otonomi Daerah dalam Bidang pendidikan
'^
1. Perubahan Manajemen Sekolah
]7
2. Sumber Daya Pendidikan
jo
3. Peningkatan Mutu Pendidikan
19
B. Konsep, Aspek-aspek dan Strategi Pemberdayaan Peranserta
Masyarakat dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah
20
C. Keadaan Peran Serta Masyarakat sebelum dilaksanakan
Manajemen Berbasis Sekolah
22
D. Strategi Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat
26
1. Sekolah Dasar dan Masyarakat
26
2. Masyarakat dan Sumber Daya Pendidikan
30
3. Pelaksanaan
Kegiatan
Hubungan
Sekolah
dengan
Masyarakat
32
4. Teknik-teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
34
5. Komunikasi dalam Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
35
E. Model Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian
37
2. Tujuan dan Manfaat
41
3. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan
43
4. Karakteristik
47
5. StrategiPelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Defmisi Penelitian
51
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
54
2. Subjek Penelitian
54
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
55
1. Instrumen Penelitian
55
2. Teknik Pengumpulan Data
56
D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data
58
1. Tahap Orientasi
58
2. Tahap Eksplorasi
59
3. Tahap Member Check
60
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
VI
60
F. Signifikansi Hasil Penelitian
62
1.
Kredibilitas
62
2.
Transferabilitas
64
3.
Dependabilitas dan Konfirmabilitas
65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan-temuan Penelitian
81
1.
Perencanaan Pihak Sekolah
89
2.
Pelaksanaan Pihak Sekolah
93
3.
Proses Evaluasi
110
4.
Permasalahan-permasalahan
116
5.
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah
125
B. Pembahasan
1.
Perencanaan Pihak Sekolah
129
2.
Pelaksanaan Pihak Sekolah
133
3.
Proses Evaluasi yang Dilakukan Pihak Sekolah.
139
4.
Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Pihak Sekolah..
142
5.
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah
145
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
151
Perencanaan Pihak Sekolah
151
2. Pelaksanaan Pihak Sekolah
'-^
vn
3.
Proses Evaluasi yang Dilakukan Pihak Sekolah
153
4.
Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Pihak Sekolah
155
5.
Upaya-upaya yang Dilakukan Pihak Sekolah
155
B. Implikasi
157
C. Rekomendasi
159
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vin
DAFTAR TABEL
Noi.ior
3.1
Nama Tabel
Perbedaan
Metode
Deskriptif dengan
Halaman
Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif
52
Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan
Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri
Tambakan II Kec. Jalan Cagak Kab. Subang
68
4.3
Identitas Personil SD Negeri Tambakan II
68
4.4
Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan
Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri
Perumnas I Kec. Subang Kab. Subang
75
4.5
Identitas Personil SD Negeri Perumnas I
75
4.6
Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2001/2002 Berdasarkan
Tingkat Kelas dan Jenis Kelamin di SD Negeri
Kamarung I Kec. Pagaden Kab. Subang
80
4.7
Identitas Personil SD Negeri Kamarung I
8C
4.8
Aspek dan Indokator Keberhasilan Pemberdayaan
Peranserta Masyarakat dalam Rangka Menghadapi
Implementasi MBS
95
Identitas Masyarakat Menurut Pola Pendekatan
Idiografik (dari Kondisi Sosial Ekonomi, Latar
Belakang Pendidikan dan Mata Pencaharian)
103
Bentuk, Dasar Pertimbangan, Proses Penyusunan dan
Pihak yang Dilibatkan pada Perencanaan Pemberdayaan
Peranserta Masyarakat dalam rangka Menghadapi
Implementasi MBS
135
Pelaksanaan pemberdayaan Peranserta
dalam Menghadapi Implementasi MBS
136
4.2
4.9
4.10
4.11
4.12
Masyarakat
Evaluasi Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam
Menghadapi Implementasi MBS
IX
140
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
Permasalahan yang Dihadapi untuk Memberdayakan
Peranserta Masyarakat dalam Rangka Menghadapi
Implementasi MBS
:
142
Analisis SWOT Pemberdayaan Peranserta Masyarakat
dalam Rangka Menghadapi Implementasi MBS
143
Analisis
SWOT
dalam
Implementasi
Manajemen
Berbasis Sekolah
144
Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Pemecahannya
untuk Memberdayakan Peranserta Masyarakat dalam
Rangka Menghadapi Implementasi MBS
147
Gambaran Keadaan peran serta masyarakat
148
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Nama Gambar
Halaman
1.1
Kerangka Penelitian
13
2.2
Proses Pemberdayaan Peranserta Masyarakat dalam
Konteks Manajemen Berbasis Sekolah
24
Proses Strategi Implementasi Perencanaan Pendidikan ..
135
4.3
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Kisi-kisi Penelitian
2. Pedoman Wawancara, Observasi dan Studi Dokumentasi
3. Surat Keputusan Pembimbing Tesis
4.
Surat Izin Penelitian dari Universitas Pendidikan Indonesia
5. Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian
6.
Dokumen-dokumen Hasil Penelitian
7.
Identitas Pribadi
xn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar di dunia.
Kebesaran tersebut dimiliki atas dasar perbedaan-perbedaan yang dimiliki
oleh setiap suku bangsa yang ada di seluruh pelosok tanah air. Dalam rangka
menjaga kestabilan kebesaran yang dimilikinya, maka diperlukan satu tujuan
dan cita-cita yang sama bagi segenap bangsa Indonesia. Salah satu tujuan dan
cita-cita tersebut tertuang dalam tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan
dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab II. Pasal 4 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dar. mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani. kepribadian yang mantap dan
mandiri serta
kebangsaan.
rasa
tanggung
jawab
kemasyarakatan
dan
Selanjutnya tujuan yang tertuang dalam perundangan tersebut sejalan
pula dengan Undang-Undang dasar 1945 Bab XIII, Pasal 31 yang berbunyi
sebagai berikut :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran; dan
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran Nasional yang diatur dengan undang-undang.
Berdasarkan
ketentuan-ketentuan
tersebut
membuktikan
bahwa
pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang berarti
bahwa pendidikan itu merupakan Hak Azasi Manusia (HAM). Untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan secara optimal, maka pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang telah diatur
dalam bentuk perundang-undangan. Usaha pencapaian tujuan tersebut
dilakukan melalui satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat.
Seiring dengan perubahan zaman dan tingkat perkembangan
masyarakat, terutama sejak bergulirnya multi krisis yang melanda bangsa
Indonesia sampai akhirnya terjadi badai reformasi yang menuntut perbaikan
di segala bidang. termasuk pendidikan, maka melahirkan format-format baru
dalam penataan sistem pendidikan nasional dengan tidak merubah tujuan
utama pendidikan nasional. Format-format baru tersebut selanjutnya dikenal
dengan Undang-undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah.Pusat. dan Daerah,. serta Peraturan Pemerintah (PR). Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai Daerah Otonom yang selanjutnya menjadi landasan yuridis bagi
diberlakukannya pelaksanaan otonomi daerah yang berimbas pula terhadap
penataan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan. Makna yang
terkandung dari ketiga peraturan tersebut adalah adanya pemberian
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara
proporsional.
Pemberian wewenang ini dimaksudkan agar
penyelenggaraan
pemerintahan dapat dijalankan lebih demokratis, meningkatnya peranserta
masyarakat, terwujudnya pemerataan dan keadiilan serta memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah.
Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tersyirat bahwa
otonomi
daerah
merupakan
penyerahan
wewenang
beberapa
urusan
pemerintahan pusat kepada daerah. termasuk dalam bidang pendidikan.
Dengan otonomi di bidang pendidikan, maka daerah akan memiliki
wewenang dalam merencanakan. melaksanakan dan mengendalikan sendiri
pembangunan pendidikan. Hal ini memberikan implikasi bahwa daerah harus
mampu membiayai sendiri segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan
pendidikan. Oleh karena itu. keberhasilan pembangunan suatu daerah di
bidang pendidikan sangat tergantung kepada kemampuan pemerintah daerah
dalam menggali berbagai potensi dan menggunakan segala sumber daya serta
kemampuan
yang
mendotong
masyarakat
agar
ikut
serta dalam
penyelenggaraan pendidikan.
Untuk mewujudkan kehendak tersebut, maka perlu diterapkan suatu
model pengelolaan sekolah yang pada satu sisi memberikan keleluasaan
pengelolaan sekolah kepada pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) dan di
sisi lain memberikan peluang untuk turut serta kepada masyarakat. Model
pengelolaan itu selanjutnya disebut dengan istilah "Manajemen Berbasis
Sekolah " (School BasedManagement) disingkat MBS atau SBM.
Dalam implementasi MBS, khususnya di Sekolah Dasar (SD)
tentunya tidak akan dapat berjalan dengan mulus apabila berbagai komponen
yang terlibat di dalamnya tidak saling menunjang. Dengan demikian untuk
memudahkan pihak sekolah terhadap berbagai kemungkinan dalam
mengimplementasikan MBS, maka faktor-faktor yang bersifat menghambat
maupun mendukung perlu dianalisis, yang kemudian dikenal dengan istilah
analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threath) baik yang
bersifat internal maupun eksternal.
Namun demikian salah satu kunci sukses untuk mengimplementasikan
MBS di tingkat SD, selain kemampuan kepala sekolah dalam mengambil
keputusan juga tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebagaimana yang dikemukakan oleh
N.A. Ametembun (1994 : 8) bahwa :
Keberhasilan sekolah dalam mengimplementasikan MBS selain
kemampuan kepala sekolah dalam mengambil keputusan secara
tepat juga terletak pada tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi
terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan demikian
jelas bahwa kedua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat
penting.
Selanjutnya secara khusus mengenai tingkat partisipasi masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan untuk setiap daerah tentunya memiliki
tingkatan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh
faktor ekonomi, sosial dan budaya serta tingkat kepedulian masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Namun yang jelas bahwa faktor-faktor
tersebut hanya dapat diatasi oleh satu cara yaitu melalui proses pemberdayaan
yang dilakukan oleh pihak sekolah.
Konsep pemberdayaan ini menunjukkan suatu keadaan yang ada dan
telah dilakukan, namun perlu ditingkatkan secara lebih baik, termasuk
pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan. Memang secara yuridis
keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan telah ada, namun
dalam konteks MBS hal tersebut perlu terus ditingkatkan mengingat kunci
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan salah satunya ditentukan oleh
tingkat partisipasi masyarakat. Penetapan keterlibatan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan tercantum dalam Undang-undang Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 47 sebagai berikut :
(1) Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang
seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan
pendidikan nasional.
(2) Ciri khas satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat tetap diindahkan.
Sesuai dengan ketentuan tersebut. maka masyarakat merupakan mitra
pemerintah dalam usaha penyelenggaraan kegiatan pendidikan. baik sebagai
badan maupun perorangan. Dengan usaha masyarakat ini diharapkan tujuan
pendidikan nasional dapat diwujudkan, sehingga dapat disetarakan dengan
pendidikan negara maju lainnya.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan tersebut, maka penulis
akan mencoba melakukan penelitian mengenai strategi pihak sekolah dalam
memberdayakan masyarakat untuk menghadapi implementasi MBS, sehingga
judul yang penulis tetapkan adalah : "Pemberdayaan Peranserta Masyarakat
dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di
Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang".
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
pokok permasalahan utama dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah
pemberdayaan
peranserta
masyarakat
dalam
rangka
menghadapi
implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Lingkungan Kandepdiknas
Kabupaten Subang ?
Adapun pokok-pokok masalah penelitian tersebut dapat dirinci
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
perencanaan
pihak
sekolah
untuk
memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di
Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
a. Rencana apa yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi
MBS?
b. Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan pihak sekolah untuk
membuat perencanaan tersebut ? (Analsis berdasarkan SWOT)
c. Bagaimana proses penyusunan perencanaan tersebut ?
d. Siapa saja yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan
rencana tersebut ?
2. Bagaimana pelaksanaan pihak sekoiah untuk memberdayakan peranserta
masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
a. Bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk
memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS ?
b. Hal-hal apa saja yang menjadi indikator keberhasilan dalam
melaksanakan strategi tersebut ?
c. Faktor-faktor apa yang paling menentukan untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi
MBS?
d. Bagaimana proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah
dengan masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat
akan lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS ?
3. Bagaimanakah proses evaluasi yang akan dilakukan pihak sekolah untuk
memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
a. Bagaimana bentuk evaluasi yang dipergunakan ?
b. Apa yang menjadi standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut ?
c. Alat apa yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi ?
d. Siapa saja yang dilibatkan untuk melaksanakan proses evaluasi ?
4. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi pihak sekolah untuk
memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang ?
'.
8
a. Hal - hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan-dan
ancaman untuk memperdayakan peranserta masyarakat dalam rangka'
menghadapi implementasi MBS ? (Analisis SWOT)
b. Darimana datangnya sumber permasalahan tersebut ?
c. Apa penyebab utamanya. sehingga hal tersebut dianggap sebagai
permasalahan ?
5. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengetahui,
mendeskripsikan dan mcnganalisis pemberdayaan peranserta masyarakat oleh
pihak sekolah dalam rangka menghadapi implementasi MBS di Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang.
Sesuai dengan tujuan umum tersebut, maka secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk memahami, mengidentifikasi, mendeskripsikan dan
menganalis hal-hal yang berhubungan dengan :
1. Perencanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat
dalam
rangka
menghadapi
implementasi
MBS
di
Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Rencana yang dibuat pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta
masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
b. Dasar pertimbangan yang dipergunakan pihak sekolah untuk
membuat perencanaan tersebut (Analsis berdasarkan SWOT).
c. Proses penyusunan perencanaan tersebut.
d. Pihak yang dilibatkan dalam pembuatan atau penyusunan rencana
tersebut.
2. Pelaksanaan pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat
dalam rangka menghadapi implementasi MBS
di Lingkungan
Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Betuk kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
b. Hal-hal yang menjadi indikator keberhasilan dalam melaksanakan
strategi tersebut.
c. Faktor-faktor yang paling menentukan untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi
MBS.
d. Proses koordinasi yang dilakukan antara pihak sekolah dengan
masyarakat, sehingga pemberdayaan peranserta masyarakat akan
lebih berhasil dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
3. Proses
evaluasi
yang
akan
dilakukan
pihak
sekolah
untuk
memberdayakan peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi
implementasi MBS di Lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Bentuk evaluasi yang dipergunakan.
b. Standar untuk melaksanakan evaluasi tersebut.
c. Alat yang dipergunakan untuk melaksanakan evaluasi.
d. Pihak yang dilibatkan untuk melaksanakan proses evaluasi.
r. >«
4. Permasalahan-permasalahan yang mungkin dihadapi pihak sekolarj.uhtuk
memperdayakan peranserta masyarakat dalam
rangka
menghadapi
implementasi MBS di lingkungan Kandepdiknas Kabupaten Subang.
a. Hal - hal yang menjadi kekuatan, kelemahan, tantangan dan ancaman
untuk
memperdayakan
peranserta
masyarakat
dalam
rangka
menghadapi implementasi MBS (Analisis SWOT).
b. Sumber permasalahan tersebut.
c. Penyebab
utama
permasalahan,
sehingga
dianggap
sebagai
permasalahan.
5. Upaya-upaya
yang
dilakukan
pihak
sekolah
untuk
menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat dirasakan sehubungan dengan
pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Segi Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
pengembangan disiplin Ilmu Administrasi Pendidikan, khususnya dalam
kajian
bidang
studi
manajemen
stratejik,
kebijakan
pendidikan,
pengambilan keputusan, kepemimpinan pendidikan serta hubungan
sekolah dengan masyarakat.
11
2. Segi Operasional
a. Dengan diberlakukannya otonomi daerah menuntut pembenahan dan
penataan sistem pendidikan nasional secara lebih baik, salah satunya
dengan diterapkan model Manajemen Berbasis Sekolah.
b. Kepala sekolah dan masyarakat merupakan dua unsur penentu utama
keberhasilan penerapan MBS, sehingga perlu adanya pemberdayaan
dari keduanya, terutama pemberdayaan peranserta masyarakat yang
lebih berhasil.
c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada
pihak lembaga (SD) bahwa penerapan MBS menuntut adanya
peranserta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan secara lebih
baik.
d. Hasil penelitian ini juga akan memberikan pengetahuan baru dan
sebagai bahan kajian keilmuan administrasi pendidikan secara teoritik
yang mungkin akan dapat dikembangkan secara lebih jauh lagi.
e. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya, khususnya mereka
yang tertarik dengan bidang kajian mata kuliah yang berhubungan
dengan aspek-aspek penelitian.
E. Kerangka Penelitian
Konsep kerangka dalam penelitian ini dipahami sebagai acuan
berpikir secara konseptual yang digunakan untuk menghadapi subjek
penelitian sebagai kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam
12
melaksanakan penelitian, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bogdan dan
Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (1996 : 33) bahwa : "Kerangka
penelitian merupakan kumpulan dari cara berpikir penelitian yang positif.
konsep atau proposisi yang berorientasi dari pemikiran dan penelitian".
Sedangkan S. Nasution (1996 : 118) menyatakan bahwa : "Kerangka
penelitian merupakan perangkat kepercayaan, nilai-nilai dari suatu pandangan
tentang dunia sekitar". Berdasarkan kedua konsep tersebut, maka dapat
dikemukakan bahwa kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengimplementasian otonomi daerah dalam segala bidang kehidupan
masyarakat didasakan atas tiga perundang-undangan pokok, yaitu UU Nomor
22 Tahun 1999. UU Nomor 25 Tahun 1999 dan PP Nomor 25 Tahun 2000.
Dampak yang akan dirasakan dengan adanya pengimplementasian otonomi
daerah akan dirasakan dalam semua aspek kehidupan masyarakat. termasuk
salah satunya dalam bidang pendidikan baik dampak yang bersifat positif
maupun negatif. Berdasarkan dampak tersebut menuntut lembaga pendidikan.
khususnya SD untuk dikelola dan ditata secara lebih baik, sehingga model
yang cocok dikembangkan adalah Model Manajemen Berbasis Sekolah
(School Based Management) yang salah satu kunci kesuksesannya adalah
adanya peranserta aktif dari masyarakat dalam pengelolaan pendidikan.
Untuk mereahsasikan peranserta aktif masyarakat sebagai produsen dan
konsumen pendidikan, maka diperlukan strategi pemberdayaan oleh pihak
sekolah (kepala sekolah dan
guru)
yang
dituangkan
dalam bentuk
perencanaan, proses atau pelaksanaan dan output seiring dengan evaluasi,
13
sehingga peningkatan mutu, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan serta pemerataan pendidikan secara proporsional dapat diperoleh
yang pada akhirnya akan memberikan masukan kembali (feed back) bagi
peningkatan pemberdayaan peranserta masyarakat. Jika dilukiskan dalam
bentuk pola, maka kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut:
GAMBAR1.1
KERANGKA PENELITIAN
F. Anggapan Dasar
Suharsimi Arikunto (1992 : 65) mengemukakan bahwa : "Anggapan
dasar atau postulat merupakan pokok pikir penelitian yang mengandung
14
kebenaran yang dipercaya oleh peneliti". Berdasarkan pendapat tersebut.
maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai mana
lerurai pada Modul Manajemen Berbasis Sekolah ( 2001123 ) :
1. Penerapan otonomi daerah yang telah diundangkan dapat memberikan
dampak. baik positif maupun negatif terhadap semua bidang kehidupan
masyarakat termasuk dalam pengelolaan pendidikan.
2. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu model
reformasi pendidikan yang berusaha menyajikan bentuk pengelolaan
pendidikan secara lebih baik, sehingga mutu pendidikan dapat lebih
ditingkatkan.
3. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan, selain diientukan oleh
kecakapan kepala sekolah dalam mengambil keputusan juga ditentukan
oleh
tingkat
pendidikan.
partisipasi
masyarakat dalam berperanserta mengclola
BAB 111
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional.
Dalam setiap penelitian terutama untuk dapat memahami subjek yang
diteliti sehingga hasilnya lebih optimal, maka peneliti memerlukan
metodologi penelitian yang akan ditempuh. sebagaimana yang dikemukakan
oleh 1/zak Latunussa (1989 : 1) bahwa : "'Metodologi penelitian merupakan
cara bekerja (proses meneliti) untuk dapat memehami subjek yang diteliti".
Dalam penelitian metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan bersifat kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan
tersebut mengingat tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
dari menszanalisis mengenai pemberdayaan peranserta masyarakat dalam
menghadapi implementasi MBS di SI) Tambakan II; SI) Perumnas I; SD
Kamarung 1 Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang oleh kepala
sekolah maupun guru yang terjadi pada saat sckarang. sebagaimana yang
dikemukakan olehlz/.ak Latunussa (1989 : 55) bahwa :
Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah
suatu metode penelitian yang digunakan untuk menjawab
pertanvaan mengenai hakekat gejala atau pertanyaan mengenai apa
itu atau mendeskripsikan tentang apa itu, sehingga diperoleh
informasi keadaan gejala yang sedang bcrlangsung sebagai
pemecahan masalah yang ada, masalah yang hangat dan aktual,
dalam bentuk kata atau kalimat sehingga memberikan makna.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Bogdan dan Taylor yang dikutip
oleh Lexy J. Moleong (1996 : 3) mengemukakan bahwa :
51
52
Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif adalah suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik.
Metode
penelitian
deskriptif
dengan
pendekatan
kualitatif
dikembangkan dari metodologi antropologi dan sosiologi yang mempelajari
perilaku manusia, sebagaimana dikemukakan oleh Herbert W. Seliger dan
Elana Shohamy (1989 : 118) bahwa :
Qualitative methods originally developed from the methodologies of
field anthropologists and sociologis concerned with studying human
behavior within the context in which that behavior would occur
naturally and in which the role of the researcher would not affect the
normal behavior of the subjects.
Dalam penggunaan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif
tidak terbatas hanya sampai kepada pengumpulan data saja, akan tetapi
meliputianalisis dan juga interpretasi (penafsiran) tentang arti data itu sendiri.
Jika ditinjau dari sege metodologisnya, maka perbedaan-perbedaan pokok
antara metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif dapat disajikan dalam tabel berikut :
TABEL 3.1
PERBEDAAN METODE DESKRIPTIF
DENGAN PENDEKATAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
KUALITATIF
ASPEK PERBEDAAN
Orang sebagai peneliti
Instrumen
Waktu
Penetapan
ngumpulan
Data
Pe
dan
Selama dan sesudah pengum
pulan data
KUANTITATIF
Kertas, pensil atau
lainnya
Sebelum penelitian
Analisis
Desain
Muncul beiubah
Pasti
Gaya
Seleksi
Intervensi
Perlakuan
Bervariasi
Stabil
Satuan Kajian
Pola-pola
Variabel
fisik
53
Selanjutnya menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989 : 197 - 199)
dikemukakan ciri-ciri penelitian dengan menggunakan metode deskriptif
melalui pendekatan kualitatif meliputi:
1. Penggunaan lingkungan alamiah sebagai sumber data
langsung;
2. Bersifat deskriptif analitik;
3. Tekanannya ada pada proses bukan kepada hasil;
4.
Bersifat induktif; dan
5. Mengutamakan makna.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, maka tidak mengherankan bila peneliti
sendiri meupakan pengumpul data yang paling utama, sebagaimana yang
dikemukakan oleh S. Nasution (1996 : 54) bahwa :
Manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif disebabkan ia memiliki adaptabilitas yang
tinggi, jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu. Ia senantiasa
dapat memperluas pertanyaan untuk memperoleh data yang lebih
terinci menurut keinginannya.
Dalam proses pengumpulan data peneliti melakukan proses yang
berbentuk siklus, yang berlangsung secara terus-menerus. Adapun siklus
dalam proses pengumpulan data ini dilakukan dalam tiga tahapan,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanafiah Faisal (1990 : 45) yaitu :
1. Eskplorasi yang meluas atau menyeluruh dan biasanya
bergerak di tingkat permukaan.
2. Eksplorasi secara terfokus atau terseleksi guna mencapai
tingkat kedalaman dan keterincian tertentu.
3. Mengecek atau mengkonfirmasikan hasil/temuan peneliti.
Berdasarkan
pedoman
tersebut,
maka
peneliti
melakukan
pengumpulan data dan informasi dari sumber data penelitian untuk
memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian.
54
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penggalian data adalah di
SD Negeri Tambakan II Kec. Jalan Cagak, SD Negeri Perumnas I Kec.
Subang dan SD Negeri Kamarung I Kec. Pagaden Kab. Subang.
Alasan utama pemilihan ketiga SD tersebut didasarkan atas adanya
perbedaan lokasi terutama ditinjau dari segi sosial-ekonomi masyarakat
yang dimiliki setiap SD. yaitu daerah perbukitan (pegunungan), perkotaan
dan pantura. Dengan perbedaan tersebut menurut peneliti menarik untuk
diteliti mengingat fokus penelitian terletak pada aspek pemberdayaan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan orang yang dapat memberikan data
dan informasi kepada peneliti pada lembaga yang dimaksudkan. Penentuan
subjek penelitian ini dilakukan secara purposive yang didasarkan pada ciriciri pengambilan subjek secara purposive, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Lexy J. Moleong (1996 : 165 - 166) sebagai berikut:
a. Rancangan sampelyang muncul;
b. Pemilihan sampel secara berurutan;
c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel; dan
d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.
Berdasarkan konsep tersebut, maka subjek penelitian ada'ah para
kepala sekolah, guru, orang tua siswa, pemerintah setempat, tokoh
masyarakat, pengurus BP-3 dan Pengurus Dewan Sekolah yang berada di
r
55
SD Negeri Tambakan II Kec. Jalan Cagak dengan pertimbangan LSD Inti;
2.Ketua PKG dan KKKS; 3.Memiliki kemampuan profesional, Perumnas
I Kec. Subang SD percontohan MBS dan Kamarung I Kec. Pagaden Kab.
Subang sebagai LSD Inti; 2. Ketua KKKS; 3.Memiliki kemampuan
profesional.
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Instrumen Penelitian
Dalam instrumen penelitian yang menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan secara kualitatif terfokus kepada peneliti sendiri.
mengingat ia berperan sebagai pengamat penuh dan berperanserta secara
lengkap, sebagaimana yang dinyatakan oleh Lexy .1. Moleong (1996 : 121)
bahwa :
Kedudukan peneliti dalam penelitian cukup rumit, ia sekaligus
merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsiran data dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil
penelitiannya. Oeleh karena itulah, maka peneliti sebagai
instrumen
sangat
relevan
dan
memang
sulit
diganti
kedudukannya.
Lebih lanjut Lexy J. Moleong (1996 : 121 - 123) mengemukakan
ciri-ciri peneliti sebagai instrumen utama, yaitu :
a. Responsif;
b. Dapat menyesuaikan diri;
c.
Menekankan keutuhan;
d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan;
e. Memproses data secepatnya;
f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengikhtisarkan; dan
g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang
tidak lazim dan idiosinkratik.
56
Ditinjau dari segi subjek penelitian, maka kualitas peneliti jelas
sangat diperlukan. Kualitas yang dimaksudkan adalah pribadi yang toleran,
sabar, menunjukkan emphati, manusiawi, terbuka, jujur, objektif dan
penampilan menarik. Mampu bekerja tahan lama, dapat mengatasi
berbagai hambatan di lapangan dan mempunyai perasaan ingin tahu juga
merupakan bagian dari kualitas yang diharapkan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hermawan (1992 : 70) dalam pengumpulan data dikenal
metode dan teknik, metode terdiri dari : (a) sensus, (b) sampling, (c) studi
kasus. (d) studi dokumentasi, (e) wawancara dan (f) observasi. Namun
metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu observasi. wawancara dan
studi dokumentasi. Sedangkan teknik pengumpulan data terdiri dari :
(a) teknik komunikasi (wawancara dan angket) dan (b) teknik pengamatan/
observasi (langsung, tidak langsung dan partisipasi).
a.
Observasi
Izzak Latunussa (1989 : 107) mengemukakan bahwa :
"Observasi merupakan pengamatan terhadap subjek penelitian dengan
memakai alat indera, terutama mata dan membuat catatan hasil
pengamatan itu". Pada penelitian deskriptif, observasi langsung
bermanfaat untuk mengumpulkan data dan informasi, baik mengenai
aspek-aspek material maupun tingkah laku manusia.
Dengan observasi diharapkan dapat memperoleh data yang
benar-benar alami dari berbagai aktivitas subjek penelitian.
57
b.
Wawancara
Izzak Latunussa (1989 : 110) mengemukakan bahwa :
"Wawancara merupakan angket dalam bentuk lisan". Subjek
penelitian atau yang diwawancarai memberikan informasi yang
diperlukan secara verbal melalui kontak langsung. Wawancara
mempunyai kelebihan dari alat lain bila digunakan oleh pewawancara
yang terampil. Pada umumnya peneliti lebih suka bicara daripada
menulis. Apabila pewawancara telah mengadakan hubungan yang erat
dengan pihak yang diwawancarai, maka akan banyak informasi yang
disampaikan.
Wawancara diarahkan pada kebebasan dan kesempatan subjek
penelitian untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan
perasaannya tanpa diatur oleh peneliti. Wawancara yang dialkukan
bersifat
berstruktur dan
disusun
berdasarkan
apa
yang
telah
disampaikan oleh subjek penelitian.
c.
Studi Dokumentasi
Sekalipun dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia melalui
observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber bukan manusia
berupa dokumen. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan
bahan triangulasi untuk mencek kesesuaian data.
Adapun perolehan data dalam penelitian ini juga dilakukan
melalui berbagai dokumen
tentang
pemberdayaan
peranserta
58
masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS yang
dilakukan para kepala sekolah dan guru di SD Negeri Tambakan II
Kec. Jalan Cagak, Perumnas I Kec. Subang dan Kamarung I Kec.
Pagaden Kab. Subang.
D. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data.
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini mengikuti
prosedur atau tahapan sebagaimana yang dikemukakakan oleh S. Nasution
(1996 : 33-34) yaitu : "(1) tahap orientasi, (2) tahap eksplorasi dan (3) tahap
member check". Tahap-tahap tersebut selanjutnya dapat penulis paparkan
sebagai berikut :
1. Tahap Orientasi
Tahap orientasi merupakan tahap awal dari proses penelitian
dengan melakukan prasurvai danpendekatan kepada lembaga atau subjek
penelitian yang dijadikan sumber penelitian. Tahap orientasi juga
berhubungan dengan persiapan persyaratan administratif yang meliputi :
pengadaan surat ijin dari pihak yang berwenang, informasi tentang
subjek penelitian dan data pribadinya yang dibutuhkan harus
dipersiapkan sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Kegiatan ini
dilaksanakan
untuk
memperoleh
gambaran
mengenai
lokasi,
permasalahan dan untuk mengklasifikan fokus penelitian di luar ide
pertama peneliti. Setelah itu dilakukan observasi dan wawancara awal
kepada beberapa subjek penelitian yang diperkirakan menguasai
permasalahan yang akan diteliti. Konteks wawancara dan observasi ini
59
masih bersifat umum agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih
luas, menemukan hal-hal yang khas, penting dan sangat berguna yang
akan dijadikan fokus penelitian sesungguhnya.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam tahap awal ini adalah
mengembangkan komunikasi yang lebih akrab dengan calon responden,
sehingga informasi yang diberikan benar-benar jujur, murni, bebas dari
persepsi dan kepentingan responden. Kegiatan pengumpulan data
dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2002 yang sebelumnya
menghubungi beberapa pihak yang berkepentingan.
2. Tahap Eksplorasi
Setelah peneliti memperoleh fokus penelitian secara akurat,
selanjutnya proses penelitian menuju pada tahap eksplorasi melalui
pelaksanaan wawancara yang lebih mendalam dan lebih terfokus pada
masalah dalam penelitian, lebih berstruktur dan didasarkan pada hasil
wawancara tahap orientasi. Selain itu juga dilakukan observasi terhadap
fokus penelitian, sehingga diperoleh informasi yang lebih mendalam dan
lebih khusus sesuai dengan masalah yang sedang dikaji dalam sasaran
utama penelitian.
Dalam tahap eksplorasi wawancara dilakukan secara lebih
mendalam tentang aspek-aspek yang ada kaitannya dengan ruang lingkup
fokus penelitian, tidak bersifat umum, berstruktur dan dapat memberikan
kejelasan tentang seluruh aspek yang menjadi fokus penelitian. Dalam
hal ini peneliti membutuhkan subjek penelitian yang mampu dan berani
60
memberikan informasi sehubungan dengan fokus penelitian agar data
yang akan diolah benar-benar tepat kepada sasarannya.
3. Tahap Member Check
Tahap ini merupakan tahap ketiga atau terakhir setelah orientasi
dan eksplorasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan pencheckan kembali
atas data dan informasi yang telah diperoleh kepada subjek penelitian.
Hal ini dilakukan agar data atau informasi yang telah terkumpul
merupakan data dan informasi yang benar-benar demikian adanya dan
terjamin keabsahannya, baik dipandang dari pihak peneliti maupun dari
pandangan subjek penelitian.
Sebagai upaya dalam memantapkan hasil penelitian. maka
dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi kepada subjek penelitian
maupun nara sumber lain yang berkompeten. Dengan demkian waktu
pelaksanaan member check dilakukan seiring dengan tahap eksplorasi.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam ciri-ciri penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif berbeda dengan penelitidan deskriptif
yang menggunakan pendekatan kuantitatif, termasuk pula dalam teknik dan
analisis datanya. S. Nasution (1996 : 126) mengemukakan bahwa :
Anaiisis data kualitatif adalah proses menyusun data yang berarti
menggolongkannya ke dalam pola, thema atau kategori agar dapat
ditafsirkan, sehingga memberikan makna kepada analisis,
menjelaskan pola atau kategori dan mencari hubungan antar
konsep.
61
Pendekatan kualitatif pada dasarnya tidak ada satu cara tertentu yang
dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis data, sehingga peneliti harus
mencari sendiri metode yang dirasakan lebih cocok dengan masalah
penelitiannya.
Berpedoman pada konsep analisis data kualitatif tersebut, maka
dengan proses penyusunan data dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya.
Menyusun data tersebut berarti menggolongkan ke dalam pola. thema. unit
atau kategori. Data yang diperoleh dari banyak sumber, diseleksi dan
dibandingkan kemudian dimasukkan ke dalam salah satu unit atau kategori.
Tafsiran atau interpretasi menggambarkan prespektifatau pandangan peneliti
dalam menyusun dan menjelaskan unit atau kategori
yang dapat
menghubungkan berbagai konsep dan memberikan makna kepada analisis
unit atau kategori itu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan
dianalisis dengan berpedoman kepada cara-cara tersebut di atas. Namun
demikian meskipun tidak ada cara khusus dalam teknik pengolahan dan
analisis data, namun demkian penulis dapat memaparkannya
sebagai
berkut :
1. Setiap data yang dikumpulkan peneliti, mengandung berbagai informasi
tentang berbagai hal dan masalah yang berbeda. Oleh karena itu langkah
pertama yang digunakan adalah menentukan fokus penelitian tertentu.
2. Mengorganisaskan data menurut masing-masing fokus penelitian yang
diperoleh dari subjek penelitian melalui observasi dan wawancara.
62
3. Data yang telah diorganisir selanjutnya dianalisis berdasarkan konsensus
dengan merujuk kepada landasan teori yang telah dikemukakan, maka
cara yang peneliti lakukan adalah mengelompokkan data berdasarkan
pertanyaan
penelitian
yang
kemudian
disimpulkan
menjadi
satu
kedalaman makna.
4. Memberikan tafsiran tentang apa yang berhasil diperoleh dari setiap
analisis pertanyaan penelitian dan mencoba menarik kesimpulan secara
inferensial dengan melihat kesamaan dan perbedaan jawaban subjek
penelitian yang dihubungkan dengan teori.
5. Mengingat penelitian ini bersifat diagnostik, maka pada langkah terakhir
diajukan rekomendasi kepada pihak yang berkepentingan.
F. Signifikansi Hasil Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan diperlukan tingkat keberartian hasil penelitian. Tingkat kepercayaan
dalam
penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif
S. Nasution (1996 : 114 - 125) tergantung
(validitas
internal),
(2)
transferabilitas
dan
menurut
kepada : "(1) kredibilitas
(3)
dependabilitas
serta
konfirmabihtas". Untuk lebih jelasnya hal-hal tersebut dapat penulis urakan
sebagai berikut:
1.
Kredibilitas
Kredibilitas dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep
yang ada pada subjek penelitian. Untuk mencapai aspek kebenaran hasil
63
penelitian sehingga dapat dipercaya, maka upaya yang dilakukan untuk
memenuhi kriteria tersebut, antara lain :
a. Waktu penelitian yang benar-benar dihemat, yakni penelitian
naturalistik kualitatif membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
daripada penelitian dengan pendekatan konvensional kualitatif.
Mempertimbangkan mendesaknya waktu penelitian, maka peneliti
mencoba memanfaatkan waktu yang dapat digunakan. Pada awal
penelitian, pengumpulan data dilakukan pada situasi yang natural.
Kekosongan
kegiatan
pada
beberapa
sisi
fokus
penelitian.
dimanfaatkan untuk mengadakan pertemuan dengan para subjek
penelitian yang
keberadaannya sanggup memberikan informasi
tentang data yang dibutuhkan.
b. Triangulasi, yakni dilakukan untuk mengecek kebenaran data dengan
membandingkannya
dengan
data
yang
diperoleh
dari
subjek
penelitian lain. Upaya yang dilakukan dalam rangka triangulasi ini
adalah (1)
membandingkan
hasil
wawancara dengan
hasil
pengamatan dan (2) memperbanyak subjek penelitian untuk setiap
fokus penelitian tertentu.
c. Pembicaraan dengan teman sejawat. Dalam hal ini peneliu
membicarakan hasil catatan lapangan dengan koiega di Program
Pasca Sarjana Konsentrasi Administrasi Pendidkan sehingga dapat
memberikan pandangan-pandangannya yang netral dan objektif.
Pembicaraan ini bertujuan untuk memperoleh kritk dan pertanyaan-
64
pertanyaan yang lebih tajam, kelemahan-kelemahan, bias, tafsiran
yang kurang didukung data atau kurang jelas dan langkah-langkah
perbaikan.
d. Penggunaan referensi, yakni dilakukan sejak awal catatan kecil dibuat
untuk merekam hasil pengamatan yang ditemukan. Rekaman hasil
wawancara dipindahkan dalam bentuk laporan lapangan setelah
dipadukan dengan hasil observasi. Pemberian informasi dilakukan
dalam suasana natural untuk mengurangi kelemahan daya ingat
peneliti yang memang terbatas, maka pembuatan laporan lapangan
dilakukan pada setiap malam hari setelah observasi dan wawancara
dilakukan.
e. Mengadakan member check, yakni pada setiap akhir wawancara
dilakukan konfirmasi dengan subjek penelitian. sehingga ada
kekeliruan dapat diperbaiki atau bila ada kekurangan dapat ditambah
dengan informasi baru. Dengan demikian data yang diperoleh sesuai
dengan yang dimaksudkan oleh subjek penelitian.
2.
Transferabilitas
Dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
transferabilitas bergantung pada si pemakai, yakni sampai manakah hasil
penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi tertentu.
Oleh karena itu transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada
para pemakai.
65
3. Dependabilitas dan Konfirmabihtas
Sebagaimana yang telah dketahui bahwa situasi global pada
hakekatnya bersifat unik dan tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya
seperti semula. Oleh karena itu sangat sulit untuk mengukur konsistensi
hasil penelitian. Untuk itu guna menjaga kebenaran dan objektivitas hasil
penelitian ini dilakukan "audit trail" yakni dengan melakukan
pemeriksanaan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan
memang demikian kejadiannya. Untuk kepentingan ini dilakukan
kegiatan-kegiatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh S. Nasution
(1996: 118) yaitu:
a. Menyusun data mentah;
b. Menyusun unit analisis;
c. Merumuskan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil
sintesis data; dan
d. Melaporkan seluruh proses pengumpulan data.
Demikian hal-hal yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian
ini, sehingga hasilnya dapat memiliki tingkat kebermaknaan yang tinggi
bagi peneliti.
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Perencanaan
Pihak Sekolah
untuk Memberdayakan
Peranserta
Masyarakat dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah
Fungsi perencanaan pihak sekolah (SD) untuk memberdayakan
peranserta masyarakat dalam rangka menghadapi implementasi MBS
dilaksanakan secara manual dan verbal. Manual menunjukkan bahwa
perencanaan merupakan produk kebijakan pengembangan manajerial
administrator sekolah yang bersifat penjabaran rencana makro yang
mengarahkan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas dengan mengacu pada isu sentral
pendidikan yaitu pemerataan dan perluasan kesempatan belajar.
peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi. Perencanan verbal merupakan
perencanaan setiap kepala sekolah yang berwujud visi untuk mencapai
tujuan sekolah jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan di
sekolah cenderung untuk tidak dituangkan dalam bentuk dokumen.
mengingat rencana yang diatur pada pokoknya adalah rencana tindakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa perencanaan
pihak sekolah untuk memberdayakan peranserta masyarakat dalam
rangka menghadapi implementasi MBS ditinjau dari bentuk rencana yang
dibuat, dasar pertimbangan, proses penyusunan dan pihak yang
151
152
dilibatkan sangat bervariatif, artinya ada yang berorientasi pada waktu
dan aktivitas. Pada waktu menunjukkan bawah perencanaan dibuat dalam
bentuk program untuk setiap tiga tahun ke depan, sedangkan aktivitas
berorientasi pada aktivitas pemberian pemahaman kepada orang tua
siswa dan proses pembentukan Dewan Sekolah. Untuk dasar
pertimbangan pembuatan rencana ada yang berdasarkan pada analisis
SWOT, optimalisasi sumber daya pendidikan, inventaris kebutuhan,
tuntutan perkembangan dan misi yang harus dicapai. Proses penyusunan
rencana yang dilakukan sangat sederhana hanya meliputi : pertimbangan
kondisi masyarakat. kebutuhan mendesak. kemampuan Dewan Sekolah.
penyajian dalam bentuk program, inventarisir- perangkat Dewan Sekolah,
sosialisasi kepada masyarakat dan mengadakan rapat. Sedangkan
sebenarnya proses penyusunan rencana harus sesuai dengan yang telah
dkonsepkan, sehingga pemberdayaan peran serta masyarakat dirasakan
akan lebih—berhasil. Untuk pihak yang dilibatkan pada dasarnya
memfokuskan kepada pihak internal dan ekstemal sekolah.
2. Pelaksanaan Pihak Sekolah untuk Memperdayakan Peranserta
Masyarakat dalam Rangka Menghadapi Implementasi Manajemen
Berbasisi Sekolah
Pelaksanaan piha