Evaluasi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Marelan

(1)

EVALUASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN MARELAN

OLEH :

EUIS MUNAWARAH 050709033

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Evaluasi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Marelan

Oleh : Euis Munawarah

NIM : 050709033

Pembimbing I : Dr. Irawati A. Kahar, M.Pd

Tandan Tangan :

Tanggal :

Pembimbing II : Drs. Jonner Hasugian, M.Si

Tandan Tangan :


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Evaluasi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Marelan

Oleh : Euis Munawarah NIM : 050709033

DEPARTEMEN STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

KETUA : Drs. Jonner Hasugian, M.Si

Tanda Tangan :

Tanggal :

FAKULTAS SASTRA

DEKAN : Drs. Saifuddin, MA, Ph.D

Tanda Tangan :


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal dan belum pernah disajikan sebagai salah satu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lian.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, 01 Maret 2010 Penulis,

Euis Munawarah NIM: 050709033


(5)

ABSTRAK

Munawarah, Euis. Evaluasi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Marelan.

Penelitian ini dilakukan di seluruh Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang memiliki perpustakaan sekolah yang ada di kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana tingkat perkembangan perpustakaan SDN, karena SDN mendapatkan bantuan dana dari pemerintah maka sudah sepantasnya perpustakaan SDN tersebut dapat berkembang dengan baik mengingat misi perpustakaan SD adalah menumbuhkembangkan minat baca anak. Evaluasi perpustakaan SDN berdasarkan lima aspek, yaitu aspek layanan, aspek koleksi, aspek teknis, aspek sosial, dan aspek ekonomi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian yaitu sekolah dasar negeri yang memiliki perpustakaan yang berjumlah 8 sekolah dasar. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner dengan analisis data menggunakan metode deskriptif.

Berdasarkan data yang telah didapat, bahwa seluruh SDN di Kecamatan Medan Marelan menggunakan sistem layanan terbuka, dan hanya memiliki layanan sirkulasi. Hanya 3 SDN yang memiliki koleksi fiksi, koleksi non fiksi, koleksi refrensi, dan koleksi audiovisual. Sedangkan 4 SDN tidak memiliki koleksi audiovisual, 1 SDN tidak memiliki koleksi refrensi. Untuk jumlah koleksi, pihak perpustakaan belum memiliki data yang pasti dengan alasan pengelola perpustakaan belum menghitung jumlah keseluruhan koleksi karena ada koleksi yang baru datang dan belum tersusun dengan rapi. Tidak ada pengelola perpustakaan yang berstratifikasi pustakawan. Seluruh biaya operasional didapat dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Secara keseluruhan hasil dari evaluasi ini yaitu keberadaan perpustakaan SDN di Kecamatan Medan Marelan belum dapat mengikuti standard yang di tentukan oleh Perpustakaan Nasional seperti luas ruangan, jumlah koleksi, pengelola perpustakaan yang seharusnya adalah pustakawan, serta layanan perpustakaan yang seharusnya memiliki layanan sirkulasi dan refrensi. Oleh sebab itu perpustakaan SDN di Kecamatan Medan Marelan perlu membenahi aspek-aspek yang diperlukan oleh perpustakaan seperti pustakawan, koleksi, serta pengelolaan perpustakaan itu sendiri.


(6)

KATA PENGANTAR

Berjuta puji dan syukur selalu penulis persembahkan hanya pada ALLAH SWT yang selalu melimpahkan berkah dan nikmat iman kepada penulis sehingga penulis selalu berada di jalan yang benar sesuai dengan kaidah-Nya. Shalawat dan salam selalu dihadiahkan kepada nabi akhir zaman penegak syiar Islam dan contoh kehidupan, Nabi Muhammad SAW yang selalu menyayangi penulis sebagai umatnya. Setelah melewati jalan yang panjang dan cukup melelahkan akhrinya penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini dengan judul ”Evaluasi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Marelan”

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu kritk serta saran selalu penulis harapkan untuk kemajuan ilmu perpustakaan pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada motivator dan inspirasi dalam kehidupan penulis yaitu ibunda Suparni H.R dan Ayahanda M. Badjuri A.R yang memberikan jutaan cinta sehingga penulis tidak pernah merasakan kekurangan cinta itu dan tidak pernah letih untuk terus berusaha menjadi yang terbaik. Ibu dan bapak adalah orangtua juara satu dunia.Terima kasih penulis persembahkan kepada Mas Nanang, Kak Siti serta kedua anaknya Fathir dan Najmu Syakib yang selalu memberikan keceriaan dirumah. Untuk kedua kakak Maulida Isna Ningsih dan Rafikah, yang tak pernah berhenti menyayangi dan memanjakan penulis dengan cinta dan materinya. Semangat dan motivasi keluarga adalah alasan utama selesainya skiripsi ini.


(7)

1. Bapak Dekan Fakultas Sastra USU, Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D

2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si. selaku Ketua Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi dan Dosen Pembimbing II.

3. Ibu Dr. Irawati A. Kahar, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skirpsi ini dengan baik.

4. Seluruh staff pengajar Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi yang telah memberikan pengetahuan dan ilmunya kepada penulis selama penulis kuliah.

5. Untuk dinas pendidikan Cabang Medan Marelan dan seluruh SDN Medan Marelan yang telah membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

6. Untuk Bg Yudi purnomo yang selalu memberikan informasi terkini mengenai perkuliahan sehingga penulis tidak pernah ketinggalan berita. 7. Sahabat sepanjang masa: Siti Aisyah Nur Lubis, Suraya, dan adik kecil

yang sebenarnya besar Khairani Parinduri. Terima kasih untuk tawa, tangis, cerita dan rahasia kita bersama. Kalian tak akan pernah tergantikan. 8. Teman-teman yang menghabiskan waktu bersama selama kuliah, Yona,

Ricka, Irma dan (Almh) Assyra Sulistina. Keberuntungan hidup pernah berjumpa dan berkenalan dengan kalian.

9. Kawan-kawan seperjuangan di HMI Komisariat FS USU. Untuk Izalla (Andini), Ape, Tila, Yuni, Isro, Paijo, Putra, Suaibah dan para pengurus lainnya yang pernah sama-sama berjuang mengibarkan bendera sang hijau hitam di Fakultas Sastra USU.

10. Untuk para kakanda yang banyak memberikan pengetahuan kehidupan dan menjadi teman diskusi yang menyenangkan: Bg Ansor, Bg Palit, Bg


(8)

Zulfan, Bg Darma, Bg Ari, Bg Afif, Kak Echa, Kak Vina, Kak Ebda, dan kakanda lainnya yang selalu memberikan idealisme positif kepada penulis. 11. Teman-teman angkatan 2005: Fajar, Syafii, Rizki, Afar, Zul, Fitri2, Firza, Listika, Teh Titin, lucky, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan. Tak akan ada yang seperti kita karena kita yang teristimewa. 12. Teman masa remaja tempat tertawa dan melakukan kenakalan, untuk

Manapar, Ogi,Yogi, Norma, Bayu, Puguh, Geng Ekor, Lisda (untuk penelitiannya), Lia dan si Kembar.

13. Untuk penerus estafet kepemimpinan kampus: Arif, Arwin, Arya, Achi, Vivi, Jonk’z, Mirza, Elga, Fikar, Isva, Ricky, Dicky dan adik-adik lainnya. Terima kasih telah membuat penulis merasakan menjadi seorang kakak. 14. Terakhir terima kasih banyak untuk keluarga besar HMI Komisariat

Fakultas Sastra USU dan IMPUS. Anugrah yang sangat indah penulis pernah menjadi bagian dari organisasi hebat ini. Semoga semua ilmu, prinsip dan kekeluargaan itu tak akan lekang oleh waktu karena kita yakin usaha sampai.

Akhir kata, terima kasih untuk semua pihak yang telah banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna untuk perkembangan ilmu perpustakaan. Kesempurnaan hanya milik ALLAH dan kekurangan milik penulis sebagai manusia biasa.

Medan, 01 Maret 2010 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah ………...4

1.3 Tujuan Penulisan ………...…... 5

1.4 Manfaat Penulisan ………...…. 5

1.5 Ruang Lingkup ………... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perpustakaan...6

2.2 Pengertian Perpustakaan Sekolah...7

2.2.1 Fungsi dan Tujuan Peprustakaan Sekolah...8

2.2.2 Tujuan Perpustakaan Sekolah...11

2.3 Syarat-Syarat Perpustakaan Ideal... ...12

2.3.1 Gedung atau Ruang Perpustakaan...12

1. Tata Ruang, Dekorasi, dan Penerangan Ruangan………...…13

2. Luas Ruangan………...…………...…...14

2.3.2 Koleksi Perpustakaan………...…...14

1. Jenis-Jenis Koleksi Perpustakan Sekolah………...……15

a.Buku...16

b.BahanBukan Buku………...…..……...16

c.Koleksi Audiovisual………...…………...16

2. Kebijakan Pengembangan koleksi...16

3. Fungsi Koleksi Perpustakaan...17

2.3.3 Pustakawan...18

2.4 Layanan Perpustakaan...20

1. Peminjaman dan Pengembalian...20

2. Layanan Refrensi...21

2.5 Aspek-aspek Evaluasi...22

1. Aspek Teknis...22

2. Aspek Sosial...23

3. Aspek Ekonomi...23

2.5.1 Alat Penilaian Evaluasi...24

2.5.2 Standar Evaluasi...24

2.5.3 Model Evaluasi...24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian...25


(10)

3.3 Populasi...25

3.4 Teknik Pengumpulan Data...25

3.5 Jenis dan Sumber Data...26

3.6 Instrumen Penelitian...27

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Aspek Layanan Perpustakaan Sekolah...28

4.2 Aspek Koleksi Perpustakaan Sekolah...29

4.3 Aspek Teknis Perpustakaan Sekolah...33

4.4 Aspek Sosial Perpustakaan Sekolah...35

4.5 Aspek Ekonomi...38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...40

5.2 Saran...43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabepl 1 ... 29

Tabel 2... 30

Tabel 3 ... 31

Tabel 4 ... 32

Tabel 5 ... 33

Tabel 6 ... 33

Tabel 7... 34

Tabel 8 ... 35

Tabel 9 ... 36

Tabel 10... 37

Tabel 11... 38


(12)

ABSTRAK

Munawarah, Euis. Evaluasi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Medan Marelan.

Penelitian ini dilakukan di seluruh Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang memiliki perpustakaan sekolah yang ada di kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana tingkat perkembangan perpustakaan SDN, karena SDN mendapatkan bantuan dana dari pemerintah maka sudah sepantasnya perpustakaan SDN tersebut dapat berkembang dengan baik mengingat misi perpustakaan SD adalah menumbuhkembangkan minat baca anak. Evaluasi perpustakaan SDN berdasarkan lima aspek, yaitu aspek layanan, aspek koleksi, aspek teknis, aspek sosial, dan aspek ekonomi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Populasi penelitian yaitu sekolah dasar negeri yang memiliki perpustakaan yang berjumlah 8 sekolah dasar. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner dengan analisis data menggunakan metode deskriptif.

Berdasarkan data yang telah didapat, bahwa seluruh SDN di Kecamatan Medan Marelan menggunakan sistem layanan terbuka, dan hanya memiliki layanan sirkulasi. Hanya 3 SDN yang memiliki koleksi fiksi, koleksi non fiksi, koleksi refrensi, dan koleksi audiovisual. Sedangkan 4 SDN tidak memiliki koleksi audiovisual, 1 SDN tidak memiliki koleksi refrensi. Untuk jumlah koleksi, pihak perpustakaan belum memiliki data yang pasti dengan alasan pengelola perpustakaan belum menghitung jumlah keseluruhan koleksi karena ada koleksi yang baru datang dan belum tersusun dengan rapi. Tidak ada pengelola perpustakaan yang berstratifikasi pustakawan. Seluruh biaya operasional didapat dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Secara keseluruhan hasil dari evaluasi ini yaitu keberadaan perpustakaan SDN di Kecamatan Medan Marelan belum dapat mengikuti standard yang di tentukan oleh Perpustakaan Nasional seperti luas ruangan, jumlah koleksi, pengelola perpustakaan yang seharusnya adalah pustakawan, serta layanan perpustakaan yang seharusnya memiliki layanan sirkulasi dan refrensi. Oleh sebab itu perpustakaan SDN di Kecamatan Medan Marelan perlu membenahi aspek-aspek yang diperlukan oleh perpustakaan seperti pustakawan, koleksi, serta pengelolaan perpustakaan itu sendiri.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kutipan Undang-Undang Dasar 1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa” mengartikan bahwa seluruh elemen masyarakat aktif dalam mencerdaskan kehidupan masing-masing. Untuk mencerdaskan kehidupan tersebut, maka masyarakat membutuhkan pendidikan formal yang disebut dengan sekolah. Sekolah mengajarkan pendidikan bagi siswanya untuk dapat keluar dari kebodohan. Tetapi sekolah tentu tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila tidak didukung oleh sarana dan prasarana. Salah satu prasarana sekolah yang mendukung untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa adalah perpustakaan.

Perpustakaan sekolah merupakan sarana informasi bagi siswa dan para pengajar yang ada di lingkungan sekolah untuk menunjang proses belajar mengajar. Perpustakaan Sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Keberadaan perpustakaan sekolah tentu membuat bertambahnya pengetahuan dan daya kreativitas siswa serta guru dalam mengembangkan ilmunya. Karena salah satu fungsi perpustakaan, adalah fungsi informasi dan fungsi pendidikan. Sedangkan menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/0/1981 fungsi perpustakaan sekolah adalah : (a) Sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, (b) pusat penelitian sederhana, (c) pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan, (d) tempat rekreasi.

Melihat fungsi perpustakaan sekolah di atas maka jelas bahwa perpustakaan sangat dibutuhkan bagi sekolah, terutama sekolah dengan pendidikan dasar seperti


(14)

sekolah dasar. Sekolah dasar yang merupakan sekolah awal bagi seorang siswa tentu membutuhkan pendidikan yang dapat menumbuhkembangkan kecerdasan intelektual untuk menjadi modal awal siswa tersebut maju dan mendapatkan pendidikan selanjutnya.Untuk mendukung tujuan tersebut harus beriringan dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia. Oleh sebab itu, sekolah sebagai lembaga yang memiliki otoritas terhadap pendidikan siswanya harus dapat memanfaatkan eksistensi perpustakaan sekolah.

Perpustakaan sekolah dapat difungsikan sebagai institusi penyedia sarana baca cuma-cuma bagi siswa. Melalui koleksi yang dihimpun, perpustakaan sekolah mampu menumbuhkan kebiasaan membaca anak. Oleh sebab itu perkembangan perpustakaan sekolah harus diperhatikan dengan baik. Namun kenyataan yang terjadi di lapangan masih banyak sekolah dasar yang belum memiliki perpustakaan. Dari data Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengungkapkan bahwa hanya 1% dari 260.000 sekolah dasar negeri yang memiliki perpustakaan (Kompas, 25/7/02). Pada tahun 2004 pertumbuhan perpustakaan sekolah dasar hanya bertambah 4% saja, (Suara Merdeka, Rabu 9 Juni 2004) Hal ini jelas bertolak belakang dengan Undang-undang nomor 2 pasal 35 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa setiap sekolah diwajibkan memiliki perpustakaan dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 42 ayat (2) diisyaratkan agar SD/MI atau sederajat sekurang-kurangnya memiliki tenaga perpustakaan dan ruang perpustakaan guna menunjang proses pembelajaran yang berkelanjutan. Hal ini jelas menjadi pertimbangan yang konkrit bagi pemerintah dan dinas pendidikan mengenai perkembangan perpustakaan Sekolah Dasar.


(15)

Pada observasi awal terlihat sekolah yang telah memiliki perpustakaan belum dikembangkan dengan baik, hanya menjadi sebuah ruang dengan tumpukan buku yang berdebu. Kondisi ini mengidentifikasikan bahwa buku-buku tersebut jarang dibaca. Dari beberapa Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang diamati, salah satu SDN yaitu SDN 067262 menyatakan melalui petugas perpustakaannya yaitu “koleksi buku kurang dari 100 judul, tenaga perpustakaan yang belum berkualifikasi pustakawan karena masih menggunakan staf guru yang mengajar pelajaran tambahan, anggaran dana yang kurang untuk mencukupi fasilitas perpustakaan”.

Selain dari itu, di daerah Medan Marelan terdapat 22 SD yang berstatus negeri (Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kota Medan) hanya 8 SDN yang memiliki perpustakaan sekolah. Dari jumlah tersebut pada umumnya perpustakaan belum dikelola dengan baik, karena keadan perpustakan di sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Marelan kurang mendapat perhatian dari pemerintah Kota Medan., demikian juga kondisi ruang kurang memadai, atau tidak lebih besar dari ruang kelas belajar siswa. Ditambah lagi koleksi yang tersedia kurang menunjang kurikulum sekolah seperti buku-buku pelajaran. Kalaupun ada buku pelajaran, itu hanya buku paket yang terbit pada dekade 1990-an, yaitu sumbangan dari Dinas Pendidikan, yang tidak digunakan oleh siswa karena sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum.

Meskipun demikian bukan berarti tidak ada sama sekali bantuan dari pemerintah daerah. Ada beberapa bantuan yang diberi oleh pemerintah, melalui Dinas Pendidikan. Bantuan-bantuan yang diterima oleh SDN di Medan Marelan berupa bantuan dana untuk mendirikan ruang perpustakaan bagi sekolah yang tidak memiliki ruang yang dapat dimanfaatkan untuk ruangan perpustakaan. Bantuan lain yang diterima adalah koleksi-koleksi berupa buku cerita anak yang berasal dari Badan


(16)

Perpustakaan dan Arsip Daerah (BAPERASDA) sedangkan yang menyangkut kurikulum pendidikan belum memadai. Sampai saat ini hanya bantuan itu yang didapatkan oleh pihak sekolah dari pemerintah daerah. Pihak sekolah terus mengupayakan untuk mendapatkan bantuan operasional dari pemerintah sebagai upaya pengadaan perpustakaan sekolah. Ada beberapa kendala yang dihadapi sekolah dalam pengadaan perpustakaan sekolah yaitu, tidak adanya lahan kosong untuk ruang perpustakaan, tenaga profesional yang dapat mengelola perpustakaan dengan baik, serta koleksi yang sesuai untuk pengguna perpustakaan sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah melalui penelitian ini dengan judul “Evaluasi Perpustakan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Marelan”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kondisi perpustakaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Medan Marelan dilihat dari segi aspek layanan, aspek koleksi, aspek teknis, aspek sosial, dan aspek ekonomi?

2. Aspek-aspek apa saja yang dapat menghambat perkembangan perpustakaan sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi perpustakaan SDN di Kecamatan Medan Marelan.

2. Untuk mengetahui penyebab kurang berkembangnya perpustakaan SDN di Kecamatan Medan Marelan.


(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan rujukan bagi pihak sekolah dalam mengambil keputusan dan kebijakan untuk pengembangan perpustakaan sekolah.

2. Sebagai bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian mengenai perpustakaan sekolah.

3. Sebagai masukan kepada pihak pemerintah daerah dan pihak sekolah tentang pentingnya perpustakaan sekolah untuk siwa sebagai media pembelajaran ilmu pengetahuan

4. Sebagai kontribusi empirik di bidang akademik .

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup masalah yang akan dibahas dan diteliti yaitu menyangkut masalah kondisi Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri yang ada di Medan Marelan. Menyangkut kondisi perpustakaan dan hal-hal yang menyebabkan kurang berkembangnya perpustakaan SD di daerah Medan Marelan. Objek penelitiannya adalah perpustakaan yang berada di sekolah–sekolah dasar yang berstatus negeri yang hanya ada di Kecamatan Medan Marelan berjumlah 8 Sekolah Dasar Negeri. Hal-hal yang akan menjadi objek penelitian ini adalah menyangkut lima aspek yaitu (1) aspek


(18)

BAB II

KAJIAN TEOROTIS 2.1 Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti buku atau kitab, ditambah awalan per dan akhiran an sehingga menjadi perpustakaan yang berarti kumpulan buku – buku dan kitab – kitab. Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai suatu tempat yang didalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, komputer, dan lain – lain (Yusuf, 2005: 1)

Selain itu perpustakaan juga dapat diartikan sebagai suatu unit kerja yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. (Membina Perpustakaan Sekolah, 1994: 17).

Selanjutnya menurut Darmono (2007: 1) perpustakaan adalah salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun organisasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (Guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya.

Dalam UU No. 43 Tahun 2007 menjelaskan secara ringkas bahwa:

Perpustakaan merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi pemustaka.

Dari pendapat di atas maka dapat diambil makna bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja yang mengelola informasi baik buku maupun bukan buku agar dapat dimanfaatkan oleh penggunanya.


(19)

2.2 Pengertian Perpustakaan Sekolah

Menurut Surachman (2007: 2), “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah, yang melayani sivitas akademika sekolah yang bersangkutan”. Perpustakaan sekolah sebagai organisasi mikro dari sekolah merupakan organisasi semi otonom yaitu dapat mengambil kebijakan dan keputusan sendiri untuk pengembangan perpustakaan tanpa harus menunggu keputusan dari pihak sekolah. Pihak sekolah, melalui kepala sekolah hanya dapat menyetujui ataupun tidak kebijakan dari perpustakaan.

Sedangkan menurut Soetminah (1992: 34), “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Menurut Yusuf (2007: 2) “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah. Maka secara umum perpustakaan sekolah adalah suatu unit kegiatan yang berada di lingkungan sekolah yang dikelola secara profesional untuk memberikan informasi kepada penggunanya”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah yang melakukan kegiatan menghimpun, mengolah, dan menyebarluaskan informasi baik tercetak maupun tidak tercetak dalam mendukung kurikulum sekolah.

2.2.1 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah memiliki fungsi edukatif, informatif, rekreatif, dan riset atau penelitian. Perpustakaan sekolah sebagai satu unit kerja di lingkungan sekolah harus sejalan dan mendukung tugas – tugas sekolah. Karena tugas – tugas sekolah


(20)

telah disusun berdasarkan kurikulum sekolah, maka perpustakaan sekolah juga harus mampu mendukung kurikulum sekolah. Dalam manifesto kebijakan IFLA/ UNESCO mengenai pedoman perpustakaan sekolah terdapat misi perpustakaan sekolah yaitu “perpustakaan sekolah dalam pendidikan dan pembelajaran untuk semua. Dengan penjelasan bahwa:

Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan fondasi agar berfungsi secara baik di dalam masyarakat masa kini yang berbasis informasi dan pengetahuan. Perpustakaan sekolah merupakan sarana bagi para murid agar terampil belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikir agar mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

Perpustakaan Sekolah menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981, mempunyai fungsi sebagai :

a. Pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum sekolah

b. Pusat Penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.

c. Pusat membaca buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (buku-buku hiburan).

Menurut Soeatminah (1992: 12) “Perpustakaan Sekolah berfungsi sebagai sarana yang dapat :

1. Meningkatkan kemampuan berpikir dan menanamkan kebiasaan belajar sendiri sesuai dengan bakatdan perkembangannya. 2. Menanamkan pengetahuan yang terpadu sebagai gabungan dari mata pelajaran sesuai dengan kurikulum sekolah.

3. Menaikkan prestasi keilmuan melalui bahan bacaan”. Fungsi perpustakaan sekolah adalah:

1. sebagai pusat belajar mengajar. Perpustakaan sekolah berfungsi membantu program pendidikan pada umumnya, serta sesuai dengan tujuan kurikulum masing-masing. Mengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber informasi. Bagi guru, perpustakaan sekolah merupakan tempat untuk membantu guru mengajar, juga tempat bagi guru untuk memperkaya pengetahuan.


(21)

2. membantu anak didik memperjelas dan memperluas pengetahuannya tentang suatu pelajaran di kelas dan mengadakan penelitian di perpustakaan .

3. mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca yang menuju kebiasaan mandiri.

4. membantu anak untuk mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya. 5. membiasakan anak untuk mencari informasi di perpustakaan. Kemudian

anak mencari informasi dalam perpustakaan akan menolongnya kelak dalam pelajaran selanjutnya.

6. peprustakaan sekolah merupakan tempat memperoleh bahan rekreasi sehat, melalui buku bacaan fiksi.

7. perpustakaan sekolah memperluas kesempatan belajar bagi murid-murid. (Perpustakaan Nasional RI, 1992: 12)

Selain itu menurut Hasugian, (2009: 82-85) fungsi perpustakaan secara umum adalah:

(a) Penyimpanan. Salah satu tugas pokok perpustakaan adalah menyimpan bahan perpustakaan yang diterimanya. Tugas inilah yang menyebabkan perpustakaan selalu disebut dengan istilah document storage. Sebab semua jenis perpustakaan melakukan fungsi ini.

(b) Pendidikan. Perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku selalu dihubungkan dengan kegiatan belajar dan kegiatan belajar adalah merupakan bahagian dari dunia pendidikan.

(c) Penelitian. Kegiatan penelitian mutlak memerlukan jasa perpustakaan. Perpustakaan bertugas menyediakan bahan perpustakaan (penyedia materi) untuk keperluan penelitian.

(d) Informasi. Perpustakaan adalah institusi pengelola informasi. Perpustakaan menyediakan informasi bagi pemakai.

(e) Kultural. Perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya bangsa khususnya yang berupa media yang merekam informasi, naskah, manuskrip dan/atau dokumen lainnya.

(f) Fungsi Rekreasi. Pengguna perpustakaan dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca

Perpustakaan yang memiliki fungsi edukatif, informatif, rekreatif, dan riset dan penelitian akan dijelaskan sesuai dengan fungsinya masing – masing karena setiap fungsi memiliki pengertian dan penjelasan yang berbeda.

Menurut Yusuf (2007: 4) “Fungsi yang pertama dalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif adalah segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep – konsep pengetahuan, sehingga dikemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut.

Fungsi kedua dari perpustakan yaitu fungsi informatif , pengertian fungsi informatif adalah mengupayakan penyediaan koleksi perpustakaan yang


(22)

bersifat “memberi tahu” akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan para siswa dan guru.

Fungsi ketiga adalah fungsi rekreatif, fungsi ini memang bukan fungsi utama sebuah perpustakaan, melainkan hanya fungsi pendukung perpustakaan.

Fungsi yang keempat adalah fungsi riset dan penelitian. yaitu koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya kegiatan penelitian sederhana”.

Keempat fungsi perpustakaan di atas menjelaskan bahwa perpustakaan memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses pengembangan belajar siswa. Karena perpustakaan bukan hanya sebuah gedung dengan tumpukan buku, melainkan perpustakaan adalah sebuah organisasi mikro yang memiliki peran yang penting untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.2.2 Tujuan Perpustakaan Sekolah

Setiap hal yang dilakukan pasti memiliki alasan dan tujuan mengapa hal itu dilakukan. Begitu juga dengan perpustakaan, perpustakaan didirikan pasti memiliki tujuan. Tujuan itu tentu tidak akan terlepas dari tujuan institusi induknya. Perpustakaan sekolah memiliki tujuan yang mendukung tujuan dari sekolah yang bersangkutan.

Perpustakaan Nasional RI ( 1992: 10) membagi tujuan kedalam dua bagian yaitu bagian umum dan bagian khusus. Tujuan perpustakaan sekolah secara umum adalah: Perpustakaan sekolah diselenggarakan sebagai suatu perangkat kelengkapan pendidikan untuk bersama dengan kelengkapan-kelengkapan yang lain guna meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa berdasarkan system pendidikan yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan perpustakaan secara khusus diselenggarakan sebagai berikut yaitu : 1. Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca khususnya

serta mendayagunakan budaya tulisan dalam sector kehidupan.

2. Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta memanfaatkan informasi.

3. Mendidik murid agar dapat mempelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat dan berhasil guna.


(23)

5. Memupuk minat dan bakat.

6. Menumbuhkan aspirasi terhadap pengalaman imajinatif.

7. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri.

Sedangkan menurut Yusuf ( 2005: 3) menjelaskan tujuan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :

1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa.

2. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan pustakawan.

3. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.

4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan pelaksanaan kurikulum.

5. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat belajar bagi para siswa.

6. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar para

siswa dengan membaca buku dan koleksi lain yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.

7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang besifat kreatif dan ringan seperti fiksi, cerpen, dan lainnya.

2.3 Syarat –Syarat Perpustakaan Sekolah Yang Ideal

Syarat-syarat suatu perpustakaan menurut Perpustakaan Nasional RI adalah: 2.3.1. Ruangan Perpustakaan Sekolah

Menurut Yusuf ( 2005: 95 ) fungsi ruangan perpustakaan secara umum adalah untuk :

1. Tempat para petugas melaksanakan kegiatan-kegiatan perpustakaan, yakni menghimpun, mengolah, dan kemudian melayankan kepada pengguna. 2. Tempat penyimpanan koleksi perpustakaan, baik yang fungsinya sebagai

koleksi dasar pendukung kurikulum sekolah maupun koleksi penunjang. 3. Tempat dilaksanakannya kegiatan rutin secara bersama para siswa pada

saat-saat tertentu.

Ruangan yang baik adalah ruangan yang dapat menampung semua kegiatan perpustakaan sehingga proses penyelenggaraan perpustakaan tidak terhambat.


(24)

1. Tata Ruang, Dekorasi, dan Penerangan Ruangan

Dalam menata ruangan perpustakaan sekolah ada hal-hal yang harus diperhatikan agar ruangan terasa nyaman oleh pengguna. Perpustakaan Nasional RI (1992: 25) menjelaskan bahwa ruangan perpustakaan diatur sehingga :

a. Aktifitas layanan perpustakaan dapat berlangsung dengan lancar. b. Para pengunjung tidak saling mengganggu waktu bergerak dan belajar. c. Memungkinkan pertukaran udara dan masuknya sinar matahari dalam

ruangan.

d. Pengawasan dan pengamanan bahan pustaka dapat dilaksanakan dengan baik.

Dekorasi sebuah perpustakaan sekolah sebaiknya dibuat secara sederhana dan sesuai dengan tingkatan pendidikan sekolah. Karena perpustakaan sekolah dasar, menengah, dan tingkat atas memiliki perbedaan usia. Sehingga sebaiknya peprustakaan sekolah mengikuti situasi diamana perpustakaan sekolah itu berada.

Penerangan ruangan juga menjadi perhatian bagi penyelenggaraan suatu perpustakaan. Hal yang dianggap kecil namun cukup berpengaruh terhadap kinerja perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI ( 1992: 25 ) menjelaskan bahwa:

a. Menggunakan cahaya matahari sebagai penerangan ruangan dengan catatan jangan samapai langsung kena buku, pantulan sinar benda bergerak di luar jangan mengganggu.

b. Jika menggunakan sinar lampu listrik, pergunakan jenis lampu yang tidak menghasilkan sinar yang menyilaukan.

2. Luas Ruangan

Penentuan luas ruangan juga memperhatikan aturan yang berlaku yang ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional. Karena sebuah ruangan perpustakan harus dibuat senyaman mungkin untuk pengguna perpustakaan, dan faktor luas ruangan sangat berpengaruh. Luas ruangan harus disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan.

Dalam standar ukuran luas dari Perpustakaan Nasional yaitu 3m² untuk setiap siswa, selanjutnya dikalikan 10,5 dari populasi siswa. (Yusuf, 2005: 97). Sebagai contoh, sebuah perpustakaan sekolah dasar negeri memiliki siswa sebanyak 420


(25)

orang yang terdiri dari kelas satu sampai kelas enam. Maka berdasarkan hitungan di atas adalah :

10,5 x 420 x 3m² = 132,3m² , dibulatkan menjadi 132m²

132m² merupakan luas yang ideal untuk sebuah perpustakaan sekolah dasar dengan siswa sebanyak 420 orang.

2.3.2. Koleksi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan dapat disebut sebagai perpustakaan bila perpustakaan tersebut memiliki koleksi perpustakaan. Perpustakaan dapat menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi bila ada koleksi sebagai informasi yang akan disebar untuk pengguna.

Dalam buku “Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan” karya.(Yusuf, 2005: 22) dijelaskan bahwa “Koleksi perpustakaan sekolah adalah sejumlah bahan atau sumber-sumber informasi, baik berupa buku ataupun bahan bukan buku, yang dikelola untuk kepentingan proses belajar dan mengajar di sekolah yang bersangkutan”.

Melihat pengguna perpustakaan sekolah yang merupakan siswa SD, dimana para siswa itu masih dibina untuk mendorong minat baca. Untuk mendukung tujuan perpustakaan sekolah yaitu membantu mengembangkan belajar siswa agar menjadi lebih kreatif dan imajinatif sebagai upaya belajar mandiri dalam menemukan kebutuhan informasi. Maka, koleksi perpustakaan harus sesuai dengan tujuan tersebut. Menurut Yusuf (2005: 24) perbandingan antara jenis koleksi fiksi dan non fiksi adalah 60:40. Maksudnya adalah 60% untuk katagori jenis koleksi fiksi dan 40% untuk jenis koleksi non fiksi.

Dalam Perpustakaan Nasional (1994: 24) dijelaskan ada dua hal yang harus diperhatikan pihak perpustakaan sekolah yaitu:


(26)

1. Koleksi Dasar, yaitu setiap sekolah memulai dengan suatu koleksi dasar dengan perbandingan 10 (sepuluh) judul untuk setiap murid. Koleksi ini diharapkan dapat disusun dalm waktu lima tahun. Koleksi dasar merupakan 50% dari jumlah koleksi minimum yang hendaknya dapat dicapai dalam waktu sepuluh tahun.

2. Pengembangan, yaitu setelah tercapai koleksi dasar, selanjutnya untuk pemeliharaannya dan penggantian koleksi yang telah ada, diperlukan penambahan setiap tahunnya kurang lebih 10% dari jumlah koleksi yang ada. Di samping itu masih diperlukan penambahan seperlunya (kurang lebih 10%) untuk mencapai koleksi minimum yang ditargetkan. Sesudah tahun yang kesepuluh pertumbuhan itu hanya untuk pemeliharaan dan penggantian.

2.3.2.1 Jenis – Jenis Koleksi Perpustakaan Sekolah

Jenis koleksi perpustakaan sekolah dapat dikelompokkan ke dalam katagori buku dan bukan buku. Buku adalah bahan perpustakaan yang berupa semua jenis buku teks, contohnya adalah buku pelajaran sekolah. Bahan bukan buku yaitu jenis koleksi perpustakaan yang bukan termasuk dalam katagori bukan buku teks. Contohnya adalah majalah, Koran, dan lain-lain. Hal ini akan dijelaskan lebih mendalam pada bagian berikut yaitu: (a) buku, (b) bahan buakn buku, dan (c) koleksi audiovisual.

a. Buku

Buku masih merupakan bahan perpustakaan yang utama untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Buku terdiri dari buku fiksi dan buku non fiksi. “Buku fiksi adalah buku cerita ciptaan seseorang pengarang berdasarkan khayalan. (Perpustakaan Nasional RI, 1992: 19 ). Yang termasuk kedalam golongan buku fiksi antara lain ada fiksi umum, fiksi ilmiah, dan fiksi sastra . Contohnya adalah novel, cerpen, komik dan lain-lain.

Menurut pandapat Yusuf (2005: 10) “Buku non fiksi adalah mereka ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan budaya sekitar kita”. Contoh dari buku


(27)

ensiklopedia, buku tahunan, buku pedoman, almanak, indeks, bibliografi, abstrak, dan atlas.

b. Bahan Bukan Buku

Yang dimaksud dengan bahan bukan buku adalah bahan ataupun koleksi perpustakaan yang masih dalam bentuk cetakan namun bukan berupa buku, hal ini dikemukakan oleh Yusuf (2005: 2). Contoh koleksi bahan bukan buku adalah majalah, surat kabar, brosur, pamphlet, globe, dan koleksi lainnya.

c. Koleksi Audiovisual

Menurut Yusuf (2005: 23) “yang dimaksud dengan koleksi audiovisual adalah koleksi perpustakaan yang dibuat atas hasil teknologi elektronik bukan bahan hasil dari cetakan kertas. Contohnya adalah film, microfilm, kaset, slide, mikrofis, filmstrip, video, dan koleksi lainnya.

2.3.2.2 Kebijakan pengembangan koleksi

Pengembangan koleksi merujuk beberapa kebijakan dari perpustakaan yang bersangkutan. Secara umum ada beberapa kebijakan pengembangan koleksi.

Menurut Evans, (2000: 72-73) some people suggest that a collection development policy would be more practical if it also incorporated material that allowed the document to serve as a bibliographer’s manual. Other suggest preparing mini-policies for specialized service programs. The additional information needed to make the policy bibliographer’s manuali will not make the document not too lengthy. Providing information about the characteristic of the user population, in addition to simply indentifying who the library serve, will assist newly hired bibliographers in understanding the customer base.

Secara umum, pengembangan koleksi perlu merujuk pada prinsip – prinsip pengembangan koleksi, yaitu sebagai berikut :


(28)

pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi kepada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.

2. Kelengkapan, koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada dalam kurikulum.

3. Kemuktahiran, selain masalah kelengkapan, kemuktahiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemuktahiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit. 4. Kerjasama unsur- unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada

kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien.

3. Fungsi Koleksi Perpustakaan Sekolah

Dengan memperhatikan fungsi perpustakaan sekolah, maka fungsi koleksi perpustakaan juga harus sesuai dengan fungsi perpustakaan sekolah. Dalam buku pedoman perpustakaan sekolah (Depdikbud, 1979: 2) dijelaskan fungsi koleksi perpustakan adalah:

a. Membantu para pelajar melaksanakan penyelidikan dan mencari keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapat dari kelas.

b. Dari sumber-sumber pengetahuan yang beraneka ragam, seorang anak dapat mengetahui bahwa berbagai informasi dapat diberikan dengan cara yang berbeda, daya tariknya akan terpupuk apalagi kalau ia menemukan keterangan yang bertentangan mengenai masalah yang sama dalam buku-buku yang berbeda judul dan pengarang.

c. Perpustakaan yang baik juga harus dapat membantu seorang murid mengembangkan kegemarannya.

d. Perpustakaan sekolah harus menyebarkan ke seluruh sekolah bacaan untuk memupuk kebiasaan membaca.

e. Perpustakaan yang dipimpin dan diatur dengan baik juga memberikan pendidikan tanggung jawab kepda seorang anak sebagai warga negara.


(29)

2.3.3. Pustakawan

Pustakawan merupakan tenaga profesional yang bertugas mengelola perpustakaan. Seorang pustakawan untuk perpustakaan sekolah haruslah pustakawan yang terampil, cerdas, kreatif dan berwawasan luas. Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam Hermawan (2006: 45) menjelaskan bahwa

pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.

Menurut Anthony Tilke (2002: 11) dijelaskan bahwa the librarian is the head of the school’s library and information service. (pustakawan adalah kepala dari perpustakan sekolah dan layanan informasi)

Masih menurut Tilke (2002: 11) adalah

A school librarian needs to possess knowledge and technical expertise, management skills and a number of competencies.(seorang pustakawan sekolah membutuhkan kemampuan sendiri dan keahlian teknis, kemampuan manajemen dan sebuah kompetensi)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2009 pasal 21 nomor 1 tentang standar nasional perpustakaan dijelaskan bahwa pustakawan memiliki kualifikasi akademik paling rendah serjana (S1) atau Diploma IV (D-IV) di bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi. Sedangkan pasal 21 nomor 2 dijelaskan seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya serjana (S1) atau Diploma IV (D-IV) di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan bidang perpustakaan.

Seorang pegawai perpustakaan tidak hanya berstratafikasi pustakawan, peagawai perpustakaan atau pustakawan harus memiliki kompetensi dalam hal pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Ketiga hal ini harus dimiliki pustakwan


(30)

untuk mengembangkan perpustakaannya. Menurut Darmono (2007: 261) ada lima jenis kompetensi yang harus dimiliki pustakawan yaitu:

1. Motif, adalah hal yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang yang dapat mendorong dan melahirkan suatu kegiatan.

2. ciri-ciri, yang diamksud disini adalah ciri-ciri yang nampak dan tanggapan yang ajek (konstan) yang dimiliki terhadap sebuah keadaan atau situasi. 3. Konsep diri, adalah sikap atau nilai atau ciri-ciri dari seseorang.

4. pengetahuan, adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang khusus.

5. keterampilan, adalah kemapuan untuk melaksanakan kegiatan fisik atau mental tertentu.

<

2.4 Layanan Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sebuah orgnisasi yang menawarkan jasa bukan produk. Jadi sudah semestinya perpustakaan harus melayani penggunanya dalam menyalurkan jasanya. Dalam perpustakaan layanan merupakan hal yang utama, karena kualitas sebuah perpustakaan dilihat dari layanannya terhadap pengguna sebagai penikmat jasa perpustakaan.

Menurut Yusuf dalam bukunya yang berjudul pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah, layanan perpustakaan terbagi dua yaitu layanan langsung dan layanan tidak langsung. Layanan langsung yaitu layanan yang langsung berhubungan dengan pengguna perpustakaan seperti layanan sirkulasi, refrensi dan layanan pengguna. Sedangkan layanan tidak langsung adalah layanan yang dilakukan oleh perpustakaan berupa pemberian motivasi kepada para pengguna untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan.

Sedangkan menurut Darmono (2007: 171) jenis layanan perpustakaan sekolah adalah:

1. Pelayanan peminjaman bahan pustaka (pelayanan sirkulasi) yaitu, pelayanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Dalam pelayanan ini biasanya digunkan sistem tertentu, dengan aturan peminjaman yang disesuaikan dengan kondisi perpustakaan.


(31)

2. Pelayanan refrensi yaitu, pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedia, almanak, direktori, buku tahunan, yang berisi informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan dan hanya untuk dibaca di tempat.

3. pelayanan ruang baca yaitu, pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Pelayanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan.

Ada beberapa aktifitas layanan yang dilakukan di perpustakaan sekolah dalam Perpustakaan Nasional (1994: 71) adalah sebagai berikut:

1. Meminjamkan buku-buku.

2. Melayani kebutuhan-kebutuhan pelajaran dalam kelas.

3. Menyediakan sumber-sumber informasi bagi murid atau guru perorangan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan murid atau guru tentang berbagai jenis sekolah.

4. Sekolah yang mempunyai perpustakaan yang dikelola dengan baik ditempatkan dalam ruangan cukup besar dengan mobiler yang memadai dapat mengadakan “jam perpustakaan”.

5. mendidik anak untuk dapat mencari informasi secara mandiri.

6. melatih anak untuk mahir dalam menggunakan bahan perpustakaan: memakai kamus, ensiklopedia, membaca peta dan globe, mengadakan penelitian sesuai dengan tugas dari guru.

2.4.1. Peminjaman dan Pengembalian

Layanan peminjaman dan pengembalian disebut juga layanan sirkulasi. Artinya koleksi dipinjam oleh pengguna, dan keluar dari lokasi perpustakaan. Dan koleksi dikembalikan oleh pengguna untuk kemudian masuk ke perpustakaan. Hal ini berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan. Inilah yang disebut perputaran koleksi.

Menurut Yusuf (2005: 73) prosedur yang dilakukan dalam peminjaman adalah:

1. Dalam sistem pelayanan terbuka para peminjam bisa mencari buku yang dibutuhkan melalui katalog. Kemudian menelusurnya ke rak buku sesuai dengan petunjuk dikatalog. Setelah peminjam mendapatkan buku, maka dia langsung meyerahkan kepada petugas untuk diproses.

2. Petugas mengeluarkan kartu buku dari kantongnya, kemudian menulis nama peminjam dan tanggal kembali buku.


(32)

3. Mengisi kartu peminjaman sesuai dengan lajur-lajur atau kolomnya.

4. Terakhir, petugas mulai menyusun kartu buku dan kartu peminjaman kedalam laci masing-masing. Kartu buku disusun berdasarkan urutan tanggal kembali dan nomor klasifikasi. Sedangkan kartu peminjaman disusun berdasarkan abjad nama peminjam.

Masih menurut Pawit M. Yusuf dalam proses pengembalian prosedurnya adalah:

1. Buku-buku yang dikembalikan oleh peminjam keperpustakaan, yang pertama dilakukan adalah memeriksa keutuhan buku kalau-kalau ada tang rusak.

2. Setelah diperiksa dan ternyata masih utuh, maka petugas mengambil kartu buku dan memasukkannya kembali kedalam kantong buku. Kemudian petugas mencatat tanggal pengembalian yang terdapat pada kartu peminjaman.

3. Selanjutnya petugas menyimpan kartu peminjaman kemabli kedalam laci, dan buku tersebut langsung disimpan ke rak buku.

2.4.2. Layanan Refrensi

Untuk perpustakaan sekolah, layanan refrensi belum begitu tampak kegiatannya. Hal ini karena jumlah pengguna yang masih sedikit dan kegiatan yang dilakukan perpustakaan belum banyak. Menurut Pawit M.Yusuf (2005: 76) yang termasuk ke dalam jenis pelayanan refrensi di perpustakaan sekolah misalnya, hanya berupa menjawab pertanyaan para guru dan siswa dalam kaitannya dengan masalah pendidikan dan informasi yang disediakan oleh perpustakaan.

2.5 Aspek-aspek Evaluasi

Untuk mengevaluasi perpustakaan sekolah perlu diperhatikan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Menurut Soekarwati (1995: 29) ada tiga aspek yang harus diperhatikan melakukan suatu evaluasi yaitu:

1. Aspek teknis 2. Aspek sosial 3. Aspek ekonomi


(33)

1. Aspek Teknis

Aspek teknis ini berkaitan dengan bentuk fisik ataupun jasa antara input dan output. Menurut Soekarwati (1995: 29) Aspek teknis ini penting sekali karena kegiatan aspek yang dilakukan akan tergantung dari tersedianya sumberdaya baik berbentuk fisik (barang) maupun jasa. Dalam perpustakaan aspek teknis yaitu mengevaluasi ketersediaan sumberdaya perpustakaan yaitu koleksi perpustakaan dan pustakawan sebagai pengelola perpustakaan serta jasa dan layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaan. Koleksi yang dieavaluasi menyangkut jumlah koleksi, jenis koleksi, dan pengembangan koleksi pada perpustakaan sekolah.

Layanan perpustakaan yang akan dieavaluasi adalah bentuk layanan yang ditawarkan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan dan jenis layanan-layanan apa saja yang terdapat di perpustakaan sekolah.

Berikut yang dievaluasi dalam aspek teknis adalah pustakawan atau pegawai perpustakaan yang bertugas mengelola perpustakaan. Hal yang akan dievaluasi adalah status pegawai perpustakaan yang sudah atau belum berstratifikasi pustakawan. Dan hal-hal apa saja yang sudah dilakukannya untuk pengembangan perpustakaan sekolah.

2. Aspek Sosial

Sebuah perpustakaan berdiri harus memperhatikan aspek sosial dimana perpustakaan itu berada. Sebuah perpustakaan sekolah harus dapat melihat kondisi pengguna perpustakaan. Walaupun pengguna perpustakaan sekolah adalah siswa, tetapi perlu diperhatikan kondisi sosial siswa sekolah tersebut. Menurut Soekarwati (1995: 30) aspek sosial perlu mendapat perhatian apalagi kalau proyek pembangunan


(34)

tersebut dilakukan di suatu daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan (adat) yang sensitif sifatnya terhadap perubahan teknologi.

Dalam aspek ini akan dititikberatkan evaluasi mengenai tujuan perpustakaan yaitu membantu mengembangkan belajar siswa agar menjadi lebih kreatif dan imajinatif sebagai upaya belajar mandiri dalam menemukan kebutuhan informasi. Sehingga tujuan perpustakaan dapat dirasakan kepada pengguna perpustakaan.

3. Aspek Ekonomi

Menurut Soekarwati (1995: 30) aspek ekonomi yaitu mencakup aspek pembiayaan dan manfaat proyek pembangunan secara keseluruhan. Dalam hal ini aspek ekonomi tentu berbeda dengan aspek finansial karena aspek ekonomi tidak hanya berbicara mengenai pembiayaan, tetapi nilai ekonomis suatu perpustakaan. Apakah perpustakaan sekolah merupakan hal yang sangat penting atau hanya sebuah persyaratan akreditasi lembaga yang terkait.

2.5.1 Alat Penilaian Evaluasi

Mengevaluasi sebuah masalah berarti menilai letak permasalahan yang terjadi. Dalam evaluasi terdapat penilaian yang terdiri dari dua alat. Menurut Umar (2002: 45) alat penillaian evaluasi yaitu tes dan non-tes. Alat yang berupa non-tes dapat berupa (1) skala bertingkat untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan, dan nilai, (2) wawancara, (3) pengamatan. Penggunaan alat-alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di evaluasi.

2.5.2 Standar Evaluasi

Untuk mengukur standar evaluasi dapat dilihat melalui tiga aspek. Hal ini yang dikemukan oleh Umar (2002: 40) yaitu:

1. Utility (Manfaat). Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan.


(35)

3. Feasibility (layak). Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.

2.5.3 Model Evaluasi

Menurut Umar (2002: 41) ada beberapa model yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi yaitu:

1. Sistem Assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.

2. Program Planning, yaitu evaluasi yang membantu pemilihan aktivitas-aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

3. Program Implemintation, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat menganggu pelaksanaan kegiatan.

Berdasarkan teori-teori yang diuraikan diatas, maka perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah yang mengumpulkan, mengolah, dan memberi informasi baik tercetak maupun non tercetak dengan melihat berbagai aspek (1) aspek layanan, (2) aspek koleksi, (3) aspek teknis, (4) aspek sosial, dan (5) aspek ekonomi dalam proses pelaksanaannya agar fungsi dan manfaat perpustakaan dapat dirasakan dengan baik oleh pengguna perpustakaan


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Menurut Nazir (1999: 64) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang mempelajari masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, seperti kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah dasar negeri di kecamatan Medan Marelan, Kota Madya Medan. Joko Subagyo (1997:35) menyatakan bahwa lokasi penelitian adalah suatu areal dengan batasan yang jelas agar tidak menimbulkan kekaburan dengan kejelasan daerah atau wilayah tertentu.

3.3 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik dalam penelitian.

Dari 22 SDN yang ada di Kecmatan Medan Marelan, hanya ada 8 SDN yang memiliki perpustakaan sekolah. Dari delapan SDN tersebut, yang akan menjadi populasi adalah pegawai/pengelola perpustakaan atau orang yang bertanggung jawab atas perpustakaan SD.

3.4 Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(37)

1) Observasi, menurut Subagyo (1999: 63 ) “Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis kemudian dilakukan pencatatan. Dalam penelitian ini observasi yang akan dilakukan yaitu mengamati objek perpustakaan SD yang akan dievaluasi.

2) Kuesioner, menurut Subagyo (1999: 55) kuesioner juga merupakan alat pengumpul data. Kuesioner diajukan pada responden dalam bentuk tertulis disampaikan secara langsung ke alamat responden, kantor, atau tempat lain.

3) Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai literatur dan dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Ada dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Kedua sumber data itu adalah:

1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari responden melalui kuesioner, yaitu memeberikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan responden tinggal menjawab dari daftar pertanyaan yang diberikan.

2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan seperti buku, jurnal, majalah, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian.

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yaitu sejumlah informasi yang diperoleh dari hasil tanya jawab dengan responden.


(38)

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. (Sugiono, 2002: 84). Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan teknik menganalisis hasil data yang telah diperoleh dari hasil jawaban-jawaban yang telah ditanyakan. Metode deskripitf yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan secara deskriptif hasil dari data yang telah terkumpul. Metode yang digunakan melalui kuesioner dan observasi, dimana responden diberi daftar pertanyaan namun terdapat jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Kemudian jawaban yang diberikan oleh responden diinterpretasikan melalui jabaran deskrptif dengan mengaitkan teori-teori yang telah dikemukakan. Dari hasil observasi, penulis berperan aktif mengamati kondisi perpustakaan untuk melihat perpustakaan sesuai atau tidak dengan standard suatu perpustakaan yang telah ditentukan oleh Perpustakaan Nasional. Dengan hasil ini maka akan dapat terlihat keadaan perpustakaan sekolah dasar negeri di kecamatan Medan Marelan apakah sudah sesuai dengan kriteria perpustakaan sekolah yang ideal atau tidak.


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Aspek Layanan Perpustakaan Sekolah

Pada perpustakaan terdapat dua jenis layanan perpustakaan, yaitu layanan terbuka dan layanan tertutup. Unntuk mengetahui sistem layanan pada Perpustakaan sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Marelan dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel-1: Sistem Layanan Perpustakaan Sekolah Dasar Negeri No Nama Sekolah Sistem Layanan 1 SD Negeri 064996 Terbuka 2 SD Negeri 065004 Terbuka 3 SD Negeri 066659 Terbuka 4 SD Negeri 067249 Terbuka 5 SD Negeri 067256 Terbuka 6 SD Negeri 067260 Terbuka 7 SD Negeri 067264 Terbuka 8 SD Negeri 060954 Terbuka

Pada Tabel di atas terlihat semua SD Negeri menggunakan sistem layanan terbuka untuk melayani pengguna perpustakaan dalam hal ini adalah siswa. Siswa dapat mengambil sendiri koleksi perpustakaan dan membaca koleksi tersebut di ruang perpustakaan. Sistem layanan terbuka yang ditawarkan oleh perpustakaan cocok untuk siswa SD, karena mereka dapat mengambil sendiri buku yang ingin dibacanya. Hal ini mendidik mereka untuk belajar mandiri dalam mencari informasi yang mereka butuhkan.

Sedangkan jenis layanan yang ditawarkan perpustakaan untuk siswa dapat dilihat dari Tabel berikut ini.


(40)

Tabel-2: Layanan Yang Ditawarkan Untuk Pengguna Perpustakaan

No Nama Sekolah Jenis Layanan

1 SD Negeri 064996 Layanan Sirkulasi 2 SD Negeri 065004 Layanan Sirkulasi 3 SD Negeri 066659

4 SD Negeri 067249 Layanan Sirkulasi 5 SD Negeri 067256 Layanan Sirkulasi 6 SD Negeri 067260 Layanan Sirkulasi 7 SD Negeri 067264 Layanan Sirkulasi

8 SD Negeri 060954 Layanan Sirkulasi & Refrensi

Tabel di atas, menunjukkan tujuh SD negeri memiliki layanan sirkulasi, yaitu layanan peminjaman dan pengembalian. Satu SD memiliki dua layanan sekaligus, yaitu layanan sirkulasi dan layanan refrensi. Sedangkan satu SD negeri tidak memberikan layanan sirkulasi, karena pihak perpustakaan tidak mengizinkan siswa membawa pulang koleksi perpustakaan. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran siswa untuk mengembalikan koleksi kepada perpustakaan. Akhirnya pihak perpustakaan mengambil kebijakan bahwa koleksi hanya dapat dibaca di ruang perpustakaan. Namun bila layanan sirkulasi tidak ada, maka perpustakaan sekolah perlu mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut dengan cara mencari solusi yang terbaik agar siswa dapat bertanggung jawab terhadap koleksi yang dipinjamnya. Tanpa ada layanan sirkulasi, pihak perpustakaan tidak akan mengetahui koleksi mana yang sering dipinjam dan dimanfaatkan oleh pengguna.

Dalam teori yang dijelaskan pada BAB sebelumnya, menerangkan bahwa perpustakaan sekolah dasar hanya memiliki dua jenis layanan, yaitu layanan sirkulasi dan layanan refrensi. Namun untuk perpustakaan sekolah, layanan refrensi belum begitu menunjukkan kegiatannya. Hal ini disebabkan jumlah pengguna yang masih sedikit dan kegiatan yang dilakukan perpustakaan belum banyak, oleh sebab itu satu layanan saja yaitu layanan sirkulasi sudah cukup untuk perpustakaan sekolah dasar.


(41)

4.2 Aspek Koleksi Perpustakaan Sekolah

Hasil pengumpulan informasi dan pengamatan langsung dapat diinformasikan mengenai aspek koleksi. Untuk mengetahui hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.

Tabel-3: Tabel Jenis Koleksi Perpustakaan No Nama Sekolah Koleksi

Fiksi

Koleksi Non foksi

Koleksi Refrensi

Koleksi Audiovisual

1 SD Negeri 064996 √ √ √ √

2 SD Negeri 065004 √ √ √ √

3 SD Negeri 066659 √ √ √ -

4 SD Negeri 067249 √ √ √ -

5 SD Negeri 067256 √ √ - √

6 SD Negeri 067260 √ √ √ -

7 SD Negeri 067264 √ √ √ √

8 SD Negeri 060954 √ √ √ -

Data di atas, mengidentifikasikan bahwa semua SD Negeri memiliki koleksi fiksi dan non fiksi, terdapat tujuh perpustakaan yang memiliki koleksi refrensi yaitu perpustakaan SD Negeri 064996, SD Negeri 065004, SD Negeri 066659, SD Negeri 067249, SD Negeri 067260, SD Negeri 067264, dan SD Negeri 060954. Empat perpustakaan yang memiliki koleksi audiovisual yaitu perpustakaan SD Negeri 064996, SD Negeri 065004, SD Negeri 067256, dan SD Negeri 067264.

Koleksi audiovisual yang terdapat di empat perpustakaan tersebut hanya ada kaset. Sedangkan untuk koleksi audiovisual lainnya, belum disediakan oleh perpustakaan mengingat keterbatasan dana yang diterima oleh peprpustakaan. Seharusnya perpustakaan perlu menyadari bahwa koleksi audiovisual dapat menarik minat siswa untuk datang ke perpustakaan, karena koleksi audiovisual merupakan koleksi yang berhubungan dengan teknologi, sehingga dapat membuat siswa tertarik terhadap koleksi tersebut.

Untuk mengetahui jumlah keseluruhan koleksi pada perpustakaan SD Negeri dapat dilihat pada tabel berikut.


(42)

Tabel-4: Jumlah Koleksi Yang Dimiliki Perpustakaan

No Nama Sekolah Jumlah koleksi

1 SD Negeri 064996 920 Judul 2 SD Negeri 065004 500-1000 Judul 3 SD Negeri 066659 500-1000Judul 4 SD Negeri 067249 1055 Judul 5 SD Negeri 067256 500-1000 Judul 6 SD Negeri 067260 500-1000 judul 7 SD Negeri 067264 100-200 Judul 8 SD Negeri 060954 500-1000 Judul

Jumlah koleksi yang ada di perpustakaan SD Negeri berada antara 500 sampai 1000 judul. Hanya dua perpustakaan saja yang mengetahui jumlah pasti koleksi perpustakaan, yaitu SD Negeri 064996 dengan jumlah koleksinya sebanyak 920 judul dan SD Negeri 067249 dengan jumlah koleksi 1055 judul. Sedangkan perpustakaan SD yang lain tidak mengetahui jumlah pasti koleksi yang ada di perpustakaan mereka, dengan alasan pengelola perpustakaan belum menghitung jumlah keseluruhan koleksi karena ada koleksi yang baru datang dan belum tersusun dengan rapi. Seharusnya pengelola perpustakaan harus mengetahui jumlah koleksi yang ada di perpustakaannya, karena hal itu merupakan bentuk tanggung jawab dari pekerjaannya. Kondisi tersebut menunjukkan belum adanya keseriusan pihak perpustakaan untuk mengelola perpustakaan menjadi lebih baik.

Untuk mengetahui jumlah koleksi fiksi dan non fiksi masing-masing dijelaskan pada Tabel berikut.

Tabel-5: jumlah koleksi fiksi

No Nama Sekolah Jumlah koleksi

1 SD Negeri 064996 500-1000 Judul 2 SD Negeri 065004 500-1000 Judul 3 SD Negeri 066659 100-200 Judul 4 SD Negeri 067249 500-1000 Judul 5 SD Negeri 067256 100-200 Judul 6 SD Negeri 067260 100-200 Judul 7 SD Negeri 067264 50-100 Judul 8 SD Negeri 060954 100-200 Judul


(43)

Tabel-6: jumlah koleksi non fiksi

No Nama Sekolah Jumlah koleksi

1 SD Negeri 064996 200-500 Judul 2 SD Negeri 065004 100-200 Judul 3 SD Negeri 066659 100-200 Judul 4 SD Negeri 067249 200-500 Judul 5 SD Negeri 067256 200-500 Judul 6 SD Negeri 067260 100-200 Judul 7 SD Negeri 067264 50-100 Judul 8 SD Negeri 060954 50-100 Judul

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah koleksi fiksi lebih banyak dari jumlah koleksi non fiksi. Jumlah koleksi fiksi berada antara 500-1000 judul sedangkan jumlah koleksi non fiksi 200-500 judul. Tidak adanya jumlah yang pasti karena pengelola perpustakaan tidak mengetahui jumlah koleksi fiksi dan non fiksi, dengan alasan bahwa semua koleksi belum ditulis kedalam buku besar. Berdasarkan pengamatan di lapangan, untuk beberapa perpustakaan SD seperti SDN 065004, SDN 067256, SDN 067249, SDN 067264 dan SDN 066659 koleksinya masih berserakan di lantai. Ini disebabkan karena ruang perpustakaan baru selesai dibangun sehingga pengelola perpustakaan belum menyusun koleksi dengan rapi. Data di atas diambil berdasarkan dari data koleksi yang lama ditambah dari data koleksi yang baru datang. Namun pengelola perpustakaan belum menyusunnya menjadi lebih baik sehingga sulit untuk menghitung jumlah pastinya.

4.3 Aspek Teknis Perpustakaan Sekolah

Aspek teknis menjelaskan mengenai teknis langsung yang ada pada perpustakaan sekolah, yaitu mengenai pengelola perpustakaan, pengadaan koleksi, dan sistem pengatalogan. Untuk lebih jelas maka akan dijabarkan pada tabel di berikut ini.


(44)

Tabel-7: Kualifikasi Pengelola Perpustakaan.

No Nama Sekolah Pustakawan Bukan pustakawan

1 SD Negeri 064996 - √

2 SD Negeri 065004 - √

3 SD Negeri 066659 - √

4 SD Negeri 067249 - √

5 SD Negeri 067256 - √

6 SD Negeri 067260 - √

7 SD Negeri 067264 - √

8 SD Negeri 060954 - √

Dari semua pengelola perpustakaan di SD Negeri tidak ada satu orang pun yang berkualifikasi sebagai pustakawan. Dari hasil pengamatan beberapa dari pengelola perpustakaan merupakan guru yang mengajar salah satu bidang studi. Beberapa diantaranya merupakan pegawai khusus yang di pekerjakan oleh pihak sekolah untuk mengelola perpustakaan, namun bukan seorang pustakawan.

Walau hanya perpustakaan sekolah dasar, pengelola perpustakaan setidaknya memiliki sertifikasi pustakawan atau pernah mengikuti pelatihan dan seminar kepustakawanan agar dapat mengelola perpustakaan dengan baik. Tanpa pengetahuan yang cukup tentang perpustakaan, maka perpustakaan tidak akan berjalan dengan sempurna. Karena pustakawan merupakan profesi sehingga tidak semua orang dapat melakukan pekerjaannya. Bila ingin perpustakaan sekolah dapat berkembang seperti perpustakaan pada umumnya, maka sebaiknya pihak sekolah merekrut seorang yang telah memiliki sertifikasi pustakawan atau pihak sekolah memberikan pendidikan kepada pengelola perpustakaan mengenai perpustakaan melalui instansi yang terkait.

Aspek teknis yang lain yaitu mengenai sumber pengadaan koleksi. Penjelasan mengenai sumber pengadaan koleksi dijelaskan pada tabel berikut.


(45)

Tabel-8: sumber pengadaan koleksi

No Nama Sekolah Hibah Pembelian Hadiah Pertukaran

1 SD Negeri 064996 - √ - -

2 SD Negeri 065004 √ - - -

3 SD Negeri 066659 √ - - -

4 SD Negeri 067249 √ - - -

5 SD Negeri 067256 √ - - -

6 SD Negeri 067260 √ - - -

7 SD Negeri 067264 √ - - -

8 SD Negeri 060954 - √ - -

Dari tabel di atas koleksi yang didapat oleh perpustakaan sekolah berasal dari hibah pemerintah. Hanya dua perpustakaan sekolah saja yang melakukaan pembelian yaitu perpustakaan SD Negeri 064996 dan perpustakaan SD Negeri 060954. Dari pengamatan dan wawancara dengan pihak pengelola perpustakaan, hibah dari pemerintah ada yang berupa koleksi fisik namun ada juga yang berbentuk uang tunai, kemudian pihak sekolah yang membeli koleksi perpustakaan tersebut. Semua koleksi yang berasal dari pemerintah disalurkan melalui dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) kemudian pihak sekolah bertanggung jawab mengelolanya untuk kepentingan perpustakaan.

Pengadaan koleksi perpustakaan sebaiknya dilakukan sendiri oleh pihak sekolah. Karena pihak sekolah yang lebih mengetahui kebutuhan dari siswa dan perpustakaan. Bila pemerintah memberikan bantuan dana, sebaiknya perpustakaan dapat mengelola dana tersebut untuk membeli koleksi perpustakaan, bukan hanya menerima langsung koleksi fisik saja.

Untuk mengetahui pedoman pengklasifikasian yang digunakan oleh perpustakaan Sekolah Dasar Negeri di Kecamtan Medan Marelan dapat dilihat pada tabel berikut.


(46)

Tabel-9: pedoman pengklasifikasian

No Nama Sekolah DDC UDC

1 SD Negeri 064996 - -

2 SD Negeri 065004 - -

3 SD Negeri 066659 - -

4 SD Negeri 067249 - -

5 SD Negeri 067256 - -

6 SD Negeri 067260 - -

7 SD Negeri 067264 - -

8 SD Negeri 060954 - -

Dari hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua perpustakaan SD Negeri di Kecamatan Medan Marelan tidak memakai pedoman klasifikasi dengan menggunakan DDC atau UDC. Pengklasifikasian yang digunakan oleh perpustakaan disusun berdasarkan subjek tanpa ada nomor klasifikasi. Sebagai contoh, buku matematika disusun menurut subjek matematika dan begitu seterusnya untuk buku-buku yang lain. Tanpa ada nomor klasifikasi penyusunan buku-buku di rak tidak teratur dan dapat membingungkan siswa. Selain itu penyusunan buku yang telah keluar dari rak dapat membuat buku diletakkan tidak pada tempatnya kembali.

Tidak digunakannya pedoman klasifikasi pada perpustakaan sekolah dasar disebabkan karena pengelola perpustakaan tidak mengetahui mengenai pedoman klasifikasi baik itu DDC ataupun pedoman klasifikasi lainnya. Ini merupakan salah satu dampak bila pengelola perpustakaan sama sekali tidak mengetahui ilmu perpustakaan.

4.4 Aspek Sosial Perpustakaan Sekolah

Aspek sosial menjelaskan mengenai minat, daya kunjung perpustakan dan mengenai siswa yang merupakan pengguna perpustakaan sekolah. Penjabaran mengenai aspek sosial ini dijelaskan pada tabel-tabel berikut ini.


(47)

Tabel-10: Minat Pengguna Terhadap Perpustakaan

No Nama Sekolah Daya Minat Daya Kunjung

1 SD Negeri 064996 Berminat 20-50 orang/hari 2 SD Negeri 065004 Cukup berminat 10-20 orang/hari 3 SD Negeri 066659 Cukup berminat 10-20 orang/hari 4 SD Negeri 067249 Berminat 20-50 orang/hari 5 SD Negeri 067256 Berminat 20-50 orang/hari 6 SD Negeri 067260 Berminat 20-50 orang/hari 7 SD Negeri 067264 Berminat 20-50 orang/hari 8 SD Negeri 060954 Berminat 20-50 orang/hari

Melihat tabel di atas, pengguna perpustakaan atau siswa SD cukup berminat untuk datang dan memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Menurut pendapat pengelola perpustakaan, siswa digiring untuk datang ke perpustakaan. Terutama bila tidak ada guru yang dapat mengajar di kelas mereka. Setiap harinya siswa diharuskan datang ke perpustakaan agar dapat menumbuhkan minat membaca siswa.

Dari fenomena yang dijelaskan di atas, jelas bahwa siswa secara tidak langsung dipaksa untuk datang ke perpustakaan. Kurangnya kesadaran siswa untuk datang ke perpustakaan karena perpustakaan bukan hal yang menarik untuk dikunjungi. Pihak perpustakaan harus memperhatikan psikologis anak yang senang bermain dan hal-hal yang menarik lainnya. Untuk itu perpustakaan harus dapat menjalankan fungsi rekreasi agar siswa dapat memnafaatkan perpustakaan sebagai lahan bermain yang dapat memberikan informasi dan membuat belajar merupakan hal yang menyenangkan.

Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh siswa di perpustakaan, maka di ajukan pertanyaan mengenai seputar kegiatan pengunjung di perpustakaan yaitu membaca, mengerjakan tugas, hanya duduk-duduk, dan berdiskusi.

Dari hasil kuesioner yang dilakukan kepada responden, yaitu pegawai perpustakaan, semua menjawab bahwa yang dilakukan siswa di perpustakaan adalah membaca. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh siswa di perpustakaan selain


(48)

membaca. Karena pengunjung merupakan siswa SD, jadi belum ada kebebasan untuk melakukan kegiatan lain di perpustakaan. Semua kegiatan siswa masih di bawah pengawasan pengelola perpustakaan.

Keadaan siswa yang masih usia sekolah dasar, membuat siswa belum dapat menggunakan jasa perpustakaan secara mandiri. Mereka masih memerlukan bantuan pegawai perpustakaan. Terutama bantuan dalam mencari koleksi yang mereka butuhkan. Untuk lebih jelas mengenai keadaan siswa yang belum dapat menggunakan jasa perpustakaan secara mandiri dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel-11: masih adakah siswa yang belum dapat menggunakan jasa perpustakaan secara mandiri

No Nama Sekolah Ya Tidak

1 SD Negeri 064996 √ -

2 SD Negeri 065004 - √

3 SD Negeri 066659 √ -

4 SD Negeri 067249 √ -

5 SD Negeri 067256 √ -

6 SD Negeri 067260 √ -

7 SD Negeri 067264 √ -

8 SD Negeri 060954 - √

Dari hasil tabel di atas, dapat dilihat bahwa hanya satu perpustakaan saja yang menjawab bahwa siswa atau penggunanya dapat menggunakan perpustakaan secara mandiri tanpa ada bantuan dari pegawai perpustakaan. Hal ini karena Infrastruktur perpustakaan yang memudahkan siswa untuk menjangkau koleksi secara mandiri. Karena pengguna merupakan siswa sekolah dasar, wajar bila mereka membutuhkan tenaga pengelola perpustakaan untuk membantu mereka mendapatkan koleksi. Pengelola perpustakaan untuk perpustakaan SD disarankan lebih sabar karena harus menghadapi anak-anak dengan segala tingkah laku mereka.

4.5 Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi menyangkut masalah pembiayaan dan operasional perpustakaan. Dalam aspek ini dijelaskan mengenai bantuan-bantuan kepada


(49)

lepas dari bantuan pemerintah dalam hal pengadaannya. Bantuan-bantuan yang diberikan dapat diajadikan tolak ukur sebarapa aktif peran pemerintah terhadap perkembangan perpustakaan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa aspek ini akan menjelaskan mengenai biaya yang dikeluarkan perpustakaan setiap tahun untuk pengelolaan perpustakaan. Hasil jawaban responden untuk pertanyaan ini akan dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel-12: biaya yang dikeluarkan perpustakaan untuk pengelolaan perpustakaan setiap tahun

No Nama Sekolah Besar biaya dalam persentase

1 SD Negeri 064996 5%

2 SD Negeri 065004 5%

3 SD Negeri 066659 4%

4 SD Negeri 067249 10%

5 SD Negeri 067256 <10%

6 SD Negeri 067260 10%

7 SD Negeri 067264 10%

8 SD Negeri 060954 10%

Dari hasil tabel di atas maka, biaya yang dikeluarkan oleh perpustakaan untuk pengelolaan perpustakaan belum memiliki ketetapan. Hal ini karena ada beberapa perpustakaan yang baru saja mendirikan ruang perpustakaan. Untuk biaya operasional perpustakaan pertama sekali dibantu oleh pemerintah melalui dana BOS. Besarnya biaya itu tergantung dari kebutuhan sekolah. Karena semua biaya ditanggung oleh pemerintah, dan sekolah hanya menerima siapn jadi dari pembangunan sampai masalah koleksi.

Bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah tentu saja berupa dana untuk membangun perpustakaan. Dan dalam hal pengembangannya, pihak sekolah menggunakan dana BOS yang disalurkan kepada setiap sekolah pemerintah untuk


(50)

dimanfaatkan kepada perpustakaan. Menurut kepala sekolah SD Negeri yang merupakan responden, menyatakan bahwa bantuan hanya berupa dana, dan dana tersebut dibelanjakan untuk keperluan perpustakaan seperti koleksi dan fasilitas perpustakaan.

Dengan adanya program pemerintah melalui dana BOS, maka pemerintah membantu untuk mengembangkan perpustakaan sekolah secara khusus dan pendidikan di Indonesia ini secara umum.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada umumnya perpustakaan SDN memiliki koleksi terdiri dari koleksi fiksi, non fiksi, refrensi dan audio visual.

2. pengelola perpustakaan tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah koleksi yang ada di perpustakaan SD, karena koleksi belum disusun secara baik di rak. Pada bebapa perpustakaan SD dijumpai koleksi masih berserakan di lantai, seperti SDN 065004, SDN 067256, SDN 067249, SDN 067264 dan SDN 066659. Ruang perpustakaan yang masih baru selesai dibangun menjadi alasan pengelola perpustakaan belum menyusun dan mendata koleksi di buku besar.

3. Tidak ada satu pun pengelola perpustakaan berkualifikasi pustakawan. Dari hasil observasi ke lapangan semua pengelola perpustakaan bukan pustakawan atau memiliki kualifikasi yang berstandard pustakawan. Pengelola perpustakaan biasanya guru yang juga mengajar mata pelajaran tambahan di SD yang bersangkutan. Kurangnya pengetahuan tentang perpustakaan menyebabkan perpustakaan kurang dikembangkan dengan baik, banyak koleksi yang tidak dikelola dengan baik. Terbukti dengan tidak ada standard untuk pengklasifikasian koleksi. Koleksi hanya disusun berdasarkan subjek judul besar sebuah buku, tanpa ada nomor klasifikasi buku.


(52)

4. Hampir semua koleksi di perpustakaan SDN Medan Marelan berasal dari hibah pemerintah melalui dana BOS. Hanya ada satu sekolah yang menyatakan koleksi berasal dari pembelian, namun dana untuk membeli koleksi tersebut merupakan dari dana BOS yang dikelola oleh pihak sekolah untuk membelanjakannya.

5. Jumlah pengunjung yang datang ke perpustakaan rata-rata antara angka 20-50 orang per hari. Dari hasil observasi yang telah dilakukan siswa yang datang berkunjung dianjurkan oleh pengelola perpustakaan, apabila guru yang mengajar mereka tidak hadir ke kelas mereka. Hal ini, menurut pendapat pengelola perpustakaan dilakukan agar mereka tidak membuat keributan di kelas. Ini membuktikan bahwa perpustakaan belum dirasa berguna bagi siswa. Padahal dari SD mereka sudah harus ditanamkan minat membaca untuk bekal mereka beranjak kedepannya.

6. Semua perpustakaan SDN Medan Marelan umumnya memiliki banyak kesamaan. Baik dari luas ruangan, bentuk ruangan, dan tahun pendirian. Pada awalnya perpustakaan hanya terdiri dari ruangan yang sangat kecil dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Namun setelah adanya program pemerintah yang memberikan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) perpustakaan mulai dibangun di beberapa sekolah yang memiliki lahan kosong. Namun bila melihat teori-teori yang telah dikemukakan pada BAB sebelumnya, perpustakaan SDN di Medan Marelan belum dapat mengikuti standard yang di tentukan oleh Perpustakaan Nasional seperti luas ruangan, jumlah koleksi, pengelola perpustakaan yang seharusnya adalah pustakawan, serta layanan perpustakaan yang seharusnya memiliki layanan sirkulasi dan refrensi.


(53)

7. Biaya operasional untuk pepustakaan berasal dari dana BOS yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua biaya untuk pengadaan perpustakaan dikeluarkan oleh dana BOS, oleh sebab itu semua ruang perpustakaan di semua SDN Medan Marelan memiliki luas dan bentuk ruangan yang sama.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberika untuk SDN Medan Marelan yaitu:

1. Perpustakaan perlu merekrut pustakawan atau minimal orang yang memiliki kualifikasi seorang pustakawan, yang dapat mengerti cara mengelola perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Rekruitmen dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki program studi ilmu perpustakaan agar dapat mendelegasikan mahasiswa atau alumni dari program studi tersebut.

2. Perpustakaan merupakan sarana yang memberikan informasi dan membantu proses belajar siswa, maka perpustakaan harus dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Dengan memperhatikan misi perpustakaan SD yaitu mengembangkan minat baca siswa di usia dini, maka perpustakaan juga harus menjadi prioritas dalam pembangunan yang dilakukan oleh pihak sekolah. Bukan hanya sekedar ada di sekolah. Seperti selalu update informasi terbaru mengenai ilmu pengetahuan dengan menggunakan internet, sehingga siswa dapat mengetahui sesuatu yang baru yang tidak mereka dapatkan di kelsa dengan guru mereka.

3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk datang ke perpustakaan dan memanfaatkan perpustakaan. Sebagai contoh, membeli koleksi berupa


(54)

majalah anak yang digemari, komik, cerpen yang menarik, compact disk (CD) film-film anak seperti film Denias, film King, film Meraih Mimpi dan film-film komersial anak-anak lainnya. Sehingga memotivasi siswa untuk datang ke perpustakaan sesuai dengan keinginannya bukan ajakan ataupun paksaan guru.


(1)

7. Biaya operasional untuk pepustakaan berasal dari dana BOS yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua biaya untuk pengadaan perpustakaan dikeluarkan oleh dana BOS, oleh sebab itu semua ruang perpustakaan di semua SDN Medan Marelan memiliki luas dan bentuk ruangan yang sama.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberika untuk SDN Medan Marelan yaitu:

1. Perpustakaan perlu merekrut pustakawan atau minimal orang yang memiliki kualifikasi seorang pustakawan, yang dapat mengerti cara mengelola perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Rekruitmen dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki program studi ilmu perpustakaan agar dapat mendelegasikan mahasiswa atau alumni dari program studi tersebut.

2. Perpustakaan merupakan sarana yang memberikan informasi dan membantu proses belajar siswa, maka perpustakaan harus dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Dengan memperhatikan misi perpustakaan SD yaitu mengembangkan minat baca siswa di usia dini, maka perpustakaan juga harus menjadi prioritas dalam pembangunan yang dilakukan oleh pihak sekolah. Bukan hanya sekedar ada di sekolah. Seperti selalu update informasi terbaru mengenai ilmu pengetahuan dengan menggunakan internet, sehingga siswa dapat mengetahui sesuatu yang baru yang tidak mereka dapatkan di kelsa dengan guru mereka.

3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk datang ke perpustakaan dan memanfaatkan perpustakaan. Sebagai contoh, membeli koleksi berupa


(2)

majalah anak yang digemari, komik, cerpen yang menarik, compact disk (CD) film-film anak seperti film Denias, film King, film Meraih Mimpi dan film-film komersial anak-anak lainnya. Sehingga memotivasi siswa untuk datang ke perpustakaan sesuai dengan keinginannya bukan ajakan ataupun paksaan guru.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2007. Pengembangan Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar. Jurnal Perpustakaan Sekolah. 1 (1), April :1 – 10.

Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Suatu Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta : Gramedia Widiasmara Indonesia.

Evans, G. Edward. 2000. Developing Library and Information Center Collecting. 4th Edition. USA: Greenwood.

Hakim, Heri Abi Burahman. Perpustakaan Sekolah Sarana Peningkatan Minat Baca. Kompas : Kamis, 25 Juli 2002.

Hasugian, Joner. 2009.

Herlambang, Soendoro dan Tanuwijaya, Haryanto. 2005. Sistem Informasi : Konsep, Teknologi dan Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Hermawan, Rachman dan Zen, Zulfikar. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung

International Federation of Library Associations and Institutions. Tersedia di: http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/manifesto-id.htmSeto

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0103/O/1981, tanggal 11 Maret 1981

Milburga, G. Larasati. 1986. Membina Perpustakaan Sekolah. Yogykarta : Kanisius Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Nasution, A.S. 1979. Perpustakaan Sekolah : Penuntun untuk membina, Memakai dan Memelihara Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan.

Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Sekolah. Jakarta : 1994. Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Sekolah. Jakarta : 1992.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan Pemko Medan. 2009. Geografi. http://www.pemkomedan.go.id/mdnmar.php

diakses tanggal 15 Mei 2009

Soekarwati. 1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Soetminah. 1992. Perpustakaan kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius

Subagyo, P. Joko. 1999. Metode Penelitian: dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiono, 2006. Metode Penelitian administrasi: Dilengkapi dengan Metode R&D. Edisi Revisi .Bandung: Alfabeta

Sutoyo, Agus dan Santoso,joko. 2001. Strategi dan Pemikiran Perpustakaan:Visi Hernando. Jakarta: Sagung seto

Tilke, Anthony. 2002. Managing Your school library and information Service: A Practical Handbook. London : Facet.

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 2 pasal 35 tahun 1989 .Tentang Sistem Pendidikan Nasional


(4)

Umar, Husein. 2002. Evaluasi Kinerja Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Yusuf, Pawit M. Dan Suhendar, Yaya. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Kencana Prenada Media

Yusuf, Pawit M. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Wikipedia.2009.MedanMarelan,Medan

.http://id.wikipedia.org/wiki/Medan_Marelan,_Medan ; diakses tanggal 15 Mei


(5)

A. Aspek Layanan

1. Sistem layanan yang digunakan pada perpustakaan sekolah Bapak/Ibu adalah: a. Sistem Layanan Terbuka

b. Sistem Layanan Tertutup

2. Layanan apa sajakah yang ditawarkan untuk perpustakaan Bapak/Ibu? a. layanan sirkulasi

b. Layanan sirkulasi dan refrensi

B. Aspek Koleksi

1. Jenis koleksi apa saja yang ada di perpustakaan sekolah Bapak/Ibu? a. Koleksi Fiksi c. Koleksi Refrensi

b. Koleksi Non Fiksi d. Koleksi Audiovisual

2. Berapakah jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan sekolah Ibu/Bapak? a. 10-50 Judul c. 100-200 Judul

b. 50-100 Judul d. 500-1000 Judul

3. Berapakah jumlah koleksi fiksi yang ada di perpustakaan sekolah Bapak/Ibu? a. 10-50 Judul c. 100-200 Judul

b. 50-100 Judul d. 500-1000 Judul

4. Berapakah jumlah koleksi non fiksi yang ada di perpustakaan sekolah Bapak/Ibu?

a. 0-50 Judul c. 100-200 Judul b. 50-100 Judul d. 200-500 Judul

C. Aspek Teknis

1. Apakah pengelola perpustakaan sekolah Bapak/Ibu telah berkualifikasi pustakawan?

a. Ya b. Tidak

2. Berasal dari manakah koleksi di perpustakaan sekolah Bapak/Ibu? a. Hibah dari pemerintah c. Hadiah

b. Pembelian d. Pertukaran perpustakaan

3. Sistem pengatalogan manakah yang digunakan oleh perpustakaan Bapak/Ibu?

a. DDC b. UDC

D. Aspek Sosial

1. Bagaimanakah minat pengguna terhadap perpustakaan? a. Sangat berminat c. Cukup Berminat


(6)

b. Berminat d. Tidak Berminat

2. Berapakah rata-rata jumlah pengunjung yang hadir ke perpustakaan setiap harinya?

a. 10-20 orang per hari c. >50 orang per hari b. 20-50 orang per hari d.< 10 orang per hari 3. Apakah yang dilakukan penggunjung di Perpustakaan?

a. Membaca c. Hanya Duduk-duduk b. Megerjakan Tugas d. Berdiskusi

4. Apakah masih banyak siswa yang belum dapat menggunakan jasa perpustakaan secara mandiri?

a. Ya b. Tidak

E. Aspek Ekonomi

1. Berapakah biaya yang dikeluarkan oleh perpustakaan setiap tahun untuk pengelolaan perpustakaan?

a. 5% dari biaya operasional pendidikan b. 4% dari biaya operasional pendidikan c. 10% dari biaya operasional pendidikan d. >10% dari biaya operasional pendidikan

2. Apakah terdapat bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah kota melalui Dinas Pendidikan?

a. Ya b. Tidak

3. Bantuan apa saja yang diberikan oleh pemerintah kepada perpustakaan Bapak/Ibu?

a. Koleksi dan Dana