Studi Korelasi Mengenai Culture Shock Dengan Strategi Akulturasi pada Mahasiswa Asal Bali di Perguruan Tinggi "X" Bandung.

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Studi Korelasi Anatara Culture Shock Dengan Strategi

Akulturasi Pada Mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi “X” Bandung. Penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara culture shock dengan strategi akulturasi asimilasi, separasi, marjinalisasi dan integrasi.

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi

“X” Bandung sebanyak 30 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Untuk alat

ukur culture shock dengan kuesioner berdasarkan aspek-aspek dari Oberg sebanyak 46 pasang item dengan validitas antara 0,3-0,55 dan reliabilitas 0,852. Sedangkan alat ukur untuk strategi akulturasi menggunakan kuesioner EAAM (The East Asian Acculturation Measure) dari Declan T. Berry sebanyak sebanyak 26 item dengan nilai validitas antara 0,31-0,62 dan reliabilitas sebesar 0,937

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara culture shock dengan strategi akulturasi separasi dengan korelasi rendah, tidak terdapat hubungan antara culture shock dengan strategi akulturasi asimilasi, tidak terdapat hubungan antara culture shock dengan strategi akulturasi marjinalisasi dan tidak terdapat hubungan antara culture shock dengan strategi akulturasi integrasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang diberikan adalah bahwa penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi mengenai culture schock dan strategi akulturasi yang diterapkan oleh mahasiswa asal Bali, dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan atau unit mahasiswa Bali agar dapat belajar dari senior-senior asal Bali yang terdahulu .


(2)

v ABSTRACT

This research be entitled about Study Corelation Between Culture Shock with Aculturation Strategy on student in Bandung X Intsitute. This research have a conducted with the aim about how is the relation between culture shock with acculturation strategy, assimilation, separation, marginalization, and integration.

Respondent in this research are student from Bandung X Institute as much as 30 people. Measuring tools used area kuesioner. For the measuring tools for cukture shock are using a kuesioner based on Oberg as much as 46 pair item with validity between 0,3 – 0,55 and reliability for about 0,852. While for acculturation strategy, the measuring tools used area EAAM kuesioner ( The East Asian Acculturation Measure) from Declan T. Berry in amount of 26 item with the validty value between 0,31 – 0,62 and reliability for about 0,937.

Result for this research reveal that theres a significant negative relation between culture shock with acculturation strategies of separation with low corelation, theres no relation between culture shock with acculturation strategies of assimilation, theres no relation between culture shock with acculturation strategies of marginalization, and theres no relation between culture shock with acculturation strategies of integration.

Advice that can be given based on the result from this research are, this research can be used as information about culture shock and acculuturation strategies applied by Balinese student, by following their activity or Balinese student unit activity in order to learn from the Balinese senior student.


(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha

“DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Orisinalitas ... ii

Lembar Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar isi………... viii

Daftar Tabel ………... xiv

Daftar Bagan ... xvi

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah……… 9

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……… ……… 9

1.3.1. Maksud Penelitian……… ……… 9

1.3.2. Tujuan Penelitian……….. ……… 10

1.4. Kegunaan Penelitian……… ……… 10

1.4.1. Kegunaan Teoritis………. ………. 10


(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pemikiran………. ….11

1.6. Asumsi ………. …..17

1.7. Hipotesa………. 17

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Culture Shock ……….……….20

2.1.1. Definisi Culture Shock ……….………..20

2.1.2. Aspek Culture Shock………..………20

2.1.3. Faktor Penyebab Culture Shock…..………21

2.1.4. Tahap Culture Shock……….……….21

2.1.5. Komponen Culture Shock……….22

2.2. Sojourner………..23

2.2.1. Pengertian Sojourner……….23

2.2.2. Tipe Sojourner ………..23

2.2.3. Masalah yang dihadapi Mahasiswa Sebagai Sojourner………23

2.3. Akulturasi………..23

2.3.1. Definisi Akulturasi………...24

2.3.2 Aspek-Aspek dalam Strategi Akulturasi………24


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha 2.3.4 Faktor Eksternal yang Memengaruhi Penerapan Strategi

Akulturasi…………..………..……….26

2.3.5 Faktor Internal yang Memengaruhi Penerapan Strategi Akulturasi…………...…………...………27

2.4. Kebudayaan…….……….……….28

2.4.1 Definisi Kebudayaan……….……… 28

2.4.2 Wujud Kebudayaan……….. 28

2.5.Perkembangan Masa Dewasa Awal ………29

2.5.1.Pengertian Dewasa Awal ………..29

2.5.2 Perkembangan Kognitif………..………...29

2.5.3 Perkembangan Emosi………...…..………...30

2.5.4 Perkembangan Fisik…..……….………..30

2.5.5 Relasi dengan Keluarga dan Teman Sebaya…………...………...31

Bab III Metodologi Penelitian 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian………..……….... ...32

3.1.1 Bagan Prosedur Peneliatian ……….………32

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operational……….33

3.3.1 Variabel Penelitian………33

3.3.2 Definisi Konseptual ………..33

3.3.2 Definisi Operational………..33


(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.4.1 Alat Ukur Culture Shock……….………..………..…. 36

3.4.1.1 Prosedur Pengisian Kuesioner………40

3.4.1.2 Prosedur Penilaian……….41

3.4.2 Alat Ukur Strategi Akulturasi………...41

3.4.2.1 Kuesioner Strategi Akulturasi……….41

3.4.2.2 Prosedur Pengisian Kuesioner…….…….………43

3.4.2.3 Prosedur Penilaian……….…………..44

3.4.3 Data Pribadi dan Data Sekunder……….44

3.4.3.1 Data Pribadi…….………44

3.4.3.2 Data Sekunder……….44

3.5 Validitas dan Reabilitas Alat Ukur ……… ……44

3.5.1Validitas Alat Ukur Culture Shock.………...44

3.5.1.1 Reliabilitas Alat Ukur Culture Shock..……….45

3.5.2 Validitas Alat Ukur Strategi Akulturasi………45

3.5.1.1 Reliabilitas Alat Ukur Strategi Akulturasi……….47

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………..…………...48

3.6.1 Populasi Sasaran………48

3.6.2 Karakteristik Populasi………48

3.6.3 Teknik Pengambilan Data……….49

3.7 Teknik Analisis Data..………...49

3.8 Hipotesis Statistik………50

Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian ………...51


(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha

4.1.1 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Culture Shock dengan Separasi…….51

4.1.2 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Culture Shock dengan Asimilasi……52

4.1.3 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Culture Shock dengan Marginalisasi..52

4.1.4 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Culture Shock dengan Integrasi……..53

4.2. Gambaran Responden ………...53

4.3. Pembahasan ……….57

Bab V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan ………...…………..65

5.2. Saran ………66

5.2.1 Saran Teoritis ………..66

5.2.2 Saran Praktis ………66

Daftar Pustaka………....67

Daftar Rujukan ………..68 Lampiran


(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Kisi-kisi Alat Ukur Culture Shock ………..37

3.2 Tabel Skor item Culture Shock……….40

3.3 Tabel Kisi-kisi Alat Ukur Strategi Akulturasi………41

3.4 Tabel Skor item Strategi Akulturasi………...42

4.1 Uji Korelasi Separasi………..51

4.2 Uji Korelasi Asimilasi ………..52

4.3 Uji Korelasi Marjinalisasi ………52

4.4 Uji Korelasi Integrasi ………...53

4.5 Usia………...54

4.6 Jenis Kelamin………54

4.7 Lama Tinggal di Bandung………55

4.8 Lama Tinggal di Bali………55

4.9 Culture Shock………..56


(9)

xiv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

1.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 16


(10)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kata Pengantar

LAMPIRAN 2 Lembar Kesediaan

LAMPIRAN 3 Kuesioner

LAMPIRAN 4 Validitas & Reliabilitas

LAMPIRAN 5 Hasil Penelitian

LAMPIRAN 6 Tabulasi Silang


(11)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang perilakunya diperoleh melalui proses belajar. Apa yang dipelajari oleh manusia pada umumnya dipengaruhi oleh sosial dan budaya. Dalam kehidupan bangsa Indonesia, prinsip tersebut sangat melekat. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, terbentang dari Sabang sampai ke Merauke. Republik Indonesia terdiri dari 17.508 dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia wilayahnya dihuni oleh berbagai etnis dengan adat istiadat yang beragam. Karakteristik budaya setiap etnis pun sangat unik. Setiap budaya memiliki karakteristik yang berbeda-beda seperti seni adat, hukum adat, pakaian adat, masakan adat, serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku sebagai anggota budaya tersebut.

Pulau Jawa adalah pulau yang cukup luas dan diminati oleh banyak orang, untuk menuntut ilmu serta juga bekerja. Banyak kota di Pulau Jawa yang berkembang pesat, hal itu pula menjadi salah satu faktor penyebab mengapa banyak orang ingin kuliah dan bekerja di Pulau Jawa. Kota-kota yang banyak diminati oleh para pekerja dan pelajar, terutama untuk pelajar yaitu Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Kualitas pendidikan yang menjanjikan menjadi pilihan banyak masyarakat datang ke Pulau Jawa. Dibandingkan dengan pulau lain, Pulau Jawa lebih mentereng dalam hal pendidikan, sehingga banyak yang sengaja datang untuk mengenyam pendidikan yang berkualitas.


(12)

2

Di Indonesia pendidikan merupakan hal yang dirasakan sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar dapat bertahan hidup untuk menghadapi persaingan yang ketat di dalam dunia kerja. Selain itu juga pendidikan diperlukan agar individu dapat mengikuti perkembangan era globalisasi yang sangat pesat.

Di Pulau Jawa, kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang menjadi incaran para perantau dari berbagai daerah, maka tidak dapat terhindarkan lagi interaksi dengan orang lain dari berbagai daerah itu sering terjadi. Dikemukakan oleh Margarete Schwezer (dalam Mulyana dan Rahmat, 2003:215), perbedaan antar etnis tersebut dapat ditemukan dalam bahasa, struktur ekonomi, struktur sosial, agama, norma-norma serta gaya berinteraksi dan juga pemikiran, serta sejarah lokal. Kota Bandung merupakan kota besar yang memiliki masyarakat majemuk, karena selain terdapat etnis Sunda sebagai tuan rumah, ada juga etnis-etnis lain yang tinggal di kota Bandung, mereka itu datang dari pelosok nusantara bahkan sampai dari luar negeri.

Bandung memiliki Perguruan Tinggi yang menawarkan beragam jurusan, mulai dari ilmu alam hingga ilmu sosial. Perguruan Tinggi di Bandung juga tidak kalah maju dengan universitas yang ada di Jakarta dan Yogyakarta. Oleh karena itu tidak sedikit siswa SMA yang memutuskan untuk merantau ke Bandung, agar memiliki akses yang lebih baik ke salah satu perguruan tinggi di kota Bandung. Dengan pilihan studi yang beragam serta mutu yang baik tersebut membuat para siswa SMA memilih perguruan tinggi yang ada di Bandung.

Perguruan Tinggi “X” merupakan salah satu Perguruan Tinggi di Bandung yang menjadi incaran dan pilihan para calon mahasiswa untuk menimba ilmu, dikarenakan para lulusan yang berkualitas baik di dalam negeri maupun diluar negeri. Perguruan Tinggi “X” tersebut merupakan sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia.


(13)

3

Universitas Kristen Maranatha Tempat yang strategis, fasilitas yang menunjang dan juga dosen-dosen yang berkualitas menjadikan perguruan tinggi ini sangat diminati oleh para calon mahasiswa. Mahasiswa yang berada di Perguruan Tinggi “X” tidak hanya berasal dari kota Bandung saja, tetapi ada juga yang berasal dari luar pulau Jawa.

Dengan banyaknya jumlah pendatang yang menuntut ilmu di kota Bandung, terutama di Perguruan Tinggi “X” ini, para pendatang dituntut untuk dapat atau mampu berinteraksi serta menyesuaikan diri dengan etnis kebudayaan di kota Bandung yaitu Sunda. Para pendatang ini berasal dari berbagai macam daerah yang ada di Indonesia, kebanyakan dari mereka sudah menetap di kota Bandung.

Para mahasiswa banyak berasal dari pulau-pulau besar di Indonesia, baik dari dalam pulau Jawa maupun luar pulau Jawa. Salah satunya para mahasiswa yang berasal dari Pulau Bali, mereka juga cukup banyak memilih untuk menuntut ilmu di kota Bandung. Tetapi jumlah mahasiswa asal Bali tersebut tidak cukup banyak yang akhirnya menuntut ilmu di Bandung dengan berbagai macam alas an. Jadi, hal tersebut memengaruhi mereka untuk berinteraksi dan juga berkembang di kota Bandung. Dalam hal ini mereka menjadi kaum minoritas yang tinggal di Bandung.

Keadaan tersebut mau tidak mau harus dilalui oleh para mahasiswa baik dari dalam maupun luar kota Bandung. Dengan bertambahnya usia, kemampuan untuk berkembang dan berinteraksi dengan orang semakin luas. Kesempatan membina hubungan sosial dengan teman serta dosen, pegawai atau pekerja di kampus, mempunyai waktu yang banyak dengan teman sebaya, menggali gaya hidup dan nilai yang berbeda dari berbagai macam etnis dan juga mendapatkan kebebasan dari orang tua. Penyesuaian diri sangat diperlukan oleh para mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan kondisi yang mereka hadapi. Pada mahasiswa yang berasal dari luar daerah


(14)

4

Bandung, menyesuaikan diri dengan tempat tinggal baru mereka, lingkungan serta pergaulan di Bandung.

Dengan menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi “X”, mahasiswa asal Bali akan memasuki budaya yang baru, berbeda dengan budaya asalnya. Mahasiswa asal Bali menjadi suku minoritas ketika berada di kota Bandung. Maka terjadi pertemuan nilai-nilai, pandangan, dan gaya hidup antara para mahasiswa asal Bali dengan suku Sunda. Oleh karena itu, saat menjalani perkuliahan mahasiswa asal Bali dituntut untuk beradaptasi dengan kondisi budaya setempat.

Telah dilakukan survey awal kepada sepuluh orang mahasiswa asal Bali yang kuliah di Perguruan Tinggi “X” Bandung yang tinggal di Bandung antara 6 sampai 1,5 tahun. Dari hasil survey bahwa, enam dari sepuluh mahasiswa asal Bali yang tinggal di Bandung awalnya merasa kurang nyaman berada di Bandung. Banyak hal yang biasanya mereka lakukan di Bali, tidak dapat mereka lakukan di sini, seperti melakukan ibadah yang biasanya mereka lakukan di pura, karena jumlah Pura di Bandung hanya ada dua yaitu Pura Wira Satya Dharma dan Pura Wira Chandra Dharma, selebihnya berada di Kabupaten Bandung.

Oleh karena itu, para mahasiswa asal Bali biasanya pergi ke tempat peribadatan dengan teman-teman sesama Bali ataupun seniornya. Beberapa mahasiswa yang tinggal di asrama mereka melakukan ibadah di asrama mereka, karena memiliki pura sendiri. Selain itu karena penduduk kota Bandung mayoritas beragama muslim jadi banyak hal yang mereka baru alami, seperti adzan yang berkumandang setiap waktu shalat karena hal tersebut sangat jarang sekali terjadi di tempat mereka tinggal.

Mahasiswa asal Bali ini juga jadi memilih-milih makanan. Makanan yang berbeda membuat mereka sulit untuk mencari makanan yang cukup sesuai dengan lidah mereka. Menurut mereka, nasi di Bandung ini berbeda dengan nasi yang ada di


(15)

5

Universitas Kristen Maranatha Bali. Rasa masakan di Bali juga berbeda dengan masakan di Bandung, yaitu masyarakat Sunda lebih menyukai makanan yang tidak terlalu pedas, dan asin sedangkan para mahasiswa Bali ini biasanya makan dengan rasa yang lebih pedas dan juga kuat rasa rempah-rempahnya. Selain makanan, cuaca juga menjadi salah satu masalah bagi mereka. Cuaca dingin di kota Bandung ini membuat mereka merasa kurang nyaman karena membuat mereka sering sakit.

Setelah beberapa bulan, beberapa mahasiswa ada yang mulai mencoba makanan-makanan yang berada disekitar kampus, kos maupun asrama. Mahasiswa tersebut mulai menyukai makanan yang ada di Bandung. Selain makanan, mereka mulai beradaptasi dengan cuaca di Bandung, jadi saat musim hujan mereka lebih banyak menggunakan pakaian tebal, agar tidak sakit.

Bahasa yang digunakan juga berbeda, walau kebanyakan mereka menggunakan bahasa Indonesia, terkadang ada beberapa bahasa yang sama tapi memiliki arti yang berbeda dan hal tersebut membuat mereka kebingungan. Apalagi bahasa daerah yang kadang terlontar dari orang-orang pribumi membuat mereka tidak mengerti dan bingung saat melakukan perbincangan. Selain bahasa, intonasi suara juga berbeda-beda dan terkadang menjadi bahan olokan sebagian orang.

Mahasiswa mulai belajar sedikit demi sedikit bahasa Sunda, walau hanya beberapa yang mereka ingat. Mahasiswa tersebut bertanya mengenai bahasa-bahasa Sunda yang sering diucapkan oleh teman-teman Bandung kepada teman yang asli atau berasal dari Bandung. Terkadang mereka mengobrol menggunakan bahasa Sunda, walau pada awalnya di tertawakan oleh teman-temannya. Logat yang kental dari mahasiswa asal Bali ini walau menjadi olokan sebagian orang, tetapi itu membuat mereka menjadi lebih dekat dengan teman-teman lain dari daerah yang berbeda. Tetapi kebanyakan dari mahasiswa ini tetap menggunakan bahasa Bali saat mengobrol


(16)

6

dengan teman-teman sesame bali. Mereka juga merasa masih lebih nyaman mengobrol dengan teman-teman yang berasal dari Bali.

Para mahasiswa masih belum dapat beradaptasi pada awal perkuliahan. Saat awal masuk kuliah yang mereka lakukan adalah mencari teman yang juga sama-sama berasal dari Bali. Mereka rindu dengan suasana tempat tinggal mereka yang sebelumnya. Para mahasiswa ini juga merasa kurang nyaman karena jauh dari keluarganya, merasa lebih nyaman bermain dengan teman-temannya yang dulu. Lalu, tempat tinggal mereka saat ini yaitu di kost tidak nyaman, walaupun rumah di Bali kecil mereka lebih nyaman tinggal di sana. Ada mahasiswa yang pindah dari tempat kos ke asrama, karena merasa tidak nyaman, setelah tinggal di asrama merasa lebih baik. Untuk berkomunikasi dengan orang tua ataupun teman yang ada di Bali mereka lakukan satu minggu sekali atau bisa lebih terutama saat mereka sedang ada masalah atau sedang bosan.

Sarana transportasi membuat mereka merasa kurang nyaman, karena di Bandung lebih banyak kendaraan dan juga sarana transportasi seperti angkot (angkutan kota) yang jumlahnya banyak sekali dan warna yang hampir sama membuat mereka kadang salah jurusan saat menggunakannya. Satu lagi yang membuat mereka merasa tidak nyaman adalah banyaknya kriminalitas yang terjadi akhir-akhir ini di Bandung, seperti pembegalan oleh geng motor, hal tersebut membuat mereka harus berhati-hati saat berkendara terutama motor. Selain itu, saat mereka tinggal di Bali, masyarakat sangat memegang teguh kepercayaan Bali, salah satunya yang disebut dengan karma. Jadi saat mereka sedang parkir motor dimanapun itu, mereka tidak takut kehilangan motor karena akan ada karma apabila ada yang mengambil barang bukan haknya. Tapi berbeda di Bandung, mereka harus hati-hati saat menyimpan barang termasuk motor yang mereka gunakan.


(17)

7

Universitas Kristen Maranatha Untuk mengatasi masalah tersebut, mereka melakukan hal-hal seperti bertanya pada seniornya yang juga berasal dari Bali. Para mahasiswa ini juga banyak yang tinggal di asrama Bali yang ada di Bandung, jadi mereka mendapatkan cukup banyak informasi dari seniornya yang telah lama tinggal di Bandung, mereka juga lebih banyak bepergian dan berkumpul bersama teman-teman yang berasal dari Bali daripada teman-teman asal Bandung. Para mahasiswa mengikuti beberapa kegiatan himpunan, terutama himpunan Mahasiswa Bali, dan unit kesenian Bali.

Kemudian empat dari sepuluh mahasiswa asal Bali ini merasa tidak mengkhawatirkan keadaan di Bandung dan tetap menjalankan kegiatan seperti biasa. Mereka mencoba untuk lebih menikmati dan membuat diri mereka nyaman saat tinggal di kota Bandung. Bahkan dari mereka ada yang merasa senang berada jauh dari orang tua, dengan demikian mereka bebas melakukan kegiatan apapun yang mereka senangi dan tidak adanya jam malam dari orang tua mereka. Para mahasiswa ini juga tetapi masih tetap perlu hati-hati dengan keamanan yang ada di Bandung, mereka masih banyak belajar untuk dapat beradaptasi dengan orang atau teman sekitar, karena masih kurang nyaman untuk berkomunikasi lebih jauh dengan teman-teman daerah lainnya. Para mahasiswa ini juga masih tetap kumpul di unit kesenian, karena teman-teman banyaknya berasal dari Bali juga.

Berdasarkan fenomena tersebut dapat diketahui bahwa sebagian mahasiswa asal Bali kurang dapat menyesuaikan diri di kota Bandung dan merasa kurang nyaman berada di Bandung. Dengan adanya nilai, serta budaya baru yang didapat oleh mahasiswa saat berkuliah di Bandung membuat mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Oleh karena itu, muncul dampak seperti, stres emosional, masalah komunikasi, serta munculnya culture shock.


(18)

8

Culture shock dipaparkan oleh Oberg (1960) sebagai suatu keadaan negatif yang berhubungan dengan aksi yang dihadapi oleh individu yang secara tiba-tiba harus berpindah ke suatu lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya. Culture shock biasanya dialami oleh pendatang selama 6 bulan sampai 1,5 tahun sejak kedatangannya. Culture shock disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tipe berpakaian, makanan, tingkat ekonomi, tipe perilaku, bahasa, kontak sosial, sikap terhadap agama yang dianut, standar kehidupan yang umum, topik percakapan, dan jumlah orang yang dikenal.

Setiap orang akan berpotensi untuk mengalami culture shock apabila berada dalam situasi beda budaya. Dalam masa transisi setiap orang memiliki tekanan yang tingkatannya berbeda-beda, tergantung dari coping style yang dimiliki oleh individu tersebut saat menghadapi perbedaan budaya (Ward, 2001). Kemudian (Hammers 1992, dalam Ward 2001) menambahkan bahwa para pendatang dipastikan akan menghadapi berbagai masalah dalam rangka menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang berbeda budaya. Jika seseorang mampu menghadapi culture shock dengan baik, ia akan lebih mudah dalam beradaptasi dan menangani perbedaan budaya dengan segala hal dengan budaya barunya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, para mahasiswa asal Bali melakukan cara atau strategi untuk menghadapinya. Strategi yang dilakukan yaitu adalah strategi akulturasi. Ada empat macam strategi akulturasi yaitu, asimilasi, separasi, integrasi, dan marjinalisasi. Asimilasi adalah melakukan interaksi sehari-hari dengan lingkungan baru tanpa menggunakan budaya asli. Separasi adalah tidak melakukan interaksi dengan lingkungan baru dan tetap memegang teguh budaya asli. Integrasi adalah mempertahankan budaya asli dan melakukan interaksi terhadap lingkungan baru.


(19)

9

Universitas Kristen Maranatha Marjinalisasi adalah minat kecil melestarikan budaya asli dan juga sedikit minat untuk melakukan interaksi dengan lingkungan baru.

Berdasarkan fenomena inilah peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara culture shock dan strategi akulturasi pada mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui apakah ada hubungan antara culture shock dan strategi akulturasi mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran mengenai hubungan antara culture shock dan strategi akulturasi mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengrtahui seberapa besar hubungan antara culture shock dan strategi akulturasi mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis


(20)

10

1. Untuk memperluas wawasan Psikologi Lintas Budaya di Indonesia, dengan menyediakan informasi mengenai gambaran hubungan antara culture shock dan strategi akulturasi mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung. 2.Memberi informasi untuk peneliti lain yang memerlukan bahan acuan untuk

penelitian lebih lanjut mengenai gambaran hubungan antara culture shock dan strategi akulturasi mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Memberikan masukan bagi Perguruan Tinggi Negeri “X” tentang mahasiswa yang mengalami culture shock sehingga Perguruan Tinggi Negeri “X” dapat memberikan fasilitas atau bantuan bagi mahasiswa agar dapat berinteraksi dengan baik di kampus.

b. Memberikan sumber informasi bagi mahasiswa lain yang berasal dari luar daerah agar lebih mempersiapkan diri ketika akan mengambil kuliah diluar daerahnya untuk dapat berinteraksi dengan budaya tempat dimana mereka menuntut ilmu. c. Memberikan informasi kepada para mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi

Negeri “X” Bandung mengenai akulturasi yang diterapkan oleh dirinya, dengan harapan mereka dapat tetap melestarikan budaya Bali dan membuka diri untuk mengenal budaya setempat.

1.5 Kerangka Pikir

Dunia pendidikan di Pulau Jawa dapat dinilai lebih pesat dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan baik negri maupun swasta yang berkualitas yang merupakan daya tarik bagi para calon mahasiswa dari dalam maupun luar pulau Jawa, yang ingin melanjutkan perkuliahan


(21)

11

Universitas Kristen Maranatha di Pulau Jawa. Salah satu kota yang menjadi incaran adalah Bandung, karena memiliki banyak perguruan tinggi yang memiliki mutu yang baik dan berkualitas. Perguruan tinggi negeri “X”, selain diminati oleh calon mahasiswa sekitar Bandung, perguruan tinggi ini juga diminati oleh calon mahasiswa dari kota lain di seluruh Indonesia. Hal tersebut membuat beragamnya suku budaya yang ada di perguruan tinggi ini. Salah satunya berasal dari Bali.

Menurut Bochner dalam Ward, Bochner, Furnham (2001:5,21), adanya kontak antar kebudayaan yang berbeda terjadi ketika seseorang dari suatu daerah atau komunitas mengunjungi daerah lain dengan tujuan yang berbeda seperti bekerja, bermain serta belajar. Dengan adanya hal tersebut, bagi mahasiswa asal Bali, mereka menghadapi kontak dengan budaya lain ditempat baru. Mahasiswa suku Bali ini disebut dengan Sojouner, yaitu individu yang tinggal sementara waktu dengan tujuan untuk menempuh pendidikan di Bandung dalam periode waktu tertentu (Ward, Bochner, 2001. P142). Dengan adanya budaya Sunda sebagai budaya yang kuat di Perguruan Tinggi ini, maka para mahasiswa asal Bali menjadi kelompok minoritas di Perguruan Tinggi “X” Bandung akan mengalami kontak multikultural, hal tersebut mendorong terjadinya proses akulturasi mahasiswa asal Bali terhadap budaya Sunda.

Individu yang mengalami kontak sosial dengan budaya lain yang berbeda dengan budaya asalnya sering membuat individu tersebut mengalami stres dan hambatan (Ward, Bochner, Furnham, 2001:9). Seperti halnya pada mahasiswa Bali yang berada di Bandung mengalami stres dan juga hambatan saat mengalami kontak sosial dengan budaya Sunda. Keadaan ini disebut dengan culture shock, yaitu keadaan negatif yang berhubungan dengan aksi yang diderita oleh mahasiswa asal Bali yang harus pindah ke lingkungan kota Bandung yang berbeda dengan lingkungan daerah asalnya selama ini. Dalam hal ini respon yang diberikan mahasiswa Bali terhadap


(22)

12

budaya di Bandung merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus sehubungan dengan perubahan budaya yang terjadi (Oberg, 1960).

Faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya culture shock pada individu adalah makanan, tipe pakaian, tingkat ekonomi, tipe perilaku, bahasa, kesempatan untuk melakukan kontak sosial, sikap terhadap agama yang dianut, standar kehidupan yang umum, topik percakapan, jumlah orang yang dikenal (J.P. Spradley and M. Phillips(1972) dalam Ward, Bochner, Furnham, 2001.p74). Selain itu culture shock ini dapat sebabkan juga oleh perpisahan dengan keluarga,teman, guru : orang yang biasanya bergaul, memberi dukungan dan juga bimbingan. Sama halnya dengan mahasiswa asal Bali yang kuliah di Perguruan Tinggi “X” Bandung. Faktor lainnya adalah kondisi cuaca atau iklim, hukum, peraturan, sistem politik, serta sistem pendidikan dan juga pengajaran.

Ada 4 fase reaksi menurut Oberg (1960) yang berhubungan dengan culture shock yaitu, yang pertama fase honeymoon. Dalam hal ini yaitu reaksi seperti antusiasme, euforia dan kekaguman. Fase kedua adalah crisis, yaitu ada perasaan tidak puas, frustrasi, gelisah dan juga marah. Terjadinya perbedaan bahasa, konsep diri serta nilai-nilai dan tanda- tanda membuat perasaan tidak berdaya. Kesulitan saat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut menimbulkan perasaan tidak berdaya tersebut. Pada saat individu mengalami culture shock, maka proses tersebut melibatkan aspek kognitif, afektif dan behavioral yang ada dalam dirinya. Aspek kognitif bagaimana mahasiswa Bali menginterprerasikan orang lain, institusi, maupun peristiwa-peristiwa baik spiritual maupun eksistensial di lingkungan budaya yang baru. Aspek afektif yaitu bagaimana keadaan emosi yang muncul saat mahasiswa Bali menghadapi lingkungan budaya yang baru meliputi perasaan bingung, curiga, dan ingin berada di tempat lain yang lebih nyaman. Aspek behavioral berhubungan dengan


(23)

13

Universitas Kristen Maranatha proses pembelajaran budaya yang merupakan perluasan dari pendekatan kemampuan sosial meliputi bagaimana ia menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku, relasi sosial, termasuk komunikasi verbal dan non-verbal yang ditampilkannya saat berinteraksi dengan lingkungan (Oberg dalam Ward, Bochner, Furnham, 2001: 48, 270-272).

Setelah mengalami crisis, mahasiswa mengalami fase ketiga adalah recovery yaitu resolusi terhadap krisis dan pemahaman terhadap budaya, dalam fase recovery krisis dapat terpecahkan apabila mahasiswa sudah dapat menguasai bahasa dan lingkungan. Fase terakhir adalah fase adjustment yaitu fase mencerminkan kesenangan terhadap lingkungan baru dan dapat menerima keadaan di lingkungan baru.Waktu untuk dapat menerima keadaan lingkungan baru, terbiasa dengan lingkungan baru pada setiap mahasiswa berbeda-beda. Pada mahasiswa yang mampu melewati masa tersebut akan mulai menikmati lingkungan barunya dan mulai banyak bergaul dan juga meliliki teman baru, hal tersebut terjadi seperti pada fase honeymoon tetapi mahasiswa dapat lebih baik lagi mengontrol diri, mereka dapat membagi waktu untuk bersosialisasi dan juga kuliah.

Berry (2002) dalam mengatasi culture shock terdapat strategi untuk mengatasinya yaitu yang disebut dengan adjustment dan strategi akulturasi. Strategi akulturasi dibagi kedalam 4 bagian, yaitu Asimilasi, Integrasi, Separasi, dan Marjinalisasi. Asimilasi, terjadi ketika mahasiswa asal Bali mengalami akulturasi tidak ingin memelihara budaya asli dan jati dirinya serta melakukan interaksi sehari-hari dengan budaya Sunda. Apabila ada mahasiswa yang merasa “tidak nyaman” dengan suku bangsa yang dimilikinya dapat mendorong individu tersebut untuk menyesuaikan diri dengan budaya setempat seperti dalam hal penggunaan bahasa ketika berkomunikasi. Apabila mahasiswa asal Bali mengalami culture shock dan


(24)

14

menggunakan strategi akulturasi asimilasi, yaitu seperti berusaha berbaur dengan lingkungan barunya dan mengobrol dengan banyak teman orang Bandung tanpa memperdulikan budaya asalnya.

Separasi, terjadi ketika internalisasi values dan tradisi budaya asli mahasiswa asal Bali sangat kuat ditanamkan dan berusaha menghindari interaksi dengan penduduk setempat. Dalam strategi ini cenderung mempertahankan budaya aslinya dengan cara tetap menjalankan values dan tradisi budayanya. Pada mahasiswa yang mengalami culture shock lalu melakukan strategi akulturasi separasi, maka mahasiswa asal Bali ini tidak bergabung dengan mahasiswa dari daerah lain dan lebih banyak diam di tempat perkumpulan mahasiswa Bali saja.

Integrasi, yaitu suatu minat mahasiswa asal Bali untuk mempertahankan budaya aslinya sekaligus memiliki minat untuk melakukan interaksi dengan penduduk setempat, dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mahasiswa yang mengalami culture shock lalu menggunakan strategi akulturasi integrasi maka, mahasiswa Bali mengikuti perkumpulan mahasiswa Bali tapi ia tetap juga bergabung dengan mahasiswa lainnya dari daerah yang berbeda dan mencoba mendalami budaya Bandung. Marjinalisasi, yaitu minat kecil pada mahasiswa asal Bali untuk melestarikan budaya aslinya dan sedikit minat untuk melakukan interaksi dengan lingkungan barunya. Strategi marjinalisasi ini akan diterapkan oleh mahasiswa yang kehilangan identitas budayanya.

Dalam tahap pekembangan, mahasiswa asal Bali ini berada pada tahap perkembangan dewasa awal, tahap ini dimulai dari masa remaja akhir atau usia 18 tahun sampai usia 30 tahun. Pada masa dewasa awal itu ditandai dengan perpindahan dari jenjang pendidikan dari SMA menuju perguruan tinggi (Santrock, 2004). Pada tahap ini mahasiswa asal Bali sudah dapat melewati tahapan pembentukan identitas


(25)

15

Universitas Kristen Maranatha diri, yang terbentuk dari orangtua, teman atau dewasa lainnya. Jadi identitas diri mahasiswa asal Bali tersebut sudah terbentuk dan didasari oleh internalisasi budaya Bali.

Mahasiswa Bali ini sedang dalam tahap perkembangan kognitif formal operational(Piaget dalam Santrock,2004). Tahapan perkembangan formal operational pada mahasiswa ini berbeda dengan tahapan perkembangan formal operational pada siswa SMA, perkembangan tersebut lebih baik dari sebelumnya karena adanya pengalaman dan juga pengetahuan yang baru. Pada perkembangan kognitif formal operational dewasa awal ini juga nmempengaruhi strategi akulturasi, karena akan mempengaruhi persepsi pada mahasiswa tersebut terhadap budaya Sunda dan lingkungan barunya.


(26)

16

e Mahasiswa asal Bali

Crisis Culture Crossing

Culture Budaya Sunda

Faktor Penyebab Culture Shock:

-Makanan -Tipe Pakaian -Tingkat ekonomi -Perilaku laki-laki dan perempuan

-Bahasa -Agama -Transportasi

Culture Shock

Strategi Akulturasi

Asimilasi Separasi

Integrasi

Marjinalisasi Tinggi Rendah


(27)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

Berdasarkan uraian diatas, dapat diasumsikan bahwa:

1. Apabila mahasiswa Bali menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung, maka akan mengalami kontak dengan budaya baru secara langsung.

2. Pertemuan budaya yang terjadi pada mahasiswa Bali tahun pertama di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung dapat menyebabkan culture shock bagi mahasiswa tersebut.

3. Apabila culture shock yang dialami mahasiswa Bali tahun pertama di Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung dapat berhasil terlewati¸akan mampu melakukan strategi akulturasi.

4. Mahasiswa melakukan strategi akulturasi dengan baik melibatkan komponen bahasa, identitas budaya, dan aktivitas budaya.

1.7 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara Culture Shock dan Strategi Akulturasi Asimilasi pada mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.

2. Terdapat hubungan antara Culture Shock dan Strategi Akulturasi Separasi pada mahasiswa etnik Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung

3. Terdapat hubungan antara Culture Shock dan Strategi Akulturasi Integrasi pada mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.

4. Terdapat hubungan antara Culture Shock dan Strategi Akulturasi Marjinalisasi pada mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri “X” Bandung.


(28)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai hubungan culture schock dan strategi akulturasi pada mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi “X” Bandung, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan negative yang signifikan antara culture shock dengan strategi akulturasi separasi dengan korelasi rendah.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock dengan strategi akulturasi marjinalisasi dengan korelasi rendah.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock dengan strategi akulturasi integrasi dengan korelasi rendah.

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock dengan strategi akulturasi asimilasi dengan korelasi rendah.

5. Kebanyakan mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi “X” Bandung memiliki derajat culture schock yang tergolong tinggi.

6. Strategi akulturasi yang dominan diterapkan oleh mahasiswa asal Bali di Perguruan

Tinggi “X” adalah separasi yaitu mahasiswa lebih memilih untuk mempertahankan


(29)

66

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

 Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan metode korelasi untuk melakukan penelitian mengenai perbandingan culture schock dan strategi akulturasi antara laki-laki dan perempuan pada budaya lain.

 Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti dinamika strategi akulturasi yang dilakukan setelah mengalami culture shock. I

 Bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian guna penelitian selanjutnya mengenai culture shock dengan strategi akulturasi.

 Untuk penelitian selanjutnya perlu adanya data penunjang tambahan sesuai dengan kerangka pikir, dengan melakukan wawancara.

5.2.2 Saran Praktis

 Bagi mahasiswa asal Bali di Perguruan Tinggi “X”, penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi mengenai culture schock dan strategi akulturasi yang diterapkan oleh mahasiswa asal Bali, dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan atau unit mahasiswa Bali agar dapat belajar dari senior-senior asal Bali yang terdahulu .


(30)

STUDI KORELASI MENGENAI CULTURE SHOCK DENGAN

STRATEGI AKULTURASI PADA MAHASISWA ASAL BALI DI

PERGURUAN TINGGI “X” BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

AMANDA WIRATIKA YUDA

0830249

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG


(31)

(32)

(33)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hikmat dan karunia yang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: “Studi Korelasi Mengenai Culture Shock dan Strategi Akulturasi Pada Mahasiswa Asal Bali di Perguruan Tinggi “X” Bandung”.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung, yaitu :

1. DR. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan pengarahan kepada peneliti.

2. Dra. Irawati, M.Psi, Psik. sebagai dosen wali dan kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, yang telah memberikan ilmu dan pengajaran yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

3. Efni Indrianie, M.Psi, Psik. selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu, pemikiran dan bimbingannya untuk memberikan saran dan masukan yang membangun dan sangat banyak membantu peneliti, terutama dukungan agar bisa segera menyelesaikan penelitian ini sehingga skripsi penelitian ini dapat selesai tepat waktu.

4. Cakrangadinata, M.Psi., Psik. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing pendamping dalam skripsi ini. Banyak memberikan pencerahan pemikiran ide-ide baru, menyediakan waktu untuk memberi dukungan, dorongan, saran dan semangat kepada peneliti selama proses penyusunan penelitian ini.

5. Narasumber yang telah memberikan informasi mengenai penelitian ini, mahasiswa/i asal Bali yang kuliah di Perguruan Tinggi “X” Bandung.


(34)

6. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya yaitu bapak Rachman Yuda, ibu Wiwit Budiwidiastuti dan juga kepada mertua saya, terimakasih atas semua kasih sayang, bantuan, dukungan dan doa yang tak henti-hentinya.

7. Terimakasih kepada Griya Fatwa Solihin suami tersayang yang telah banyak memberikan inspirasi, cinta, saran, perhatian, doa, kesabaran dan dukungan semangat dalam menyusun laporan penelitian ini.

8. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada anakku tercinta dan tersayang Aizhar Ilrachim Solihin, yang sangat baik, sayang, sangat menghibur dan pengertian saat mengerjakan penelitian ini.

9. Teman-teman di Fakultas Psikologi: Aqmalina, Adhi, Gita, Medina, Saskia, Sigit, Cynthia, Yossy dan Deri yang telah memberikan semangat hiburan, dan motivasi kepada penyusun di saat-saat yang sulit.

10.Saudara tersayang, Rahesa dan kedua adik ipar Jayus dan Irul, terimakasih atas doa, dukungan dan juga hiburan saat mengerjakan laporan ini.

11.Staff Tata Usaha dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang telah banyak membantu dalam hal perkuliahan maupun penyusunan penelitian ini.

Terimakasi yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan untuk semua yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa yang tak henti-hentinya. Semoga Allah membalas kebaikan dan balasan yang lebih baik.

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Bandung, Juni 2016


(35)

67

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Koentrjaraningrat, Prof. Dr. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Edisi Revisi 2009. Jakarta : Rineka Cipta.

Mulyana, Deddy.2006. Komunikasi AntarBudaya. Paduan Berkomunikasi dengan Orang- Orang Berbeda Budaya. Bandung : Rosda.

Santrock, Jhon W, 2002. Life-span Development: Perkembangan masa hidup, Jakarta, Erlangga.

Segal, Sidney. 1990. Terjemahan oleh Hagul, Peter. Statistic Non-Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.

Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan Statistika, FMIPA, Universitas Padjajaran.

Sudjana, Prof. DR. M.A., M.Sc. 1996. Metoda Statistik. Edisi keenam. Bandung : Tarsito.

Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Ward, C. Bochner, & Furham, A. 2001. The Psychology of Culture Shock, US A and Canada: Routledge.

Yusuf, S. 2004. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.


(36)

68

DAFTAR RUJUKAN

www.anneahira.com/universitas-di-bandung-23899.htm

http://himaharaugm.blogspot.com/2008/12/akulturasi-dan-komunikasi .html

www.itb.ac

http://4stoety.wordpress.com/2012/05/05/motivasi-berprestasi/

www.edu.oulu.fi.culture.htm

http://km.itb.ac.id/site/?p=5210

Skripsi milik Andi Nur Fajri ”Studi Deskriptif mengenai culture shock dan strategi akulturasi


(1)

(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hikmat dan karunia yang tak terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: “Studi Korelasi Mengenai Culture Shock dan Strategi Akulturasi Pada

Mahasiswa Asal Bali di Perguruan Tinggi “X” Bandung”.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung, yaitu :

1. DR. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan pengarahan kepada peneliti.

2. Dra. Irawati, M.Psi, Psik. sebagai dosen wali dan kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, yang telah memberikan ilmu dan pengajaran yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

3. Efni Indrianie, M.Psi, Psik. selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu, pemikiran dan bimbingannya untuk memberikan saran dan masukan yang membangun dan sangat banyak membantu peneliti, terutama dukungan agar bisa segera menyelesaikan penelitian ini sehingga skripsi penelitian ini dapat selesai tepat waktu.

4. Cakrangadinata, M.Psi., Psik. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing pendamping dalam skripsi ini. Banyak memberikan pencerahan pemikiran ide-ide baru, menyediakan waktu untuk memberi dukungan, dorongan, saran dan semangat kepada peneliti selama proses penyusunan penelitian ini.

5. Narasumber yang telah memberikan informasi mengenai penelitian ini, mahasiswa/i asal Bali yang kuliah di Perguruan Tinggi “X” Bandung.


(4)

6. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya yaitu bapak Rachman Yuda, ibu Wiwit Budiwidiastuti dan juga kepada mertua saya, terimakasih atas semua kasih sayang, bantuan, dukungan dan doa yang tak henti-hentinya.

7. Terimakasih kepada Griya Fatwa Solihin suami tersayang yang telah banyak memberikan inspirasi, cinta, saran, perhatian, doa, kesabaran dan dukungan semangat dalam menyusun laporan penelitian ini.

8. Terimakasih sebanyak-banyaknya kepada anakku tercinta dan tersayang Aizhar Ilrachim Solihin, yang sangat baik, sayang, sangat menghibur dan pengertian saat mengerjakan penelitian ini.

9. Teman-teman di Fakultas Psikologi: Aqmalina, Adhi, Gita, Medina, Saskia, Sigit, Cynthia, Yossy dan Deri yang telah memberikan semangat hiburan, dan motivasi kepada penyusun di saat-saat yang sulit.

10. Saudara tersayang, Rahesa dan kedua adik ipar Jayus dan Irul, terimakasih atas doa, dukungan dan juga hiburan saat mengerjakan laporan ini.

11. Staff Tata Usaha dan petugas perpustakaan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang telah banyak membantu dalam hal perkuliahan maupun penyusunan penelitian ini.

Terimakasi yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan untuk semua yang telah memberikan semangat, dukungan dan doa yang tak henti-hentinya. Semoga Allah membalas kebaikan dan balasan yang lebih baik.

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Bandung, Juni 2016


(5)

67

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Koentrjaraningrat, Prof. Dr. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Edisi Revisi 2009. Jakarta : Rineka Cipta.

Mulyana, Deddy.2006. Komunikasi AntarBudaya. Paduan Berkomunikasi dengan Orang- Orang Berbeda Budaya. Bandung : Rosda.

Santrock, Jhon W, 2002. Life-span Development: Perkembangan masa hidup, Jakarta, Erlangga.

Segal, Sidney. 1990. Terjemahan oleh Hagul, Peter. Statistic Non-Parametrik Untuk

Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.

Sitepu, Nirwana SK. 1995. Analisis Korelasi. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan Statistika, FMIPA, Universitas Padjajaran.

Sudjana, Prof. DR. M.A., M.Sc. 1996. Metoda Statistik. Edisi keenam. Bandung : Tarsito.

Sutrisno Hadi. (2000). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Ward, C. Bochner, & Furham, A. 2001. The Psychology of Culture Shock, US A and Canada: Routledge.

Yusuf, S. 2004. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.


(6)

68

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

www.anneahira.com/universitas-di-bandung-23899.htm

http://himaharaugm.blogspot.com/2008/12/akulturasi-dan-komunikasi .html

www.itb.ac

http://4stoety.wordpress.com/2012/05/05/motivasi-berprestasi/

www.edu.oulu.fi.culture.htm

http://km.itb.ac.id/site/?p=5210

Skripsi milik Andi Nur Fajri ”Studi Deskriptif mengenai culture shock dan strategi akulturasi pada mahasiswa Bugis di Kota Bandung”