ANALISIS POSTUR KERJA DI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO
commit to user
ANALISIS POSTUR KERJA DI CV. CAHYO NUGROHO JATI
SUKOHARJO
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
DIDIK PRIYADI
I1306032
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
(3)
(4)
commit to user
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... .. i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... ... v
BAB I PENDAHULUAN………...………...
1.1 Latar Belakang………... 1.2 Perumusan Masalah……… 1.3 Tujuan Penelitian……… 1.4 Manfaat Penelitian………. 1.5 Batasan Masalah………. 1.6 Sistematika Penulisan……….
I-1 I-1 I-2 I-2 I-3 I-3 I-3 BAB II LANDASAN TEORI………...………
2.1 Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perusahaan....……... 2.2 Produk………... 2.3.1 Pengertian Ergonomi... 2.3.2 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan
Musculoskeletal...
2.4 Nordic Body Map (NBM)………..…...
2.5 Fisiologi Kerja………... 2.6 Konsumsi Energi (energy expenditure) ... 2.7 Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (energy cost)... 2.8 Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur... 2.9 Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)... 2.10 Postur Kerja... 2.11 Rapid Entire Body Assesment (REBA)...
II-1 II-1 II-1 II-2 II-4 II-8 II-2 II-10 II-11 II-12 II-12 II-12 II-16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..………...
3.1 Tahap Identifikasi Masalah………... 3.1.1 Studi Literatur... 3.1.2 Studi Lapangan……….……….….
III-1 III-2 III-2 III-2
(5)
commit to user
iii
3.1.3 Perumusan Masalah ………...…. 3.1.4 Tujuan Penelitian……….……… 3.1.5 Manfaat Penelitian…………..……….…... 3.2 Tahap Pengumpulan Data ……….………….…. 3.2.1 Wawancara... 3.2.2 Data Postur Kerja……... 3.2.3 Data Fisiologi ... 3.2.4 Data Beban Kerja ... 3.3 Evaluasi Kondisi Awal...
3.3.1 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Rapid Entire Body Assesment (REBA)... 3.3.2 Perhitungan Fisiologi ... 3.3.3 Usulan Perbaikan... 3.4 Tahap Analisa dan Interpretasi Hasil... 3.5 Tahap Kesimpulan dan Saran...
III-2 III-3 III-3 III-3 III-3 III-4 III-4 III-4 III-5 III-5 III-6 III-7 III-7 III-7 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA...
4.1 Pengumpulan Data……….…..…. 4.1.1 Dokumentasi……….….…...
4.1.2 Wawancara ……….
4.1.3 Kuisioner …...………..……… 4.1.4 Data Postur Kerja………. 4.1.5 Data Fisiologi………... 4.2 Tahap Pengolahan Data……….…… 4.2.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map ……….. 4.2.2 Perhitungan Hasil Kuisioner Keluhan dan Keinginan….. 4.2.3 Perhitungan Postur Kerja Operator Menggunakan
Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA)………… 4.2.4 Perhitungan Fisiologi ………... 4.2.5 Usulan Perbaikan………..
IV-1 IV-1 IV-2 IV-4 IV-4 IV-5 IV-8 IV-9 IV-9 IV-9 IV-12 IV-39 IV-39 BAB V ANALISA DAN INTERPRESTASI HASIL……….
5.1 Analisa Penilaian Sikap Kerja Awal dengan Metode REBA.... V-1 V-1
(6)
commit to user
iv
5.2 Analisis Beban Kerja Berdasarkan Energi Expenditure……… 5.3 Analisis Usulan Perbaikian Kerja……….. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………... 6.1 KESIMPULAN……… 6.2 SARAN………
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
V-2 V-3 VI-1 VI-1 VI-2
(7)
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi, denyut
jantung, dan energyexpenditure ... II – 9 Tabel 2.2 Skor pergerakan punggung (batang tubuh)... II – 17 Tabel 2.3 Skor pergerakan leher... II – 18 Tabel 2.4 Skor postur kaki... II – 19 Tabel 2.5 Skor pergerakan lengan atas... II – 19 Tabel 2.6 Skor pergerakan lengan bawah ... II – 20 Tabel 2.7 Skor pergelangan tangan... II – 21
Tabel 2.8 Tabel A……… II – 22
Tabel 2.9 Tabel B... II – 22 Tabel 2.10 Tabel C... II – 23 Tabel 2.11 Load atau force……… II – 23 Tabel 2.12 Coupling……….. II – 23 Tabel 2.13 Activity………. II – 24 Tabel 2.14 Level resiko dan tindakan... II – 25 Tabel 4.1 Data karyawan CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo... IV – 1 Tabel 4.2 Data karyawan di stasiun kerja ... IV – 2 Tabel 4.3 Data umur dan masa kerja kerja karyawan CV. Cahyo
Nugroho Jati Sukoharjo... IV – 4 Tabel 4.4 Postur kerja pada stasiun kerja accecories... IV – 5 Tabel 4.5 Postur kerja pada stasiun kerja sewing... IV – 6 Tabel 4.6 Postur kerja pada stasiun kerja quality control... IV – 6 Tabel 4.7 Postur kerja pada stasiun kerja cutting... IV – 7 Tabel 4.8 Postur kerja pada stasiun kerja steam... IV – 7 Tabel 4.9 Postur kerja pada stasiun kerja packing... IV – 8 Tabel 4.10 Data Keluhan di setiap stasiun kerja... IV – 10 Tabel 4.11 Data Keinginan operator di setiap stasiun kerja...... IV – 11 Tabel 4.12 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.8... IV – 14 Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.8... IV – 15 Tabel 4.14 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.8... IV – 16
(8)
commit to user
viii
Tabel 4.15 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.10... IV – 18 Tabel 4.16 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.10... IV – 19 Tabel 4.17 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.10………. IV – 20 Tabel 4.18 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.12... IV – 22 Tabel 4.19 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.12... IV – 23 Tabel 4.20 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.12... IV – 24 Tabel 4.21 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.14... IV – 27 Tabel 4.22 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.14... IV – 28 Tabel 4.23 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.14... IV – 28 Tabel 4.24 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.16……….. IV – 31 Tabel 4.25 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.16... IV – 32 Tabel 4.26 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.16... IV – 33 Tabel 4.27 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.18... IV – 36 Tabel 4.28 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.18... IV – 37 Tabel 4.29 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.18... IV – 38 Tabel 4.30 Perhitungan energyexpenditure operator... IV – 40 Tabel 4.31 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja... IV – 42
(9)
commit to user
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar saat duduk .. II-5 Gambar 2.2 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk ... II-5 Gambar 2.3 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah ... II-7 Gambar 2.4 Nordic Body Map……….. II-8 Gambar 2.5 Rest allowance... II-13 Gambar 2.6 Jangkauan gerakan korset bahu... II-13 Gambar 2.7
Gambar 2.8
Jangkauan persendian bahu... Jangkauan gerakan persendian siku...
II-14 II-15 Gambar 2.9 Jangkauan gerakan pergerakan tangan... II-15 Gambar 2.10 Range pergerakan punggung... II-18 Gambar 2.11 Range pergerakan leher... II-18 Gambar 2.12 Range pergerakan kaki ... II-19 Gambar 2.13 Range Pergerakan lengan atas... II-20 Gambar 2.14 Range Pergerakan lengan atas... II-20 Gambar 2.15 Range pergerakan lengan bawah………... II-21 Gambar 2.16 Range pergerakan pergelangan tangan... II-21 Gambar 2.17
Gambar 3.1
Langkah-langkah perhitungan metode REBA... Metodologi penelitian...
II-25 III-1 Gambar 4.1 Stasiun Kerja Accessories……… IV-3 Gambar 4.2 Stasiun Kerja Cutting... IV-3 Gambar 4.3 Stasiun Kerja Sewing ……….. IV-3 Gambar 4.4 Stasiun Kerja Quality control…………... IV-3 Gambar 4.5 Stasiun Kerja Steam...………... IV-3 Gambar 4.6 Stasiun Kerja Packing... IV-3 Gambar 4.7 Grafik persentase keluhan tubuh operator………. IV-9 Gambar 4.8 Aktivitas di stasiun kerja accessories... IV-12 Gambar 4.9 Bagan rekapitulasi penilaian total... IV-16
(10)
commit to user
x
Gambar 4.10 Aktivitas pada stasiun kerja cutting ……….. IV-17 Gambar 4.11 Bagan rekapitulasi penilaian total... IV-20 Gambar 4.12 Aktivitas pada stasiun kerja sewing ………. IV-21 Gambar 4.13 Bagan rekapitulasi penilaian total... IV-25 Gambar 4.14 Aktivitas pada stasiun kerja quality control ………… IV-25 Gambar 4.15 Bagan rekapitulasi penilaian total ……… IV-29 Gambar 4.16 Aktivitas pada stasiun kerja steam ……….. IV-30 Gambar 4.17 Bagan rekapitulasi penilaian total... IV-34 Gambar 4.18 Aktivitas pada stasiun kerja packing ……… IV-34 Gambar 4.19 Bagan rekapitulasi penilaian total... IV-38
(11)
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Operator CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo L1-2 Lampiran 2 Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map L2-4 Lampiran 2 Kuisioner Operator CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo L2-6 Lampiran 3 Gambar Pengukuran Denyut Jantung Operator CV. Cahyo
Nugroho Jati Sukoharjo L3-9 Lampiran 3 Gambar Pengukuran Tekanan Darah Operator CV. Cahyo L3-10
Nugroho Jati Sukoharjo
Lampiran 3 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Operator CV. Cahyo L3-12 Nugroho Jati Sukoharjo
Lampiran 4 Rekapitulasi Persentase Keluhan Pekerja Melalui Kusioner L4-14
(12)
commit to user
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan masalah, dan sistematika penulisan untuk menyelesaikan penelitian.
1.1 LATAR BELAKANG
CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo adalah perusahaan garmen yang berdiri tahun 1998 yang pada awalnya bergerak di bidang furniture, craft, exportir, importir, dan industri garmen namun pada saat ini perusahaan tersebut fokus ke industri garmen karena mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Dalam aktivitas produksi CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo terbagi menjadi enam stasiun kerja, di antaranya stasiun kerja accecories, cutting, sewing, quality control, steam dan packing. Setiap stasiun kerja melakukan aktivitas produksi yang berbeda-beda. Stasiun kerja accecories melakukan pengecekan aksesoris kebutuhan pakaian dengan sikap kerja duduk secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar.
Stasiun kerja cutting bertugas memotong kain berdasar pola yang di buat cara kerja operator memotong kain dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar. Stasiun kerja sewing merupakan bagian yang terpenting dari garmen yang mana tugasnya adalah menjahit cara kerja di stasiun kerja cutting
adalah operator memotong kain dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar.
Stasiun kerja quality control bertugas mengecek kualitas hasil material produksi dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar. Stasiun kerja steam
bertugasmenyeterika hasil material produksi operator menyeterika pada proses ini menggunakan mesin uap sehingga mengakibatkan operator merasa panas pada
(13)
commit to user
I-2
waktu mesin di operasikan dalam kondisi seperti ini akan berdampak pada energi yang di keluarkan akan semakin besar.
Stasiun kerja packing bertugas melakukan pengepakan material produksi ke dalam kardus aktivitas tersebut tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga sehingga energi yang di keluarkan sedikit.
Berdasar penelitian sodara Miftahudin ternyata bahwa pekerjaan dengan sikap kerja seperti itu menimbulkan ketidaknyamanan seperti pegal, kesemutan dan nyeri pada tulang. Hasil penyebaran kuesioner dengan menunjukkan Nordic Body Map kepadakepada 18 operator CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo tentang keluhan kerja diperoleh tingkat keluhan terjadi pada organ tubuh leher bagian atas sebesar 61 %, organ tubuh bagian punggung sebesar 61 % pinggul kebelakang sebesar 39 %, pada bagian bahu sebesar 72 %, pergelangan tangan kanan sebesar 28 % dan pinggang kebelakang sebesar 28 %, telapak kaki kiri dan kanan 61%. Selain beban pekerjaan yang cukup besar, postur tubuh saat bekerja sangat berpengaruh dengan konsumsi energi.
Penelitian ini menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body
Assessment), karena metode ini dapat digunakan untuk menilai faktor resiko
gangguan tubuh operator (McAtamney dan Hignett, 2000). Selanjutnya akan dievaluasi dengan perhitungan energi expenditure dan energi cost dengan mengukur denyut jantung operator, perhitungan energi expenditure dan energi
cost pada operator digunakan karena saat tubuh operator melakukan aktivitas kerja fisik akan terjadi perubahan denyut jantung dan konsumsi oksigen sehingga dapat diketahui tingkat kelelahan kerja dan konsumsi energi yang dibutuhkan saat beraktivitas dengan cara membandingkan denyut jantung sebelum beraktivitas dan setelah beraktivitas.
Berdasar permasalahan tersebut maka perlu dilakukan analisa dan perbaikan pada aktivitas baik dari segi postur kerja maupun metode kerja operator dengan menggunakan metode REBA, perhitungan energi expenditure, dan energi
cost dengan pendekatan fisiologi. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh operator selama proses bekerja dan mengurangi tingkat konsumsi energi sesuai dengan harapan operator CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo.
(14)
commit to user
I-3 1.2 PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana menganalisa postur kerja dan metode kerja berdasarkan metode REBA, perhitungan energy expenditure dan energy cost CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian dan penulisan laporan ini adalah melakukan analisa postur kerja operator di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo di setiap stasiun kerja.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan postur kerja operator dengan tingkat konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan konsumsi energi sebelumnya pada operator CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. 1.5 BATASAN MASALAH
Agar dalam menyelesaikan masalah tidak menyimpang dari tujuan dan menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti, maka penulis memberi batasan masalah sebagai berikut :
1. Pekerja yang diukur adalah operator di semua stasiun kerja masing-masing 3 pekerja di karenakan keterbatasan alat.
2. Energy cost dan energy expenditure diukur berdasarkan denyut jantung menggunakan omron meter.
I.6. ASUMSI
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Operator mempunyai postur kerja yang sama disetiap stasiun kerja.
2. Kondisi semua di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo dalam keadaan sehat saat dilakukan penelitian.
I.7. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
(15)
commit to user
I-4
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti dijelaskan, di bawah ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan permasalahan serta perumusan masalah yang melatar belakangi penulisan ini. Selain itu, diungkapkan pula tujuan penelitian, manfaat, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Merupakan pembahasan secara terperinci mengenai metode maupun teori-teori yang digunakan sebagai landasan untuk pemecahan masalah. Beberapa di antaranya adalah penjelasan mengenai sistem kerja, keluhan musculoskeletal, REBA, fisiologi, dan lain-lain.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang garis besar langkah– langkah pemecahan masalah yang ditetapkan dalam penelitian. Bentuk metodologi penelitian disesuaikan dengan masalah yang diteliti dan teknik pemecahan masalah yang digunakan.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dalam bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan yang selanjutnya akan diproses melalui pengolahan data untuk menyelesaikan masalah penelitian. Adapun data-data pokok yang dikumpulkan antara lain: data sikap kerja pekerja, energy expenditure, dan lain-lain.
BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL
Berisi tentang analisis hasil pengolahan data dan perancangan metode kerja yang didapat dari rekomendasi perbaikan sikap kerja menggunakan pendekatan energy expenditure (fisiologi kerja) dan postur kerja.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan berisi pokok-pokok hasil penelitian dan uraian singkat hasil analisa yang dilakukan serta mengemukakan saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pekerja.
(16)
commit to user
II-1
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta menganalisa permasalahan yang ada.
2.1 Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perusahaan
CV.Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo di dirikan pada tahun 1998 oleh Bapak Gunawan Yulianto, CV.Cahyo Nugroho Jati mempunyai dua cabang yaitu CV.Cahyo Nugroho Jati yang berada di Solobaru Sukoharjo dan CV.Cahyo Nugroho Jati II yang berada di Boyolali, kedua perusahaan ini bergerak di bidang
exporter dan producen garmen. CV.Cahyo Nugroho Jati berdiri diatas sebidang tanah seluas 5800 m² dengan dua bangunan utama yang digunakan untuk proses produksi dan kantor.
Jenis produk garmen yang dihasilkan perusahaan ini bervariasi beberapa diantaranya; kemeja, jaket, pakaian anak, t-shirt, celana training, baju koko, dan lain-lain. Perusahaan ini memproduksi pakaian jadi untuk memenuhi pasar dalam negeri maupun pasar internasional, sedangkan daerah pemasarannya meliputi kawasan Amerika, Asia, Eropa, dan pasar dalam negeri.
CV.Cahyo Nugroho Jati memperkerjakan kuarang lebih 300 karyawan pada tahun 2011, perusahaan ini termasuk dalam industri garmen berskala besar, dalam sebulan perusahaan ini mampu berproduksi mencapai 150.000 unit produk garmen.
2.2 Produk
Produk adalah penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang mencakup kualitas, rancangan bentuk, merek dan kemasan. Produk yang di hasilkan CV.Cahyo Nugroho Jati adalah produk pakaian jadi, produk tersebut antara lain :
a. Jerseys, Pullovers, Cardigans, knitted/ Crocheted barang-barang rajutan. b. Blouses, Shirts & Shirts-blouses, knitted/ Crocheted barang-barang rajutan. c. Womens/ Girls Blouses, Shirts & Shirts-blouses pakaian jadi bukan rajutan. d. Suits pakaian jadi bukan rajutan.
(17)
commit to user
II-2 e. Panties pakaian jadi bukan rajutan.
f. Skirts & Divided Skirts pakaian jadi bukan rajutan. g. Jackets pakaian jadi bukan rajutan.
h. Womens/ Girls Overcoat, Car-coats, Capes. etc, Knitted/ Crocheted barang-barang rajutan.
2.3
Landasan Teori
2.3.1 Pengertian Ergonomi
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergos (kerja) dan nomos
(hukum alam). Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain (Nurmianto, 1996). Perhatian ergonomi ditujukan pada kemampuan dan kesanggupan kerja tenaga kerja untuk melakukan pekerjaannya (Vaughan, 1980). Ergonomi terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti fisiologi, anatomi, biologi, psikologi, dan sosiologi. Terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi-disipliner.
Ergonomi sebagai ilmu yang bersifat multi-disipliner berhubungan dengan aspek manusia yang sedang bekerja. Perkembangan dan prakteknya bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi di bidang industri. Inputnya dapat berupa kondisi manusia yang tidak aman dalam bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan adanya hubungan manusia-mesin yang tidak ergonomis. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila
(18)
commit to user
II-3
kesehatan dan keselamatan kerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan pekerja pada musculoskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan kesehatan dan keselamatan pekerja.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Ada beberapa aspek dari pendekatan ergonomi yang harus dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan ergonomi, antara lain :
1. Sikap dan Posisi Kerja
Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja, baik duduk ataupun berdiri merupakan suatu hal yang sangat penting. Adanya sikap atau posisi kerja yang tidak mengenakkan dan berlangsung dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan pekerja cepat mengalami kelelahan serta membuat banyak kesalahan.
2. Kondisi Lingkungan Kerja
Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja, terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri manusia (intern) dan faktor dari luar diri manusia (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan yang meliputi semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, getaran mekanis, warna, bau-bauan dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja yang bising, panas, bergetar atau atmosfer yang tercemar akan memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja operator.
3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja.
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi gerakan dapat memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan kerja.
(19)
commit to user
II-4
2.3.2 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal
Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada.
1. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi. Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah.
Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs). Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan pembengkakan pergelangan kaki.
2. Sikap Kerja Duduk
Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.
(20)
commit to user
II-5
Gambar 2.1 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar pada saat duduk Sumber : Bridger RS, 1995
Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapat dikurangi dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak
1
/3 sampai ½ lebih banyak daripada posisi berdiri (Bridger, 1995). Sikap kerja
duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar. Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi
lumbar yang menekuk.
3. Sikap Kerja Membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan rasa sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada punggung bawah (low back pain ).
Gambar 2.2 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk Sumber: Bridger RS, 1995
Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh. Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan.
(21)
commit to user
II-6
Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back pain).
Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar. 4. Pengangkatan Beban
Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari kecelakaan akibat tekanan secara berlebihan berkaitan dengan aktivitas menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion (Bernard dan Fine, 1997). Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1.
Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan tulang belakang. Bila pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral disc pada bagian L5/S1 pecah.
Gambar 2.3 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah Sumber: Bridger RS, 1995
(22)
commit to user
II-7
Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat mengangkat beban adalah :
a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh.
c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman.
d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring (bending and twist).
e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.
5. Membawa Beban
Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa. 6. Mendorong Beban
Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.
7. Menarik Beban
Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban akan mudah tergelincir dan
(23)
commit to user
II-8
melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak pendek.
2.4 Nordic Body Map (NBM)
Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.4, maka dpat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas yang tinggi.
Gambar 2.4 Nordic Body Map
Sumber : Corlett, 1992 2.5 Fisiologi Kerja
Fisiologi kerja adalah studi tentang fungsi organ manusia yang dipengaruhi stress otot. Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya otot, dan aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan pekerjaan.
Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang terlibat
(24)
commit to user
II-9
melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan denyut jantung dan
energyexpenditure (Sanders, 1993).
Tabel 2.1 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen, denyut jantung, dan energyexpenditure
Energy Expenditure
(kcal/min)
Light Work < 0.5 <90 <2,5
Moderate Work 0.5 – 1.0 90-110 2,5-5,0
Heavy Work 1.0 – 1.5 110-130 5,0-7,5
Very Heavy Work 1.5 – 2.0 130-150 7,5-10,0
Extremely Heavy Work > 2.0 150-170 >10,0
Work Severity
Heart Rate (beats/min)
2 VO
Sumber: Sanders, 1993
Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja, kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahan-lahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu bekerja sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal.
Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energi expenditure adalah mengukur denyut jantung dengan memakai omronmeter. Kemudian dilakukan penghitungan konsumsi energi (energi expenditure). Pengukuran seperti ini disebut pengukuran langsung. Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan mengukur kecepatan denyut jantung seseorang.
Kecepatan denyut jantung akan meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot melalui pembuluh darah. Dengan kata lain denyut jantung seperti sinyal yang menunjukkan adanya beban pada tubuh, dan dapat digunakan sebagai indeks
(25)
commit to user
II-10 untuk mengetahui fisiologi kerja.
Pengukuran energi expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. 2.6 Konsumsi Energi (Energy Expenditure)
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Menurut Marks, Sanders (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10
-4
)X
2
dimana :
Y = energi (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut :
KE = Et - Ej Dimana :
KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit) Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit) Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit)
Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi pada saat istirahat.
2.7 Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost)
(26)
commit to user
II-11
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:
E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0.0143 kcal / min
Berikut ini adalah tabel (nilai) dari pekerjaan fisik yang menunjukkan berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi energi, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (E – Cost) berdasarkan penggolongan jenis kelamin pria / wanita.
Gambar 2.5 Rest allowance
Sumber : Sanders dkk, 1993
2.8 Postur Kerja
Postur kerja adalah pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.
(27)
commit to user
II-12 a. Korset bahu
Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction, adduction, elevation, depression.
Gambar 2.6 Jangkauan gerakan korset bahu
Sumber: Nurmianto, 2004
· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh
(the median plane).
· Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).
· Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)
· Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah. b. Persendian bahu
Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension, abduction, adductio, rotation.
Gambar 2.7 Jangkauan persendian bahu Sumber: Nurmianto, 2004
(28)
commit to user
II-13
· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
· Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan. · Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara
keseluruhan. c. Persendian siku
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.
Gambar 2.8 Jangkauan gerakan persendian siku Sumber: Nurmianto, 2004
· Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. · Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
d. Persendian pergelangan tangan
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.
(29)
commit to user
II-14
Gambar 2.9 Jangkauan gerakan pergerakan tangan Sumber: Nurmianto, 2004
· Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.
· Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.
· Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.
· Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
· Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar. 2.9 Rapid Entire Body Assesment (REBA)
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (McAtamney, 2000).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang
(30)
commit to user
II-15
beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja.
Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.
Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan. REBA tersebut digunakan untuk mengetahui level resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja. Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto.
Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.
Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.
Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing-masing tabel.
(31)
commit to user
II-16
Tabel 2.2 Skor pergerakan punggung (batang tubuh)
P
Peerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann S
Skkoorr
Tegak 1
+1 jika memutar atau kesamping
0⁰ - 20⁰Flexion
2
0⁰ - 20⁰Extension
20⁰ - 60⁰Flexion
3
>20⁰ Extension
>60⁰Flexion 4
Sumber : McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.2 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut ini :
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.10 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0o– 20oflexion, (c) postur 20o - 60o flexion, (d) postur 60o atau lebih
flexion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3 Skor pergerakan leher
P
Peerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaannsskkoorr
00 - 200 Flexion 1
> 200 Flexion atau Extension 2
+1 jika memutar atau miring kesamping Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.3 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini.
(32)
commit to user
II-17
(a) (b)
Gambar 2.11 Range pergerakan leher (a) postur 200 atau lebih flexion, (b) postur
extension
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.4 di bawah ini. Tabel 2.4 Skor postur kaki
P
Peerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaannsskkoorr
Kaki tertopang ketika berjalan atau duduk dengan bobot seimbang rata - rata
1
1 jika lutut antara 300 - 600 Flexion
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata
2
2 jika lutut > 600
Flexion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.4 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada Gambar 2.12 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.12 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata (b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata
(33)
commit to user
II-18
Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Skor pergerakan lengan atas
Pergerakan
skor
Perubahan skor
60 Extension - 60 Flexsion
1
+ 1 jika lengan atas abduction > 20 Extension20 - 45 Flexion
45 - 90 Flexion
3
> 90 Flexion
4
2
+ 1 jika pundak atau bahu ditinggikan-1 jika operator bersandar atau bobot lengan ditopang
0 0
0
0 0
0 0
0
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.5 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada Gambar 2.14 berikut ini.
(a) (b) (c)
Gambar 2.13 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
(c) (d)
Gambar 2.14 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200flexion dan extension, (b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c) postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion (lanjutan) Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
(34)
commit to user
II-19
Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6 Skor pergerakan lengan bawah
P
Peerrggeerraakkaann SSkkoorr
600- 1000 Flexsion 1 < 600Flexsion atau > 1000Flexsion 2 Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.6 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.16 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.15 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 600- 1000 flexsion, extension, (b) postur 600 atau kurang flexsion dan 1000 atau lebih
flexio.
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.7 di bawah ini.
Tabel 2.7 Skor pergelangan tangan Pergerakan Skor Perubahan Skor 0°-15° Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan > 15° Flexion atau Extension 2 menyimpang atau berputar Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.7 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.16 berikut ini.
(35)
commit to user
II-20
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.16 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur 0-15° flexion maupun extension, (c) postur 15° atau 1ebih
flexion, (d) postur 15° atau 1ebih extension.
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan Tabel 2.8 di bawah ini.
Tabel 2.8 Tabel A
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Table A Neck
1 2 3
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9 Tabel B
Upper Arm Wrist 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Table B
Lower Arm
1 2
(36)
commit to user
II-21
Hasil skor yang diperoleh dari Tabel A dan Tabel B digunakan untuk melihat Tabel C sehingga didapatkan skor dari Tabel C
Tabel 2.10 Tabel C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Score A (score from teble A+load/force score)
Table C
Score B, (table B value + coupling score)
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerja. Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor.
Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.11 di bawah ini.
Tabel 2.11 Load atau force
0 1 2 1
<5kg 5-10kg >10kg shock or rapid
build up
Load/Force
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.12 di bawah ini.
Tabel 2.12 Coupling
0 Good 1 fair 2 Poor 3 Unacepptable
Coupling
Well-fitting handle and a mid-range power grip
hand hold acceptable but not ideal, or coupling is acceptable via another part of the body
Hand hold not acceptable although possible
Awkward, unsafe grip, no handles;coupling is
unaceptable using other parts of the body
(37)
commit to user
II-22
Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.13 di bawah ini.
Tabel 2.13 Activity
Activity
+1 1 more body parts static
(held>1 min)
+1 repeated>4 per min in
small range (not walking)
+1 rapid large changes in
posture or unstable base Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan.
Setelah didapatkan skor dari Tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari Tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari Tabel C yang ada.
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas pekerja. Nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada
musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA dapat dilihat pada Gambar 2.17 di bawah ini.
Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
(38)
commit to user
II-23
Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.14 berikut ini.
Tabel 2.14 Level resiko dan tindakan
Action Level Skor REBA Level Resiko Tindakan perbaikan
0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu
1 2 – 3 Rendah Mungkin perlu
2 4 – 7 Sedang Perlu
3 8 – 10 Tinggi Perlu segera
4 11 - 15 Sangat tinggi Perlu saat ini juga Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Pada Tabel 2.14 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi.
(39)
commit to user
III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukan pada flowchart Gambar. 3.1.
(40)
commit to user
III-2
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada flowchart Gambar 3.1,
diuraikan sebagai berikut :
3.1 TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH
Tahap identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian ini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi di CV. Cahyo Nugroho Jati selanjutnya melakukan perumusan masalah yang terjadi di CV. Cahyo Nugroho Jati dalam upaya memecahkan masalah dengan menggunakan metode REBA untuk mencapai tujuan penelitian.
3.1.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang terkait dengan REBA dan fisiologi yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di CV. Cahyo Nugroho Jati, seperti kuisioner
Nordic Body Map, postur kerja dan fisiologi (beban kerja), sebagai landasan dalam tahap-tahap penelitian selanjutnya, sebagai kerangka berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
3.1.2 Studi Lapangan
Tahap ini merupakan observasi langsung di lapangan, yaitu di CV. Cahyo Nugroho Jati. Observasi dilakukan dengan melihat aktivitas operator dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di CV. Cahyo Nugroho Jati untuk mencari penyelesaian mengenai masalah tersebut. Kegiatan untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan cara pengamatan langsung, dokumentasi gambar, wawancara, kuisioner Nordic Body Map, dan pengukuran denyut nadi operator sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Pengamatan ini bertujuan untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi konsumsi energi (fisiologi kerja). 3.1.3 Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu bagaimana menganalisa sikap kerja operator di CV. Cahyo Nugroho Jati berdasarkan (Rapid Entire Body Assessment) REBA.
(41)
commit to user
III-3 3.1.4 Tujuan Penelitian
a) Menganalisa sikap kerja di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo dengan metode REBA
b) Mengusulkan perbaikan postur kerja berdasarkan analisis energy cost
dan energy expenditure. 3.1.5 Manfaat Penelitian
menghasilkan postur kerja operator dengan tingkat konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan konsumsi energi sebelumnya pada operator di CV. Cahyo Nugroho Jati dengan pendekatan REBA dan penghitungan energy cost dan
energy expenditure.
3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA
Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung penelitian mengenai perbaikan sikap kerja di CV. Cahyo Nugroho Jati, sebagai berikut :
3.2.1 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara menggali informasi kondisi awal mengenai aktivitas kerja, biodata, aktivitas jam kerja, identitas, dan lama bekerja operator di setiap stasiun kerja. Kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin tanggal 7 Februari 2011 pukul 08.30 WIB.
3.2.2 Data Postur Kerja
Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh operator CV. Cahyo Nugroho Jati yang terjadi pada aktivitas padaproses cutting, sewing, steam, quality control, packing, dan accesoris. Pencatatan data postur kerja tesebut berupa dokumentasi foto-foto postur kerja, dan video saat melakukan aktivitas kerja.
3.2.3 Data Fisiologi
Pengumpulan data fisiologi tersebut meliputi, nama, umur, penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omronmeter. Pengukuran denyut jantung dilakukan dengan mengukur denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, agar
(42)
commit to user
III-4
diketahui selisih antara denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain:
v Mengukur denyut jantung operator pada saat sebelum dan sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Kamis tanggal 24 Februari 2011 pukul 07.00 s/d 12.00 WIB.
Pengukuran tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, karena diharapkan kondisi operator pada saat dilakukan pengukuran melalui omronmeter tidak mengalami gangguan secara psikologis dan mendapatkan nilai pengukuran denyut jantung dengan tepat (valid).
3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA
3.3.1 Perhitungan Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entrie Body Assessment (REBA)
Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari posisi kerja pada operator, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan REBA scoresheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur tubuh dan kategori level tindakan REBA. Proses penilaian dengan metode REBA adalah menterjemahkan sikap kerja dari hasil rekaman sesuai dengan sikap kerja menjadi dua grup yaitu:
a. grup A terdiri atas postur tubuh atas dan bawah batang tubuh (trunk), Leher (neck), dan kaki (legs)
b. grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).
Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala skor postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan Coupling
(kopling). Dengan melihat pada tabel penilaian untuk masing-masing postur, tabel A untuk grup A, dan tabel B untuk grup B. skor A adalah jumlah dari hasil pada tabel A dan skor beban/ kekuatan. Skor B adalah jumlah skor dari tabel B dan skor kopling untuk masing-masing tangan. Skor C dibaca dari tabel C dengan memasukkan skor A dan skor B, sehingga diperoleh skor REBA dengan jumlah dari skor C dan skor tindakan. Akhirnya diperoleh suatu hasil berupa tingkatan level resiko.
(43)
commit to user
III-5
Pada metode REBA sikap kerja dinyatakan dengan ukuran sudut, penentuan sudut dilakukan secara manual dengan bantuan busur derajat, spidol dan mika. Proses penilaian metode REBA digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.2. REBA scoresheet
Sumber : McAtamney, 1993
Selain menggunakan penilaian REBA, penentuan kategori sikap kerja dapat dianalisa menggunakan bantuan software REBA. Penggunaan REBA memudahkan penentuan kategori sikap kerja, dan lebih lengkap dalam menganalisa jika dibandingkan metode manual menggunakan tabel.
Data input yang dibutuhkan untuk menganalisa menggunakan REBA adalah data sikap kerja dan beban yang diangkat. Setelah proses pemasukan data selesai, maka akan terlihat hasil analisa REBA.
3.3.2 Perhitungan Fisiologi
A. Perhitungan EnegyExpenditure
Penghitungan energy expenditure dilakukan dengan menggunakan data denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Denyut jantung sebelum bekerja diukur sesaat sebelum melakukan. Pengukuran denyut jantung setelah bekerja
(44)
commit to user
III-6 dilakukan setelah melakukan aktivitas.
Tujuan dari perhitungan energy expenditure adalah mengukur besarnya energi (tenaga yang dikeluarkan) yang dikeluarkan oleh pada saat sebelum maupun sesudah bekerja dan menentukan kriteria penggolongan beban kerja. Menurut (Sanders & Cormick, 1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4) X2
KE = Et - Ej
dimana :
Y = energi operator (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung operator (denyut per menit)
B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (energy cost)
Menurut (Kamalakannan, 2007) bahwa bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G dimana :
E – Cost = Energy Cost operator (watt)
HR = Working Heart Rate operator (bpm)
HT = Height operator (inch)
A = Age operator (yrs)
RHR = Resting Heart Rate operator (bpm)
G = Gender operator (m = 0 ; f = 1)
1 watt » 0,0143 kcal / min
3.4 TAHAP ANALISA DAN INTERPRETASI HASIL
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi hasil. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil-hasil pengolahan data, yaitu menganalisa postur kerja melalui metode REBA, menganalisa pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja, energy expenditure yang dikeluarkan masing–masing
(45)
commit to user
III-7
operator, memberikan hasil rekomendasi sikap kerja serta validasi hasil terhadap lingkungan sekitar.
3.5 TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini menguraikan target pencapaian tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian yang telah dilakukan dan masukan bagi penanggung jawab dari tempat peneliti.
(46)
commit to user
IV-1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian. Proses pengumpulan dan pengolahan data meliputi dokumentasi, wawancara, penyebaran Nordic Body Map, penyebaran kuisioner keluhan dan keinginan operator, pengumpulan data operator dan pengolahan data yang telah di dapat. Data yang dikumpulkan dan diolah akan digunakan sebagai dasar analisis terhadap penyelesaian permasalahan yang dihadapi.
4.1 PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan Februari– Maret 2011 yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat penelitian. Untuk mendapatkan data awal dilakukan beberapa tahapan, diantaranya: pengamatan langsung, dokumentasi gambar, wawancara, dan penyebaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak nyaman yang dirasakan pada masing-masing bagian operator di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. Berikut ini data karyawan yang diperoleh di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo.
Tabel 4.1 Data Karyawan CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo
1 Sri Sejati 27 47 155
2 Sukasmi 28 50 150
3 Saryanti 30 44 155
4 Sartini 32 65 155
5 Paiyem 33 57 158
6 Rini Wulan Sari 28 53 147 7 Ika Fitri Utami 23 42 155
8 Nevi Andriani 31 56 155
9 Warsini 37 42 150
10 Unik Susanti 28 48 145
11 Sri Nandang Sih 24 55 160
12 Hartatik 26 45 163
13 Sulati 39 55 145
14 Poniyati 25 40 150
15 Ratih Indah Sari 28 49 150
16 Is Cahyowati 25 43 145
17 Sri Wijini 32 33 152
18 Suparmi 26 46 155
NO Nama Umur Berat
Badan
Tinggi Badan
(47)
commit to user
IV-2
Data karyawan pada tabel 4.1 di bagi menjadi 6 stasiun kerja, berikut data karyawan di setiap stasiun kerja :
Tabel 4.2 Data karyawan di setiap stasiun kerja
Berat
Tinggi
Badan
Badan
1
Unik Susanti
28
48
145
2
Sri Nandang Sih
24
55
160
3
Hartatik
26
45
163
4
Sri Sejati
27
47
155
5
Sukasmi
28
50
150
6
Saryanti
30
44
155
7
Sartini
32
65
155
8
Paiyem
33
57
158
9
Rini Wulan Sari
28
53
147
10 Sulati
39
55
145
11 Poniyati
25
40
150
12 Ratih Indah Sari
28
49
150
13 Is Cahyowati
25
43
145
14 Sri Wijini
32
33
152
15 Suparmi
26
46
155
16 Ika Fitri Utami
23
42
155
17 Nevi Andriani
31
56
155
18 Warsini
37
42
150
Quality
Control
Bagian
Accessories
Cutting
Sewing
Steam
Packing
No
Nama
Umur
Sumber: Pengolahan Data, 2011
4.1.1 Dokumentasi
Dokumentasi sikap kerja yang dilakukan oleh karyawan di masing masing stasiun kerja dan rekaman video. Pengambilan dokumentasi gambar yang bertujuan mendokumentasikan proses aktivitas kerja operator dilakukan pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2011 pukul 09.30 WIB. Pola proses aktivitas kerja operator di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo dapat dilihat pada gambar 4.1 – 4.6 :
(48)
commit to user
IV-3
Gambar 4.1 Stasiun Kerja Accesories Gambar 4.2 Stasiun Kerja Cutting
Sumber: Pengolahan Data, 2011 Sumber: Pengolahan Data, 2011
Gambar 4.3 Stasiun Kerja Sewing Gambar 4.4 Stasiun Kerja Quality control
Sumber: Pengolahan Data, 2011 Sumber: Pengolahan Data, 2011 Gambar 4.5 Stasiun Kerja Steam Gambar 4.6 Stasiun Kerja Packing
(49)
commit to user
IV-4 4.1.2 Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada hari Rabu tanggal 16 Februari 2011 pukul 10.30 WIB. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi awal yang dilakukan secara langsung dari masing-masing operator di tiap stasiun kerja, mengenai biodata, aktivitas jam kerja dan keluhan secara umum yang dialami oleh operator. Berdasarkan hasil wawancara dengan operator CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo diketahui bahwa sebagian banyak dari para pekerja mengeluh sakit pada otot terutama pegal, kesemutan, dan nyeri pada tulang. Pada kondisi kerja seperti ini perlu dilakukan penilaian sikap kerja pada masing-masing stasiun kerja. Wawancara dilakukan dengan menanyakan data dan umur. Hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berikut ini data umur dan masa kerja operator dapat dilihat pada Tabel 4.8. dibawah ini:
Tabel 4.3 Data umur dan masa kerja karyawan CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo
Umur (tahun) Masa Kerja (tahun)
Range 22-39 4 s/d 14
Rata-rata 29 8,6
4.1.3 Kuesioner
Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner dilakukan pada hari Kamis tanggal 3 Maret 2011 pukul 14.30 WIB. Kuisioner tersebut dibedakan menjadi dua bagian, antara lain kuisioner Nordic Body Map dan kuisioner keluhan serta keinginan. Adapun penjabaran mengenai kedua macam kuisioner dapat dilihat dibawah ini :
a. Kuisioner Nordic Body Map
Kuesioner Nordic Body Map diberikan kepada delapan belas orang operator di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. Tujuan pengisian kuisioner Nordic Body Map adalah mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Pada pengisian kuisioner Nordic Body Map dilakukan langsung oleh dengan cara memberikan tanda silang (×) pada bagian tubuh yang mengalami keluhan. Kuisioner Nordic Body Map dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
(50)
commit to user
IV-5
b. Kuisioner Keluhan dan Keinginan Operator di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo.
Kuisioner keluhan dan keinginan diberikan kepada delapan belas orang operator di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo. Tujuan pengisian kuisioner yaitu untuk mengetahui keluhan operator pada saat melakukan aktivitas dan keinginan terhadap perbaikan metode kerja yang aman dan nyaman.
Pengisian kuisioner tersebut dilakukan langsung oleh dengan cara memberikan tanda silang (×) pada bagian jawaban kuisioner tertutup dan pengisian jawaban keinginan pada bagian kuisioner terbuka. Kuisioner keluhan dan keinginan dapat dilihat dalam Lampiran 2.2.
4.1.4 Data Postur Kerja
Pencatatan data postur kerja operator dilakukan pada hari Minggu tanggal 15 Maret 2011. Sikap kerja yang dilakukan oleh operator di CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo pada aktivitas bekerja dapat di lihat pada Tabel 4.9 – 4.14 menunjukkan enam postur kerja ketika melakukan aktivitas di tiap stasiun kerja.
Tabel 4.4 Postur kerja pada stasiun kerja accesories.
G
Gaammbbaarr KKeetteerraannggaann
Posisi punggung tegak
dengan sudut 13o,
pergerakan leher
menekuk dengan
sudut sebesar 17o ,
posisi lengan atas
sebesar 470, posisi lengan bawah sebesar
880, posisi lutut
menekuk dengan
(1)
commit to user
Hasil penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja seluruh di setiap masing-masing stasiun kerja dapat dilihat dalam Tabel 4.31 dibawah ini.
Tabel 4.31 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja
Age Height Gender Energy Cost Energy Cost
( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 ) Resting Heart Rate Working Heart
Rate ( watt ) ( kcal/min )
1 SRI SEJATI 27 61,02 female 70 142 449,45 6,43
2 SUKASMI 28 59,06 female 76 145 385,46 5,51
3 SARYANTI 30 61,02 female 80 152 474,05 6,78
4 SARTINI 32 61,02 female 73 149 509,60 7,29
5 PAIYEM 33 62,20 female 86 138 352,26 5,04
6 RINI WULAN SARI 28 57,87 female 72 143 368,54 5,27
7 IKA FITRI UTAMI 23 61,02 female 74 140 384,41 5,50
8 NEVI ANDRIANI 31 61,02 female 71 132 374,18 5,35
9 WARSINI 37 59,06 female 84 143 349,04 4,99
10 UNIK SUSANTI 28 57,09 female 75 125 171,92 2,46
11 SRI NANDANG SIH 24 62,99 female 82 127 267,02 3,82
12 HARTATIK 26 64,17 female 79 118 250,86 3,59
13 SULATI 39 57,09 female 89 155 374,24 5,35
14 PONIYATI 25 59,06 female 77 148 390,23 5,58
15 RATIH INDAH SARI 28 59,06 female 72 146 423,92 6,06
16 IS CAHYOWATI 25 57,09 female 73 126 181,94 2,60
17 SRI WIJINI 32 59,84 female 83 121 165,02 2,36
18 SUPARMI 26 61,02 female 80 116 147,17 2,10
Heart Rate ( bpm )
NO Name
Berdasarkan Tabel 4.31. diatas, besarnya energy cost yang dikeluarkan maka
aktivitas kerja operator di setiap masing-masing stasiun kerja ini termasuk kategori kerja berat (heavy work) untuk operator SriSejati, Sukasmi, Saryanti, Sartini, Paiyem, Rini Wulan Sari, Ika Fitri Utami, Nevi Andriani, Warsini, Sulati, Poniyati, Ratih Indah Sari. Sedangkan untuk operator Unik Susanti, Sri Nandang Sih, Hartatik, Is Cahyo Wati, Sri Wijini, Suparmi, jenis aktivitas tersebut tergolong kerja sedang (moderate work). Penjelasan kriteria kerja berdasarkan
(2)
commit to user
V - 1
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil yang telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
5.1 Analisis Penilaian Sikap Kerja Awal Dengan Metode REBA
Penilaian sikap kerja terbagi menjadi enam aktivitas pekerjaan, enam aktivitas tersebut yaitu accecories, cutting, sewing, quality control, steam,
packing. Keenam aktivitas ini kemudian dibagi ke dalam fase-fase gerakan untuk memudahkan penilaian. Pembagian fase-fase gerakan ini berbeda untuk tiap aktivitas karena tiap pekerja memiliki sikap kerja yang berbeda untuk tiap aktivitas. Perbedaan aktivitas pekerjaan dan gerakan dari tiap operator menyebabkan penilaian sikap kerja tiap operator menjadi berbeda.
Penilaian dengan metode REBA akan menghasilkan level kategori 0-4, akan tetapi untuk mengetahui level skor REBA didahului dengan mengetahui grand skor (skor total) dari tiap fase gerakan barulah dikelompokkan ke dalam level kategori tertentu. Untuk grand skor 1 termasuk kedalam level kategori 0 yang menunjukkan kondisi sikap kerja yang aman dan tidak diperlukan tindakan. Untuk grand skor 2-3 termasuk ke dalam level kategori 1 yang berarti mungkin diperlukan tindakan dalam beberapa waktu ke depan. Pada grand skor 4-7 termasuk ke level kategori 2 yang artinya perlu tindakan dalam beberapa waktu ke depan. Pada grand skor 8-10 termasuk ke dalam level kategori 3 yang artinya perlu tindakan secepatnya. Pada grand skor 11-15 termasuk ke dalam level kategori 4 yang artinya pemeriksaan dan perbaikan sekarang juga. Berikut ini hasil penilaian sikap kerja pada operator CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo menggunakan metode REBA.
Stasiun kerja accecories berdasarkan perhitungan skor REBA berada pada level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal tinggi yaitu segera dilakukan perbaikan (necessary soon) untuk mengurangi resiko kerja, sedangkan cara kerja stasiun kerja accecories operator melakukan pengecekan aksesoris kebutuhan pakaian dengan sikap kerja duduk secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar. Pada stasiun kerja
(3)
commit to user
cutting dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja, sedangkan cara kerja di stasiun kerja
cutting adalah operator memotong kain dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar. Pada stasiun kerja sewing dengan level 2 resiko pada
muskuloskeletal sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja, cara kerja di stasiun kerja sewing ini adalah menjahit dengan sikap kerja duduk secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar.
Pada stasiun kerja quality control level tindakan yaitu level 1 dengan level resiko pada muskuloskeletal rendah yaitu mungkin perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja, stasiun kerja ini operator bertugas mengecek kualitas hasil material produksi dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar.
Pada stasiun kerja steam level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja, stasiun kerja ini operator bertugas menyeterika dengan mesin setrika uap dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar.
Pada stasiun kerja packing level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja, di stasiun kerja ini operator bertugas melakukanpengepakan material produksi ke dalam kardus dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau dibiarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar.
5.2 Analisis Beban Kerja Berdasarkan Energi Expenditure
Energi expenditure dapat digunakan sebagai salah satu variabel untuk menentukan berat atau tidaknya sebuah pekerjaan. Sebuah pekerjaan dapat dikelompokan dalam kriteria extremely heavy work (sangat berat sekali), very heavy work (sangat berat), heavy work (berat), moderate work (tidak terlalu berat/sedang), light work (ringan) dilihat dari besarnya energi expenditure yang
(4)
commit to user
V - 3
dihasilkan. Energi expenditure dapat dihitung dengan menggunakan denyut jantung saat bekerja.
Besarnya energy expenditure yang dikeluarkan pada aktivitas operator di stasiun kerja cutting, sewing, steam ini termasuk kategori kerja berat (heavy work), karena dalam stasiun kerja cutting sikap kerja operator memotong kain dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sehingga kalau di biarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar. Pada stasiun kerja sewing
sikap kerja operator menjahit dengan sikap duduk secara secara terus menerus sehingga kalau di biarkan terlalu lama resiko yang diterima operator akan semakin besar. Pada stasiun kerja steam sikap kerja operator menyeterika pada aktivitas ini menggunakan mesin uap sehingga uap panas yang dikeluarkan mesin tersebut operator merasa panas pada waktu mesin di operasikan dalam kondisi seperti ini akan berdampak pada energi yang di keluarkan akan semakin besar.
Besarnya energy expenditure yang dikeluarkan pada aktivitas operator di stasiun kerja accecories, quality control, packing termasuk jenis kerja sedang (moderate work), karena dalam stasiun kerja accecories operator melakukan pengecekan aksesoris kebutuhan pakaian dengan sikap kerja duduk, sikap kerja seperti ini tidak mengeluarkan banyak tenaga sehingga energi yang di keluarkan sedikit. Pada stasiun kerja quality control operator mengecek kualitas hasil material produksi dengan sikap kerja berdiri aktivitas tersebut tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga sehingga energi yang di keluarkan sedikit. Pada stasiun kerja packing operator melakukanpengepakan material produksi ke dalam kardus dengan sikap kerja berdiri aktivitas tersebut tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga sehingga energi yang di keluarkan sedikit.
(5)
commit to user
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya.
6.1KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan skor REBA dapat diketahui level tindakan pada :
1. Stasiun kerja accecories yaitu level 3 dengan level resiko pada
muskuloskeletal tinggi segera dilakukan perbaikan (necessary soon).
2. Stasiun kerja cutting level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal sedang perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
3. Stasiun kerja sewing level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada
muskuloskeletal sedang perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
4. Stasiun kerja quality control level tindakan yaitu level 1 dengan level resiko pada muskuloskeletal rendah mungkin perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
5. Stasiun kerja steam level tindakan yaitu level 2 dengan level resiko pada
muskuloskeletal sedang yaitu perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
6. Stasiun kerja packing level 2 dengan level resiko pada muskuloskeletal
sedang perlu dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja, dari hasil perhitungan REBA level yang paling tinggi adalah di stasiun kerja
accecories.
Perhitungan REBA di sini akan diperkuat dengan energy expenditure untuk mengetahui stasiun kerja mana yang termasuk dalam kategori kerja berat (heavy work), Hasil dari perhitungan energy expenditure ternyata di stasiun kerja cutting, sewing, steam termasuk dalam kategori kerja berat (heavy work), sedangkan di stasiun kerja accecories, quality control, packing termasuk dalam kategori kerja sedang (moderate work).
(6)
commit to user
VI - 2
Dari hasil analisis perhitungan REBA dan energy expenditure maka perlu perbaikan sikap kerja, usulan perbaikan sikap kerja disini adalah kursi. Fasilitas stasiun kerja hasil usulan perbaikan sikap kerja dapat memberikan alternatif bagi operator agar dapat bekerja dalam posisi duduk atau berdiri mengopersikan mesin sesuai produk yang dikerjakan. Hal tersebut memberikan kebaikan ergonomis bagi postur kerja operator.
6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian selanjutnya, sebagai berikut:
1. Sebaiknya pihak manajemen CV. Cahyo Nugroho Jati Sukoharjo menyediakan kursi di bagian stasiun kerja cutting, quality control, steam, dan
packing karena berdasar analisa kondisi di bagian stasiun kerja tersebut adalah beresiko.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan konsumsi energy dengan membandingkan konsumsi energi (energy expenditure) sebelum dilakukan perancangan dengan sesudah dilakukan perancangan.
3. Sebaiknya dalam penelitian selanjutnya dalam menggunakan metode REBA ini tidak langsung sebagai sebuah usulan yang harus dipertimbangkan, karena dalam prosesnya tidak merpertimbangkan peralatan yang di pakai operator.