Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Tabungan Masyarakat Pada PT. Bank Syariah Mandiri.

(1)

PENGHIMPUNAN TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT.

BANK SYARIAH MANDIRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Diajukan Oleh :

DIMAZ PRADANA PUTRA

0611010010/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Tabungan Masyarakat Pada PT. Bank Syariah Mandiri”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. EC. M Taufik, MM, Selaku Dosen pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(3)

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu

Ekonomi Studi Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Ec. M Taufik, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi penulis.

5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa UPN .

6. Papa, Mama dan adikku tercinta yang telah memberikan do’a dan semangat yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual. Dan semua keluarga besar serta teman-teman semuanya semoga mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak–pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.

Surabaya, 11 April 2011


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL & GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian ... 9

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pengertian Bank ... 12

2.2.2 Fungsi dan Tugas Pokok Bank ... 13

2.2.3 Bank mum ... 14

2.2.3.1 Pengertian Bank Umum ... 14


(5)

2.2.4.2 Sumber Dana Bank Syariah ... 17

2.2.4.3 Kegiatan Usaha Bank Syariah ... 22

2.2.5 Produk Operasional Bank Syariah ... 25

2.2.5.1 Produk Penghimpunan Dana ... 26

2.2.5.2 Produk Penyaluran Dana ... 27

2.2.5.3 Produk Jasa ... 31

2.2.6 Tabungan Masyrakat ... 33

2.2.6.1 Pengertian Tabungan Masyarakat ... 33

2.2.6.2 Menabung Di Bank Syariah ... 34

2.2.6.3 Jenis Tabungan Di Bank Syariah ... 36

2.2.7 Sistem Bagi Hasil Dan Bonus Wadi’ah Bank Syariah ... 16

2.2.8 Pengertian Pendapatan Perkapita ... 41

2.2.8.1 Metode Perhitungan Pendapatan Perkapita ... 42

2.2.8.2 Fungsi Pendapatan Perkapita ... 43

2.2.8.3 Hubungan Pendapatan Perkapita Dengan Tabungan Masyarakat ... 44

2.2.9 Tingkat Suku Bunga ... 45

2.2.9.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 45

2.2.9.2 Teori Klasik Tentang Suku Bunga ... 46

2.2.9.3 Teori Keyness Tentang Tingkat Bunga ... 46

2.2.9.4 Teori Paritas Tingkat Bunga ... 47

2.2.9.5 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Konvensional ... 47


(6)

2.2.10 Kerangka Pikir ... 48

2.2.11 Hipotesis ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 53

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 54

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.3.1 Jenis Data ... 55

3.3.2 Sumber Data ... 55

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 55

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 56

3.4.1 Teknik Analisa ... 56

3.4.2 Uji Hipotesis ... 57

3.5 Pendekatan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 64

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 66

4.2.1 Perkembangan Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah ... 66


(7)

4.2.3 Perkembagnan Tingkat Suku Bunga Bank Umum ... 68

4.2.4 Perkembangan Pendapatan Perkapita ... 69

4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE / Best Linier Unbiased Estimator) ... 70

4.3.1 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 74

4.3.2 Uji Hipotesis Secara Parsial ... 75

4.3.3 Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL & GAMBAR

TABEL

1.5 Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 17

1.6 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ... 40

1.7 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 48

4. Perkembangan Jumlah Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah pada Tahun 2000 - 2009 ... 67

5. Perkembangan Jumlah Nisbah Bagi hasil dan Bonus wadi’ah pada Tahun 2000 - 2009 ... 68

6. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Bank Umum pada Tahun 2000 - 2009 ... 69

7. Perkembangan Jumlah Pendapatan Perkapita pada Tahun 2000 - 2009 ... 69

8. Tes Autokorelasi ... 72

9. Tes Multikolinier ... 72

10. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 73

11. Analisis Varian (Anova) ... 75 12. Hasil Analisis Variabel Tingkat Bagi Hasil dan Bonus Wadi’ah

(X1), Tingkat Suku Bunga Bank Umum (X2), Pendapatan Perkapita (X3), dan Tabungan Mudharabah (Y1), Giro Wadi’ah


(9)

GAMBAR

1. Kerangka Pikir ... 67

2. Kurva Distribusi F ... 68

3. Kurva Distribusi F ... 69

4. Statistik d Durbin - Watson ... 69


(10)

Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Tabungan Masyarakat

Pada PT. Bank Syariah Mandiri Oleh:

Dimaz Pradana Putra Abstraksi

Kegiatan operasional bank Syariah sendiri ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai bank umum pertama sesuai Syariah, hadirnya bank Muamalat ini secara langsung meningkatkan partisipasi umat Muslim untuk bermuamalat secara Syariah dan turut mengembangkan ekonomi masyarakat kecil. Dengan sistem sesuai Syariah Islam, Bank Muamalat ternyata mampu melewati krisis ekonomi dan mendapat predikat sebagai salah satu bank tersehat di Indonesia, ini membuktikan bahwa ekonomi Islam dengan sistem bagi hasilnya mampu menjawab permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi di Indonesia. PT Bank Syariah Mandiri (selanjutnya disebut Bank) berkedudukan di Jakarta, Indonesia, awalnya didirikan dengan nama PT Bank Susila Bakti pada tanggal 10 Agustus 1973 berdasarkan Akta Notaris R. Soeratman, S.H., No. 146. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh Nisbah Bagi Hasil Dan Bonus Wadi’ah (X1), Tingkat Suku Bunga Bank Umum (X2), dan Pendapatan Perkapita (X3) terhadap jumlah Tabungan Mudharabah (Y1) dan Giro Wadi’ah (Y2).

.

Dari pengujian hipotesis dinyatakan bahwa secara Uji F (Uji Kecocokan Model) variabel bebas Tingkat Bagi Hasil Bank Syariah (X1), Tingkat Suku Bunga Bank Umum (X2), dan Pendapatan Perkapita (X3) berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Tabungan Mudharabah, dan Giro Wadi’ah (Y) diperoleh F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Tabungan Mudharabah, dan Giro Wadi’ah (Y) ., dengan Fhitung=166,526 > Ftabel = 3,81 pada tingkat signifikan (α) = 5% dengan derajat df= (2;13). Dimana Adjusted R Square 0,957 atau 95,7% sedang sisanya 4,3% [100% - 95,7%] dijelaskan oleh variabel lain. Dari pengujian hipotesis dinyatakan variabel (X3) menunjukkan t hitung= 3,16 > t table = 2,160 diketahui bahwa Variabel Pendapatan Perkapita merupakan Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah, hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya Pendapatan Perkapita maka kemampuan masyarakat untuk menabung semakin besar dan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat di mana pendapatan yang diterima sebagian dipakai untuk konsumsi dan sebagian lagi untuk di tabung dan masyarakat akan cenderung menyimpan sebagian pendapatannya pada lembaga perbankan atau dengan kata lain kemampuan masyarakat untuk menabung mengalami peningkatan.

Dari pengaruh kedua variabel bebas terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah yang terdiri dari tingkat Tingkat Suku Bunga Bank


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia sektor perbankan sangat berperan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang sehat, perbankan yang memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu menerima dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali pada masyarakat agar dapat berperan secara maksimal dalam menggairahkan sektor riil di Indonesia. Dibandingkan dengan perbankan konvensional, perbankan Syariah selama 10 tahun terakhir ini menunjukkan kinerja dan kontribusi yang cukup baik terhadap perkembangan industri perbankan di Indonesia. Kinerja ini semakin nyata ketika badai krisis melanda Indonesia, ketika perbankan konvensional banyak terpuruk. Perbankan Syariah relatif dapat bertahan bahkan menunjukkan perkembangan.

Setelah pemerintah mengeluarkan Deregulasi Paket Kebijakan Oktober (Pakto) pada tanggal 27 Oktober 1988 telah menyebabkan perombakan secara mendasar pada industri perbankan. Berdirinya perbankan syariah selanjutnya didukung dengan munculnya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasi. Selanjutnya pemberlakuan UU No. 10 1998 tentang perubahan UU No. 7 1992 tentang perbankan yang diikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK direksi BI/Peraturan Bank Indonesia telah memberikan landasan hukum yang lebih kuat


(12)

dan kesempatan yang lebih luas bagi pengembangan perbankan Syariah di Indonesia. Perundang-undangan tersebut memberikan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan jaringan perbankan Syariah antara lain melalui ijin pembukaan Kantor Cabang Syariah (KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain, bank umum dimungkinkan untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional sekaligus dapat melakukan berdasarkan prinsip Syariah (Sudarsono:2003).

Selain itu dengan lahirnya UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) maka Bank Indonesia ditugaskan untuk mempersiapkan perangkat peraturan atau fasilitas-fasilitas penunjang yang mendukung operasional Bank Umum Syariah. Kedua UU tersebut di atas menjadi dasar hukum penerapan Dual Banking System di Indonesia. Dual Banking System yang dimaksud adalah terselenggaranya dua sistem perbankan (konvensional dan Syariah) secara berdampingan dalam melayani perekonomian nasional yang pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan yang berlaku (Anonim, 2001:21).

Kegiatan operasional bank Syariah sendiri ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 sebagai bank umum pertama sesuai Syariah, hadirnya bank Muamalat ini secara langsung meningkatkan partisipasi umat Muslim untuk bermuamalat secara Syariah dan turut mengembangkan ekonomi masyarakat kecil. Dengan sistem sesuai Syariah Islam, Bank Muamalat ternyata mampu melewati krisis ekonomi dan mendapat predikat sebagai salah


(13)

sistem bagi hasilnya mampu menjawab permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi di Indonesia. (Sudarsono:2003).

Menutup tahun 2005 Bank Umum Syariah di Jawa Timur menunjukkan peranan yang semakin meningkat. Penyaluran pembiayaan pada posisi akhir Desember 2005 tercatat sebesar Rp. 1.004 miliar dan dana yang berhasil dihimpun tercatat sebesar Rp. 1.059 miliar dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 19,07% dan 47,82%. Financing to Deposit Ratio (FDR) pada posisi yang sama tercatat sebesar 94,83%, jauh lebih tinggi dari LDR bank umum di Jawa Timur secara keseluruhan yang tercatat sebesar 58,50%. Sementara itu, Non Performing Financing (NPF) sebesar 2,50%. Aset perbankan Syariah pada posisi akhir Desember 2005 adalah sebesar Rp. 1.308 miliar dengan pertumbuhan tahunan sebesar 38,97%. (Anonim, 2005:50).

Meski proporsi pembiayaan untuk modal kerja mendominasi pos pembiayaan perbankan umum Syariah, pertumbuhan peningkatan yang signifikan dibanding pembiayaan modal kerja dan investasi. Pertumbuhan tahunan pembiayaan konsumsi tercatat 64,21% lebih tinggi dibanding pembiayaan investasi dan modal kerja yang masing-masing hanya sebesar 7,72% dan 9,52%. Tingginya pertumbuhan pembiayaan konsumsi merupakan imbas dari tingginya kenaikan harga yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini menyebabkan masyarakat di wilayah Jawa Timur memerlukan pembiayaan perbankan untuk mencukupi kebutuhannya. Dan investasi di picu oleh kondisi dunia usaha yang semakin tidak kondusif, dampaknya penyerapan


(14)

pembiayaan untuk kegiatan produktif cenderung mengalami penurunan. (Anonim, 2005:51).

Sedangkan pada bank umum di Jawa Timur peningkatan aset dan dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun tercatat lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan kredit tetap berada pada tingkat yang cukup tinggi. Aset bank umum di Jawa Timur pada posisi akhir Desember 2005 tercatat sebesar Rp. 132,50 triliun atau 9,01% dari total asset bank umum secara nasional yang tercatat sebesar Rp. 1.469,8 triliun. Kemudian dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun tercatat sebesar Rp. 115,08 triliun atau 10,20% dari total dana pihak ketiga secara nasional sebesar Rp. 1.127,9 triliun. (Anonim, 2006:35).

Dilihat dari jenis simpanan, simpanan berjangka (deposito) masih tetap

memiliki share tertinggi sebesar Rp. 57,15 triliun (49,66%), diikuti tabungan sebesar Rp. 35,56 triliun (30,90%) dan giro sebesar Rp. 22,37 triliun (19,44%). Sementara itu apabila dilihat dari peningkatannya, jenis simpanan deposito mengalami peningkatan terbesar yaitu sebesar 50,80% diikuti oleh simpanan giro yang meningkat sebesar 4,90% sedangkan tabungan mengalami penurunan sebesar 4,79%. (Anonim, 2006:37).

Sedangkan dalam penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur telah menyetujui kredit baru secara di tahun lalu sebesar Rp. 33,87 triliun. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit konsumsi mengalami pertumbuhan tinggi sebesar 29,69% disusul kredit modal kerja sebesar 27,87% dan kredit investasi sebesar


(15)

tahun 2005 tercatat sebesar 5,56% memburuk dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,99%. (Anonim, 2005:35).

Jumlah jaringan kantor bank syariah dan unit usaha syariah yang beroperasi di Jawa Timur sampai dengan akhir Desember 2005 sebanyak 20 kantor cabang, 10 kantor cabang pembantu dan 9 kantor kas. (Anonim, 2005:52).

Dengan munculnya kesadaran masyarakat akan pengetahuan dan manfaat Bank Umum Syariah maka masyarakat semakin tertarik untuk menjadi bagian dari Bank Umum Syariah. Didukung dengan karakter Bank Umum Syariah yang akomodatif dalam menanggapi fenomena masyarakat, maka Bank Umum Syariah akan cepat menggunakan fasilitas pelayanan perbankan sebagaimana di perbankan konvensional. Selain itu didukung berbagai lembaga pendidikan, pelatihan, pengkajian mengenai Bank Umum Syariah akan mendukung keberadaan Bank Umum Syariah ini lebih aktif, apresiatif, dan prospektif terhadap perkembangan ekonomi nasional maupun internasional (Sudarsono, 2003:12).

Untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat fundamental perbankan nasional dalam jangka panjang, maka Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas perbankan nasional melalui API (Arsitektur Perbankan Indonesia) telah merekomendasikan bank umum (baik konvensional maupun syariah) untuk memiliki modal minimum sebesar Rp. 100 miliar selambat-lambatnya sampai akhir tahun 2010. Untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5% - 6% setiap tahunnya, diperlukan dukungan kredit perbankan sebesar 22% setiap tahunnya. Sehingga untuk mencapai target itu diperlukan adanya penambahan modal perbankan. Tanpa adanya dukungan peningkatan


(16)

modal perbankan rasanya sangat sulit untuk meningkatkan kemampuan “lending” perbankan pada level 22% setiap tahunnya. Dengan demikian bank-bank yang memiliki tingkat permodalan yang lebih rendah. Khususnya bank-bank dengan modal di bawah Rp. 100 miliar, perlu ditingkatkan tingkat modalnya menjadi minimum Rp. 100 miliar sehingga akan memiliki kapasitas “lending” yang semakin besar. (Anonim:2005).

Bank Umum Syariah menerapkan sistem bagi hasil ke dalam produk-produk perbankan, baik produk-produk penghimpunan dana maupun penyaluran dana, diharapkan dapat memainkan peranan penting sebagai lembaga keuangan dalam meningkatkan kualitas ekonomi bangsa dan sebagai alternatif solusi permasalahan dari krisis ekonomi moneter dan perbankan yang melanda negara Indonesia saat ini. Selain itu pula Bank Umum Syariah tidak terkena dampak dari tingginya tingkat suku bunga pada saat krisis moneter karena Bank Umum Syariah tidak mengenakan suku bunga pada berbagai produknya dan ini salah satu faktor yang membuat Bank Umum Syariah mampu bertahan pada masa krisis moneter.

Salah satu produk penghimpunan dana yang ada di Bank Umum Syariah adalah Tabungan Mudharabah. Sebagaimana diketahui dengan prinsip syariah bank membagihasilkan kepada nasabahnya setiap bulan dengan mempertimbangkan tingkat pendapatan yang diperoleh dari kegiatan bank tersebut dan juga nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama. Berbeda dengan prinsip konvensional, dimana bank memiliki keharusan membayar bunga terhadap


(17)

misalnya saja tingkat pendapatan bank pada bulan yang bersangkutan (Susana, 2003:162).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang beberapa faktor yang mempengaruhi Penghimpunan Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah pada PT. Bank Syariah Mandiri.

1.2. Perumusan Masalah

Didasari pemikiran di atas, untuk masalah yang dihadapi adalah :

1. Apakah Pendapatan Perkapita, Nisbah Bagi Hasil, Tingkat Suku Bunga Bank Umum, berpengaruh nyata terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah dan Tabungan Wadi’ah pada PT. Bank Syariah Mandiri? 2. Manakah dari variabel bebas tersebut di atas yang memiliki pengaruh

paling dominan terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah pada PT. Bank Syariah Mandiri?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Perkapita, Nisbah Bagi Hasil, Tingkat Suku Bunga Bank Umum, terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah pada PT. Bank Syariah Mandiri.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang paling dominan pengaruhnya terhadap Jumlah Tabungan Mudharabah dan Giro Wadi’ah pada PT. Bank Syariah Mandiri.


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para nasabah dalam menyimpan dananya pada bank-bank syariah.

2. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait untuk badan pertimbangan dalam meningkatkan sistem operasional dan pelayanan pada masyarakat.

3. Sebagai informasi ilmiah bagi pihak yang berkepentingan terutama bagi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur di Surabaya untuk melengkapi perbendaharaan perpustakaan

4. Membantu mengembangkan kemampuan penulis dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi penghimpunan Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian ini menggunakan beberapa sumber terdahulu sebagai referensi

serta bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian sekarang para peneliti

tersebut adalah sebagai berikut :

Penulis juga memperoleh informasi keputusan dari peneliti sebelumnya

yang berhubungan dengan perbankan yaitu oleh :

1. Ayuthia, 2004 dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang mempengaruhi

jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah pada Bank Syariah

Mandiri di Indonesia. Dengan atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara nisbah (X1), Nilai pembiayaan

(X2) jumlah kantor Bank (X3) terhadap jumlah dana masyarakat dengan akad

Mudharabah (Y). Sedangkan secara parsial menunjukkan nisbah (X1) nilai

pembiayaan (X2) dan jumlah kantor Bank (X3) berpengaruh nyata terhadap

jumlah dana masyarakat dengan akad Mudharabah (Y).

2. Susanto, 2004 dengan judul penelitian “Beberapa faktor yang mempengaruhi

penghimpunan dana masyarakat pada Bank Syariah di Indonesia”. Dengan

atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh antara tingkat bagi hasil (X1), tingkat suku bunga (X2), jumlah


(20)

variabel bebas secara simultan berpengaruh nyata terhadap jumlah dana yang

dihimpun Bank Syariah di Indonesia. Sedangkan secara parsial menunjukkan

tingkat bagi hasil (X1) dan jumlah kantor Bank Syariah dan tingkat suku

bunga (X2) tidak berpengaruh terhadap jumlah dana yang dihimpun Bank

Syariah di Indonesia.

3. Niswatin, 2005 dengan judul penelitian “Analisa beberapa faktor yang

mempengaruhi penghimpunan tabungan Mudharabah pada Bank Syariah

Mandiri di Surabaya”. Penelitian ini secara simultan menunjukkan adanya

hubungan yang nyata antara variabel bebas pendapatan perkapita nisbah bagi

hasil, likuiditas bank dan tingkat suku bunga Bank umum berpengaruh nyata

terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri di

Surabaya. Secara parsial, variabel pendapatan perkapita berpengaruh secara

nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri di

Surabaya. Sedangkan variabel Nisbah bagi hasil tidak berpengaruh secara

nyata terhadap jumlah tabungan Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri di

Surabaya. Berdasarkan hasil pengamatan data nisbah bagi hasil mengalami

penurunan. Secara Parsial likuiditas Bank berpengaruh secara nyata terhadap

jumlah tabungan Mudharabah pada Bank Syariah. Dan secara parsial tingkat

suku bunga bank umum tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah

tabungan Mudharabah pada Bank Syariah Mandiri di Surabaya.


(21)

pengaruh variabel independen yaitu jumlah nasabah (X1) Prinsip bagi hasil

(X2) dan dana yang diperoleh (X3) terhadap variabel dependen yaitu biaya

operasi (y). Secara parsial variabel jumlah nasabah (X) berpengaruh secara

nyata terhadap biaya operasional (y). Prinsip bagi hasil (X2) tidak

berpengaruh terhadap biaya operasional (Y) dan untuk dana berpengaruh

nyata terhadap biaya operasional (y).

5. Jurnal oleh : Susana, 2003 dengan judul penelitian “ Analisis perbedaan

perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip konvensional dengan

prinsip syariah pada Bank di Indonesia. “Dengan dasar pemikiran tersebut

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauhmana perbedaan

perhitungan pendapatan tabungan nasabah antara prinsip konvensional dengan

prinsip syariah pada Bank Indonesia. Dari hasil analisa dan menunjukkan

bahwa pendapatan yang diperoleh oleh nasabah bank konvensional lebih kecil

dibandingkan dengan Bank Syariah sedangkan pendapatan pada nasabah bank

syariah pada tahun 2000 juga lebih kecil di bandingkan pendapatan nasabah

bank syariah pada tahun 2001.

Perbedaan dalam penelitian terdahulu dengan jurnal terletak pada kurun

waktu, jenis bank, tempat penelitian dan ruang lingkup yang digunakan. Dalam

penelitian variabel yang digunakan. Dalam penelitian variabel yang digunakan

adalah variabel terikat (Y) jumlah dana masyarakat, variabel bebasnya adalah

nisbah bagi hasil (X1), jumlah kantor bank (X2), tingkat inflasi dan pendapatan

perkapita.


(22)

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Bank

Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan

dengan fungsi penghimpunan dana, bank sering pula di sebut lembaga

kepercayaan. Maka Bank merupakan suatu kegiatan perbankan yang banyak

diatur oleh pemerintah.

Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan tarif hidup rakyat banyak.

Menurut PSAK No. 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 31,1)

Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara

pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan

dana serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Menurut UU No. 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan. Bank

adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan


(23)

2.2.2 Fungsi dan Tugas Pokok Bank

Bank yang bertindak sebagai lembaga keuangan memiliki fungsi sebagai

penghubung, penghimpun, penyalur dan pelayanan Jasa Dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang dimasyarakat yang bertujuan menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan

rakyat banyak.

Secara ringkas fungsi bank dapat di bagi menjadi sebagai berikut :

1. Penghimpunan Dana

Yang berarti untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana, maka

bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada 3 sumber, yaitu :

a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu

pendirian

b. Dana yang bersumber dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui

usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan Tabanas.

c. Dana yang bersumber dari lembaga keuangan yang diperoleh dari

pinjaman dana yang berupa kredit likuiditas dan call money (dana yang

sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang menjamin).

2. Penyalur atau pemberi kredit Bank

Dalam kegiatannya bank tidak hanya menyimpan dana akan tetapi

memanfaatkan dana itu untuk disalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada

masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya dalam


(24)

berupa bagi hasil atau dalam bentuk pengenaan bunga kredit pemberian kredit

akan menimbulkan resiko oleh sebab itu pemberiannya harus benar-benar

teliti dan memenuhi persyaratan.

3. Fungsi Investasi

Yaitu menyalurkan dana yang terkumpul oleh bank-bank untuk membeli

surat-surat berharga, penyertaan dan pemilikan harta tetap.

4. Memberikan pelayanan jasa.

Bank dalam mengemban tugas sebagai pelayanan lalu lintas pembayaran uang

untuk melakukan berbagai aktivitas kegiatannya antara lain pengiriman uang,

cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.

Sedangkan tugas pokok dari pada semua perbankan di bawah bimbingan

BI ialah untuk menghimpun segala dana dari masyarakat guna diarahkan ke

bidang-bidang yang mempertinggi taraf hidup rakyat.

2.2.3 Bank Umum

2.2.3.1. Pengertian Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum dalam arti


(25)

2.2.3.2. Jenis-jenis Bank

Menurut Undang- undang Pokok Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang

jenis Bank. Bank Indonesia hanya terdiri atas dua jenis bank yaitu :

1. Bank Umum.

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas kantor pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat.

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Selain itu di Indonesia juga terdapat bank sentral yaitu Bank Indonesia

(BI) yang memiliki tujuan utama sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 23

Tahun 1999 pasal 7 yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

(Santoso, 2003 : 1).

Selain itu pula BI memiliki hak untuk menciptakan serta mengedarkan

uang logam dan uang kertas dan berfungsi sebagai lembaga Pembina dan

pengawasan Bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat, serta memiliki

peranan yang penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dan moneter di

Indonesia.


(26)

2.2.4 Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah

Perbankan Syariah dalam peristilahan di kenal dengan Islamic Banking

atau juga disebut dengan Interest Free Banking atau selanjutnya disebut juga

dengan Bank Syariah adalah lembaga keuangan atau perbankan yang operasi dan

produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW.

Sedangkan menurut ensiklopedia Islam, Bank Syariah adalah lembaga keuangan

yang usaha pokoknya memberikan kredit (pembiayaan) jasa-jasa dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan

prinsip Syariah Islam. Oleh karena itu Syariah Islam mencakup seluruh aspek

kehidupan baik itu ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah) sedangkan universal

bermakna syariah Islam dapat ditetapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai

hari akhir nanti. (Antonio, 2003 : 3).

Dari definisi diatas Bank Syariah dapat disimpulkan sebagai lembaga

keuangan yang usahanya pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lalu

lintas pembayaran yang tidak mengandalkan pada bunga sesuai dengan syariat

Islam.

Adapun perbedaan Bank Syariah dengan Bank konvensional dapat dilihat


(27)

Tabel 1.

Bank Syariah Bank Konvensional 1. Melakukan investasi dan pembiayaan

yang halal.

1. Investasi dan kredit yang halal dan haram.

2. Hubungan bagi nasabah dalam bentuk kemitraan.

2. Hubungan nasabah dalam bentuk kreditur dan debitur.

3. Menghimpun dan menyalurkan dana harus sesuai dengan Fatwa Dewan.

3. Tidak ada Dewan Pengawas.

4. Profit dan Falah Oriented. 4. Profit Oriented

5. Berdasarkan prinsip bagi hasil. 5. Memakai perangkat bunga. Sumber : (Antonio, 2001, Bank Syariah dari Teori ke praktek, Gema Insani

Press halaman 34

Sumber Dana Bank Syariah

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan

kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar

dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan maka dana

merupakan masalah bank yang paling utama, tanpa dana yang cukup baik tidak

dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama

sekali.

Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam

bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.

Dengan demikian sumber dana Bank Syariah terdiri dari: Modal Inti, Akun

Mudharabah, Dana Titipan (Wadi’ah).

1. Modal inti adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para

pemegang saham bank, yakni pemilik bank pada umumnya dana modal inti


(28)

a. Modal yang disetor oleh para pemegang saham. Sumber utama dari modal

perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila

pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian dana

berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual

tambahan saham baru.

b. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan

untuk menutup timbulnya resiko kerugian kemudian hari.

c. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para

pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui Rapat

Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.

Laba ditahan ini merupakan cara untuk menambah dana modal lebih lanjut.

2. Kuasi ekuitas (Mudharabah account)

Bank menghimpun dana berbagai hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu

akad kerja sama antara pemilik dana (shohib al maal) dengan pengelola dana

(Mudharib) dimana pihak pemilik dana (shohib al maal) menyediakan seluruh

dana, sedangkan pihak pengelola dana (Mudharib) bertindak selaku pengelola

dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Sedangkan

kerugian finansial hanya ditanggung oleh pihak pemilik dana (shohib al maal)

saja.

Berdasarkan prinsip ini dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank


(29)

a. Rekening investasi umum.

Dimana bank menerima simpanan dari nasabah yang mencari kesempatan

investor atas nasabah yang mencari kesempatan atas dana mereka dalam

bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah (unrestricted

investment accounts) simpanan diperjanjikan untuk jangka waktu tertentu

bank dapat menerima simpanan tersebut untuk jangka waktu 1, 3 , 6, 12,

24 bulan dan seterusnya. Dalam hal ini bank bertindak sebagai Mudharib

dan nasabah bertindak sebagai shahib al maal, sedang keduanya

menyepakati pembagian laba (bila ada) yang dihasilkan dari penanaman

dana tersebut dengan nisbah tertentu. Dalam hal terjadi nasabah

menanggung kerugian tersebut dan bank kehilangan keuntungan.

b. Rekening investasi khusus, dimana bank bertindak sebagai manajer

investasi bagi nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka

pada unit-unit proyek-proyek tertentu yang mereka setujui atau mereka

kehendaki. Rekening ini dioperasikan berdasarkan prinsip mudharabah

muqayyadah (restricted investment account). Bentuk investasi dan nisbah

pembagian keuntungannya biasanya dirundingkan secara khusus per kasus.

c. Rekening Tabungan Mudharabah. Prinsip Mudharabah juga digunakan

untuk jasa pengolaan rekening tabungan. Salah satu syarat mudharabah

adalah bahwa dana harus dalam bentuk uang (money form), dan

kemudian diserahkan kepada mudharib oleh karena itu tabungan


(30)

wadi’ah dengan demikian tabungan Mudharabah biasanya tidak diberikan

fasilitas ATM, karena penabung tidak dapat menarik dananya dengan

leluasa. Dalam aplikasi Bank Syariah melayani tabungan mudharabah

dalam bentuk targeted saving, seperti tabungan korban, tabungan haji atau

tabungan lain yang dimaksudkan untuk suatu pencapaian target kebutuhan

dalam jumlah dan atau jangka waktu tertentu.

Tidak seperti bank konvensional. Bank Syariah tidak menjamin

pembayaran kembali nilai nominal dari investasi Mudharabah. Bank

Syariah juga tidak menjamin keuntungan atas investasi mudharabah.

Mekanisme pengaturan realisasi pembagian keuntungan (Finance) atas

investasi mudharabah tergantung pada kinerja bank, berlainan dengan

bank konvensional yang menjamin keuntungan atas deposito berdasarkan

tingkat bunga tertentu mengabaikan performancenya.

3. Dana titipan (wadi’ah / non remunerated deposit)

Selain bank menerima dan investasi juga menerima dana titipan dana titipan

adalah dana pihak ke tiga yang dititipkan pada bank yang umumnya, berupa

giro atau tabungan. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana

pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh kekulasan

untuk menarik kembali dananya seaktu-waktu.

Menurut Zainul Arifin, dana titipan wadi’ah ini dikembangkan dalam bentuk


(31)

A. Rekening giro wadi’ah

Bank Islam dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentuk

rekening wadi’ah dalam hal ini bank Islam menggunakan prinsip wadi’ah yad

dhumana. Dengan prinsip ini bank sebagai Custodian harus menjamin

pembayaran kembali nominal simpanan wadi’ah dana tersebut digunakan oleh

bank untuk kegiatan komersial dan bentuk berhak atas pendapatan yang

diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial

Bank tidak boleh menyatakan atau menjanjikan imbalan atau keuntungan

apapun kepada pemegang rekening wadi’ah dan sebaliknya pemegang

rekening wadi’ah dan sebaliknya pemegang rekening juga tidak boleh

mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan yang berasal dari

sebagian keuntungan bank.

Berbeda dengan jenis tabungan mudharabah, Bank Syariah tidak

memperjanjikan bagi hasil atas tabungan wadi’ah walaupun atas kemauannya

sendiri. Bank dapat memberikan bonus lipat para pemegang rekening wadi’ah

besarnya. Bank dapat memberikan bonus lipat para pemegang rekening titipan

maupun tabungan wadi’ah adalah tergantung pada kebijakan manajemen bank

bonus biasanya hanya diberikan apabila bank mengalami surplus pendapatan


(32)

Kegiatan Usaha Bank Syariah

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor

32/34/KEP/DR 12 Mei 1999 tentang Bank. Berdasarkan Prinsip Syariah, prinsip

kegiatan usaha bank syariah, antara lainnya adalah :

1. Hiwalah

Akad pemindahan piutang nasabah (Muhil) kepada bank (Muhal’alaih) dari

nasabah lain (Muhal). Muhil meminta muhal membayarkan terlebih dahulu

piutang yang timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo,

muhal akan membayar kepada tauhal’alaih. Muhal’alaih memperoleh imbalan

sebagai jasa pemindahan piutang.

2. Ijarah

Akad sewa menyewa barang antara bank (Muaajir) dengan menyewa

(Mustajir). Setelah masa sewa berakhir barang sewaan dikembalikan kepada

muaajir.

3. Ijarah Wa Iqtina

Akad sewa menyewa barang antara bank (Muaajir) dengan penyewa (Mustajir)

yang diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang

sewaan akan berpindah kepada mustajir.

4. Istina

Akad jual beli barang (Mashnu) antara pemesan (Mustashni) dengan


(33)

lain untuk bertindak sebagai Shani dan penunjukan dilakukan kepada pihak

lain untuk membuat barang (Mashnu) maka hal ini penerima jaminan

(Makful).

5. Kafalah

Akad pemberian jaminan (Makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada

pihak lain di mana pemberi jaminan (Kafiil) bertanggung jawab atas

pembayaran kembali suatu yang menjadi hal penerima jaminan (Makful).

6. Mudharabah

Akad antara pihak pemilik modal (Shahibul Maal) dengan pengelola

(Mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau

keuntungan tersebut diberi berdasarkan rasio yang telah diserahkan di awal

akad. Berdasarkan kewarganegaraan yang diberikan kepada mudharib,

mudharabah dibagi menjadi Mudharabah Mutlaqah dan Mudharabah

Muqayyadah :

a. Mudharabah Mutlaqah

Mharib diberi kuasa penuh untuk mengelola modal. Mudharib tidak

dibatasi baik mengenai tempat, tujuan, maupun jenis usahanya.

b. Mudharabah Mugayyadah

Shahibul Maal menetapkan syarat tertentu yang harus dipenuhi mudharib

baik mengenal tempat, tujuan, maupun jenis usaha. Dalam skim ini

mudharib tidak diperkenankan untuk mencampurkan dengan modal atau

dana lain. Pembiayaan mudharabah muqayadah antara lain digunakan


(34)

7. Murabahah

Akad jual beli antara lain dengan nasabah. Bank memberi barang yang

diperlukan nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok ditambah dengan

keuntungan yang disepakati.

8. Musyarakah

Akad kerja sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal

untuk membiayai suatu usaha yang halal dan produktif. Pendapatan atau

keuntungan di bagi sesuai dengan rasio yang telah disepakati.

9. Qardh

Akad pinjaman dari Bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh) yang

wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqridh

dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada Muqtaridh. Pengembalian

pinjaman dapat dilakukan secara angsuran ataupun sekaligus.

10.Wadi’ah

Akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang/uang

dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga

keselamatan, keamanan, setara keutuhan barang atau uang.

Berdasarkan jenisnya Wadi’ah terdiri dari Wadi’ah Yad Amanah dan Wadi’ah

Yad Dhamanah.

a. Wadiah Yad Amanah


(35)

diakibatkan perbuatan atau kehilangan barang titipan yang bukan

diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan.

b. Wadial Yad Dhamanah

Adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan

atau tanpa ijin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang

titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan

barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam

penggunaan barang/uang tersebut menjadi hak penerima titipan.

Bank berdasarkan prinsip syariah juga dapat melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip operasional lain yang lazim dilakukan oleh bank syariah. Hal

ini dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mendapatkan persetujuan dari

Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional.

2.2.5 Produk Operasional Bank Syariah

Secara garis besar pengembangan produk Bank Syariah menurut Kasmir

dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Produk Penghimpunan Dana

2. Produk Pelayanan Dana


(36)

2.2.5.1 Produk Penghimpunan Dana

Produk penghimpunan dana pada Bank Syariah, menurut kasmir terbagi

atas dua akad yakni wadiah dan Mudharabah.

1. Al-Wadiah

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain baik

individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan

saja si penitip menghendaki prinsip wadiah dalam produk bank syariah dapat

dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Yad Al-Amanah, yaitu pihak penyimpan tidak bertanggungjawab asas

kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini

bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam

memelihara barang titipan.

b. Yad Al-dhamanah yaitu pihak penyimpanan yang bertanggungjawab atas

segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada barang tersebut. Bank

sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan Al-Waidah untuk tujuan.  Current Account (Giro)

 Saving Account (tabungan berjangka) 2. Al-Mudharabah

Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak yakni pihak pertama

(Shohibul maal) yang menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain


(37)

Secara umum mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu :

 Mudharabah Mutlaqah terbagi adalah bentuk kerja sama antara dua pihak yang cakupnya sangat luas dan tidak dibatas oleh spesifikasi jenis usaha.

Adanya batasan ini sering kali mencerminkan kecenderungan umum di

pihak pertama dalam memasuki jenis dunia usaha.

 Mudharabah Muqayyadah adalah pihak kedua di batasi dengan batasan jenis usaha, waktu dan tempat usaha. Adanya batasan ini sering kali

mencerminkan kecenderungan umum di pihak pertama dalam memasuki

jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya di terapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan, pada sisi penghimpunan dan, Mudharabah di terapkan pada :

 Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan

khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, deposito biasa.

 Deposito spesial, yaitu dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu misalnya jual beli atau sewa menyawa.

2.2.5.2 Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana dari Bank Syariah menurut Antonio dapat

dikembangkan dengan tiga model, yaitu :

1. Prinsip jual beli

Mekanisme jual beli adalah upaya di lakukan dengan Pola transfer of Property


(38)

jual barang. Prinsip jual beli ini di kembangkan menjadi bentuk-bentuk

sebagai berikut :

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah jasa jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam mudharabah penjual harus

memberikan harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat

keuntungan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang-barang

investasi, baik domestik maupun luar negeri seperti melalui transfer of

credit (L/C). Kalangan perbankan syariah di Indonesia banyak

menggunakan mudharabah secara berkelanjutan seperti untuk modal kerja.

b. As-salam

As-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,

sedangkan pembayaran di lakukan di muka. Bank sebagai pembeli,

nasabah sebagai penjual. As-salam biasanya digunakan pada Pembiayaan

gaji petani dengan jangka waktu yang relatif pendek yaitu 2 – 6 bulan dan

juga dapat diaplikasikan pada pembinaan barang industri.

c. Al-Istihna

Al-Istihna merupakan akad salam namun pembiayaan di lakukan oleh

bank dalam beberapa kali pembayaran istihna diterapkan pada Pembiayaan

Manufaktur dan konstruksi.


(39)

tidak diakhiri dengan kepemilikan baran tersebut Al-Ijarah . Namun bila

barang yang di sewa pada akhir kontrak menjadi miliki penyewa tersebut

Al-Ijarah Bit Tamlik.

Pemilik obyek sewa dapat meminta jaminan penyewa. Apabila bank

sebagai pemilik maupun penyewa. Apabila bank sebagai pemilik maka

pendapat Ijarah diakui secara proporsional atau piutang di ukur dengan nilai

bersih yang dapat direalisasikan. Pada akhirnya periode pelaporan, apabila

biaya akan menjadi beban pemilik obyek sewa, maka biaya tersebut

dialokasikan secara konsisten dengan pendapatan ijarah selama akad.

Biaya perbankan tidak rutin, diakui pada saat terjadinya, sebagian

biaya rutin diakui pada periode terjadinya perbaikan, sedangkan pengakuan

pelepasan objek sewa apabila seluruh pembayaran sewa telah dilunasi dan

penyewa pembeli objek sewa kepada pemilik objek sewa harus di keluarkan

dari aktiva pada saat penyerahan, pemilik mengakui keuntungan atau kerugian

sebesar selisih dari harga beli dengan nilai buku dan apabila penyewa batal

membeli dan nilai wajar objek sewa lebih rendah dari nilai buku, maka

selisihnya diakui sebagai piutang kepada penyewa atau kerugian.

Apabila bank sebagai penyewa beban diakui secara operasional sesuai

akad, apabila menjadi beban maka harus dilakukan secara konsisten dengan

alokasi beban sedangkan beban pemeliharaan diakui pada saat kejadian.

3. Prinsip bagi hasil

Prinsip bagi hasil untuk produk Pembiayaan di Bank Syariah


(40)

a. Al-Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan konstribusi dana

atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan klaim resiko akan

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis :  Musyarakah pemilikan, terciptanya karena warisan dan wasiat, atau

kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu asset oleh dua orang

atau lebih. Dalam musyarakah ini kepemilikan dua orang atau lebih

terbagi dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang

dihasilkan asset tersebut.

 Musyarakah akad (Kontrak), terciptanya dengan cara kesepakatan dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal

musyarakah.

Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk Pembiayaan proyek, nasabah

dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut.

Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi

hasil yang telah disepakati oleh bank.

b. Al-Mudharabah

Mudharabah adalah kerja sama usaha antara dua pihak, pihak pertama

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola


(41)

 Mudharabah Mutlaqah terbagi adalah bentuk kerja sama antara dua pihak yang cakupnya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,

waktu dan daerah bisnis.

 Mudharabah Muqayyadah adalah pihak kedua di batasi dengan batasan jenis usaha, waktu dan tempat usaha. Adanya batasan ini seringkali

mencerminkan kecenderungan umum di pihak pertama dalam memasuki

jenis dunia usaha.

Mudharabah biasanya di terapkan pada produk-produk pembiayaan dan

pendanaan. Adapun pada siswa Pembiayaan mudharabah diterapkan untuk :  Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.  Investasi khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran yang

khusus, merupakan sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus

dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak pertama.

2.2.5.3 Produk Jasa

Dalam pelayanan jasa menurut Antonio di operasikan dengan pola

sebagai berikut :

1. Al-Hiwalah

Al-Hiwalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang

lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya


(42)

a. Facturing pajak piutang yaitu para nasabah yang memiliki piutang kepada

pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar

piutang tersebut dan menagihnya dari pihak ke tiga itu.

b. Post dated check, yaitu ban bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayar

dulu piutang tersebut.

c. Bill discounting, secara prinsip, bill discounting serupa dengan hawalah,

hanya saja bill discounting nasabah harus membayar fee, sedangkan

pembahasan fee tak didapati dalam kontrak hiwalah.

2. Ar-Rahn

Ar-Rahn adalah menahan salah satu harga milik si peminjam sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang di tahan tersebut

memiliki nilai ekonomis, dengan demikian pihak yang menahan memperoleh

jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan dapat

hutang atau gadai, kontrak ar-rahn di pakai dalam perbankan dalam hal

berikut :

a. Sebagai produk perlengkapan atau akad tambahan (jaminan) terhadap

produk lain. Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi

akad tersebut.

b. Akad ar-rahn dipakai sebagai alternatif, dari pengadilan konvensional


(43)

3. Al-Wakalah

Al-Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian

mandat. Dalam hal ini nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili

darinya melakukan pekerjaan jasa tertentu. Secara umum aplikasi wakalah

dalam perbaikan dapat diterapkan misalnya transfer dan sebagainya.

4. Al-Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang di berikan oleh penanggung kepada

pihak ketiga atau memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang di tanggung

nasabah).

2.2.6 Tabungan Masyarakat

2.2.6.1. Pengertian Tabungan Masyarakat

Tabungan masyarakat yaitu simpanan dari pihak ketiga pada bank yang

penarikannya nilainya dapat dilakukan menurut syarat- syarat tertentu. (Suyatno,

dkk, 1779 : 24).

Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, tabungan adalah

simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat

tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat

dipersamakan dengan itu.

Sedangkan menurut Simorangkir, tabungan adalah pihak ketiga kepada

Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat yang ditentukan


(44)

Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa tabungan adalah

simpanan yang mengambilnya dapat dilakukan sewaktu waktu sesuai dengan

perjanjian antara pihak bank dan nasabah. Tabungan juga merupakan hutang bank

dan nasabah, tabungan juga merupakan hutang bank terhadap nasabah jangka

pendek.

Tabungan masyarakat akan mempunyai pengaruh besar apabila

dialokasikan untuk kegiatan yang produktif. Seperti dengan menyimpannya pada

bank dan lembaga keuangan bukan bank, sehingga dapat terus disalurkan kembali

kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan produktif yang dapat digunakan oleh pemiliknya untuk

membiayai berbagai keperluan konsumsi pada saat yang dibutuhkan dan dimasa

yang akan datang.

2.2.6.2. Menabung Di Bank Syariah

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan

menabung berarti seorang Muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan

perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi masalah yang

tidak diinginkan. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang secara tidak langsung telah

memerintah kaum Muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik,

misalnya :


(45)

khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaknya

mereka bertaqwa kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatirkan terhadap

(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

2. Al-Qur’an surat Al-Baqarah\: 9 yaitu :

“Apakah ada salah seorang diantaramu yang ingin mempunyai kebun kurma

dan anggur yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, dia mempunyai dalam

kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masal tua pada

orang itu. Sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil (lemah).“

Kedua ayat tersebut memerintahkan kita untuk bersiap-siap dan

mengantisipasi masa depan keturunan baik secara rohani (Imam dan Taqwa)

mampu secara ekonomi harus dipikirkan langkah-langkah perencanaannya. Salah

satu langkah perencanaan adalah menabung. Dalam Hadits Nabi Muhammad

SAW juga banyak disebutkan tentang sikap hemat, misalnya :

1. Sikap yang baik penuh kasih sayang dan berlaku hemat adalah sebagian dari

dua puluh empat bagian kenaiban. “(H.R. Tarmiry).

2. Tidak akan kekurangan orang yang berlaku hemat (R. Ahmad)

Nabi Muhammad SAW mengajarkan sikap hemat ini sebagai kiat untuk

mengantisipasi kekurangan yang dialami oleh seseorang pada suatu waktu. Hal

yang perlu diperhatikan adalah bahwa bersikap hemat tidak harus kikir dan bhakil.

Hemat berarti membelanjakan uangnya untuk keperluan tertentu dan tidak


(46)

2.2.6.3. Jenis Tabungan Di Bank Syariah

 Bank syariah menerapkan dua dalam tabungan, yaitu wadiah dan mudharabah.

1. Tabungan yang menerapkan akad wadiah mengikuti prinsip-prinsip

wadiah yad adh-dhamanah artinya tabungan ini tidak mendapatkan

keuntungan karena ia titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan

menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartu ATM.

Tetapi bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus hadiah.

2. Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip akad

mudharabah. Diantaranya adalah pertama keuntungan dari dana yang

digunakan antara shohibul maal (nasabah) dan mudharib (bank). Kedua,

adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dengan pembagian

keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutar dana itu

diperlukan waktu yang cukup. (Antonio, 1999 : 208)

Dengan demikian besarnya keuntungan di bagi berdasarkan nisbah yang

telah disepakati di awal akad. Bank dapat memberikan buku tabungan sebagai

bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan alat penarikan lainnya kepada penabung.

Tabungan Mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati, namun tidak boleh mengalami saldo negatif

(over draft) (Siamat, 2004 : 191)

Tabungan yang dihimpun pada bank syariah akan mempunyai pengaruh


(47)

diperlukan bagi kelangsungan serta perkembangan bank, sedangkan bagi

masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit (pembiayaan) untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan produktif maupun untuk membiayai sebagai

berbagai pengeluaran konsumtif pada saat yang akan datang.

 Al-Mudharabah

Yaitu perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan

pengusaha (entrepreneur). Dimana pemilik modal bersedia membiayai

sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola

proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian.

 Dasar Hukum Al-Mudharabah

Meskipun dasarnya mudharabah dapat dikategorikan dalam salah satu

bentuk Musyarakah, namun para cendikiawan fiqih Islam meletakkan

mudharabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum

tersendiri yaitu Al-Qur’an :

“ Dan sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari

sebagian karunia Allah SWT.” (Qs. Al-Muzammil : 20). Mudharib sebagai

entrepreneur adalah sebagian dari orang-orang yang melakukan (dharb) perjalanan

untuk mencari karunia Allah SWT, dari melakukan keuntungan investasinya.

Ayat Al-Qur’an lain yang senada misalnya: “Apabila telah ditunaikan sholat,

maka bertebaran kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT.” (Qs.

Al-Jum’ah :10). “Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia dari


(48)

2.2.7 Sistem Bagi Hasil Dan Bonus Wadi’ah Bank Syariah

Salah satu perbedaan prinsipil antara bank syariah dengan bank

konvensional adalah pada tata cara atau ketentuan pemberian imbalan. Bank

konvensional memberikan imbalan dalam bentuk bunga, sedangkan bank syariah

memberikannya dalam bentuk bagi hasil. Dengan demikian realisasi imbalan yang

diterima nasabah akan berbeda-beda setiap bulannya tergantung dari pendapat

hasil investasi yang dilakukan bank pada bulan bersangkutan. Sistem bagi hasil

boleh dalam Islam, sementara sistem bunga tidak, adalah karena dalam bagi hasil

yang ditetapkan sebelumnya hanyalah rasio (nisbah), bukan tingkat

keuntungannya. Fatwa DSN menyebutkan distribusi bagi hasil lebih muslahat

daripada distribusi keuntungan, karena ketika fatwa disusun distribusi

keuntungan yang dilakukan oleh Bank Syariah masih dibawah tingkat keuntungan

bunga.

Secara syariah ada dua instrumen bagi hasil dalam sistem bank syariah

yaitu mudharah dan musyarakah. Diantara kedua model ini mereka mudharabah

adalah metode yang paling umum di gunakan berdasarkan metode ini, bank Islam

akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun peminjam dana.

Dengan penabung bank akan bertindak sebagai pengelola dana dan sisi lain,

dengan peminjam dana bank akan bertindak sebagai pemilik dana.

Menurut Antonio (2001-139) dalam menjalankan prinsip bagi hasil ada


(49)

1. Investment Rate, merupakan persentasi aktual dana yang diinvestasikan dari

total dana bank.

2. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari

berbagai sumber dana yang tersedia untuk investasikan investment rate

dilakukan dengan jumlah dana aktual yang digunakan.

3. Nisbah bagi hasil (Profit sharing Ratio)

Pada dasarnya, menurut Muhammad (2002 ; 110) bank bagi hasil

memberikan keuntungan pada deposan dengan pendekatan Loan To Deposit Ratio

(LDR). Sedangkan bank konvensional dengan pendekatan biaya, artinya dalam

mengakui pendapatan, bank syariah menimbang rasio antara dana pihak ketiga

dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapat yang dihasilkan dari perpaduan

dua hal tersebut. Sedangkan bank konvensional langsung menganggap semua

bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa memperhitungkan berapa pendapat

yang dapat dihasilkan dari dana yang dihimpun tersebut. Maka dalam hal ini, bank

syariah terhadap unsur ketidakpastian dalam memperoleh keuntungan, karena

beberapa rupiah pendapatan riil yang akan di peroleh nasabah yang sangat

bergantung kepada pendapatan yang akan di peroleh bank.

Maka agar dapat tetap terasing dengan bank konvensional, bank syariah

memberikan special nisbah yang kira-kira indikasinya sama dengan special rate

pada bank konvensional. Caranya dengan menguranginya porsi bank atau dengan

kata lain menambah biaya bagi hasil dana pihak ketiga Special nisbah yang di

berikan hendaklah memperlihatkan hal-hal sebagai berikut (Muhammad, 2002 ;


(50)

1. Nisbah bagi hasil

2. Bobot

3. Pendapatan

4. Rata-rata saldo

Besarnya keuntungan yang diterima deposan, berdasarkan proporsi/rasio

yang telah disepakati. Maka untuk mengetahui besarnya keuntungan yang

diperoleh dari tabungan Mudharabah, dihitung dengan rumus (Harjianto, 1999:74)

Ratio X bank Pendapa x bank pada tabungan rata rata Saldo nasabah tabungan rata Rata Saldo tan 

Dari rumus diatas dapat diketahui apabila rasio bagi hasil yang

ditawarkan Bak Syariah semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh

nasabah semakin besar. Hal ini mempengaruhi minat nasabah untuk menabung di

Bank Syariah.

Tabel 2 : Perbedaan Bunga dan bagi hasil

Bunga Bagi hasil

1. Penentuan bunga di buat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untuk. 2. Persentase berdasarkan pada jumlah

uang (modal) yang dipinjamkan. 3. Pembayaran bunga tetap seperti yang

janjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijelaskan oleh pihak nasabah untung/rugi.

4. Pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang

1.Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil di buat pada waktu akan dengan berpedoman pada keuntungan untuk rugi.

2.Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3.Bagi hasil tergantung pada keuntungan

proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan di tanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4.Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.


(51)

Sedangkan Bonus Wadiah menurut Harjianto (1999 : 78) adalah imbalan

yang diperoleh pemilik dana dari pihak bank. Artinya pihak Bank tidak dilarang

untuk memberikan jasa atas pemakaian uang yang berupa bonus dengan catatan

tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu antara pihak Bank dan pemilik dana baik

dalam jumlah nominal ataupun persentase. Ini murni merupakan kebijakan bank

sebagai pengguna uang. Bonus tersebut biasanya diberikan pada nasabah yang

memiliki jumlah dana simpanan rata-rata minimal yang telah ditetapkan oleh

pihak Bank.

2.2.8 Pengertian Pendapatan Perkapita

Menurut definisi pendapatan perkapita penduduk adalah pendapatan

rata-rata setiap jiwa dalam satu wilayah atau daerah yang di peroleh dengan cara

membagi jumlah total produksi barang dan jasa yang dihasilkan penduduk suatu

wilayah tertentu dalam 1 tahun 1 dengan jumlah penduduk atau dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Pendapatan perkapita penduduk = x 100%

Penduduk Jumlah

PDRB

(Anonim, 1997 :

19)

Dimana :

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah total nilai produksi

suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu jumlah penduduk adalah

banyaknya jumlah yang menetap di suatu wilayah atau daerah tertentu selama

minimal 60 hari berturut-turut atau berbeda di suatu wilayah dalam jangka waktu


(52)

Pada pendapatnya yang sangat rendah, konsumsi akan melebihi pendapat

dan konsumsi yang melebihi pendapat ini akan dibiayai oleh tabungannya pada

masa lalu. Pada tingkat pendapatnya yang tinggi, tidak semua pendapatan yang

diterima di gunakan untuk konsumsi sebagai pendapatan tersebut akan di tabung,

(Sukirno, 2000 : 97), karena dengan meningkatnya pendapatan maka kemampuan

masyarakat untuk menabung semakin besar dan adanya perubahan pola konsumsi

dan sebagian lagi untuk ditabung dan masyarakat akan cenderung menyimpan

sebagian pendapatnya pada lembaga perbankan, dengan kata lain penghimpunan

dana tabungan masyarakat pada bank syariah mengalami peningkatan.

2.2.8.1 Metode Perhitungan Pendapatan Perkapita

Ada tiga metode di gunakan dalam menghitung pendapatan domestik

regional bruto yang dapat di peroleh jika dapat ditinjau dari metode yang

berlainan yaitu :

1. Metode Produksi

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai

produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi

di suatu daerah tertentu dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun) atau

biasanya disebut sebagai nilai output, yang dalam penyajiannya

dikelompokkan menjadi 11 sektor (pertanian, pertambangan dan pengendalian


(53)

2. Metode Pendapatan

PDRB adalah balas jasa kepada faktor-faktor produksi berupa upah dan

gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum di potong pajak

penghasilan dan pajak langsung karena telah turut serta dalam proses produksi

di suatu daerah dalam jangka waktu 1 tertentu (batasnya 1 tahun) PDRB

merupakan jumlah nilai tambahan bruto seluruh sektor.

3. Metode pengeluaran

PDRB merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah

tangga, lembaga sosial swasta yang tidak mencari keuntungan, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan

ekspor netto suatu daerah dalam waktu tertentu (biasanya 1 tahun. Apabila

pembentukan modal dan ekspor netto di jumlah maka di peroleh nilai PDRB.

2.2.8.2 Fungsi Pendapatan Perkapita

Tingkat perkembangan pendapatan perkapita yang dicapai sering kali

digunakan sebagai ukuran dari kesuksesan ekonomi yang pesat disamping

kegunaannya ini, pendapatan perkapita mempunyai beberapa kegunaan lain.

Dua diantara lainnya yang penting (Hariyanti, 1995 : 21)

1. Untuk membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

2. Untuk membandingkan laju perkembangan ekonomi yang dicapai oleh

berbagai negara di dunia ini dari masa ke masa.

Dalam kegunaan data pendapatan perekonomian sebagai bahan untuk


(54)

pembangunan ekonomi berbagai negara, nilai pendapatan perkapita tidak lagi

dinyatakan dalam mata uang itu sendiri tetapi dinyatakan dalam mata uang

Amerika Serikat. Untuk merubah nilai pendapatan perkapita yang dinyatakan

dalam nilai Mata uang suatu negara menjadi dinyatakan dalam nilai Dollar

Amerika Serikat. Selalu digunakan nilai resmi diantara mata uang resmi yang

bersangkutan dengan dollar Amerika Serikat tersebut. Data pendapatan perkapita

dan berbagai negara yang telah dinyatakan dalam dollar Amerika Serikat tersebut,

selanjutnya diperbandingkan untuk menunjukkan perbedaan tingkat kesejahteraan

ekonomi pada satu angka waktu tertentu untuk setiap negara paling sedikit harus

tersedia data pendapatan perkapita dari tahun permulaan dan tahun terakhir dari

jangka masa tersebut.

2.2.8.3 Hubungan Pendapatan Perkapita Dengan Tabungan Masyarakat

Tingkat pendapatan yang rendah, tabungan masyarakat akan mengalami

negatif. Keadaan ini berarti menggunakan tabungan di masal lalu untuk

membiayai hidupnya, baru setelah menabung sebagian dari pendapatnya.

(Sukarno, 2002 - 77).

Apabila seseorang yang menerima pendapatannya dari hasil bekerja

maka input akan segera merencanakan untuk membelanjakan pendapatan niscaya

akan dikeluarkan untuk keperluan konsumsi, sedangkan seseorang kalau memang


(55)

Menurut teori Keynes menganggap bahwa pendapatan (Y) sebagai

jumlah pengeluaran-pengeluaran konsumsi (C) dan tabungan (S).

Dengan demikian dapat dicapai suatu persamaan, yaitu :

Y = C + S……….(Winardi, 1981 : 83)

Maka

S = Y – C……….(Winardi, 1981 : 83)

Berdasarkan rumus diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Apabila konsumsi bertambah, relatif dibandingkan dengan pendapatan maka

tabungan harus berkurang dan sebaliknya.

2. Apabila konsumsi bertambah, relatif dibandingkan dengan pendapatan maka

tabungan harus bertambah (Winardi, 1981 : 83)

2.2.9 Tingkat Suku Bunga

2.2.9.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Suku bunga merupakan harga dana yang dipinjamkan (loanable Funds)

yang besarnya ditentukan oleh preferensi dan sumber pinjaman dari berbagi

pelaku ekonomi di pasar (Diulio, 1993 : 45).

Menurut Boediono (1995 : 76) suku bunga adalah harga dari

penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan.

Menurut Fabozzi, ddk (1994 : 204) suku bangsa adalah harga yang harus

dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk


(56)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah

tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat atas sejumlah dana atau pinjaman

yang telah diberikan.

2.2.9.2. Teori klasik Tentang Suku Bunga

Menurut teori klasik, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula

keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih

tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk

konsumsi guna menambah tabungan. Teori klasik juga menyatakan bahwa makin

tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. (Nopirin,

1992 :70).

2.2.9.3. Teori Keynes Tentang Tingkat Bunga

Teori menyatakan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan

permintaan akan uang (Nopirin, 1992 : 91). Teori Keynes juga menekan ada

hubungan langsung kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat

bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi yaitu

permintaan besar apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan kecil apabila

tingkat bunga tinggi (Boediono, 1995 : 83).

Pada waktu tingkat bunga tinggi jumlah uang yang diminta masyarakat


(57)

2.2.9.4. Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga adalah teori penting mengenai penentuan

tingkat bunga dalam sistem devisa bebas (yaitu apabila penduduk masing-masing

negara menjual belikan devisa). Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa

dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama

dengan tingkat di negara lain, setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju

depresi mata uang negara yang satu dengan negara yang lain. (Boediono, 1992 :

101).

2.2.9.5. Perbandingan Antara Bank Syariah dan Konvensional

Telah diuraikan sebelumnya berbagai pertimbangan masyarakat dalam

menentukan pilihan terhadap lembaga keuangan bank (khususnya bank non

Syariah) baik yang menyangkut faktor ekonomi maupun non ekonomi. Faktor

keuntungan, hadian (faktor ekonomi) cukup mempengaruhi responden dalam

menentukan keputusan. Sementara itu faktor pelayanan, keterjankauan atau lokasi,

keamanan lingkungan keluarga, psikologis (faktor non ekonomi) tidak kalah besar

pengaruhnya. Berikut ini berbagai langkah-langkah atau sikap masyarakat (non

nasabah Bank Syariah) ketika akan menjatuhkan pilihan pada perbankan Syariah

sebagai lembaga keuangan tempat menabung atau pembiayaan.

Faktor pertama yang patut diperhatikan adalah informasi tentang bank

Syariah tersebut. Sekitar 63,6 % menyatakan bahwa keputusan untuk memilih


(58)

faktor informasi kurang relevan dengan keputusan untuk memilih Bank Syariah,

maka faktor informasi kepada masyarakat menjadi kata kunci.

Faktor kedua yang cukup mempengaruhi keputusan responden adalah

faktor rasionalitas. Faktor-faktor tersebut tidak hanya meliputi aspek ekonomi saja,

namun juga faktor non ekonomi, pertimbangan agama, dan faktor non ekonomi,

pertimbangan agama, dan faktor rasional lainnya. Sejumlah 60,8 % menyatakan

bahwa keputusan untuk memilih Bank Syariah cukup dipengaruhi oleh

pertimbangan yang rasional.

Tabel 3 : Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bunga Bagi hasil

1. 2. 3. 4. 5.

Melakukan investasi-investasi yang halal saja.

Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa.

Profit dan falah oriented

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.

Investasi yang halal dan haram. Memakai perangkat bunga. Profit oriented

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitor-debitor. Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber : Antonio, 2001 Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Penerbit Gema Insani, Jakarta, Halaman 34.

2.2.10 Kerangka Pikir

Jumlah dana yang ada pada Bank Syariah di pengaruhi oleh beberapa


(59)

1. Variabel Dependent / variabel terikat (Y)

Yaitu Tabungan Mudharabah (Y1) yang merupakan salah satu

produk penghimpunan dana pada bank syariah, dimana nasabah

memperoleh keuntungan berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati

diawal akad. Giro Wadi’ah (Y2) adalah salah satu produk bank yang berisi

dana titipan nasabah dan bukan untuk investasi. Namun dana tersebut

dapat dimanfaatkan oleh bank untuk memperoleh keuntungan dan nasabah

dapat mengambil dana itu sewaktu waktu dimana pihak bank wajib

membayarnya.

2. Variabel Independent / variabel bebas (X)

X1 = Suku Bunga Bank Umum, yaitu besar kecilnya tingkat suku

sebuah bank akan berpengaruh pada tingkat suku bunga

simpanan bank umum yang akan mempengaruhi minat

masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank syariah yang

notabene tidak menganut sistem bunga. Semakin rendah tingkat

suku bunga Bank Umum, maka akan meningkatkan minat

masyarakat dalam memilih dan menggunakan produk yang ada

di Bank Syariah.

X2 = Nisbah Bagi Hasil, yaitu persentase keuntungan yang didapat

oleh nasabah sebagai bentuk kompensasi atas dana yang

dikelolah oleh bank. Persentase keuntungan sesuai dengan


(60)

yang merupakan persentase keuntungan yang diperoleh

nasabah sebagai bentuk kompensasi Bank pada Nasabah atas

dana yang dikelola dari Simpanan dan Giro Wadi’ah. Apabila

tingkat bagi hasil dan bonus wadi’ah di bank syariah semakin

meningkat maka diharapkan jumlah minat nasabah untuk

menabung juga meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh

keinginan masyarakat untuk memperoleh keuntungan dari

tingkat bagi hasil dan bonus wadi’ah tersebut, sehingga

mengakibatkan jumlah dana yang dihimpun di bank syariah

juga meningkat.

X3 = Pendapatan Perkapita yaitu total nilai produksi barang dan jasa

rata-rata tiap jiwa diproduksi di suatu wilayah (regional)

tertentu dalam waktu tertentu, satu tahun. Apabila Produk

Domestik Regional Bruto Perkapita yang diterima masyarakat


(61)

Gambar 1 : Kerangka Pikir

Tingkat Nisbah Bagi Hasil dan Bonus

Wadi’ah (X1)

Minat Untuk Menabung di Bank Syariah

Daya Saing Produk Bank

Syariah Tingkat Suku

Bunga Bank Umum (X2)

Jumlah Tabungan Mudharabah (Y1) dan Giro

Wadi’ah (Y2)

Pendapatan Perkapita (X3)

Potensi Menabung Masyarakat


(1)

Nonparametric Correlations

Correlations

.442 .200 10 .079 .829 10 -.055 .881 10 1.000 . 10 Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N x1.1=Nisbah bagi hasil Mudharabah

x2=suku bunga bank umum

x3=pendapatan perkapita

Unstandardized Residual Spearman's rho

Unstandardiz ed Residual

Lampiran 5

Regression

Variables Entered/Removedb

x3=pendapata n perkapita, x1. 2=Nisbah Bagi hasil Wadi'ah, x2=suku bunga bank umuma

. Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: y2=giro wadi'ah b.


(2)

Model Summaryb

.962a .926 .889 314023201 2.596

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), x3=pendapatan perkapita, x1.2=Nisbah Bagi hasil Wadi'ah, x2=suku bunga bank umum

a.

Dependent Variable: y2=giro wadi'ah b.

ANOVAb

7E+018 3 2.470E+018 25.049 .001a

6E+017 6 9.861E+016

8E+018 9

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), x3=pendapatan perkapita, x1.2=Nisbah Bagi hasil Wadi'ah, x2=suku bunga bank umum

a.

Dependent Variable: y2=giro wadi'ah b.

Lampiran 6

Coefficientsa

-11317902101 2455375322 -4.609 .004

-39504685.340 96286663.7 -.047 -.410 .696 -.165 .949 1.054

575063482.814 278714844 .366 2.063 .085 .644 .392 2.550

1471.070 215.785 1.228 6.817 .000 .941 .380 2.635

(Constant)

x1.2=Nisbah Bagi hasil Wadi'ah

x2=suku bunga bank umum

x3=pendapatan perkapita Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial

Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: y2=giro wadi'ah a.


(3)

Collinearity Diagnosticsa

3.875 1.000 .00 .01 .00 .00

.099 6.271 .00 .92 .01 .00

.026 12.270 .00 .06 .14 .08

.001 60.124 1.00 .01 .85 .92

Dimension 1

2 3 4 Model 1

Eigenvalue

Condition

Index (Constant)

x1.2=Nisbah Bagi hasil

Wadi'ah

x2=suku bunga bank

umum

x3=pendapat an perkapita Variance Proportions

Dependent Variable: y2=giro wadi'ah a.

Lampiran 7

Residuals Statisticsa

-2E+007 2E+009 1E+009 907392423.2 10

-5E+008 3E+008 .000 256398869.7 10

-1.243 1.371 .000 1.000 10

-1.718 .991 .000 .816 10

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: y2=giro wadi'ah a.

Nonparametric Correlations

Correlations

.200 .580 10 -.067 .855 10 .273 .446 10 1.000 . 10 Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N x1.2=Nisbah Bagi hasil Wadi'ah

x2=suku bunga bank umum

x3=pendapatan perkapita

Unstandardized Residual Spearman's rho

Unstandardiz ed Residual


(4)

TABEL DURBIN-WATSON

Durbin-Watson of Statistik : Significance of dl and du at 0.05 level significance

n k = 1 K = 2 k = 3 k = 4 k = 5

dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 0.879 1.320 0.927 1.324 0.971 1.331 1.010 1.340 1.045 1.350 1.077 1.361 1.060 1.371 1.133 1.381 1.158 1.391 1.180 1.401 1.201 1.411 1.221 1.420 1.239 1.429 1.257 1.437 1.273 1.446 1.288 1.454 1.302 1.461 1.316 1.469 1.328 1.476 1.341 1.483 1.352 1.489 1.363 1.496 1.373 1.502 1.383 1.508 1.393 1.514 1.402 1.519 1.411 1.525 1.419 1.530 1.427 1.535 1.435 1.540 1.442 1.544 1.475 1.566 1.503 1.585 1.528 1.601 1.549 1.616 1.567 1.629 1.583 1.641 1.598 1.652 1.611 1.662 1.624 1.671 1.635 1.679

0.697 1.641 0.658 1.604 0.812 1.579 0.861 1.562 0.905 1.551 0.943 1.543 0.982 1.539 1.015 1.536 1.046 1.535 0.074 1.535 1.100 1.537 1.125 1.538 1.147 1.541 1.168 1.543 1.188 1.545 1.206 1.550 1.224 1.553 1.240 1.558 1.255 1.560 1.270 1.563 1.284 1.567 1.297 1.570 1.309 1.574 1.321 1.577 1.333 1.580 1.343 1.584 1.354 1.587 1.364 1.590 1.373 1.594 1.382 1.597 1.391 1.600 1.430 1.615 1.462 1.628 1.490 1.641 1.514 1.652 1.536 1.662 1.554 1.672 1.571 1.680 1.586 1.688 1.600 1.696 1.612 1.703

0.525 2.016

0.595 1.928 0.658 1.864 0.715 1.816 0.767 1.779 0.814 1.750 0.857 1.726 0.897 1.710 0.933 1.696 0.967 1.685 0.908 1.676 1.026 1.669 1.053 1.664 1.076 1.660 1.101 1.656 1.123 1.654 1.143 1.652 1.162 1.651 1.181 1.650 1.198 1.650 1.214 1.650 1.229 1.650 1.244 1.650 1.258 1.651 1.271 1.652 1.283 1.653 1.295 1.654 1.307 1.655 1.318 1.656 1.328 1.658 1.338 1.659 1.383 1.666 1.421 1.674 1.452 1.681 1.480 1.689 1.503 1.696 1.525 1.703 1.543 1.709 1.560 1.715 1.575 1.721 1.589 1.726

0.376 2.414 0.444 2.253 0.512 2.177 0.574 2.094 0.632 2.030 0.688 1.977 0.734 1.935 0.778 1.900 0.820 1.873 0.859 1.848 0.894 1.828 0.927 1.812 0.958 1.797 0.989 1.785 1.013 1.775 1.036 1.767 1.062 1.759 1.084 1.753 1.104 1.747 1.124 1.743 1.143 1.739 1.160 1.735 1.177 1.732 1.193 1.730 1.208 1.728 1.222 1.726 1.236 1.724 1.249 1.723 1.261 1.722 1.273 1.722 1.285 1.721 1.338 1.720 1.378 1.721 1.414 1.724 1.444 1.724 1.471 1.731 1.494 1.735 1.515 1.739 1.534 1.743 1.550 1.747 1.568 1.751

0.243 2.822 0.316 2.545 0.379 2.506 0.445 2.380 0.505 2.298 0.562 2.220 0.615 2.157 0.664 2.104 0.710 2.060 0.752 2.023 0.792 1.901 0.829 1.964 0.863 1.940 0.895 1.920 0.925 1.902 0.952 1.886 0.979 1.873 1.004 1.861 1.028 1.850 1.050 1.841 1.071 1.833 1.090 1.825 1.109 1.819 1.127 1.813 1.144 1.808 1.160 1.803 1.175 1.799 1.190 1.795 1.204 1,792 1.218 1.789 1.230 1.786 1.287 1.776 1.335 1.771 1.374 1.768 1.408 1.767 1.438 1.767 1.464 1.768 1.487 1.770 1.507 1.772 1.525 1.774 1.542 1.776


(5)

100 1.654 1.694 1.634 1.715 1.613 1.736 1.592 1.758 1.571 1.780 Sumber : Algifari, 2000, Edisi Kedua, Analisis Regresi, Teori, Kasus Dan Solusi, Penerbit BPFE

Yogyakarta

Tabel Pengujian

Nilai F (

α

= 0,05)

df

penyebut

df untuk Pembilang N1

N2 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 30 60 120

161 18.5 10.1 7.71 6.61 5.99 5.59 5.32 5.12 4.96 4.84 4.75 4.67 4.60 4.54 4.49 4.45 4.41 4.38 4.35 4.17 4.00 3,92

2.00 19.0 9.55 6.94 5.79 5.14 4.74 4.46 4.26 4.10 3.98 3.89 3.81 3.74 3.68 3.63 3.59 3.55 3.52 3.49 3.32 3.15 3.07

216.11 19.2 9.28 6.59 5.41

4.76

4.35 4.07 3.86 3.71 3.59 3.49 3.41 3.34 3.29 3.24 3.20 3.16 3.13 3.10 2.92 2.76 2.68

225 19.2 9.12 6.39 5.19 4.53 4.12 3.84 3.63 3.48 3.36 3.26 3.18 3.11 3.06 3.01 2.96 2.93 2.90 2.87 2.69 2.53 2.45

230 19.3 9.01 6.26 5.05 4.39 3.97 3.69 3.48 3.33 3.20 3.11 3.03 2.96 2.90 2.85 2.81 2.77 2.74 2.71 2.53 2.37 2.29

234 19.3 8.94 6.16 4.95 4.28 3.87 3.58 3.37 3.22 3.09 3.00 2.92 2.85 2.79 2.74 2.70 2.66 2.63 2.60 2.42 2.25 2.17

237 19.4 8.89 6.09 4.88 4.21 3.79 3.50 3.29 3.14 23.01

2.91 2.83 2.76 2.71 2.66 2.61 2.58 2.54 2.51 2.33 2.17 2.09 Sumber : Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga,


(6)

Tabel Pengujian Nilai t

df t 0,10 t 0,05 t 0,025 t 0,01 t 0,005 df

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

3.078 1.886 1.638 1.533 1.476 1.440 1.415 1.397 1.383 1.372 1.363 1.356 1.350 1.345 1.341 1.337 1.333 1.330 1.328 1.325 1.323 1.321 1.319 1.318 1.316

6.314 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.780

12.706 4.303 3.182 2.376 2.571

2.447

2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060

31.821 6.965 4.541 3.747 3.365 2.343 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485

63.657 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 21 23 24 25 Sumber : Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar, penerbit Erlangga, Jakarta