PENGARUH OLAHRAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY) ANAK USIA 6-8 TAHUN.

(1)

PENGARUH OLARAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY)

ANAK USIA 6 - 8 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

RANGGA MAULANA AKBAR 0807763

JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGARUH OLARAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY)

ANAK USIA 6 - 8 TAHUN

Oleh

Rangga Maulana Akbar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Rangga Maulana Akbar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, diphoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH OLARAGA TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK (MOTOR ABILITY)

ANAK USIA 6 - 8 TAHUN

Oleh :

Rangga Maulana Akbar 0807763

Disetujui dan disahkan oleh : Oleh Pembimbing:

Pembimbing I,

Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 196212221987031002

Pembimbing II,

Dra. Surdiniaty Ugelta, M.Kes NIP. 195912201987032001

Mengetahui, Ketua Prodi Ilmu Keolahragaan,

Drs. Sumardiyanto, M.Pd NIP. 196212221987031002


(4)

ABSTRAK

Pengaruh Olahraga Tradisional Bebentengan Terhadap Kemampuan Motorik (Motor Ability) Anak

Usia 6-8 Tahun Rangga maulana akbar

0807763

Permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pengamatan penulis, anak pada zaman sekarang sudah jarang memainkan olahraga tradisional seperti olahraga bebentengan maupun olahraga tradisional yang lainnya. Hal ini dikarenakan lahan untuk memainkan olahraga tradisional sudah jarang apalagi di daerah perkotaan sudah jarang lapangan untuk anak-anak memainkan olahraga tradisional ini, sudah banyaknya olahraga-olahraga modern seperti komputer dan game online yang dianggap lebih menyenangkan dibandingkan olahraga tradisional, adapun karena orang tua anak yang tidak mau anaknya untuk bermain diluar rumah karena takut anaknya kotor dan celaka.

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh olahraga tradisional bebentengan terhadap kemampuan motorik (motor ability) pada anak usia 6-8 tahun. Penelitian ini menggunakan metode True Experimental Design dengan desain penelitian

one-group pre-tes post-test control one-group design. Tes flexion of trunk, lari cepat 30

meter, lari 600 meter, dan zig-zag run adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling insidential atau pemilihan sampel secara kebetulan, dengan jumlah sampel 17 orang. Sampel yang diambil berasal dari siswa kelas 1, 2, dan 3 SDN Kawungsari Girang Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah olahraga tradisional bebentengan berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor ability) pada anak usia 6-8 tahun, terdapat peningkatan kemampuan kemampuan motorik antara sebelum dan sesudah diberikan olahraga tradisional bebentengan.

Kata kunci : Olahraga Tradisional Bebentengan, Kemampuan motorik (Motor


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Metode penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan - HIPOTESIS PENELITIAN 6

A. Olahraga Pada Usia Dini/Anak ... 6

B. Pentingnya Kemampuan Motorik (Motor Ability) Untuk Anak ... 14

C. Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 19

D. Hubungan Permainan Bebentengan Dengan Kemampuan Motorik - (Motor Abiliy) Pada Anak-Anak ... 22

E. Pengertian Dan Peraturan Olahraga Tradisional Bebentengan ... 24

1. Alat Permainan ... 26

2. Tempat Bermain ... 27

3. Jumlah Pemain ... 27

4. Tahap Permainan ... 27

5. Pelaksanaan Permainan ... 27

F. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 29 A. Metode Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian Dan Langkah Penelitian ... 31

1. Desain Penelitian ... 31

2. Alur Penelitian ... 32


(6)

D. Populasi Dan Sampel ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 36

E. Instrument Penelitian ... 38

1. Tes Zig-zag Run ... ... 38

2. Tes Lari Cepat 30 Meter... ... 39

3. Tes Lari 600 Meter ... 40

4. Tes Flexion Of Trunk ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Pengolahan Data ... 46

1. Membuat Daftar Distribusi Frekuensi ... 46

2. Mencari Parameter Statistik ... 47

3. Analisis Data ... 47

a. Mencari Normalitas ... 48

b. Uji Hipotesis ... 49

1) Uji Komparatif Dua Sampel... 49

2) Metode Wilcoxon ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51 A. Hasil Penelitian ... 51

1. Pengolahan Data ... 52

a. Parameter Statistik Uji Pre-Test ... 52

b. Parameter Statistik Uji Post-Test ... 53

2. Analisis Data ... 54

a. Uji Normalitas ... 55

b. Uji Hipotesis ... 57

1) Uji Statistik Parametrik ... 57

a) Lari 600 Meter ... 58

b) Flexion Of Trunk ... 59

2) Uji Statistik Non-Parametrik ... 60

a) Zig-Zag Run ... 60

b) Lari Cepat 30 Meter ... 61

B. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Rekomendasi ... 65

1. Bagi Guru Khususnya Pendidikan Jasmani Di Sekolah ... 65


(7)

3. Bagi Orang Tua ... 66

4. Bagi Lembaga FPOK UPI ... 67

5. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69

LAMPIRAN ARSIP ... 85


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan olahraga pada anak-anak sering kali tidak disadari, dikarenakan mereka melakukan gerakan-gerakan olahraga dalam kegiatan bermain. Dimana kegiatan bermain yang melibatkan aspek keterampilan fisik (physical skill) maupun motorik kasar (gross motoric skill) cenderung mirip dengan kegiatan olahraga. Kegiatan bermain anak-anak pada umur 5 tahun keatas sedang berada pada masa Golden Age yaitu masa dimana psikomotorik anak sangat peka dalam menerima suatu rangsangan, dan bilamana masa Golden Age tersebut terlewatkan, maka terlewatlah sudah kesempatan terbaik bagi anak tersebut.

Tidak dipungkiri bahwa pada sekolah dasarlah anak-anak mendapatkan beberapa pendidikan umum salah satunya adalah pendidikan olahraga dasar. Hal ini bertujuan agar anak mampu melakukan beberapa kemampuan motorik, guna membantu perkembangan motorik anak ke masa yang akan datang. Menurut Yudha M. Saputra (2008: 2.8) “anak pada usia tengah memiliki potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan motoriknya”.

“Dari segi psikologi masa anak tengah diwarnai dengan kekompakan teman sebaya yang berjenis kelamin sejenis” (Agoes, 2007:39). Pertumbuhan fisik anak tengah tergolong lambat, sedangkan anak tengah ini memiliki potensi intelektual dan sosialisasi yang berkembang cukup cenderung dibandingkan fisiknya. Seperti


(9)

2

senang bermain berkelompok, dimana permainan-permainan ini dilakukan berdasarkan perkembangan lingkungan tertentu. Dengan kata lain perkembangan permainan didominasi oleh unsur kebudayaan daerah seperti permainan tradisional di Jawa Barat.

Kurangnya perkembangan gerak anak pun disebabkan oleh banyak hal, mulai dari lahan umum bermain anak yang tersingkirkan dengan banyaknya pembangunan ekonomi yang tidak terkendali, penunjang belajar anak disekolah dalam pembelajaran olahraga yang sedikit mendapatkan jam belajar dalam setiap minggu, banyaknya permainan modern untuk anak yang mengakibatkan anak sukar untuk melakukan pergerakan seperti video game, dan banyak lagi.

Dari latar belakang diatas penulis ingin meneliti perkembangan kemampuan motorik anak masa tengah (middle childhood) melalui suatu permainan bebentengan yang berkembang di daerah Jawa Barat. Bebentengan sendiri merupakan permainan yang mengandung unsur kemampuan motorik. Dari segi perkembangan sosial bagi anak, permainan bebentengan dapat menanamkan unsur kerjasama yang melahirkan kekompakan dalam berkelompok. Disamping itu salah satu upaya untuk melestarikan kembali permainan tradisional yang mulai tersisihkan oleh perkembangan teknologi. Dimana perkembangan teknologi memberikan dampak negatif yaitu membuat anak cenderung bertingkah laku pasif terhadap gerakan. Sementara gerakan merupakan salah satu ciri kehidupan yang

terpenting. “Kian nyata gerakan seseorang atau kian banyak dia mampu bergerak

jelaslah bahwa orang itu memiliki kualitas hidup yang baik” (Santoso, 2005:11). Penulis menyadari pentingnya pola gerak bagi kehidupan, oleh karena itu penulis


(10)

ingin mencoba meneliti kemampuan motorik pada anak usia 6-8 tahun, dikarenakan pada usia tersebut anak memiliki kemampuan penerapan yang tinggi ketika akan diberikan suatu pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dilakukan kegiatan penelitian untuk mengetahui gambaran pengaruh dalam permainan tradisional dan olahraga.

Dengan judul penelitian “Pengaruh Olahraga Tradisional Bebentengan Terhadap Kemampuan Motorik Anak Usia 6 -8 Tahun”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perlu diadakan perumusan masalah agar penelitian ini dapat dilakukan sebaik-baiknya. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap kelentukan (flexibility) pada anak usia 6 – 8 tahun ?

2. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap kecepatan (speed) pada anak usia 6 – 8 tahun?

3. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap daya tahan (endurance) pada anak usia 6 – 8 tahun ?

4. Apakah terdapat pengaruh dari permainan tradisional bebentengan terhadap kelincahan (agility) pada anak usia 6 – 8 tahun ?


(11)

4

C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang kita lakukan haruslah mempunyai tujuan yang terarah dan terukur serta mengandung maksud-maksud tertentu, adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan kelincaan (agility) siswa kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang,

2. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan kecepatan (speed) siswa kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang,

3. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan kelentukan (flexibility) siswa kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang,

4. Untuk mengkaji sejauh mana tingkat kemampuan daya tahan (endurance) siswa kelas kelas I , II, dan III di SDN Kawungsari Girang.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian berupa eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dengan memberikan perlakuan / treatment (Sugiono, 2010:72). Desain penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengukur variabel pengaruh olahraga tradisional bebentengan adalah pre-experimental designs tentang beberapa komponen yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor ability). Test dilakuakan oleh responden yang terdiri dari kemampuan motorik yang dikembangkan untuk mengukur aspek gerak kecepatan, kelincahan, kelentukan, dan daya tahan umum.


(12)

Eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari komponen-komponen atau variabel inti. Komponen-komponen eksperimen merupakan variabel yang utuh. Bentuk eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group

pretest-posttest design. Dimana sampel diberikan test awal berdasarkan aspek

yang akan dikembangkan, kemudian diberikan treatment / perlakuan dengan melakukan olahraga tradisional bebentengan, dan selanjutnya setelah diberikan teatment sampel dites akhir untuk mengetahui hasil dari perlakuan / treatment.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca, dan khususnya bagi masyarakat umum yang memiliki anak usia dini. Untuk itu harapan penulis dari manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis dapat menambah ilmu dan pemahaman bagi pihak terkait

tentang pengaruh permainan permainan tradisional terhadap kemampuan kemampuan motorik pada anak usia 6-8 tahun;

2. Sebagai sumbangan keilmuan bagi perpustakaan FPOK UPI;

3. Secara praktis bagi sekolah, guru, dan siswa SDN Kawungsari Girang, agar lebih dapat mengembangkan bentuk pembelajaran penjas agar perkembangan gerak anak maksimal.


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SDN Kawungsari Girang Desa Wargamekar Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Sumber : GoogleEarth:2012 Gambar 3.1 Lokasi Penelitian SDN Kawungsari Girang

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan peneliti dalam rangka memperoleh data yang dipergunakan sesuai dengan permasalahan yang diselidiki. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990:133-310) sebagai berikut :


(14)

Metode adalah merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara ini dipergunakan setelah penyelidik, memperhitungkan kewajarannya, ditinjau dari tujuan penelitian serta dari situasi penelitian.

Penelitian juga merupakan salah satu cara dalam mencari suatu kebenaran melalui cara-cara ilmiah atau metode ilmiah. Metode ilmiah itu berarti kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2008:2) menyatakan “ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis”. Rasional berarti kegiatan penelitian yang dilakuakan dengan cara-cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti data yang nyata, sehingga orang lain dapat mengetahui dan mengamati cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas, maka metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan sebuah penelitian yang memberikan perlakuan (treatment) kepada objek penelitiannya agar memberikan sebuah dampak atau hasil yang diinginkan. Menurut Sugiyono (2010:72) “ metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali”. Lebih lanjut arikunto (2006:9) mejelaskan bahwa, “ekperimen selalu dimaksudkan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan”. Dengan demikian berdasarkan pengertian tersebut, peneliti berharap bahwa metode eksperimen tepat digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat diketahui bagaimana pengaruh


(15)

31

olahraga permainan tradisional terhadap kemampaun pengolahan kelincahan, kelentukan, kecepatan, dan daya tahan pada anak usia 6 – 8 tahun..

B. Desain Penelitian dan Langkah Penelitian 1. Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengukur variabel pengaruh olahraga tradisional bebentengan adalah pre-experimental designs tentang beberapa komponen yang berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor

ability). Test dilakuakan oleh responden yang terdiri dari kemampuan motorik

yang dikembangkan untuk mengukur aspek kelincahan, kelentukan, kecepatan, dan daya tahan. Eksperimen dalam penelitian ini terdiri dari komponen-komponen atau variabel inti dalam olahraga tradisional bebentengan. Komponen-komponen eksperimen merupakan variabel yang disesuaikan. Bentuk eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest-posttest design.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan lama perkiraan penelitian yaitu 16 kali pertemuan. Adapun desain penelitian ini seperti pada gambar dibawah ini :

Keterangan :

: Nilai Pretest (sebelum diberi diklat) : Nilai Posttest (setelah diberi diklat) X : Treatment atau Perlakuan


(16)

Pada desain ini terdapat kelompok sampel yang dijadikan subjek eksperimen, subjek penelitian tes awal yang kemudian diberikan treatment dan setelah diberikan treatment lalu diberikan kembali tes akhir yang bentuknya sama seperti tes awal, tujuan desain penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan.

Adapun yang menjadi treatment atau perlakuan yang diberikan adalah keterampilan tes-motor ability yaitu kelincahan (agility), kelentukan

(fleksibilitas), kecepatan (speed), dan daya tahan (endurance).

2. Alur Penelitian

Alur penelitian dibuat merupakan sebagai rencana atau rancangan kerja dalam penelitian. Dengan dibuatnya alur penelitian maka diharapkan dapat mempermudah dalam pelaksanaan sebuah penelitian. Oleh karena itu dibuatlah rencana kerja yang diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan penelitian. Adapun alur penelitian didahului dengan observasi permasalahan, perencanaan, pelaksanaan, analisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut:


(17)

33

Gambar 3.2 Skema Penelitian

C. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi salah penafsiran atau pengertian terhadap judul penelitian ini, maka pembahasan ini diharapkan dapat mengarah pada penelitian yang efektif dan efisien. Untuk itu penulis memaparkannya sebagai berikut :

POPULASI

SAMPEL

PRETEST MOTOR ABILITY

KELINCAHAN KELENTUKAN KECEPATAN DAYA TAHAN

BEBENTENGAN

POSTEST MOTOR ABILITY

ANALISIS


(18)

1. Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 536) adalah “ daya yang ada atau timbul dari sesuatu yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”.

2. Olahraga tradisional menurut Nurlan Kusmaedi (2010:24) adalah “jenis kegiatan yang mengandung aturan-aturan khusus yang merupakan cerminan karakter dan berasal atau berakar dari budaya asli masyarakat Indonesia.” 3. Bebentengan menurut Husna (2009:7) yaitu :

permainan tradisional yang dimana pemain dibagi menjadi 2 grup, masing – masing grup memilih tiang atau pohon sebagai bentengnya. Tugas tiap grup adalah merebut benteng musuh. Hanya saja, tidak semudah itu untuk “ menduduki “ benteng musuh karena mereka akan berusaha mempertahankan bentengnya dan merebut juga benteng lawannya. Dalam permainan ini, benteng berfungsi sebagai pengisi kekuatan pemainnya. Orang yang berada diluar benteng, kekuatannya akan berkurang sehingga dapat ditangkap oleh musuh yang baru keluar dari bentenya. Untuk itu, setiap pemain harus memperbarui kekuatannya dengan menyentuh tiang benteng agar bisa menangkap musuh yang berada lebih lama diluar bentengnya. Pemain yang tertangkap akan menjadi tawanan musuh dan “ dipenjara “ disebalah benteng lawan, sandera bisa diselamatkan asal disentuh oleh teman satu grupnya.

4. Terhadap Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009: 251) adalah “ kata depan untuk menandai arah kepada.”

5. Kemampuan Motorik Menurut Yudha M. Saputra (2008:1.18) yaitu : “perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek prilaku dan kemampuan gerak”.

6. Kelincahan (Agility) menurut Iwan Setiawan (2005:69) adalah “kemampuan seeorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan keseimbangan”.


(19)

35

kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh jarak tertentu, terutama jarak pendek, dalam waktu sesingkat-singkatnya. Kecepatan dipengaruhi oleh reaksi, yaitu waktu mulai mendengar aba-aba sampai gerak pertama dilakukan, ataupun waktu gerak, yaitu waktu yang dipakai untuk menempuh jarak.

8. Kelentukan (Fleksibility) Menurut Iwan Setiawan (2005:67) yaitu “kelentukan penting untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, lebih-lebih bagi seorang atlet suatu cabang olahraga yang menuntut keluwesan gerak seperti senam, atletik, gulat, dan permainan”.

9. Daya tahan (endurance) Menurut Iwan Setiawan (2005:67) yaitu “kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relative lama”.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah objek yang akan diteliti dengan cakupan luas secara menyeluruh yang memberikan informasi yang terkumpul terhadap peneliti. Data-data yang terkumpul melalui tes kelompok eksperimen, baik melalui tes awal

(pre-test) maupun test akhir (post-test). Dalam Sugiyono (2011:80) menyebutkan

bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Arikunto (2006:130) bahwa “Polpulasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus”. Jadi dapat


(20)

disimpulkan populasi dalam penelitian eksperimen ini adalah siswa anak kelas I, II, dan III Sekolah Dasar Negeri Kawungsari Girang Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini dapat diartikan sebagian dari jumlah populasi yang dipergunakan sebagai sumber data yang sesungguhnya dan pengambilan sampel disini tak terlepas dari karakteristik populasi itu sendiri.

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2011:81) bahwa :

Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Sedangkan dalam Arikunto (2006:131-132) menyebutkan :

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel bila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan menggenaralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jumlah sampel dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yang dimana teknik pengambilan sampel ini tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun jenis teknik dari pengambilan non-probability sampling ini yaitu sampling insidental. Teknik pengambilan sampling insidental ini merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu


(21)

37

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Arikunto (2006:112) menjelaskan pula bahwa jumlah dari sampel dalam sebuah penelitian sebagai berikut :

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila sebjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 - 15% atau lebih.

Untuk menentukan jumlah sampel, selanjutnya Riduwan (2008:65) merumuskan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi, pada rumus yang dikembangkannya sebagai berikut :

S = 10% +

(50% - 15%) Dimana :

S = jumlah sampel yang diambil n = jumlah anggota populasi

Karena jumlah sampel dalam penelitian ini lebih dari 150 siswa yaitu anak umur 6 tahun 58 siswa, anak umur 7 tahun 56 siswa, dan anak umur 8 tahun 55 siswa dengan jumlah 169 siswa di SDN Kawungsari Girang Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, maka peneliti mengambil sampel penelitian sebanyak 10% dari jumlah populasi berdasarkan rumus tersebut diatas sebagai berikut :

S = 10% +

(50% - 10%) S = 10% +

(40%) S = 10% +

(40%) S = 10% + 0,93 (40%)


(22)

S = 10% + 0,37 S = 10,369%

Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel dari populasi 90 orang sebesar 10,37% x 169 orang = 17,52 ≈ 17 responden. Untuk lebih memudahkan, maka jumlah sampel di dibulatkan menjadi 17 sampel. Dalam hal ini penulis mengambil sampel 17 sampel eksperimen.

E. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lari cepat 30 meter, zig-zag run, flexion of trunk, dan lari 600 meter, seperti yang dijelaskan oleh Nurhasan (2007:127-149), bahwa berdasarkan norma, tes kesegaran jasmani indonesia untuk mengukur kemampuan motor ability kelincahan, kecepatan, daya tahan, dan kelentukan adalah:

1. Tes zig – zag run

Tujuan : mengukur kelincahan gerak seseorang Alat/fasilitas : cones, stopwatch dan diagram

Pelaksanaan : subjek berdiri dibelakan start, bila ada aba-aba “ya”, ia lari secepat mungkin mengikuti arah panah sesuai dengan diagram sampai batas finish, subyek diberi kesempatan melakukan tes ini sebanyak 3 kali kesempatan.


(23)

39

Gagal bila menggeser toggak tidak sesuai pada diagram tes tersebut.

Skor : catatan waktu tempuh yang terbaik dari 3 kali percobaan dan dicatat sampai sepuluh detik.

Gambar lapangan tes :

Gambar 3.3 Lapangan Zig Zag Run

2. Tes lari cepat 30 meter

Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan lari seseorang

Alat/Fasilitas :

a) Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish 30 meter

b) Peluit c) Stopwatch

d) Bendera start dan tiang pancang

Pelaksanaan : subyek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri, aba-aba “ya” subyek lari ke depan secepat


(24)

subyek menyentuh/melewati garis finish stopwatch dihentikan.

Kesempatan lari diulang bilamana : a) Pelari mencuri start

b) Pelari terganggu oleh pelari yang lainnya

Skor : Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 30 meter. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.

Penilaian :

Tabel 3.1

Penilaian tes lari cepat 30 Meter, Nurhasan (2007: 106) 6-9 Tahun

Putera Puteri Nilai

sd- 5,5” sd-5,8” 5

5,6-6,1” 5,9-6,6” 4

6,2-6,9” 6,7-7,8” 3

7,0-8,6” 7,9-9,2” 2

8,7-dst 9,3-dst 1

3. Tes lari 600 meter

Tujuan : mengukur daya tahan (cardio respiratory

endurance)


(25)

41

a) Lapangan yang rata atau lintasa yang telah diketahui panjangnya mudah untuk menentukan jarak 600 meter b) Bendera start dan tiang pancang

c) Peluit d) Stop watch e) Nomor dada

f) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis g) Tanda/garis untuk start dan finish

Pelaksanaan : subjek berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba “ya” subyek lari menuju garis finish, dengan menempuh jarak 600 meter. Bila ada subyek yang mencuri start, maka subyek tersebut dapat mengulangi tes tersebut.

Skor : hasil yang dicatat sebagai skor lari 600 meter adalah waktu yang dicapai dalam menempuh jarak 600 meter. Hasil dicatat sampai sepersepuluh detik.


(26)

Tabel 3.2

Penilaian tes lari 600 Meter, Nurhasan (2007: 116) 6-9 Tahun

Putera Puteri Nilai

sd - 2’.39” sd –2’.53” 5

2’.40” –3’.00” 2’.54” –3’.23” 4 3’.01” –3’.45” 3’.24” –4’.08” 3 3’.46” –4’.48” 4’.09” –5’.03” 2 4’.49” - dst 5’.04” - dst 1

4. Tes flexion of trunk

Tujuan : mengukur komponen fleksibilitas Alat/fasilitas :

a) Pita ukuran b) Matras

c) Alat pengukuran flesi (flexiometer)

Pelaksanaan : orang coba berdiri tegak diatas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan kedua ibu ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan dibungkukan kebawah, tangan lurus. Renggutkan badan kebawah perlahan-lahan sejauh mungkin, kedua tangan menelusuri alat ukur dan berhenti pada jamgkauan yang ditempuh.


(27)

43

Skor : jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh subyek dilakukan sebanyak dua kali pengulangan, yang diukur dalam cm.

F. Teknik Pengumpulan Data

Seperti telah dijelaskan pada bagian metode dan pendekatan penelitian, penulis menggunakan metode penelitian pre-eksperiment dengan desain pretest

posttest control group design. Langkah awal pelaksanaan pengumpulan data

adalah penulis menentukan ukuran atau jumlah sampel. Pemilihan sampel seperti dijelaskan di atas adalah dengan sampling insidental, sehingga populasi dipilih berdasarkan situasi kebetulan.

Pada pelaksanaan pengumpulan data, penulis melakukan tes awal terlebih dahulu pada sampel atau disebut dengan pre-test mengenai tes kemampuan motorik (motor ability). Sampel diberikan tes lari cepat 30 meter, zig-zag run,

flexion of trunk, dan lari 600 meter, untuk mengetahui keadaan awal (pre-test)

mereka terhadap perkembangan kemampuan motorik (motor ability).

Selanjutnya sampel eksperimen diberikan perlakuan yaitu permainan tradisional bebentengan. Jumlah pertemuan dalam pelaksanaan perlakuan adalah 16 kali pertemuan dengan setiap pertemuannya sampel diberikan perlakuan dengan olahraga tradisional bebentengan.

Dengan diberikan perlakuan ini diharapkan sampel dapat terbiasa memainkan olahraga tradisional lagi sebagai alat untuk mengembangkan


(28)

perkembangan kemampuan motorik (motor ability), selain itu guna untuk melestarikan warisan budaya negeri.

Berikut ini adalah rancangan susunan program perlakuan dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Rancangan Umum Program Perlakuan (treatment)

Untuk langkah teknis pelaksanaan dari pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-16 yang berlangsung 1 kali pre-test di awal pertemuan, 14 kali perlakuan/treatment, dan 1 kali post-test di akhir pertemuan selama 1 Bulan dengan rancangan dimulai dari pendahuluan, isi dan penutup setiap kali pertemuan. Rancangan program ini akan menjadi bahan rujukan bagi penulis selama pelaksanaan perlakuan terhadap sampel. Pada pelaksanaannya

Pertemuan

Ke- Hari/Tgl Perlakuan yang Diberikan (treatment )

1 Sabtu, 24 November 2012 Pretest

2 Senin, 26 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

3 Selasa, 27 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

4 Rabu, 28 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

5 Kamis, 29 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

6 Jumat, 30 November 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

7 Sabtu, 1 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

8 Senin, 3 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

9 Selasa, 4 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

10 Rabu, 5 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

11 Kamis, 6 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

12 Jum’at, 7 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

13 Sabtu, 8 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

14 Senin, 10 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan

15 Selasa, 11 Desember 2012 Permainan Tradisional Bebentengan


(29)

45

dimungkinkan oleh adanya situasi dan kondisi yang terjadi pada saat pelaksanaan perlakuan. Namun secara garis besar, pelaksanaan program tidak akan menyimpang jauh dari program yang telah dibuat. Adapun program pelaksanaan eksperimen, penulis jabarkan pada tabel 3.4 rancangan program pelaksanaan eksperimen setiap pertemuan.

Tabel 3.4

Rancangan Program Setiap Pertemuan

No. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

Penelitian WAKTU

1 PE N D A H U L U A N 5 Menit

Peneliti Sampel

Berdo'a dan cek sampel Berdo'a Penyampaian tujuan

Mendengarkan dan bertanya apabila ada yang kurang difahami Menjelaskan mengenai

cara melaksanakan olahraga tradisional

bebetengan.

Menyimak dan bertanya apabila ada yang kurang

difahami

2

INT

I

Peneliti Sampel

25 Menit

Memperhatikan dan memberikan bantuan apabila ada sampel yang

tidak mengerti atau memahami tentang jalanya olahraga tradisional. Memainkan olahraga tradisional bebentengan 3 PE N U T U P

Peneliti Sampel

5 Menit Berdo’a Berdo’a


(30)

sebanyak 14 kali pertemuan yang terpotong 2 kali pertemuan untuk pengumpulan hasil tes pre-test dan post-test dalam 1 Bulan, penulis juga bekerjasama dengan guru mata pelajaran penjas di sekolah dan orang tua murid dengan menghimbau agar anak-anak dirumah dapat memainkan olahraga tradisional tidak hanya memainkan permainan modern saja seperti game online dan permainan komputer.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengetesan merupakan skor mentah yang harus diolah dengan menggunakan rumus-rumus statistik agar data dapat ditafsirkan, sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan dengan benar.

1. Membuat Daftar Distribusi Frekuensi a. mencari skor terbesar dan terkecil;

b. mencari nilai rentangan ( R ) : R = Skor terbesar – Skor terkecil; c. mencari banyaknya kelas ( BK );

BK = 1 + 3,3 Log n ( Rumus Sturgess ) (Sudjana, 2002: 47) d. mencari nilai panjang kelas ( i );

(Riduwan, 2008: 121)


(31)

47

2. Mencari Parameter Statistik

a. mencari skor rata-rata dengan menggunakan rumus :

̅

Keterangan : ̅ : Rata-rata

: Skor yang diperoleh : Banyaknya Sampel : Jumlah

b. Mencari simpangan Varians dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

: Varians : Jumlah : frekuensi data

: Tanda Kelas (Batas atas – Batas Bawah) : Banyaknya Sampel

c. Menghitung Simpangan Baku

√ Keterangan :

: Simpangan Baku : Varians


(32)

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Adapun jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan statistik manual. Karena dilakukan terhadap 1 sampel yang berpasangan, sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, seperti subjek A diberi perlakuan I dan subjek B diberi perlakuan II. Dan dihitung sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan apakah terdapat pengaruh atau tidak. Berikut merupakan analisis yang dibutuhkan:

a. Mencari Normalitas

Apabila data masih disajikan secara individu, maka uji normalitas data sebaiknya dilakukan dengan uji Lillifors, karena uji Lillifors jauh lebih teliti dibandingkan dengan uji chi-kuadrat. Metode Lillifors menggunakan data dasar yang belum diolah dan dalam tabel distribusi frekuensi. Data ditransformasikan dalam nilai z untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probabilitas kumulatif normal. Probabilitas tersebut dicari bedanya dengan probabilitas kumulatif empiris. Beda terbesar dibandingkan dengan tabel Lillifors (tabel harga quartil statistik lillifors distribusi normal).

Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan uji Lillifors adalah sebagai berikut :

1) urutkan data sampel dari yang kecil sampai yang terbesar dan tentukan frekuensi tiap-tiap data


(33)

49

̅ Keterangan :

z = transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal = Tanda Kelas (Batas atas – Batas Bawah)

̅ = Rata-rata

= Simpangan Baku

3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai z berdasarkan tabel z yang diberi nama F(z)

4) Tentukan frekuensi kumulatif relatif dari masing-masing nilai z dan disebut dengan S(z) = frekuensi : ̅

5) Tentukan nilai L hitung dengan melihat selisih antara F(z) dengan S(z), kemudian bandingkan dengan L tabel dari tabel lillifors

6) Jika L hitung < L tabel maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan seberapa pengaruh treatment terhadap perkembangan motor ability anak usia 6-8 tahun. Analisis hipotesis bergantung pada hasil uji normalitas data. Jika data terdistribusi normal maka metode yang dipakai adalah hipotesis komparatif dua sampel (t-test sampel related). Jika data tidak terdistribusi normal maka metode yang dipakai adalah metode Wilcoxon.

1) Hipotesis Komparatif Dua Sampel

Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sampel related sebagai berikut :


(34)

̅ ̅ √

√ √ Keterangan :

t = t hitung ̅ = Rata-rata

= Simpangan Baku = Korelasi

= varians

Jika t hitung < t tabel maka Ho ditolak. Didapat t tabel dengan tarif nyata = 0,05 dan dk = bk – 2

2) Metode Wilcoxon

Uji ini merupakan pengujian hipotesis untuk data terdistribusi tidak normal. Langkah-langkah pengujian wilcoxon :

a) Beri nomor urut bagi setiap harga mutlak selisih (Xi – Yi). Harga mutlak yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih selanjutnya diberi nomor urut 2, dan akhirnya harga mutlak terbesar diberi nomor urut n. Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya.

b) Untuk tiap nomor urut berikan pula tanda yang didapat dari selisih (X-Y). c) Hitunglah jumlah nilai urut yang bertanda positip dan juga jumlah nilai

urut yang bernilai negatif.

d) Untuk jumlah nomor urut yang didapat di (c) ambilah jumlah yang harga mutalknya paling kecil. Sebutlah harga ini dengan J. Jumlah J inilah yang dipakai sebagai hipotesis.


(35)

51


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV, dapat terlihat bahwa kemampuan motorik (motor ability) anak yang diberikan perlakuan olahraga tradisional bebentengan mengalami peningkatan yang relatif tinggi, terlihat dari hasil hipotesis pengolahan data untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-t dan uji Wilcoxon. Dari hasil perhitungan uji-t dari perhitungan data yang normal diperoleh thitung yang sangat signifikan yang dimana thitung < ttabel maka Ho = ditolak. Kemudian dari hasil perhitungan uji wilcoxon yang merupakan hasil penghitungan data yang tidak normal diperoleh Jhitung < Jtabel maka menunjukan Ho ditolak. hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara nilai uji post-test dan nilai uji pre-test pada hasil tes kemampuan motorik (motor ability) kelincahan, kecepatan, daya tahan, dan kelentukan.

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Olahraga tradisional berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor

ability) anak usia 6-8 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa olahraga

tradisional itu memiliki banyak manfaat bagi anak-anak terutama terhadap perkembangan kemampaun motorik anak (motor ability). 1) Kecepatan (speed) anak meningkat saat tes lari cepat 30 meter; 2) kelincahan (agility) anak meningkat saat tes zig-zag run; 3) kelentukan (flexibilitas) anak meningkat saat tes


(37)

65

flexion of trunk; 4) daya tahan (endurance) anak juga meningkat saat tes lari 600

meter.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya guru pendidikan jasmani di sekolah

Pada siswa usia 6-8 tahun cenderung lebih senang melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya bermaian. Banyak anak yang merasa bosan dengan kegiatan olahraga yang tidak bervariasi atau monoton. Berkaitan dengan hal tersebut guru penjas di sekolah diharapkan dapat meminimalisir rasa bosan anak dan juga mengembangkan pelajaran penjas agar anak menyenangi pelajaran penjas dan tidak merasa bosan melakukan olahraga. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan olahraga tradisional kepada anak pada saat pemanasan. Ini dapat bermanfaat terhadap anak dalam mengembangkan kemampuan gerak anak.

2. Bagi siswa usia sekolah

Olahraga tradisional banyak sekali manfaatnya, terutama dalam perkembangan kemampaun gerak dan motorik anak. Selain itu, olahraga tradisional pun dapat digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan sikap sportif pada diri anak, seperti perkembangan hasil nilai yang diperoleh pada post-test.

Dapat dilihat perubahan yang baik dari setiap aspek yang diteliti. Seperti kecepatan (speed), anak mampu berlari cukup cepat pada saat dilakukan tes


(38)

dibanding pada awal tes, karena pada saat pemberian perlakuan anak diharuskan mampu berlari secepat mungkin untuk menangkap lawan mainnya. Kelentukan

(flexibility) anak meningkat dikarena pada perlakuan ini anak harus melakukan

gerakan meliuk-liuk secara kontinyu, untuk dapat menecoh lawan pada saat mengejar. Kelincahan (agility) anak pun meningkat, karena saat diberikan perlakuan anak selalu melakukan gerakan spontanitas, seperti mengubah arah tubuh secara tiba-tiba pada saat dikejar oleh lawan. Daya tahan (endurance) anak bertambah dikarenakan pada saat diberi perlakuan, tanpa disadari anak melakukan intensitas waktu berlari cukup lama pada saat lawan yang dikejar sangat susah untuk ditangkap.

Oleh karena itu penulis memberikan rekomendasi kepada siswa agar dapat memainkan olahraga tradisional selain bermanfaat terhadap perkembangan kemampuan gerak dan motorik anak, dengan kita memainkan olahraga tradisional maka kita telah membantu untuk melestarikan warisan kebudayaan negeri kita.

3. Bagi orang tua

Bagi orang tua siswa sebaiknya jangan terlalu mengekang anak untuk tidak bermain diluar rumah seperti memainkan olahraga tradisional, hanya karena takut anaknya kotor ataupun takut anaknya merasa kecapean dan celaka. Terlalu banyak bermain di dalam rumah seperti bermain game online dan komputerpun tidak baik untuk perkembangan gerak anak karena permaina tersebut tidak terlalu banyak gerak seperti olahraga tradisional.


(39)

67

4. Bagi lembaga FPOK UPI

FPOK UPI sebagai lembaga akademis dalam bidang olahraga dan kesehatan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai manfaat yang ada dalam olahraga tradisional, yang dipubikasikan melalui media massa baik itu cetak maupun elektronik.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini penulis menggunakan media olahraga tradisional yang terbatas yaitu olahraga tradisional bebentengan saja, dan perkembangan motorik nyapun terbatas hanya kecepatan, kelentukan, kelincahan, dan daya tahan saja. Dengan demikian, penulis berharap agar ada peneliti berikutnya yang dapat mengungkap mengenai olahraga tradisional lain yang mempengaruhi kemampuan motorik yang lain

Adanya kelemahan dan keterbatasan penulis, sehingga masih adanya variable -variabel luar yang mempengaruhi penelitian tidak dapat terkontrol secara ketat. Oleh karena itu, penulis berharap agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan metode yang digunakan, sehingga tidak banyak bias (prasangka) yang terjadi dalam pengambilan kesimpulan penelitian. Penulis menduga bahwa penggunaan sampel yang lebih banyak akan lebih baik dalam penelitian mengenai pengaruh olahraga tradisional terhadap kemampuan motorik (motor ability) anak usia 6-8 tahun.


(40)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek Edisi Revisi

V. Jakarta: Rineka Cipta.

Bun, Henri. (2009). 300 Game Kreatif Edisi I. Jakarta: Gradien Mediatama. Dariyono, A. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aditama.

Husna, A. (2009). 100 + Permainan Tradisional Indonesia Edisi I. Yogyakarta: Andi.

Kusmaedi, N. (2011). Tesis. Bandung.

Lutan, R. (1979). Pengantar Buku Pegangan Guru Olahraga Di SPG. Bandung : IKIP.

Margono. (2009). Archive For The 'Olahraga Tradisional' Category Olahraga

Tradisional dan Atletik. Yogyakarta: UNY.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sajoto, M. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Santoso, G. (2005). Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.

Singarimbun, M dan Effend, S. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka Lp3es Indonesia.

Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiono. (2010). Metode Penalitian Eksperimen. Bandung: Alfabeta. Sumardiyanto. (2010). Stratei Pembinaan Olahraga Tradisional. Bandung. Tp. (2012). [online]. Tersedia:

http://Ringkasanmateri.blogspot.com/pola-gerak-dasar-anak- usia-dini.html [22 Februari 2012]

Tp. (2012). Manfaat Dari Permainan Tradisional: file.upi.edu [online] . tersedia: http:// /Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA.com [10 januari 2013]

UPI. (2011). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI.


(1)

51


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV, dapat terlihat bahwa kemampuan motorik (motor ability) anak yang diberikan perlakuan olahraga tradisional bebentengan mengalami peningkatan yang relatif tinggi, terlihat dari hasil hipotesis pengolahan data untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-t dan uji Wilcoxon. Dari hasil perhitungan uji-t dari perhitungan data yang normal diperoleh thitung yang sangat signifikan yang dimana

thitung < ttabel maka Ho = ditolak. Kemudian dari hasil perhitungan uji wilcoxon

yang merupakan hasil penghitungan data yang tidak normal diperoleh Jhitung <

Jtabel maka menunjukan Ho ditolak. hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan

hasil yang signifikan antara nilai uji post-test dan nilai uji pre-test pada hasil tes kemampuan motorik (motor ability) kelincahan, kecepatan, daya tahan, dan kelentukan.

Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Olahraga tradisional berpengaruh terhadap kemampuan motorik (motor ability) anak usia 6-8 tahun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa olahraga tradisional itu memiliki banyak manfaat bagi anak-anak terutama terhadap perkembangan kemampaun motorik anak (motor ability). 1) Kecepatan (speed) anak meningkat saat tes lari cepat 30 meter; 2) kelincahan (agility) anak meningkat saat tes zig-zag run; 3) kelentukan (flexibilitas) anak meningkat saat tes


(3)

65

flexion of trunk; 4) daya tahan (endurance) anak juga meningkat saat tes lari 600 meter.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan selama pelaksanaan penelitian, penulis mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi guru khususnya guru pendidikan jasmani di sekolah

Pada siswa usia 6-8 tahun cenderung lebih senang melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya bermaian. Banyak anak yang merasa bosan dengan kegiatan olahraga yang tidak bervariasi atau monoton. Berkaitan dengan hal tersebut guru penjas di sekolah diharapkan dapat meminimalisir rasa bosan anak dan juga mengembangkan pelajaran penjas agar anak menyenangi pelajaran penjas dan tidak merasa bosan melakukan olahraga. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan olahraga tradisional kepada anak pada saat pemanasan. Ini dapat bermanfaat terhadap anak dalam mengembangkan kemampuan gerak anak.

2. Bagi siswa usia sekolah

Olahraga tradisional banyak sekali manfaatnya, terutama dalam perkembangan kemampaun gerak dan motorik anak. Selain itu, olahraga tradisional pun dapat digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan sikap sportif pada diri anak, seperti perkembangan hasil nilai yang diperoleh pada post-test.

Dapat dilihat perubahan yang baik dari setiap aspek yang diteliti. Seperti kecepatan (speed), anak mampu berlari cukup cepat pada saat dilakukan tes


(4)

dibanding pada awal tes, karena pada saat pemberian perlakuan anak diharuskan mampu berlari secepat mungkin untuk menangkap lawan mainnya. Kelentukan (flexibility) anak meningkat dikarena pada perlakuan ini anak harus melakukan gerakan meliuk-liuk secara kontinyu, untuk dapat menecoh lawan pada saat mengejar. Kelincahan (agility) anak pun meningkat, karena saat diberikan perlakuan anak selalu melakukan gerakan spontanitas, seperti mengubah arah tubuh secara tiba-tiba pada saat dikejar oleh lawan. Daya tahan (endurance) anak bertambah dikarenakan pada saat diberi perlakuan, tanpa disadari anak melakukan intensitas waktu berlari cukup lama pada saat lawan yang dikejar sangat susah untuk ditangkap.

Oleh karena itu penulis memberikan rekomendasi kepada siswa agar dapat memainkan olahraga tradisional selain bermanfaat terhadap perkembangan kemampuan gerak dan motorik anak, dengan kita memainkan olahraga tradisional maka kita telah membantu untuk melestarikan warisan kebudayaan negeri kita.

3. Bagi orang tua

Bagi orang tua siswa sebaiknya jangan terlalu mengekang anak untuk tidak bermain diluar rumah seperti memainkan olahraga tradisional, hanya karena takut anaknya kotor ataupun takut anaknya merasa kecapean dan celaka. Terlalu banyak bermain di dalam rumah seperti bermain game online dan komputerpun tidak baik untuk perkembangan gerak anak karena permaina tersebut tidak terlalu banyak gerak seperti olahraga tradisional.


(5)

67

4. Bagi lembaga FPOK UPI

FPOK UPI sebagai lembaga akademis dalam bidang olahraga dan kesehatan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai manfaat yang ada dalam olahraga tradisional, yang dipubikasikan melalui media massa baik itu cetak maupun elektronik.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini penulis menggunakan media olahraga tradisional yang terbatas yaitu olahraga tradisional bebentengan saja, dan perkembangan motorik nyapun terbatas hanya kecepatan, kelentukan, kelincahan, dan daya tahan saja. Dengan demikian, penulis berharap agar ada peneliti berikutnya yang dapat mengungkap mengenai olahraga tradisional lain yang mempengaruhi kemampuan motorik yang lain

Adanya kelemahan dan keterbatasan penulis, sehingga masih adanya variable -variabel luar yang mempengaruhi penelitian tidak dapat terkontrol secara ketat. Oleh karena itu, penulis berharap agar peneliti selanjutnya dapat memperhatikan metode yang digunakan, sehingga tidak banyak bias (prasangka) yang terjadi dalam pengambilan kesimpulan penelitian. Penulis menduga bahwa penggunaan sampel yang lebih banyak akan lebih baik dalam penelitian mengenai pengaruh olahraga tradisional terhadap kemampuan motorik (motor ability) anak usia 6-8 tahun.


(6)

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Bun, Henri. (2009). 300 Game Kreatif Edisi I. Jakarta: Gradien Mediatama. Dariyono, A. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aditama.

Husna, A. (2009). 100 + Permainan Tradisional Indonesia Edisi I. Yogyakarta: Andi.

Kusmaedi, N. (2011). Tesis. Bandung.

Lutan, R. (1979). Pengantar Buku Pegangan Guru Olahraga Di SPG. Bandung : IKIP.

Margono. (2009). Archive For The 'Olahraga Tradisional' Category Olahraga Tradisional dan Atletik. Yogyakarta: UNY.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sajoto, M. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang : Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK). Santoso, G. (2005). Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.

Singarimbun, M dan Effend, S. (1995). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka Lp3es Indonesia.

Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiono. (2010). Metode Penalitian Eksperimen. Bandung: Alfabeta. Sumardiyanto. (2010). Stratei Pembinaan Olahraga Tradisional. Bandung. Tp. (2012). [online]. Tersedia:

http://Ringkasanmateri.blogspot.com/pola-gerak-dasar-anak- usia-dini.html [22 Februari 2012]

Tp. (2012). Manfaat Dari Permainan Tradisional: file.upi.edu [online] . tersedia: http:// /Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA.com [10 januari 2013]

UPI. (2011). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI.