PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN ISLAM PADA BADAN KERJASAMA MAJELIS TAKLIM MASJID : Studi Kasus Terhadap Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur.

(1)

No Daftar FPIPS: 2020/UN.40.2.6.1/PL/2014

PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN ISLAM PADA BADAN KERJASAMA MAJELIS TAKLIM MASJID

(Studi Kasus Terhadap Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh : Istiqomah Zulianti

NIM. 1001996

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

No Daftar FPIPS: 2020/UN.40.2.6.1/PL/2014

PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN ISLAM PADA BADAN KERJASAMA MAJELIS TAKLIM MASJID

(Studi Kasus Terhadap Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur)

Oleh Istiqomah Zulianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Istiqomah Zulianti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

No Daftar FPIPS: 2020/UN.40.2.6.1/PL/2014

HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN MANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN ISLAM PADA BADAN KERJASAMA MAJELIS TAKLIM MASJID

(Studi Kasus Terhadap Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur)

Oleh: Istiqomah Zulianti

1001996

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing 1,

Dr. H. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd. NIP. 19551002 198601 1 001

Pembimbing 2,

Dr. Wawan Hermawan, M.Ag. NIP. 19740209 200501 1 002

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001


(4)

Istiqomah Zulianti, 2014

ABSTRAK

Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam Pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid

(Studi Kasus Terhadap Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur)

oleh

Istiqomah Zulianti (1001996)

Majelis Taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam nonformal yang ada di tengah-tengah masyarakat, tujuannya sebagai pembinaan keagamaan untuk masyarakat. Majelis Taklim ini dihimpun dalam organisasi yang dinamakan Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid (BKMM). Dalam pelaksanaannya suatu organisasi membutuhkan manajemen untuk mengatur urusan organisasi tersebut, terutama dalam hal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Termasuk pada BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi membutuhkan strategi dalam melaksanakan manajemennya. Manajemen strategik merupakan proses perencanaan jangka panjang yang disusun dan digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi. Manajemen strategi dirumuskan melalui teknik analisis SWOT. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Karena metode ini cocok untuk mendeskripsikan secara realitas mengenai manajerial yang dilakukan BKMM melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Setelah di analisis menggunakan analisis SWOT terhadap fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan pada manajerial di BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi ditemukan bahwa kekuatan terletak pada program-program yang menginduk pada BKMM Daerah Kabupaten Cianjur, dan ketua yang mampu mengkordinir dengan baik dan kelemahannya terdapat pada tidak direncanakannya program dengan baik, dan pengurus yang sering menunda pekerjaan. Sedangkan peluang yang dimiliki terletak pada program-program yang positif sehingga bisa menarik masa dan hubungan dekat dengan pemerintahan setempat karena berada di lingkungan pemerintahan, sementara hambatan yang ditemukan adalah tidak meratanya Majelis Taklim yang bisa berkordinasi dengan pengurus BKMM dan pengawasan yang tidak konsisten menghambat evaluasi terhadap Majelis Taklim. Adapun strategi yang dirumuskan berdasarkan analisis tersebut adalah memaksimalkan program kerja yang dapat menarik banyak massa, meningkatkan hubungan harmonis dengan para birokrat, mengintenskan hubungan dengan para birokrat, dan membimbing para pengurus untuk memiliki pengetahuan tentang administrasi organisasi.


(5)

ABSTRACT

IMPLEMENTING ISLAMIC EDUCATIONAL STRATEGIC MANAGEMENT IN THE COUNCIL FOR COOPERATION OF

MOSQUE’S MAJELIS TAKLIM

(A Case Study of the Council for Cooperation of Mosque’s Majelis Taklim,

Sukaresmi District Branch, Cianjur) By

Istiqomah Zulianti (1001996)

Majelis Taklim is one of Islamic non-formal educational institutions existing in the society with the aim of developing religiosity of the society. It is coordinated under the organization named BKMM or Council for

Cooperation of Mosque’s Majelis Taklim. In its administration, an organization requires a management to regulate organizational businesses, ultimately in terms of planning, organizing, implementing, and monitoring. BKMM of Sukaresmi District Branch, Cianjur, is not without exception; it needs strategies in implementing its management. Strategic management is a process of long-term planning, formulated and used to determine and achieve organizational objectives. Strategic management is formulated through SWOT analysis technique. In this research, the researcher employed qualitative approach using descriptive method, for this method is suitable to describe realistically the managerial implemented by BKMM through the functions of planning, organizing, implementing, and monitoring. Having analyzed the functions of planning, organization, implementation, and monitoring of the managerial of BKMM of Sukaresmi District Branch using SWOT analysis, it was found that the strengths were in the programs under the coordination of the Regional BKMM of Cianjur Regency and in the ability of the head of the council to coordinate its managerial well. Meanwhile, the weaknesses were found in the programs which were not well-planned and the fact that the managerial staffs/executive board frequently procrastinated in doing their jobs. On the other hand, opportunities were in the positive programs that could attract the mass and the close

relationship built with the local government because of the council’s position in

the government, whereas the threats were observed in the unequal coordination among the Majelis Taklims with the executive board of BKMM and the inconsistent monitoring that inhibited evaluation of Majelis Taklim. As for the strategies formulated based on the analysis, they consisted of maximizing work programs able to attract the mass, improving and intensifying a harmonious relationship with the bureaucrats, and developing the executive board in order to gain knowledge on the administration of an organization.


(6)

vii

Istiqomah Zulianti, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA .... Error!

Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi... Error! Bookmark not defined. BAB IIMANAJEMEN STRATEGIK PENDIDIKAN DALAM

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS KERJA ORGANISASI PENDIDIKAN ISLAM ... Error! Bookmark not defined.

A. Konsep Pendidikan Islam... Error! Bookmark not defined. B. Pentingnya Organisasi dalam Mengembangkan Pendidikan Islam .... Error!

Bookmark not defined.

C. Fungsi Manajemen Strategik Pendidikan dalam Pendidikan Islam .... Error!

Bookmark not defined.

D. BKMM sebagai Organisasi Pendidikan Islam ...Error! Bookmark not

defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

viii

B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. F. Uji Keabsahan Data... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. H. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..Error! Bookmark not

defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Kondisi Objektif BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi ... Error!

Bookmark not defined.

a. Kondisi Umum Lokasi Penelitian .... Error! Bookmark not defined. b. Profil BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi Error! Bookmark not

defined.

c. Kegiatan Majelis Taklim di Kecamatan Sukaresmi ... Error!

Bookmark not defined.

2. Implementasi Manajerial BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi

Error! Bookmark not defined.

a. Perencanaan (Planning) ... Error! Bookmark not defined. b. Pengorganisasian (Organizing) ... Error! Bookmark not defined. c. Pelaksanaan (Actuating)... Error! Bookmark not defined. d. Pengawasan (Controlling) ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Kondisi Objektif BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi sebagai Organisasi Penggerak Majelis Taklim ... Error! Bookmark not defined. 2. Implementasi Manajerial BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi

Error! Bookmark not defined.

a. Perencanaan (Planning) ... Error! Bookmark not defined. b. Pengorganisasian (Organizing) ... Error! Bookmark not defined. c. Pelaksanaan (Actuating)... Error! Bookmark not defined.


(8)

ix

Istiqomah Zulianti, 2014

d. Pengawasan (Controlling) ... Error! Bookmark not defined. 3. Manajemen Strategi Pendidikan pada BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi... Error! Bookmark not defined.

a. Analisis SWOT tentang Perencanaan ...Error! Bookmark not

defined.

b. Analisis SWOT tentang Pengorganisasian...Error! Bookmark not

defined.

c. Analisis SWOT tentang Pelaksanaan ...Error! Bookmark not

defined.

d. Analisis SWOT tentang Pengawasan ...Error! Bookmark not

defined.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Simpulan... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN-LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari tiga yaitu formal, informal dan jalur nonformal yang biasanya dilaksanakan oleh lembaga kursus, pelatihan, kelompok belajar, Majelis Taklim dan lain-lain

Majelis Taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal khas Islam yang tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat. Jumlahnya sangat banyak, hampir tersebar di seluruh provinsi, kabupaten/kota, bahkan hingga ke tingkat RW dan RT sekalipun. Melalui Majelis Taklim, masyarakat yang terlibat di dalamnya dapat merasakan betapa keberadaan lembaga ini menjadi sarana pembinaan moral spiritual serta menambah pengetahuan keislaman guna meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Keberadaan Majelis Taklim salah satunya di dasari oleh Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 21 yang berbunyi: “Pendidikan diniyah nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengajian kitab, Majelis Taklim, Pendidikan

Al-Qur`ān, Diniyah Takmiliyah, atau bentuk lain yang sejenis”.

Majelis Taklim yang tersebar di seluruh Provinsi ini dibina oleh Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid (BKMM). Dalam draf rapat BKMM Kecamatan Sukaresmi periode 2006-2009 pada bagian Selayang Pandang BKMM, dijelaskan bahwa Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid (BKMM) adalah organisasi otonom Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang berasaskan Islam, bersifat pemberdayaan dan kekeluargaan, serta non afiliasi terhadap organisasi manapun. Organisasi yang kepengurusannya adalah ibu-ibu ini, memiliki tujuan untuk mempersatukan Majelis Taklim Masjid guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Saat ini BKMM memiliki tingkat kepengurusan yang terdiri dari, pimpinan wilayah BKMM yang berkedudukan di ibukota Provinsi, pimpinan daerah BKMM yang berkedudukan di ibukota Kabupaten, pimpinan cabang


(10)

2

BKMM yang berkedudukan di ibukota Kecamatan, dan pimpinan ranting BKMM yang berkedudukan di desa / kelurahan (Dok.1).

Menurut Ibu Hj. Titi Siti Rohanah selaku ketua Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid (BKMM) Cabang Kecamatan Sukaresmi Cianjur, dalam percakapan pada hari Rabu, tanggal 1 Januari 2014, beliau mengemukakan bahwa BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi belum optimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya, ditandai dengan belum terlaksananya rapat kerja pengurus, dikarenakan para pengurus inti yang terlibat memegang jabatan penting di lembaga lain. Rapat kerja yang belum dilaksanakan mengakibatkan program kerja BKMM belum bisa dijalankan. Selain itu, kunjungan ke BKMM Ranting se-Kecamatan Sukaresmi belum bisa terealisasi dikarenakan jarak Majelis Taklim yang jauh, dan yang paling penting adalah administrasi kesekeretariatan yang saat ini sangat dibutuhkan belum bisa dilengkapi (WKE.1).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Agama Kabupaten Cianjur, dari 22 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Cianjur, BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi Cianjur menaungi sebanyak 169 Majelis Taklim yang tersebar di 11 desa se-Kecamatan Sukaresmi Cianjur. Kecamatan Sukaresmi termasuk 10 besar Kecamatan yang memiliki Majelis Taklim terbanyak setelah Kecamatan Cibeber sebanyak 347 Majelis Taklim, Cianjur sebanyak 306 Majelis Taklim, Pagelaran sebanyak 290 Majelis Taklim, Cugenang sebanyak 248 Majelis Taklim, Cipanas sebanyak 237 Majelis Taklim, Karang Tengah sebanyak 225 Majelis Taklim, Cilaku sebanyak 199 Majelis Taklim, Pacet sebanyak 181 Majelis Taklim, dan Cikalong Kulon sebanyak 173 Majelis Taklim.

Jumlah Majelis Taklim yang tersebar di Kecamatan Sukaresmi tersebut menunjukan tingkat antusiasme warga terhadap pengajian yang diselenggarakan oleh Majelis Taklim. Namun, dalam percakapan pada hari Rabu, tanggal 8 Januari 2014, Ibu Hj. Ade Sopiah selaku Wakil Ketua BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi mengatakan antusiasme mengikuti pengajian tersebut tidak sebanding dengan semangat mengurus manajerial organisasinya. Hal ini disebabkan oleh kurang kompetennya para pengurus dalam mengurusi administrasi organisasi,


(11)

3

yang menjadi kebutuhan utama organisasi agar tetap berjalan sehingga seluruh program bisa terlaksana (WWK.1).

BKMM sebagai badan penggerak Majelis Taklim, idealnya memiliki manajemen yang baik. Meskipun demikian BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi dalam manajemennya menggunakan manajemen tradisional, dan manajemennya masih belum optimal, sementara manajemen merupakan komponen utama dalam menjalankan organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Handoko (2003, hlm. 6-7) bahwa manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya manajemen, diantaranya:

a. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.

b. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang bertentangan dari pihak-pihak-pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.

c. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas.

Agama sendiri pada dasarnya memberi landasan kuat agar manajemen digunakan untuk mengubah kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik. Allah SWT adalah Maha Pengelola, seperti yang tercantum dalam Q.S. Al-Fātihaħ, ayat 2 yang artinya “segala puji adalah kepunyaan Allah, Maha Pengelola semesta alam”. Manusia sebagai khalīfaħ di muka bumi mempunyai peran sebagai pengelola untuk mengubah taraf hidup dan kehidupan diri sendiri masyarakat ke arah yang lebih baik, karena “Allah tidak akan mengubah nasib suatu masyarakat (kaum) apabila mereka tidak mengubah nasibnya sendiri” (Q.S Al-Ra’du ayat 11) (Sudjana, 2010, hlm. 14).

Selanjutnya Mulyono (2009, hlm. 29) menjelaskan bila makna manajemen lebih ditekankan pada masalah tanggung jawab, pembagian kerja dan efisiensi, maka hal tersebut tak jauh berbeda dengan makna beberapa ayat Al-Qur`ān berikut.


(12)

4













 









 











 

























































“ ” ’                                   “ ”



 















“ ”

Surat Al-Zilzālah [99]: 7-8 yang menjelaskan tentang pentingnya setiap orang bertanggung jawab terhadap karyanya:

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula (Q.S. Al-Zilzālah [99]: 7-8)1

Surat Al-An’ām [6]:165 yang menjelaskan mengenai pentingnya pembagian kerja dalam suatu organisasi:

Artinya : “dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-An’ām [6] : 165).

Surat Al-Ṭūr [52]: 21, dan Surat Al-Muddaṡsir [74]: 38 yang berbicara tentang pentingnya pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan keahlian masing- masing.

Artinya: “dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya” (Q.S. Al-Ṭūr [52]: 21).

1 Semua teks dan terjemahan al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Program MS World Menu

Add-Ins al-Qur`ān dan disesuaikan dengan Al-Qur`ān dan Terjemahnya. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI. (2002). Jakarta: CV Darus Sunnah.


(13)

5                          “ ”

Artinya : “tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (Q.S. Al-Muddaṡsir [74]: 38)

Surat Al-furqān 67 yang berbicara tentang pentingnya efisiensi dalam keuangan.

Artinya : “dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian” (Q.S. Al-Furqān [25]: 67). Oleh karena itu, untuk terlaksananya kegiatan yang efektif dan efisien sehingga tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai, perlu diterapkannya manajemen yang dilakukan melalui proses fungsi-fungsi manajemen. Sebagaimana yang dikemukakan Hasibuan (2009, hlm. 1) bahwa manajemen merupakan suatu pengaturan yang dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi- fungsi manajemen itu.

Sihombing (2000, hlm. 53) mengemukakan manajemen merupakan cara yang digunakan untuk merangsang orang lain agar mau bekerja secara terencana, terorganisasi, terkendali, baik sendiri-sendiri maupun dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan efektif dan efisien. Mulyono (2009, hlm. 21-22) menerangkan efektif, berarti memperoleh hasil yang tepat sesuai dengan harapan atau tujuan yang diinginkan. Efisien, memperoleh hasil yang optimal dengan menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin.

Menurut George R. Terry manajemen terdiri dari empat subaktivitas yang masing-masing merupakan fungsi fundamental. Keempat subaktivitas itu yang dalam dunia manajemen dikenal sebagai P.O.A.C, adalah planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan) dan controlling (pengawasan) (Mulyono, 2009, hlm. 19). Fungsi-fungsi manajemen dicoba dijabarkan sebagai berikut:

Fungsi perencanaan merupakan fungsi pertama dalam manajemen. Tahap perencanaan merupakan tahap yang harus dilaksanakan oleh setiap organisasi, karena pada tahap perencanaan manajer menentukan tujuan, menetapkan strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana untuk


(14)

6

mengintegrasikan dan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan. Tindakan-tindakan manajer untuk menentukan apa yang ingin dicapai dan bagaimana mencapainya didasarkan atas beberapa metode atau logika tertentu atau tindakan rasional, bukan atas dasar firasat. Rencana sebagai hasil dari proses perencanaan memberi organisasi tujuan-tujuan. Setelah tujuan ditetapkan, kemudian ditentukan strategi, kebijakan, program dan prosedur sebagai cara untuk mencapai tujuan tersebut (Silalahi, 2011, hlm. 42).

Selanjutnya yaitu fungsi pengorganisasian, pada tahap ini manajer melaksanakan fungsi pengorganisasian untuk mengatur pekerjaan setiap orang atau unit untuk mencapai tujuan-tujuan organisasional. Pengorganisasian merupakan proses mengatur dan mengalokasikan tugas-tugas, pekerjaan, wewenang, peran-peran termasuk koordinasi hubungan-hubungan antar bagian baik secara vertikal maupun horisontal dalam suatu struktur organisasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Jadi, dalam pengorganisasian, manajer menentukan apa tugas yang harus dikerjakan, bagaimana tugas dikelompokkan baik secara horisontal maupun vertikal, bagaimana otoritas dan tanggung jawab dari setiap kelompok, bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan, siapa yang melapor kepada siapa. Makin jelas dan terpadu tugas-tugas yang dirancang dalam suatu organisasi akan semakin efektif organisasi itu mencapai tujuannya (Silalahi, 2011, hlm. 43).

Setelah fungsi pengorganisasian, berikutnya ialah fungsi pelaksanaan bisa disebut juga aktivitas memimpin dan menggerakan, merupakan suatu aktivitas di mana para manajer mengarahkan dan mempengaruhi pihak bawahan mereka, agar mereka melaksanakan tugas-tugas yang ditugasi kepada mereka, dengan baik, serta efisien. Untuk mencapai keberhasilan, para manajer perlu menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang kondusif (membantu) pelaksanaan tugas-tugas dengan baik (Winardi, 2004, hlm. 3-4).

Fungsi terakhir yaitu pengawasan yang berarti mengukur pelaksanan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu (Terry & Rue, 2009, hlm. 10). Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan


(15)

7

(controlling), atau sekarang banyak digunakan istilah pengendalian (Handoko, 2003, hlm. 25).

Ketika menjalankan manajemen, sebuah organisasi perlu adanya strategi, karena strategi merupakan alat yang digunakan untuk mewujudkan suatu keputusan. Strategi dirumuskan melalui manajemen strategik, manajemen strategik adalah satu rangkaian proses pengambilan keputusan untuk memilih strategi dalam usaha pencapain tujuan organisasi (Sihombing, 2000, hlm. 77). Selanjutnya Pidarta (2011, hlm. 31) memberikan pengertian bahwa manajemen strategik adalah manajemen yang mengutamakan strategi untuk membuat organisasi menjadi unggul.

Menurut Gregory Dess-Lex Miller (Sihombing, 2000, hlm. 74) rangkaian proses penyusunan manajemen strategik, dapat dilihat pada beberapa model yang dikembangkan para ahli, salah satu model yang sering dianjurkan adalah model dengan rangkaian sebagai berikut: analisis lingkungan internal, eksternal, penyusunan berbagai strategi, pemilihan strategi, implementasi strategi dan analisis strategi. Analisis lingkungan internal meliputi dua veriabel yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Analisis lingkungan eksternal adalah usaha mendapatkan gambaran tentang dua variabel yang akan mempengaruhi pekerjaan, yaitu hambatan dan peluang. Variabel yang ada di luar lingkungan pekerjaan dan tidak mungkin dalam waktu singkat dapat dikontrol atau dikendalikan oleh manajemen. Perumusan strategi adalah usaha pengembangan rencana jangka panjang untuk mengelola lingkungan eksternal dengan mendayagunakan aspek lingkungan internal. Dalam kegiatan ini termasuk perumusan visi, misi, tujuan pengembangan strategi penyusunan acuan kerja.

Aspek internal, mulai dari konsep, tenaga pendukung, sasaran yang dimiliki, biaya yang tersedia, struktur organisasi yang akan melaksanakan strategi, hasil yang telah dicapai dan hambatan-hambatan yang dialami dengan strategi lama. Aspek eksternal seperti dukungan masyarakat, perkembangan lingkungan, dan perubahan yang disebabkan faktor keamanan, politik dan hukum dan lain-lain. Tanpa pemahaman yang utuh mungkin terjadi bahwa strategi yang dikembangkan


(16)

8

tidak mendukung keputusan yang sedang dilaksanakan (Sihombing, 2000, hlm. 80).

Dalam kasus BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi yang dibutuhkan adalah manajerial perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Analisis yang biasa digunakan untuk mendiagnosis suatu kegiatan yang akan dikembangkan kemudian diwujudkan menjadi strategi yang diperlukan agar program dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan, digunakan analisis SWOT. Apabila dipanjangkan menjadi strengths atau kekuatan, weaknesses atau kelemahan, opportunities atau peluang dan threats atau hambatan.

SWOT merupakan salah satu manajemen strategik yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Dengan menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan sebuah organisasi, kita bisa melihat apa yang dibutuhkan organisasi dan apa yang harus disiapkan oleh organisasi untuk melaksanakan semua program dengan baik.Oleh karena itu dirasa perlu untuk diterapkannya analisis SWOT pada BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi Cianjur, agar dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan dari BKMM, sehingga pengembangan strategi dapat disusun dan program-program yang telah direncanakan bisa berjalan dengan efektif dan efesien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah pokoknya adalah “Bagaimana Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid (Studi Kasus Terhadap Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur)?”

Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah perencanaan yang dilakukan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi?


(17)

9

Sukaresmi?

3. Bagaimanakah pelaksanaan yang dilakukan oleh BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi?

4. Bagaimanakah pengawasan yang dilakukan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi?

5. Bagaimana hasil analisis SWOT terhadap pelaksanaan manajerial di BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid (Studi Kasus Terhadap Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur)”

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi

b. Untuk mengetahui pengorganisasian yang dilakukan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi

c. Untuk mengetahui pelaksanaan yang dilakukan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi

d. Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

e. Untuk mengetahui hasil analisis SWOT terhadap pelaksanaan manajerial di BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid (Studi Kasus Terhadap Badan


(18)

10

Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi, Cianjur). Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap khazanah keilmuan khususnya yang berkaitan dengan Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

a. Bagi civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesua, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk bahan ajar perkuliahan serta dapat dijadikan pandangan dalam membina dan mendidik siswa.

b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid.

c. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid.

d. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah.

E. Struktur Organisasi

Sistematika penyusunan skripsi ini, penulis bagi menjadi 5 (lima) bab, yang akan diuraikan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Meliputi: latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

Bab II : Merupakan uraian tentang kajian pustaka tentang Manajemen

Strategik Pendidikan dalam Meningkatkan Efektifitas Kerja Organisasi Pendidikan Islam, adapun pembahasannya terdiri atas:


(19)

11

Konsep Pendidikan Islam, Pentingnya Organisasi dalam Mengembangkan Pendidikan Islam, Fungsi Manajemen Strategik Pendidikan dalam Pendidikan Islam, dan BKMM sebagai Organisasi Pendidikan Islam.

Bab III : Metodologi penelitian dan prosedur penelitian yang terdiri atas:

metode penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan dan analisis data, jenis data penelitian, pengecekan keabsahan data, tahap penelitian, dan lokasi penelitian dan subjek penelitian.

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama,

yakni: hal utama ialah pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian. Sedangkan hal yang kedua adalah pembahasan atau analisi temuan.

Bab V : Kesimpulan, saran dan rekomendasi

Menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta merekomndasikan untuk penelitian selanjutnya.


(20)

63

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data dan fakta mengenai permasalahan yang akan diteliti dan tujuan penelitian. Peneliti mengambil lokasi di wilayah Cianjur tepatnya pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Kecamatan Sukaresmi (BKMM), Cianjur di Jl. Mariwati Km. 8 Cikanyere, Sukaresmi.

2. Subjek Penelitian

Unsur manusia sebagai istrumen kunci yaitu peneliti yang terlibat langsung dalam observasi partisipasi. Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penafsir data. Unsur informan terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi, ketua umum dan ketua satu BKMM Daerah Kabupaten Cianjur, perwakilan mustami’ Majelis Taklim dan pelaksanaan kegiatan Majelis Taklim yang ada di Kecamatan Sukaresmi. Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian.

B. Desain Penelitian

Praktik penelitian kualitatif dapat dilaksanakan dengan baik, apabila sesuai dengan prosedur yang sesuai dengan penelitian kualitatif. Dalam merencanakan


(21)

64

suatu penelitian, penting adanya suatu rancangan desain penelitian agar peneliti berjalan sesuai arah sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam merancang desain penelitian, maka terlebih dahulu disusun prosedur penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini, data yang diperlukan ialah tentang implementasi manajerial BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi, dari data tersebut dapat di analisis menggunakan analisis SWOT sehingga menghasilkan strategi yang dapat meningkatkan kinerja organisasi. Secara garis besar, prosedur penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut.

Tahap persiapan dilakukan dengan mengunjungi KUA Kecamatan Sukaresmi, BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi dan Kemenag Kabupaten Cianjur untuk mengetahui jumlah Majelis Taklim yang tersebar di Kabupaten Cianjur. Selanjutnya melakukan observasi lapangan pada acara-acara BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi Cianjur. Setelah data terhimpun dari pra penelitian, kemudian dijadikan topik penelitian. Selanjutnya peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian, berupa instrumen, alat dokumentasi, dan menyangkut persoalan etika penelitian

Pada pelaksanaan lapangan, terlebih dahulu peneliti menghubungi ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi disertakan dengan surat dan proposal untuk diwawancara. Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data tentang implementasi manajerial BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. Selain melalui wawancara, pengumpulan data pun didapatkan dari observasi pelaksanaan kegiatan BKMM serta kegiatan Majelis Taklim yang ada di Kecamatan Sukaresmi. Untuk melengkapi data, peneliti menggunakan studi dokumen dari dokumen-dokumen yang di dapatkan dari BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi, Kementrian Agama, Kecamatan, dan KUA. Selanjutnya pada tahap pelaporan, data yang sudah terkumpul di analisis dan dibuatkan laporan berupa skripsi.

C. Metode Penelitian

Untuk mengkaji pembahasan dalam penelitian ini, maka sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan peneliti, yaitu untuk mengetahui perencanaan,


(22)

65

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan di BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi yang kemudian dari data tersebut akan dibuat analisisnya menggunkaan analisis SWOT, maka peneliti menggunakan penelitian kualitatif.

Djam’an Satori dan Komariah (2011, hlm. 22) memberikan pengertian

tentang penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.

Penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif. Seperti, proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, dan lain sebagiannya. Dengan demikian, penelitian kualiatatif tidak hanya sebagai upaya untuk mendeskripsikan data saja, tetapi deskripsi data tersebut diperoleh dari hasil pengumpulan data yang dipersyaratkan kualitatif, yaitu wawancara, observasi, studi dokumen, dan melakukan triangulasi (Satori & Komariah, 2011, hlm. 23-25).

Begitupun dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, karena kajian yang akan dibahas memiliki masalah yang bersifat sementara sehingga teorinya pun bersifat sementara yang berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial religi yang akan diteliti. Kemudian peneliti pun bermaksud untuk mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan pengumpulan data dan analisis data yang diperoleh secara relevan dari situasi alamiah, yaitu mengenai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan oleh organisasi BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode deskriptif. Berikut pengertian metode deskriptif menurut para ahli

1. Metode deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu (Mahmud, 2011, hlm. 100).


(23)

66

2. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1999, hlm. 63).

3. Metode deskriptif merupakan klasifikasi pertama yang sering ditemui dalam bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dalam hal ini, para peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis (Sukardi, 2004, hlm. 14).

Menurut Sukardi (2004, hlm. 160-161) ada langkah-langkah penting yang harus ditempuh ketika menggunakan metode deskriptif, yaitu:

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.

2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas. 3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan. 5. Menentukan kerangka berpikir.

6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen pengumpulan data, dan menganalisis data.

7. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.

8. Membuat laporan penelitian

Begitupun menurut Mahmud (2011, hlm. 10) bahwa dalam penggunaan metode deskriptif, secara umum akan ditemui langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan masalah penelitian secara tegas sebab tujuan yang jelas dalam penelitian dapat mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan data-data analisisnya.

2. Menentukan prosedur penelitian, meliputi sasaran penelitian, teknik penentuan sumber datanya, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, pengolahan data, dan analisisnya.


(24)

67

3. Mengumpulkan dan menganalisis data. Pada tahapan ini, seorang peneliti akan terlibat dengan sasaran penelitian dalam proses pendataan, pengolahan dan analisis untuk mencapai tujuan penelitian.

D. Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan istilah-istilah esensial dalam penelitian ini dengan pengertian yang dapat menghasilkan persepsi yang sama terhadap istilah-istilah esensial tersebut. Adapun istilah-istilah esensial yang peneliti definisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Manajemen strategik adalah usaha pengembangan rencana jangka panjang

untuk mengelola lingkungan eksternal dengan mendayagunakan aspek lingkungan internal yang disusun dan digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Majelis Taklim adalah kegiatan pengajian yang didalamnya diajarkan

tentang pendidikan Islam, yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang bersifat nonformal.

BKMM (Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid) adalah organisasi

penggerak Majelis Taklim yang ada di tingkat Kecamatan yang memiliki tujuan mempersatukan Majelis Taklim Masjid.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Menurut Mahmud (2011, hlm. 90) dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul data yang utama. Melalui pengamatan “berperan


(25)

68

instrumen tepat untuk memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan dibandingkan instrumen lainnya.

Selanjutnya Nusa Putra dan Santi Lisnawati (2012, hlm. 22) mengemukakan bahwa peneliti dalam penelitian kualitatif ada bersama subjek (bukan objek) yang diteliti. Karena peneliti adalah instrumen utama penelitian. Ia tidak dapat digantikan oleh angket dan tes. Selama penelitian berlangsung, ia hadir dalam penelitian untuk mengamati, ikut serta melakukan wawancara mendalam untuk mengeksplorasi fokus penelitian. Peneliti membangun keakraban dan tidak menjaga jarak sebagaimana penelitian kuantitaif. Maka peneliti disebut juga sebagai instrumen kunci atau key instrument. Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.

Seorang peneliti dalam penelitian kualitatif tidak diharapkan dan tidak dianjurkan memelihara asumsi dan keyakinan bahwa dirinya sangat tahu tentang fenomena yang hendak dikaji. Jadi, tidak lazim untuk meyakinkan diri dan orang lain bahwa dirinya sangat tahu tentang apa yang tidak diketahuinya. Seorang

peneliti lebih berada pada posisi sebagai “orang yang belajar dari masyarakat,

bukan belajar tentang masyarakat”. Oleh karena itu, dalam rangka pemikiran demikian Burhan Bungin menyatakan bahwa penelitian kualitatif bersifat fleksibel, luwes, dan terbuka kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuaian-penyesuaian ketika proses penelitian berjalan. Dengan demikian, meskipun tetap menjadi pedoman awal yang cukup penting untuk masuk ke lapangan tetapi rancangan penelitian yang disusun tidak perlu membelenggu peneliti untuk terlalu tunduk tanpa reserve padanya manakala kenyataan dilapangan menunjukkan kecendrungan yang berbeda dengan yang dipikiran sebelumnya. Jadi, kenyataan yang di lapangan lah akhirnya memang yang harus ditunduki (Bungin, 2008, hlm. 48-49).

F. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan


(26)

69

data (kredibilitas) dapat diadakan pengecekkan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan triangulasi setara dengan “cek dan ricek” yaitu pemeriksaan kembali dengan tiga cara yaitu, sumber, metode, dan waktu (Putra & Lisnawati, 2012, hlm. 34).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan secara triangulasi gabungan (Afifudin & Saebani, 2009, hlm. 57). Adapun teknik yang peneliti gunakan dalam proses pengumpulan data adalah observasi partisipatif, wawancara, studi dokumentasi dan triangulasi. Ketiga teknik ini sangat sesuai dengan penelitian yang bersifat kualitatif, karena hanya berusaha mengungkap data asli secara apa adanya, bukan dengan merekayasa suatu kondisi sebagaimana dalam uji hipotesis. Berikut penjabaran teknik pengumpulan data:

1. Observasi Partisipatif

Teknik observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang umumnya digunakan dalam penelitian kualitatif. Menurut Arifin (2009, hlm. 153), observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena. Observasi merupakan kegiatan penelitian yang melibatkan pancaindera, misalnya indera penglihatan, penciuman, pendengaran dan lain sebagainya, untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam menjawab masalah penelitian.

Selanjutnya Abdurrahmat Fathoni (2006, hlm. 104) mengemukakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-penacatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasi (observer) dan pihak yang diobservasi disebut terobservasi (observee).

Arifin (2009, hlm. 153) mengemukakan tujuan utama observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa atau tindakan, baik dalam situasi sesungguhnya maupun dalam situasi buatan dan untuk mengukur perilaku, terutama kecakapan sosial (social skills).


(27)

70

Selanjutnya Fathoni (2006, hlm. 104-105) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksankan observasi ialah sebagai berikut:

a. Diarahkan pada tujuan tertentu, bukan bersifat spekulatif, melaikan sitematis dan terencana.

b. Dilakukan pencatatan sesegera mungkin, jangan ditangguhkan dengan mengandalkan kekuatan dan daya ingat.

c. Diusahakan sedapat mungkin, pencatatan secara kuantitatif. d. Hasilnya harus dapat diperiksa kembali untuk diuji kebenaranya.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipatif. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak (Sugiyono, 2009, hlm. 64).

Dalam menggunakan observasi partisifasi, seorang peneliti perlu secara langsung terlibat dalam kehidupan sehari-hari respondennya. Dia bisa berperan sebagai salah satu anggota keluarga atau masyarakat yang ditelitinya sehingga keberadaannya menjadi bagian dari mereka. Dapat dikatakan metode ini merupakan metode istimewa yang melengkapi peneliti dengan strategi khusus dengan maksud memperoleh pemahaman yang mendalam dari aspek-aspek kehidupan respondennya. Dengan partisipasinya, peneliti dapat mengalami sambil mengamati makna aktivitas kehidupan respondennya dari dalam (Kuntjara, 2006, hlm. 62-63).

Adapun observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang proses pelaksanaan yang diselenggarakan oleh BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi, peneliti mengobservasi pengajian rutin setiap hari Rabu pada minggu ke dua. Observasi juga dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang proses pengajian yang dilaksanakan oleh setiap Majelis Taklim yang tersebar di Kecamatan Sukaresmi yang berada di bawah bimbingan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi diantaranya Majelis Taklim Darunnisa, Majelis Taklim


(28)

71

Tarbiyatussibyān, Majelis Taklim Attahiyah, Majelis Taklim Assafi’iyyah,

Majelis Taklim Al-Ikhlāṣ, Majelis Taklim Bapak H. Muhididn, dan Majelis Taklim Al-Amanaŧ.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban respoden (Mahmud, 2011, hlm. 173).

Abdurrahmat Fathoni (2006, hlm. 105) menyatakan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. Orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut pewawancara (interview) dan yang memberikan wawancara disebut (interview).

Menurut Afifuddin dan Saebani (2009, hlm. 131), “wawancara adalah metode pengambilan data dengancara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang

menjadi informan atau responden”. Wawancara dapat dilakukan dengan

menggunakan panduan wawancara atau dengantanya jawab langsung. Jadi, inti kegiatan waancara adalah tanya jawab antara peneliti dan informan atau respoden dengan menggunakan panduan wawancara atau tanya jawab langsung. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti (pewawancara) mengenai aspek-aspek yang harus dibahas.

Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informan lebih mendalam. Dengan demikian mengadakan wawancara atau interview pada prinsipnya merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih mendalam dari sebuah kajian yang bersumber relevan berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran, dan sebagiannya. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal. Peneliti


(29)

72

terlibat secara intensif dengan setting penelitian terutama keterlibatannya dalam kehidupan informan (Satori & Komariah, 2011, hlm. 129-130).

Informan yang diambil oleh peneliti untuk mengetahui tentang manajerial BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi adalah pengurus BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan perwakilan peserta pengajian BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. Sedangkan untuk mengatahui bagaimana jalannya pengawasan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi peneliti mewawancarai Ketua Umum dan Ketua 1 BKMM Daerah Kabupaten Cianjur dan mewawancarai perwakilan Majelis Taklim yang tersebar di Kecamatan Sukaresmi. Untuk mengetahui kedudukan BKMM, peneliti mewawancarai Staf Bimbingan Masyarakat Kementrian Agama. Wawancara ini merupakan wawancara perorangan, yaitu proses tanya jawab secara langsung tatap muka antara seorang pewawancara dengan yang diwawancarai.

3. Studi Dokumen

Mahmud (2011, hlm. 83) memberikan pengertian dokumentasi sebagai berikut,

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek peneliti, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa, dan berguna bagi sumber data.

Pada teknik ini, peneliti dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya. Dalam penelitian pendidikan, dokumentasi juga dibedakan menjadi dokumen primer, sekunder, dan tersier yang mempunyai keaslian dan keautentisitasan yang berbeda-beda. Dokumen primer biasanya mempuanyai nilai bobot tinggi, sekunder dibawah primer, dan tersier dibawah sekunder (Sukardi, 2004, hlm. 81).

Dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil wawancara atau observasi,


(30)

73

akan lebih kredibel atau dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen terkait dengan fokus penelitian (Satori, 2010, hlm. 149).

Adapun dokumentasi yang dicari oleh peneliti, adalah : berkas-berkas yang berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. Seperti, Draf rapat BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi, susunan pengurus BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi, data Keagamaan Kecamatan Sukaresmi tahun 2012, program kerja Kabupaten/Kecamatan BKMM Cianjur, program kerja Dewan Pimpinan Daerah BKMM Kabupaten Cianjur dan letak geografis Kecamatan Sukaresmi.

4. Triangulasi

Triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat kombinasi dalam rangka validasi dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Putra & Lisnawati (2012, hlm. 34) mengutarakan bahwa trianggulasi itu

setara dengan “cek dan ricek” yaitu pemeriksaan kembali data dengan tiga

cara,yaitu trianggulasi sumber, metode dan waktu. Trianggulasi sumber berarti mencari sumber-sumber lain disamping sumber yang telah kita dapatkan. Trianggulasi metode menunjuk pada penggunaan metode yang berbeda untuk

melakukan “cek dan ricek.” Trianggulasi waktu bisa berarti melakukan

pengamatan/wawancara dalam waktu yang berbeda, misalnya pagi, siang, sore dan malam, atau waktu orang itu sendiri, berdua, dan di keramaian.

Dengan teknik tersebut peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun triangulasi teknik yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data ialah observasi dengan wawancara, observasi dengan studi dokumentasi, dan wawancara dengan studi dokumentasi. Sedangkan triangulasi sumber, peneliti mendapatkannya dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Anggota Majelis Taklim, Staf Bimbingan Masyarakat Kementrian Agama dan ketua umum, ketua satu BKMM Daerah Kabupaten Cianjur.


(31)

74

H. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Sugiyono (2010, hlm. 335) adalah,

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, angket, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka/literasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Untuk bahan pertimbangan dalam menganalisis data, peneliti berpegang pada pendapat Sugiyono (2010, hlm. 338-345) yang menganjurkan beberapa petunjuk untuk menganalisis data kualitatif sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Setelah memperoleh data yang jumlahnya cukup banyak. Peneliti mencatat secara teliti, rinci, serta dianalisis melalui analisis data dengan mengklasifikasikan data yang diperoleh berdasarkan kategori-kategori yang diambil dari rumusan masalahnya yaitu tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Data-data yang didapat dari hasil kerja lapangan, lalu diberikan koding berdasarkan kategorisasi hasil instrumen wawancara, angket, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Koding untuk sumber data seperti Observasi (O), Wawancara (W), Analisis Dokumen (D). Adapun Koding dalam kategorisasi umum penelitian ini seperti Perencanaan (PR), Pengorganisasian (PO), Pelaksanaan (PL) dan Pengawasan (PA).

Kemudian seluruh data tersebut, baik yang berasal dari wawancara, angket, observasi, dokumentasi, studi pustaka, gambar atau foto, dan dokumen lainnya hendaknya dibaca dan diteliti secara mendalam. Seluruh bagiannya rnerupakan potensi yang sama diperhatikan untuk menghasilkan sesuatu yang dicari.


(32)

75

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan display data yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat, yang bertujuan untuk melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian tersebut. Penyajian data dilakukan secara bertahap dengan dikategorisasikan, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi dengan harapan menggambarkan perspektif sesuai data yang diperoleh di lapangan. 3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010, hlm. 345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencari makna dan data yang dikumpulkan, agar mencapai suatu kesimpulan yang akurat. Kesimpulan tersebut senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Kesimpulan awal bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap-tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif ditujukan agar menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi kalau tidak, maka masalah dan rumusan masalah dalam penelitian masih bersifat sementara dan dapat berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Dengan cara mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menggali informasi lebih dalam bisa menjamin validitas, sehingga dapat dirumuskan kesimpulan akhir.


(33)

140

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta hasil analisis pembahasan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil. Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada Badan Kerjasama Majelis Taklim Masjid Cabang Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Berikut kesimpulan dari manajerial BKMM Cabang Kecamatan Sukaremi.

1. Pada tahap perencanaan, BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi menentukan program kerja mengacu kepada program kerja BKMM Daerah Kabupaten Cianjur. Program kerja tersebut disesuaikan dengan kondisi masyarakat Sukaresmi dan sebagai upaya pencapaian visi BKMM yang bertujuan untuk mempersatukan Majelis Taklim Masjid guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui program unggulan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi yaitu pengajian rutinan setiap hari Rabu pada minggu ke 2 dan program bantuan untuk jompo dan masyarakat miskin, Sanlat Ramaḍan, dan Perayaan Hari Besar Islam visi dan tujuan BKMM dapat terwujud. Namun, pada pelaksanaannya perencanaan BKMM belum tertata dengan baik terbukti belum terlaksananya rapat kerja sehingga penentuan program kerja yang akan dilaksanakan belum dapat dirumuskan.

Pada tahap pengorganisasian, struktur organisasi dibuat untuk memudahkan pembagian tugas setiap pengurus. Posisi dalam struktur organisasi BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi disesuaikan dengan kemampuan pengurus. Dalam pembagian tugas dan tanggung jawab disesuaikan dengan jabatan masing-masing dalam struktur organisasi. Namun kebanyakan pengurus ternyata sibuk dengan pekerjaannya di luar BKMM, sehingga seringkali program-program tidak menjadi prioritas. Akibatnya


(34)

141

banyak program-program yang tertunda, dan hanya menjadi efektif ketika bulan Ramadan tiba, karena mayoritas pengurus libur dari pekerjaannya.

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang baru dijalankan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi periode tahun 2013-2016 ialah pengajian rutinan setiap hari Rabu pada minggu ke 2. Acara pengajian tersebut diisi dengan ṣalawātan dan penyampaian ceramah. Dalam pelaksanaannya, ternyata hanya program tersebut saja yang baru bisa dilaksanakan hingga saat ini. Kegiatan tersebut sudah cukup baik, karena konsisten diselenggarakan, dengan mustami’ yang lumayan banyak. Terjadi perbedaan yang mencolok jumlah peserta yang hadir ketika pengajian rutin dengan kegiatan PHBI atau sanlat. Untuk meningkatkan kinerja pengurus, Ketua selalu melakukan pembinaan terhadap pengurus, pembinaan tersebut dilaksanakan fleksibel ketika ada perkumpulan, biasanya perkumpulan dilaksankaan setelah selesai pengajian rutinan. Pembinaan dilakukan dengan memberikan pengarahan tentang jalannya program dan kinerja BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

Pada tahap pengawasan, standar pengawasan yang dilakukan BKMM ialah pengawasan langsung. Pengawasan terhadap pengurus dilaksanakan dengan cara ketua bertanya langsung kepada pengurus tentang keberlangsungan program BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi pada saat pertemuan yang dilaksanakan minimal setiap 3 bulan sekali. Selain itu ketua juga ikut serta dalam kegiatan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. Sedangkan pengawasan terhadap Majelis Taklim dilaksanakan melalui perwakilan dari pengurus BKMM, karena setiap pengurus merupakan perwakilan dari setiap desa. Pengawasan terhadap Majelis Taklim dilakukan dengan cara berkunjung ke salah satu Majelis Taklim setiap desa yang diwakili oleh pengurus, dengan menanyakan kelengkapan administrasi Majelis Taklim tersebut seperti buku notulen, absensi, dan buku keuangan. Akan tetapi pada pelaksanaannya pengawasan terhadap Majelis Taklim belum bisa terealisasi. Namun, meskipun demikian, dari tujuh Majelis Taklim yang tersebar di Kecamatan Sukaresmi pelaksanaan Majelis Taklim tetap berjalan sebagaimana mestinya. Selanjutnya pengawasan terhadap BKMM Cabang


(35)

142

Kecamatan Sukaresmi dilaksanakan oleh BKMM Daerah Kabupaten Cianjur dengan menanyakan kelengkapan administrasi. BKMM Kabupaten mengunjungi BKMM Kecamatan, kunjungan tersebut dilaksanakan setiap 1 tahun sekali, dan dilaksanakan bergilir dengan kecamatan-kecamatan yang lain. Kunjungan diisi dengan dialog interaktif, selain itu BKMM Daerah Kabupaten Cianjur juga melakukan wawancara dan observasi berkaitan dengan kinerja BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. Saat ini belum ada sistematika khusus untuk membuat laporan pertanggungjawaban. Hanya melihat melalui kelengkapan administrasi seperti buku absensi, notulen, dan buku keuangan. Karena sampai saat ini pihak BKMM Kabupaten belum meminta laporan tersebut kepada BKMM Cabang Kecamatan, sehingga BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi belum pernah membuat laporan pertanggungjawaban.

2. Berdasarkan analisis SWOT Matriks, formulasi strategis tentang perencanaan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi lebih difokuskan kepada pemanfaatan sumber daya secara optimal dan strategi-strategi yang dipilih sebagai berikut: (1) Mengadakan rapat kerja pengurus minimal 1 minggu setelah pelantikan kepengurusan yang baru. Rapat kerja tersebut untuk membahas kapan program akan dilaksanakan, berapa dana yang akan dibutuhkan, dan siapa yang akan menjadi penanggung jawab atas program tersebut. (2) Mengintenskan komunikasi dengan setiap Majelis Taklim untuk menginfokan rapat kerja dan kegiatan yang dilaksanakan BKMM, baik melalui telepon ataupun sms. (3) Mengadakan pertemuan periodik minimal setiap 3 bulan sekali antara ketua dan pengurus, lebih diutamakan pada hari libur karena sebagian besar pengurus bekerja pada hari biasa. Pertemuan tersebut sebagai bahan evaluasi kinerja organisasi, pada pertemuan tersebut dibahas tentang kesulitan dan hambatan yang dialami pengurus, membahas program kerja yang akan dan sudah dilaksanakan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. (4) Mengundang perwakilan Majelis Taklim yang tidak tergabung dalam kepengurusan untuk menyampaikan aspirasi dari tiap daerahnya.


(36)

143

Selanjutnya formulasi strategis tentang pengorganisasian BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi lebih difokuskan kepada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal. Adapun strategi-strategi yang dipilih adalah: (1) Menjaga hubungan harmonis dengan para petinggi dan pejabat yang bisa memudahkan birokrasi dan pencairan dana. (2) Ketika pergantian kepengurusan, pengurus sebelumnya mengadakan open recruitment untuk pengurus baru. (3) Membiasakan setiap pengurus memiliki tanggung jawab pada program kerja yang akan dilaksanakan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. (4) Merekrut generasi muda yang kompeten sebagai pengurus.

Adapun formulasi strategis tentang pelaksanaan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi lebih difokuskan kepada peningkatan partisipasi Majelis Taklim yang ada di Kecamatan Sukaremi terhadap kegiatan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. Adapun strategi-strategi yang dipilih adalah: (1) Memaksimalkan kegiatan BKMM di hari libur untuk menghimpun masa sebanyak mungkin. (2) Program kerja yang sudah direncanakan direalisasikan dengan optimal. (3) Meningkatkan kualitas pengajar. Dengan cara mengenalkan model strategi dakwah modern. (4) Membuat kotak saran pada setiap pengajian yang diselenggarakan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

Sedangkan formulasi strategis tentang pengawasan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi lebih difokuskan kepada tindak lanjut pengawasan. Adapun strategi-strategi yang dipilih adalah: (1) Menyampaikan hasil dari pembinaan yang telah dilakukan ketua kepada pengurus ke setiap Majelis Taklim oleh para pengurus. (2) Pengurus BKMM membimbing Majelis Taklim untuk kelengkapan administrasi. (3) Mengadakan pengawasan secara periodik dengan jarak yang tidak terlalu jauh, baik pengawasan terhadap pengurus, Majelis Taklim dan pengawasan terhadap BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi yang dilakukan oleh BKMM Daerah Kabupaten Cianjur. (4) Menentukan kriteria penilaian pengawasan, selain kelengkapan administrasi juga tentang kinerja pengurus dan program kerja yang dilaksanakan.


(37)

144

3. BKMM berfungsi sebagai koordinator untuk Majelis Taklim yang ada di Kecamatan tersebut, sekaligus memfasilitasi Majelis Taklim dalam meningkatkan kinerjanya masing-masing. Sehingga fungsi Majelis Taklim sebagai lembaga pendidikan nonformal yang ada di masyarakat bisa dioptimalkan. Keberadaan BKMM sebagai wadah bagi Majelis Taklim di desa-desa juga akan mengikat silaturahim antar sesama Majelis Taklim dalam menyamakan visi, dan melaksanakan program-program. Serta menjadi sebuah wadah bersama untuk menyebarkan dakwah secara lebih merata ke seluruh wilayah yang ada dalam peta BKMM. Akan tetapi pada kenyataannya hingga saat ini peran BKMM terhadap Majelis Taklim itu belum optimal, namun Majelis Taklim tersebut tetap mampu berlangsung dengan normal walaupun tanpa kordinasi dengan BKMM.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka penulis mengajukan beberapa saran yang kiranya bisa dijadikan masukan dalam upaya Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi untuk meningkatkan kualitas organisasi pendidikan Islam. Adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. BKMM Daerah Kabupaten Cianjur

Hasil penelitian ini dianjurkan untuk dipelajari sebagai informasi untuk tindak lanjut dalam melaksanakan pengawasan terhadap BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

2. BKMM Cabang Kecamtan Sukaresmi

a. Pengurus disarankan bisa memprioritaskan program kerja yang sudah dicanangkan.

b. BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi sebaiknya mengetahui keadaan disetiap Majelis Taklim meskipun kegiatan Majelis Taklim tetap terlaksana, karena mungkin ada inovasi yang bisa diberikan oleh BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi kepada setiap Majelis Taklim.


(38)

145

c. BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi direkomendasikan untuk memberikan pembinaan terhadap setiap Majelis Taklim dalam hal kelengkapan administrasi.

d. Manajemen strategik yang sudah dibuat peneliti dianjurkan untuk dijalankan oleh BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Masih banyak strategi-strategi yang dapat dibuat untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi selain menggunakan analisis SWOT Matriks. Ada baiknya, peneliti selanjutnya me-follow up dari hasil penelitian ini. Terutama jika penelitian tersebut bertempat di lokasi yang sama yaitu di Kecamatan Sukaresmi, guna memberikan strategi-strategi yang baru.


(39)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

_____________. (2002). Al-Qur`ān dan Terjemahan. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI. Jakarta: CV Darus Sunnah.

Afifudin, & Saebani, B. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arifin, H. (1976). Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, M. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Bungin, B. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Daulay, H. P. (2009). Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara . Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Faeisal, J. A. (1995). Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Faisal, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usana Offset Printing. Fathoni, A. (2006). Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fattah, N. (2011). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Handoko, H. (2003). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, M. S. (2009). Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah. Jakarta: Bumi Aksara.

Heene, A., Desmidt, S., Afiff, F., & Abdullah, I. (2010). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung: PT Refika Aditama.

'Isa, K. M. (1994). Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: PT Fikahati Aneska. Jalaluddin, & Said, U. (1994). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Utara: PT Raja

Grafindo Persada.

Joesoef, S., & Santoso, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usana Offset Printing.


(40)

xv

Istiqomah Zulianti, 2014

Kuntjara, E. (2006). Penelitian Kebudayaan Sebuah Pandunan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Langgulung, H. (1985). Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna.

Langgulung, H. (2000). Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT Al Husna Zikra. Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Muhaimin, Suti'ah, & Prabowo, S. L. (2009). Manajemen Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Mujib, A. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyasa. (2012). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyono. (2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nata, A. (2003). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Nazir, M. (1999). Metode Penelitian . Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 21

Pidarta, M. (2011). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Putra, N., & Lisnawati, S. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rangkuti, F. (2013). SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sagala, S. (2009). Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Said, M. A. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Satori, D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.


(1)

143

Selanjutnya formulasi strategis tentang pengorganisasian BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi lebih difokuskan kepada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal. Adapun strategi-strategi yang dipilih adalah: (1) Menjaga hubungan harmonis dengan para petinggi dan pejabat yang bisa memudahkan birokrasi dan pencairan dana. (2) Ketika pergantian kepengurusan, pengurus sebelumnya mengadakan open recruitment untuk pengurus baru. (3) Membiasakan setiap pengurus memiliki tanggung jawab pada program kerja yang akan dilaksanakan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. (4) Merekrut generasi muda yang kompeten sebagai pengurus.

Adapun formulasi strategis tentang pelaksanaan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi lebih difokuskan kepada peningkatan partisipasi Majelis Taklim yang ada di Kecamatan Sukaremi terhadap kegiatan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi. Adapun strategi-strategi yang dipilih adalah: (1) Memaksimalkan kegiatan BKMM di hari libur untuk menghimpun masa sebanyak mungkin. (2) Program kerja yang sudah direncanakan direalisasikan dengan optimal. (3) Meningkatkan kualitas pengajar. Dengan cara mengenalkan model strategi dakwah modern. (4) Membuat kotak saran pada setiap pengajian yang diselenggarakan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

Sedangkan formulasi strategis tentang pengawasan BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi lebih difokuskan kepada tindak lanjut pengawasan. Adapun strategi-strategi yang dipilih adalah: (1) Menyampaikan hasil dari pembinaan yang telah dilakukan ketua kepada pengurus ke setiap Majelis Taklim oleh para pengurus. (2) Pengurus BKMM membimbing Majelis Taklim untuk kelengkapan administrasi. (3) Mengadakan pengawasan secara periodik dengan jarak yang tidak terlalu jauh, baik pengawasan terhadap pengurus, Majelis Taklim dan pengawasan terhadap BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi yang dilakukan oleh BKMM Daerah Kabupaten Cianjur. (4) Menentukan kriteria penilaian pengawasan, selain kelengkapan administrasi juga tentang kinerja pengurus dan program kerja yang dilaksanakan.


(2)

144

3. BKMM berfungsi sebagai koordinator untuk Majelis Taklim yang ada di Kecamatan tersebut, sekaligus memfasilitasi Majelis Taklim dalam meningkatkan kinerjanya masing-masing. Sehingga fungsi Majelis Taklim sebagai lembaga pendidikan nonformal yang ada di masyarakat bisa dioptimalkan. Keberadaan BKMM sebagai wadah bagi Majelis Taklim di desa-desa juga akan mengikat silaturahim antar sesama Majelis Taklim dalam menyamakan visi, dan melaksanakan program-program. Serta menjadi sebuah wadah bersama untuk menyebarkan dakwah secara lebih merata ke seluruh wilayah yang ada dalam peta BKMM. Akan tetapi pada kenyataannya hingga saat ini peran BKMM terhadap Majelis Taklim itu belum optimal, namun Majelis Taklim tersebut tetap mampu berlangsung dengan normal walaupun tanpa kordinasi dengan BKMM.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka penulis mengajukan beberapa saran yang kiranya bisa dijadikan masukan dalam upaya Penerapan Manajemen Strategik Pendidikan Islam pada BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi untuk meningkatkan kualitas organisasi pendidikan Islam. Adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. BKMM Daerah Kabupaten Cianjur

Hasil penelitian ini dianjurkan untuk dipelajari sebagai informasi untuk tindak lanjut dalam melaksanakan pengawasan terhadap BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

2. BKMM Cabang Kecamtan Sukaresmi

a. Pengurus disarankan bisa memprioritaskan program kerja yang sudah dicanangkan.

b. BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi sebaiknya mengetahui keadaan disetiap Majelis Taklim meskipun kegiatan Majelis Taklim tetap terlaksana, karena mungkin ada inovasi yang bisa diberikan oleh BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi kepada setiap Majelis Taklim.


(3)

145

c. BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi direkomendasikan untuk memberikan pembinaan terhadap setiap Majelis Taklim dalam hal kelengkapan administrasi.

d. Manajemen strategik yang sudah dibuat peneliti dianjurkan untuk dijalankan oleh BKMM Cabang Kecamatan Sukaresmi.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Masih banyak strategi-strategi yang dapat dibuat untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi selain menggunakan analisis SWOT Matriks. Ada baiknya, peneliti selanjutnya me-follow up dari hasil penelitian ini. Terutama jika penelitian tersebut bertempat di lokasi yang sama yaitu di Kecamatan Sukaresmi, guna memberikan strategi-strategi yang baru.


(4)

xiv

Istiqomah Zulianti, 2014

DAFTAR PUSTAKA

_____________. (2002). Al-Qur`ān dan Terjemahan. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI. Jakarta: CV Darus Sunnah.

Afifudin, & Saebani, B. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Arifin. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arifin, H. (1976). Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Arifin, M. (2012). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Bungin, B. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Daulay, H. P. (2009). Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara . Jakarta : PT

Rineka Cipta.

Faeisal, J. A. (1995). Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Faisal, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usana Offset Printing. Fathoni, A. (2006). Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fattah, N. (2011). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Handoko, H. (2003). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, M. S. (2009). Manajemen: dasar, pengertian, dan masalah. Jakarta: Bumi Aksara.

Heene, A., Desmidt, S., Afiff, F., & Abdullah, I. (2010). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung: PT Refika Aditama.

'Isa, K. M. (1994). Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: PT Fikahati Aneska. Jalaluddin, & Said, U. (1994). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Utara: PT Raja

Grafindo Persada.

Joesoef, S., & Santoso, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usana Offset Printing.


(5)

xv

Kuntjara, E. (2006). Penelitian Kebudayaan Sebuah Pandunan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Langgulung, H. (1985). Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna.

Langgulung, H. (2000). Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT Al Husna Zikra. Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. Muhaimin, Suti'ah, & Prabowo, S. L. (2009). Manajemen Pendidikan. Jakarta:

Kencana.

Mujib, A. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mulyasa. (2012). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyono. (2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nata, A. (2003). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Nazir, M. (1999). Metode Penelitian . Jakarta: Ghalia Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 21

Pidarta, M. (2011). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Putra, N., & Lisnawati, S. (2012). Penelitian Kualitatif Pendidikan Agama Islam.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rangkuti, F. (2013). SWOT Balanced Scorecard. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sagala, S. (2009). Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Said, M. A. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Satori, D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.


(6)

xvi

Istiqomah Zulianti, 2014

Siagian, S. P. (2007). Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sihombing, U. (2000). Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi. Jakarta: PD. Mahkota.

Silalahi, U. (2011). Asas-asas Manajemen. Bandung: PT Refika Aditama. Sudjana. (2010). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah. Sugiyono. (2009). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2004). Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Terry, G. R., & Rue, L. W. (2009). Principles of Management. (G. Ticoalu, Penerj.) Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Umar, H. (2010). Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Undang- Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Winardi, J. (2004). Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenada Media. Zuhairini. (2008). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.