Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi Di Majelis Taklim Al-Muhajirin Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun Oleh: ISRA MAKIYAH

109051000123

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PERNYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M/1434 H


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S- 1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika terbukti di kemudian hari karya ini bukan hasil karya asli saya atau hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 September 2013


(5)

i

Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang

Berawal dari dakwahnya beliau di Majelis Taklim Al-Muhajirin Perumahan Batu Ceper Indah yang minim dengan pendidikan keagamaan. Ustadzah Hj Faridah Hanum Lutfi merasa terpanggil untuk mendirikan Majelis Taklim Al-Muhajirin. Tujuannya agar mejadi kontrol terhadap perubahan-perubahan nilai yang terjadi di masyarakat akibat prkembangan yang terjadi saat ini. Peranan dari pada Majelis Taklim Al-Muhajirin dalam kader-kader Ulama, Da,I, dan da’iyah yang berkualitas.

Dari uraian di atas timbulah batasan pertanyaan yaitu: Bagaimana kiprah dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dalam bentuk Bil Lisan? Bagaimana kiprah dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dalam bentuk Bil Qolam? Bagaimana kiprah dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dalam bentuk Bil Hal?

Untuk memperoleh data dalam penelitian skripsi ini penulis mengunakan metode penelitian kualitatif dengan cara pendekatan deksriptif analisis, teknik pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi. Dalam hal ini peneliti mengikuti dan mengamati langsung kegiatan-kegiatan di Majelis Taklim Al-Muhajirin. Selain itu penulis menanyakan pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat untuk memberikan informasi seputar permasalahan yang akan diteliti.

Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan, tentang kiprah dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi, beliau berdakwah dalam bentuk Bil Lisan, Bil Qolam dan Bil Hal. Dakwah dalam bentuk Bil Lisan yang beliau lakukan seperti pengajian di Majelis, dan peringatan hari besar islam sedangkan metode yang digunakan adalah metode Al-hikmah, dalam penerapannya beliau sadar, bahwa posisinya adalah seorang teladan umat, maka beliau selalu memberikan contoh yang baik. Metode Mau’idzatul Hasanah, dalam setiap penyampaian dakwahnya selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik, selalu mengajak kepada jamaahnya agar selalu bisa bermanfaat untuk orang lain. Da’wah Bil Hal erat kaitannya dengan komunikasi yang bersifat persuasif sebab pada hakekatnya da’wah bil hal adalah pemanfaatan situasi dan kondisi masyarakat sebagai kegiatan da’wah agar tumbuh loyalitas atau kepatuhannya terhadap ajaran agama.


(6)

ii

yang di sokongkan oleh orang tua kepada penulis telah sampai hingga perguruan tinggi ditandai dengan rampungnya penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana strata satu.

Tiada kata yang pantas terucap selain kata syukur, penulis haturkan kepada Sang Maha Pencipta yang senantiasa memberikan kekuatan dan kenikmatan kepada hamba dan semua umat- Nya yang tak luput dari dosa dan lemah ini. Oleh karena itu, wajib kiranya kami mohon ampunan dan perlindungan- Nya. Segala kelancaran dan kemudahan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini merupakan suatu anugrah yang diberikan oleh- Nya. Kemudian, tak lupa untaian kata shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, pembimbing dan penerang kehidupan umat manusia hingga akhir zaman. Semoga cahya- Mu menyinari kami.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya dengan skripsi ini. Karena itu penulis akan menerima penuh dengan rasa hormat dan terima kasih atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan keseluruhan isi skripsi ini.

Dengan ini, penulis perlu mengurai rasa terima kasih kepada segenap orang yang membantu penulis dalam penyususunan skripsi ini:

1. Kedua orang tua Bapak H. Firdaus dan Bunda Na’imah yang selalu ku cinta yang memiliki peran yang sangat penting dan tak terkira, yang telah


(7)

iii Faris Firdaus.

2. Dr. Arif Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M. A, Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal, M. A, Pudek III Drs. Study Rizal, M.A

3. Drs. Jumroni, M. SI dan Umi Musyarofah, M. A selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Dra. Nunung Khairiyah M. A, Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran dan yang telah memberikan banyak pengarahan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Pembimbing Akademik Bapak Zakaria, Lc, yang selalu mempermudah anak didiknya untuk bersemangat dalam belajar, selalu mendengar keluhan kami. Kami ucapkan banyak terima kasih.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Teman share terbaikku sahabat Bolang Lovers Aisyah Nuraeni, Khoirunnisa, Fillayli Adisty, Mega Nur Fitriana, Taufik halily, Annisa Siti Maryam dan Adila Nur Silmi yang selalu membantu dan menemani di kampus, tanpa kalian aku hampa.


(8)

iv ini.

9. Sahabat- sahabat terbaikku di Angkatan 2009 dan khususnya KPI G terima kasih atas segala kebaikan yang telah kalian berikan, yang selalu memberikan pelajaran yang berharga bagiku setiap harinya. Terima kasih atas segalanya.

10.Ucapan terima kasih ku yang tak terhingga kepada Sahabat PEMUDA terima kasih atas do’a, motivasi, bantuan dan semangat yang kalian berikan untuk penulis. Jazakallah atas semuanya.

Terima kasih atas semua yang telah meluangkan waktunya untuk sharing dan berbagi info serta memberikan inspirasi dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini tepat pada waktunya. Semoga Allah membalas kebaikan kaliani semua. Amin…

Dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak Amin.

Jakarta, 15 September 2013


(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... V BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 10

1. Metode Penelitian ... 10

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 12

3. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 12

4. Teknik Pengumpulan Data ... 13

a. Observasi ... 13

b. Wawancara ... 13

c. Dokumentasi ... 14

5. Teknik Analisis Data ... 14

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 16

E. Tinjauan Pustaka ... 17

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 21

A. Pengertian Kiprah ... 21

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 22

1. Pengertian Dakwah ... 22

C. Unsur-unsur Dakwah ... 26


(10)

vi

f. Media (wasilah) Dakwah ... 32

BAB III PROFIL USTADZAH Hj. FARIDA HANUM LUTFI DAN MAJELIS TAKLIM AL MUHAJIRIN BATU CEPER INDAH A. Profil Ustadzah Hj. Faridah HanumLutfi ... 34

B. Pendidikan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ... 35

C. Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Kota Tangerang ... 37

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ... 37

2. Tujuan Berdirinya Majelis TaklimAl Muhajirin ... 38

3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al Muhajirin ... 39

BAB IV ANALISIS KIPRAH DAKWAH USTADZAH Hj. FARIDAH HANUM LUTFI DI MAJELIS TAKLIM AL MUHAJIRIN BATU CEPER ... 45

A. Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi Pada Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper, Kota Tangerang ... 45

B. Bentuk-Bentuk Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah HanumLutfi ... 47

C. Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ... 49

D. Dakwah Bil Qolam Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ... 51

E. Dakwah Bil Hal Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ... 53

F. Metode Ceramah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi ... 53

G. Metode Tanya Jawab ... 55

H. Metode Seminar/Diskusi ... 55

I. Metode Memberikan Ringkasan Materi ... 55

J. Metode Pemberian Bantuan Sosial ... 55


(11)

vii DAFTAR PUSTAKA


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Berbicara soal pandangan Islam di masyarakat bukanlah suatu masalah yang baru, tetapi bukan juga suatu masalah yang telah terselesaikan hingga saat ini.Apalagi pada akhir-akhir ini, tentang problema Islam masyarakat belum menemukan titik jemu untuk selalu membahasnya.

Dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap umat Islam yang beriman kepada Allah, baik bagi sekelompok orang maupun bagi setiap individu yang mengerti, memahami bahkan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain mereka yang benar-benar profesional di bidang dakwah dan mengetahui tata cara penyampaian dakwah dengan baik. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan da’i atau mubaligh.1

Dakwah merupakan kegiatan pengembangan agama yang telah lama dirintis oleh para Nabi dan Rasul SAW.Kegiatan tersebut memanglah bukan suatu hal yang mudah yang harus dilakukan umat Islam. Tindakan kita akan banyak menemui tantangan dan halangan dalam melaksanakan kegiatan dakwah. Allah SWT berjanji akan memberikan ganjaran pahala yang berlimpah bagi yang menempuhnya. Islam adalah agama yang di dalamnya terdapat ajaran untuk melaksanakan dakwah baik secara berkelompok maupun perorangan.Dakwah dapat direalisasikan melalui perkataan (bil lisan), tulisan (bil qalam) dan

1


(13)

perbuatan (bil hal).Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa Islam adalah agama dakwah.

Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan muslimah untuk mensyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya menjadikan Islam tegak dan kokoh di muka bumi ini. Aktivitas dakwah Islam yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah di atas pundak setiap pemeluknya.2

Menurut Rabi’ bin Hadi al-Madkhali dalam Fiqih Dakwah Para Nabi AS, dakwah merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT, sehingga wajar jika Allah SWT menyebutkan bahwa sebaik-baiknya perkataan seorang hamba adalah ajakan kepada manusia untuk berbuat kebajikan yang merupakan menuju jalan Allah SWT dan beramal shalih.3

Sebagai umat Islam dan hamba Allah SWT, manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran nilai-nilai kebenaran di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sesungguhnya dakwah kepada agama Allah SWT (baca: Islam) merupakan jalan (yang ditempuh) Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

2

Andy Darmawan, Metodologi Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: LESFI, 2002) h.xiii

3Rabi’ bin Hadi al-Madkhali,

Fiqih Dakwah Para Nabi AS, (Bogor: Media Tarbiyah,2006), Cet. Ke-1, h. 1-2


(14)

                             

“Katakanlah: “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan bashira. Maha suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.”(QS. Yusuf: 108)4

Bahkan Rabi’ bin Hadi al-Madkhali menambahkan bahwa dakwah kepada agama Allah SWT merupakan tugas utama para Rasul dan pengikut-pengikutnya tanpa terkecuali, yaitu untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, dari kekufuran menuju keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari neraka menuju ke surga.5

Pentingnya dakwah bagi umat manusia menjadikan manusia harus mempelajari dengan baik tentang dakwah itu sendiri.Dalam melaksanakan dakwah, seseorang da’i atau da’iyah harus mempunyai wawasan yang luas tentang hal yang disampaikannya sehingga hujjah atau pendapat yang diberikan dapat diterima oleh mad’u.Da’i atau da’iyah juga harus menyesuaikan metode yang digunakan dengan mad’u yang dihadapi, bersifat dinamis sesuai dengan perubahan zaman, dan tidak keluar dari garis yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

4

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,Jakarta: Lentera Hati, 2005), cet. Ke-IV, h. 533

5Rabi’ bin Hadi al


(15)

Sungguh beruntung bagi manusia yang mampu mengemban tugas dakwah, karena mereka termasuk golongan pilihan orang-orang terbaik dan paling dicintai oleh Allah SWT. Firman Allah SWT:

                                       

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30)6 Kegiatan dakwah di tengah-tengah masyarakat secara langsung dapat juga disebut direct marketing atau kegiatan memperkenalkan atau mengajak orang lain secara langsung dengan tujuan agar yang bersangkutan menjadi tertarik dan kemudian menjadi bagian dari hasil kegiatan tersebut.

Hakekat dari kegiatan dakwah adalah memperkenalkan dan kemudian mengajak orang lain agar tertarik dan mendukung dakwah. Kegiatan dakwah secara langsung pernah dilakukan Rasulullah saat awal-awal Islam diperkenalkan.Beliau “memasarkan” produk yang bernama Islam dari pintu ke pintu.Lambat laun upaya yang dilakukan Rasulullah membuahkan hasil hanya dalam waktu kurang dari 23 tahun.Dan hasilnya adalah tersebarnya Islam keseluruh penjuru dunia.Cara Rasulullah tersebut tentu saja dengan penuh perhitungan dan mendapat petunjuk dari Allah SWT.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa dakwah bukanlah kegiatan yang pasif.Dalam berdakwah, seorang da’i janganlah hanya menunggu mad’u untuk

6


(16)

memanggilnya untuk mendapatkan pengetahuan agama.Tetapi sebagai da’i yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah haruslah mendekati mad’u sehingga mereka merasa mudah untuk mendapatkan pengetahuan tentang agama yang mereka butuhkan di tengah-tengah kesibukan mereka sehari-hari.

Selain itu, tujuan dari berdakwah adalah mengajak manusia ke jalan Tuhan, jalan yang benar yaitu Islam dan untuk membuat manusia memlikikualitas akidah, ibadah dan akhlak yang tinggi. Bisri Affandi mengatakan bahwa yang diharapkan dari dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas.7

Dengan demikian, dakwah memegang peranan yang sangat penting di dalam kehidupan bermasyarakat.Maju mundurnya sebuah masyarakat ditentukan oleh ulama dalam membimbingnya.Hal ini mengingat perkembangan, perubahan, dan kemajuan masyarakat berlangsung demikian pesat dan cepat.Respon masyarakat atas perkembangan dan kemajuan zaman tersebut, membuat banyak warga dunia terus berbenah diri, agar mereka tak tertinggal peradaban modern yang ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seorang ulama ditengah-tengah masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengubah tingkah laku sosial masyarakat, hal ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa seorang ulama keberadaannya di tengah masyarakat sangat dibutuhkan dan dihormati.

7

Bisri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya: Fakultas DakwahSurabaya, 1984), h. 3


(17)

Satu kehormatan masyarakat terhadap seorang ulama, karena keluasan Ilmu pengetahuan yang dimilikinya, khususnya dalam pengetahuan agama.Dalam ajaran Islam, ulama memang memiliki kedudukan yang tinggi dan peranan yang penting dalam kehidupan umat. Sedemikian penting kedudukan ulama di tengah kehidupan masyarakat, sehingga seseorang ulama diharapkan mampu meneruskan, mengembangkan dan melaksanakan apa yang telah dicontohkan dan disunnahkan oleh para nabi. Dalam peran lainnya, peran ini sering disebutkan juga sebagai amar ma’ruf nahi munkar yang rinciannya meliputi tugas untuk :

a. Menyebarkan dan mempertahankan ajaran nilai-nilai agama. b. Melaksanakan control dalam masyarakat (social of change) c. Menjadi agen perubahan sosial (agen of change).8

Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, seorang ulama sangat memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan.Untuk itulah seorang mubaligh tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya, seperti dakwah melalui tulisan atau dakwah bi al-qalam.

Dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui media cetak, mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan informasi.9

8

Masykuri Abdillah, MimbarAgama dan Budaya Vol XVI, 1999,h. 2 9


(18)

Peran ulama sangatlah besar dalam menyebarkan ajaran Islam.Diantara peran yang cukup besar dari seorang ulama adalah agen perubahan sosial masyarakat menuju tatanan kehidupan yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Hal ini dilakukan oleh seorang ulama dengan cara mengajak manusia untuk mengikuti jalan Allah SWT melalui ajaran dakwah yang beliau lakukan, karena pada dasarnya dakwah adalah merupakan manifestasi iman yang paling utama yang dimiliki seseorang.

Sebab dakwah itu tidak lain kecuali menunjukkan jalan yang haq kepada segenap insan, menanamkan rasa cinta kepada kebaikan dan benci kebathilan serta kejahatan, dan membawanya keluar dari kebohongan serta kekalutan.10

Atas uraian di atas, maka penulis merasa terpanggil dengan realita yang ada khususnya di Negara kita Indonesia.Terutama dalam segi Islam yang telah banyak terlibat dengan keadaan zaman modern sekarang, sehingga banyak pula Islam yang terbawa arus kebudayaan barat tanpa disadari kita seperti kembali ke zaman sebelum Islam.

Untuk itu penulis mengadakan penelitian seputar Strategi Dakwah

Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfiyang berperan membangun lembaga institusi yang begerak di bidang dakwah yaitu Majelis Taklim Al-Muhajirin di Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang, sehingga penulis merasa tertarik untuk mengangkat sebuah skripsi dengan judul “Strategi Dakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam Di Perumahan Batu Ceper

Indah Kota Tangerang”

10


(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari sekian banyak permasalahan yang timbul dari latar belakang diatas, karena keterbatasan penulis, maka penelitian ini membatasi pada strategi dakwah yang dilakukan oleh Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam Di Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang.

Berdasarkan latar belakang yang sudah diungkapkan dan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam mengembangkan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang?

b. Faktor-faktor penghambat yang dihadapiUstadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam mengembangkan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam mengembangkan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah, Kota Tangerang

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang dihadapi Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dalam mengembangkan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah, Kota Tangerang


(20)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : a. Manfaat Akademik

Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian lebih lanjut guna memperkaya teori-teori komunikasi dakwah, terutama berkaitan dengan kajian strategi dakwah.Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan kita semua tentang dakwah yang baik serta dapat memberikan kontsribusi positif bagi para mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran islam (KPI) yang tertarik untuk mempelajari tentang dakwah.

b. Manfaat Praktis

Dari segi praktis penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi positif bagi proses komunikasi dakwah secara langsung atau komunikasi bermedia melalui strategi dakwah di masyarakat perkantoran dan juga dapat menambah informasi, ilmu dan wawasan bagi pembaca mengenai strategi dakwah di lingkungan masyarakat perkantoran. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman bagi para praktisi dakwah dalam melaksanakan dakwahnya.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif disebut juga


(21)

penelitian naturalistik seperti yang dikemukakan oleh Nasution sebagai berikut:

Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik.Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat pengukur.Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.11

Moleong mengemukakan pendapat yang sama yaitu: ”Karakteristik penelitian kualitatif adalah berakar pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity)”.12 Pendapat tersebut didasarkan pada beberapa asumsi seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba dalamMoleong :

1) tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang mereka lihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan konteks untuk keperluan pemahaman

2) konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan

3) sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif tehadap apa yang akan dicari13

Penelitian kualitatif mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.Satori dan Komariah menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak hanya mendeskripsikan data tetapi

11

S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualiltatif. ( Bandung: Tarsito, 1998). hlm. 15

12

Lexy J.Moleong,Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: RemajaRosdakarya, 2006). hlm. 4

13


(22)

deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang sohih yang dipersyaratkan kualitatif yaitu wawancara mendalam, observasi partisipasi, studi dokumen, dan melakukan triangulasi.14

Deskripsinya berdasarkan analisis data yang sahih dimulai dari display data, reduksi data, refleksi data, dan etik terhadap data sampai pengambilan keputusan yang harus memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi berdasarkan ukuran dependability, credibility, transferability, dan confirmability.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif lebih memfokuskan penggalian makna pada suatu masalah dan kemudian hasilnya ditafsirkan oleh peneliti sendiri.Hal itulah yang membedakan dengan penelitian kuantitatif yang berpatokan pada hitungan dan rumus-rumus yang bersifat pasti, meskipun bisa saja kedua metode penelitian itu dijalankan secara bersamaan.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek dari penelitian ini adalah Ustadzah Hj.Farida Lutfi, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah strategi dakwahnya.

3. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada periode bulan Juli 2013 di Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper IndahKota Tangerang. Penulis melakukan penelitian dengan mendatangi Majelis Taklim Al-Mujahirin di

14

Djam’an Satoridan Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta,


(23)

Batu Ceper Indah Kota Tangerang.Dan mengikuti kegiatan yang di adakan oleh Majelis Taklim di Batu Ceper.Adapun tempat penelitian dilakukan di Majelis Taklim Batu Ceper IndahKota Tangerang.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh dari penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.15

Teknik observasi yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang diteliti, yakni Dakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam Di Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang.

b. Wawancara/ interview

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.16

Peneliti melakuakan tanya jawab langsung dengan Jama’ah Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah untuk mendapatkan tujuan yang jelas berupa bentuk/ Dakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum

15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), hal. 92 16


(24)

Lutfi Dalam Pandangan Islam Di Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi sendiri adalah upaya peneliti dalam mengumpulkan dokumen-dokumen/file yang berkaitan dengan penelitian ini.Dalam melengkapi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini dan juga dilakukan melalui buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Teknik Analisis data

Moleong mengemukakan bahwa proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan sebagainya. Setelah itu mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman, kemudian menyusunnya dalam satuan-satuan sambil koding atau pengelolaan data.17

Dalam proses analisis data penelitian kualitatif terdapat tiga komponen penting yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.18 Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis-interaktif yaitu analisis yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan alasan karena dalam penelitian

17

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2006). hal. 190

18

Sutepo, Pengantar Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar Teoritis dan Praktik, (Surakarta : Puslitbang UNS, 2002) hal. 36


(25)

kualitatif menggunakan proses siklus, yaitu pada waktu pengumpulan data peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data dan data yang dikumpulkan berupa fieldnotes atau catatan data di lapangan yang terdiri dari berbagai deskripsi dan refleksi.

Kemudian peneliti menyusun peristiwanya yang disebut reduksi data dan diteruskan dengan penyusunan sajian data yaitu berupa cerita sistematis yang didukung dengan gambar dan dokumen lainnya, sehingga data dapat terjaring dengan sepenuhnya.

Data yang diperoses oleh melalui pengamatan, observasi, dan wawancara dijadikan sebagai bahan untuk menggambarkan objektifitas dariDakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi Dalam Pandangan Islam Di Perumahan Batu Ceper Indah Kota Tangerang, yang kemudian diolah menjadi uraian pembahasan.Dokumentasi, sebagai bahan kerangka analisis dalam membimbing dan memperkuat hasil penelitian.

Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, maka data-data tersebut kemudian diolah menjadi bentuk verbal (kata-kata) sehingga kata-kata tersebut menjadi makna dan bisa dipertanggungjawabkan. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data mengorganisasikannya kedalam suatu bentuk, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerjanya.

Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif, dengan jalan ini dari data yang terkumpul, peneliti menjabarkan dengan


(26)

memberikan analisa-analisa berupa paparan yang didapat dari hasil penelitian dan wawancara ke beberapa Majelis Taklim dengan bentuk komunikasi yang terjadi selama mengikuti Aktivitas Dakwah Majelis Taklim Di Batu Ceper Indah Kota Tangerang.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memenuhi agar penelitian skripsi ini mencapai derajat kepercayaannya bisa di pertanggung jawabkan, maka kami penulis melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data.Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data maka kami penulis mengambil triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Teknik pemeriksaan triangulasi, dimaksudkan agar dengan teknik ini peneliti dapat mengecek keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu data sebagai pembanding terhadap data yang lain. Sebagai contoh data hasil observasi dibandingkan dengan data hasil wawancara dan seterusnya. Triangulasi ini juga digunakan oleh peneliti untuk memantapkan validitas dan reliabilitas data serta digunakan untuk membantu menganalisis data di lapangan.

Adapun triangulasi yang digunakan peneliti adalah: (a) triangulasi metode dan (b) triangulasi sumber. Untuk triangulasi metode yaitu pengecekkan data/informasi yang berasal dari hasil wawancara diuji dengan hasil observasi atau data hasil wawancara dengan data dokumentasi dan seterusnya. Sedangkan triangulasi sumber, peneliti


(27)

menguji data/informasi dari responden yang satu dengan responden yang lain atau data dari responden dibandingkan dengan data dari dokumen.

Dalam teknik triangulasi dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi yang penulis temukan yang mengangkat tentang bagaimana strategi dakwah, tentunya dengan subjek dan objek yang berbeda-beda. Setelah mengamati skripsi-skripsi untuk Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang sudah dikoleksi oleh Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, penulis menemukan ada beberapa judul skripsi yang mengangkat judul tentang strategi dakwah, diantaranya :

1. “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI) dalam Menanggulangi

Dampak Negatif Globalisasi” oleh Dodiana Kusuma tahun 2010. Skripsi ini mendiskripsikan dan menganalisis tentang strategi dakwah Front Pembela Islan dalam menanggulangi dampak negatif globalisasi.


(28)

2. “Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid Al-Muttaqin di Lingkungan

Kel. Pondok Jagung” oleh Maspupah tahun 2010. Skripsi ini mendeskripsikan tentang strategi dakwah yang dilakukan oleh Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Al-Muttaqin dalam aktivitas dakwahnya.

3. “Strategi Dakwah di Lingkungan Perkantoran (Analisa Perencanaan

Strategis Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) DKI Jakarta)” oleh Hambali tahun 2010. Skripsi ini mendeskripsikan tentang strategi dakwah yang dilakukan oleh Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) dalam aktivitas dakwah di Lingkungan Perkantoran.

4. „Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra Dalam Membentuk Keluarga

Sakinah“ oleh Bobby Rahman tahun 2010. Skripsi ini mendeskripsikan tentang strategi dakwah yang dilakukan Majelis Az-Zikra Titian Keluarga Sakinah untuk menciptakan keluarga sakinah.

Namun dari judul skripsi diatas tidak ada satupun yang meneliti lembaga atau organisasi yang bergerak di tengah masyarakat yang mayoritas penduduknya non muslim, karena itu penulis meneliti organisasi masyarakat yang konsen dalam pengembangan dakwah tengah masyarakat yang mayoritas penduduknya non muslim seperti yang dilakukan Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper Indah, Kota Tangerang. Penelitian ini juga diharapkan bisa memberi tambahan atau pelengkap dari penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.


(29)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam menyusun hasil penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan yang dibagi menjadi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan.Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini bertujuan sebagai pengantar dari penelitian ini dan bagaimana proses penelitian ini dilakukan.

Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini penulis menguraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini, seperti penjelasan tentang strategi dakwah,tujuan dakwah, manfaat dakwah serta strategi dakwah dalam majelis taklim.

Bab IIIGambaranUmum Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper.Dalam bab ke tiga ini penulis menguraikan profil dari objek yaitu Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper, yang termasuk didalamnya antara lain profil Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dan latar belakang berdiri, visi, misi dan tujuanMajelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper. Bab ini bertujuan untuk menjelaskan secara singkat tentang Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dan Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper, Kota tangerang.

Bab IV Analisis Strategi Dakwah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper.Bab ini adalah bab inti dari penelitian ini, karena di bab ini menjelaskan pokok dari hasil penelitian dan analisa yang telah


(30)

dilakukan penulis mengenai strategi dakwah Ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi dalam Majelis Taklim Al-Muhajirin Batu Ceper sesuai dengan rumusan dan tujuan penelitian yang penulis sudah tetapkan.

Bab V Penutup.Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran setelah penulis menganalisa hasil penelitian. Dan dibagian akhir setelah bab ini memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(31)

21

A. Pengertian Kiprah Dakwah

Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai sesuatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.1 Sedangkan menurut S. Nasution, kiprah adalah konsekuensi atau akibat kedudukan seseorang. 2 Dari pengertian yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa kiprah, adalah serangkaian tingkah laku sesuai hak dan kewajiban yaitu bersifat timbal balik dalam hubungan antar individu yang saling berkaitan dalam satu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan suatu hal atau peristiwa yang berkaitan dengan aktivitasnya.

Kiprah tidak lepas dari aktivitas. Pengertian aktivitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keaktifan kegiatan-kegiatan, kesibukan-kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.3

Menurut pemaparan di atas arti kiprah tidak jauh berbeda dengan aktivitas, akan tetapi perbedaannya adalah berkiprah adalah melakukan kegiatan dengan semangat tinggi sedangkan aktivitas melakukan segala

1

Djumhur, Moh. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT Pedoman Ilmu, 1975), h.12

2

S. Nasution, Sosiologi pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 1995), h. 73

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet ke-3 h. 17


(32)

sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan manusia.

Sedangkan pengertian kiprah dakwah yaitu melakukan suatu kegiatan dakwah yang dilakukan seseorang yang mengandung serruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah sesuatu yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna. Itu semua dilakukan dengan semangat tinggi menuju jalan yang di ridhoi Allah. Dalam ajaran islam, dakwah merupakan suatu kewajiban yang dibebankan oleh agama kepada pemeluknya.

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa) dakwah berasal berasal dari kata da’aa yad’uu da’watan, yang berarti menyeru, mengajak, memanggil atau mengundang.4 Warson Munawir seperti yang dikutip oleh Samsul Munir Amin menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge) dan memohon (to pray).

Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal sebagai muballigh artinya penyampai atau penyeru. Secara etimologi dakwah atau tabligh merupakan suatu proses penyampaian atas pesan-pesan

4


(33)

tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. 5

Sedangkan menurut terminologi dakwah adalah merupakan suatu usaha mepertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah SWT, dengan menjalankan syari’atnya sehingga mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.6

Dalam pengertian integralistik dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh pengembang dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kepada ajaran Allah SWT, dengan cara bertahap menuju kepribadian yang Islami. Sedangkan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali definisi tentang dakwah yang dikemukakan oleh para cendekiawan Muslim antara lain:

a. Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau mengubah situasi yang tidak baik menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap diri pribadi maupun masyarakat.7 b. Didin Hafidhudin mendefinisikan dakwah sebagai proses yang

berkesinambungan yang ditangani para pengembangan dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju peri kehidupan yang islami. Suatu proses yang berkesinambungan adalah suatu proses yang kebetulan, melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus menerus oleh

5

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1-2 6

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas. 2001), h. 20 7


(34)

para pelaku dakwah dalam rangka merubah perilaku sasaran dakwah dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.8

Dari definisi dakwah di atas terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Kesimpulan mengenai kegiatan dakwah adalah sebagai berikut :

1. Dakwah merupakan penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja untuk mendorong manusia menuju kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kiprah dakwah itu berupa :

a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam.

b. Amar Ma’ruf, menganjuran berbuat kebaikan dan pembangunan masyarakat.

c. Nahi Munkar, melarang orang melakukan kejahatan yang merugikan diri sendiri dan masyarakat.

3. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mecapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah SWT.

Dari ketiga kesimpulan tersebut menimbulkan dua buah konotasi yang berbeda namun saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu :

8


(35)

Pertama: Dakwah diterjemahkan atau diidntifikasikan dengan ceramah, pidato, khutbah, tabligh, penyiaran agama dan lain sebagainya.

Kedua: dakwah diberi pengertian berbagai aktivitas muslim dalam mengimplementasikan ajaran Islam pada berbagai aspek kehidupan baik lahir maupun batin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan (individu – masyarakat) di dunia dan akhirat.

Pengertian pertama inilah yang banyak dipahami oleh masyarakat, karena lewat jalur inilah ajaran Islam banyak digunakan. Interpretasi di atas tidak bisa disalahkan tetapi mengharapkan perubahan masyarakat tidak cukup hanya dengan ceramah dan khutbah saja, bukankah Allah tidak akan merubah kondisi suatu kaum (individu dan komunitas masyarakat) tanpa adanya supaya kolektif yang sungguh-sungguh dari masing-masing anggota masyarakat untuk merubahnya, di sinilah persoalan dakwah yang haarus di garap secara totalitas dan professional.

Paradigma yang telah melekat dikalangan masyarakat ini, tampaknya hampir tidak pernah memberikan solusi konkrit terhadap persoalan-persoalan yang semakin kompleks di tengah-tengah masyarakat, namun demikian dakwah verbal ini cukup berhasil dalam memberikan informasi ajaran Islam. Pemikiran kedua, dapat dilihat dalam konsep dakwah memiliki pengertian yang lebih luas bukan hanya menyeru dan menyuruh tetapi juga nahi munkar, melarang orang melakukan tindakan yang tidak dibenaran oleh agama Islam, pada prakteknya nahi munkar ini jauh lebih berat, lebih banyak kritik kadang lebih keras dan bahkan sangat keras.


(36)

Konsep dakwah kedua ini menyangkut dua hal yaitu komunikasi dan perubahan sosial, dan tentunya membutuhkan strategi, teknik, metode pendekatan yang tepat terkait dengan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan berbagai aspek sosial budaya kehidupan manusia. Meskipun dalam pengertian umum dakwah berarti menyeru atau mengajak, pada prakteknya, implementasi makna tersebut tidaklah mudah.

Faktor-faktor yang menghalangi atau merintangi dan cara penyelesaian misi dakwah sangat kompleks dibanding dengan misi organisasi yang berorientasi umum. Dakwah tidak saja harus mengantisipasi perubahan lingkungan yang ada. Dakwah memiliki dua dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat, pembuktian kebenaran agama dan proses sosialisasinya dalam masyarakat.

2. Unsur-unsur Dakwah a. Da’i (Pelaku Dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi, sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan dimuka tersebut sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’i yang sebenarnya.

Kata Da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan Mubaligh (orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam


(37)

melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.

Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak al-qur’an dan hadist yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’i. Quraish shihab menambahkan bahwa dari masing-masng wahyu pertama al-Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsp pokok yang digariskan al-Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu:

a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tidak tertulis segala hal yang berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya selalu segar dan menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali turun.

b. Da’i harus siap mental menghadapi situasi yang akan dialaminya. c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan

yang akan didambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah al-Mudatsir.9

b. Maddah (Materi Dakwah)

Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah adalah Maddah atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.oleh karena itu, membahas yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bias dijadikan

9


(38)

maddah dakwah itu pada garis besarnya adalah akidah, Syari’ah dan Akhlak.

Dari semua materi dakwah yang disampaikan itu hendaknya janganlah bersifat normativ seperti terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah, tetapi harus juga bersifat empiris. Sehingga materi dakwah yang disampaikan baik scara kiasan maupun tulisan tentang permasalahan pemahaman ajaran keagamaan, hendak ada keseimbangan agar pola kehidupan keagamaan umat tidak bersifat formalistik dan ritualistik belaka, sehingga terdapat sikap keselarasan antara sikap batin dan prilaku. Sehingga apa yang dapat dikatakan materi dakwah itu paling tidak yang harus diperhatikan seorang da’i.

c. Mad’u (Penerima Dakwah)

Kita tahu bahwa misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berupa agama Islam adalah untuk seluruh umat manuia, baik ia telah menemui beliau atau tidak, satu bangsa dengan beliau atau berlainan kebangsaannya, lain halnya para nabi yang tulus semata-mata hanya untuk bangsa tertentu dan waktu tertentu pula (kaumnya). Unsur ketiga ini adalah Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupu sebagai kelompok, baik manusia yang beragam Islam ataupun bukan, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.

Kepada manusia yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan mengajak mereka mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang


(39)

yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan Ihsan. Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat disebut mitra dakwah, padahal dakwah sebenarnya adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, syari’ah dan akhlak kemudian untuk di upayakan untuk di hayati dan di amalkan bersama-sama.

Al-Qur’an mengenlkan kepada kita beberapa tipe mad’u,. secara umum, mad’u terbagi menjadi tiga, yaitu mu’min, kafir dan munfik. Didalam al-Qur’an selalu di gambarkan bahwa sikap rasul menyampaikan risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi 2, mendukung dakwah atau menolak dakwah.

d. Tujuan Dakwah

Tujuan adalah segala sesuatu yang akan dicapai dalam satu usaha, misalnya seorang yang mempelajari ilmu pengetahuan agar supaya menjadi orang yang mengerti. Begitu juga seorang da’i apakah perorangan atau kelompok/organisasi, tentunya mempunyai suatu sasaran apa yang akan dicapai atau mungkin dicapai dalam usaha dakwahnya.

Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi, tujuan yang bersifat obyek dakwah dan materi dakwah. Dilihat dari obyek dakwah, dakwah memiliki tujuan yaitu menperbaiki seluruh manusia dalam semua aspek, sedangkan dilihat dari materi tujuan dakwah yaitu terdapat tiga tujuan, yang meliputi: Pertama, tujuan akidah yaitu tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap manusia. Kedua, tujuan hukum yaitu terbentuknya manusia yang mematuhi hukum-hukum Islam yang


(40)

telah disyari’atkan oleh Allah SWT. Ketiga, tujuan akhlak yaitu terwujudnya pribadi Muslim yang berbudi luhur dan berakhlakul karimah.

Menurut Bisri Affandi sebagaimana yang telah dikutip oleh Abd. Rosyid Shaleh dalam buku Manajemen Dakwah Islam sebagai berikut :

“Yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik dalam kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara berfikirnya berubah, way of life atau cara kehidupannya yang berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud adalah nilai-nilai agama, sedangkan kualitas adalah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi”10

Adapun tujuan yang tertinggi dari pada usaha dakwah hanya semata-mata mengharap dan mencari Ridho Allah SWT. Secara materil usaha dakwah itu diarahkan kepada tujuan antara lain:

1) Menyadari manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Karena hidup itu bukanlah semata untuk makan dan minum, sebagaimana hidupnya binatang dan tumbuh-tumbuhan, tetapi hidup manusia di samping bisa diartikan turun naiknya nafas di dalam tubuh jasmani, tetapi lapisan kedua ialah cita-cita, bahwa hidup karena kesadaran, hidup karena pertalian hari ini dengan hari yang lampau dan hari esok.

2) Mengeluarkan manusia dari kegelapan/kesesatan menuju ke arah yang terang benderang di bawah sinar petunjuk Illahi. Seorang Da’i dengan

10


(41)

dakwahnya berusaha membawa sinar terang, bukan justru membawa kegelapan dan kesesatan, di mana masyarakat semakin gandrung kepada bid’ah dalam bidang syariat dan semakin bangga dengan syirik, tahayyul dan khurofat dalam bidang I’tiqad.11

Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bahan dari seluruh aktifitas dakwah yang sama pentingnya dari pada unsur-unsurnya, seperti subyek dan obyek dakwah, metode, dan sebagainya. Bahkan dari itu tujuan dakwah sangat menentukkan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga ditentukkan atau dipengaruhi oleh tujuan dakwah. Ini disebabkan karena tujuan dakwah merupakan arah gerak.

e. Metode (Thariqah) Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”.12 Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Jadi metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan pada objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok ataupun masyarakat agar pesan-pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan.13

Adapun yang menjadi rujukan metode dakwah adalah Al-Qur’an surat Al-Nahl: [16] : 125.

11

M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Usana Offset Printing,, 1993), h. 142-143

12

M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. I, h. 160. 13

Salahudin Sanusi, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, (Semarang: Ramadhoni, 1994), h. 111


(42)









“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS, an-Nahl, 16:125)

Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga macam yaitu:

1) Bi al-Hikmah, yaitu memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah, bahwa materi yang dijelaskan tidak memberatkan orang yang dituju, tidak membebani jiwa yang hendak menerimanya.

2) Mau’izatul Hasanah, memberi nasehat dan mengingatkan orang lain dengan bahasa yang baik yang dapat menggugah hatinya sehingga mad’u bersedia dan dapat menerima nasehat tersebut.

3) Mujadalah Billati Hiya Ahsan, berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.14

f. Media (Wasilah) Dakwah

14

Nawari Ismail dan Ki. Musa Al-Mahfudz, Filsafat dakwah, Ilmu Dakwah Dan Penerapannya, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), h. 15


(43)

Agar dakwah yang dilakukan lebih cepat dan tepat tentunya berbagai bentuk komponen dakwah tidak bisa dipisahkan. Salah satu komponen yang terpenting dalam suatu proses dakwah adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah, dalam kaitan inilah komponen-komponen dakwah harus terus diberdayakan agar dapat menghasilkan guna bagi masyarakat. Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.15 Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapa tujuan dakwah yang telah ditentukan, media dakwah ini dapat berupa barang, atau material, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.

Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam mengembangkan dakwah saat ini. Apakah itu berbentuk media cetak maupun elektronik. Walaupun instrument berupa podium atau mimbar tetap ada, akan tetapi kemajuan pesat industri komunikasi serta media massa telah menyodorkan kemajuan-kemajuan media dakwah yang sangat luas dan canggih, untuk itu perlu ada penyesuaian dari suatu kondisi tabligh ke kondisi yang lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini.

15


(44)

34

A. Profil Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi.

Terlahir di Bengkulu, pada tanggal 03 Januari tahun 1946, Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi adalah putri dari keluarga pasangan Alm. KH. Bachtiar Effendy dan Ibu Yuliyani. Beliau terlahir dari keluarga yang sangat religius. Ayahnya semasa hidupnya berprofesi sebagai seorang da’I besar. Sedangkan ibunya semasa hidupnya berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yang baik.

Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi adalah da’iyah dan tokoh masyarakat Tangerang yang sangat dihormati dan rendah hati. Posisi sebagai da’iyah ini, memberikan motivasi tersendiri bagi ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi untuk berkesempatan berdakwah dan mengetahui bagaimana cara mempraktekkan dakwah diberbagai forum.

Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi mempunyai beberapa saudara kandung. beliau adalah sulung dari seorang kakak pria yaitu Fauzan Azimah SH, Heryanti BA, Nasrullah Intizam SE, Ahmad Qudsi, dan Umi Marhamah. Sejak kecil kedua orang tuanya sudah mempersiapkan bekal pendidikan agama, berupa belajar membaca al-Qur’an, cinta dengan ilmu agama yang mengharuskan beliau untuk belajar dan terus belajar.

Beliau sudah terbiasa dengan kesibukan dakwah, sama halnya dengan anak-anak seusianya, beliau juga bermain bersama teman-temannya tetapi beliau


(45)

tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai pelajar untuk menuntut ilmu. Perempuan berdarah Bengkulu ini semasa mukim di asrama tidak hanya ikut kedua orangtuanya untuk berdakwah dalam bidang ceramah, akan tetapi beliau juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah berupa ekstrakulikuler seperti, tilawatil qur’an, dan pidato.

Beliau sudah mulai belajar berdakwah dari kecil, tetapi sesudah menikah atau kurang lebih 48 tahun lalu, ternyata beliau justru lebih menyukai dan menekuni profesi dakwah mengikuti jejak ayahnya. Di usianya yang sudah matang ini, beliau masih berkecimpung di dunia dakwah atas dukungan dari sang suami tercinta Muhammad H. Lutfi S.Ag.

Beliau bukan hanya sekedar seorang da’iyah yang berani berjuang dimedan dakwah, melainkan beliau juga seorang guru atau ustadzah yang selalu membimbing dan mendidik semua anggota majelis taklimnya agar menjadi lebih baik dan berakhlakul karimah. Tidak hanya itu beliau adalah seorang istri dan ibu yang baik, karena sesibuk apapun, beliau selalu menyempatkan waktu luang untuk berkumpul dan bersenda gurau bersama keluarga besarnya.

Hingga saat ini ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi S. Ag mempunyai 5 orang anak yang sangat dibanggakanya. Diantaranya Muchlisa S. Kep, Dra. Rita Haryani Sospol, Muhammad Farhan Elvian Aksos, dan si bungsu Laila Ramdania S. Pd.

B. Pendidikan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi

Da’iyah yang sangat ramah ini tidak hanya pandai berbicara, tetapi beliau juga pandai dan aktif semasa duduk dibangku sekolah, Sejak kecil beliau


(46)

bercita-cita ingin menjadi perawat di karenakan beliau harus mengikuti jejak sang ayah menjadi seorang da’iyah. Dari kecil beliau juga sering mengikuti ibu dan ayahnya mengaji. Sehingga apapun ilmu yang diturunkan padanya selalu beliau realisasikan. Beliau sama sekali tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu agama, karena menurut sang ayah apapun ilmu itu selama baik dan membawa manfaat maka raihlah terus.

Ibu dari 5 orang anak. yang terdiri dari 3 putra dan 2 putri ini pernah menuntut ilmu di beberapa sekolah diantaranya: di SDN Palembang yang masih beranjak 6 tahun sampai selesai, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri). Tidak hanya itu karena tekadnya untuk menjunjung tinggi ilmu, maka beliau tidak membeda-bedakan antara ilmu umum dengan ilmu agama, karena menurutnya antara ilmu dunia dan ilmu akhirat itu harus seimbang.

Tidak puas dengan mengecam tamatan PGAN saja, beliau melanjutkan kembali sekolahnya di Perguruan Tinggi. Pada awalnya tidak sempat kuliah karena ayahnya tidak mengizinkan, dan akhirnya di perbolehkan untuk kuliah di IAIN Yogyakarta. Beliau melanjutkan studinya dengan mengambil Fakultas Ushuluddin Palembang Jurusan Dakwah. Menurutnya ini adalah jurusan yang tepat untuk meneruskan cita-cita sang ayah sekaligus merealisasikan dakwahnya, aga rmembawa harapan yang baik untuk ke depan dan mengedepankan prospek dakwah yang lebih maju.


(47)

C. Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Kota Tangerang 1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya

Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, apakah itu makhluk yang bernyawa maupun mahkluk yang tidak bernyawa, pasti mempunyai latar belakang atau sejarahnya masing-masing. Begitu juga dengan berdirinya Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang ini yang mempunyai sejarah yang tidak kalah menarik dengan sejarah kelahiran yang lain.

Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang tidak didirikan di atas keserba-adaan dan serba berkecukupan, melainkan ia lahir dan berkembang berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta adanya bimbingan dan dukungan sepenuhnya dari para dermawan yang tulus dan ikhlas mengorbankan sebagian hartanya dan menyumbangkan pikiran serta tenaganya dengan niat ibadah.

Dahulu dimana masyarakat ini tingkat keagamaannya masih sangat rendah sekali. Mereka belum mengetahui bagaimana caranya shalat, bagaimana rukun-rukunnya puasa, bagaimana cara membaca Al-Qur’an dan lain-lain, khususnya kaum ibu rumah tangga, dimana hari-harinya banyak disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan suami, sehingga hampir tidak ada waktu untuk belajar agama dan seluk beluknya.

Menyadari akan kekurangan ini, maka akhirnya munculah ide yang sangat bagus dari dirinya sendiri, untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan keagamaan yang biasa disebut dengan Majelis Taklim dengan nama Majelis


(48)

Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang. Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang ini berdiri pada tahun 1981.

Modal awalnya uang pribadi yang dibantu swadaya masyarakat Batu Ceper Tangerang dan sekitarnya. Majelis Taklim ini oleh warga Batu Ceper Tangerang, digunakan untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu dan tempat ini pula oleh para warga Batu Ceper Tangerang digunakan untuk menimba ilmu agama.

2. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Muhajirin

Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang didirikan dengan tujuan berbuat sesuatu demi orang lain yaitu:

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Allah SWT; b. Masyarakat menjadi tahu tentang perkembangan agama Islam;

c. Terciptanya kerukunan antar warga;

d. Masyarakat dapat mencari ilmu pengetahuan di Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang;

e. Mempererat tali silatuhrahmi.

Dengan terbentuknya rumusan tujuan-tujuan di atas, Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang berharap di dalam Perjalanannya (memberi pengajaran-pengajaran agama kepada masyarakat) menjadi yakin, mantap dan terarah. Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya :"Barang siapa yang menghendaki dunia maka ia harus menguasai ilmunya, dan barang siapa yang menghendaki akhirat maka ia harus menguasai


(49)

ilmunya dan barang siapa yang menghendaki keduanya, maka harus pula menguasai ilmu-ilmunya.”

3. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al Muhajirin

Suatu Organisasi seperti Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang tidak akan berjalan dengan baik, tanpa adanya orang-orang yang mengurusi ataupun bertanggung jawab di majelis taklim tersebut, maka harus dibuat suatu struktur kepengurusan atau struktur organisasi.

Berangkat dari tulisan di atas, maka dapat dipahami bahwa struktur organisasi dapat dilakukan sebagai kerangka kerjasama di mana orang-orang akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas serta menyusun bagian-bagian sedemikian rupa dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga dalam sistem organisasi terwujud apa yang dicita-citakan.

Yang dimaksud dengan kerangka yaitu ruang lingkup, jalur koordinasi, kegiatan dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan. Untuk mencapai misi yang diemban oleh pengurus Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang, seperti yang dituturkan oleh ketua Majelis Taklim yaitu Bunda Faridah Hanum Lutfi S. Ag, maka disusunlah sebuah bagan dan struktur organisasi sebagai berikut :


(50)

STRUKTUR dan BAGAN ORGANISASI

MASJID AL-MUHAJIRIN

Periode 1 September 2013 s/d 30 Januari 2014

KETUA

Hj. Farida Hanum Lutfi WAKIL KETUA

Ibu Ma’rifat

SEKRETARIS Ibu Khotimah Ramali

BENDAHARA Hj. Yuniar Syamsudin

SIE DIKWAH

Hj. Ni’mah

SIE PERLENGKAPAN

Ibu Damrus

SIE INFORMASI 1. Ibu Fitri July 2. Ibu Ance


(51)

a. Ketua Majelis Taklim

Jabatan ini dipegang oleh Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi S. Ag. Pada umumnya tugas seorang ketua atau pemimpin sama halnya Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang adalah mengusahakan agar yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan sebaik-baiknya dalam kerjasama yang produktif. Seorang Ketua Majelis Taklim harus bisa mengintegrasikan pandangan-pandangan anggota kelompok majelis taklim, baik mengenai situasi didalam maupun di luar kelompok yang bersangkutan.

Selain itu, harus bisa mengawasi tingkah laku anggotanya berdasarkan rumusan bersama yang telah beliau rumuskan itu dan harus menyadari dan merasakan kebutuhan-kebutuhan dan cita-cita anggota serta mewakilinya ke dalam maupun ke luar anggotanya.

b. Wakil Ketua

Jabatan Wakil Ketua ini dipegang oleh Ibu Ma’rifat. Tugas seorang wakil ketua adalah bertanggung jawab membantu apa yang menjadi tugas dari ketua majelis taklim. Jabatan ini sama beratnya dengan jabatan ketua majlis taklim, karena di sini juga diperlukan tenaga ekstra dalam membantu apa yang diperintahkan oleh seorang ketua serta menjadi penyalur aspirasi dari anggota kepada ketuanya.

c. Sekretaris

Jabatan Sekretaris ini dipegang oleh Ibu Khotimah Ramali. Sekretaris bertugas mencatat siapa saja yang menabung, mencatat siapa saja yang


(52)

menyumbang untuk anak yatim dan sebagainya. Jabatan ini diperlukan suatu ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam pembukuannya dancatatannya.

d. Bendahara

Jabatan Bendahara ini dipegang oleh Ibu Hj. Yuniar Syamsudin. Beliau bertugas memegang keuangan yang ada di Majelis Taklim Al Muhajirin Batu Ceper Indah Kota Tangerang. Sifat yang sangat jujur diperlukan dalam tugas ini, karena banyak orang yang terjerat dosa karena korupsi dengan ekonomi. Di sinilah saatnya beliau berusaha keras untuk mengamalkan apa yang diajarkan oleh ustadz tentang amanah dan kejujuran.47

Selain jabatan-jabatan di atas, dalam tugasnya mereka juga dibantu oleh seksi-seksi di antaranya sebagai berikut :

a. Seksi Dakwah

Jabatan Seksi Dakwah ini dipegang oleh Ibu Hj Ni’mah bertugas memimpin dzikir dan pembacaan Surah Yasin dan mencari guru pengajar atau ustadz/ustadzah dari luar. Maka beliau juga harus membagi waktu antara ustadz/ustdzah yang akan mengajar agar tidak bentrok. Seorang Seksi Dakwah juga siap mengaji atau memimpin jalannya pengajian apabila sang Ustadz/Ustadzah tidak hadir.

b. Seksi Perlengkapan

Jabatan Seksi Perlengkapan ini dipegang oleh Ibu Damrus. Dalam hal ini beliau bertugas melayani atau melengkapi segala kebutuhan di majelis


(53)

taklim. Adapun hal-hal yang dilakukannya selama ini adalah membeli Al-Qur’an untuk majelis taklim, menyediakan minum untuk ibu-ibu pengajian dan masih banyak lagi.

c. Seksi Informasi

Jabatan Seksi Informasi ini dipegang oleh Ibu Fitri July dan Ibu Ance. Seksi informasi ini bertugas memberi informasi apapun tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan majelis taklim dan menyampaikan informasi dari luar, misalnya mengumumkan tentang adanya perayaan hari besaragama Islam, memberi informasi tentang undangan pengajian dari luar untuk para ibu-ibu pengajian dan lain-lain.

Jabatan–jabatan yang diberikan di atas bagi ibu-ibu bukan merupakan anugerah, akan tetapi jabatan tersebut merupakan bebantanggung jawab yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Mengenai tugas-tugasnya memang terasa berat, namun demi kelancaran jalannya majelis taklim dalam mengemban amanah amar ma’ruf nahi munkar, mereka harus tetap istiqomah dalam memegang amanah.

4. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang

Program adalah suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan rencana kegiatan atau kebijakan dalam mencapai tujuan (objective). Suatu program menentukan kegiatan-kegiatan secara bertahap atau suatu rentetan kegiatan, yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu kebijakan.

Adapun program jangka pendek dan program jangka panjang MajelisTaklim Al Muhajirin Batu Ceper Kota Tangerang yaitu :


(54)

1. Mengadakan perayaan hari-hari besar Islam; 2. Mengadakan tabungan;

3. Mengadakan pengajian mingguan; 4. Menyelenggarakan manasik haji; 5. Pengelolaan zakat;

6. Mengadakan shalat sunnah tasbih; 7. Meningkatkan sarana dan prasarana;


(55)

45

CEPER INDAH KOTA TANGERANG

A. Kiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi

Pada hakekatnya Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu pelaksanaan kegiatan kiprah dakwah yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan Sosio-kultural, dalam rangka mengusahakan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan mempengaruhi cara-cara tertentu.

Dalam melakukan kiprah dakwahnya, Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi mendirikan Majelis Taklim Al Muhajirin sebagai tempat untuk membina umat di daerah sekitar tempat tinggalnya. Pendirian Majelis Taklim Al Muhajirin dilakukan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi dilatar belakangi kondisi masyarakat di Perumahan Batu Ceper Indah, sebagaimana dikatakannya berikut ini:

Awalnya saya termotivasi di perumahan batu ceper indah, umumnya disini itu 75% warganya adalah non muslim, jadi saya merasa berkewajiban untuk menegakkan dan mensyiarkan agama islam di komplek batu ceper indah ini khususnya. Kewajiban kita juga sebagai umat islam, selain dari pada itu, tugas saya di kantor kementerian agama di Jakarta barat, saya merasa terpanggil dengan kondisi dan situasi yang ada di komplek perumahan batu ceper ini.Kondisi tersebut menyebabkan tidak adanya silaturrahim di antara sesama warga, jadi dengan kondisi yang 75% tadi, jadi hidupnya nafsi-nafsi (sendiri-sendiri).1

1


(56)

Untuk membangun Majelis Taklim Al Muhajirin kiprah dakwah yang dilakukan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi adalah sebagai berikut:

Awalnya dengan saya mengumpulkan warga yaitu di awali dengan mengadakan senam kesegaran jasmani untuk mengetahui dan mendata siapa yang muslim dan yang non muslim. Jadi saya membuat satu pendekatan dengan warga yang ada di komplek ini.Jadi ga mungkin kalau saya mendatangi satu persatu, door to door, dari pintu ke pintu itu ga mungkin, terlalu mencolok dan terlalu kelihatan.

Dengan adanya saya mengadakan senam jasmani kesehatan, itu satu-persatu absen hadir, ibu tinggal dimana, dijalan apa, agama ibu apa? dan saya buatkan satu absen hadir. Dan selama saya disini belum adanya ibu-ibu PKK, dan saya masih menyatu ke PKK kota. Dan di perumahan batu ceper ini belum di adakan, jadi saya banyak bergerak di kota, di kantor kota sehingga dari situlah saya bisa mendata warga di perum batu ceper ini yang pada umumnya masih 75% non muslim.2

Tujuan pendirian Majlis Taklim Al Muhajir adalah sebagai beriku:

Tujuan saya mendirikan majelis taklim ini adalah untuk mempersatukan umat islam yang ada di komplek perumahan batu ceper indah ini. Dan saya tidak memandang orang itu dari kampung manalah itu, yg penting tekad saya, perinsip saya, mereka masih memakai rukun islamnya 5, rukun imannya 6, dan alqurannya masih 30 juz, udah masuk bersatu kita di bawah panji majelis taklim ibu” Al-muhajirin perumahan batu ceper indah tangerang ini.3

Oleh karena itu manfaat dakwah yang dilakukan Ustadzah Hanum Lutfi adalah sebagai berikut:

1. Dari mereka yang tadinya masih awam tidak mengenal al-qur’an, masih awam dengan agama, akhlak, kebaikan, ibadah, masalah agama semuanya, karena kan masalah agama kan mencakup akhlak, tauhid, ketauhidan, akidah akhlak, ibadah. Mereka sudah mengenal islam tetapi belum menjiwai. dan Alhamdulillah saat ini dengan segala daya upaya, pelan-pelan, mereka sudah menjiwai,

2. Yang tadinya tidak mengenal kerudung, masih berpakaian seronok, alis yang di tato, dan di sulam,. Sekarang akhirnya Alhamdulillah sudah menutup aurat semuanya.

2

Wawancara dengan ustadzah Hj. Farida Hanum Lutfi 3


(57)

B. Bentuk-bentukKiprah Dakwah Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi Kiprah dakwah yang dilakukan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi kepadamasyarakat merupakan upaya dalam mengembangkan pengetahuankeagamaan yang berdasarkan pada tuntutan al-Qur’an dan Sunnah yang padaakhirnya masyarakat mampu menghadapi masa depan yang lebih baik, baik didunia dan di akhirat.Akan tetapi kewajiban umat Islam untuk menyampaikan risalah secarakeseluruhan, sistematik dan mendalam tentunya tidak akan dapat dilakukanoleh semua muslim dan muslimat.

Jadi menurut Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi diperlukan seorang pemimpinatau da’i juga da’iyah yang mempunyai peranan bagi mad’unya, memilikipengetahuan yang cukup dan kemampuan seorang professional sehingga beliau layak dikatakan seorangpemimpin, guru, dan da’i.

Kebutuhan manusia terhadap dakwah Tuhan yang menciptakanmanusia sebagai makhluk mulia.Beliau mempunyai fitrah yang suci dengan desainkejiwaan yang sempurna, memiliki rasa keadilan dan keagamaan yang hanif.Pada diri manusia terkumpul potensi-potensi, baik yang positif maupun yangnegatif diantaranya manusia mempunyai akal, hati dan nurani tetapi dia jugamempunyai syahwat dan hawa nafsu.

Pada dasarnya, dakwah Bil Lisan itu sendiri adalah membekali manusiadengan informasi dan berita (pesan-pesan) yang benar, dengan pengetahuanilmiyah, kenyataan faktual dan akurat untuk membantu terbentuknya pikirandan pandangan dalam menghadapi kenyataan dan kesulitan yang dihadapi.


(58)

Beliau bukan wanita yang mudah menyerah, tetapi beliau semakin penasaranuntuk lebih mendalami ilmu agamanya, agar beliau terus mampu untukmengimplementasikan dakwahnya kepada orang lain.Pada tahun 1965 beliau menikah dengan Muhammad H. Luthfi setelah menikah beliau lebih konsentrasi dan maksimal lagi dalam berdakwah, karena beliausudah mempunyai banyak pengalaman sekaligus pengetahuan yang beliaudapatkan dari membaca.

Analisis kiprahdakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi beliau mengkategorikan dakwah bil lisansama halnya seperti pidato, ceramah, mengaji, diskusi, nasehat atau segala halyang penyampaiannya melalui lisan dengan bertujuan untuk mengajak oranglain menjadi lebih baik.

Beliau selalu menyampaikan dakwahnya tidak pernah terlepas dengan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan hadist-hadist rasulullah yang merupakan pedoman bagi umat Islam dan dasar-dasar hukum Islam. Jadi menurut saya, beliau itu bicara bukan asal sembarang bicara.Beliau bicara berdasarkan hukum yang kita pakai sebagai umat Islam.4

Di Daerah Kota Tangerang hampir seluruh masyarakatnya mengenal sosok da’iyah yang satu ini.Selain beliau adalah anak dari seorang guru besar dantokoh masyarakat Bengkulu KH.Bachtiar Effendybeliau juga mempunyai potensiyang kuat dalam berdakwah.

Figurnya sebagai da’iyah yang haus akan ilmu dan beramal,mengajak dirinya dimanapun beliau berada dan ada kesempatan, beliau tak

4


(59)

seganuntuk mengadakan suatu acara atau kegiatan-kegiatan yang bersifatkeagamaan.

Adapun bentuk dari kiprah dakwah yang dilakukan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi:

1. Dakwah Bil Lisan Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi

Penggunaan dakwah yang dilakukan dalam bentuk bil lisan ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi penulis kelompokkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

a. Ceramah, dakwah yang beliau lakukan melalui ceramah ini adalah menyampaikan pesan-pesan dan nasehat-nasehat yang baik yang membawa nilai-nilai positif kepada mad’u, yang gunanya untuk membawa mad’u menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat dan Tuhannya (Allah SWT). Selain di Kota Tangerang beliau juga pernah mendapat panggilan ceramah di luar negeri seperti di Malaysia, Thailand (Witayakarn School, Hatyai Songkhla Thailand, dan Singapura.

b. Mengaji, dakwah ini juga biasa beliau lakukan dalam setiap minggunya. Dengan mengadakan pengajian Jum’at ibu-ibu di Mjelis Taklim Batu Ceper Indah Kota Tangerang, guna menyampaikan pesan dakwah sekaligus nasehat-nasehat yang shohih dan diakhiri dengan tanya jawab dari mad’u kepada beliau.

c. Halaqah, dakwah dalam bentuk seperti ini biasanya dilakukan oleh Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi dengan memberikan pelajaran atau pengajian kepada ibu-ibu majelis taklim yang membahas tentang aqidah,


(60)

fiqih, akhlak, pengetahuan umum dan sebagainya. Dalam pengajian ini biasanya Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi memberikan suatu paper atau beberapa tafsiran ayat yang sesuai dengan temanya pada saat itu. Sehingga tugas mad’u disini tidak hanya mendengarkan tetapi mad’u juga dapat bertanya sekaligus membaca paper tersebut.

Biasanya ketiga hal ini dilakukan di majlis taklim atau di masjid. Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi tidak hanya pandai untuk berceramah tetapi beiau juga masih mau belajar atau tepatnya berkumpul bersama jama’ahnya untuk mengikuti pengajian serta membimbing jama’ahnya untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama.

Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi masih aktif hinggasaat ini untuk memberikan informasi keagamaan lewat beberapa lembarkertas yang berisi ayat-ayat al-Qur’an yang beliau sebut paper.Apa yang disampaikan, dan diamalkan oleh Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi.Dalam dakwah bil lisan yang penulis kelompokkan di atas, tidak lain semuabersumber dari al- Qur’an dan as-Sunnah yang notabennya adalah sumberutama yang mencakup keseluruhan kultur Islam yang murni.

Adapun materiyang digunakan untuk isi ceramahnya yaitu tentang : tauhid, muamalah,sejarah, akhlak dan doa-doa lainnya. Profesinya sebagai da’iyah membuat beliau bersosialisasi dengan masyarakat.


(61)

2. Dakwah Bil Qalam Ustadzah Hj. Faridah Hanum Lutfi

Bila ditelusuri di dalam tafsir Departemen Agama RI disebutkanbahwa definisi dakwah bil qalam adalah mengajak manusia dengan carabijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Allah SWT,lewat senitulisan.5

Pada zaman sekarang model dakwah seperti ini sudah mulai efektifuntuk direalisasikan.Mengingat kemajuan teknologi informasi yangmemungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkanpesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh subjek dakwah.6

Dalam hal ini ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi adalah seseorang yangmahir dalam membuat paper atau suatu tulisan yang di dalamnya berisikanayat-ayat al-Qur’an dan Hadist-hadist Nabi SAW. Yang sesuai dengan dengantema dakwah yang beliau sampaikan.

Sudah banyak sekali paper-paper yang beliau buat untuk di sebarluaskankepada jama’ah-jama’ahnya di majelis taklim yang beliau bina selama ini.Menurutnya paper itu beliau buat tidak hanya untuk di bacasaja melainkan untuk dipelajari dan dipahami oleh jama’ahnya, isinyamemang tidak banyak hanya beberapa lembar saja tiap pembahasan.Akantetapi beliau optimis bahwa seluruh jama’ahnya mampu mengerti sekaligusmemahami paper yang ditulis tersebut.

5

Departemen Agama RI, Proyek Penggandaan Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an danTafsirnya, jilid XI, juz 29(Jakarta : YPPA, 1995), h. 255.

6

Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual : Refleksi Sosial Cendikiawan Muslim, (Bandung :Mizan, 1998), h. 172


(62)

Ustadzah Hj. Faridah Hanum Luthfi berdakwahdengan membuat suatu tulisan seperti paper atau artikel yang berguna untukmemberikan informasi tentang keagamaan kepada setiap jama’ahnya.Bahkan tidak jarang pula jama’ahnya sangat antusias untuk menyebarluaskan papernya dengan cara datang kepadanya untuk meminta izin agardiperbolehkan memfotocopy tulisan-tulisannya.

Hal seperti inilah yang memacu dirinyauntuk terus menulis dan membuat paper, agar seluruh masyarakat dimanapundapat memahami dakwahnya lewat tulisan. Paper yang beliau tulis menggunakanbahasa Indonesia dan materi yang beliau gunakan untuk penulisan isi paper ini sama dengan apa yang beliau sampaikan dalam ceramahnya. Seperti :tauhid, akhlak, muamalah, dan doa-doa lainnya.

Dalam perkembangan seperti sekarang ini dakwah juga harusmenyesuaikan situasi dan kondisi karena dunia semakin berubah ke arah yanglebih maju.Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i atau da’iyah itu sendiri.Keberhasilan dan kesuksesan yang beliau raih sekarang ini, tidak beliaudapatkan dengan mudah.Justru keberhasilan itu datang karena ketekunannyadalam ajaran Islam untuk berdakwah, selalu berusaha dan mempunyai tekadyang kuat untuk meneruskan cita-cita yang beliau inginkan dari kecil.


(1)

(2)

(3)

(4)

FOTO DOKUMENTASI


(5)

(6)