EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE TARTILA UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM MEMBACA AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR.

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE TARTILA UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM

MEMBACA AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR

(Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SDN Yasahidi dan SDN Cinta Gelar Kabupaten Bandung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum

Oleh:

IMAM AMARULLOH NIM: 1107156

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE TARTILA UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM

MEMBACA AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR

(Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas V SDN Yasahidi dan SDN Cinta Gelar Kabupaten Bandung)

Telah disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Prof. Dr. Munir, M.IT NIP.196603252001121001

Pembimbing II

Dr. Rusman, M.Pd NIP. 197205051998021001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarja

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd NIP. 194902271977031002


(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Metode Tartila Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Membaca al-Qur’an di Sekolah Dasar” ini sepenuhnya karya saya sendiri . Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan


(4)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE TARTILA

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM

MEMBACA AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR

Oleh

IMAM AMARULLOH

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pengembangan Kurikulum

IMAM AMARULLOH 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(5)

ABSTRAK

Imam Amarulloh 2013

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE TARTILA UNTUK

MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM MEMBACA AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antara standar kompetensi yang seharusnya dicapai siswa dalam hal kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an serta masih kurangnya motivasi belajar siswa dalam membaca al-Qur’an dikarenakan proses pembelajarannya bersifat klasikal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik tentang perbandingan efektivitas antara metode pembelajaran tartila dengan metode metode iqra dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari penguasaan ilmu tajwid, makhraj, dan rumus tanda wakaq dalam membaca al-Qur’an. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi ekperimen dengan menggunakan desain ekperimen- kontrol. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Sekolah Dasar Negeri Yasahidi dan Sekolah Dasar Negeri Cinta Gelar Kabupaten Bandung, sedangkan populasi terjangkaunya adalah kelas V (lima) Sekolah Dasar Negeri Yasahidi dan Sekolah Dasar Negeri Cinta Gelar Kabupaten Bandung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an. Dengan awal kemampuan yang sama antara kelas eksperimen dan kontrol, masing-masing kelas menunjukkan adanya peningkatan kompetensi dalam membaca al-Qur’an setelah diberikan perlakuan, tetapi kelas eksperimen peningkatan kompetensi dalam membaca al-Qur’an lebih tinggi yaitu dengan nilai rata-rata pengauasaan membaca al-Qur’an 84,3 dibandingkan dengan metode pembelajaran iqra dengan rata-rata penguasaan membaca al-Qur’an 75,8. Dilihat dari normalisasi gain (N-gain) penguasaan membaca Al-Quran memiliki nilai yang berbeda pada kedua kelas. Kelompok eksperimen mempunyai N-gain sebesar 47,7% dan kelompok kontrol sebesar 19,0%, serta respon siswa terhadap metode pembelajaran tartila menunjukkan positif. Dengan demikian penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi dalam membaca al-Qur’an siswa kelas V Sekolah Dasar efektif jika dibandingkan dengan metode pembelajaran iqra dalam pembelajaran membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan tajwid, makhraj, waqaf.


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Pertanyaan Penelitian ...8

D. Tujuan Penelitian ...9

E. Manfaat Penelitian ...9

F. Definisi Operasional ...10

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat metode pembelajaran ...13

1. metode ...13

2. pembelajaran ...14

3. kompetensi siswa ...15

4. hakikat pembelajaran membaca al-Qur’an ...17

5. kurikulum PAI di Sekolah Dasar ...19

B. Hakikat membaca al-Qur’an...21

1. Pembacaan al-Qur’an ...21

a. kompetensi membaca al-Qur’an ...22


(7)

c. makhraj ...25

2. Pembelajaran membaca al-Qur’an ...28

a. Karekteristik Pembelajaran ...28

b. Pembelajaran Membaca al-Qur’an di Sekolah Dasar ...30

c. Karakteristik Pembelajar Anak SD ...31

d. Prinsip-prinsip pembelajaran ...35

e. Tujuan Pembelajaran Membaca al-Qur’an ...36

f. Ciri-ciri pembelajaran membaca al-Qur’an ...37

3. Metode membaca al-Qur’an ...37

a. metode tartila ...37

1. karakteristik metode pembelajaran tartila ...39

2. Tujuan metode pembelajaran tartila ...39

3. kedudukan metode pembelajaran tartila ...40

4. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran tartila ...40

5. Program tahsin tilawah metode tartila ...41

b. Metode iqra...41

1. Karakteristik metode pembelajaran Iqra...42

2. Kelebihan Metode Iqra ...42

3. Kekurangan Metode Iqra ...43

4. Tahap-tahap program Metode Pembelajaran Iqra ...43

C. Kerangka berpikir ...43

D. Hipotesis ...47

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ...48

B. Desain Penelitian ...49

C. Variabel Penelitian ...51

D. Subyek Penelitian ...52

E. Instrumen Penelitian ...53

F. Proses Pengembangan Intrumen…………...55


(8)

H. Prosedur Penelitian ...60

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ...63 B. Temuan Hasil Penelitian ...72 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...101 B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam berlangsung selama kita hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berkahir pula. Senada dengan pendapat Basuki, (2007:154 ) menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup merupakan sebuah sistem konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya, karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah tercapai. Orang yang sudah taqwa dalam bentuk Insan Kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal.

Tujuan pokok pendidikan Islam bukan hanya memenuhi anak didik dengan aspek kognitif saja tetapi tujuan pendidikan Islam yaitu mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Zakiah Derajat (1992:31) menyatakan bahwa tujuan akhir dari proses pendidikan Islam ialah insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah SWT dan akan menghadap Tuhannya.

Tujuan pendidikan Islam tidak akan tercapai kecuali melalui proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar melahirkan suatu perubahan. Perubahan itu terutama menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagaimana yang dikemukan dalam Taxonomy Bloom.

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan tersebut maka perlu usaha-usaha untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dan direalisasikan dalam kehidupan pada sekarang ini.


(10)

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan secara global, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan kebudayaan. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perbaikan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan peruabahan zaman. Untuk itu upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang mencakup pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life skill) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil dimasa mendatang. Dengan demikian peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran dan atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

Salah satu instrumen yang berperan dalam pendidikan adalah kurikulum. Menurut Sanjaya Wina (2010:16) bahwa kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisikan tentang ide-ide dan gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. Rencana tertulis itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu sistem kurikulum yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain, seperti misalnya komponen tujuan yang menjadi arah pendidikan, komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi.

Sedangkan menurut Dakir (2004:3) kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Dilihat dari penjelasan diatas jelaslah bahwa kurikulum itu merupakan program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang direncanakan, diprogramkan, dan dirancangkan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang sudah lama (masa lalu), sekarang maupun yang akan datang. Dalam kurikulum terintegrasi filsafat,


(11)

nilai-nilai, pengetahuan dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, para pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainya. Rancangan ini dimaksudkan untuk memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses bimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa, keluarga, maupun masyarakat.

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam seluruh kegaiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan perkembangan hidup manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat disusun secara sembarangan. Dalam menyusun sebuah kurikulum dibutuhkan landasan-landasan yang kuat yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Landasan-landasan tersebut menurut Dakir (2004:58) diantaranya adalah landasan perkembangan IPTEKS di dunia, dan landasan filsafat bangsa sendiri yaitu filsafat Pancasila. Begitu juga dalam mengevaluasi kurikulum dibutuhkan kecakapan yang sama sebagaimana kita menyusun kurikulum. Untuk merencanakan dan mengembangkan kurikulum dengan baik harus didasarkan pada evaluasi kurikulum yang telah terlaksana, agar dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut tidak terjadi lagi kesalahan atau kekeliruan yang sama.

Implementasi kurikulum menurut Sanjaya Wina (2008:207) pada dasarnya merupakan proses mengajar yang dilakukan guru dan proses belajar yang dilakukan siswa di dalam ataupun di luar kelas. Inilah yang dinamakan dengan proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, terjadi interaksi antara guru dan siswa yang memiliki tujuan. Interaksi yang bertujuan ini disebabkan oleh guru yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik, arif, dan bijaksana sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan anak didik. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan


(12)

ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinnya. Perilaku guru ini akan tercermin melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Berbagai metode yang digunakan dalam pembelajaran selayaknya membawa peserta didik mencapai tujuan sesuai yang diharapkan. Demikian pula pada pembelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu melakukan perbaikan atas praktek pembelajaran yang dilakukan. Kemampuan dan ketetapan guru dalam memilih metode pembelajaran yang menunjang pencapaian tujuan kurikulum dan sesuai dengan potensi siswa merupakan bagian kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut Sukmadinata (2000:87) mengatakan, “tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri”. Dengan menjadikan siswa sebagai subjek belajar, maka paradigma yang dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah terciptanya suasana belajar yang lebih demokratis, kolaboratif dan konstruktif. Suasana belajar demokratis, kolaboratif dan konstruktif akan menjadikan kelas sebagai miniatur masyarakat yang dinamis, inovatif dan kreatif serta interaksi multi arah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa semakin intens. Interaksi kelas yang kondusif akan menentukan efektifitas pembelajaran yang akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar.

Metodik umum atau metologi pengajaran telah membicarakan berbagai kemungkinan metode mengajar yang dapat digunakan dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar. (Ahmad Tafsir, 1995:33). Jadi menurutnya, dalam sebuah pengajaran itu dapat digunakan berbagai metode-metode dalam proses belajar mengajar dikelas. Misalnya dapat menggunakan sebuah metode yang akan digunakan oleh penulis yaitu metode tartila dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Dengan demikian menggunakan sebuah metode dalam sebuah proses pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada muridnya, dibarengi dengan keprofesionalan seorang guru dalam menggunakan sebuah metode mengajar


(13)

niscaya hasilnya akan membuah sebuah hasil yang baik dalam tujuan utama proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an, siswa diberikan kesempatan untuk membaca al-Qur’an dengan menggunakan ilmu tajwid menyangkut makharajnya serta tanda-tanda waqaf dalam al-Qur’an, oleh karena itu metode pembelajaran yang digunakan haruslah melibatkan peran aktif siswa terutama dalam membaca al-Qur’an, artinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca al -Qur’an dengan menggunakan ilmu tajwid, makhrajnya serta tanda wakaq dalam al-Qur’an pada proses pembelajaran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan sangat menarik jika metode pembelajaran menggunakan metode tartila karena sesuai dengan tahap perkembangan siswa, sehingga siswa merasa tertarik dan proses pembelajaran tidak terasa membosankan.

Menurut Yusuf yang diditulis dalam jurnal santri PP Khoirot.net menyatakan bahwa setelah para santri diberikan pembelajaran dengan menggunakan metode tartila, para santri tersebut merasa aktif, dan termotivasi dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar serta merasa senang pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Senada yang dilakukan oleh para siswa di Liwa bahwa mereka merasa sangat semangat dan tertarik dalam belajar membaca dan menghafalkan bacaan-bacaan al-Qur’an dengan baik dan benar (Jurnal Berita.com).

Memasukan unsur metode tartila pada proses pembelajaran selain untuk menarik keterlibatan siswa dalam belajar, juga sangat bermanfaat bagi perkembangan anak itu sendiri. Karena pada dasarnya metode tartila merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak. Misalnya untuk memperoleh pengalaman dalam kepiyawaian dalam membaca al-Qur’an, mengenal makharijul huruf, ilmu tajwid dan tanda wakaq dalam al-Qur’an. Sebenarnya masih banyak manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan belajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan metode tartila.


(14)

Sedangkan menurut Engkizar Siq yang terdapat di http//:

Engkizarqur’an.wordpress.com yang ditulis dalam jurnal internasional,

menyatakan bahwa metode tartil merupakan sebuah kaidah pengajaran dan pembelajaran al-Qur’an yang relatif baru dan belum banyak dikenal oleh guru-guru pendidikan Islam sama halnya di Indonesia maupun di Malaysia. Oleh karena itu metode ini seiring dengan perkembangan zaman, maka mengalami perkembangan pesat terutama dapat diterapkan dalam membaca al-Qur’an secara cepat, yakni dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid, makhraj serta mengetahui berbagai macam tanda waqaf dalam al-Qur’an.

Ada beberapa masalah yang menghambat pengajaran membaca al-Qur’an pada lembaga-lembaga pendidikan formal yang teridentifikasi diantaranya yaitu: pertama, pembelajaran membaca al-Qur’an pada umumnya masih bersifat klasik, artinya guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara kreatif dan inovatif. Hal ini seiring ditemukannya data empirik dilapangan berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama yang bernama Oo Saodah, A.Ma. menyatakan bahwa disekolah belum sama sekali menggunakan sebuah inovasi terbaru dalam proses belajar mengajar disekolah dikarenakan keterbatasan kemampuan gurunya serta keterbatasan alat atau media yang mendukung dalam pelaksanaan belajar mengajar dikelas. Hasilnya dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode klasikal menunjukkan kurangnya sebuah keberhasilan yang diharapkan oleh guru ketika saat mengajar dikelas, seperti siswa belum sepenuhnya bisa menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga hubungannya dengan aspek penilaian masih jauh dengan yang diharapkan sesuai dengan KKM. Selain itu juga permasalahan yang ditemukan dilapangan yaitu biasanya guru melaksanakan pengajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah dan secara umum berisi tentang penguasaan baca saja tanpa begitu menghiraukan keselarasan/ kesesuaian dalam membaca al-Qur’an dari segi aspek tajwid, makhraj, dan tanda waqaf, padahal pada hakikatnya pembelajaran membaca al-Qur’an adalah bisa membaca al-Qur’an, dan tujuan utama dari pembelajaran membaca al-Qur’an sendiri diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an berdasarkan aspek makhraj, tajwid serta tanda-tanda


(15)

waqaf dalam al-Qur’an atau bacaannya sesuai atau selaras dengan kaidah dalam membaca al-Qur’an.

Permasalahan selanjutnya yang ditemukan dilapangan berdasarkan hasil observasi disekolah dan hasil wawancara dengan guru agama yaitu, kurangnya sebuah motivasi siswa dalam membaca al-Qur’an untuk mengikuti pembelajaran di kelas dikarenakan siswa belum sepenuhnya bisa dengan tepat membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajnya, sehingga menjadikan siswa cenderung kurang aktif dan pembelajaran berpusat pada guru. Ini disebabkan karena kurangnya kemampuan siswa dalam menangkap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dikelas sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas kurang berjalan dengan baik. Serta kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan suatu metode pembelajaran yang menarik minat siswa dalam belajar dikelas, sehingga proses pembelajaran kurang dapat berjalan dengan aktif.

Oleh karena itu guru sebagai tenaga pengajar profesional harus mempunyai kemampuan untuk dapat menciptakan suatu pembelajaran yang efektif dan efisien menuju tercapainya hasil belajar yang maksimal. Guru sebagai tenaga pengajar harus mempunyai wawasan tentang pemilihan metode pembelajaran dan dapat memilih metode dan media yang sesuai dengan materi ajar, sehingga lebih mudah dalam mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.

Banyak metode pembelajaran menarik yang bisa digunakan oleh para guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa untuk siswa Sekolah Dasar, metode pembelajaran yang digunakan haruslah sesuai dengan tahapan perkembangan siswa itu sendiri. Salah satunya menggunakan metode tartila, yang seyogyanya dapat menjadikan siswa lebih cepat mempelajari bacaan al-Qur’an dan siswa dapat tertarik untuk belajar membaca al-Qur’an karena proses belajar mengajarnya bersifat menarik, sistematik dan praktis.

Penggunaan metode pembelajaran tartila pada proses pembelajaran membaca al-Qur’an diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca al -Qur’an. Metode pembelajaran ini memberi para siswa serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan sebuah metode pembelajaran tartila sesungguhnya yang dirancang oleh guru yang dituangkan dalam bentuk membaca


(16)

al-Qur’an dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid, makhraj, dan tanda waqaf dalam al-Qur’an. Dengan demikian siswa memiliki kesempatan untuk berlatih membaca al-Qur’an dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid, makhraj dan tanda waqaf dalam al-Qur’an lebih banyak serta dapat dengan cepat bisa membaguskan bacaannya dan lebih menarik dalam proses pembelajarannya.

Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai cara meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an dengan menggunakan kaidah ilmu tajwid, makraj, serta tanda-tanda waqaf dalam al-Qur’an dengan mengambil judul penelitian “Efektivitas pembelajaran metode tartila untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an di Sekolah Dasar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam peneltian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana Efektivitas Pembelajaran Metode Tartila untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Membaca al-Qur’an dibandingkan dengan metode Iqra untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an di Sekolah Dasar?

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana efektivitas penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan pembelajaran metode iqra untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dari segi penguasaan ilmu tajwid?

2. Bagaimana efektivitas penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan pembelajaran metode iqra untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dari segi penguasaan makharijul huruf?

3. Bagaimana efektivitas penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan pembelajaran metode iqra


(17)

untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dari segi penguasaan waqaf?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh data empirik tentang perbandingan efektivitas antara model pembelajaran metode tartila dengan pembelajaran metode iqra dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an.

2. Tujuan Khusus Penelitian

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh data empirik tentang efektivitas penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan pembelajaran metode iqra untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dari segi penguasaan ilmu tajwid.

b. Untuk memperoleh data empirik tentang efektivitas penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dibandingkandengan pembelajaran metode iqra untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dari segi penguasaan makharijul huruf.

c. Untuk memperoleh data empirik tentang efektivitas penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan pembelajaran metode iqra untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dari segi penguasaan waqaf.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memperkaya teori pembelajaran metode tartila pada pelajaran PAI tentang materi membaca al-Qur’an terutama kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an di Sekolah Dasar (SD) yakni:


(18)

a. Landasan dan konsep metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dengan fasih.

b. Prinsip-prinsip model pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dengan fasih.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para guru Pendidikan Agama Islam sebagai pencerahan dalam mengajar sebab selama ini metode pembelajaran tartila masih jarang digunakan pada pembelajaran membaca al-Qur’an pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

b. Bagi para pengembangan kurikulum, sebagai salah satu bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan metode pembelajaran tartila untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentang materi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar di Sekolah Dasar (SD).

F. Definisi Operasional

Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan dan variabel penelitian yang telah dikemukan sebelumya, beberapa istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Metode tartila adalah suatu program tahsin tilawah (perbaikan bacaan al-Qur’an) yang disusun untuk membantu kaum muslimin pecinta al-Qur’an untuk membaguskan bacaan al-Qur’an sebagaimana para ahli al-Qur’an membacanya. Metode Tartilaa disajikan dengan metode talaqqi yang praktis dan sistematis, sehingga memudahkan untuk dipelajari dan dipraktekkan (Abu Rabbani, 2008:2). Metode ini dirancang untuk mempermudah siswa dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) berdasarkan kaidah ilmu tajwid, makhrajnya dan serta dari segi tanda waqafnya. Serta metode ini juga diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dalam suasana yang tenang dan tentram serta menarik meskipun membahas hal-hal yang sulit atau


(19)

berat, dimana efektivitas pembelajarannya diukur berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap indikator yang ditetapkan satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) disatuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang sama. Untuk melihat efektivitas dari model pembelajaran tersebut, skor yang diperoleh dari kelompok kontrol dan eksperimen dibandingkan dengan rata-rata pencapaiannya terhadap skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran ini dapat dikatakan efektif bila rata-rata skor yang diperoleh telah mencapai atau melebihi KKM.

2. Kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an diartikan sebagai kemampuan siswa dalam mengungkapkan instruksi dan informasi yang sangat sederhana secara lisan dengan membaca al-Qur’an untuk mengiringi tindakan dalam membaca al-Qur’an dengan fasih dalam lingkungan sekolah, baik kemampuan dalam membaca al-Qur’an menggunakan ilmu tajwid,makhraj dan waqaf atau membacanya sesuai dengan kaidah membaca al-Qur’an, kemampuan untuk menghasilkan bacaan-bacaan dengan tekanan dan intonasi yang benar serta keluar suara bacaan yang bagus (makhraj), juga kemampuan untuk bisa mengenal tanda-tanda waqaf dalam al-Qur’an agar dalam melapalkan bacaannya tidak sembarangan dimana saja berhenti ketika dalam membaca al-Qur’an. Hal ini semua berhubungan dengan kemampuan/kompetensis siswa diSekolah Dasar dalam membaca al-Qur’an, tujuan yaitu agar para siswa mampu atau berkompeten dalam membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah cara membacanya.

3. Membaca al-Qur’an merupakan suatu keharusan bagi semua umat Islam, selain itu agama juga menganjurkan untuk membaca al-Qur’an bagi semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan pemerintah juga menganjurkan untuk gemar membaca al-Qur’an sesudah melakukan sholat fardu terutama sesudah sholat magrib (Kementerian Agama RI c.q Direktur Pekaponten). Dalam kaitanya dengan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an disini dituntut bagi para siswa untuk dapat membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah


(20)

-kaidah yang terdapat dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, yaitu membacanya selaras atau sesuai dengan kaidah tajwid, makhraj dan waqaf. Jadi diajurkan bagi para siswa untuk dapat membaca al-Qur’an dengan tartil, yaitu membaca al-Qur’an secara perlahan-lahan/ tidak tergesa-gesa, agar bacaannya terdengar selaras atau sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, makhraj dan waqafnya.


(21)

(22)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Setiap peneliti harus memiliki metode penelitian yang sesuai dengan jenis-jenis penelitian. Metode tersebut merupakan prosedur yang berisi langkah-langkah yang akan menuntun peneliti dalam menjalani sebuah penelitian. Sama halnya seperti yang diungkapkan oleh Sukamadinata (1990:121) Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya menguji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.

Metode penelitian terdiri atas metode kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunkan metode penelitian kuantitatif yang jenisnya adalah kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen telah dipilih menjadi metode penelitian ini karena sesuai dengan hakekat penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Menurut Sugiyono, ( 2011:72) adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Sedangkan menurut Ali (1992:140) mengatakan bahwa kuasi ekperimen hampir mirip dengan ekperimen yang sebenarnya. Perbedaannya terletak pada penggunaan subyek yaitu pada kuasi ekperimen tidak dilakukan penugasan random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang telah ada (intact group).

Selanjutnya menurut Stouffer (1950) dan Cambbell (1957) bahwa ekperimen kuasi (quasi experiment) sebagai ekperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit ekperimen, namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan pembandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan. (Tersedia online pada http://dickyh. Staff.ugm.ac.id/).


(23)

Senada dengan pendapat diatas, Sukmadinata (2004 : 226) menyatakan bahwa:

Eperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan ekperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni. Ekperimen ini biasa juga disebut ekperimen semu. Karena berbagai hal, terutama berkenaan dengan pengontrolan variabel, kemungkinan sukar sekali dapat digunakan ekperimen murni. Ekperimen kuasi bisa digunakan minimal kalau dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk matching, atau memasangkan/menjodohkan karakteristik.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menyadari bahwa tidak semua variabel dapat dikontrol dan dimanipulasi. Karena itu metode kuasi ekperimen dianggap metode yang tepat untuk penelitian ini.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design dengan pre-test dan post-test. Menurut

Sugiono (2009:116), desain ini hampir sama dengan pretest-postest control group

design, hanya pada desain ini kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol

tidak dipilih secara random.

Dalam penelitian ini, kelas eksperimen akan diberikan perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran tartila, sedangkan kelompok kontrol akan diberikan perlakuan metode pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru, yaitu metode pembelajaran dengan dengan iqra.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini:


(24)

Bagan 1 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen (A) O1 X O2

Kontrol (B) O1 _ O2

Nonequivalent Control Group Design Dengan Pre-test dan Post-test

Keterangan:

A: Kelompok Eksperimen B: Kelompok Kontrol

O1: - Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompk kontrol.

O2: - Postes dilakukan untuk mengetahui kemampuan setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan.

X: Perlakuan untuk kelompok eksperimen

Sejalan dengan penelitian yang digunakan, maka langkah penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kelompok mana yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok mana yang akan dijadikan kelompok kontrol. Kelompok yang menggunakan metode pembelajaran tartila ditetapkan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang menggunakan metode iqra ditetapkan sebagai kelompok kontrol.

2. Langkah kedua, memberikan pre-test untuk kedua kelompok, yaitu untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang bertujuan untuk


(25)

mengetahui pengetahuan dan kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan.

3. Langkah ketiga, memberikan perlakuan selama tiga kali pertemuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran tartila, sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan metode iqra.

4. Langkah terakhir, memberikan post-test untuk kedua kelompok, yaitu untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana kemampuan membaca yang diperoleh siswa setelah diberikan perlakuan. Selain itu diberikan juga angket motivasi kelompok eksperimen untuk melihat ketertarikan siswa terhadap metode pembelajaran tartila.

Kemudian, dengan menggunakan teknik statistika, yaitu teknik t-test untuk dua sampel berpasangan dicari gain atau perbedaan antara rata-rata

pre-test dan post-pre-test baik dari kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol. Teknik t-test untuk dua sampel berpasangan adalah teknik statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel berpasangan bila datanya berbentuk interval dan ratio (Sugiyono, 2006:214).

C.Varibel Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran tartila sedangkan untuk kelas kontrol diberikan perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru yaitu metode iqra.

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sugiyono (2009:61-62) mengemukakan mengenai dua variabel tersebut, yakni:

1. Variabel independen (variabel bebas), sering juga disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Variabel ini merupakan variabel yang


(26)

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)

2. Variabel dependen (variabel terikat), sering disebut sebagai variabel ouput, kriteria, konsekuen. Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Penggunaan metode pembelajaran metode tartila pada mata pelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar pada bidang studi Pendidikan Agama Islam dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Yasahidi dan metode iqra dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cinta Gelar Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, ditempatkan sebagai variabel bebas. Sedangkan kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dilihat dari segi pengusaan ilmu tajwid, makhraj dan dalam mengenal tanda wakaq ditempatkan sebagai variabel terikat. Pengaruh metode pembelajaran tartila dan metode iqra pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap kemampuan dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) ditempatkan sebagai hasil dari penelitian.

D. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya penelitian bidang lainnya ditunjukan untuk memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang besar dalam lingkup wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok kecil dalam daerah yang lebih sempit. Kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian itulah yang disebut populasi (Sukmadinata, 2005:250). Senada dengan pendapat diatas, Sugiyono (2011:117) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generelasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Sudjana dan Ibrahim (1992:71) pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan populasi sasaran (target population) dan populasi terjangkau (accesible population). Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah


(27)

Dasar Negeri (SDN) Yasahidi dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cinta Gelar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, dan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas V (lima).

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam suatu penelitian harus representatif dalam arti mewakili populasi, baik dalam karakteristik maupun jumlahnya. Sugiyono (2011:118) mengatakan bahwa:

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti membatasi sampel penelitian hanya dengan dua kelas terpilih, yaitu siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Yasahidi dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cinta Gelar Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Jadi tidak dilakukan random dalam penentuan sampel, tetapi menggunakan kelas yang sudah ada. Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Yasahidi untuk kelas eksperimen yang diberikan perlakuan menggunakan metode pembelajaran tartila, dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cinta Gelar untuk kelompok kontrol dengan menggunakan metode yang selama ini digunakan oleh guru, yaitu metode iqra.

E.Intrumen Penelitian

Suatu instrumen harus bisa mewakili apa yang akan diteliti, sehingga hasil yang diharapkan akan menghasilkan data yang sebenarnya. Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:97) “Instrumen sebagai alat pengukur data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya”. Pengertian instrumen lebih


(28)

lanjut dikemukakan oleh Sugiyono (2009:148) yang mengatakan bahwa instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur fenomena alam dan fenomena sosial yang diamati pada saat penelitian.

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu test dan non test.

1. Test

Tes pada penelitian akan diberikan pada pre-test dan post-test. Item-item soal tersebut, diambil dari materi pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas V Sekolah Dasar tentang kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) dalam membaca al-Qur’an bagi kedua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan post-test dipergunakan untuk melihat perbandingan peningkatan kemampuan membaca al-Qur’an kedua kelas. Namun sebelumnya dibuat kisi-kisi intrumen test yang mengacu pada pokok bahasan tentang penguasaan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dilihat dari penguasaan ilmu tajwid, mahkraj dan tanda wakaq.

Intrumen penelitian dilakukan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Yasahidi dan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cinta Gelar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, dengan pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

a) Menghitung nilai hasil belajar siswa, dengan lagkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengorekasi skor jawaban siswa yang benar diberikan nilai 10 2. Jumlah skor maksimal yang diperoleh siswa adalah 100

3. Nilai akhir diperoleh dengan menjumlahkan setiap item soal yang dijawab benar oleh siswa.

b) Membandingkan nilai hasil belajar antara nilai post-test kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Non-Test

Intrumen lain yang dibuat dalam penelitian ini adalah intrumen non-test berupa angket. Intrumen tersebut terdiri dari sepuluh pertanyaan. Angket diberikan kepada kelas eksperimen, sebagai kelas yang diberikan perlakuan


(29)

metode pembelajaran tartila. Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai penggunaan metode pembelajaran tartila.

F. Proses pengembangan instrumen 1. Pengujian Validitas

Intrumen soal tes dipergunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Intrumen ini disusun berdasarkan indikator suatu komptensi dasar. Oleh karena itu intrumen soal test pembelajaran kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) dengan menggunakan pembelajaran tartila ini disusun berdasarkan indikator tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006:67) bahwa “sebuah test dikatakan validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan”. Selanjutnya dikatakan bahwa “sebuah test dikatakan valid apabila test itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur” (Arikunto:2006:59). Hal yang sama juga dikatakan oleh Sukmadinta (2006:228) bahwa “suatu intrumen dikatakan valid atau validitas bila intrumen tersebut benar-benar mengukur aspek atau segi yang diukur”.

Ujicoba vaiditas soal tes ini dilaksanakan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Yasahidi Bandung. Pelaksanaan validasi melalui ujicoba soal tes pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Yasahidi Bandung dilalukan dengan jadwal yang telah disepakati. Kegiatan ujicoba ini dimulai dengan memberikan penjelasan kepada peserta test tentang tata cara menjawab soal test dan peserta test menyatakan siap untuk melakukan test. Kemudian peneliti membagikan lembaran soal test dan lembar jawaban kepada peserta test. Setelah seluruh peserta test selesai melakukan tugasnya, barulah peneliti mengumpulkan lembar soal dan lembar jawaban tersebut. Lembar jawaban ini merupakan data validasi soal test yang siap untuk diolah.

Berdasarkan jumlah instrumen yang diuji oleh sebanyak 30 responden dengan titik kritis pengujian sebesar 0,300. Dari hasil pengujian validitas yang disajikan dalam tabel di atas diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada responden dapat dikatakan valid jika setiap pertanyaan memiliki


(30)

rhitung lebih besar daripada rtabel. Dari 40 pertanyaan yang diberikan, terdapat 34 pertanyaan yang valid dan 6 lainnya tidak valid yakni no 8,9, 36,37,39, dan 40.

Untuk pengolahan validasi soal test bentuk pilihan ganda, peneliti menggunakan uji korelasi menggunakan rumus product moment dari pearson sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (2006:76), bahwa “kesejajaran dapat diartikan sebagai korelasi, sehingga untuk mengetahui validasi item digunakan teknik korelasi”. Lebih lanjut dikatakan bahwa, koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00, Bila dikatakan koefisiennya negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

 Antara 0,800 sampai dengan 1,00: sangat tinggi  Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi  Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup  Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah

 Antara 0,00 sampai dengan 0,200: sangat rendah (Arikunto, 2006:75) Dengan demikian interpretasi untuk validitas suatu intrumen menurut tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah. Sebagaimana dijelaskan oleh Sukmadinata (2006:229) bahwa validitas menunjukkan suatu derajat atau tingkatan, validitasnya tinggi, sedang, atau rendah, buka valid atau tidak valid.

Dalam mengolah butir soal bentuk objektif skor untuk item biasa diberikan dengan 1 (item yang dijawab benar) dan 0 (item yang dijawab salah), sedangkan skor total selanjutnya merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang membangun soal tersebut (Arikunto, 2006:76).

Validitas merupakan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat tersebut makin mengenai sasarannya, atau semakin menunjukan apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas menunjukan kepada ketepatan dan kecermatan test dalam menjalankan fungsi pengukurannya.


(31)

Untuk menentukan kevalidan dari item kuesioner digunakan metode korelasi product moment yaitu dengan mengkorelasikan skor total yang dihasilkan oleh masing-masing responden dengan skor masing-masing item dengan rumus :

 

 

2 2

2

 

2

 

   Y Y N X X N Y X XY N

R (Notoatmodjo, 2002:131)

Keterangan : X = skor item Y = skor total

Jika nilai koefisien korelasinya yang lebih besar dari 0,3 maka item-item tersebut dinyatakan valid (Kaplan)

2. Pengujian Reabilitas

Selain validitas sebuah test juga perlu uji reliabilitas. Sebagaimana Anderson dkk. (dalam Arikunto, 2006:87) mengatakan bahwa “persyaratan bagi sebuah test yaitu validitas dan reliabilitas ini penting. Validitas ini penting dan reliabilitas itu perlu karena menyokong terbentuknya validitas”. Lebih lanjut dikatakan bahwa sebuah test yang valid biasanya reliabel.

Sukmadinata (2006:229) menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran”. Hal sama dikatakan oleh Arikunto (2006:86) bahwa “reliabilitas test berhubungan dengan masalah ketetapan hasil test”. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu test dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika test tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian suatu intrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, bila intrumen itu dipergunakan untuk mengukur aspek yang diukur dan ditandai dengan ketepatan hasil.

Dari hasil pengujian reliabilitas diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada responden dapat dikatakan reliabel, karena memiliki rhitung = 0,923. Nilai ini lebih besar dari titik kritisnya yaitu 0,7 sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.


(32)

Reabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki tingkat reabilitas tinggi yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil yang terpercaya (reliabel). Tinggi rendahnya reabilitas, secara empiris ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reabilitas.

Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach, yaitu :

             

2

2 1 1 x i S S k k

 (Azwar, 2001 : 78)

Keterangan :

K : Jumlah Instrumen pertanyaan

2 i

S : Jumlah varians dari tiap instrumen

2 X

S : Varians dari keseluruhan instrumen

Setelah didapatkan nilai reliabilitas alpha-cronbach, lalu nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r kritis yang diambil besarnya 0,7. Jika nilai reliabilitas lebih dari 0,70 atau mendekati nilai 1,00, maka tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran semakin tinggi.

3. Taraf Kesukaran Soal

Berdasarkan hasil pengujian taraf kesukaran soal, diperoleh gambaran bahwa sebanyak 5 soal dikategorikan sebagai soal yang sukar, 21 soal dikategorikan sedang, dan 14 soal dikategorikan mudah. Secara lebih jelas data disajikan dalam tabel berikut ini.


(33)

Tabel 4.1Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tingkat

Kesukaran F No.Soal

Sukar 5 3, 8, 36, 39, dan 40

Sedang 21

1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 21, 22, 28, 31, 32, 33,

34, 37, 38

Mudah 14 9, 12, 16, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 35

Total 40

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013

4. Daya Pembeda Soal

Empat puluh soal yang diujicobakan, ada soal yang termasuk kategori dibuang, cukup, baik, dan baik sekali. Daya pembeda pada soal uji coba dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 4.2Daya Pembeda Soal Uji Coba

Daya Pembeda F No.Soal

Dibuang 3 8, 37 dan 39

Diperbaiki 3 30, 35, dan 40

Baik 4 3, 6, 9

Sangat Baik 30

1, 2, 4, 5,7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 ,22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 28, 31, 32, 33,

34, 36, 38

Total 40

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa, dari 40 soal yang diujikan hanya 3 butir soal yang tergolong harus dibuang, kemudian 3 soal harus diperbaiki, serta 4 soal dengan kategori daya pembeda yang baik. Sedangkan sisanya tergolong kedalam soal yang sangat baik. Soal-soal yang kurang mampu membedakan siswa


(34)

yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah kemampuan pokok soal untuk memberikan struktur terhadap pertanyaan. Penyebab lain seperti kekaburan butir pertanyaan. Soal yang kurang jelas dan kurang tegas perumusannya akan menyebabkan pengertian yang kurang jelas. Begitu juga soal-soal yang bersifat mendua akan menyebabkan pengertian yang berbeda-beda.

Dari hasil uji validitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda, disimpulkan hanya 34 soal yang dipakai untuk penelitian dan 6 soal tidak digunakan. Sola yang tidak digunakan yaitu soal no 8, 9, 36, 37, 39, dan 40.

G. Teknik Analisis Data

Perhitungan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan ilmu statistik. Ilmu statistik tersebut digunakan untuk mengolah dan menguji normalitas, homogenitas dan hipotesis sehingga dapat menggambarkan normalitas, homogenitas serta hipotesis penelitiannya. Penelitian ini diolah dengan menggunakan bantuan sofware komputer SPSS versi 16.

Setelah menguji pengolahan data, maka dalam penelitian ini akan menguji hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan dilapangan serta menguji analisis hasil angket yang telah diberikan kepada para siswa tentang hasil kepuasaan dalam proses belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran tartila. Pernyataan-pernyataan dalam angket diolah berdasarkan tes skala Likert. Pernyataan angket tersebut mencakup aspek sikap siswa terhadap pembelajaran. Setiap jawaban pernyataan yang bersifat positif diberi nilai 4, 3, 2, 1 sedangkan setiap jawaban pernyataan yang bersifat negatif diberi nilai 1, 2, 3, 4.

H.Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dari penelitian ini secara keseluruhan dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Melakukan observasi awal


(35)

2) Wawancara dengan guru mata pelajaran PAI

3) Studi dokumentasi mengenai materi-materi membaca al-Qur’an dalam bidang studi PAI yang diajarkan, masalah yang biasanya timbul pada saat pembelajaran, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI terutama dalam kajian materi tentang membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

b. Membuat prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu sebagai berikut: 1) Menetapkan materi dan mempelajari silabus

2) Menyusun satuan pelajaran dan rencana pelaksanaan pelajaran (RPP) yang telah ditentukan.

3) Memilih dan menentukan jenis metode pembelajaran tartila yang akan digunakan yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. 4) Membuat kisi-kisi intrumen test

5) Menyusun intrumen test penelitian berbentuk test tertulis dan lisan. Test tertulis berbentuk: pilihan ganda, sedangkan test lisan yaitu melapalkan bacaan al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kontek cara membacanya.

2. Melakukan Eksperimen

a. Mengadakan kegiatan belajar mengajar masing-masing selama dua jam pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Untuk kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru, yaitu metode iqra. Sedangkan untuk kelas eksperimen diberikan perlakuan masing-masing selama dua jam pelajaran yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran tartila sebanyak tiga kali dengan hari yang berbeda.

b. Mengadakan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

c. Mengadakan penyebaran angket sebanyak sepuluh pertanyaan mengenai penggunaan metode pembelajaran tartila terhadap kelas eksperimen.


(36)

d. Mengolah dan menganalisa data penelitian dengan menggunakan uji t dua pihak dan menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). e. Membuat kesimpulan hasil penelitian.

3. Melaporkan Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian akan dilaporkan secara tertulis dan sesuai dengan aturan-aturan dalam penulisan karya tulis ilmiah, hal tersebut sama seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (2001:173) bahwa “mengingat hasil penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah atau metode keilmuan, maka laporan hasil penelitian pada hakekatnya merupakan karya ilmiah, sehingga penulisan dan pemaparannya harus menggunakan kaidah penulisan karya ilmiah.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh butir-butir simpulan sebagai berikut:

1. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila terjadi peningkatan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan tajwid, terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan tajwid.

2. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan makhraj, terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan makhraj.

3. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan waqaf, terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan waqaf.


(38)

4. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan membaca al-Qur’an secara dilihat dari segi tajwid, makhraj dan waqaf terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan tajwid, makhraj dan waqaf.

B. Saran

Hasil penelitian memberikan gambaran kepada semua pihak, baik sekolah, guru, siswa, maupun tenaga kependidikan dan pengembang kurikulum tentang manfaat metode pembelajaran metode tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) siswa Sekolah Dasadr. Namun demikian dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi diantaranya kurangnya kesempatan siswa untuk berlatih melafalkan bacaan al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) pada proses pembelajaran. Untuk itu ada beberapa saran yang kiranya bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Bagi penelitian lebih lanjut (peneliti)

a) Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau setidaknya dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan untuk memahami penggunaan metode pembelajaran tartila dalam pembelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih).

b) Menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan menkaji lebih jauh lagi penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dengan melibatkan variabel lain atau variabel yang lebih spesifik.


(39)

c) Menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengkaji lebih jauh lagi penggunaan metode pembelajaran tartila dalam pembelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dengan skop yang lebih luas dalam konteks lain dengan konteks lain dan dengan siswa/ populasi yang lebih besar.

2. Bagi Pihak Sekolah dan Guru

a) Penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar untuk menjelaskan materi pelajaran dapat digunakan sebagai tambahan variasi mengajar bagi guru agama.

b) Penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar diharapkan dapat memberikan motivasi kepada guru-guru agama dalam mengembangkan kreativitas mereka dalam menyusun dan merancang suatu metode pengajaran.

c) Penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk menggunakan metode-metode pengajaran lain yang lebih efektif.

3. Bagi para pengembang kurikulum

Program studi pengembangan kurikulum SPs UPI dapat memberikan seminar atau workshop tentang metode pembelajaran tartila, khususnya yang berbasis pengalaman sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme guru. Pemahaman dan penguasaan metode-metode pengajaran yang efektif bagi guru-guru sudah menjadi tuntutan dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah-sekolah.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. (2005). Educationarl Theory a Quranic

Outlook. Alih Bahasa Arifin dan Zaenudin. Jakarta:Rineka Cipta.

Ali, Mohammad. (1992), Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

As’ad Humam. (2000) Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional

Arikunto, Suharsimi. (2006) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin, MA, Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke-3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003,

An-Nahlawi, Abdurrahman. 1998. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Dipenogoro. Bandung.

Budiansyah, Dasim. (2003). Model Pembelajaran PAI. Bandung: Genesindo.

Basuki, (2007) Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo. Stain Press

Departemen Agama RI. (2006). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta

Dakir. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Dick. W. Carey, (1990) The Systematic Design of Instruction, Dalas: Scott Foresman and Company.

Darajat Zakiah., (2004) Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Engkizar Siq, Konsep Pengajaran dan Pembelajaran Membaca al-Qur’an, Jurnal Internasional, diHttps://engkizarquran.wordpress.com [Online 20 Januari 2012].

Hanapi, Ade. (2009). Materi Praktis Tahsin Tilawah. Bandung: Maqdis. Hamalik, Oemar (2011) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosda Karya

., (2008) Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya


(41)

., (2008) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

.(2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

.,(2000) Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Iskandarwasid dan suhendar, D (2008) Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya

Kaplan, Robert M & P Sacuzzo, Dennis, 1993 Psycological Testing

Principles, Aplication, and Issue, California, Broks/Cole Publishing

Company .

Mardiyo. 1999. Pengajaran Al-Qur'an. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Notoatmadjo, S. 2001 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rabbani, Abu. (2008). Metode Tartila Pedoman Praktis Tahsin Tilawah. Bandung: LTQ Jendela Hati.

Ruhimat, T. (2009), Kurikulum dan Pembelajaran. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. FIP UPI

Tafsir Ahmad, (1995), Metodologi Penganjaran Islam, Bandung: Rosda Karya

Samosir Payungan, (2009) Pelajaran Tajwid Praktis, Bandung: Angkasa

Sukmadinata., (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Rosda Karya

., (2004). Penelitian Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

.,(2002) Pengembangan Kurikulum, Bandung. Rosda Karya

Surakhmad, Winarno (1980) Pengantar Interaksi Belajar-Mengajar. Bandung: Tarsito.


(42)

Sugiyono,(2011) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

., (2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sanjaya Wina ., (2010). Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Kenca Prenada Media Group

, (2006). Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudjana, Nana., (2009) Penelitian Hasil Belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

., (1995). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru al-Gesindo. Bandung

Sei H. Dt. Tombak Alam, (2011) Ilmu Tajwid, Jakarta. Amzah Sinar Grafika Offset

Saipul Amin, Jurnal Nasional, Pola Pembelajaran al-Qur’an

/docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:vQUA6WRa-jkJ:lemlit.um.ac.id/wp-di

http/:content/uploads/2009/07/73.pdf+jurnal+nasional+tentang+metode+t artila&hl=id&pid [online 20 Januari 2012].

Yusuf, Membaca al-Qur’an dengan menggunakan metode tartil.qiroati.net, Jurnal, di http://muhammadyusuf.qiraatinet.com [online 8 mei 2013]


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh butir-butir simpulan sebagai berikut:

1. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila terjadi peningkatan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan tajwid, terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan tajwid.

2. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan makhraj, terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan makhraj.

3. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan waqaf, terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan waqaf.


(2)

4. Dengan penggunaan metode pembelajaran tartila dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dibandingkan dengan penggunaan metode iqra dilihat dari segi penguasaan membaca al-Qur’an secara dilihat dari segi tajwid, makhraj dan waqaf terlihat dari hasil analisis pretes dan postes serta uji t dalam hasil penelitian. Dinyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran tartila efektif dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca al-Qur’an dilihat dari segi penguasaan tajwid, makhraj dan waqaf.

B. Saran

Hasil penelitian memberikan gambaran kepada semua pihak, baik sekolah, guru, siswa, maupun tenaga kependidikan dan pengembang kurikulum tentang manfaat metode pembelajaran metode tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) siswa Sekolah Dasadr. Namun demikian dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi diantaranya kurangnya kesempatan siswa untuk berlatih melafalkan bacaan al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih) pada proses pembelajaran. Untuk itu ada beberapa saran yang kiranya bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya:

1. Bagi penelitian lebih lanjut (peneliti)

a) Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau setidaknya dapat dijadikan sebagai studi pendahuluan untuk memahami penggunaan metode pembelajaran tartila dalam pembelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (fasih).

b) Menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan menkaji lebih jauh lagi penggunaan metode pembelajaran tartila dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dengan melibatkan variabel lain atau variabel yang lebih spesifik.


(3)

c) Menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan mengkaji lebih jauh lagi penggunaan metode pembelajaran tartila dalam pembelajaran membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dengan skop yang lebih luas dalam konteks lain dengan konteks lain dan dengan siswa/ populasi yang lebih besar.

2. Bagi Pihak Sekolah dan Guru

a) Penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar untuk menjelaskan materi pelajaran dapat digunakan sebagai tambahan variasi mengajar bagi guru agama.

b) Penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar diharapkan dapat memberikan motivasi kepada guru-guru agama dalam mengembangkan kreativitas mereka dalam menyusun dan merancang suatu metode pengajaran.

c) Penggunaan metode pembelajaran tartila dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik dan benar diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk menggunakan metode-metode pengajaran lain yang lebih efektif.

3. Bagi para pengembang kurikulum

Program studi pengembangan kurikulum SPs UPI dapat memberikan seminar atau workshop tentang metode pembelajaran tartila, khususnya yang berbasis pengalaman sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme guru. Pemahaman dan penguasaan metode-metode pengajaran yang efektif bagi guru-guru sudah menjadi tuntutan dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah-sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. (2005). Educationarl Theory a Quranic

Outlook. Alih Bahasa Arifin dan Zaenudin. Jakarta:Rineka Cipta.

Ali, Mohammad. (1992), Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

As’ad Humam. (2000) Cara Cepat Belajar Membaca al-Qur’an, Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional

Arikunto, Suharsimi. (2006) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin, MA, Reliabilitas dan Validitas, Edisi ke-3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003,

An-Nahlawi, Abdurrahman. 1998. Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Dipenogoro. Bandung.

Budiansyah, Dasim. (2003). Model Pembelajaran PAI. Bandung: Genesindo. Basuki, (2007) Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo. Stain Press Departemen Agama RI. (2006). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta

Dakir. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta

Dick. W. Carey, (1990) The Systematic Design of Instruction, Dalas: Scott Foresman and Company.

Darajat Zakiah., (2004) Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Engkizar Siq, Konsep Pengajaran dan Pembelajaran Membaca al-Qur’an, Jurnal Internasional, diHttps://engkizarquran.wordpress.com [Online 20 Januari 2012].

Hanapi, Ade. (2009). Materi Praktis Tahsin Tilawah. Bandung: Maqdis. Hamalik, Oemar (2011) Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosda Karya


(5)

., (2008) Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

.(2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

.,(2000) Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Iskandarwasid dan suhendar, D (2008) Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya

Kaplan, Robert M & P Sacuzzo, Dennis, 1993 Psycological Testing

Principles, Aplication, and Issue, California, Broks/Cole Publishing

Company .

Mardiyo. 1999. Pengajaran Al-Qur'an. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Notoatmadjo, S. 2001 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Rabbani, Abu. (2008). Metode Tartila Pedoman Praktis Tahsin Tilawah. Bandung: LTQ Jendela Hati.

Ruhimat, T. (2009), Kurikulum dan Pembelajaran. Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. FIP UPI

Tafsir Ahmad, (1995), Metodologi Penganjaran Islam, Bandung: Rosda Karya

Samosir Payungan, (2009) Pelajaran Tajwid Praktis, Bandung: Angkasa Sukmadinata., (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Rosda Karya

., (2004). Penelitian Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

.,(2002) Pengembangan Kurikulum, Bandung. Rosda Karya Surakhmad, Winarno (1980) Pengantar Interaksi Belajar-Mengajar.

Bandung: Tarsito.


(6)

Sugiyono,(2011) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

., (2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sanjaya Wina ., (2010). Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Kenca Prenada Media Group

, (2006). Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sudjana, Nana., (2009) Penelitian Hasil Belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

., (1995). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru al-Gesindo. Bandung

Sei H. Dt. Tombak Alam, (2011) Ilmu Tajwid, Jakarta. Amzah Sinar Grafika Offset

Saipul Amin, Jurnal Nasional, Pola Pembelajaran al-Qur’an

/docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:vQUA6WRa-jkJ:lemlit.um.ac.id/wp-di

http/:content/uploads/2009/07/73.pdf+jurnal+nasional+tentang+metode+t artila&hl=id&pid [online 20 Januari 2012].

Yusuf, Membaca al-Qur’an dengan menggunakan metode tartil.qiroati.net, Jurnal, di http://muhammadyusuf.qiraatinet.com [online 8 mei 2013]