UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY ) : Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN Cibogor I

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN

SIFAT

SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE

INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY )

(Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran

2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mempeoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Tanti Priatiningsih 1004396

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT- SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING

(GUIDED INQUIRY)

(Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

oleh :

Tanti Priatiningsih NIM : 1004396

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001

Pembimbing II

Dr. Pupun Nuryani, M.Pd. NIP. 196205221986032003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. H. Nana Djumhana, M.Pd. NIP.19580305 198403 1 002


(3)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING (

GUIDED INQUIRY )

(Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran

2012/2013)

Oleh Tati Priatiningsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan

© Tati Priatiningsih 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(4)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT

CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY Oleh:

Tanti Priatiningsih 1004396

Peneletian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai hasil ulangan IPA pada sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Hasil ini dapat dilihat dari hasil ulangan yang menunjukkan sebanyak 12 orang dari jumlah 43 siswa yang telah mencapai KKM atau sekitar 30%., demikian pula cara guru melaksanakan pembelajaran masih berifat konvensional yaitu hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: (1) mengetahui gambaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA materi cahaya melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cibogor I KecamatanSoreang Kabupaten Bandung; (2) mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA materi cahaya melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing di kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung; (3) mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya setelah diterapkan pendekatan inkuiri terbimbing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart yang meliputi empat komponen dalam setiap siklusnya yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dengan satu tindakan pada setiap siklusnya. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang kabupaten Bandung yang berjumlah 43 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Peningkatan hasil belajar siswa terbukti dengan hasil post test siswa, di mana dalam setiap siklusnya menunjukkan adanya peningkatan skor. Data hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada siklus 1 diperoleh nilai rata-rata sebesar 65, di mana dari 43 jumlah siswa baru 21 orang siswa yang telah mencapai KKM atau sekitar 50%. Sementara itu, ketercapaian materi dari pelaksanaan evaluasi post test pada siklus I mencapai 68,5%. Dan perolehan nilai rata-rata LKS pada siklus I sebesar 72% termasuk kategori baik.Sedangkan data hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh skor rata-rata sebesar 78, di mana dari jumlah 43 siswa yang berhasil mencapai KKM jumlahnya meningkat menjadi 38 orang atau sekitar 88%, dengan jumlah persentase ketercapaian materi dari hasil evaluasi mencapai 78,8 %. Nilai rata-rata


(5)

LKS yang dicapai pada siklus II sebesar 83,75 %, jumlah tersebut termasuk kategori sangat baik. Sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan pada penyelenggaraan perbaikan dan fasilitas pembelajaran, serta peneliti lain diharapkan dapat menggunakan metode ini untuk subyek yang lebih luas.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Hipotesis Tindakan ... 9

D. Pemecahan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 13

H. Indikator Hasil Belajar Siswa ... 15

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA ... 16

A. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran ... 16

B. Metode Guided Inquiry ... 23

C. Belajar dan Hasil Belajar ... 33

D. Pembelajaran IPA di SD ... 45


(7)

BAB III METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 53

A. Metode Penelitian ... 53

B. Model Penelitian ... 56

C. Lokasi Penelitian ... 57

D. Subyek Penelitian ... 59

E. Prosedur Penelitian ... 59

F. Instrumen Penelitian ... 63

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Deskripsi Awal Penelitian ... 68

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

C. Pembahasan Hasil Peneltian ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Rekomendasi ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 29

3.1 Keadaan Guru SDN Cibogor I ... 58

3.2 Keadaan Siswa SDN Cibogor I ... 58

3.3 Nilai dan kategorinya ... 66

4.1 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Pra Penelitian ... 69

4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 78

4.3 Distribusi Hasil Evaluasi Siswa Siklus I ... 80

4.4 Persentase Ketercapaian Materi Siklus I ... 82

4.5 Daftar dan kategori Nilai LKS Siklus I ... 84

4.6 Refleksi Tindakan Siklus I ... 89

4.7 Distribusi Hasil Evaluasi Siklus II ... 95

4.8 Persentase Ketercapaian Materi Siklus II ... 96

4.9 Daftar dan Kategori Nilai LKS Siklus II ... 97

4.9 Refleksi Tindakan Siklus II ... 99


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta mengubah perilaku, serta meningkatkan kualitas.

Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran ketidakpuasaan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang. Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan di masa yang akan datang, melainkan menyangkut kondisi dan kehidupan saat ini.


(10)

Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat.

Sekolah Dasar adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun. Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan pendidikan formal yang diatur oleh pemerintah. Pendidikan SD befungsi sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tujuan pendidikan SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar dalam mengembangkan kehidupan nya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama (Kurniasih : 2010).

Untuk mencapai tujuan pendidikan di Sekolah Dasar harus berpedoman kepada kurikulum yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 tentang standar nasional pendidkan. Juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang mengacu agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan dengan hasil pendidikan negara-negara maju.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan


(11)

tertentu. Tujuan tersebut meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah serta proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mata pelajaran.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Di dalam pembelajaran melibatkan interaksi antar guru dan peserta didik secara terencana, terarah, dan terprogram. Interaksi ini memerlukan berbagai kemampuan guru untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dalam proses belajar mengajar tersebut. Proses belajar mengajar harus melahirkan perubahan tingkah laku yang berarti (permanen) pada peserta didik. Perubaha tingkah laku ini dapat berupa perubahan kemampuan ranah kognitif, psikomotor ataupun afektif. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif melalui penggunaan berbagai pendekatan, strategi ataupun metode pembelajaran.

Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa guru juga harus mampu menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan menyenangkan sehingga tidak melahirkan sikap verbalisme bagi peserta didik. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa guru dalam proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan pendekatan pembelajaran yang monoton. Hal ini sesuai dengan tuntutan


(12)

pemerintah yang menetapkan bahwa seorang guru harus memenuhi standar proses sebagaimana dinyatakan dalam PP No. 19 Tahun 2005,

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi pesera didik.

Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah dapat mengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah siswa sehingga siswa dapat memahami konsep yang diajarkan. Oleh karena itu hendaknya pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus mempertimbangkan penggunaan metode atau model pembelajaran yang mampu menciptakan kedekatan siswa dengan apa yang sedang dipelajari, misalnya kegiatan yang berkaitan dengan gejala alam dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan pembelajaran yang di mulai dari yang sederhana dan kongkret kemudian secara bertahap dikenalkan konsep yang lebih abstrak.


(13)

Model pembelajaran dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar. Karena ia bergerak dengan kondisi kebutuhan siswa sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan kebosanan. Namun, sebaliknya siswa diharapkan dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti pelajaran dengan keingintahuan yang berkelanjutan.

Namun, kondisi di lapangan khususnya di SDN Cibogor I Kecamatan Soreang kabupaten Bandung menunjukkan bahwa beberapa tujuan pembelajaran IPA kelas 5 belum tercapai secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya hasil belajar dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran IPA, seperti peserta didik kurang menunjukkan sikap kritis ketika pembelajaran berlangsung, ketidakmampuan dalam menemukan, mengemukakan dan memecahkan masalah, kurangnya minat dan motivasi dalam mempelajari konsep-konsep IPA dan lingkungan, sehingga anak akan lebih bersikap pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPA sering dilakukan hanya dengan menggunakan metode konvensional seperti ceramah yang terkesan monoton sehingga melemahkan ketertarikan siswa terhadap pepmbelajaran yang berlangsung. Hal ini bahkan berakibat pada prestasi siwa pada mata pelajaran IPA seperti pada salah satu standar kompetensi IPA kelas V SD yaitu “ menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/mode” dengan Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya”.


(14)

Pembelajaran tentang Kompentensi Dasar di atas biasanya hanya dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan. Pada saat tes tentang materi cahaya diberikan kepada siswa kelas V SDN Cibogor I, hasil tes menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu mencapai KKM.

Hasil temuan di lapangan bahwa pada mata pelajaran IPA sub pkok bahasan materi cahaya di kelas 5 perolehan hasil belajar siswa hanya 12 siswa atau 30 % yang mencapai KKM 62, sedangkan sisanya sebanyak 31 siswa atau 70 % dari 43 siswa masih belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran IPA perlu dilakukan perbaikan

Permasalahan tersebut di atas terjadi karena hasil belajar yang diperoleh siswa pada pelajaran IPA pada umumnya disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dan text book oriented dengan keterlibatan siswa sangat minim, kurang menarik perhatian siswa dan membosankan, guru jarang sekali menggunakan alat peraga atau media pembelajaran IPA sekalipun sudah tersedia KIT IPA serta tidak terbiasa dalam melibatkan siswa melakukan percobaan.

Kondisi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini tentu akan memberikan kelemahan - kelemahan dalam proses pembelajaran didalam kelas, berikut ini kelemahan yang dialami dari pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:


(15)

2. Siswa menerima materi secara pasif hanya menghapal konsep – konsep yang ada

3. Siswa tidak terbiasa melakukan percobaan 4. Keingin tahuan siswa masih rendah

5. Siswa kurang bergairah dan kurang kreatif dalam belajar 6. Penguasaan konsep - konsep IPA sangat lemah

Mengetahui permasalahan seperti itu, penulis merasa perlu mempelajari materi cahaya, beberapa metode, dan media pembelajaran guna memperbaiki proses pembelajaran berikutnya. Salah satu yang dapat dijadikan alternative perbaikan pembelajaran adalah menggunakan metode inkuiri terbimbing (guided inquiry). Menurut ensiklopedia of educational research dalam Suryobroto :192, penemuan (inquiry) adalah suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa dalam mencapai tujuan pendidikannya. Guided Inquiry adalah cara penyajian pembelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Pada guided inquiry guru mengarahkan atau member petunjuk kepada siswa tentang materi pelajaran..

Bentuk bimbingan yang diberikan guru biasanya berupa petunjuk, arahan, pertanyaan atau dialog sehingga diharapkan siswa sampai pada kesimpulan atau generalisasi sesuai yang diinginkan guru demi mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.


(16)

Dengan menggunakan metode guided inquiry, penulis merasa yakin siswa akan lebih mudah mempelajari materi cahaya dan pembelajaranpun akan menjadi lebih bermakna, sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. Dalam hal ini juga terjadi pergeseran pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Siswa akan diajak untuk turut aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam proses menemukan pengetahuan, sehingga pengalaman yang didapatkan akan lebih bermakna. Oleh karena itu, penulis hendak mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Sub Pokok Bahasan Sifat-sifat Cahaya Melalui Penerepan Metode Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Di Kelas V SDN Cibogor I”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cibogor I kecamatan Soreang Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013?

b. Bagaimanakah pelaksananaan pembelajaran metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cibogor I kecamatan Soreang Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013?


(17)

c. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013?

C. Hipotesis Tindakan

Penelitian yang hendak dilakukan direncanakan akan terbagi menjadi tiga siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Melalui ketiga siklus tersebut diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada materi cahaya di SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Oleh karena itu hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Melalui penerapan metode pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada materi sifat-sifat cahaya di SDN Cibogor I Kecamatan Soreang kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013”.

D. Pemecahan Masalah

Adapun pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya dengan langkah-langkahnya sebagai berikut ini:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut


(18)

dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis;

2. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada , dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan;

3. Merancang Percobaan

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan;

4. Melakukan Percobaan untuk memperoleh Informasi

Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan.

5. Mengumpulkan Data dan Menganalisis Data

Guru memberi kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul;

6. Membuat Kesimpulan


(19)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melelui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi cahaya di kelas V SDN Cibogor I KecamatanSoreang Kabupaten Bandung.

2. Mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing di kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

3. Mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya setelah diterapkan pendekatan inkuiri terbimbing.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah yang obyektif mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing di kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

Secara rinci, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:


(20)

1. Manfaat Teoretis

a. Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SD/MI memiliki pengetahuan tentang teori pendekatan inkuiri terbimbing sebagai salah satu bentuk inovasi pembelajaran di SD/MI.

b. Diharapkan guru SD/MI memiliki teori pembelajaran yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi cahaya.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi siswa

1) Mendapat pengalaman pembelajaran baru yang lebih menantang, sehingga siswa dapat turut aktif dalam proses pembelajaran IPA. 2) Dapat mendorong siswa lebih kreatif, meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan berpartisipasi aktif, mengungkapkan keberanian berpendapat secara bebas.

3) Menumbuhkembangkan kebersamaan dan meningkatkan penguasaan dalam belajar khususnya tentang materi cahaya sehingga penerapan metode inkuiri terbimbing ini memungkinkan dirinya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.


(21)

b) Peneliti

1) sebagai bahan acuan dan masukan bagi penelitian selanjutnya dalam upaya meningkatkan pengembangan alternatif pembelajaran sains di sekolah dasar;

2) memberikan gambaran mengenai penggunaan penerapan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA.

c) Sekolah

1) dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan komptetensi guru dalam pembelajaran IPA

2) menemukan alternatif metode yang lebih efektif dalam menyajikan mata pelajaran IPA

3) Sebagai acuan dalam upaya meningkatkan pendidikan yang ideal di Sekolah Dasar.

G. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkahlaku baik pengetahuan, pengalaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini hasil belajar aspek kognitif.


(22)

Hasil belajar aspek kognitif yang akan diteliti meliputi jenjang C1 (kemampuan siswa untuk mengingat), C2 (kemampuan siswa untuk memahami) dan C3 (kemampuan siswa untuk menerapkan). Penilaian aspek kognitif diukur melalui lembar tes berisi soal-soal yang akan diberikan kepada siswa kemudian diberi skor penilaian dalam bentuk angka dengan rentang 0 – 100. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan indikator pembelajaran dan ketercapaian kurikulum. Sedangkan aktivitas guru dan siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Guided inquiry atau penemuan terbimbing yaitu suatu metode pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaannya guru membimbing siswa-siswanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing dan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa menemukan sesuatu. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode guided inquiry, terdapat enam tahapan yang dilakukan, yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, melaksanakan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan data dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan.


(23)

H. Indikator Hasil Belajar Siswa

Adapun indikator hasil belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif berkaitan erat dengan hasil belajar intelektual. Dari enam ranah kognitif yang telah dikemukakan Bloom hanya tiga kemampuan saja yang dikur untuk kepentingan penelitian ini, yaitu: meliputi jenjang C1 (kemampuan siswa untuk mengingat), C2 (kemampuan siswa untuk memahami) dan C3 (kemampuan siswa untuk menerapkan).

Penilaian aspek kognitif diukur melalui lembar post test berisi soal-soal yang akan diberikan kepada siswa kemudian diberi skor penilaian dalam bentuk angka dengan rentang 0 – 100. Pemberian post test sendiri diberikan di setiap akhir pembelajaran pada siklus I dan II


(24)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2002;740), metode adalah “cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki.”. “Penelitian adalah suatu tindakan kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesisi sehingga dapat dirumuskan teori atau proses gejala sosial” (Kunandar, 2010 : 42). Metode Penelitian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:740) diartikan sebagai “cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan”.

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah adalah penelitian tindakan kelas, dalam istilah Bahasa Inggris penelitian tersebut dikenal dengan nama Classroom Action Research ( CAR ). Arikunto (2009:2) menyatakan bahwa :

Penelitian tindakan kelas mengandung tiga (3) pengertian yang dapat diterangkan yaitu :

1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegitan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara danaturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.


(25)

2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Sedangkan Kunandar (2010:44-45), menyatakan bahwa :

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat dan akan melakukan penelitian tindakan kelas, agar apa yang telah dilakukan berhasil dengan baik. Adapun prinsip-prinsip dalam melakukan penelitian tindakan kelas seperti yang deijelaskan oleh Prof. Suharsimi Arikunto, dkk (2009: 6-9) adalah sebagai berikut :

1. Kegiatannya nyata dalam situasi rutin;

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja;

3. Penelitian tindakan harus dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT ( Strength – Weakness – Oppurtunity – Threat);

4. Berupaya empiris dan sistemik;

5. Mengikuti prinsip SMART ( Spesific – Managable – Acceptable Realistic – Time bound ) dalam perencanaan.


(26)

Sedangkan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menurut Kunandar (2010:58) adalah sebagai berikut :

One the job problem oriented, masalah yang diteliti dalam PTK adalah masalah riil atau nyata yang muncul di dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti.

1. Problem solving oriented, PTK berorientasi pada pemecahan masalah. 2. Improvement oriented, PTK berorientasi pada peningkatan mutu.

3. Ciclic (siklus), konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang.

4. Action oriented, dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas.

5. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

6. Scientific contextual, di mana aktifitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas. 7. Participatory, PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan

pihak lain, seperti teman sejawat.

8. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

9. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection), dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.


(27)

B. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan agar dapat memperbaiki pembelajaran di kelas (Kasbolah, 1999:14).

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988) dalam Rafi‟uddin (1996) seperti di bawah ini :

Gambar 3.1 Diagram Alur PTK

Model yang dikembangkan oleh kemmis dan Taggart pada hakekatnya berupa untaian-untaian dengan satu untaian terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Ke empat komponen yang


(28)

berupa untaian tersebut disebut siklus. Pada gambar di atas, terlihat bahwa di dalamnya terdiri atas dua siklus. Namun pada pelaksanaannya, jumlah siklus bergantung pada permasalahan yang perlu diselesaikan.

C. Lokasi Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cibogor I yang beralamat di Jalan. Raya Soreang Nomor 16 A Desa Pamekaran Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Adapun denah dari lokasi penelitian adalah dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

DENAH SEKOLAH DASAR NEGERI CIBOGOR 1

LAPANGAN UPACARA KELAS 1 KELAS 6 KELAS 5/ KELAS 4 R KOMP UTER R.KS R. GURU R TAMU KELAS III KELAS II GEDUNG DESA J L R A Y A S O R E A N G GERBANG SEKOLAH Gambar 3.2 Denah SDN Cibogor I


(29)

2. Keadaan Guru

SDN Cibogor I memilki 15 orang tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yang terdiri-dari seorang kepala sekolah, seorang tenaga tata usaha, seorang penjaga sekolah, dan 12 orang guru. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Keadaan Guru SDN Cibogor I

No. Nama Guru NIP/NUPTK Jabatan Mengajar

1. A.Wartiningsih, S.Pd.I 195403071974032001 Kepala

Sekolah V-VI 2. Imas Rochipah, A.Md. 196001041982012006 Guru kelas I 3. Tatang Rohimat, A.Md. 196106151982041002 Guru kelas IV B 4. Enung Nurjannah 196103141982042003 Guru kelas III A 5. Suryati, S.Pd. 196206211983052003 Guru kelas VI 6. Maslihah, S.Pd.I. 196206111986102004 Guru PAI I-III 7. H. Epi Hipmi B., M.Ag. 196010211985071001 Guru PAI IV-VI 8. Wawan Hermawan 196905031990051001 Guru kelas IV A 9. Rita Rostika, S.Pd. SD. 196709081991032006 Guru kelas III B 10. Elah Hayati, S.Pd. 196712202007012003 Guru kelas II B 11. W. Widianingsih, S.Pd. 196808172008012010 Guru kelas II A

12. Tanti Priatiningsih, S.sos Guru kelas V

13. Dadan Ramdan, S.Pd.I Guru Kelas II B

14. Taufiq Pribudhi, A.Md. TU

15. Dadang Sudrajat Penjaga

3. Keadaan Siswa

Tabel 3.2

Keadaan Siswa SDN Cibogor I Jumlah Siswa per Kelas

Jumlah


(30)

D. Subyek Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan siswa kelas V SDN Cibogor I yang berjumlah 43 orang siswa, yang terdiri dari 23 orang siswa perempuan dan 20 orang siswa laki-laki.

E. Prosedur Penelitian

Proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang atau siklus, sehingga diperoleh pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar tentang Sifat-sifat Cahaya di Kelas V. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus yang direncanakan mampu memenuhi kepuasaan peneliti dalam mencapai hasil yang diinginkan dan mengatasi persoalan yang ada. Siklus akan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila criteria keberhasilan atau ketuntasan belajar yang ditetapkan belum tercapai. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun rincian prosedur penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan, terlebih dahulu disusun perencanaan yang sistematis sehingga nantinya memudahkan peneliti di dalam pelaksanaan tindakan. Adapun tahap perencanaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:


(31)

a. Membuat RPP dengan menggunakan metode Guided inquiry dengan materi cahaya;

b. Merancang dan menerapkan langkah-langkah metode guided inquiry dalam pelaksanaan pembelajaran yang mencakup:

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan; 2) Merumuskan hipotesis;

3) Merancang percobaan;

4) Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi; 5) Mengumpulkan data dan menganalisis data; dan 6) Membuat kesimpulan

c. Membuat Lembar Kerja Siswa tentang percobaan membuktikan bahwa sifat cahaya merambat lurus dan pembuatan kaleidoskop untuk membuktikan bahwa cahaya dapat dipantulkan;

d. Membuat soal evaluasi berupa post test tentang materi cahaya yang sudah diajarkan;

e. Membuat lembar observasi aktifitas guru dan aktifitas siswa;

f. Memilih media/sumber belajar yang sesuai dengan materi ( alat peraga konkrit seperti: lilin, lampu, senter, kaca, potongan tripleks, gambar-gambar tentang sumber cahaya, buku-buku pelajaran yang relevan).

2. Tahap Tindakan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian dalam dua


(32)

Guru memotivasi siswa dengan membuat pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan;

Guru mendemontrasikan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan (misalnya: gambar-gambar sumber cahaya, benda-benda tembus cahaya, dan benda-benda tidak tembus cahaya);

Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 7 orang siswa dan bersifat heterogen;

Guru mengkondisikan siswa dalam beberapa meja kelompok, kemudian setiap kelompok diberi LKS;

Guru memberikan arahan singkat mengenai kegiatan percobaan yang akan dilakukan (misalnya pada siklus pertama akan melakukan percobaan untuk membuktikan apakah benar cahaya merambat lurus; kemudian pada siklus kedua akan melakukan percobaan untuk membuktikan apakah benar cahaya dapat dipantulkan);

Siswa melakukan percobaan secara berkelompok mengikuti langkah-langkah yang tercantum dalam LKS;

Siswa melaporkan hasil temuannya secara tertulis dan mempresentasekannya di depan kelas;

Guru memberikan soal evaluasi post test pada akhir pembelajaran;

Guru memberikan penguatan dan bersama-sama membuat kesimpulan tentang materi yang sudah diajarkan.


(33)

3. Tahap Observasi

Tahap observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengumpulkan data dari aktivitas yang dilakukan guru maupun siswa. Dalam melakukan penelitian ini peneliti meminta bantuan dari rekan peneliti yang sama-sama mengajar di SDN. Cibogor I, yaitu Ibu Rita Rostika, S.Pd. SD., sebagai observer.

Adapun instrument yang dipilih adalah format lembar observasi yang mencakup langkah-langkah pembelajaran. Perekaman data ini dilakukan dengan cara daftar checklist untuk setiap indicator yang muncul dalam tindakan kegiatan pembelajaran disertai dengan keterangan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang mengulas tentang perubahan yang terjadi pada siswa, guru, dan situasi pembelajaran. Dalam tahap ini peneliti dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang terjadi setelah melakukan perubahan. Keberhasilan dari setiap tindakan dapat dilihat dari hasil belajar maupun aktivitas yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil refleksi terhadap tindakan


(34)

tindakan sebelumnya maka diperlukan rencana untuk melakukan tindakan perbaikan selanjutnya. Kegiatan ini akan terus berulang dalam bentuk siklus sampai permasalahan dianggap selesai.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran yang terdiri atas standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar, metode pembelajaran, serta evaluasi dan kunci jawaban yang disusun secara berkesinambungan satu sama lain. RPP yang digunakan dalam penelitian ini adalah RPP yang menggunakan metode inkuiri terbimbing.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta didik.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 LKS yang masing-masing digunakan pada siklus pertama dan siklus kedua. Pada siklus pertama, LKS yang digunakan berisi tentang kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah benar cahaya merambat lurus. Sedangkang LKS


(35)

yang diberikan pada siklus kedua berisi tentang kegiatan siswa untuk membuktikan apakah cahaya dapat dipantulkan.

3. Test

Untuk melihat hasil yang telah dicapai peserta didik, peneliti menggunakan tes yang dilaksanakan diakhir proses pembelajaran (post test). Bentuk post test yang digunakan peneliti adalah pilihan ganda dan essai.

4. Lembar Observasi

Pedoman observasi yang dilakukan peneliti untuk mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktifitas siswa, mulai dari awal sampai akhir pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat cahaya..Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data perilaku siswa sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku siswa dalam memperbaiki pembelajaran. Lembar observasi disusun dalam bentuk daftar cocok (check list)

G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Pada tahap ini data mentah yang diperoleh dari berbagai instrumen yang meliputi observasi aktivitas guru dan siswa, tes hasil belajar, dan LKS dirangkum será dikumpulkan dalam pengolahannya. Berikut adalah pengelompokkannya:


(36)

a. Data Kualitatif

Data yang dianalisis melalui jalur kualitatif adalah data dari observasi aktivitas guru dan siswa, serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan siswa kurang memahami pokok bahasan sifat-sifat cahaya.

Analisis data setiap kegiatan dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi adalah bentuk teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber menurut Denzin (Moleong, 2000), dalam Rusmiati (2009) berupa membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan peneliti, LKS, dan hasil evaluasi post test. Untuk memperoleh data tersebut peneliti melakukan diskusi dengan observer dalam membandingkan, dan mengecek data penelitian.

b. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran. Dengan cara membuat daftar nilai, dijumlahkan, dirata-ratakan, dan diprosentasekan. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik (N) dan mencari rata-rata kelas (R) adalah sebagai berikut:


(37)

Kemudian untuk menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa, digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: ∑ ∑

Tabel 3.3 Nilai dan Katagorinya

No Nilai Presentase Kategori

1 81 – 100 81 -100 Baik Sekali

2 70 – 80 70 – 80 Baik

3 60 – 69 60 – 69 Cukup

4 40 – 59 40 – 59 Kurang

5 ≤ 39 ≤ 39 Sangat Kurang

(Wardhani, dkk, 2006: 216 dalam Sarni, 2011: 35)

2. Analisis Data

Pada dasarnya pengolahan data dan analisa data dilakukan sepanjang penelitian, secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan

Nilai � � �

x 100

Rata-rata =∑


(38)

program tindakan. Setelah data yang diperoleh dari berbagai instrument penelitian terkumpul, data tersebut disaring dan ditarik kesimpulan.


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian dan temuan-temuan dalam penelitian, penggunaan metode guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya, hal ini terbukti bahwa:

1. Dalam perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode guided inquiry, RPP yang dibuat benar-benar telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran guided inquiry, termasuk mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan agar disesuaikan dengan banyaknya siswa supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode guided inquiry, siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih aktif, mandiri, dan bertanggung jawab, hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam mempresentasekan hasil percobaannya di depan kelas, siswa berani dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat di depan kelas dan dapat menghargai pendapat orang lain dalam berdiskusi. Karena siswa melakukan sendiri/membuktikan sendiri, begitu pula kerja sama dalam kelompok terlihat saling mendukung.


(40)

sifat-test dan LKS pada setiap siklusnya, selain itu meningkatnya jumlah siswa yang mencapai nilai di atas KKM. Pada awal penelitian atau pra siklus dilaksanakan diperoleh data bahwa nilai rata-rata siswa adalah 57, sedangkan jumlah siswa yang telah dinyatakan mencapai nilai KKM sebanyak 12 orang atau sekitar 30 %. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 65, di mana dari 43 jumlah siswa baru 21 orang siswa yang telah mencapai KKM atau sekitar 50%. Sementara itu, ketercapaian materi dari pelaksanaan evaluasi post test pada siklus I mencapai 68,5%, dengan perolehan nilai rata-rata LKS pada siklus I sebesar 72% termasuk kategori baik.

Sedangkan data hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi “Pembuatan Kaleidoskop dengan Memanfaatkan Sifat-sifat Cahaya”, diperoleh skor rata-rata sebesar 78, di mana dari jumlah 43 siswa yang berhasil mencapai KKM jumlahnya meningkat menjadi 38 orang atau sekitar 88%, dengan jumlah persentase ketercapaian materi dari hasil evaluasi mencapai 78,8 %. Nilai rata-rata LKS yang dicapai pada siklus II sebesar 83,75 %, jumlah tersebut termasuk kategori sangat baik.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dikemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian


(41)

dalam upaya perbaikan kegiatan pembelajaran di SD khususnya dalam penerapan metode guided inquiry, yaitu:

1. Agar dalam penerapan metode guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus menstimulasi siswa agar dapat termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus mempunyai kemampuan untuk memperhatikan peserta didik secara individual maupun merancang strategi pembelajaran, kemampuan dalam melakukan evaluasi. Selain itu, dalam penerapan metode guided inquiry seharusnya dalam: (1) Dalam pembelajaran harus dirumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas agar dapat menciptakan kelas yang kondusif bagi anak; (2) guru harus mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai dengan konsep sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal; (3) Dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru mencoba penggunaan metode guided inquiry karena terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajarnya pun meningkat.

2. Pembelajaran dengan menerapkan metode guided inquiry dapat memfasilitasi kebutuhan siswa melalui tahapan-tahapan yang penuh dengan aktivitas, di mana siswa melakukan percobaan sendiri dan mencari tahu dan membuktikan sendiri hipotesis yang dirumuskannya.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prof., Suhardjono, Prof., Supardi, Prof., Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prof., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2012

Azmiyawati Choiril, IPA 5 Salingtemas untuk Kelas V SD/MI, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Penerbit PT. Bengawan Ilmu, 2008.

http://jurnalpendidikanislam.blogspot.com/2012/04/penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html

http://tugino230171.wordpress.com/2011/08/03/cahaya-merambat-lurus-dan-dapat-menembus-benda-benin/

Inquiry page, Http://www.inquiry.uice.edu/inquiry/process.php3.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru Edisi ke-5, Penerbit PT. Raja Grafindo Raja, Jakarta, 2010 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Penerbit PT.

Remaja Rosdakarya Bandung, 2010

Omang Wirasasmita, Drs., dkk., Pendidikan IPA 3, Universitas Terbuka, 1998

Rafi′udin. 1997. Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah disajikan dalam Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif. Angkatan ke V tahun 1996/1997. Malang: IKIP.

Sarni, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Konsep Pesawat Sederhana Melalui Pemanfaatan Alat Peraga, Skripsi PGSD FIP UPI Bandung,(2011), tidak diterbitkan

Sudjana Nana, Dr., Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011.

Surya Subrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Edisi Pertama, Penerbit PT. Rineka Cipta, 2002.

Sutarno Nono, M.Pd., dkk, Materi dan Pembelajaran IPA SD, Penerbit Universitas Terbuka, Cetakan Kesembilan, 2007.

Syamsuddin Abin, Prof., DR., H., Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Penerbit PT. Rosdakarya Bandung, 2009.


(43)

Trianto, M.Pd., Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2010. Trianto, M.Pd., Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Penerbit PT.

Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2009

Universitas Pendidikan Indonesia, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung, UPI, 2010


(1)

program tindakan. Setelah data yang diperoleh dari berbagai instrument penelitian terkumpul, data tersebut disaring dan ditarik kesimpulan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian dan temuan-temuan dalam penelitian, penggunaan metode guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya, hal ini terbukti bahwa:

1. Dalam perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode guided inquiry, RPP yang dibuat benar-benar telah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran guided inquiry, termasuk mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan agar disesuaikan dengan banyaknya siswa supaya pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode guided inquiry, siswa dapat termotivasi untuk belajar lebih aktif, mandiri, dan bertanggung jawab, hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam mempresentasekan hasil percobaannya di depan kelas, siswa berani dan percaya diri dalam mengemukakan pendapat di depan kelas dan dapat menghargai pendapat orang lain dalam berdiskusi. Karena siswa melakukan sendiri/membuktikan sendiri, begitu pula kerja sama dalam kelompok terlihat saling mendukung.


(3)

sifat-test dan LKS pada setiap siklusnya, selain itu meningkatnya jumlah siswa yang mencapai nilai di atas KKM. Pada awal penelitian atau pra siklus dilaksanakan diperoleh data bahwa nilai rata-rata siswa adalah 57, sedangkan jumlah siswa yang telah dinyatakan mencapai nilai KKM sebanyak 12 orang atau sekitar 30 %. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 65, di mana dari 43 jumlah siswa baru 21 orang siswa yang telah mencapai KKM atau sekitar 50%. Sementara itu, ketercapaian materi dari pelaksanaan evaluasi post test pada siklus I mencapai 68,5%, dengan perolehan nilai rata-rata LKS pada siklus I sebesar 72% termasuk kategori baik.

Sedangkan data hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi

“Pembuatan Kaleidoskop dengan Memanfaatkan Sifat-sifat Cahaya”,

diperoleh skor rata-rata sebesar 78, di mana dari jumlah 43 siswa yang berhasil mencapai KKM jumlahnya meningkat menjadi 38 orang atau sekitar 88%, dengan jumlah persentase ketercapaian materi dari hasil evaluasi mencapai 78,8 %. Nilai rata-rata LKS yang dicapai pada siklus II sebesar 83,75 %, jumlah tersebut termasuk kategori sangat baik.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dikemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian


(4)

dalam upaya perbaikan kegiatan pembelajaran di SD khususnya dalam penerapan metode guided inquiry, yaitu:

1. Agar dalam penerapan metode guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus menstimulasi siswa agar dapat termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus mempunyai kemampuan untuk memperhatikan peserta didik secara individual maupun merancang strategi pembelajaran, kemampuan dalam melakukan evaluasi. Selain itu, dalam penerapan metode guided inquiry seharusnya dalam: (1) Dalam pembelajaran harus dirumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas agar dapat menciptakan kelas yang kondusif bagi anak; (2) guru harus mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai dengan konsep sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal; (3) Dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru mencoba penggunaan metode guided inquiry karena terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil belajarnya pun meningkat.

2. Pembelajaran dengan menerapkan metode guided inquiry dapat memfasilitasi kebutuhan siswa melalui tahapan-tahapan yang penuh dengan aktivitas, di mana siswa melakukan percobaan sendiri dan mencari tahu dan membuktikan sendiri hipotesis yang dirumuskannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prof., Suhardjono, Prof., Supardi, Prof., Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prof., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2012

Azmiyawati Choiril, IPA 5 Salingtemas untuk Kelas V SD/MI, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Penerbit PT. Bengawan Ilmu, 2008.

http://jurnalpendidikanislam.blogspot.com/2012/04/penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html

http://tugino230171.wordpress.com/2011/08/03/cahaya-merambat-lurus-dan-dapat-menembus-benda-benin/

Inquiry page, Http://www.inquiry.uice.edu/inquiry/process.php3.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru Edisi ke-5, Penerbit PT. Raja Grafindo Raja, Jakarta, 2010 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Penerbit PT.

Remaja Rosdakarya Bandung, 2010

Omang Wirasasmita, Drs., dkk., Pendidikan IPA 3, Universitas Terbuka, 1998

Rafi′udin. 1997. Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah disajikan dalam

Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif. Angkatan ke V tahun 1996/1997. Malang: IKIP.

Sarni, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Konsep Pesawat Sederhana Melalui Pemanfaatan Alat Peraga, Skripsi PGSD FIP UPI Bandung,(2011), tidak diterbitkan

Sudjana Nana, Dr., Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011.

Surya Subrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Edisi Pertama, Penerbit PT. Rineka Cipta, 2002.

Sutarno Nono, M.Pd., dkk, Materi dan Pembelajaran IPA SD, Penerbit Universitas Terbuka, Cetakan Kesembilan, 2007.

Syamsuddin Abin, Prof., DR., H., Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Penerbit PT. Rosdakarya Bandung, 2009.


(6)

Trianto, M.Pd., Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2010. Trianto, M.Pd., Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Penerbit PT.

Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2009

Universitas Pendidikan Indonesia, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung, UPI, 2010


Dokumen yang terkait

ENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN SUMBER ENERGI CAHAYA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI SDN AJUNG 03 KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011 - 2012

0 7 13

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA MELALUI PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS V DI SDN MANGLI 01 T AHUN AJARAN 2010/2011

0 4 15

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN DENGAN METODE INKUIRI DI SDN BITING 03 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 12

IMPLEMENTASI MODEL SEQIP DENGAN MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH KELAS V SDN 4 ASEMBAGUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 4

IMPLEMENTASI MODEL SEQIP DENGAN MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH KELAS V SDN 4 ASEMBAGUS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 17

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PRAKTIKUM MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI BANJAR AGUNG UDIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

9 79 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA PADA MATERI POKOK PERUBAHAN SIFAT BENDA MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS V SDN 3 PERUMNAS WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

0 30 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI PADA MATA PELAJARAN IPA SDN 1 PENIANGAN KEC. MARGA SEKAMPUNG

0 7 52

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA (PTK pada siswa Kelas VII di SMP PGRI 2 Braja Selebah T.P. 2012/2013)

0 3 40

View of PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

0 2 13