GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG.

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

Oleh

Kiki Gustini

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Prevalensi PMS di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju. Usia remaja (15 – 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus PMS. Di Indonesia, berdasarkan Laporan Survei Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) oleh Kementrian Kesehatan RI (2011), prevalensi penyakit menular seksual (PMS) pada tahun 2011 dimana infeksi gonore dan klamidia sebesar 179 % dan sifilis sebesar 44 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa siswi kelas XI tentang penyakit menular seksual di SMA Negeri 24 Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 24 Bandung pada tanggal 4, 5, 8, 9 dan 11 Juni 2015 dengan jumlah populasi 359 orang serta jumlah sampel 190 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simpel random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan siswa siswi kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 24 Bandung diperoleh kategori tertinggi yaitu kategori cukup 119 orang responden (62,63%) memiliki pengetahuan cukup, kategori kurang 59 orang responden (31,05%) memiliki pengetahuan kurang dan untuk pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 12 orang responden (6,32%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan siswa siswi kelas XI tentang penyakit menular seksual di SMA Negeri 24 Bandung adalah kategori cukup yaitu 119 orang responden (62,63%). Oleh karena itu maka peneliti merekomendasikan agar para petugas kesehatan dapat lebih aktif lagi dalam memberikan penyuluhan tentang sistem reproduksi khususnya mengenai penyakit menular seksual di lingkungan sekolah.


(2)

THE POTRAYAL OF XI GRADE STUDENTS’ KNOWLEDGE ABOUT SEXUALLY TRANSMITTED DISEASE

IN 24 SENIOR HIGH SCHOOL BANDUNG

By

Kiki Gustini

DIII Nursing Courses

Faculty of Sport and Health Education Indonesia University of Education

ABSTRACT

The prevalence of Sexually Transmitted Disease (STD) in developing countries is higher than in advanced countries. The adolescence (15-24 years old) contributes for 25% to all sexually active population, but contributes 50% to all STD cases. According to Report of Integrated and Biologic Behavior Survey conducted by Health Ministry of Indonesian Republic (2011), the prevalence of STD in Indonesia in 2011 shows that gonorrhea and Chlamydia infection is 179% and syphilis is 44%. This study aims at discovering XI

grade students of 24 Senior High School Bandung’s knowledge about STD. It is

conducted using descriptive quantitative study in 4, 5, 8, 9 and 11 June 2015, and involved 359 population and 190 samples. Simple random sampling was used as the technique and closed questionnaire was used as the instrument. The findings of the study show that most XI grade students of 24 Senior High School Bandung (119 respondents) have adequate knowledge about STD (62.63%); next, 59 respondents (31.05%) have low knowledge about STD; and 12 respondents (6.23%) have good knowledge about STD. To

conclude, the XI grade students of 24 Senior High School Bandung’s knowledge about

STD is adequate. Therefore, the health professionals are suggested to actively conduct more counseling about reproduction system, especially about STD, in school settings.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 4

C.TujuanPenelitian ... 4

D.ManfaatPenelitian ... 4

E. Struktur Organisasi KTI ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A.Pengetahuan ... 6

1. Pengertian ... 6

2. Tingkat Pengetahuan ... 6

3. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 8

4. Faktor – faktor yang Memperngaruhi Pengetahuan... 10

B. Remaja ... 13

1. Pengertian ... 13

2. Batasan Usia Remaja ... 13

3. Pradigma Masa Remaja ... 14

4. Tahap Perkembangan ... 14

5. Tugas – tugas Perkembangan Remaja ... 12 –


(4)

Remaja ... 14

C.Penyakit Menular Seksual ... 15

D.Kerangka Teori ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. DesainPenelitian ... 20

B. Partisipan ... 20

C. Lokasi, populasidanSampelPenelitian... 20

D. Definisi Operasional ... 21

E. SubjekPenelitian ... 21

F. InstrumenPenelitian... 22

G. Prosedurpenelitian ... 23

H. Analisa Data ... 25

I. EtikaPenelitian ... 26

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

B. Pembahasan ... 33

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 35

A. Simpulan ... 35

B. Implikasi ... 35

C. Rekomendasi ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 33 Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 34 Tabel 3.3 Interpretasi Hasil ... 37 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja

Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual di SMA

Negeri 24 Bandung Berdasarkan Karakteristik... 39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja

Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual di SMA

Negeri 24 Bandung ... 40 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja

Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual di SMA


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ... 29 Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan

Remaja Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 3 Surat Permohonan Responden Lampiran 4 Informed Consent

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6 Olah Data Hasil Penelitian

Lampiran 7 Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 8 Surat Ijin Uji Validitas

Lampiran 9 Surat Keterangan Perizinan Uji Validitas Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 11 Surat Keterangan Perizinan Penelitian Lampiran 12 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang (Sarwono, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO, 2011) sebanyak 70% pasien wanita dan beberapa pasien pria yang terinfeksi gonore atau klamidia mempunyai gejala yang asimptomatik. Antara 10% – 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidia yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease. Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita.

Angka kejadian PMS dari 340 juta kasus baru yang dapat disembuhkan (sifilis, gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada laki-laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Di Amerika, jumlah wanita yang menderita infeksi klamidial 3 kali lebih tinggi dari laki- laki. Dari seluruh wanita yang menderita infeksi klamidial, golongan umur yang memberikan kontribusi yang besar ialah umur 15-24 tahun (Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2008).

Prevalensi PMS di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju. Pada perempuan hamil di dunia, angka kejadian gonore 10 – 15 kali lebih tinggi, infeksi klamidia 2 – 3 kali lebih tinggi, dan sifilis 10 – 100 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kejadiannya pada perempuan hamil di negara industri. Pada usia remaja (15 – 24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi


(9)

2

memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus PMS baru yang didapat. Kasus-kasus PMS yang terdeteksi hanya menggambarkan 50% - 80% dari semua kasus PMS yang ada di Amerika. Ini mencerminkan keterbatasan “screening” dan rendahnya pemberitaan akan PMS (Sarwono, 2011).

Di Indonesia, berdasarkan Laporan Survei Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP) oleh Kementrian Kesehatan RI (2011), prevalensi penyakit menular seksual (PMS) pada tahun 2011 dimana infeksi gonore dan klamidia sebesar 179 % dan sifilis sebesar 44 %. Pada kasus Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) selama delapan tahun terakhir mulai dari tahun 2005 – 2012 menunjukkan adanya peningkatan. Kasus baru infeksi HIV meningkat dari 859 kasus pada 2005 menjadi 21.511 kasus di tahun 2012. Sedangkan kasus baru AIDS meningkat dari 2.639 kasus pada tahun 2005 menjadi 5.686 kasus pada tahun 2012 (http://www.depkes.go.id).

Kasus PMS di Jawa Barat pada tahun 2001 – 2011 sebanyak 19.769 kasus, dimana diantaranya diketahui bahwa kasus gonore (GO) dan sifilis sebanyak 2.189 orang dan kasus HIV/AIDS 14.934 kasus. Sedangkan di Kota Bandung diketahui bahwa kasus PMS dari tahun 2007 – 2011 sebanyak 10.956 kasus, dimana kasus HIV/AIDS di daerah Bandung pada tahun 2011 mencapai 2.541 orang (Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2011).

Kota Bandung merupakan kota besar oleh karenanya, Kota Bandung tidak lepas dari permasalahan penyebaran penyakit menular seksual. Angka perkembangan penyakit menular seksual di Kota Bandung tahun 2008 terdapat 1.336 kasus PMS dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan dengan jumlah 1.777 kasus. Terjadi penurunan angka kejadian PMS pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1.115 kasus. Penyakit menular seksual di Kota Bandung pada tahun 2012 terdapat 1.419 kasus dan semuanya telah ditangani. Meski demikian, bila dibandingkan tahun 2011 lalu terdapat peningkatan jumlah kasus PMS pada tahun 2012, karena jumlah kasus PMS pada tahun 2011 yaitu sebanyak 1.278 kasus PMS. Penyakit menular seksual telah menjadi masalah tersendiri bagi pemerintah (Profil Kesehatan Kota Bandung, 2012).


(10)

3

Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial. Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan perkembangan arus moderenisasi yang mendunia serta menipisnya moral serta keimanan seseorang khususnya remaja pada saat ini. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan, ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka pemakaian narkoba di kalangan remaja, dan adanya seks bebas di kalangan remaja di luar nikah (Yudrik Jahja, 2012).

Data Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan sebanyak 5.912 wanita di umur 15 – 19 tahun secara nasional pernah melakukan hubungan seksual. Sedangkan pria di usia yang sama berjumlah 6.578, atau 3,7% pernah melakukan hubungan seks. Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus yang mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid SMA, juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian penyakit menular seksual di kalangan remaja. Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya (Surjadi, 2002 dalam Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro, 2012).

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan dari manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Tingginya angka kejadian penyakit menular seksual di kalangan remaja terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akan penyakit menular seksual. Wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari penyakit menular seksual (Notoatmodjo, 2013).


(11)

4

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan metode wawancara pada remaja sebanyak sepuluh orang responden di SMA 24 Bandung, didapatkan data bahwa delapan orang dari responden belum mengetahui tentang penyakit menular seksual. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual di SMA 24 Bandung karena menurut Wakil Kepala sekolah dan Guru BK SMA 24 Bandung, bahwa di sekolah tersebut belum pernah di lakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan terutama tentang penyakit menular seksual. Pendidikan kesehatan mengenai sistem reproduksi khususnya pendidikan kesehatan tentang penyakit menular seksual bermanfaat sebagai langkah preventif untuk mengurangi angka kejadian PMS di usia remaja sekolah dan dapat meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimanakah gambaran pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual di SMA 24 Bandung?”

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular Seksual pada siswa siswi kelas XI SMA Negeri 24 Bandung.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan ilmu keperawatan dan dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi SMA 24 Bandung


(12)

5

para siswa di sekolah terkait dalam mencegah peningkatan Penyakit Menular Seksual di kalangan remaja melalui berbagi macam pendidikan kesehatan reproduksi di lingkungan sekolah. b. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa di Program Studi DIII Keperawatan UPI mengenai gambaran pengetahuan remaja kelas XI tentang penyakit menular seksual di SMA 24 Bandung sehingga dapat menjadi langkah awal bagi perawat untuk merencanakan pemberian pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular seksual, juga sebagai tindakan preventif dan promotif untuk mencegah dampak negatif yang ditimbulkan dari penyakit menular seksual.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar dan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti hal yang sama dengan memperluas variabel dan desain penelitian yang lebih baik dari penelitian ini.

E.Struktur Organisasi Karya Tulis Ilmiah

Untuk mempermudah dalam penyusunan selanjutnya, maka penulis memberikan rancangan isi dan materi yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut: Dalam sistematika penulisan karya tulis ilmiah diantaranya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan (Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi KTI)

BAB II Kajian Pustaka (Konsep Pengetahuan, Remaja dan Penyakit Menular Seksual, Kerangka Pemikiran)

BAB III Metode Penelitian (Desain Penelitian, Partisipan, Lokasi dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrument Penelitian, Definisi Operasional, Prosedur Penelitian, dan Etika Penelitian,) BAB IV Temuan dan Pembahasan


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang atau yang sedang terjadi (Notoatmodjo, 2010). Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Sugiyono, 2011).

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi adalah tempat yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011). Waktu adalah rencana tentang jadwal yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011). Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 24 Kota Bandung yang bertempat di Jl. A. H. Nasution No. 27, Bandung, Jawa Barat, Indonesia karena menurut wakil kepala sekolah dan guru BK SMA Negeri 24 Bandung sekohlah belum pernah mendapat pendidikan kesehatan reproduksi khususnya tentang penyakit menular seksual oleh petugas kesehatan, waktu penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 4, 5, 8, 9 dan 11 Juni 2015. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret – Juni 2015.

C.Partisipan

Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas XI SMA Negeri 24 Bandung yang terbagi dalam sepuluh kelas yaitu delapan kelas Matematika dan Ilmu Alam (MIA) dan dua kelas Ilmu Ilmu Sosial (IIS).


(14)

31

D.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti atau diselidiki. Objek tersebut berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat atau di dalam alam (Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas XI di SMA 24 Bandung yang berjumlah 359 orang yang terbagi dalam sepuluh kelas yaitu delapan kelas MIA dan dua kelas IIS.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010). Sample pada penelitian ini adalah sebagian siswa siswi kelas XI MIA dan IIS di SMA Negeri 24 Bandung. Dalam menentukan jumlah sample dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus, yaitu: (Nursalam, 2011)

n

Keterangan:

n : Jumlah sample N : Jumlah populasi

d2 : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 5 % Rumus :

=

=

= 189, 1 orang = 190 orang

Dalam penelitian ini terdapat 19 orang responden yang mewakili setiap kelasnya. Peneliti membagi 190 orang responden ke dalam sepuluh kelas


(15)

32

sehingga di dapat hasil setiap kelas memiliki 19 orang perwakilan sama rata untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

Cara pengambilan sampel ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu hakikat dari pengambilan sampel secara acak sederhana adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Apabila besarnya sampel diinginkan itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk terpilih pun berbeda-beda. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan menjadi dua cara, yaitu dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian, dan dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number) (Notoatmodjo, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana dengan cara undian.

E.Instrumen Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2011). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup. Angket atau kuesioner tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada (Hidayat, 2011).

Kuesioner ini telah dibuat oleh peneliti sebelumnya yaitu Rahmawati (2012) dengan menggunakan skala guttman kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Skala guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan/ pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala Likert (Hidayat, 2011).


(16)

33

Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan dimana dalam pertanyaan tersebut disediakan pilihan jawaban “benar” atau “salah” dan responden diminta memilih satu jawaban tersebut. Pertanyaan (+) jika benar bernilai 1, jika salah bernilai 0 pertanyaan (-) jika benar bernilai 0, jika salah bernilai 1.

Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen, maka diperlukan kisi-kisi. Berikut kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini.

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuisioner

Variable Indikator No soal Jumlah

Gambaran 1. Pengertian PMS 1, 2, 3 3

Pengetahuan 2.Tanda dan Gejala 4, 5, 6, 7, 17 5

Remaja 3. Jenis PMS 8, 9, 10, 11, 12, 13, 10

Kelas XI 14, 15, 29, 30

Tentang PMS 4. Cara Pencegahan 18, 19, 20, 21 4

5. Cara Penularan 22, 23, 24 3

6. Pengobotan 16, 25, 26, 27, 28, 5

Jumlah 30

Sumber : Sarwono, 2011

Kuisioner yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik yang sejenis di luar lokasi penelitian. Uji coba instrumen dalam penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2015 pada 30 orang responden di SMA Negeri 26 Bandung.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan valid jika instrumen itu benar-benar dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2013). Berdasarkan uji coba validitas yang dilakukan di SMA Negeri 26 Bandung dengan data sebanyak 30 orang responden dengan 35 soal. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program perangkat dikomputer didapat keseluruhan nomor valid karena nilai rhitung >rtabel (0,636) namun setelah

dilakukan perhitungan ulang dengan menghapus pertanyaan yang mendapat tanda negatif di dapatkan hasil 26 pertanyaan valid karena nilai rhitung >rtabel

(0,770 – 0,777), sehingga dari 35 pertanyaan lima pertanyaan dihapus yaitu pertanyaan nomor 5, 6, 8, 11, 34 dari daftar pertanyaan karena rhitung< rtabel

<0,361 dan empat pertanyaan lainnya yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 8, 10 di perbaiki redaksinya dan mendapat persetujuan pembimbing karena empat


(17)

34

pertanyaan tersebut mewakili setiap indikator sehingga kuesioner ini dapat digunakan untuk penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Setiadi (2013) pengertian reliabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Caesar, 2012). Instrumen dikatakan reliable jika Alpha Chronbach lebih dari 0,7. Uji coba reliabilitas dari 30 orang responden dengan 35 soal di dapatkan rhitung lebih besar dari alpha cronbach

yaitu 0,772 > (0,7) sehingga kuisioner dikatakan reliable.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011).

Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Sub Variabel Definisi

Operasional

Cara

Pengukuran Alat Ukur Kategori

Skala Ukur Pengetahuan Remaja kelas XI tentang Penyakit Menular Seksual 1. Pengretia n PMS 2. Tanda dan

Gejala PMS 3. Jenis PMS 4. Cara Pencegah an 5. Cara Penularan 6. Pengobata n Kemampuan siswa siswi dalam menjawab pertanyaan mengenai PMS Responden mengisi kuesioner mengenai pengetahuan mengenai PMS

Kuesioner Baik: Jika presentase jawaban responden 76-100%. Cukup: Jika presentae jawaban responden 56-75%. Kurang: Jika presentase jawaban responden <56% Ordinal


(18)

35

G.Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah – langkah penelitian berguna untuk mempermudah dalam menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Menentukan masalah, rumusan masalah, studi kepustakaan, studi pendahuluan, penyusunan proposal penelitian dan instrumen, permohonan izin studi pendahuluan, permohohan izin uji validitas, dan permohonan izin penelitian kepada Prodi DIII Keperawatan UPI dan izin pengambilan data di SMA Negeri 24 Bandung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kontrak waktu dengan para responden, menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya penelitian, izin persetujuan penelitian dari para responden, pembagian kuesioner, pengumpulan kuesioner, pengecekan kelengkapan lembar jawaban responden, pengolahan data, analisa data dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada sampel yang sudah ditentukan di kelas XI SMA Negeri 24 Bandung, kemudian menjelaskan tentang cara mengisinya. Seluruh responden diminta untuk mengisi kuisioner sampai selesai kemudian kuesioner diambil oleh peneliti saat itu juga. Data yang diperoleh terdiri dari data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuisioner gambaran pengetahuan remaja kelas XI tentang penyakit menular seksual di SMA Negeri 24 Bandung.

3. Pengolahan dan Analisa Data a Pengolahan data hasil kuesioner

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga mehasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2013). Pengolahan data bertujuan untuk memperoleh penyajian data dan kesimpulan yang baik, data yang


(19)

36

diperoleh dari penelitian masih mentah, belum dapat memberikan informasi, maka diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2010). Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan data oleh peneliti, yaitu : editing, coding, tabulating, dan scoring.

1) Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuisioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap atau belum. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai bisa segera dilengkapi. Pada penelitian ini peneliti melakukan editing setelah menerima kuisioner yang telah diisi oleh responden, diperiksa kebenaran dan kelengkapannya. Jika ada responden yang belum lengkap dalam mengisi kuisioner, maka peneliti meminta responden tersebut untuk melengkapinya.

2) Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kode angka pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam pengolahan dan analisis data.

3) Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuisioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Tabulating dilakukan setelah jawaban kuisioner diberi kode, kemudian peneliti menghitung data dan memasukkan ke dalam tabel.

4) Scoring

Selanjutnya menetapkan pemberian skor pada angket atau kuesioner. Pada penelitian ini menggunakan pola apabila jawaban benar diberi nilai 1 dan apabila jawaban salah diberi nilai 0.


(20)

37

b Menganalisis data

Setelah semua data terkumpul dengan lengkap, tahap berikutnya adalah menganalisa data. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode penelitian ilmiah, karena dengan analisa data akan memberikan makna yang berguna untuk memecahkan masalah dalam penelitian.

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data deskriptif yang merupakan suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Analisis deskriptif berfungsi meringkas, mengklasifikasikan, dan menyajikan data (Sugiyono, 2011). Hasil diprosentasikan dengan cara pemberian skor dan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : (Nursalam, 2011)

76 – 100 % = Pengetahuan baik 56 – 75 % = Pengetahuan cukup < 56 % = Pengetahuan kurang

Dalam menentukan hasil ukur digunakan rumus :

Keterangan : P = Presentase

x = Jumlah jawaban yang benar y = Jumlah seluruh jawaban

Dalam penelitian ini tabel distribusi dan frekuensi menginformasikan hasil penelitian yang didapat, sedangkan interpretasi tabel menurut Arikunto (2009) sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi hasil

Skor Interpretasi

100 % Seluruh

76 – 99 % Hampir Seluruh

51 – 75 % Sebagian Besar

50 % Setengahnya

26 – 49 % Hampir Setengahnya

1 – 25 % Sebagian Kecil

0 % Tidak Satupun


(21)

38

H.Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut : (Hidayat, 2011).

1) Informed Consent (Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2) Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan dalam penggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3) Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


(22)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitain mengenai Gambaran Pengetahuan Siswa Siswi Kelas XI Tentang Penyakit Menular Seksual di SMA Negeri 24 Bandung berada dalam kategori hasil tertinggi adalah kategori cukup.

B.Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa implikasi yang dapat digunakan untuk peningkatan dalam keperawatan khususnya pelayanan kesehatan. Program berkelanjutan dari penelitian ini adalah memberikan pendidikan kesehatan oleh pelayanan kesehatan misalnya pendidikan kesehatan oleh intansi kesehatan atau petugas kesehatan terdekat dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tentang penyakit menular seksual, terutama pendidikan kesehatan mengenai jenis penyakit menular seksual, cara penularan dan pengobatan penyakit menular seksual.

C.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menyampaikan saran sebagai bahan masukan kepada semua pihak, diantaranya :

1. SMA Negeri 24 Bandung

Diharapkan pihak sekolah dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan atau pendidikan ataupun petugas kesehatan terkait dalam pemberian pendidikan kesehatan atau penyuluhan dan bimbingan konseling tentang PMS secara berkala terutama pendidikan kesehatan mengenai jenis PMS, cara penularan dan pengobatan PMS kepada siswa-siswi di SMA Negeri 24 Bandung.


(23)

47

2. Instansi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa/i DIII Keperawatan UPI mengenai gambaran pengetahuan remaja kelas XI tentang penyakit menular seksual sehingga perawat dan tim kesehatan lainnya dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai PMS.

3. Penelitian Selanjutnya

Diharapkan menjadi data dasar dalam penelitian selanjutnya dengan menggunakan desain penelitian yang lebih luas dengan mengubungkan variabel pengetahuan dengan sikap remaja dalam pencegahan penyakit menular seksual, serta dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

D.Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun dengan demikian masih memiliki banyak keterbatasan, diantaranya keterbatasan waktu. Penelitian ini dilaksanakan selama lima hari karena pada saat peneliti melakukan penelitian kelas XI sedang dalam tahap Ujian Kenaikan Kelas dan ada kegiatan lainnya yang diadakan oleh pihak sekolah yang mewajibkan siswa siswinya untuk mengikuti kegiatan tersebut.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M. (2012). Psikologi remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta :Rineka Cipta.

Baskaran, S. (2011). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Tentang Infeksi Menular Seksual, (Online), Skripsi, http://repositoty.usu.ac.id/handle/123456789/24068. Diakses pada tanggal : 05 April 2015 (jam 16.00 WIB).

Bethsaida, Janiwarty., dan Herri, Zan Pieter. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Suatu Teori dan Terapannya. Edisi 1. Yogyakarta : Rapha Publishing. Chuningham et al. (2012). Obsterti Williams. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, (Online), http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskes das2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf . Diakses tanggal 30 April 2015, (jam 15.15 WIB).

Hidayat, Aziz. Alimul. (2011). Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika.

Jahja, Yudrik. (2012). Psikologi Perkembangan. Edisi 2. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Kementian Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012, (Online),

http://www.depkes.go.id/download/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDO NESIA_TAHUN_2012.pdf. Diakses tanggal 02 Mei 2015, (jam 14.00) Kumalasari, I., dan Andhyantoro, I. (2012). Kesehatan Reproduksi Untuk

Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Marmi. (2013). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan (Ed. Rev). Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo, Saarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : BPSJ.

Reeder et. al . (2011). Maternity Nursing : Family, Newborn, and Women’s Health Care. Jakarta : EGC.


(25)

49

Rompas, S. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Di SMK Fajar Bolaang Mongondow Timur. (Skripsi). Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Latulangi, Manado.

Rahmawati, N. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Siswi Kelas XI Di SMA Batik 1 Surakarta Tahun 2012. (Online), http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma-39-1-noviara-7.pdf. Diakses pada tanggal : 10 Februari 2015 (jam 14.00 WIB). Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : UPI PRESS


(26)

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh Kiki Gustini NIM 1205962

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(27)

HALAMAN ORISINALITAS

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

Oleh Kiki Gustini

Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi D III Keperawatan

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Kiki Gustini 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

19 Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

KTI ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(28)

(29)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M. (2012). Psikologi remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta :Rineka Cipta.

Baskaran, S. (2011). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatra Tentang Infeksi Menular Seksual, (Online),

Skripsi, http://repositoty.usu.ac.id/handle/123456789/24068. Diakses pada tanggal : 05 April 2015 (jam 16.00 WIB).

Bethsaida, Janiwarty., dan Herri, Zan Pieter. (2013). Pendidikan Psikologi untuk

Bidan Suatu Teori dan Terapannya. Edisi 1. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Chuningham et al. (2012). Obsterti Williams. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, (Online), http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskes das2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf . Diakses tanggal 30 April 2015, (jam 15.15 WIB).

Hidayat, Aziz. Alimul. (2011). Metodologi penelitian keperawatan dan teknik

analisis data. Jakarta : Salemba Medika.

Jahja, Yudrik. (2012). Psikologi Perkembangan. Edisi 2. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Kementian Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012,

(Online),

http://www.depkes.go.id/download/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDO NESIA_TAHUN_2012.pdf. Diakses tanggal 02 Mei 2015, (jam 14.00) Kumalasari, I., dan Andhyantoro, I. (2012). Kesehatan Reproduksi Untuk

Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Marmi. (2013). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan (Ed. Rev). Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirohardjo, Saarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta : BPSJ.


(2)

49

Rompas, S. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual Di SMK

Fajar Bolaang Mongondow Timur. (Skripsi). Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Latulangi, Manado.

Rahmawati, N. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular

Seksual Siswi Kelas XI Di SMA Batik 1 Surakarta Tahun 2012. (Online),

http://stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk1/1/01-gdl-noviarahma-39-1-noviara-7.pdf. Diakses pada tanggal : 10 Februari 2015 (jam 14.00 WIB). Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah


(3)

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh Kiki Gustini NIM 1205962

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(4)

HALAMAN ORISINALITAS

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

Oleh Kiki Gustini

Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya KeperawatanProgram Studi D III Keperawatan

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Kiki Gustini 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

19 Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

KTI ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(5)

(6)