Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Eki Maryo Harahap 101121015
SKRIPSI
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
PRAKATA
Puji dan syukur kehadhirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan”.
Skripsi terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III.
3. Ibu Luftiani S.Kep, Ns, M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi Fakulatas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan.
5. Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan proposal ini. 6. Kakak saya yang tercinta Doriani Harahap yang selalu memberi semangat
(4)
7. Terima kasih banyak buat Rizki Aminah Nasution yang selalu mengajari dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Adik saya Febriani Harahap yang juga selalu memberi semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman sejawat Program Pendidikan Ners Ekstensi Keperawatan, atas bantuan dan semangat yang diberikan selama ini.
9. Terima kasih buat teman seperjuangan saya Wahyuzar Adrian, Entin Manurung, Fitri Kaneta Gayoni, yang telah yang telah sama-sama berjuang dalam menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan ini, serta tidak lupa terima kasih kepada teman satu bimbinganku Indah Permata Nauli, dan kak Endang yang banyak membantuku untuk mendapatkan informasi.
Akhir kata penulis berharap Skripsi ini dapat dilanjutkan sehingga menjadi skripsi dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Medan, Februari 2012 Penulis
(5)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Prakata ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... viii
Daftar Skema ... x
Daftar Lampiran... xi
Abstrak ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ... 5
2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 5
2.1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif ... 5
2.1.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 7
2.2. Malaria ... 11
2.2.1 Pengertian Malaria ... 11
2.2.2 Penyebab Malaria ... 11
2.2.3 Siklus Hidup Malaria ... 12
2.2.4 Cara Infeksi Malaria ... 13
2.2.5 Patologi dan Gejala Klinik... 14
(6)
2.2.7 Pencegahan Terhadap Penyakit Malaria ... 20
2.3. Keluarga ... 24
2.3.1 Defenisi Keluarga... 24
2.3.2 Tugas Kesehatan Keluraga ... 25
2.3.3 Fungsi Keluarga ... 27
2.3.4 Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat Sakit ... 28
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konseptual ... 32
2. Defenisi Operasional ... 33
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 34
2. Populasi dan Sampel ... 34
4.2.1. Populasi ... 34
4.2.2. Sampel ... 34
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
4. Pertimbangan Etik ... 35
5. Instrumen Penelitian ... 36
6. Validitas dan Relibilitas Instrumen ... 37
4.6. Pengumpulan Data ... 38
4.7. Analisa Data ... 39
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil ... 40
5.2. Pembahasan ... 48
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan ... 53
6.2. Rekomendasi ... 54
(7)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Frekue nsi Karakteristik Data Demografi Keluarga di Desa Tolang Jae Kecamatan sayur Matinggi
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 ... 41 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai
Menghindari Gigitan Nyamuk Dengan Memakai Baju Lengan Panjang Dan Celana Panjang di Desa Tolang Jae Kecamatan sayur Matinggi Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2011 ... 42 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga mengenai
Menghindari Gigitan Nyamuk Malaria Dengan Memasang Kawat Nyamuk di Jendela dan Ventilasi Rumah di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 ... 43 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai
Menghindari Gigitan Nyamuk Dengan Memasang Tirai Di Pintu Dan Jendela di Desa Tolang Jae Kecamatan
sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 ... 44 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai
Menghindari Gigitan Nyamuk Dengan Menggunakan Kelambu Saat Tidur di Desa Tolang Jae
Kecamatan sayur Matinggi Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2011 ... 45 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai
Membunuh Jentik dan Nyamuk Malaria Dewasa Dengan Penyemperotan Rumah di Desa Tolang Jae Kecamatan sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Tahun 2011 ... 45 Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai
Membunuh Jentik dan Nyamuk Malaria Dewasa Dengan Biological Control di Desa Tolang Jae
(8)
Tahun 2011 ... 46 Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai
Mengurangi Tempat Perindukan Nyamuk Malaria Dengan Menjaga Kebersihan Lingkungan
di Desa Tolang Jae Kecamatan sayur Matinggi
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 ... 47 Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang
Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
(9)
DAFTAR SKEMA
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 58
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ... 59
Lampiran 3 Perkiraan Biaya Penelitian ... 61
Lampiran 2 Jadwal Kegiatan ... 52
(11)
Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Peneliti : Eki Maryo Harahap
NIM : 101121015
Jurusan : S1 Ekstensi Keperawatan Tahun akademik : 2011/2012
ABSTRAK
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sporozoa genus plasodium
ditularkan oleh nyamuk spesies Anopeles. Dalam memutuskan rantai penularan penyakit dilakukan upaya pemberantasan nyamuk malaria baik nyamuk dewasa melalui penyemprotan maupun pemberantasan jentik yang berada disarang nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Besar sampel sebesar 45 responden keluarga yang bermukim di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Cara pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 16 – 17 Desember 2011 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu pertama data demografi dan kedua kuesioner pengetahuan keluarga tentang pencegaha penyakit malaria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria berada dalam kategori cukup (46,7%), baik (44,4%), dan kurang (8,9%). Adanya sebagian keluarga yang belum tahu cara yang benar dalam pencegahan penyakit malaria ini mungkin dikarenakan akibat kurangnya informasi yang di dapat oleh kelurga. Hal ini menunjukkan masih dibutuhkannya tambahan pengetahuan bagi keluarga dalam melakukan pencegahan penyakit malaria ini. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul ini direkomendasikan untuk meneliti tentang pengetahuan keluarga atau masyarakat dalam pengobatan atau penatalaksanaan penyakit malaria di desa Tolang Jae kecamatan Sayur Matinggi dan peran serta tenaga kesehatan dalam pencegahan serta penatalaksanaan penyakit malaria dilingkungan kerja Desa Tolang Jae kecamatan Sayur Matinggi.
(12)
Judul : Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan
Peneliti : Eki Maryo Harahap
NIM : 101121015
Jurusan : S1 Ekstensi Keperawatan Tahun akademik : 2011/2012
ABSTRAK
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sporozoa genus plasodium
ditularkan oleh nyamuk spesies Anopeles. Dalam memutuskan rantai penularan penyakit dilakukan upaya pemberantasan nyamuk malaria baik nyamuk dewasa melalui penyemprotan maupun pemberantasan jentik yang berada disarang nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Besar sampel sebesar 45 responden keluarga yang bermukim di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan. Cara pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 16 – 17 Desember 2011 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu pertama data demografi dan kedua kuesioner pengetahuan keluarga tentang pencegaha penyakit malaria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria berada dalam kategori cukup (46,7%), baik (44,4%), dan kurang (8,9%). Adanya sebagian keluarga yang belum tahu cara yang benar dalam pencegahan penyakit malaria ini mungkin dikarenakan akibat kurangnya informasi yang di dapat oleh kelurga. Hal ini menunjukkan masih dibutuhkannya tambahan pengetahuan bagi keluarga dalam melakukan pencegahan penyakit malaria ini. Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul ini direkomendasikan untuk meneliti tentang pengetahuan keluarga atau masyarakat dalam pengobatan atau penatalaksanaan penyakit malaria di desa Tolang Jae kecamatan Sayur Matinggi dan peran serta tenaga kesehatan dalam pencegahan serta penatalaksanaan penyakit malaria dilingkungan kerja Desa Tolang Jae kecamatan Sayur Matinggi.
(13)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sporozoa genus
plasodium ditularkan oleh nyamuk spesies Anopeles. Penyakit ini ditandai
dengan demam yang sering berkala (periodik) dengan berbagai derajat, kurang darah (anemia), limpa membesar, serta dengan berbagai kelompok gejala (sindroma) karena gangguan pada hati, otak, dan ginjal (Yatim, 2007). Angka kematian karena penyakit malaria diperkirakan 1 juta setahunnya, terutama penderita berusia anak-anak. Malaria menyerang daerah pedesaan dimana fasilitas kesehatan kurang memadai dan transportasi masih sukar. Golongan yang beresiko tertular malaria, antara lain: Ibu hamil, Pelancong yang tidak memiliki kekebalan terhadap malaria, pengungsi, pekerja yang berpindah ke tempat yang endemis malaria (Yatim,2007).
Salah satu publikasi mengemukakan bahwa penyakit malaria menjadi masalah di 100 negara di dunia, menimpa lebih dari 2 juta penduduk. Diperkirakan dalam setahun malaria menyerang 300 juta penduduk, 90% dari jumlah ini ada di negara tropis di Afrika. (Yatim, 2007). Kasus malaria klinis tahun 2009 di Indonesia dilaporkan sebanyak 1.143.024 kasus. Sebesar 75,5% dari kasus tersebut diperiksa sediaan darahnya, dan dihasilkan 23,1% sediaan darah positif (Depkes, 2009).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara jumlah penderita penyakit malaria di beberapa kabupaten/kota, yaitu: Mandailing
(14)
Natal 5.927 orang, Nias 964 orang, Tapanuli Selatan 668 orang, Tapanuli Tengah 618 orang, Tapanuli Utara 280 orang, Labuhan Batu 3.723 orang, Asahan 986 orang, Simalungun 27 orang, Dairi 120 orang, Karo 16 orang, Langkat 23 orang, Nias Selatan 2.314 orang, Humbang Hasundutan 30 orang, Samosir 29 orang dan Serdang Bedagai 7 orang (Dinkes, 2007).
Berdasarkan data dari Puskesmas Kecamatan Sayur Matinggi (2010-2011) jumlah penderita malaria sebanyak 636 orang. Diantaranya terdapat pada desa Tolang Jae yaitu penderita berjumlah 56 orang, 35 orang diantaranya adalah ibu hamil. Dalam memutuskan rantai penularan penyakit dilakukan upaya pemberantasan nyamuk malaria baik nyamuk dewasa melalui penyemprotan maupun pemberantasan jentik yang berada disarang nyamuk. Penataan lingkungan sehingga jentik tidak tumbuh atau penyemprotan bahan pembunuh jentik nyamuk sangatlah penting. Selain itu dilakukan upaya untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk melalui promosi penggunaan kelambu di masyarakat, penggunaan obat gosok penolak gigitan nyamuk dan lain-lain (Zulkoni, 2010).
Faktor yang cukup penting adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap malaria. Dengan pengetahuan atau persepsi yang benar terhadap penyakit seseorang atau masyarakat akan tumbuh partisipasi dalam upaya penanggulangan penyakit tersebut. Apabila malaria dianggap suatu penyakit berbahaya dan menular, maka seseorang akan berupaya menghindari atau mencegah agar tidak terkena malaria dan apabila sedang sakit akan berupaya mencari pengobatan untuk kesembuhan penyakit atau jika pernah terserang
(15)
sakit maka segara diatasi agar terhindar dari penularan penyakit (manalu, 2008)
Kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam upaya pengendalian malaria seperti kebiasaan di luar rumah atau beraktivitas pada malam hari tanpa perlindungan dari gigitan nyamuk dan adanya penebangan hutan bakau oleh masyarakat yang akan mengakibatkan terbentuknya perindukan baru vektor malaria (P.N Harijanto, dkk 2010).
Sesuai dengan survei awal peneliti di desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi, dari dari 10 keluarga mengatakan jarang sekali melakukan pencegahan malaria karena terlalu sibuk untuk bekerja sehingga tempat perindukan malaria semakin banyak serta kebiasaan mayarakat disana yang keluar pada malam hari yang salah satunya penyebab dari meningkatnya penularan penyakit malaria. Maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian terhadap pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penyakit malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian dan fenomena di atas maka penulis membuat rumusan masalah yaitu “bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan”.
(16)
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Pendidikan Keperawatan
Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi mahasiswa serta dosen keperawatan tentang penyakit malaria.
1.4.2. Praktik Keperawatan
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada penderita malaria khususnya keperawatan keluarga sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan.
1.4.3. Penelitian Keperawatan
Dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan yang akan dan sedang meneliti tentang penyakit malaria, dan dapat digunakan menjadi data ilmiah untuk penelitian penyakit malaria selanjutnya.
1.4.4. Keluarga
Untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada keluarga tentang penyakit malaria sehingga keluarga mampu melakukan pencegahan pada penyakit malaria.
(17)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
(18)
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
(19)
bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas terhadap teori-teori yang sudah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoatmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf intelegensi individu.
b. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama.
(20)
c. Motivasi
Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar. Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.
d. Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemamfaatan pelayanan kesehatan.
(21)
Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).
e. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.
Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
(22)
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo, 2007).
f. Informasi / Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007).
(23)
g. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
2.2MALARIA
2.2.1 Pengertian Malaria
Malaria berasal dari bahasa Italia, yaitu mal= buruk dan area
= Udara. Jadi secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk (Akhsin, 2010).
Malaria didefenisikan suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk anopheles betina (Akhsin, 2010).
2.2.2 Penyebab Malaria
Malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis plasmodium, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium malariae, dan plasmodium ovale. Jenis malaria yang
(24)
ditimbulkan oleh empat jenis plasmodium tersebut menimbulkan malaria yang berbeda pola demam maupun gejala-gejala klinik yang ditimbulkannya. Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax, disebut juga malaria tertiana benigna (jinak), sedangkan
plasmodium falciparum menimbulkan malaria falciparum atau
malaria tartiana maligna (ganas). Dan plasmodium malariae
menimbulkan malaria malariae, serta plasmodium ovale
menimbulkan malaria ovale (Soedarto, 2008). 2.2.3 Siklus Hidup Malaria
Menurut Garcia dkk (1996), apabila nyamuk yang terinfeksi
Plasmodium dari penderita menggigit manusia sehat maka
sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk dimasukkan melalui luka tusuk. Dalam satu jam bentuk efektif ini terbawa oleh darah menuju hati kemudian kemudian masuk ke sel parenkim hati dan mulai perkembangan siklus preeritrosit atau ekso-eritrositik primer. Sporozoit akan menjadi bulat atau lonjong dan mulai membelah dengan cepat. Hasil skizogoni tersebut adalah merozoit eksoeritrositik dalam jumlah besar.
Setelah meninggalkan hati, merozoit akan melakukan perpindahan ke dalam sel darah merah untuk melakukan siklus eritrositik. Setelah beberpa siklus eritrositik, beberapa merozoit tidak berkembang menjadi skizon tetapi mulai mengembangkan diri menjadi gametozoit jantan dan betina. Apabila gametosid
(25)
tertelan nyamuk apabila sedang mengisap darah, gametosit akan menjadi matang dan tumbuh menjadi gamet dalam usus nyamuk. Inti gamet jantan akan membelah, mikrogamet keluar dari eritrosit bergerak dan melakukan penetrasi ke mikrogamet betina (terjadi fertilisasi), hasil dari stadium fertilisasi ini disebut zigot. Zigot bergerak ke usus tengah dan tumbuh menjadi ooksita. Dalam beberapa hari ooksita akan beredar keselauruh tubuh nyamuk dan sebagian menuju ke kelenjar ludah. Apabila nyamuk kemudian menghisap darah orang sehat, sporozoit beserta air ludahnya akan masuk ketubuh orang tersebut dan akan menjadi sakit lagi (Akhsin, 2010).
2.2.4 Cara Infeksi Malaria
Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik. Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu: 1) secara alami melalui fektor, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk dan 2) secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk dalam badan manusia melalui darah, misalnya dengan tranfusi, suntikan, secara kongen (bayi baru lahir mendapat infeksi dari ibu yang menderita malaria melalui darah plasenta) atau secara sengaja untuk pengobatan berbagai penyakit (sebelum perang dunia II); demam
(26)
yang timbul dapat menunjang pengobatan berbagai penyakit, seperti lues dan sindrom nefrotik (Srisasi dkk, 2000).
2.2.5 Patologi dan Gejala Klinis Malaria
a. Keluhan prodormal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa: kelesuan, sakit kepala, nyeri pada tulang (arthralagia) atau otot, anorexia (hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung (Akhsin, 2010).
b. Demam. Pada infeksi malaria, demam secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk kedalam aliran darah (sporulasi). Pada malaria vivax dan ovale (tersiana) skizon setiap brood (kelompok) menjadi matang setiap 48 jam sehingga perioritas demamnya bersifat tersian; pada malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae hal ini terjadi dengan interval 72 jam. Masa tunas intrinsik berakhir dengan timbulnya serangan pertama. Tiap serangan terdiri atas beberapa seranagan demam yang timbulnya secara periodik, bersamaan dengan sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga tergantung dengan jumlah parasit. Berat infeksi pada seseorang dengan hitungan parasit pada sediaan darah. Demam biasanya bersifat intermiten (febris intermiten), dapat juga remiten (febris remiten), atau terus menerus (feberis kontinua) (Akhsin, 2010).
(27)
Serangan demam yang khas terdiri dari beberpa stadium:
1) Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil. Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan denag selimut. Nadi cepat, tetapi lemah, bibir dan jari-jari tangan menjadi biru, kulitnya kering dan pucat. Kadang-kadang disertai dengan muntah. Pada anak sering disertai kejang-kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2) Stadium puncak demam dimulai pada saat perasaan dingin sekali berubah menjadi panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperi terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya ada mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik sampai 41oC atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.
3) Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang dibawah ambang normal. Penderita dapat tidur nyenyak dan waktu bangun, merasa lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam.
Serangan yang khas ini dimulai pada siang hari dan berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium apireksia. Lamanya serangan demam ini untuk tiap spesies malaria
(28)
tidak sama. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama biasanya disebut relaps. Relaps dapat bersifat:
Rekrudesensi (relaps jangka pendek) yang timbul karena parasit dalam darah (daur eritrosit)menjadi banyak. Demam timbul lagi dalam waktu 8 minggu setelah serangan pertama hilang.
Rekurens (relaps jangka panjang) yang timbul karena parasit ekso eritrosit dari hati masuk dalam darah dan menjadi banyak, sehingga demam timbul lagi setelah 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang.
Bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara serangan pertama dan relaps, maka keadaan ini dapat disebut periode laten klinis, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala lain seperti splenomegali. Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
Serangan demam makin lama makin berkurang berarti karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam badan dan karena adanya respon imun hospes (Srisasi dkk, 2000).
(29)
c. Splenomegali. Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria menahun. Perubahan pada limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, kemudian limpa berubah warna hitam karena pigmen yang ditimbulkan dalam eritrosit yang mengandung parasit dalam kapiler dan sinusoid. Eritrosit yang tampaknya normal dan mengandung parasit dan butir0butir hemozoin tampak dalam histiosit di pulpa dan sel epitel sinusoid. Pigmen tampak bebas atau dalam sel fagosit raksasa. Hiperplasia, sinus melebar dan kadang-kadang trombus dalam kapiler dan fokus nekrosis tampak dalam pulpa limpa. Pada malaria menahun jaringan ikat makin bertambah sehingga konsistensi limpa menjadi keras (Srisasi dkk, 2000).
d. Anemia. Pada malaria terjadi anemia. Derajat anemia tergantung spesies parasit yang menyebabkannya. Anemia tampak jelas pada malaria falsiparum dengan penghancuran eritrosit yang sangat cepat dan hebat yang terjadi pada malaria menahun. Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan normositik. Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara mendadak. Anemia disebabkan oleh beberapa faktor: 1) penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan tidak mengandung parasit terjadi di dalam limpa. Dalam hal ini, faktor autoimun memegang peran. 2) “reduced servikal time” (eriotrosit yang tidak mengandung parasit tidak dapat hidup
(30)
lama). 3) diseritropoesis (gangguan dalam pembentukan eritrosit karena deperesi eritropoesis dalam sum-sum tulang, retikulosit tidak dilepas dalam peredaran perifer) (Srisasi dkk, 2000).
e. Gejala klinis lain yang sering ditemukan pada malaria falsiparum yaitu: Malaria otak dengan koma, Gagal ginjal, Edema paru, Hipoglikemia, Syok, Perdarahan spontan/DIC (Disseminated Intravascular Coagulation), Kejang umum yang berulang, Asidosis, dan Malaria hemoglobinuria (Srisasi dkk, 2000).
2.2.6 Pengobatan Penyakit Malaria
Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria dibagi dalam 5 golongan:
a. Skizontosida jaringan primer: proguanil, pirimetamin, dapat membasmi parasit praeritrosit sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal. b. Skinzontosida jaringan sekunder: primakuin, dapat membasmi
parasit daur eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P.vivax
dan P.ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi
ini sebagai obat anti relaps.
c. Skizontosida darah: membasmi parasit stadium eritrosit yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis. Skizontosida ini dapat mencapai penyembuhan klinis supresif bagi ke empat spesies Plasmodium. Skizontosida darah juga
(31)
membunuh bentuk-bentuk eritrosit seksual P.vivax, P.ovale
dan P.malariae, tetapi tidak efektif terhadap gametosit
P.falciparum uang matang. . Skizontosida darah yang ampuh
adalah kina, klorokuin dan amodiakuin, sedangkan yang efeknya terbatas adalah praguanil dan pirimetamin.
d. Gametositosida: menghancurkan semua bentuk seksual termasuk stadium gametosit P.falciparum, juga mempengaruhi stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk
Anopheles betina. Beberapa obat gametositosida bersifat
sporontosida. Primakuin adalah gametositosida untuk ke empat spesies; sedangkan kina, klorokuin, amodiakuin adalah gametositosida untuk P.vivax, P.malariae dan P.ovale.
e. Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk
Anopheles. Obat ini mencegah tranmisi penyakit malaria dan
disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini ialah: primakuin dan proguanil.
Obat-obat malaria yang ada, dapat dibagi dalam 9 golongan menurut rumus kimianya, yaitu: Alkaloid cinchona (kina),8-aminokuinolin (primakuin), 9-aminoakridin (mepakrin), 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin), Biguanida (proguanil, klorproguanil), Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprin), Sulfon dan sulfonamid (antara lian sulfadoksin), Antibiotik
(32)
(tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, klindamisin), Kuinolinmetanol dan fenantrenmetanol (meflokuin).
2.2.7 Pencegahan Terhadap Penyakit Malaria:
Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal karena beberapa hambatan diantaranya yaitu: tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit malaria, diantaranya:
a. Menghindari Gigitan Nyamuk Malaria
Tindakan menghindari gigitan nyamuk sangat penting, terutama di daerah dimana angka penderita malaria sangat tinggi. Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa, atau tambak ikan (tempat ideal untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat ke luar, terutama pada malam hari. Nyamuk malaria biasanya menggigit pada malam hari(Zulkoni, 2010).
Mereka yang tinggal di daerah endemis malaria, sebaiknya memasang kawat nyamuk di jendela dan ventilasi rumah dengan jumlah lubang pada kawat yang optimal 14-16 per inci(2,5 cm) (Yatim,2007) dan memasang tirai di pintu juga jendela (Zulkoni,
(33)
2010), serta menggunakan kelambu saat tidur. Anggota juga dapat mengoles obat anti nyamuk (mosquito repellent) saat tidur di malam hari untuk mencegah gigitan nyamuk malaria (Prabowo, 2008).
Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak dahulu (Yatim, 2007).
b. Membunuh Jentik dan Nyamuk Malaria Dewasa
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa adalah sebagai berikut: 1) Penyemprotan Rumah
Penyemprotan dengan menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan diluar rumah dan serta mengoleskan obat anti nyamuk dikulit (Zulkoni, 2010), serta penyemprotan dengan insektisida sebaiknya dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam bulan di daerah endemis malaria (Soedarto,2008).
2) Larvaciding
Larvaciding merupakan kegiatan penyemprotan
rawa-rawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
(34)
3) Biological Control
Biological control adalah kegiatan penebaran ikan
kepala timah (Panchax-panchax) dan ikan guppy/water cetul
(Lebistus reticulatus) pada genangan-genangan air yang
mengalir dan persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.
Pengendalian biologis adalah pemberantasan nyamuk dengan memelihara predator pada tempat perindukan nyamuk seperti jenis ikan kecil Gambusia affinis yang memakan larva. Di berbagai tempat genangan air atau waduk dapat dipelihara ikan kecil sebaik predator larva nyamuk (Sarudji, 2010).
c. Mengurangi Tempat Perindukan Nyamuk Malaria
Tempat perindukan nyamuk malaria bermacam-macam, tergantung spesies nyamuknya. Ada nyamuk malaria yang hidup di kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan, atau hidup di air pegunungan.
Sarana utama pengendalian lingkungan adalah tempat perindukan nyamuk. Tempat perindukan nyamuk ada dua macam yaitu merupakan buatan manusia dan yang terbentuk secara alami. Tempat perindukan buatan manusia sering kali terbentuk karena pembangunan yang tidak memenuhi syarat sanitasi, sehingga memberi kemungkinan terjadinya genangan air. Bekas galian di
(35)
pembangunan, saluran air yang tak berfungsi (tak mengalir dengan baik) menimbulkan genangan air sebagai tempat perindukan perindukan nyamuk. Sampah yang mengandung kontener yang terisi oleh air hujan juga sering digunakan untuk tempat berkembang biak nyamuk, kemudian juga dengan kontener dirumah tangga seperti bak mandi serta selokan di sekitar pemukiman yang tidak mengalirkan air limbah dengan baik, semuanya menjadi tempat perindukan nyamuk. Untuk menghindari terbentuknya tempat perindukan ini upaya yang populer dilakukan adalah menimbun sampah berbentuk kaleng, botol, plastik dan sebagainya, menutup kontener atau tempat penyimpanan air, dan menguras bak tempat air yang disingkat dengan 3M (Menguras, Menutup, Menimbun) (Sarudji, 2010).
Secara garis besar, pengendalian lingkungan untuk mencegah perkembangbikan nyamuk dapat dilakukan dengan: • Pengeringan genangan-genangan air
• Pengaliran air tergenang
• Kebersihan lingkungan dengan membersihkan sampah yang memungkinkan menjadi tempat peristirahatan dan perindukan nyamuk.
• Pembersihan (menguras) bak atau kontener di rumah tangga minimal seminggu sekali (Sarudji, 2010).
(36)
Masyarakat atau keluarga di daerah endemis malaria, yaitu daerah yang seringkali terjangkit penyakit malaria juga sangat perlu menjaga kebersihan lingkungan. Tambak ikan yang kurang terpelihara harus dibersihkan, parit-parit di sepanjang pantai bekas galian yang terisi air payau harus ditutup, persawahan dengan saluran irigasi, airnya harus dipastikan mengalir dengan lancar, bekas roda yang tergenang air atau bekas jejak kaki hewan pada tanah berlumpur yang berair harus segera ditutup untuk mengurangi tempat perkembangbiakan larva nyamuk malaria, membersihkan tumbuhan liar atau semak belukar, serta Sampah dan barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, botol, plastik dan ban bekas dapat dimanfaatkan kembali atau dikubur dan dibakar (Yatim, 2007).
2.3 Keluarga 2.3.1 Defenisi
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Santun dan Agus, 2008).
Menurut Silvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan
(37)
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masingdan menciptakan serta mempertahankan satu kebudayaan (Santun dan Agus, 2008).
Menurut Burgess (1963) memberikan pandangan tentang defenisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, adalah keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau mereka juga hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. Setiap anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, peran sebagai ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan, serta keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu: kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik sendiri (Santun dan Agus, 2008)
2.3.2 Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman dikutip oleh Wahit (2006) yaitu:
a) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatan kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis.orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
(38)
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b) Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan. c) Memberi Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama (suprajitno, 2004).
(39)
d) Mempertahankan Suasana Rumah yang Sehat.
Rumah adalah sebagai tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karenanya kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan dan ketentraman, dan yang paling penting adalah dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga. e) Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat.
Keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan sumber fasilitas kesehatan yang ada disekitar, apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan penyakit. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan dalam rangka memecahkan problem yang dialami anggota keluarga, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
2.3.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1986) adalah: a) Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antara anggota keluarga.
(40)
b) Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interkasi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan temapat untuk belajar bersosialisasi.
c) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan keluarganya keturunan dan menambah sumber daya manusia. d) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarganya yaitu: sandang, pangan dan papan.
e) Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan adalah fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Santun dan Agus, 2008).
2.3.4 Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat Sakit
Interkasi antar anggota keluarga dalam kondisi sehat dan sakit juga mempengaruhi timgkat berfungsinya keluarga. Penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggotayang lainnya. Friedman dengan menghaadapi Doherti dan Susman (1998) memberikan gambaran bahwa terdapat interaksi
(41)
keluarga dengan rentang sehat sakit dalam bentuk upaya-upaya sebagai berikut :
a) Upaya Keluarga dalam Peningkatan (Promosi) Kesehatan
Kegiatan penigkatan kesehatan atau lebih dikenal dengan promosi kesehatan bisa dimuli dari keluarga, seperti halnya seorang ayah yang memberikan contoh dengan tidak merokok, minum-minuman keras tentunya gaya hidup tesebut akan diikuti oleh anak-anaknya, tetapi jika kondisi sebaliknya maka yang akan terjadi adalah meningkatnya angka kesakitan seluruh pernafasan pada keluarga tersebut karena kebiasaan merokok. Contoh lain upaya promosi kesehatan dikeluarga adalah berolahraga teratur, mengutamakan gizi seimbang pada keluarga, melakukan imunisasi pada anak sesuai dengan umur.
b) Penaksiran Keluarga Terhadap Gejala-Gejala Sakit
Tahap ini dimulai saat anggota keluarga mengeluh gejala-gejala penurunan kesehatan yang dialami, mencari tahu penyebabnya, dan ada tidaknya pengarung pada anggota keluarga lainnya. Di Indonesia pada tahap ini seringkali ibu dan nenek memiliki peran penting dalam menaksir tingkat keparahan penyakit yang diderita anggota keluarga. Sosial ekonomi juga sangat berpegaruh pada penaksiran gejala-gejala yang muncul. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang lemah akan merespon lambat mengingat kemampuan ekonominya.
(42)
c) Pencarian Perawatan
Tahap ini dimulai pada saat anggota keluarga merasakan sakit dan anggota keluarga lainnya mengetahui, maka dimulai upaya mencari tahu dimana akan dirawat. Upaya ini dilakukan dengan mencari informasi kepada orang terdekat. Pada tahap ini juga keluarga dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat kemana akan merawat anggota keluarga yang sakit. Kecapatan pengambilan keputusan ini ditentukan oleh respon keluarga terhadap kondisi sakit.
d) Perolehan Perawatan dan Rujukan ke Pelayanan Kesehatan
Tahap ini dimulai saat kontak pertama anggota keluarga dengan pelayanan kesehatan atau pengobatan alternatif. Menentukan jenis pelayanan yang didatangi dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga, pengalaman masa lalu dan serinag kali ibu memberikan kontribusi yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut.
e) Respon Akut Terhadap Penyakit oleh Klien dan Keluarga
Tahap ini ditandai dengan terjadinya perubahan peran pada anggota keluarga yang sakit, misalnya saja pera ibu yang sedang sakit akan diganti oleh ayah terutama saat anak-anak masih kecil. Contoh lain jika ayah sakit maka dengan langsung ibu mengambil alih peran dan tanggung jawabnya.
(43)
f) Adapatasi Terhadap Penyakit dan Penyembuhan
Tahap adaptasi adalah tahap dimana keluarga memerlukan bantuan dari tenaga kesehatan dalam menentukan koping keluarga terhadap sakit (Santun dan Agus, 2008).
(44)
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini dibuat untuk melihat gambaran pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penyakit malaria. Pentingnya pencegahan penyakit malaria secara maksimal akan dapat mengurangi mortilitas dan morbiditas penyakit malaria di dalam suatu wilayah khususnya dalam keluarga. Maka dari itu perlu pengetahuan yang cukup dari keluarga dalam pencegahan penyakit malaria ini, sehingga penurunan angka mortalitas
Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan penyakit malaria:
1) Menghindari gigitan nyamuk malaria • memakai baju lengan panjang dan
celana panjang saat ke luar
• memasang kawat nyamuk di jendela dan ventilasi rumah
• memasang tirai di pintu dan jendela • menggunakan kelambu saat tidur 2) Membunuh jentik dan nyamuk malaria
dewasa
• Penyemprotan rumah • Biological control
3) Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria
• Menjaga kebersihan lingkungan
Kategori Pengetahuan : - baik
- cukup - kurang
(45)
dan morbiditas penyakit malaria dapat dicapai. Pengetahuan ini akan digambarkan dalam kriteria baik, cukup, dan kurang.
3.2 Defenisi Operasional
3.2.1 Pencegahan keluarga terhadap penyakit malaria adalah cara keluarga untuk dalam menghindari penyakit malaria di Desa Tolang Jae, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli selatan dengan meminimalisasi penularan penyakit malaria yang meliputi: menghindari gigitan nyamuk, membunuh jentik dan nyamuk dewasa, serta mengurangi tempat perindukan nyamuk. 3.2.2 Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui keluaga dalam
melakukan pencegahan penyakit malaria untuk kebaikan dirinya dan keluarganya serta masyarakat disekitarnya di Desa Tolang Jae, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli selatan.
(46)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria di Desa Tolang Jae, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli selatan.
4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di Desa Tolang Jae, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli selatan dengan jumlah populasi 225 keluarga.
4.2.2 Sampel
Berdasarkan populasi diatas, penentuan jumlah sampel dilakukan menurut Nursalam (2003) yaitu apabila jumlah populasi kurang dari 1000 populasi maka penentuan jumlah sampel 20-30 % dari populasi. Maka dalam penelitian ini sampel yang di ambil adalah 20% dari populasi yaitu 45 keluarga.
Pada penelitian ini cara pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan teknik random sampling yaitu dengan cara mencampur/mengacak subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Setiap subjek yang terdaftar sebagai populasi diberi nomor urut mulai dari (1, 2, 3, 4, 5, …, 45). Kemudian
(47)
nomor-nomor tersebut dibuat dalam bentuk gulungan-gulungan kertas yang diambil secara acak. Nomor yang diambil oleh peneliti secara acak yang kemudian akan menjadi sampel penelitian. Di dalam pengambilan sampel biasanya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Keluarga inti (ayah, ibu dan anak-anak, nenek dan kakek) yang tinggal dalam satu rumahdan dapat Berbahasa Indonesia dan Berkomunikasi.
b) Bersedia menjadi responden penelitian. 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Tolang Jae, Kecamatan Sayur Matinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan. Lokasi tersebut dipilih karena salah satu daerah terbanyak penderita penyakit malaria, dan daerah tersebut mudah dijangkau. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Juni sampai Desember 2011.
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam melaksanakan penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Lembaran persetujuan diberikan kepada responden, bila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak menolak
(48)
dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik resiko fisik maupun psikologis, kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya diberi nomor kode tertantu. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori yang ada pada tinjauan pustaka. Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian. Pertama data demografi mencakup data mengenai hubungan dengan anggota keluarga, jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir, suku, agama, pekerjaan, dan penghasilan keluarga perbulan. Kedua, kuesioner tentang pencegahan keluarga yang terdiri dari 21 pernyataan (1-21) dengan jawaban “ya” dengan nilai satu dan “tidak” dengan nilai nol. Kuesioner ini terdiri dari tiga pernyataan tentang memakai baju lengan panjang dan celana panjang saat ke luar (nomor 1-3), tiga penyataan tentang memasang kawat nyamuk di jendela dan ventilasi rumah (nomor 4-6), tiga pernyataan tentang memasang tirai di pintu dan jendela (nomor 7-9), tiga pernyataan tentang menggunakan kelambu saat tidur (nomor 10-12), tiga pernyataan tentang penyemprotan rumah (nomor 13-15), tiga pernyataan tentang biological control (nomor 16-18), dan tiga
(49)
pernyataan tentang menjaga kebersihan lingkungan (nomor 19-21), serta yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negative, yaitu pernyataan positif pada nomor 1, 3, 4, 5, 7,10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 21 dan pernyataan negatif yaitu pada nomor 2, 6, 8, 9, 20. Nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi 21.
kelas Banyak
Rentang P =
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Rentang kelas sebesar 21 dan banyak kelas 3 yaitu sangat baik, cukup, kurang. sehingga diperoleh P= 7. Dengan P= 7 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka pengetahuan keluarga dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut: Baik: 15-21, Cukup: 8-14, Kurang: 0-7.
4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum melakukan pengumpulan data terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010). Pada penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas isi, dimana instrument penelitian ini berdasarkan pada tinjauan pustaka, dan akan dikonsultasikan pada dosen ahli keperawatan komunitas di Fakultas Keperawatan USU.
Kuesioner peneliti ini disusun oleh peneliti oleh karena itu penting untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji instrumen ini bertujuan untuk
(50)
mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 2006). Dengan rumus K-R 20 karena instrument terdiri dari 21 pertanyaan atau dengan jumlah butir pertanyaan ganjil (Arikunto, 2006). Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada responden yang memenuhi kriteria seperti responden yang sebenarnya sebanyak 20 orang (Arikunto, 2006). Menurut Polit & Hungler (1995) suatu instrumen yang baru reliabel bila koefisiennya 0.70 atau lebih diperoleh dengan komputerisasi. Hasil dalam uji reliabilitas yang telah dilakukan adalah 0,786. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
4.7 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah mengikuti langkah-langkah pengumpulan data yaitu: 1.)mengajukan izin pelaksanaan kepada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan), 2) mengirim permohonan izin yang diperoleh kepada kepala Puskesmas kecamatan Sayur Matinggi dan kepala desa Tolang Jae, 3) setelah mendapat izin dari kepala Puskesmas Kecamatan Sayur Matinggi dan kepala desa Tolang Jae, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, 4) menjelaskan kepada calon responden
(51)
tentang tujuan dan prosedur tentang tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian, 5) calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan, 6) menjelaskan kepada responden tentang prosedur pengisian kuesioner, 7) responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembaran kuesioner yang diberikan oleh peneliti sesuai dengan petunjuk pada masing-masing bagian. Selama pengisian kuesioner responden diberi kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami, 8) setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga, 9) pengolahan dan analisa data dilakukan setelah data terkumpul sesuai dengan keperluan.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data. Analisa data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan cara ilmiah melalui tahap mengecek kelengkapan data (editing), untuk memeriksa apakah pernyataan dalam kuesioner sudah di isi sesuai dengan petunjuk, kemudian memberi kode (Coding) untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya memasukkan (entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dan teknik komputerisasi dimana data akan dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi.
(52)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli selatan, yang dilaksanakan pada 16 – 17 Desember 2011. Pengumpulan data dilakukan pada 45 responden. Penyajian data meliputi karakteristik data demografi responden, dan deskripsi pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data demografi keluarga di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan didapat 45 responden yang menjadi subjek penelitian. Dari hasil penelitian menunjukkan mayoritas status dalam keluarga adalah ibu sebanyak 31 orang (68,9%). Responden berusia 46-55 tahun sebanyak 16 orang (35,6%). Berjenis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (73,3%). Berdasarkan pendidikan terakhir didapat bahwa pendidikan terakhir responden adalah SD dan SMP sebanyak 14 orang memilih pendidikan terakhir SD (33,3%) dan 14 orang lainnya memilih berpendidikan terakhir SMP (33,3%). Berdasarkan agama keseluruhan responden adalah beragama Islam sebanyak 45 orang (100%). Berdasarkan suku keseluruhan responden adalah bersuku batak sebanyak 45 orang (100%). Berdasarkan penghasilan mayoritas responden adalah berpenghasilan < 1.000.000 sebanyak 29 orang (64,4%). Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada table.
(53)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Data Demografi Keluarga di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 (n = 45)
Karakter Responden Frekuensi Persentase (%) Status Dalam Keluarga
- Ayah - Ibu - Anak 11 31 3 24.4 68,9 6,7 Usia - 16-25 - 26-35 - 36-45 - 46-55 - 56-65 4 13 10 16 2 8,9 37,8 22,3 35,6 4.4 Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan 12 33 26,7 73,3 Pendidikan Terakhir
- Tidak Sekolah - SD
- SMP - SMA
- Perguruan Tinggi
2 14 14 13 2 4,4 31,1 31,1 28,9 4,4 Agama
- Islam 45 100
Suku
- Batak 45 100
Penghasilan - < 1.000.000
- 1.000.000 – 2.000.000 - > 2.000.000
29 13 3 64,4 28,9 6,7
(54)
5.1.2. Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data pengetahuan keluarga dalam pencegahan penyakit malaria yaitu berdasarkan pengetahuan keluarga mengenai menghindari gigitan nyamuk malaria dengan memakai baju lengan panjang dan celana panjang terlihat sebanyak 33 orang (73,3%) responden menjawab bahwa keluarga perlu menggunakan pakaian yang tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang) bila keluar rumah pada malam hari, sebanyak 43 orang (95,6%) responden menjawab tidak dari pernyataan keluarga lebih sering memakai pakaian terbuka (baju lengan pendek,celana pendek) dari pada pakaian tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang), serta sebanyak 34 orang (75,6%) responden menjawab bahwa pemakaian pakaian yang tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang) dapat mencegah gigitan nyamuk.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai Menghindari Gigitan Nyamuk Malaria Dengan Memakai Baju Lengan Panjang Dan Celana Panjang Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
1
2
3
Keluarga perlu menggunakan pakaian yang tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang) bila keluar rumah pada malam hari. Keluarga lebih sering memakai pakaian terbuka (baju lengan pendek,celana pendek) dari pada pakaian tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang).
Pemakaian pakaian yang tertutup (baju 33 2 34 73,3 4,4 75,6 12 43 11 26,7 95,6 24,4
(55)
lengan panjang dan celana panjang) dapat mencegah gigitan nyamuk
Berdasarkan pengetahuan keluarga mengenai menghindari gigitan nyamuk malaria dengan memasang kawat nyamuk di jendela dan ventilasi rumah terlihat sebanyak 25 orang (55,6%) responden menjawab bahwa pemasangan kawat nyamuk di fentilasi dan jendela harus dilakukan, sebanyak 33 orang (73,3%) responden menjawab bahwa Pemasangan kawat nyamuk mencegah masuknya nyamuk kerumah, dan sebanyak 30 orang (66,7%) responden menjawab tidak dari pernyataan pemasangan kawat nyamuk di fentilasi rumah saja.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai Menghindari Gigitan Nyamuk Malaria Dengan Memasang Kawat Nyamuk Di Jendela Dan Ventilasi Rumah Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
4
5
6
Pemasangan kawat nyamuk di fentilasi dan jendela harus dilakukan
Pemasangan kawat nyamuk mencegah masuknya nyamuk kerumah.
Pemasangan kawat nyamuk di fentilasi rumah saja 25 33 15 55,6 73,3 33,3 20 12 30 44,4 26,7 66,7
Berdasarkan pengetahuan keluarga mengenai menghindari gigitan nyamuk malaria dengan memasang tirai di pintu dan jendela terlihat sebanyak 26 orang (57,8%) responden menjawab bahwa keluarga tahu tirai dapat mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah, responden menjawab tidak dari pernyataan keluarga cuma
(56)
memasang tirai di jendela saja sebanyak 20 orang (44,4%) responden, serta sebanyak 20 orang (44,4%) responden menjawab tidak dari pernyataan tirai jendela rumah sering terbuka.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai Menghindari Gigitan Nyamuk Malaria Dengan Memasang Tirai Di Pintu Dan Jendela Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
7
8
9
Keluarga tahu tirai dapat mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah
Keluarga cuma memasang tirai di jendela saja.
Tirai jendela rumah sering terbuka.
26 25 25 57,8 55,6 55,6 19 20 20 42,2 44,4 44,4
Berdasarkan pengetahuan keluarga mengenai menghindari gigitan nyamuk malaria dengan menggunakan kelambu saat tidur terlihat sebanyak 44 orang (97,8%) responden menjawab bahwa keluarga menggunakan kelambu di rumah, dari pernyataan yang lain sebanyak 42 orang (93,3%) responden menjawab bahwa pemakaian kelambu dapat mencegah gigitan nyamuk pada malam hari, dan sebanyak 33 orang (73,3%) responden menjawab bahwa keluarga rutin memakai kelambu saat tidur.
(57)
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai Menghindari Gigitan Nyamuk Malaria Dengan Menggunakan Kelambu Saat Tidur Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
10 11
12
Keluarga menggunakan kelambu di rumah. Pemakaian kelambu dapat mencegah gigitan nyamuk pada malam hari
Keluarga rutin memakai kelambu saat tidur
44 42 33 97,8 93,3 73,3 1 3 12 2,2 6,7 26,7
Berdasarkan pengetahuan keluarga mengenai membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dengan penyemprotan rumah terlihat sebanyak 40 orang (88,9%) responden menjawab bahwa keluarga dapat menggunakan penyemprot pembunuh serangga atau obat nyamuk untuk membunuh nyamuk di dalam rumah, 20 orang (44,4%) responden menjawab bahwa keluarga dapat menggunakan penyemprot pembunuh serangga atau obat nyamuk, serta sebanyak 36 orang (80%) responden menjawab bahwa penggunaan penyemprot pembunuh serangga atau obat nyamuk dapat mengurangi nyamuk di dalam rumah.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai Membunuh Jentik Dan Nyamuk Malaria Dewasa Dengan Penyemprotan Rumah Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
13 Keluarga dapat menggunakan penyemprot pembunuh serangga atau obat nyamuk untuk membunuh nyamuk di dalam rumah
(58)
14
15
Keluarga dapat menggunakan penyemprot pembunuh serangga atau obat nyamuk
Penggunaan penyemprot pembunuh serangga atau obat nyamuk dapat mengurangi nyamuk di dalam rumah
20 36 44,4 80 25 9 55,6 20
Berdasarkan pengetahuan keluarga mengenai membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dengan biological control terlihat sebanyak 17 orang (37,8%) responden menjawab bahwa disekitar rumah bapak/ibu ada air yang tergenang (kolam, payau, rawa, sumur, dsb), sebanyak 24 orang (53,3%) responden menjawab bahwa keluarga tahu ikan nila, mujair, ikan kepala timah adalah pemakan jentik nyamuk, dan sebanyak 11 orang (24,4%) responden menjawab keluarga pernah melepas ikan pemakan jentik di air yang tergenang (kolam, payau, rawa, sumur, dsb).
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai Membunuh Jentik Dan Nyamuk Malaria Dewasa Dengan Biological Control Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
16
17
18
Disekitar rumah bapak/ibu ada air yang tergenang (kolam, payau, rawa, sumur, dsb) Keluarga tahu ikan nila, mujair, ikan kepala timah adalah pemakan jentik nyamuk
Keluarga pernah melepas ikan pemakan jentik di air yang tergenang (kolam, payau, rawa, sumur, dsb)
17 24 11 37,8 53,3 24,4 28 21 34 62,2 46,7 75,6
(59)
Berdasarkan pengetahuan keluarga mengenai mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria dengan menjaga kebersihan lingkungan terlihat sebanyak 32 orang (71,1%) responden menjawab bahwa keluarga tahu tempat perkembang biakan nyamuk malaria, 34 orang (75,6%) responden menjawab tidak dari pernyataan keluarga sering melihat jentik nyamuk di tempat genangan air di sekitar rumah, dan 35 orang (77,8%) responden menjawab bahwa Keluarga rutin melakukan kebersihan lingkungan rumah khususnya daerah genangan air.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Mengenai Mengurangi Tempat Perindukan Nyamuk Malaria Dengan Menjaga Kebersihan Lingkungan Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
No Pernyataan Ya Tidak
F % F %
19
20
21
Keluarga tahu tempat perkembang biakan nyamuk malaria.
Keluarga sering melihat jentik nyamuk di tempat genangan air di sekitar rumah
Keluarga rutin melakukan kebersihan lingkungan rumah khususnya daerah genangan air. 32 11 35 71,1 24,4 77,8 13 34 10 28,9 75,6 22,2
Berdasarkan pengelompokan tingkat pengetahuan keluarga mengenai pencegahan penyakit malaria di desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi, terlihat bahwa mayoritas dalam kategori pengetahuan cukup yaitu 22 responden (48,9%) dengan skor kuesioner 8-14, kategori pengetahuan baik 20 responden (44,4%) dengan skor kuesioner 15-21, dan hanya 3 responden (6,7%) yang termasuk kategori pengetahuan baik dengan skor kuesioner 0-7.
(60)
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Malaria Di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Tahun 2011 (n = 45)
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentasi (%) Baik
Cukup Kurang
20 22 3
44,4 48,9 6,7
5.2 Pembahasan
5.2.1. Pengetahuan keluarga tentang Pencegahan Penyakit malaria.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan didapat bahwa keluarga dengan 45 orang responden, memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 22 orang (48,9%) responden, selebihnya pengetahuan baik sebanyak 20 orang (44,4%) responden, yang berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (6,7%) responden.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar 48,9%. Hal ini beralasan dilihat dari sebagian tingkat pendidikan responden adalah SD dan SMP yaitu 31,1% yang mungkin mempengaruhi pengetahuan responden tentang pencegahan penyakit malaria menjadi tidak optimal. Hal ini sesuai menurut Notoatmodjo (2007) Pendidikan adalah suatu proses belajar berbagai pengetahuan yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa,
(61)
lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Selain itu hal yang mungkin berpengaruh terhadap pengetahuan keluarga yang rendah tentang pencegahan penyakit malaria adalah kurangnya informasi atau kurangnya minat responden dalam menghadiri penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan khususnya tentang pencegahan penyakit malaria yang diberikan kepada masyarakat.
Dari hasil penelitian didapat responden adalah ibu rumah tangga yaitu 68,9%, hal ini sesuai dengan sewaktu peneliti melakukan penelitian bahwa yang banyak ditemukan adalah ibu rumah tangga karena diakibatkan ibulah yang lebih lama berada dan beraktifitas dalam rumah sebelum melakukan aktifitasnya di luar rumah, misalnya memasak, membersihkan rumah, mencuci, dan sebagainya. Tetapi dalam melakukan pencegahan penyakit malaria harus seluruh anggota keluarga yang berperan aktif dan saling bekerja sama. Begitu juga menurut pendapat Friedman (dikutip oleh Wahit (2006) bahwa salah satu tugas kesehatan keluarga yaitu Mempertahankan suasana rumah yang sehat. Rumah adalah sebagai tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karenanya kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, ketentraman, kebersihan dan yang paling penting adalah dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.
Rata-rata penghasilan responden dalam penelitian ini adalah dibawah Rp.1.000.000 yaitu 66,7% responden, hal ini sesuai dengan status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
(62)
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Rendahnya penghasilan responden dikarenakan bahwa rata-rata penduduk desa bekerja sebagai petani, tetapi biarpun demikian warga desa tidak ada kendala mendapatkan pelayanan kesehatan sebab fasilitas serta tenaga kesehatan sudah cukup memadai.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 95,6% responden menyatakan bahwa keluarga tidak sering memakai pakaian terbuka (baju lengan pendek,celana pendek) dari pada pakaian tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang). Ini sesuai dengan pendapat Zulkoni (2010) bahwa Tindakan menghindari gigitan nyamuk sangat penting, terutama di daerah dimana angka penderita malaria sangat tinggi. Penduduk yang tinggal di daerah pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa, atau tambak ikan (tempat ideal untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai pakaian yang tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang) saat ke luar, terutama pada malam hari. Nyamuk malaria biasanya menggigit pada malam hari. Hal ini juga didukung oleh peneliteliti Saragih (2004) di kecamatan Tanjunng Balai bahwa 34,1% responden disana menjawab setuju bahwa harus memakai baju tertutup bila berada di luar rumah malam hari.
Hasil penelitian terdapat 73,3% responden menyatakan bahwa pemasangan kawat nyamuk mencegah masuknya nyamuk kerumah, ini sesuai dengan Yatim (2007) yaitu mereka yang tinggal di daerah endemis malaria, sebaiknya memasang kawat nyamuk di jendela dan ventilasi rumah dengan jumlah lubang pada kawat yang optimal 14-16 per inci (2,5 cm).
(63)
Menurut Zulkoni (2010) Mereka yang tinggal di daerah endemis malaria sebaiknya memasang tirai di pintu dan jendela, ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa keluarga tahu tirai dapat mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah dengan jumlah responden sebanyak 57,8% responden.
Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara untuk menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak dahulu (Yatim, 2007). Berdasarkan pengetahuan keluarga tentang menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu saat tidur terdapat 97,8 responden menyatakan bahwa Keluarga menggunakan kelambu di rumah. Hal ini juga didukung oleh penelitian Mardiah (2008) di kecamatan Seulimun kabupaten Aceh Besar, bahwa responden setuju terhadap pemakaian kelambu untuk mencegah angka kejadian penyakit malaria sebanyak 50,2% dari jumlah responden.
Pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria dengan membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa dengan cara penyemprotan terdapat 88,9% responden menyatakan keluarga menggunakan penyemprot pembunuh serangga atau obat nyamuk untuk membunuh nyamuk di dalam rumah. Sesuai dengan pendapat Zulkoni (2010) bahwa salah satu pencegahan penyakit malaria yaitu Penyemprotan dengan menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan diluar rumah dan serta mengoleskan obat anti nyamuk dikulit. Dan didukung oleh penelitian Mardiah (2008) di kecamatan Seulimun kabupaten Aceh Besar pernah juga meneliti ini bahwa responden setuju bahwa vector malaria dapat dukurangi dengan upaya penyemperotan, yaitu sebesar 50,2%.
(64)
Dari hasil penelitian tentang pencegahan penyakit malaria dengan biological control terdapat 53,3% responden menyatakan keluarga mengetahui ikan nila, mujair, ikan kepala timah adalah pemakan jentik nyamuk, ini sesuai Sarudji (2010) pengendalian biologis adalah pemberantasan nyamuk dengan memelihara predator pada tempat perindukan nyamuk seperti jenis ikan kecil
Gambusia affinis yang memakan larva. Di berbagai tempat genangan air atau
waduk dapat dipelihara ikan kecil sebaik predator larva nyamuk.
Pengendalian lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk dapat dilakukan dengan: pengeringan genangan-genangan air, pengaliran air tergenang, kebersihan lingkungan dengan membersihkan sampah yang memungkinkan menjadi tempat peristirahatan dan perindukan nyamuk, pembersihan (menguras) bak atau kontener di rumah tangga minimal seminggu sekali (Sarudji, 2010). ini sesuai dengan hasil penelitian terdapat 77,8% responden menyatakan bahwa keluarga rutin melakukan kebersihan lingkungan rumah khususnya daerah genangan air.
Pengetahuan cukup yang didapat dari penelitian mungkin dipengaruhi juga pengalaman masyarakat yang terkait pernah terjadinya kasus malaria di daerah tersebut sehingga meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria. Berdasarkan apa yang dikatakan Notoatmodjo (2003), bahwa pengalaman adalah suatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akansuatu hal yang tertangkap oleh indra manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat terbentuknya pengetahuan.
(65)
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan terhadap 45 orang responden (keluarga) di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi tahun 2011. Hasil penelitian ini menggambarkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mayoritas keluarga memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 22 orang (48,9%) responden, selebihnya pengetahuan baik sebanyak 20 orang (44,4%) responden, yang berpengetahuan kurang 3 orang (6,7%) responden. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan yang sudah cukup dalam pencegahan penyakit malaria. Meskipun ada sebagian kecil keluarga yang memiliki pengetahuan kurang dalam pencegahan penyakit malaria.
Adanya sebagian keluarga yang belum tahu cara yang benar dalam pencegahan penyakit malaria ini mungkin dikarenakan akibat kurangnya informasi yang di dapat oleh kelurga. Hal ini menunjukkan masih dibutuhkannya tambahan pengetahuan bagi keluarga dalam melakukan pencegahan penyakit malaria ini.
(66)
6.2. Rekomendasi
6.2.1. Rekomendasi untuk Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk menggali lebih dalam lagi pengetahuan tentang keperawatan malaria ini sehingga apabila nanti terjadi kasus malaria maka para perawat-perawat tidak akan bingung dalam melakukan tindakannya apalagi malaria ini masih sulit untuk di hilangkan bahkan ada yang sudah resisten terhadap obat. 6.2.2. Rekomendasi untuk Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di desa Tolang Jae kecamatan Sayur Matinggi sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan komunitas sehingga dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit malaria.
6.2.3. Rekomendasi untuk Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai data masukan bagi penelitian selanjutnya terkait dengan pencegahan penyakit malaria. Penelitian lanjutan juga perlu dilakukan tentang pengetahuan keluarga atau masyarakat dalam pengobatan atau penatalaksanaan penyakit malaria di desa Tolang Jae kecamatan Sayur Matinggi dan peran serta tenaga kesehatan dalam pencegahan serta penatalaksanaan penyakit malaria dilingkungan kerja Desa Tolang Jae kecamatan Sayur Matinggi dalam pemberian informasi
(67)
penanggulangan penyakit malaria serta penelitian lanjutan terkait dengan gambaran pengetahuan keluarga dalam pencegahan penyakit malaria sebaiknya dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih representatif dan lokasi penelitian yang berbeda dan apabila menggunakan kuesioner ini maka content validitas harus diperhatikan dan diperbaiki.
6.2.4. Rekomendasi untuk Keluarga.
Keluarga di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi hendaknya tetap meningkatkan partisipasinya dalam pencegahan penyakit malaria sehingga dapat membantu pemerintah dalam pemberantasan penyakit menular khususnya malaria, dengan demikian tercipta masyarakat yang sehat. Bagi keluarga yang belum tahu cara pencegahan malaria bisa ditanyakan pada petugas kesehatan atau pun keluarga yang sudah mengetahuinya.
(68)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2007. Profil Dinkes Kab/Kota Tahun 2007.
Diambil pada tanggal 20 juni 2011 pada http://www.depkes.go.id/
Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Diambil pada tanggal 27 maret 2011 pada http://www.depkes.go.id/
Gandahusada S., Ilahude H.D, Pribadi W. 2000. Parasitologi Kedokteran, edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Harijanto P.N, Nugroho A, Gunawan C.A. 2010. Malaria dari Molekuler ke
Klinis, edisi 2. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
Manalu Helper S.P. 2008. Persepsi dan Pola Kebiasaan Masyarakat Kaitannya dengan Masalah Malaria Di Daerah Sihepeng Kabupaten Tapanuli
Selatan Provinsi Sumatera Utara. Medan: Media Litbang Kesehatan
Volume XVIII Nomor 2.
Mardiah. 2008. Hubungan Penyuluhan dan Perilaku Pencegahan penyakit Malaria Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Lamteuba
Kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar. Tesis Pascasarjana,
Universitas Sumatera Utara, Medan
Mubarak W.I, Santosa B.I, Rozikin, Patonah Siti. 2006. Ilmu Keperawatan
Komunitas 2.Jakarta: CV.Sagung Seto
Notoatmodjo, S. 2002. Penerapan Dan Prosedur Penelitian. Jakarta. Hipokrates Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta Diambil pada tanggal 28 Desember 2011 pada
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Polit, D. F & Hungler, B. P. (1995). Nursing Research; principles and methode.
(69)
Ritonga, A.R .2003. Statistik Untuk Penelitian dan Pendidikan. Jakarta: Lembaga Pendidikan Fakultas Ekonomi UI
Saragih, Nurlindawaty. 2004. Gambaran Perilaku Masyarakat tentang Penyakit Malaria di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten
Asahan. Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera
Utara. Medan
Sarudji, Didik. 2010. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Karya Putra Darwati. Setiawati Santun & Dermawan Agus Citra. 2008. Penuntun Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga, edisi 2. Jakarta: Trans Info Media
Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik. Surabaya: Airlangga University Press Suparlan. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jogyakarta: AR-RUZZ
Trisfariani. 2007. Peran dan Pengetahuan Keluarga Terhadap Pencegahan dan
Pengobatan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Rantau Parapat.
Skripsi Program Studi Keperawatan. Universitas Sumatera Utara. Medan Yatim faisal. 2007. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahan,
jilid 2. Jakarta: Pustaka Obor Populer
(70)
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya adalah mahasiswa S1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Nama : Eki Maryo Harahap NIM : 101121015
Akan melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan Keluarga tentang Pencegahan Malaria di Desa Tolang Jae Kecamatan Sayur Matinggi.
Saya mengharapkan tanggapan/jawaban yang bapak/ibu berikan berasal dari hati nurani sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain. Informasi yang bapak/ibu berikan akan dipergunakan untuk pengembangan kualitas pelayanan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas dan informasi yang bapak/ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas untuk ikut serta menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden penelitian ini, silahkan bapak/ibu menandatangani kolom ini.
Medan, 2011 Nama peneliti :
_________________
Kode responden : _________________ Tanda tangan : _________________
(71)
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN Petunjuk Pengisian
1. Jawablah setiap pernyataan yang tersedia dibawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan. 2. Semua pernyataan harus dijawab.
3. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti. A. DATA DEMOGRAFI
1. Kode (diisi oleh peneliti) : _________________ 2. Status Dalam Keluarga : ... 3. Usia : ...
4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
5. Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah SD
SMP SMA
Perguruan Tinggi
6. Agama : Islam Katolik Protestan Hindu Budha
7. Suku : Jawa Minang Batak
Dll
8. Penghasilan per bulan : < 1.000.000 (apabila sudah bekerja) 1.000.000-2.000.000
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Lampiran 5
CURRICULUM VITAE
Nama : Eki Maryo Harahap
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang / 30 Maret 1989 Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : 1. 1996 – 2002 : SD Negeri 142505 Pintupadang 2. 2002 – 2004 : SMP Negeri 1 Batang Angkola 3. 2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Batang Angkola
4. 2007 – 2010 : DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 4. 2010 – Skrg : S1 Ekstensi Keperawatan Fakultas Keperawatan